ANALISIS PENGARUH BEBERAPA FAKTOR TERHADAP VOLUME EKSPOR KOPI JAWA TENGAH SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH BEBERAPA FAKTOR TERHADAP VOLUME EKSPOR KOPI JAWA TENGAH SKRIPSI
Oleh : YOSEFH GITA MAULANA
H 0307093
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
ii
ANALISIS PENGARUH BEBERAPA FAKTOR TERHADAP VOLUME EKSPOR KOPI JAWA TENGAH SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Oleh : Yosefh Gita Maulana
H 0307093
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
iii
commit to user
iv
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-NYA kepada penulis sehingga diberi kemudahan dan kelancaran senantiasa mengiringi di setiap langkah penyusunan karya ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti sampai hari pembalasan.
Usaha dan upaya untuk senantiasa lakukan yang terbaik atas setiap kerja menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah” Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, antara lain :
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/
Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing utama skripsi yang selalu memberikan semangat, bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis.
5. Bapak Ir. Suprapto selaku dosen pembimbing pendamping yang senantiasa memberikan semangat, saran, bimbingan dan arahan kepada penulis.
6. Ibu Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP selaku dosen penguji yang senantiasa memberikan semangat, saran,masukan, bimbingan dan arahan kepada penulis.
commit to user
7. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staf Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama menempuh perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
8. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Provinsi Jawa Tenga, beserta jajaran staf atas bantuan dan kerjasamanya.
9. Kedua orang tuaku Bapak Sugito dan Ibu Dwi Wahyuni, S.H., adikku tersayang Ethis Yuantoro beserta keluarga besar yang mengajarkan begitu banyak cinta dan kesabaran, serta senantiasa memberikan kasih sayang, doa, perhatian, dukungan dan semangat di setiap langkah penulis.
10. Nurina Kusuma Wardhani, SP terima kasih atas kasih sayang, perhatian, doa, semangat dan bantuannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
11. Bapak Sudarmoko dan Ibu Endang Tri Rochmani yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat.
12. Sahabat spesial serta rekan bisnis, Primadani Setyo Prakoso dan Lukman Nulhakim, yang selalu memberikan semangat, doa, dukungan dan bantuan kepada penulis.
13. Sahabat-sahabatku Kraitong “Friend isn’t Frenchaise” Prima, Maman, Bela, Joko Puspito, Adam, Tyo, Diki, Rochmad, Andi, yang telah memberikan semangat, doa, dukungan dan bantuan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
14. Teman teman HIBITU, Peppy, Kiki, Sukma, Nita, Salwa, Dhea, Lala, Echa, Retno eka, Nian, Fahmi, Agnes, Sara, Dini, Ferinika, Senkip, Mumun, , Satria, Vina, Widy, Anisa, Desi, Dedy, Antony, Nasir, Sendi, Lani, Dhina, Reny, Dina, Dian, Maria, Devi dan yang lainnya.
15. Teman-teman PKP angkatan 2007 Wahid, Rahmad, Nanang dan yang lainnya.
16. Rekan-rekan Agrobisnis seluruh angkatan atas segala bantuannya.
commit to user
vi
17. Rekan-rekan Bursa Mahasiswa, rekan-rekan kos kurnia , rekan-rekan Karang Taruna Montisa.
18. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengembangkan diri dan membantu penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa sesungguhnya karya ini hanya sedikit memberikan kontribusi bagi pihak pemerintah Provinsi Jawa Tengah maupun bagi almamater. Namun begitu besar memberikan kemanfaatan bagi penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis berharap di balik kekurangsempurnaan karya ini masih ada manfaat yang bisa diberikan baik bagi penulis sendiri, bagi pihak almamater dapat menjadi tambahan referensi, dan bagi pembaca semoga bisa dijadikan tambahan pengetahuan. Amin.
Surakarta, Oktober 2011
Penyusun
commit to user viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kontribusi Ekspor Kopi terhadap Penerimaan Devisa
Subsektor Perkebunan dan Sektor Pertanian Indonesia Tahun 1995-2005 ..................................................................
3 Tabel 2. Luas Arel, Produksi, Produktivitas, dan Volume Ekspor
Kopi di Jawa Tengah Thun 2005-2009 .................................
4 Tabel 3. Syarat Mutu Umum ...............................................................
10 Tabel 4. Mutu Kopi Berdasarkan Sistem Cacat ..................................
10 Tabel 5. Penentuan Besarnya Nilai Cacat Biji Kopi ...........................
10 Tabel 6.
Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 ...........................................................................
35 Tabel 7. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2005-2009 .....................................................
39 Tabel 8. Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Tengah Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2005-2009 ...................................................
40 Tabel 9. Komposisi Penduduk Provinsi Jawa Tengah Menurut
Kelompok Umur dan ABT Tahun 2009 ...............................
41 Tabel 10. Komposisi Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Provinsi Jawa
Tengah yang Bekerja Menurut Lapangan pekerjaan 2009 ...
42 Tabel 11. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2009 (dalam Jutaan Rupiah) ..................................................................................
43 Tabel 12. Laju Pertumbuhan PDRB Sektor Perekonomian Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2008-2009 (Persen) ..............................
45 Tabel 13. Nilai Ekspor Jawa Tengah Menurut Komoditi Tahun 2005-
2009 (US $) ...........................................................................
46
Tabel 14. Mutu Persentase Nilai Impor Jawa Tengah Terhadap Indonesia
2005-2009 (Juta US $) ..........................................................
47 Tabel 15. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian
Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008-2009 (Jutaan Rupiah) ...................................................
48
commit to user ix
Tabel 16. Laju Pertumbuhan PDRB Subsektor Pertanian Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2008-2009 (Persen) ..............................
48 Tabel 17. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah Tahun
1990-2009 .............................................................................
54 Tabel 18. Perkembangan Produksi Kopi Provinsi Jawa Tengah
Tahun 1990-2009 ..................................................................
56 Tabel 19. . Perkembangan Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah Tahun
1989-2008 .............................................................................
