PENGARUH AUDITOR TENURE DAN AUDITOR INDUSTRY

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh :

ANANG YUGOTIAN NIM. F0307095 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

“Hidup Kadang Kala Tak Seindah Bait Puisi……...” “ Oleh Karenanya, Selalu lah Bersyukur…………………. ….. ……. atas Apa yang Telah Diberikan-Nya….” “ Dan Perjuangkanlah Arti Hidup Ini………..”

Kupersembahkan Skripsi Ini Untuk “Keluargaku Tercinta”

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmat, karunia dan ridho-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH AUDITOR TENURE DAN AUDITOR

INDUSTRY SPECIALIZATION TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2005 –

2010)”. Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya, hanya dengan kebesaran Allah SWT, setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya dan setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, Penulis menyampaikan terima kasih dan hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan yang telah penulis terima dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran sehingga skripsi ini dapat terwujud, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. R. Karsidi, M. S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret.

2. Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

4. Dr. Payamta, M.Si., Ak., CPA., selaku pembimbing skripsi atas semua

6. Badan Pers Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

7. Badan Pengkajian dan Pengamalan Islam Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

8. Para pahlawan tanpa tanda jasa, bapak dan ibu dosen, guru TK, SD, SMP, dan SMA-ku, terimakasih ku ucapkan atas semua ilmu yang telah dibagi.

9. Mahasiswa Fakultas Ekonomi angkatan 2004 – 2010.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu

kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, penulis harapkan demi perbaikan yang berkelanjutan.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan di kemudian hari. Terima kasih.

Surakarta, Agustus 2011

Anang Yugotian

Halaman

ABSTRAKSI…………………………………………………….......... ABSTRACT…………………………………………………………... HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………... HALAMAN PENGESAHAN………………………………………… HALAMAN MOTTO ……………………………………………....... HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………....... KATA PENGANTAR ……………………………………………...... DAFTAR ISI ………………………………………………………..... DAFTAR TABEL ……………………………………………………. DAFTAR GAMBAR ……………………………………………........ DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………......

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………….......

A. Latar Belakang Masalah ………………………………......

B. Rumusan Masalah ……………………………………….

C. Tujuan Penelitian ………………………………………….

D. Manfaat Penelitian …………………………………........... BAB II. LANDASAN TEORI …..........................................................

A. Kerangka Teoritis .................………………………..............

ii iii iv

v vi

vii viii x xiii xiv

xv

4. Auditor Tenure ……..……………………………………

5. Auditor Industry Specialization …………………………

B. Penelitian Terdahulu …….…...................................................

C. Pengembangan Hipotesis dan Hipotesis ....................………..

D. Kerangka Pemikiran .................................................................

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………..…………………..

A. Ruang Lingkup Penelitian..........................................................

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampel ..………………………

C. Jenis dan Sumber Data………………………………………..

D. Definisi Variabel dan Pengukurannya…………………………

E. Metode Analisis Data …………………………………………

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN................................

A. Deskripsi Sampel ......................................................................

B. Analisis Data …………………..……………………………...

1. Model Goodness of Fit .......................................................

2. Cox & Snell’s R Square dan Negelkerke R Square ............

3. Klasifikasi Tabel ..................................................................

4. Estimasi Parameter …….......................................................

C. Pembahasan …………...............……………………………….

B. Keterbatasan ........................................................................

C. Saran Praktis ........................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. LAMPIRAN

48

49

50

Tabel Halaman III.1

IV.1

IV.2

IV.3

IV.4

KAP Big Four di Indonesia …………………........................ Goodness of Fit Hosmer and Lemeshow Test ……………… Cox & Snell R Square and Negelkerke R Square …………... Klasifikasi Tabel …………………...………………….......... Estimasi Parameter …………………...…………………......

29

38

39

40

41

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

II.1

Hubungan Auditor Tenure dan Auditor Industry Specialization terhadap Kualitas Audit ………………………………….….......

25

Lampiran 2

Data Penelitian

Lampiran 3

Hasil Statistik Deskriptif dengan SPSS 16.0

Lampiran 4 Hasil Cox & Snell R Square and Negelkerke R Square

Lampiran 4

Hasil Hosmer and Lemeshow Test

Lampiran 5

Hasil Classification Table

Lampiran 5

Hasil Variables in The Equation

Terdaftar di BEI tahun 2005 - 2010) ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara auditor tenure dan auditor industry specialization dengan kualitas audit. Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena masih sedikitnya penelitian serupa di Indonesia dan hasil penelitian yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini dibandingkan kekuatan hubungan auditor tenure dan auditor industry specialization dengan kualitas audit dan diuji apakah ada perbedaan yang signifikan antara auditor tenure dan auditor industry specialization dengan kualitas audit pada perusahaan yang diaudit oleh auditor Big Four dan non Big Four. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2005 - 2010,

dengan teknik sampling purposive sampling didapatkan jumlah sampel 108.

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi logistik.

Hasil uji empiris menunjukan bahwa (1) terdapat hubungan positif antara auditor tenure dengan kualitas audit, (2) terdapat hubungan positif antara auditor industry specialization terhadap kualitas audit (3) terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas audit yang diproksikan dengan ukuran KAP pada perusahaan yang diaudit oleh auditor Big Four dan non Big Four.

Kata kunci: Auditor Tenure, Audit Industry Specialization, Kualitas Audit.