58 Tabel 20. Perkembangan Harga Ekspor Kopi Jawa Tengah Tahun
1990-2009 .............................................................................
60 Tabel 21. Perkembangan Harga Domestik Kopi Jawa Tengah, 1990-
2009 .......................................................................................
62 Tabel 22. Perkembangan Harga Ekspor Teh Jawa Tengah Tahun
1990-2009 .............................................................................
64 Tabel 23. Perkembangan Nilai Tukar Dollar AS Terhadap Rupiah
Tahun 1990-2009 ..................................................................
66 Tabel 24. Rekapitulasi Variabel –variabel Penelitian ...........................
68 Tabel 25. Rekapitulasi Variabel –variabel Penelitian Yang Telah
Ditransformasi Dalam Bentuk Log Natural ..........................
69 Tabel 26. Analisis Varian Faktor-faktor yang berprngaruh terhadap
volume Ekspor Kopi Jawa Tengah .......................................
71 Tabel 27. Analisis Pengaruh masing-masing Variabel bebas terhadap
Volume ekspor Kopi Jawa Tengah .......................................
72 Tabel 28. Nilai Standar Koefisien Regresi Parsial Tiap Vaiabel Yang
Mempengaruhi Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah .............
73 Tabel 29. Nilai Koefisien Elstisitas Variabel-variabel bebas yang
Berpengaruh Terhadap Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah .
75
commit to user x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Grafik kurva perdagangan internasional antar dua negara .. 15 Gambar 2. Grafik kurva penawaran ekspor di negara A ......................
16 Gambar 3. Elastisitas Penawaran .........................................................
18 Gambar 4. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ................................
22 Gambar 5. Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah
Tahun 1990-2009 ................................................................
55 Gambar 6. Grafik perkembangan Produksi Kopi Jawa Tengah Tahun
1990-2009 ...........................................................................
57 Gambar 7. Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah
Tahun 1989 -2008 ...............................................................
59
Gambar 8. Grafik Perkembangan Harga Ekspor Jawa Tengah 1990-2009 61 Gambar 9. Grafik perkembangan Harga Domestik Kopi Jawa Tengah
tahun 1990 -2009 ................................................................
63
Gambar 10. Grafik Perkembangan Harga Ekspor Teh Jawa Tengah Tahun
1990-2009 ...........................................................................
65
Gambar 11. Grafik Perkembangan Nilai Tukar dollar AS terhadap Rupiah
Tahun 1990 - 2009 ..............................................................
67
commit to user xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rekapitulasi Data Variabel Tak Bebas dan Variabel Bebas Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume
Ekspor Kopi Jawa Tengah Lampiran 3. Lampiran 3. Hasil Analisis Heteroskedastisitas Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah Lampiran 4. Perhitungan Indeks Harga Konsumen Tahun Dasar 2002 = 100 Lampiran 5 Pendeflasian Harga Domestik Kopi, Nilai Tukar Dollar Terhadap Rupiah
dan Harga Ekspor Kopi, Harga Ekspor Teh,
Lampiran 6 Perhitungan Nilai Standar Koefisien Regresi Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian Lampiran 8 Gambar Peta Provinsi Jawa Tengah
commit to user xii
RINGKASAN
Yosefh Gita Maulana. H0307093. 2011. “Analisis Pengaruh Beberapa Faktor
Terhadap Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah ”. Skripsi ini dibawah bimbingan Dr.Ir. Mohd. Harisudin, M.Si dan Ir. Suprapto, Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh beberapa faktor terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah dan mengkaji tingkat kepekaan (elastisitas) ekspor kopi Jawa Tengah. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif analitis.. Data yang digunakan adalah data time series selama 20 tahun yaitu dari tahun 1990-2009 dianalisis dengan metode regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukkan model fungsi volume ekspor kopi Jawa Tengah adalah
Y = 1,075.10 -13 X 1 2,320 X 2 0,223 X 3 1,304 X 4 -0,363 X 5 -1,107 X 6 0,591 . Model ini mempunyai nilai koefisien determinasi ( 2 ) sebesar 0,781 yang berarti 78,1% variasi variabel
volume ekspor kopi Jawa Tengah sebagai variabel tak bebas dapat dijelaskan oleh
variabel-variabel bebas antara lain produksi kopi Jawa Tengah (X 1 ), volume ekspor kopi Jawa Tengah tahun sebelumnya (X 2 ), harga ekspor kopi Jawa Tengah (X 3 ), Harga domestik kopi Jawa Tengah (X 4 ), Harga ekspor teh Jawa Tengah (X 5 ) dan nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah (X 6 ) dan 21,9% lainnya dijelaskan oleh variasi
variabel diluar model. Berdasarkan hasil uji F pada tingkat kepercayaan 90% diperoleh nilai signifikansi lebih kecil dari α (2,11 < 12,317). Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah. Sedangkan dari hasil uji t menunjukkan bahwa variabel variabel
produksi kopi Jawa Tengah (X 1 ), harga ekspor kopi Jawa Tengah (X 3 ), Harga ekspor teh Jawa Tengah (X 5 ) dan nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah (X 6 )
secara individu berpengaruh nyata terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah. Berdasarkan nilai standar koefisien regresi parsial, variabel produksi ekspor kopi Jawa Tengah mempunyai nilai koefisien regresi yang paling tinggi sebesar 5,7941. Hal ini menunjukkan bahwa variabel produksi kopi Jawa Tengah mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah. Elastisitas volume ekspor kopi Jawa Tengah bersifat inelastis untuk variabel nilai tukar Dollar Amerika Serikat
terhadap Rupiah (X 6 ). Dari hasil penelitian ini dapat disarankan agar produsen kopi dan
pemerintah provinsi Jawa Tengah bersama-sama berupaya untuk meningkatkan jumlah dan kualitas produksi kopi yang sesuai dengan standar mutu ekspor, sehingga mampu bersaing dengan produk kopi dari negara lain di pasar internasional.
commit to user xiii
SUMMARY
Yosefh Gita Maulana. H0307093. 2011. "Analysis of Some Factors Effect
To Central Java Coffee Export Volume" . This thesis is under the guidance of Dr. Ir Mohd. Harisudin, M.Si and Ir. Suprapto, Faculty of Agriculture. Sebelas Maret University.