Terdaftar di BEI tahun 2005 - 2010) ABSTRACT

The purpose of this research is to investigate influence the association between auditor tenure and auditor industry specialization on audit quality. This research is interesting to do because this research model in Indonesia still rare and makes many different results. This research compares the association between auditor tenure and auditor industry specialization on audit quality and tested whether there are significant differences between auditor tenure and auditor industry specialization on audit quality that the auditee firms have been audited by Big 4 auditor and non Big 4 auditor. This research takes manufacture companies listed in Indonesian Stock Exchange in year 2005 - 2010 as the samples, with purposive sampling method obtained the number of samples 108 sampling. The testing of hypothesis in this research using logistic regression technique.

The empirical test results indicate that (1) there is positif relationship betwen auditor tenure on audit quality, (2) there is positif relationship betwen auditor industry specialization on audit quality and (3) there are significant differences between quality audit using the proxy of the audit office size from firms audited by Big 4 auditor and non Big 4 auditor.

Keywords: Auditor Tenure, Auditor Industry Specialization, Audit Quality.

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Informasi keuangan yang disajikan di dalam laporan keuangan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pengguna laporan keuangan. Namun, informasi yang disajikan memiliki keterbatasan, yaitu manajer perusahaan membuat dan menyusun laporan keuangan. Oleh karena itu, laporan keuangan yang dibuat setiap perusahaan harus diperiksa oleh auditor yang independen. Hal ini dimaksudkan agar pihak eksternal yang akan menggunakan laporan keuangan perusahaan memiliki keyakinan bahwa di dalam informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan telah sesuai dengan yang diatur oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga dapat menghindari unsur-unsur fraud di dalam informasi keuangan yang disajikan di dalam laporan keuangan. Kontribusi audit yaitu untuk memberikan akuntabilitas terhadap laporan keuangan yang disajikan suatu entitas.

Audit memiliki peranan penting dalam keberhasilan sistem ekonomi. Entitas mengeluarkan laporan keuangannya agar dapat digunakan oleh pengguna eksternal, dengan harapan pengguna eksternal ini dapat membantu kinerja operasi perusahaan. Akan tetapi, terdapat pihak eksternal yang tidak begitu saja percaya terhadap informasi keuangan yang disajikan oleh entitas tersebut. Hal itu

dapat dikarenakan yang menciptakan laporan keuangan adalah manajer perusahaan, jadi bisa saja informasi keuangan tersebut mengandung unsur rekaya oleh manajer agar laporan keuangan terlihat bagus di mata pengguna laporan keuangan. Oleh karena itu, perlu adanya pihak eksternal untuk menilai kewajaran suatu laporan keuangan. Dalam hal ini, perlu adanya audit untuk memberikan pernyataan mengenai tingkat kesesuaiannya antara informasi keuangan yang disajikan di dalam laporan keuangan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkannya.

Kualitas audit saat ini menjadi bahasan utama dikalangan entitas, praktisi dan pihak lain yang berkepentingan di dalam penggunaan laporan keuangan yang telah diaudit. Menurut Oliverio (2007), kualitas audit merupakan topik yang hangat antara akuntan berpraktik dan pengambilan kebijakan seperti yang terjadi di Amerika Serikat terutama pasca keruntuhan Enron dan pelbagai tempat lainnya. Di Indonesia pun pernah terjadi kasus kegagalan akuntansi, kasus itu terjadi pada Lippo Group, Indo Farma dan Kimia Farma yang teridentifikasi menyajikan laporan keuangan tidak sesuai dengan kinerja sebenarnya. Mungkin saja masih terdapat entitas-entitas yang melakukan praktek serupa, hanya saja entitas-entitas ini dapat dikatakan memiliki nasib yang lebih beruntung karena tidak terdeteksi. Setelah adanya kasus keruntuhan Enron di Amerika Serikat, hal ini memberikan gambaran adanya skandal akuntansi lainnya kepada pelbagai user , terutama apabila Kantor Akuntan Publik (KAP) memberikan jasa lainnya di Kualitas audit saat ini menjadi bahasan utama dikalangan entitas, praktisi dan pihak lain yang berkepentingan di dalam penggunaan laporan keuangan yang telah diaudit. Menurut Oliverio (2007), kualitas audit merupakan topik yang hangat antara akuntan berpraktik dan pengambilan kebijakan seperti yang terjadi di Amerika Serikat terutama pasca keruntuhan Enron dan pelbagai tempat lainnya. Di Indonesia pun pernah terjadi kasus kegagalan akuntansi, kasus itu terjadi pada Lippo Group, Indo Farma dan Kimia Farma yang teridentifikasi menyajikan laporan keuangan tidak sesuai dengan kinerja sebenarnya. Mungkin saja masih terdapat entitas-entitas yang melakukan praktek serupa, hanya saja entitas-entitas ini dapat dikatakan memiliki nasib yang lebih beruntung karena tidak terdeteksi. Setelah adanya kasus keruntuhan Enron di Amerika Serikat, hal ini memberikan gambaran adanya skandal akuntansi lainnya kepada pelbagai user , terutama apabila Kantor Akuntan Publik (KAP) memberikan jasa lainnya di

Audit juga memiliki risiko, hanya saja risiko audit ini merupakan risiko yang dapat terjadi tanpa disadari oleh auditor dan tidak dapat memodifikasi pendapatnya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Penelitian Peters et al. (1998) mengungkapkan bahwa beberapa risiko berhubungan dengan kinerja suatu audit, sedangkan risiko audit terdiri dari risiko bawaan, risiko pengendalian dan risiko deteksi. Pada ketiga risiko ini, terdapat dua risiko yang bersumber dari internal perusahaan (auditee), yaitu risiko bawaan dan risiko pengendalian. Selain itu, tidak hanya auditor saja tetapi juga banyak kelompok lain yang menunjukkan ketertarikan mereka pada masalah kualitas audit (Grant et al., 1996).