The objective of research to analyze the influence of several factors on the volume of coffee exports in Central Java and assess the degree of sensitivity (elasticity) of Central Java coffee exports. The basic method used in this research is analytical descriptive method .. The data used are time series data for 20 years from 1990-2009 were analyzed with multiple linear regression method. The analysis showed the model function of the volume of coffee exports in Central Java is
Y = 1,075.10 -13 X 1 2,320 X 2 0,223 X 3 1,304 X 4 -0,363 X 5 -1,107 X 6 0, 591 . This model has a coefficient of determination (R 2 ) of 0.781 which means that 78.1% variation of the
variable volume of coffee exports in Central Java as the dependent variables can be
explained by independent variables such as coffee production in Central Java (X 1 ), the volume of coffee exports in Central Java previous year (X 2 ), the export price of coffee in Central Java (X 3 ), the domestic price of coffee in Central Java (X 4 ), the export price of tea in Central Java (X 5 ) and the United States dollar exchange rate of Rupiah (X 6 ) and 21.9% were described by variation of the variable outside the model.
Based on the results of the F test at 90% confidence level obtained significance value smaller than α (2.11 <12.317). This shows that all the variables studied jointly significantly affect the volume of coffee exports in Central Java. While the results of the t test showed that the variables of coffee production in Central Java variables
(X 1 ), the export price of coffee in Central Java (X 3 ), the export price of tea in Central Java (X 5 ) and the United States dollar exchange rate against the dollar (X 6 )
individually have real impact export volume of coffee in Central Java. Based on the standard partial regression coefficient, variable export coffee production in Central Java has the highest regression coefficient of 5.7941. This suggests that coffee production in Central Java variables have the greatest influence on the volume of coffee exports in Central Java. Elasticity of export volumes of coffee in Central Java
is inelastic for variable rate U.S. dollar against the rupiah (X 6 ). From the results of
this study can be suggested that coffee producers and the government of Central Java make concerted efforts to increase the number and quality of coffee production in accordance with export quality standards, so as to compete with coffee products from other countries in the international market.
commit to user
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara pelaku perdagangan internasional. Peningkatan ekspor baik jumlah maupun jenis barang atau jasa selalu diupayakan dengan berbagai strategi diantaranya adalah pengembangan ekspor, terutama ekspor nonmigas. Tujuan dari program pengembangan ekspor ini adalah mendukung upaya peningkatan daya saing global produk Indonesia serta meningkatkan peranan ekspor dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
Komponen ekspor selama tiga tahun terakhir menunjukkan fluktuasi dalam memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, komponen ekspor barang dan jasa memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 2010 sebesar 24,61%. Nilai tersebut meningkat dari presentase komponen ekspor tahun 2009 sebesar 24,17%. Namun presentase tersebut masih lebih rendah dari pada presentase komponen ekspor tahun 2008 sebesar 29,81%.
Ekspor Indonesia pada Desember 2010 mengalami peningkatan sebesar 25,74% bila dibandingkan dengan ekspor bulan Desember 2009. Peningkatan ekspor Desember 2010 disebabkan oleh meningkatnya ekspor nonmigas sebesar 5,42% yaitu, dari US$12.816,9 juta menjadi US$13.511,0 juta. Demikian juga ekspor migas mengalami peningkatan sebesar 16,19% dari US$2.816,4 juta menjadi US$3.272,4 juta (Badan Pusat Statistik, 2010).
Sektor pertanian adalah salah satu sektor non migas yang turut berperan serta dalam memberikan kontribusi devisa bagi negara melalui ekspor produk-produk pertanian. Beberapa komoditi dengan perolehan devisa yang cukup tinggi berasal dari subsektor perkebunan. Produk perkebunan yang menjadi komoditi utama ekspor antara lain produk dari kopi, karet, kelapa sawit, teh, dan tembakau.
commit to user
Dirjen Perkebunan Kementrian Pertanian melaporkan bahwa pada tahun 2011 akan terjadi peningkatan target devisa yang dihasilkan bagi negara dari subsektor perkebunan sebesar US$37,52 miliar, naik 17,65% dibandingkan dengan 2010. Selain menargetkan peningkatan devisa, pada 2011 subsektor perkebunan juga ditargetkan untuk menarik lebih banyak investor untuk berinvestasi di dalam negeri. Sampai dengan 5 tahun kedepan subsektor perkebunan masih menjadi andalan sektor pertanian (Diena, 2011)
Kopi termasuk bagian dari komoditi pertanian subsektor perkebunan, komoditi ini memiliki kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian nasional. Kopi merupakan salah satu komoditi perdagangan strategis dan memegang peranan penting khususnya sebagai sumber devisa, penyedia lapangan kerja dan sebagai sumber pendapatan bagi petani ataupun pelaku ekonomi lainnya yang terlibat baik dalam kegiatan on-farm maupun off-farm (Lubis cit. Reza, 2009).
Bagi bangsa Indonesia, kopi merupakan salah satu komoditas penting. Pada tahun 1981 dihasilkan devisa sebesar US$347,8 juta dari ekspor kopi sebesar 210.800 ton. Nilai ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Tercatat pada tahun 2001, komoditas kopi mampu menghasilkan devisa sebesar US$ 595,7 juta dan menduduki peringkat pertama di antara komoditas ekspor subsektor perkebunan (Najiyati dan Danarati, 2004).