Suatu entitas memungkinkan untuk memintas jasa audit untuk KAP yang sama untuk tahun buku periode berikutnya. Hanya saja, jika di tiap tahun dilakukan audit oleh KAP yang sama, hal ini dapat menyebabkan kualitas audit yang rendah. Ada kemungkinan manajer memiliki hubungan relasi yang dekat sehingga dapat memengaruhi independensi auditor. Padahal menurut Pernyataan Standar Auditing No. 1 menyatakan bahwa dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor (Standar Profesi Akuntan Publik 2011 : 220.01), sehingga perlu Suatu entitas memungkinkan untuk memintas jasa audit untuk KAP yang sama untuk tahun buku periode berikutnya. Hanya saja, jika di tiap tahun dilakukan audit oleh KAP yang sama, hal ini dapat menyebabkan kualitas audit yang rendah. Ada kemungkinan manajer memiliki hubungan relasi yang dekat sehingga dapat memengaruhi independensi auditor. Padahal menurut Pernyataan Standar Auditing No. 1 menyatakan bahwa dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor (Standar Profesi Akuntan Publik 2011 : 220.01), sehingga perlu

KMK 359/KMK.06/2003 mengatur suatu entitas dapat meminta jasa audit atas laporan keuangan pada KAP yang sama selama lima tahun, sehingga dengan adanya kebijakan ini, bertujuan agar dapat menjaga obyektivitas auditor

terhadap auditee. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan publik”. Perubahan yang terjadi di dalam peraturan tersebut yaitu pemberian jasa audit umum menjadi enam tahun berturut-turut oleh KAP yang sama dan tiga tahun berturut-turut oleh akuntan publik kepada satu klien yang sama (pasal 3 ayat 1). Perubahan berikutnya yaitu KAP dan akuntan publik boleh menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien tersebut (pasal 3 ayat 2 dan 3).

Rotasi dapat dipandang mandatory dengan berpijak pada sisi obyektivitas dan independensi (GAO, 2003). Studi yang memandang rotasi bersifat mandatory mencatat kemungkinan adanya ancaman mengenai keakraban yang berlebihan (familiarity threat) dalam relasi KAP dengan klien yang panjang, di sisi lain KAP akan memandang perusahaan dengan pandangan yang Rotasi dapat dipandang mandatory dengan berpijak pada sisi obyektivitas dan independensi (GAO, 2003). Studi yang memandang rotasi bersifat mandatory mencatat kemungkinan adanya ancaman mengenai keakraban yang berlebihan (familiarity threat) dalam relasi KAP dengan klien yang panjang, di sisi lain KAP akan memandang perusahaan dengan pandangan yang

Kualitas audit sudah banyak dilakukan penelitian dengan menggunakan proksi yang berbeda-beda. Proksi dikotomi big dan non big pernah digunakan antara lain oleh Palmrose (1987); Deis dan Giroux (1992); Teoh dan Wong (1993); Becker et al. (1998); Behn et al. (2008); Jordan et al. (2010), proksi dikotomi spesialis industri dan non industri pernah digunakan oleh Krishnan (2003) dan Mayangsari (2006). Proksi-proksi ini pun dapat dikombinasikan antara yang satu dengan yang lainnya, seperti yang dilakukan peneliti Choi et al. (2005) dengan mengkombinasikan ukuran auditor (big dan non big) dengan spesialis industri dan peneliti Daff (2009) menggunakan kombinasi antara proksi kualitas teknis dan kualitas layanan. Dari pelbagai proksi yang telah ada dan digunakan, menurut sepengetahuan peneliti belum ada penelitian tentang proksi terbaik untuk mengukur kualitas audit.

Berdasarkan telaah penelitian terdahulu, terdapat beberapa kesenjangan yang perlu ditindaklanjuti. Kesenjangan-kesenjangan yang perlu ditindaklanjuti antara lain: (1) perbedaan proksi di dalam pengukuran kualitas audit, sehingga diperlukan penelitian tentang proksi mana yang terbaik, (2) perbedaan pelbagai hasil penelitian (kelompok yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas Berdasarkan telaah penelitian terdahulu, terdapat beberapa kesenjangan yang perlu ditindaklanjuti. Kesenjangan-kesenjangan yang perlu ditindaklanjuti antara lain: (1) perbedaan proksi di dalam pengukuran kualitas audit, sehingga diperlukan penelitian tentang proksi mana yang terbaik, (2) perbedaan pelbagai hasil penelitian (kelompok yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas

Mengingat auditor tenure dan auditor industry specialization dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi kualitas audit, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan auditor tenure dan auditor industry specialization terhadap kualitas audit pada perusahaan manufaktur dan diwujudkan ke dalam penelitian berjudul: “Pengaruh Auditor Tenure dan

Auditor Industry Specialization terhadap Kualitas Audit di Perusahaan- perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah auditor tenure berpengaruh terhadap kualitas audit?

2. Apakah auditor industry specialization berpengaruh terhadap kualitas audit?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah menganalisis secara empiris mengenai:

1. Pengaruh audit tenure terhadap kualitas audit

2. Pengaruh auditor industry specialization terhadap kualitas audit

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan pengetahuan mengenai kualitas audit pada umumnya dan tambahan literatur mengenai kualitas audit khususnya proksi dan model kualitas audit. Diharapkan penelitian ini memberikan manfaat bagi pelbagai pihak terutama:

1. Akademis Diharapkan dapat menjadi bahan literatur mengenai kualitas audit terutama yang berkaitan dengan proksi dan konsekuensi dari kualitas audit

2. Praktisi Diharapkan dapat menjadi penunjuk bagi manajemen dalam pemilihan auditor guna kepentingannya maupun pemegang saham (pemilik) dan menjadi bahan evaluasi bagi profesi akuntan tentang kualitas jasa audit yang diberikan guna perbaikan di masa yang akan datang.