Indonesia merupakan negara produsen kopi terbesar ketiga dunia, yang sekaligus merupakan Negara pengekspor kopi terbesar keempat dunia yang menguasai pangsa ekspor dunia sebesar 6,6%. Sekitar 95 % volume ekspor Indonesia berupa biji kopi (green coffee) dan sisanya kopi soluble (roasted coffee, instant coffee, roasted and ground coffee), sementara industri kopi raksasa dunia menguasai pangsa pasar siap saji (roasted ground coffee dan soluble dan instant coffee) dengan citra produk masing-masing yang telah melekat di ingatan konsumen, menyebabkan Indonesia terperangkap dan sulit bersaing dan mengembangkan produk di negara-negara konsumen (Hutabarat, 2004).
commit to user
Posisi kopi sebagai komoditas ekspor penghasil devisa negara dapat dilihat dari kontribusi nilai ekspor yang cukup besar, yaitu sebesar US$403,45 juta selama periode 1995-2005. Pada periode tersebut, subsektor perkebunan secara rata-rata mampu menyumbang nilai ekspor sebesar US$5.227,91 juta. Sektor pertanian ratarata menghasilkan nilai ekspor sebesar US$5.796,13 juta. Rata-rata nilai ekspor kopi tersebut memiliki pangsa sebesar 0,08% dari nilai ekspor subsektor perkebunan dan 0,07% dari nilai ekspor sektor pertanian (tabel 1). Tabel 1. Kontribusi Ekspor Kopi terhadap Penerimaan Devisa Subsektor
Perkebunan dan Sektor Pertanian Indonesia Tahun 1995-2005
Tahun
Nilai Ekspor (Juta US $)
Pangsa Ekspor Kopi terhadap Penerimaan Devisa (%)
Kopi
Perkebunan Pertanian Perkebunan Pertanian 1995
0,07 Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006
Turunnya volume dan nilai ekspor kopi Indonesia menunjukkan tingkat persaingan perdagangan kopi dunia yang semakin ketat. Munculnya negara- negara pesaing baru perlu lebih diamati untuk tetap menjaga daya saing kopi Indonesia di pasar dunia. Vietnam tercatat sebagai pesaing paling serius dalam perdagangan kopi dunia terutama jenis Robusta yang selama ini menjadi andalan Indonesia.
Jawa Tengah merupakan salah satu wilayah yang memiliki cukup banyak perkebunan termasuk perkebunan kopi. Produksi Kopi di Jawa
commit to user
Tengah dihasilkan oleh perkebunan rakyat, perkebunan PTPN IX dan perkebunan swata besar. Kopi di Jawa Tengah telah menjadi komoditi ekspor selama lebih dari 20 tahun. Berdasarkan data yang diperoleh (tabel 2), menunjukkan bahwa jumlah luas areal perkebunan kopi di Jawa Tengah semakin berkurang tiap tahunnya, sedangkan jumlah produksinya cenderung meningkat terutama pada tahun 2008 dan 2009. Jumlah volume ekspor tiap tahun juga mengalami fluktuasi, pada tahun 2007 jumlah volume kopi Jawa Tengah yang diekspor mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan krisis ekonomi yang mengguncang dunia, sehingga permintaan menurun. Tabel 2 Luas Areal, Produksi, Produktivitas, dan Volume Ekspor Kopi di
Jawa Tengah Tahun 2005-2009 Tahun
Luas Areal
(kg/ha)
Volume Ekspor (Ton) 2005
11583,18 Sumber: Dinas Perkebunan Jawa Tengah, 2010
Fluktuasi yang terjadi pada volume ekspor kopi Jawa Tengah disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah diantaranya luas areal, yang mempengaruhi jumlah produksi kopi, sehingga akan berpengaruh pada volume kopi yang diekspor. Nilai tukar rupiah terhadap dollar juga merupakan pemicu kegiatan ekspor. Selain itu, rendahnya harga kopi di pasar domestik dibandingkan dengan harga kopi di pasar internasional diduga ikut mempengaruhi volume ekspor kopi Jawa Tengah . Oleh karena itu perlu adanya analisis pengaruh yang diakibatkan oleh faktor-faktor tersebut terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah, dalam upaya pengembangan kopi sebagai komoditi ekspor Jawa Tengah.
commit to user
B. Rumusan Masalah
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengakui pada 2009 ekspor kopi Indonesia mengalami penurunan akibat krisis ekonomi global yang menekan permintaan pasar.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai ekspor kopi pada 2009 (Januari-November) mencapai US$775,11 juta atau berkontribusi 0,89% terhadap total ekspor nonmigas nasional yang sebesar US$86,6 miliar. Nilai ini turun 16,79% dibandingkan dengan realisasi pada 2008 yang mencapai US$931,58 juta. Kendati ekspor kopi secara nasional turun, khusus yang dari Jateng mengalami kenaikan signifikan sebesar 38,52%.
Pada 2008 (Januari-November) ekspor kopi Jateng tercatat US$12,97 juta sedangkan pada 2009 sebesar US$17,96 juta. Pemerintah akan terus memacu ekspor nonmigas termasuk kopi dengan menghilangkan berbagai hambatan teknis (debottlenecking), seperti penerapan NSW dan penyederhanaan prosedur administrasi layanan di pintu ekspor (Purwoko, 2010).
Dari uraian di atas, maka dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya yaitu :
1. Apakah beberapa faktor yang diteliti mempengaruhi volume ekspor kopi Jawa Tengah?
2. Faktor apa yang paling berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah?
3. Bagaimana elastisitas volume ekspor kopi Jawa Tengah akibat perubahan beberapa faktor yang mempengaruhi tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian analisis perkembangan ekspor kopi ini mempunyai tujuan untuk :
1. Mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi volume ekspor kopi Jawa Tengah.
commit to user
2. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah.
3. Mengetahui elastisitas volume ekspor kopi Jawa Tengah akibat perubahan beberapa faktor yang mempengaruhi tersebut.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini yaitu:
1. Bagi peneliti, penelitian ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi pemerintah Propinsi Jawa Tengah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dalam upaya peningkatan ekspor non migas komoditas perkebunan khususnya kopi
3. Bagi perusahaan eksportir, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan manajerial yang berhubungan dengan kegiatan ekspor kopi
4. Bagi pihak lain, penelitian ini bermanfaat sebagai sumber perluasan wawasan dan pengetahuan, serta sebagai bahan kajian dan pembanding dalam pembahasan permasalahan yang sejenis.
commit to user
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian mengenai analisis perkembangan ekspor komoditi perkebunan yang telah lebih dahulu dilakukan. Pada umumnya penelitian tersebut memaparkan tentang pengaruh dari berbagai faktor terhadap ekspor komoditi perkebunan.