3. Penelitian Selanjutnya Diharapkan dapat menjadi referensi dan informasi untuk memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai pembahasan kualitas audit.

Selain itu, diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi kreditor dan investor tentang kualitas audit baik yang diberikan oleh auditor yang big dan non big sehingga dapat terjalin kerja sama (rekanan) yang saling menguntungkan di masa yang akan datang.

BAB II LANDASAN TEORI

A. KERANGKA TEORITIS

1. Peran Auditor berdasarkan Agency Theory

Menurut Jensen dan Meckling (1976), terdapat hubungan antara manajer dan pemilik di dalam hubungan keagenan. Di dalam hubungan keagenan terjadi kontrak antara satu pihak yaitu pemilik (prinsipal) dengan pihak lain yaitu agen. Hubungan keagenan merupakan hubungan yang timbul apabila prinsipal memberikan mandat kepada agen untuk melaksanakan pekerjaan dan prinsipal mendelegasikan wewenang di dalam pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Jensen dan Meckling (1976) juga memisahkan bentuk hubungan keagenan menjadi dua macam, yaitu antara manajer dan pemegang saham (shareholders) dan antara manajer dan pemberi pinjaman (bondholders).

Di dalam hubungan keagenan, penggunaan auditor eksternal yang independen sebagai pihak ketiga merupakan mediator antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga dapat berfungsi untuk mengamati dan mengevaluasi perilaku manajer sebagai agen kemudian memastikan bahwa agen bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal. Penggunaan auditor eksternal yang independen merupakan mekanisme yang didorong oleh pasar yang bertujuan Di dalam hubungan keagenan, penggunaan auditor eksternal yang independen sebagai pihak ketiga merupakan mediator antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga dapat berfungsi untuk mengamati dan mengevaluasi perilaku manajer sebagai agen kemudian memastikan bahwa agen bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal. Penggunaan auditor eksternal yang independen merupakan mekanisme yang didorong oleh pasar yang bertujuan

Manajemen perusahaan selalu berupaya memberikan kepuasan kepada keinginan investor dengan memilih auditor yang dapat merefleksikan citra manajer yang baik di mata investor. Palmrose (1984) serta Healy dan Lys (1986) menyebutkan di dalam penelitian mereka bahwa kualitas audit menjadi indikator utama dalam membangun teori pemilihan auditor. Hal ini berarti kualitas pelayanan jasa auditor yang diberikan terhadap klien menjadi dasar pertimbangan utama di dalam menyeleksi auditor.

Auditor dituntut untuk menjaga independensi dan memiliki kepentingan untuk mempertahankan atau meningkatkan jasa auditnya dengan memenuhi keinginan klien audit, terutama klien jangka panjang, sehingga hal ini dapat menjamin kelanjutan perikatan audit. Ketergantungan ekonomi dapat menjadi faktor utama penyebab adanya insentif untuk bekerja sama dengan manajemen yang curang. Ditinjau dari sudut ini, maka perikatan audit jangka panjang akan terjalin hubungan kedekatan dan loyalitas antara auditor dan klien. Mautz dan Sharaf (1961) menyatakan bahwa apabila penugasan auditor yang sekarang dipertahankan dalam jangka waktu lama di masa depan, maka Auditor dituntut untuk menjaga independensi dan memiliki kepentingan untuk mempertahankan atau meningkatkan jasa auditnya dengan memenuhi keinginan klien audit, terutama klien jangka panjang, sehingga hal ini dapat menjamin kelanjutan perikatan audit. Ketergantungan ekonomi dapat menjadi faktor utama penyebab adanya insentif untuk bekerja sama dengan manajemen yang curang. Ditinjau dari sudut ini, maka perikatan audit jangka panjang akan terjalin hubungan kedekatan dan loyalitas antara auditor dan klien. Mautz dan Sharaf (1961) menyatakan bahwa apabila penugasan auditor yang sekarang dipertahankan dalam jangka waktu lama di masa depan, maka

2. Teori Sinyal (Signaling Theory)

Sinyal dapat diartikan dengan isyarat pada manajer perusahaan kepada investor (pihak eksternal). Wujud dari sinyal dapat berupa beragam bentuk, baik yang dapat diamati secara langsung maupun harus melalui penelaahan

lebih mendalam untuk dapat mengetahuinya (Gumanti, 2009). Signaling theory memiliki maksud untuk memberikan informasi finansial kepada pihak eksternal karena adanya asimestri informasi di antara kedua belah pihak. Asimetri informasi dapat menimbulkan gap khususnya kepercayaan dari pihak eksternal kepada perusahaan. Upaya untuk mengurangi asimetri informasi ini dapat dilakukan dengan memberikan sinyal kepada pihak eksternal, salah satunya dengan transparansi informasi keuangan yang dapat dipercaya sehingga dapat mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan di masa mendatang (Wolk et al., 2000 dalam Jama’an, 2007).