Penelitian yang dilakukan oleh Aji Wahyu Rosandi (2007) dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Kopi Indonesia. Menjelaskan bahwa penawaran ekspor kopi Indonesia dalam jangka panjang secara signifikan dipengaruhi oleh produksi kopi dan pengaruhnya positif. Sedangkan konsumsi domestik kopi dan harga domestik kopi mempengaruhi penawaran ekspor kopi Indonesia secara signifikan dan pengaruhnya negatif. Harga ekspor kopi dan nilai tukar berpengaruh tidak signifikan terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia dalam jangka panjang. Penawaran ekspor kopi Indonesia dalam jangka pendek secara signifikan dipengaruhi oleh produksi kopi dan harga domestik kopi tahun sebelumnya dan pengaruhnya positif. Sedangkan konsumsi domestik kopi, harga ekspor kopi tahun sebelumnya dan dummy krisis ekonomi mempengaruhi penawaran ekspor kopi Indonesia secara signifikan dan pengaruhnya negatif. Dummy kebijakan penghapusan kuota ekspor berpengaruh tidak signifikan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan Error Correction Model (ECM) dan dengan menggunakan persamaan kointegrasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Mahani (2003) dengan judul Analisis Ekspor Teh Jawa Tengah, menjelaskan bahwa dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,822. Hasil uji F menunjukkan bahwa nilai F-hitung sebesar 8,297 sedangkan nilai F-tabel pada tingkat kepercayaan 99% sebesar 4,69. Berarti produksi teh, harga domestik teh, harga ekspor teh, nilai kurs dollar Amerika Serikat terhadap rupiah dan ekspor tahun sebelumnya secara bersama-sama berpengaruh sangat nyata
commit to user
terhadap volume ekspor teh Jawa Tengah. Sedangkan dari hasil uji t diperoleh bawa variabel yang berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh Jawa Tengah secara individu adalah produksi teh (2,812); harga ekspor teh (2,805) dan ekspor tahun sebelumnya (2,624).
Menurut penelitian Sugihaningsih (2004) yang berjudul Analisis Perkembangan Ekspor Kakao Jawa Tengah diketahui bahwa produksi kakao, harga domestik kakao, harga ekspor kakao dan harga ekspor kopi secara individual berpengaruh nyata terhadap volume ekspor. Produksi kakao, harga domestik kakao, dan harga ekspor kopi masing-masing berpengaruh pada taraf nyata sampai dengan 20%, sedangkan harga ekspor kakao berpengaruh pada taraf nyata sampai dengan 5%. Nilai tukar Dollar AS, jumlah negara tujuan ekspor dan volume ekspor tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata secara individu. Dalam hasil penelitian juga diketahui berdasarkan perhitungan nilai standar koefisien regresi parsial bahwa harga domestik kakao merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap volume ekspor kakao.
B. Tinjauan Pustaka
1. Kopi Tanaman kopi di Indonesia pertama kali dikenalkan oleh VOC pada tahun 1696-1699. Awalnya penanaman kopi hanya sebagai bahan penelitian. Namun ternyata dapat memberikan cukup keuntungan sebagai komoditas perdagangan sehingga VOC menyebarkan bibit kopi ke berbagai daerah agar penduduk dapat menanamnya. Kemudian VOC mendirikan perkebunan besar dan akhirnya kopi pun menyebar ke daerah Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan daerah- daerah di Pulau Jawa.
Kopi Robusta dapat tumbuh optimum pada ketinggian 400-700 mdpl, sedangkan kopi Arabika menghendaki ketinggian tempat antara 700-1700 mdpl. Selain ketinggian tempat, curah hujan merupakan faktor iklim yang penting. Tanaman kopi umumnya dapat tumbuh optimum di
commit to user
daerah dengan curah hujan 2000-3000 mm/tahun (Suwarto dan Yuke, 2010).
Menurut Najiyati dan Danarati (2004), buah kopi biasanya dipasarkan dalam bentuk kopi beras, yaitu kopi kering yang sudah terlepas dari daging buah dan kulit arinya. Pengolaan buah kopi bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kulitnya dan mengeringkan biji tersebut sehingga diperoleh kopi beras dengan kadar air tertentu dan siap dipasarkan. Pengolahan buah kopi dilakukan melalui dua cara yaitu cara basah dan kering.
Sebagian kopi ini akan dipasarkan di dalam negeri dan sebagian besar lainya diekspor. Rantai pemasaran kopi dari petani atau perkebunan bisa melalui bermacam-macam jalur. Petani dapat memasarkan kopi secara bebas dalam bentuk kopi beras atau atau bentuk basah/ gelondong ke asosiasi petani kopi atau langsung ke pedagang pengumpulan. Selanjutnya, pedagang pengumpul akan memasarkan kopi beras ke pedagang besar atau langsung ke eksportir dan perusaaan kopi bubuk.
Perkebunan rakyat dan perekebunan besar (milik swasta/ negara) biasanya memasarkan kopi langsung ke eksportir dan perusahaan kopi bubuk atau melalui pedagang besar. Syaratnya kopi harus bermutu baik dan sudah di sortasi sehingga memiliki syarat mutu yang ditentukan.