Meningkatnya harga saham merupakan indikator nilai perusahaan yang dipegang oleh investor, sehingga dengan pengeluaran investasi dapat memberikan sinyal positif akan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Peningkatan hutang dapat direspon positif oleh pasar, sebab hutang yang diperoleh perusahaan akan dikelola untuk meningkatkatkan kinerja dan

operasional perusahaan dan diartikan oleh pihak eksternal sebagai kewajiban perusahaan yang harus dibayarkan di masa mendatang (Brigham, 1999 dalam Jam’an, 2007). Sinyal opini bebas yang dikeluarkan KAP merupakan sinyal yang dapat menggambarkan keandalan informasi keuangan pada perusahaan tersebut. Kualitas KAP juga memberikan sinyal kepercayaan pada pihak perusahaan, pemilik dan pihak-pihak lain, sehingga sejalan dengan pernyataan Epstein dan Geiger (1994) yang menyatakan bahwa investor dan pihak pengguna laporan keuangan lainnya mengakui adanya manfaat audit dalam pelaporan keuangan. Penggunaan auditor independen merupakan suatu keharusan agar dapat menghasilkan kualitas audit yang tinggi sehingga dapat memberikan sinyal positif kepada pihak eksternal.

3. Pengertian Kualitas Audit

Arrens dan Loebbecke (1993:2) mendefinisikan audit sebagai proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu satuan usaha yang dilakukan seseorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Elde et al. (2010) menyatakan bahwa audit merupakan akumulasi dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat Arrens dan Loebbecke (1993:2) mendefinisikan audit sebagai proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu satuan usaha yang dilakukan seseorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Elde et al. (2010) menyatakan bahwa audit merupakan akumulasi dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat

Unsur-unsur yang terdapat di dalam auditing dengan mengacu pengertian di atas yaitu:

1. Berupa laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta

catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya.

2. Pemeriksaan dilakukan secara kritis dan sistematis.

3. Pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang independen.

4. Tujuan dari pengawasan akuntan adalah untuk dapat memberikan opini

mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa. Audit pada umumnya digolongkan menjadi tiga yaitu:

1. Audit laporan keuangan Audit laporan keuangan yaitu audit yang dilakukan auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

2. Audit kepatuhan Audit kepatuhan yaitu audit yang bertujuan untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Audit kepatuhan umumnya diilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria.

3. Audit operasional Audit operasional yaitu review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian dari organisasi tersebut, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu.

Pada umumnya, audit berfungsi untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan yang bergantung pada kompetensi auditor di dalam menemukan salah saji material. Apabila salah saji material dideteksi dan dikoreksi atau diungkapkan, maka dapat memperbaiki kualitas laporan keuangan. Begitu pula sebaliknya, apabila mengalami kegagalan di dalam menemukan atau mengoreksi salah saji material, maka berdampak tidak dapat memperbaiki kualitas laporan keuangan.

Kualitas audit menurut De Angelo (1991) didefinisikan sebagai probabilitas gabungan untuk mendeteksi dan melaporkan kesalahan yang material di dalam laporan keuangan. Menurut Meier dan Fuglister (1992), menyatakan bahwa kualitas audit menurut konsep kos kualitas tradisional terdiri dari tiga kategori aktivitas yang perlu dianalisis. Kategori tersebut yaitu

persiapan, penilaian atau aktivitas kegagalan. Sutton (1993) mendeteksi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kaulitas audit. Ukuran yang digunakan yaitu gabungan dari ukuran proses dan ukuran hasil. Ukuran proses berfokus pada pekerjaan yang dilakukan auditor dan ketaatan auditor kepada standar yang ditetapkan. Ukuran hasil berfokus pada keyakinan yang meningkat yang diperoleh pengguna laporan keuangan terhadap laporan auditor. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kualitas audit berhubungan dengan lingkungan klien.

Kualitas auditor dibedakan berdasarkan KAP yang masuk dalam golongan Big Four dan non Big Four. Kualitas auditor akan meningkat sejalan dengan besarnya KAP sehingga akan meningkatkan reputasi KAP tersebut (John, 1991) dalam Payamta (2006). KAP di dalam menyediakan jasa auditnya akan berusaha mempertahankan reputasinya dengan menghasilkan kualitas audit yang lebih baik. Pemakai laporan keuangan biasanya lebih percaya pada laporan keuangan auditan yang diaudit oleh auditor yang memiliki kualitas yang tinggi dibanding dengan auditor yang kurang berkualitas, sebab pemakai laporan keuangan ini menganggap bahwa untuk mempertahankan kredibilitasnya, auditor akan lebih berhati-hati dalam melakukan proses audit untuk dapat mendeteksi salah saji atau kecurangan.

4. Auditor Tenure

Rotasi audit merupakan perpindahan auditor (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya yaitu merger antara dua perusahaan yang kantor akuntan publiknya berbeda, ketidakpuasan terhadap kantor akuntan publik yang sebelumnya dan merger antara kantor akuntan publik (Halim, 1997:79-80).

Rotasi dapat dipandang mandatory dengan berpijak pada sisi obyektivitas dan independensi (GAO, 2003). Studi yang memandang rotasi bersifat mandatory mencatat kemungkinan adanya ancaman mengenai keakraban yang berlebihan (familiarity threat) dalam relasi KAP dengan klien yang panjang, di sisi lain KAP akan memandang perusahaan dengan pandangan yang baru (fresh look). Adanya relasi panjang antara KAP dengan klien dapat menyebabkan KAP menjadi kurang tegas (lack rigorous) dalam pendekatan mereka. Jika relasi panjang ini menyebabkan kurang tegasnya KAP, maka berdampak skepticism yang lebih rendah.

Menurut DeAngelo (1981), dengan panjangnya jangka waktu dan kesinambungan penugasan audit, pihak pengguna laporan keuangan eksternal (seperti pemegang saham, pemegang obligasi dan pengguna lainnya) mendapatkan manfaat yaitu menghemat biaya yang berkaitan dengan evaluasi kualitas audit. Walaupun DeAngelo (1981) tidak secara eksplisit menyatakan bahwa kualitas audit berkorelasi dengan jangka waktu tertentu sebagai masa Menurut DeAngelo (1981), dengan panjangnya jangka waktu dan kesinambungan penugasan audit, pihak pengguna laporan keuangan eksternal (seperti pemegang saham, pemegang obligasi dan pengguna lainnya) mendapatkan manfaat yaitu menghemat biaya yang berkaitan dengan evaluasi kualitas audit. Walaupun DeAngelo (1981) tidak secara eksplisit menyatakan bahwa kualitas audit berkorelasi dengan jangka waktu tertentu sebagai masa

5. Auditor Industry Specialization

Auditor spesialis industri memberikan kontribusi positif terhadap kredibilitas yang ditawarkan oleh auditor. Beberapa bukti spesialis industri menghasilkan audit yang lebih efektif. Owhoso et al. (2002) menemukan bahwa pengalaman industri auditor memiliki deteksi kesalahan pada spesialisasi industrinya dibandingkan auditor yang tidak memiliki spesialisasi industri. O’keefe et al. (1994) melapokan secara signifikan greater compliance pada standard audit untuk auditor yang spesialis industri dengan yang non-spesialis.

Terdapat hubungan antara spesialisasi industri dengan kualitas laporan keuangan. Dunn et al. (2000) menemukan bahwa klien dari KAP spesialis industri memiliki tingkat yang lebih tinggi pada kualitas pengungkapan oleh analisis keuangan. Sebaliknya, Lys dan Watts (1994) gagal untuk menemukan tingkat perbedaan auditor litigasi yang signifikan antara spesialis dan non- spesialis.

Bonner dan Lewis (1990) dalam Krishnan (2003) menemukan bahwa pada umumnya audit yang lebih berpengalaman menghasilkan kinerja yang Bonner dan Lewis (1990) dalam Krishnan (2003) menemukan bahwa pada umumnya audit yang lebih berpengalaman menghasilkan kinerja yang

Auditor yang spesialis industri manufaktur dapat mengevaluasi apakah ketetapan jaminan obligasi sesuai dengan standar industrinya dengan lebih baik daripada auditor yang non-spesialis di industri manufaktur. Bedard dan Biggs (1991) dalam Krishnan (2003) mengobservasi auditor yang memiliki pengalaman lebih di industri manufaktur dan menemukan hasil bahwa auditor yang memiliki pengalaman yang lebih tinggi di industri manufaktur dapat mengidentifikasi kesalahan-kesalahan pada data klien manufaktur dengan lebih baik dibandingkan dengan auditor yang kurang memiliki pengalaman di industri manufaktur.

Auditor spesialis umumnya akan selalu terus mengembangkan database mengenai spesifik industri dengan detail pada prakteknya, spesifik industri pada resiko dan kesalahan serta tansaksi yang tidak seperti umumnya sehingga hal tersebut menunjang di dalam keefektifan mengaudit perusahaan. Hal ini konsisten dengan penemuan Johnson et al. (1991) dalam Krishnan (2003) bahwa pengalaman industri berhubungan erat di dalam kemampuan mendeteksi kecurangan.

B. PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa auditor tenure memiliki asosiasi dengan tingginya kualitas audit (Geiger dan Raghunandan 2002; Johnson, Khurana dan Reynolds, 2002; Myers, Myers dan Omer, 2003; Mansi, Maxswell dan Miller, 2004; Ghosh and Moon, 2005; Chen, Lin dan Lin, 2008). Namun penelitian saat ini menunjukkan beberapa konflik pada hasil, seperti terdapat bukti mengenai perpanjangan auditor tenure memiliki asosiasi dengan efek positif dan negatif pada kualitas audit (Davis, Soo dan Trompeter, 2008). Carey dan Simnett (2006) menemukan tidak adanya hubungan mengenai audit partner tenure dan akrual, melainkan kualitas audit berasosiasi dengan lower quality audit ketika audit partner tenure mengalami kenaikan.

Penelitian yang dilakukan Geiger dan Raghunandan (2002) menemukan bahwa terdapat kegagalan pelaporan audit secara signifikan pada tahun awal-awal hubungan auditor dengan klien daripada hubungan auditor dengan klien yang lebih panjang. Myers et al. (2003) menyatakan bahwa tenure yang lebih panjang akan mengurangi kualitas earning.

Spesialis industri memberikan jaminan yang lebih tinggi dibandingkan non-spesialis industri. Peneliti-peneliti Ohwoso et al. (2002), Carcello dan Naggy (2002), dan Dunn et al. (2000) menemukan spesialis industri memberikan tingkat kualitas audit yang lebih bagus dibandingkan yang non-spesialis. Namun, tidak begitu halnya dengan apa yang telah ditemukan peneliti Lys dan Watts (1994), Spesialis industri memberikan jaminan yang lebih tinggi dibandingkan non-spesialis industri. Peneliti-peneliti Ohwoso et al. (2002), Carcello dan Naggy (2002), dan Dunn et al. (2000) menemukan spesialis industri memberikan tingkat kualitas audit yang lebih bagus dibandingkan yang non-spesialis. Namun, tidak begitu halnya dengan apa yang telah ditemukan peneliti Lys dan Watts (1994),

C. PENGEMBANGAN HIPOTESIS DAN HIPOTESIS

Agency theory menjelaskan mengenai hubungan yang muncul ketika satu orang individu atau lebih yang disebut prinsipal memberikan mandat kepada individu lain atau organisasi yang disebut agent untuk melaksanakan pekerjaan

dan kemudian mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Masalah agensi timbul karena adanya konflik kepentingan antara shareholder dan manajer, karena tidak bertemunya utilitas yang maksimal di antara mereka.