2. Standar Mutu Kopi Indonesia telah menerapkan standar mutu biji kopi berdasarkan sistim nilai cacat kopi sejak tahun 1990. Standar mutu biji kopi yang berlaku saat ini adalah SNI 01-2907-2008 biji kopi hasil dari beberapa kali revisi.
commit to user
Tabel 3 Syarat Mutu Umum Kriteria
Satuan
Persyaratan Serangga hidup
Tidak ada Biji berbau busuk dan atau berbau kapang
Tidak ada Kadar air
% fraksi massa
Maks 12,5 Kadar kotoran
% fraksi massa
Maks 0,5 Sumber: AEKI
Tabel 4 Mutu Kopi Berdasarkan Sistem cacat Mutu
Persyaratan
Mutu1 Jumlah nilai cacat maksimum 11 Mutu 2
Jumlah nilai cacat 12 sampai dengan 25 Mutu 3
Jumlah nilai cacat 26 sampai dengan 44 Mutu 4a
Jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60 Mutu 4b
Jumlah nilai cacat 61 sampai dengan 80 Mutu 5
Jumlah nilai cacat 81 sampai dengan 150 Mutu 6
Jumlah nilai cacat 151 sampai dengan 225 Catatan: untuk kopi arabika mutu 4 tidak dibagi menjadi sub mutu 4a dan 4b
Sumber : AEKI Tabel 5 Penentuan besarnya nilai cacat biji kopi Jenis cacat
Nilai cacat
1 (satu) biji hitam
1 (satu)
1 (satu) biji hitam sebagian ½ (setengah)
1 (satu) biji hitam pecah ½ (setengah)
1 (satu) kopi gelondong
1 (satu)
1 (satu) biji coklat ¼ (seperempat)
1 (satu) kulit kopi ukuran besar
1 (satu)
1 (satu) kulit kopi ukuran sedang ½ (setengah)
1 (satu) kulit kopi ukuran kecil 1/5 (seperlima)
1 (satu) biji berkulit tanduk ½ (setengah)
1 (satu) kulit tanduk ukuran besar ½ (setengah)
1 (satu) kulit tanduk ukuran sedang 1/5 (seperlima)
1 (satu) kulit tanduk ukuran kecil 1/10 (sepersepuluh)
1 (stau) biji pecah 1/5 (seperlma)
1 (satu) biji muda 1/5 (seperlima)
1 (satu) biji berlubang satu 1/10 (sepersepuluh)
1 (satu) biji berlubang lebih dari satu 1/5 (seperlima)
1 (satu) biji bertutul-tutul 1/10 (sepersepuluh)
1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran besar
5 (lima)
1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran sedang
2 (dua)
1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran kecil
1 (satu) (AEKI, 2008)
commit to user
Dalam “International Coffee Agreement 2007” disepakati nama dan bentuk kopi yang diperdagangkan secara internasional adalah:
a. Green Coffee (Kopi hijau) berarti seluruh kopi yang sudah dikupas dan belum di sangrai;
b. Dried Coffee Cherry (buah kopi kering) berarti buah kopi dari pohon yang sudah dikeringkan, perbandingan antara buah kopi kering dan kopi hijau adalah dengan mengalikan berat bersih buah kopi kering dengan 0.50;
c. Parchment Coffee (kopi dengan kulit ari) berarti biji kopi hijau yang masih memiliki kulit ari, untuk mendapatkan perbandingan berat “parchment coffee” dengan “green coffee” adalah dengan mengalikan berat bersih “parchment coffee” dengan 0.80;
d. Roasted Coffee (Kopi sangrai) berarti biji kopi hijau yang sudah disangrai dengan tingkat panas tertentu;
e. Decaffeinated Coffee (Kopi dekafein) berarti kopi baik hijau maupun yang sudah disangrai atau kopi yang bisa dilarutkan dimana kandungan kafeinnya sudah diekstrak;
f. Liquid Coffee (kopi cair) berarti bentuk kopi yang sudah disangrai
yang diubah bentuknya menjadi bentuk cair dengan air.
g. Soluble Coffee berarti kopi yang berasal dari kopi sangrai yang dibentuk menjadi bentuk padat yang bisa dicairkan dengan air (sejenis kopi instan).
3. Teori Perdagangan Internasional Bisnis internasional meliputi setiap transaksi bisnis yang melibatkan berbagai pihak dari lebih dari satu negara. Transaksi ini dapat terjadi dalam bentuk dan dapat melibatkan masing-masing perusahaan, kelompok perusahaan, dan/ atau lembaga-lembaga pemerintah. Bisnis internasional dapat berbeda dari bisnis dalam negeri karena perbedaan-perbedaan mata uang, sitem hukum, budaya, dan kesediaan sumber daya (Griffin dan Michael, 2005).
commit to user
Negara-negara melakukan perdagangan internasional karena dua alasan utama; masing-masing alasan menyumbangkan keuntungan perdagangan (gains of trade) bagi mereka. Pertama, negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain. Bangsa-bangsa, sebagaimana individu-individu, dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan-perbedaan mereka melalui suatu pengaturan dimana setiap pihak melakukan sesuatu dengan relatif lebih baik. Kedua negara-negara berdagang satu sama lain dengan tujuan mencapai skala ekonomis (economis of scale) dalam produksi. Maksudnya, jika setiap negara hanya menghasilkan sejumlah barang tertentu, mereka dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien dibandingkan jika negar tersebut mencoba untuk memproduksi segala jenis barang (Krugman dan Maurice, 1991).
Melakukan ekspor dan impor merupakan kegiatan yang cukup penting di setiap negara. Tiada satu negara pun di dunia ini yang tidak melakukan perdagangan luar negeri. Walau bagaimanapun kepentingan sektor luar negeri dalam suatu perekonomian bebeda dari satu negara ke negara lain. Beberapa keuntungan melakukan perdagangan internasional antara lain:
a. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi dalam negeri
b. Memperoleh keuntungan spesialisasi
c. Memperluas pasar Industri dalam Negeri
d. Meningkatkan teknologi modern dan meningkatkan produktivitas (Sukirno, 2006)
4. Ekspor Aktivitas bisnis internasional dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Ekspor melibatkan penjualan produk yang dibuat di negara sendiri seseorang untuk digunakan atau dijual kembali di negara lain untuk digunakan atau dijual kembali di negara seseorang. Penanaman modal asing adalah investasi yang dilakukan untuk maksud mengendalikan harta- milik, asset, atau perusahaan-perusahaan yang terletak dinegara-negara
commit to user
asing. Bentuk-bentuk lain aktivitas bisnis internasional meliputi lisensi, waralaba, dan kontrak manajemen (Krugman dan Maurice, 1991).