Manajer (agent) sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (principals). Ketimpangan informasi ini biasa disebut sebagai asymetri information. Baik pemilik maupun agen diasumsikan mempunyai

rasionalisasi ekonomi dan

semata-mata mementingkan kepentingannya sendiri (Jansen dan Meckling, 1976). Agen mungkin akan takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik, sehingga terdapat kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut. Berdasarkan asumsi tersebut, maka dibutuhkan pihak ketiga yang independen untuk menjebataninya, dalam hal ini adalah akuntan publik (auditor).

Selanjutnya (Antle dan Nalebuff, 1991) menyatakan bahwa laporan audit harus dipandang sebagai laporan bersama antara auditor dengan manajemen perusahaan. Oleh karena itu kualitas audit juga tidak hanya dipengaruhi oleh auditor, melainkan oleh auditee juga. Hal ini juga didukung oleh Petters et al. (1989) yang menyatakan bahwa beberapa risiko berhubungan dengan kinerja suatu audit, sedangkan risiko audit terdiri dari risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi. Dari ketiga risiko audit tersebut, dua risiko yakni risiko bawaan dan risiko pengendalian bersumber dari internal perusahaan (auditee).

Argumen utama yang mendukung adanya hubungan negatif antara lamanya penugasan audit dengan kualitas audit yaitu erosi independensi yang mungkin muncul akibat tumbuhnya hubungan pribadi antara auditor dengan kliennya dan semakin lamanya penugasan audit, kapabilitas auditor untuk bersikap kritis akan berkurang karena auditor sudah terlalu familiar. Mautz dan Sharaf (1961) menyatakan bahwa auditor harus menyadari berbagai tekanan yang bermaksud mempengaruhi perilakunya dan sedikit demi sedikit akan mengurangi independensinya. Hubungan pribadi yang semakin panjang akan memunculkan ikatan loyalitas atau emosi yang akan mempengaruhi independensi dan objektivitas auditor. Kondisi paling ekstrem yaitu timbulnya familiaritas berlebihan yang akan mendorong terjadinya kolusi antara auditor dengan klien (McLaren, 1958 dalam Carey dan Simnett, 2006).

Berkurangnya kapabilitas auditor untuk bersikap kritis karena auditor sudah terlalu familiar, hal ini menyebabkan semakin terbatasnya pendekatan pengujian audit kreatif seperti yang sering terjadi saat awal perikatan audit (Hoyle, 1978 dan McLaren, 1958 dalam Carey dan Simnett, 2006). Shockley (1981) dalam Carey dan Simnett (2006) menyatakan bahwa tingginya tingkat kepuasan, berkurangnya inovasi dan prosedur audit, dan muculnya percaya diri berlebihan terhadap klien cenderung muncul ketika auditor memiliki hubungan yang lama dengan klien.

Terlepas dari hubungan negatif, lamanya penugasan audit juga dapat memberikan hubungan positif. Argumen yang mendukungnya yaitu lamanya penugasan audit dapat meningkatkan kualitas audit dengan berbagai alasan dan pengetahuan tentang klien dan industri yang diperoleh setelah audit selama berulang-ulang akan meningkat, sehingga dapat meningkatkan kualitas audit. Geiger dan Raghunandan (2002) menemukan bahwa kegagalan audit sering terjadi pada periode awal auditor melaksanakan penugasan audit. Carcello dan Nagy (2004) juga menemukan bahwa kecurangan dalam laporan keuangan sering terjadi pada tahun-tahun awal auditor melaksanakan audit. Konsisten dengan hal ini, St.Pierre dan Anderson (1984) menemukan banyak kesalahan audit yang dilakukan auditor pada saat awal penugasan audit. Tingkat independensi auditor relatif lebih tinggi di awal masa penugasan, namun tingkat familiaritasnya lebih rendah, terlihat dari tingginya tingkat kegagalan audit pada masa awal tersebut.

Johnson et al. (2002) dan Myers et al. (2003) melaporkan bahwa tingkat akrual diskresioner menurun sesuai dengan lamanya penugasan audit, sehingga kualitas audit meningkat. Bamber dan Lyer (2002) menemukan bahwa keterikatan auditor dengan klien berhubungan dengan makin tingginya kualitas audit. Hal ini berarti rotasi kantor akuntan publik tidak bersifat produktif. Temuan ini konsisten dengan kesimpulan Ghosh dan Moon (2005) mengenai persepsi auditor dimana lamanya keterikatan KAP dengan klien identik dengan semakin meningkatnya kualitas audit.

Atas dasar paparan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat dirumuskan dan dinyatakan seperti berikut ini.

H 1 : Auditor tenure berpengaruh positif terhadap kualitas audit

Hubungan antara kualitas audit dengan auditor industry specialization telah dilakukan oleh banyak penelitian sebelumnya. Maletta dan Wright (1996) dalam Krishnan (2003) menemukan bahwa terdapat perbedaan yang mendasar pada karakteristik error dan metode deteksi error mengenai indsutri, kemudian auditor yang spesialis lebih handal untuk mendeteksi error atau abnormal lainnya dibandingankan auditor yang non-spesialis. Bedard dan Giggs (1991) dalam Krishnan (2003) menemukan bahwa auditor yang memiliki pengalaman di industri manufaktur lebih handal dalam mendeteksi error pada data klien manufaktur dibandingkan auditor yang non-spesialis. Konsisten dengan hal ini,

Wright dan Wright (1997) dalam Krishnan (2003) menemukan bahwa pengalaman yang cukup terhadap industri retailing memberikan kontribusi untuk meningkatkan deteksi error pada klien industri retailing. Solomon et al. (1999) dalam Krishnan (2003) menemukan bahwa auditor yang spesialis menunjukkan pengetahuan yang lebih besar terhadap frekuensi non-error.