Banyak faktor yang memepengaruhi penampilan ekspor. Menurut Darmansyah (1986) faktor-faktor ini adalah harga internasional komoditas tersebut, nilai tukar mata uang (exchange rate), kuota ekspor-impor, kuota dan tariff serta nontarif.
a. Harga Internasional Makin besar selisih antar harga di pasar internasional dengan harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi bertambah banyak. Naik-turunya harga tersebut disebabkan oleh:
1) Keadaan perekonomian negara pengekspor, dimana dengan tingginya inflasi di pasaran domestik akan menyebabkan harga dipasaran domestik menjadi naik, sehingga secara riil harga komoditi tersebut jika ditinjau dari pasaran internasional akan terlihat semakin menurun.
2) Harga dipasaran internasional semakin meningkat, dimana harga internasional merupakan kesimbangan antara penawaran ekspor dan permintaan impor dunia suatu komoditas di pasaran dunia meningkat sehingga jika harga komoditas di pasaran domestik tersebut stabil, maka selisih harga internasional dan harga domestik semakin besar. Akibat dari kedua hal di atas akan mendorong ekspor komoditi tersebut.
b. Nilai Tukar Uang (Exchange rate) Efek dari kebijaksanaan nilai tukar uang adalah berkaitan dengan kebijaksanaan devaluasi, terhadap ekspor-impor suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah elastisitas harga untuk ekspor, elastisitas harga untuk impor dan daya saing komoditas tersebut di pasaran internasional. Apabila elastisitas harga untuk ekspor lebih tinggi daripada elastisitas harga untuk impor maka devaluasi cenderung menguntungkan dan sebaliknya jika elastisitas
commit to user
harga untuk impor lebih tinggi darapada harga untuk ekspor maka kebijaksanaan devaluasi tidak menguntungkan.
c. Kuota Ekspor-Impor Dengan adanya kuota ekspor bagi negara produsen komoditi tertentu maka ekspor komoditi tersebut akan mengalami hambatan terutama bagi negara-negara penghasil komoditi yang jumlahnya relatif sedikit. Oleh karena pada saat harga di pasaran internasional tinggi, misalnya sebagai akibat kerusakan komoditi tersebut, maka negara-negara penghasil komoditi yang relatif sedikit tersebut tidak dapat dimanfaatkan keadaan tersebut.
d. Kebijaksanaan Tarif dan Nontarif subtitusi impor.
Kebijaksanaan tarif biasanya dikenakan untuk komoditi impor atau komoditi subtitusi impor. Maksudnya adalah untuk menjaga harga produk dalam negeri dalam tingkatan tertentu sehingga dengan harga tersebut dapat atau mampu mendorong pengembangan komoditi tersebut (Darmansyah, 1986 cit. Soekartawi 2001).
Dalam kegiatan ekspor suatu komoditi, Salvatore (1997) menyatakan bahwa secara teoritis volume ekspor suatu komoditi tertentu dari suatu negara ke negara lain merupakan selisih antara penawaran domestik dan permintaan domestik yang disebut sebagai kelebihan penawaran (excess supply ). Kelebihan penawaran dari negara tersebut di lain pihak merupakan permintaan impor bagi negara lain atau merupakan kelebihan permintaan (excess demand). Selain dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran domestik, ekspor juga dipengaruhi oleh faktor-faktor pasar dunia seperti harga komoditas itu sendiri dan komoditas substitusinya di pasar internasional serta hal-hal yang dapat mempengaruhi harga baik langsung maupun tidak langsung.
Ekspor sebagai bagian perdagangan internasional bisa dimungkinkan oleh beberapa kondisi, antara lain:
a. Adanya kelebihan produksi dalam negeri, sehingga kelebihan tersebut
dapat dijual ke luar negeri melalui kebijaksanaan ekspor
commit to user
b. Adanya permintaan luar negeri untuk suatu produk karena adanya kekurangan produk dalam negeri.
c. Adanya keuntungan yang lebih besar dari penjualan ke luar negeri daripada penjualan di dalam negeri. Karena harga di pasar dunia yang lebih menguntungkan.
d. Adanya kebijaksanaan ekspor yang bersifat politik
e. Adanya barter antar produk tertentu dengan produk lain yang
diperlukan dan tak dapat diproduksi di dalam negeri.
Selanjutnya dengan asumsi pola permintaan kedua negara diketahui maka secara grafis kuva ekspor suatu komoditas yang dilakukan oleh kedua negara digambarkan seperti berikut
Gambar 1 Grafik kurva perdagangan internasional antar dua negara Keterangan: Pf
: Harga Kesimbangan di pasar internasional Pd A : Harga keseimbangan di negara A sebelum adanya perdagangan internasional Pd B : Harga keseimbangan di negara B sebelum adanya perdagangan internasional OY 1A : Konsumsi di negara A sebelum adanya perdagangan internasional
Negara A
Pasar Negara B
commit to user
OY 1B : Konsumsi di negara B sebelum adanya perdagangan internasional
Gambar 2.1 menunjukan bahwa sebelum adanya perdagangan internasional di negara A harga keseimbangan komoditas Y pada titik C dan titik F pada negara B. Sedangkan konsumsi di negara A sebesar OY 1 dan OY 4 pada negara B. Pf adalah harga keseimbangan di pasaran internasional yaitu, diantara harga komoditas di negara A dan negara B. Apabila harga Y naik menjadi Pf di negara A setelah adanya perdagangan Internasional, maka konsumsi domestik menjadi OY 2 sedangkan total penawaran komoditas Y sebesar OY 3 atau di titik E. Dengan demikian jumlah komoditas Y yang diekspor sebesar O-Y atau
Y 2 -Y 3 seperti gambar 2.2 berikut ini.
Gambar 2 Grafik kurva penawaran ekspor di negara A Keterangan: Pf
: Harga Kesimbangan setelah adanya perdagangan internasional
D A : Penawaran setelah adanya perdagangan Internasional OY 2 : Konsumsi domestik setelah adanya perdagangan Internasional OY 3 : Jumlah penawaran total domestik )jumlah konsumsi domestik dan jumlah ekspor) Y 2 Y 3 : Jumlah ekspor (Sulistyo, 1981 cit. Soekartawi, 2001)
commit to user
5. Elastisitas Ekspor Konsumsi bukanlah satu-satunya yang berubah apabila harga-harga naik atau turun. Juga para pelaku bisnis peka terhadap harga dalam keputusan-keputusan mereka yang menyangkut berapa banyak yang harus di produksi. Para ekonom mendefinisikan elastisitas harga penawaran sebagai kepekaan kuantitas yang ditawarkan dari sebuah barang terhadap harga pasarnya (Samuelson dan William, 2003).
Koefisien elastisitas harga dari penawaran (e s ) mengukur peresentase perubahan jumlah komoditi yang ditawarkan per unit waktu ( ∆Q/Q) akibatnya adanya persentase perubahan tertentu dalam harga komoditi itu ( ∆P/P). Jadi,
Bila kurva penawaran mempunyai kemiringan positif, maka harga dan jumlah bergerak dengan arah yang sama dan e s > 0. Oleh karena itu kurva penawaran disebut elastis bila e s > 1, inelastis bila e s < 1, dan elastis uniter bila e s = 1 (Salvatore, 2006).
Pada elastisitas penawaran terdapat lima golongan elastisitas yaitu :
a. Elastisitas sempurna Elastisitas sempurna terwujud apabila penjual bersedia menjual semua barangnya pada suatu harga tertentu, kurva penawaran sejajar dengan sumbu datar.
b. Elastis Kurva penawaran elastis terwujud apabila perubahan harga menyebabkan perubahan yang relatif besar terhadap penawaran.
c. Elastis uniter Elastis uniter terwujud apabila kurva penawaran bermula dari titik nol.
d. Inelastis Kurva penawaran inelastis terwujud apabila perubahan harga menyebabkan perubahan yang relatif kecil terhadap penawaran.
commit to user
e. Inelastis sempurna Kurva penawaran inelastis sempurna terwujud apabila penjual sama sekali tidak dapat menambah penawarannya walaupun harga bertambah tinggi, perubahan harga menimbulkan perubahan yang relatif kecil terhadap penawaran Mubyarto (1989).
Gambar 3 Elastisitas Penawaran
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah/ Kerangka Berpikir
Kopi di Provinsi Jawa Tengah merupakan komoditi utama perkebunan. Jumlah produksi kopi Jawa Tengah rata-rata mencapai 12 ribu ton/tahun. Sekitar 80% produksi kopi di Jawa Tengah berjenis Robusta dan sisanya arabika. Produksi kopi di Jawa Tengah digunakan untuk memenuhi konsumsi baik dari dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah maupun untuk luar wilayah. Sebagian besar produksi kopi provinsi Jawa Tengah diperuntukan untuk konsumsi luar wilayah terlebih untuk konsumsi luar wilayah negara. Konsumsi masyarakat Indonesia sendiri kurang dari 1%, yaitu sekitar kurang dari 1kg per kapita per tahun, sehingga sisanya diutamakan untuk memenuhi pasar ekspor. Usaha ekspor kopi di Provinsi Jawa Tengah telah dilakukan secara terus menerus lebih dari 20 tahun dengan jumlah yang berbeda tiap tahunnya. Volume ekspor kopi yang selalu berfluktuasi menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap volume ekspor kopi di Jawa Tengah.
Elastis
Elastisitas Sempurna
In Elastis Sempurna
InElastis
Elastis Uniter
commit to user
Kegiatan ekspor dapat dipandang sebagai kegiatan yang terjadi akibat adanya kelebihan produksi yang tidak habis dikonsumsi oleh penduduk dalam negeri, sehingga dapat dijual melalui kebijaksanaan ekspor. Sejalan dengan Krugman dan Maurice (1991) menyatakan bahwa ekspor melibatkan penjualan produk yang dibuat di negara sendiri seseorang untuk digunakan atau dijual kembali di negara lain untuk digunakan atau dijual kembali di negara seseorang.
Produksi bagi pasar dalam negeri merupakan pembatas bagi ekspor bila terjadi kelangkaan, dan merupakan pendorong bila terjadi kelebihan. Soekartawi (2001) menyatakan bahwa adanya surplus produksi yang dihasilkan oleh negara dapat mendorong terjadinya ekspor. Dengan demikian produksi merupakan sumber penawaran yang akan mempengaruhi banyaknya volume ekspor yang mampu ditawarkan oleh suatu negara.
Harga internasional adalah merupakan harga keseimbangan antara penawaran ekspor dan permintaan impor dunia. Produksi dunia yang berfluktuasi akan mempengaruhi harga di pasar internasional. Maka dapat dikatakan bahwa ekspor komoditi di pasar internasional di pengaruhi oleh harga luar negeri, permintaan, penawaran domestik antar negara, juga secara implisit faktor nilai tukar mata uang suatu negara terhadap negara lain. (Lindert, 1994).
Tholib cit. Sugianingsih (2004) menyatakan bahwa ekspor dipengaruhi oleh perbedaan harga potensial antara harga ekspor terhadap harga dalam negeri, semakin tinggi perbedaan harga ekspor di atas harga dalam negeri, semakin besar jumlah yang akan diekspor. Sehingga jika harga komoditas di pasaran domestik stabil, sedangkan harga yang berlaku di pasar internasional meningkat maka selisih yang terjadi akan semakin besar. Keadaan yang demikian akan menyebabkan jumlah yang akan diekspor menjadi bertambah banyak.