Johnson et al. (1991) dan Carcello dan Nagy (2004) menemukan bahwa auditor yang spesialis industri dapat menemukan adanya financial fraud. Balsam et al. (2003) menemukan adanya bukti apabila auditor yang spesialis industri akan membuat investor melihat laba menjadi lebih informatif. Klien audit juga muncul untuk menilai auditor yang spesialis industri seperti ditunjukkan pada harga premium yang ditawarkan auditor yang spesialis industri (Francis et al. 2005). O’keefe (2004) menemukan bahwa auditor yang spesialis industri berusaha untuk menjaga reputasi mereka melalui pemenuhan terhadap standard auditing yang diterima umum. Temuan ini konsisten akan auditor industry specialization memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitas audit.

Atas dasar paparan di atas, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut ini.

H 2 : Auditor industry specialization berpengaruh positif terhadap kualitas audit

D. KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan pemaparan di atas, maka kerangka pemikiran teoritis dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar II.1 Hubungan auditor tenure dan auditor specialization industry terhadap kualitas audit

Auditor Tenure

Auditor Industry Specialization

Kualitas Audit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan pengujian hipotesis (hypothesis testing study ) yaitu menjelaskan sifat hubungan-hubungan tertentu atau menetapkan perbedaan-perbedaan antara dua faktor (kelompok) independen atau lebih dalam sebuah situasi (Sekaran, 2006). Penelitian ini berusaha menjelaskan pengaruh auditor tenure dan auditor industry specialization yang diproksikan dengan estimasi industry market share yang berdasarkan penjualan terhadap kualitas.

B. POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK SAMPEL

Populasi mengacu pada sekelompok orang, kejadian (event), atau sesuatu yang menarik peneliti untuk diteliti (Sekaran, 2006). Populasi dalam penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan manufaktur lebih dipilih karena jumlah populasi industri ini paling banyak ditemukan dibandingkan jumlah jenis industri lain. Seluruh data yang digunakan dalam penelitian merupakan data sekunder dan diambil dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang telah diaudit dan terdaftar di BEI dan di-publish di Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel dilakukan dengan mengambil sampel berdasarkan criteria tertentu dengan tujuan penelitian (Hartono, 2005). Penggunaan metode purposive sampling method dalam penggunaan penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan mempublikasikan laporan keuangan auditan secara konsisten dan lengkap dari tahun 2005 - 2010.

2. Perusahaan sudah terdaftar di BEI sebelum tanggal 1 Januari 2005 dan tidak

keluar (delisting) di BEI selama periode penelitian (2005 - 2010).

3. Perusahaan yang menerbitkan annual report yang di-publish oleh www.idx.co.id maupun di website masing-masing perusahaan secara berturut-turut selama tahun 2005 - 2010.

4. Terdapat kelengkapan data yang diperlukan, antara lain: auditor yang mengaudit laporan keuangan dan laporan keuangan auditan secara kontinyu selama periode penelitian selama tahun 2005 - 2010 serta instrumen dalam laporan keuangan yang disajikan dalam mata uang Indonesia (dalam bentuk rupiah).

Pemilihan periode laporan keuangan tahun 2005 hingga 2010 dipilih karena keberadaan data dan untuk tercukupinya data untuk dilakukan penelitian serta tahun 2010 dianggap sebagai tahun terakhir yang digunakan di dalam penelitian ini dengan melihat ketersediaan laporan keuangan terakhir yang Pemilihan periode laporan keuangan tahun 2005 hingga 2010 dipilih karena keberadaan data dan untuk tercukupinya data untuk dilakukan penelitian serta tahun 2010 dianggap sebagai tahun terakhir yang digunakan di dalam penelitian ini dengan melihat ketersediaan laporan keuangan terakhir yang

C. JENIS DAN SUMBER DATA

Pada umumnya di dalam penelitian terdiri dari dua data, yaitu data primer atau data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung oleh responden, sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari responden (Sekaran, 2006). Pada penelitian ini menggunakan data sekunder dengan cara mencatat data dari laporan-laporan, catatan dan arsip- arsip yang dapat diperoleh dari beberapa sumber seperti perpustakaan FE UNS, internet, dan sumber-sumber lain yang berkaitan. Data yang digunakan sebagai berikut.

1. Data perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam BEI pada tahun 2005- 2010. Data ini dapat diperoleh di Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2005 - 2011

2. Data untuk jumlah rekan Akuntan Publik (AP) pada suatu KAP diambil dari database PPAJP - Departemen Keuangan.

3. Data yang berkaitan dengan pencarian nilai yaitu data yang terdapat di laporan keuangan apabila data di dalam annual report tidak disajikan.

D. DEFINISI VARIABEL DAN PENGUKURANNYA

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu satu variabel dependen dan dua variabel independen .

1. Variabel dependen Variable dependen di dalam penelitian ini yaitu kualitas audit diproksikan menggunakan ukuran atau skala KAP. Chen et al. (2005) menyatakan bahwa semakin besar skala KAP maka kualitas audit yang dihasilkan semakin tinggi. Variabel dummy dalam penelitian ini adalah KAP Big Four dan non Big Four. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy untuk auditor yang termasuk dalam KAP Big Four diberi lambang 1 dan KAP non Big Four diberi lambang 0 sesuai dengan penelitian Komalasari (2006).

KAP BIG FOUR DI INDONESIA

Osman Bing Satrio & Rekan Delloitte Touche Tohmatsu Tanudiredja, Wibisana & Rekan

Price Waterhouse Coopers Siddharta & Widjaja

KPMG

Purwantono, Suherman & Surja

Ernst & Young

2. Variabel Independen Variable independen yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu: