Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning terhadap Prestasi Belajar Tema 3 Perubahan di Alam, Subtema 2 Perubahan Iklim dan Cuaca Kelas III SD Tahun Pelajaran 2016/2017

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran

2.1.1 Penertian Model Pembelajaran

  Model mengajar menurut Joyce dan Weil (Dimyanti 2006) adalah

  “suatu

deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum,

kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar,

buku-buku pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia dan bantuan belajar

melalui program komputer ”. Sedangkan menurut Menurut Agus Suprijono (2009:

  46) “model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas ataupun tutorial

  ”. Sedangkan menurut Naniek (2010: 7)

  “model pembelajaran adalah pola interaksi antara mahasiswa, dosen, dan materi pembelajaran yang mencangkup strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran ”.

  Menurut Soekamto (Trianto, 2011: 22) “model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfugsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar

  ”. sejalan dengan Sanjaya (2006: 103) menyatakan bahwa “model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar

  ”. Menyimpulkan dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat diartikan bahwa model pembelajaran adalah langkah atau prosedur sistematis yang merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang mencangkup strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran dan dijadikan pedoman seorang pengajar agar bisa memberikan pengalaman belajar siswa dan dapat mencapai tujuan awal pembelajaran.

2.2 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

  Trianto (2011: 67) model pembelajaran Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Sedangkan menurut Suyadi (2013: 130)

  “Problem Based Learning adalah pembelajaran yang berorientasi pada masalah yang autentik dan relevan yang bertujuan untuk memecahkan masalah secara terbuka

  ”. Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyususn penegetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya (Ratumanan dalam Trianto 2011: 68).

  Hamruni (Suyadi: 2013) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah (PBL) dikembangkan dari filasafat konstruktivisme, yang menyatakan kebenaran merupakan konstruksi pengetahuan secara otonom. Artinya, peserta didik akan menyusun pengetahuan yang telah dimiliki dan dari semua pengetahuan baru yang diperoleh. Menurut Suyadi (2013: 130), pembelajaran berbasis masalah adalah penyampaian pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah secara terbuka. Tujuan utama dari pendidikan adalah memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan.

  Dari beberapa pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa problem based learning adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran yang menjadikan masalah sebagai bahan utama dalam pembelajaran dimana siswa dihadapkan langsung pada masalah yang ada di dunia nyata untuk diselesaikan.

2.2.2 Komponen Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

  Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104) memaparkan bahwa model pembelajaran mengandung beberapa unsur yaitu, sintakmatik (tahap-tahap kegiatan), sistem sosial (situasi atau suasana), prinsip reaksi (perilaku guru terhadap siswa), sistem pendukung (sarana dan alat), dan dampak instruksional dan pengiring. Unsur- unsur yang terkandung dalam model PBL adalah sebagai berikut:

  1. Sintaks, menurut Sani (2014: 157) model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) harus melalui 5 tahap yang telah ditentukan, yaitu: 1) Memberikan orientasi permasalahan kepada peserta didik, 2) Mengorganisasikan peserta didik untuk penyelidikan, 3) Pelaksanaan investigasi, 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil, 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelidikan.

  2. Prinsip reaksi, peran guru dalam model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagai fasilitator dalam artian guru memfasilitasi siswa dalam pembelajaran, yaitu guru mengorientasikan masalah pada masing-masing kelompok. Guru membimbing kerjasama tiap kelompok untuk memastikan bahwa setiap kelompok mendiskusikan bagaimana cara penyelesaian masalah.

  Setelah siswa menemukan solusi utama dari permasalahan yang telah diberikan pada setiap kelompok. Guru mengkoordinir siswa secara perwakilan untuk menyampaikan hasil diskusi ke depan kelas. Guru memberikan konfirmasi dari hasil jawaban yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar masing-masing siswa, guru memberikan soal evaluasi secara individual.

  3. Sistem sosial yang terdapat dalam model ini adalah menghargai pendapat teman ketika berdiskusi dan bersikap toleransi. Siswa saling berpendapat saat berdiskusi kelompok sehingga akan melatih siswa untuk saling menghargai teman dan memutuskan solusi utama yang terbaik dengan kesepakatan anggota kelompoknya.

  4. Daya dukung, bahan pendukung yang utama dibutuhkan dalam pembelajaran

  Problem Based Learning (PBL) adalah ketersediaan bahan ajar yang akan diberikan kepada siswa untuk masing-masing kelompok. Bahan tersebut dapat berupa materi maupun soal latihan. Daya dukung yang tidak kalah penting yaitu lingkungan fisik/ruang kelas yang bersih dan nyaman. Ketersediaan sarana dan prasarana berupa meja, kursi, papan tulis, dll. Selain itu, guru harus mempersiapkan instrumen kuis individual. Guru juga harus mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dan mempersiapkan daftar tingkat prestasi siswa untuk acuan pembagian kelompok.

  5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring merupakan hasil belajar siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Dampak instruksional yang secara umum dimiliki siswa setelah mengikuti yaitu siswa mampu bertransisi kedalam tim secara efisien, membangun pengetahuannya melalui diskusi dengan teman sebaya, sehingga siswa bisa lebih bebas ekspresi tanpa ada rasa takut. Siswa kan terbiasa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru.

  Berdasarkan pendapat Nurhadi, Trianto dan Arends dapat dikemukakan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memiliki komponen: 1) suatu sistem pembelajaran, 2) memiliki permasalahan pembelajaran, 3) membutuhkan penyelidikan untuk memecahkan masalah, 4) siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri. Kesimpulan dari beberapa komponen (PBL) di atas adalah sistem pembelajaran yang berbasis pada masalah pembelajaran, yang membutuhkan penyelidikan ilmiah untuk memecahkan masalah, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat mengembangkan kemandirian siswa melalui pemecahan masalah pembelajaran yang bermakna bagi kehidupan siswa.

  Secara khusus, dampak instruksional yang ditimbulkan dari pembelajaran melalui model PBL adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. yang dialami siswa diluar arahan dari guru. Secara umum dampak pengiring yang timbul dari pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL adalah siswa dapat saling menghargai pendepat orang lain melalui diskusi kelompok. Sedangkan, dampak pengiring yang akan didapatkan siswa melalui pembelajaran mennggunakan model PBL adalah melatih kerjasama, toleransi, kejujuran, kritis, ketekunan, menumbuhkan sikap disiplin, dan tanggung jawab.

2.2.3 Karakteristik PBL

  Setiap model pembelajaran memiliki ciri/karakteristik tertentu yang berbeda- beda. Mengutip pendapat Rusman (2011: 232) berpendapat sebagai berikut. Karakteristik pembelajaran berbasis masalah antara lain: a) masalah sebagai starting point dalam belajar, b) masalah yang disajikan ada dalam dunia nyata, c) permasalahan membutuhkan pespektif ganda, d) permasalahan menarik dan memancing rasa ingin tahu siswa, e) diutamakan belajar mandiri, f) sumber belajar dari aneka sumber, g) belajar bekerja sama dan berkomunikasi, h) proses pemecahan masalah sekaligus sebagai penguasaan isi pengetahuan, i) keterbukaan dalam pembelajaran, dan j) melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

  Senada dengan kedua pendapat di atas, Wina Sanjaya (Suyadi: 2013) menyebutkan beberapa karakteristik PBL yaitu 1) serangkaian aktivitas yang menuntut siswa untuk aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan menyimpulkan, 2) aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, dan 3) pemecahan masalah dilakukan dengan pendekatan berpikir secara ilmiah.

  Dari penjelasan di atas, peneliti menyatakan bahwa beberapa ciri/karakteristik utama yang harus ada dalam PBL di SD yaitu 1) fokus pembelajaran berada pada masalah, 2) siswa bertugas untuk mencari solusi masalah yang disajikan baik bekerja mandiri maupun berkelompok, 3) sumber belajar bervariasi tidak hanya dari buku, dan 4) guru hanya sebagai fasilitator.

  2.2.4 Manfaat PBL

  Model pembelajaran Problem based Learning memiliki berbagai macam manfaat. Menurut M. Taufiq Amir (2009: 27), PBL memiliki beberapa manfaat antara lain 1) menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahaman atas materi ajar, 2) meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan, 3) mendorong untuk berpikir, 4) membangun keterampilan soft skill, 5) membangun kecakapan belajar, dan 6) memotivasi siswa belajar. Sedangakan menurut Smith dalam Taufiq Amir (2009: 27) juga menyatakan bahwa dengan menggunakan PBL maka siswa akan memperoleh beberapa manfaat yaitu: meningkat kecakapan pemecahan masalahnya, lebih mudah mengingat, meningkat pemahamannya, meningkat pengetahuannya yang relevan dengan dunia praktik, mendorong mereka penuh pemikiran, membangun kemampuan kepemimpinan dan kerja sama, kecakapan belajar, dan memotivasi siswa dalam belajar.

  Manfaat PBL yang ingin dicapai untuk siswa SDN Kauman Kidul yaitu meningkatkan pemahaman atas materi perubahan energi yang terjadi di Indonesia, dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan mengatasi masalah siswa yang ada disekitar lingkungan masyarakat.

  2.2.5 Langkah-langkah dalam pembelajaran problem based learning

  Rusmono (2012: 81) menyebutkan tahapan pembelajaran dengan strategi PBL yaitu 1) mengorganisasikan siswa kepada masalah, 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3) membantu penyelidikan mandii dan kelompok, 4) mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta pameran, dan 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Menurut sugiyanto (2010: 159) terdapat beberapa tahapan dalam pembelajaran model PBL dan perilaku yang dibutuhkan oleh guru yaitu:

  Tabel 2.1

Sintak Pembelaajaran Problem Based learning

  No Fase Perilaku Guru

  1. Memeberikan orientasi tentang permasalahan pada siswa Guru membahas tentang tujuan pembelajaran mendiskripsikan dan member mtivasi kepada siswa ikut terlibat dalam pemecahan masalah.

  2. Mengorganisasikan siswa untuk mandiri Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahanya

  3. Membantu investigasi mandiri dan kelompok Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat melakukan eksperimen dan mencari penjelasan dan solusi

  4. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil-hasil yang tepat. Seperti laporan rekaman, video dan model-model dan membantu menyampaikan kepada orang lain

  5. Menganilis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan

2.2.6 Kelebihan dan kekurangan Problem Based Learning

  Pembelajaran berbasis masalah memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain. Kelebihan pembelajaran Problem Based

  

Learning (PBL) menurut Uden dan Beaumont dalam Suprihatiningrum (2014: 57)

  yaitu: 1) Mampu mengingat lebih baik informasi yang didapat, 2) Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, berfikir kritis, dan keterampilan komunikasi, 3) Mengembangkan pengetahuan secara integrasi, 4) Menikmati belajar, 5) Meningkatkan motivasi, 6) Bagus dalam kerja kelompok, 7) Mengembangkan belajar strategi, 8) Meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

  Kemendikbud 2013 menyebutkan ada beberapa kelebihan model pembelajaran berbasis masalah/PBL yaitu 1) terjadi pembelajaran bermakna, 2) dalam situasi PBL, siswa dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan scara simultan dalam konteks yang relevan, dan 3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

  Adapun kelemahan model Problem Based Learning Menurut Sanjaya (2011: kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba, 2) Keberhasilan model pembelajaran membutuhkan waktu untuk persiapan, 3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dipelajari, maka mereka tudak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. Namun kelamahan yang terdapat dapat dalam problem based learning dapat diatasi dengan persiapan yang matang oleh guru dan juga motivasi dari guru untuk tidak mudah menyerah.

  

2.2.7 Pembelajaran Tematik dengan Menggunakan Perlakuan Model Problem

Based Learning (PBL)

  Penerapan kurikulum 2013 memerlukan perubahan pandangan pembelajaran, di mana peserta didik dilatih untuk belajar mengobservasi, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan data, menganalisis data dan mengkomunikasikan hasil belajar. Agar tercipta kegiatan-kegiatan di atas guru perlu menggunakan model pembelajaran. Penggunaan model pembelajaranpun tidak serta merta dilakukan tanpa adanya perencanaan. Perancanaan adalah langkah-langkah yang akan dilakukan daklam kelas. Menurut Arends (2011:401) Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) akan dipaparkan pada tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.2 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan model PBL

  Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Pelaksanaan Mengorientasi

  1. Guru membagi siswa ke

  1. Siswa terbagi menjadi beberapa

masalah kepada beberapa kelompok, tiap kelompok, setiap kelompok

siswa kelompok terdiridari 4-5 siswa. beranggotakan 4-5 siswa.

  2. Guru menjelaskan tugas

  2. Siswa mendengarkan penjelaskan kelompok yang akan dari guru mengenai tugas kelompok didiskusikan bersama anggota yang akan didiskusikan besama kelompoknya. anggota kelompoknya.

  3. Guru memastikan setiap

  3. Siswa mencatat permasalahan kelompok telah mendapatkan yang telah disampaikan oleh guru. tugas yang akan didiskusikan Mengorganisasikan siswa untuk belajar

  4. Guru memastikan siswa disetiap kelompok telah mendapatkan kelompok.

  10. Guru memastikan semua kelompok telah selesai mengerjakan tugas.

  Inquri berasal dari bahsa inggris dalam bahsa indonesia yang berarti proses

  Sumber: Arends (2011: 401)

  12. Siswa menerima kofirmasi dari guru mengenai jawaban dari hasil diskusi. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

  13. Guru mengkonfirmasi jawaban dari kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusinya.

  11.Siswa mempresentasikan hasil diskusi secara bergantian Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah

  10.Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

  9.Siswa memastikan untuk solusi yang telah didiskusikan bersama.

  12. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi secara bergantian di depan kelas.

  11. Guru mengkoordinnir setiap perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas.

  Mengembangkan dan menyajikan artefak dan memamerkannya

  5. Guru memastikan siswa dalam posisi diskusi dengan angota kelompoknya.

  8. Siswa disetiap anggota kelompok saling menyepakati solusi terbaik yang telah didiskusikan bersama.

  7. Siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya dengan bimbingan guru.

  6. Siswa berdikusi dengan anggota kelompoknya, diluar bimbingan guru.

  5. Siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya dan menemukan penyebab dari permasalahan yang telah ada.

  9. Guru memastikan setiap kelompok untuk saling menyepakati solusi terbaik yang telah didiskusikan bersama

  8. Guru memastikan setiap kelompok telah menemukan solusi yang tepat dari permasalahan yang telah diberikan

  7. Guru membimbing setiap kelompok saat melakukan diskusi.

  6. Guru mengawasi siswa saat berlangsungnya diskusi kelompok.

  Mendukung kelompok investigasi

  4. Siswa duduk bersama anggota kelompoknyaa untuk berdiskusi.

2.3 Model Pembelajaran Inquri

2.3.1 Penertian Model Pembelajaran Inquri

  pembelajaran Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Selanjutnya Sani (2014: 89) Inkuiri adalah investigasi tentang ide, pertanyaan, atau permasalahan. Investigasi yang dilakukan dapat berupa kegiatan laboratorium atau aktivittas lainnya yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi. Proses yang dilakukan mencakup pengumpulan informasi, membangun pengetahuan, dan mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu yang diselidiki. Sedangkan menurut Alberta Learning dalam Sani (2014: 88) pembelajaran berbasis Inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam merumuskan pertanyaan yang mengarahkan untuk melakukan investigasi dalam upaya membangun pengetahuan dan makna baru.

  Pengertian Inquri dari pendapat ketiga ahli di atas memiliki kesamaan yaitu sebuah model pembelajaran sebelum memecahkan terlebuh dahulu melkaukan investigasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembalajaran Inquri adalah pembelajaran yang melibatkan siswa untuk mencari informasi, mengembangkan pengetahuan, melakukan investigasi untuk mengembangkan pemahaman dan mendapatkan pengetahuan baru dari masalah.

  2.3.2 langakah-langakah Inquri

  Langkah-langkah Inkuiri menurut Sanjaya (2014: 202) yaitu: 1) Orientasi, yaitu langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif, 2) Merumuskan masalah, yaitu siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat, 3) Merumuskan hipotesis, yaitu merumuskan jawaban sementari mengenai masalah yang sedang dikaji, 4)Mengumpulkan data, yaitu siswa memilih informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan, 5) Menguji hipotesis, yaitu proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data, 6) Merumuskan kesimpulan, yaitu proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

  Sintaks pembelajaran Inquri, menurut Sani (2014: 97) penerapan model Inkuiri memilki 5 tahapan yang harus dilalui, yaitu: Tahap 1 Dihadapkan dengan permasalahan yaitu siswa dihadapkan pada penyajian fenomena yang menimbulkan konflik kognitif yang akan menuntun mereka menemukan jawaban dari permasalahan yang diujikan, Tahap 2 : Pengumpulan data untuk verifikasi yaitu siswa mengumpulkan informasi tentang permasalahan yang kemudian akan diverifikasi, Tahap 3 : Pengumpulan data dalam eksperimen yaitu siswa memilih informasi berdasarkan fakta yang relevan dengan permasalahan kemudian dirumuskan dan diuji hipotesisnya terkait sebab-akibat, Tahap 4 : Organisasi, perumusan, dan penjelasan

  

yaitu siswa akan menentukan jawaban yang tepat dari permasalahan yang ada,

  kemudian dirumuskan dan dijelaskan menggunakan fakta-fakta yang ada, Tahap 5 : Menganilisis proses Inkuiri yaitu tahap menganalisis strategi inkuiri yang dilakukan dan dikembangkan yang lebih afektif.

2.4 Prestasi belajar

  Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi memiliki pengertian tentang hasil yang diperoleh oleh sesorang yang telah berhasil menyelesaikan serangkaian tugas kerja atau usaha. Dalam Besar Bahasa Indonesia prestasi belajar adalah

  “hasil yang telah dicapai (dikerjakan, dilakukan dsb)” (pusat pembinaan dan pengembangan bahasa). Belajar adalah suatu prosoes usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengelamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2010: 2). Oleh karena itu, dapat dikatan belajar merupakan usaha seseorang untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. Sedangakan Menurut Fuad Hasan (1982: 38) prestasi adalah “1. Pencapain belajar seteleah belajar. 2. Derajat keberhasilan yang dicapai dalam suatu tugas, mis: menyelesaikan suatu test.

  ” Sehingga dapat dikatan bahwa prestasi adalah keberhasilan yang didapat setelah melakukan belajar. Dari beberapa definisi belajar dan prestasi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran dan penilaian usaha belajar. Prestasi belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang prestasinya tinggi dapat dikatakan bahwa ia telah berhasil dalam belajar (Slameto, 2010: 17). Oleh karena itu, prestasi belajar merupakan pengusaan kemempuan yang dimiliki peserta didik dalam suatu pelajaran tertentu. Karena pada dasarnya usaha yang dilakukan guru dan peserta didik bertujuan untuk mendapatkan prestasi yang tinggi.

  Nana Sudjana (2005: 22) menjelasakn bahawa “Prestasi belajar atau hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya

  ”. Jadi dari beberapa pengertian prestasi belajar diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik secara optimal dengan adanya perkembangan diri yang dinyatakan dengan cara-cara bertingkah laku baru berkat adanya pengalaman dilapangan.

2.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Pada hakekatnya prestasi belajar merupakan interaksi dari beberapa faktor.

  Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar sangat penting dalam rangka membantu peserta didik dalam mencapai prestasi yang terbaik. Menurut Slameto (2010: 54) ada 2 faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar, yaitu:

1) Faktor Intern Faktor intern meliputi tiga faktor yaitu jasmani, psikologis dan kelelahan.

  a) Faktor jasmani, antara llai nkesehatan dan cacat tubuh

  b) Faktor psikologi, antara lain intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan.

  c) Faktor kelelahan, antara lain berupa kelelahan jasmani dann rohani.

  Kelelahan ini dan diatasi dengan istirahat, tidur, mengatur jam belajar dan

2) Faktor Ekstern Faktor ekstern meliputi faktor yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

  a) Keluarga, berupa sikap orang tua yang mendukung anak untuk lebih giat belajar, puji-pujian yang diberikan orang tua dan sebaginya.

  b) Sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, lingkungan sekolah, realisasi guru dan siswa, disiplin sekolah dan sbagainya.

  c) c) Masyarakat, hal ini terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. prestasi belajar merupakan hasil interaksi dari faktor internal dan faktor eksternal yanng berhubungan dengan prestasi belajar. Dapat dikatakan faktor internal dan faktor eksternal tersebut berhubungan kuat dengan prestasi belajar. Apabila salah satu faktor tersebut mengalami sebuah gangguan maka akan berpengaruh terhadap faktor lainya. Dengan prestasi belajar yang di dorong oleh faktor internal dan eksternal yang dimiliki akan membuat siswa SD memiliki kemamuan untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi.

2.5 Pembelajaran Tematik

  Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran yang termasuk dalam model pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpady yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006: 5). Proses pembelajaran tematik menggunakan pendekatan scientific menurut Kemendikbud (2013) dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasak dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Hal ini karena proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan.

  Prabowo (2002: 2) mengemukakan, pembelajaran terpadu (tematik) merupakan studi. Pembelajaran terpadu, merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Sutrijo dan Mamik (dalam Suryosubroto, 2009: 133) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintergrasikan pengetahuan, keterampilan, nilau atau sikap pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.

  Tujuan kurikulum 2013 menurut Permendikbud no 57 tahun 2013 yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Karakteristik kurikulum 2013 menurut Permendikbud no 57 tahun 2013 sebagai berikut: 1) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik, 2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah kemasyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar, 3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat, 4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan, 5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran, 6) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, di mana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti, 7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi

  Tema berperan sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran dengan memadukan beberapa muatan pelajaran sekaligus. Adapun muatan pelajaran yang dipadukan adalah muatan pelajaran PPKn, bahasa indonesia, IPS, IPA, matematika, seni budaya dan prakarya, serta pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan. Dalam Kurikulum 2013, tema sudah disiapkan oleh pemerintah dan sudah dikembangkan menjadi subtema dan satuan pembelajaran.Dalam pembelajaran tematik kurikulum 2013 Tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku, subtema 3 Indahnya Persatuan dan Kesatuan Negeriku. Rincian pembelajaran tematik kelas 4 semester 2 secara rinci ada di tabel 2.5 berikut ini:

Tabel 2.3 Tema dan Subtema Kelas 3 Semester 1

NO TEMA SUBTEMA

1. Perkembangan hewan dan tumbuhan 1. perkembangbiakan dan daur hidup hewan

  2. Perkembangbiakan hewan 1. pelestarian hewan dan tumbuhan langka

  2. Perkembangan teknologi 1. perkembangan teknologi pangan 2. perkembangan teknologi komunikasi 3. perkembangan teknologi transportasi

  3. Perubahan di alam 1. perubahan wujud benda 2. perubahan cuaca dan iklim 3. perubahan musim

  4. Lingkungan sosial 1. lingkungan sosialku 2. permasalahan di lingkungan sosial 3. kepedulian terhadap lingkungan sosial

  Sumber: Buku Guru, Tematik Kelas 3 Semester 1 Halaman 9 (2013)

  Pembelajaran tematik semester 1 untuk kelas 3 terdiri dari 4 tema. Masing- masing tema terdi dari 3 subtema. Salah satu tema adalah

  Perubahan di alam

  subtema

perubahan cuaca dan iklim dari keseluruhan KI yang telah ada yaitu pada KI 1-4.

Masing-masing KI diperinci pada Kompetensi Dasar.

2.6 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

  Penelitian yang dilakukan oleh ilham handika yang berjudul “Pengaruh Proses Sains Siswa Kelas V ”. Hasil penelitiaannya yaitu yang pertama pembelajaran berbsis masalah berpengaruh signifikat dan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional terhadap penguasaan konsep sains siswa SD (sig.=0.000,p<0,05). Yang kedua pembelajaran berbasis masalah berpengaruh signifikat dibndingkan Konvensional terhadap krtrampilan proses sains (sig.=0.000,p<0.05).

  Sukarman yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

  Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas IV Semester 2 SD Negeri Batiombo 02

  ”. Hasil penelitian mennjukan ada peningkatan hasil belajar, sebelum penelitian ketuntasan hanya 42,85% dengan rata-rata kelas 55. Setelah dilakukan tindakan, pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa 71.42% dengan rata-rata 61.45. pada siklus 2 ketuntasan belajar siswa 85.71% dengan rata-rata kelas 70.47.

  Sri lestari yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah

  (Problem Based Learning) Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Fisika Bagi Siswa Kelas VII SMP

  ”. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan prestasi belajar fisika antara siswa yang mengikuti dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran Kovensional dengan nilai F=45,372 dan angka signifikat 0,001 (p<0,05). Terdapat perbedaan prestasi belajar Fisika anatara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan motivasi belajar rendah dengan nilai F=5,382 denagn angka signifikansi 0,002 (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah model pembelajaran yang memberikan pengaruh posistif terhadap peningkatan prestasi belajar Fisika.

  Penelitian dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar. Akan tetapi untuk meningkatkan hasil belajar belajar siswa harus melalui tahapan agar hasil dapat maksimal. selain melalui tahapan ada juga faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu motivasi belajar. Sehingga jika tahapan telah dilakukan dan siswa telah mendapatkan motivasi belajar maka hasil belajar dapat meningkat seperti penelitian diatas. Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning sangat cocok digunakan paru guru yang hendak mengajar para siswa, untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

2.7 Kerangka Pikir

  Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Inkuiri dalam pembelajaran tematik, diharapkan siswa dapat memecahkan suatu masalah baik secara individu maupun kelompok. Melalui penerapan Problem Based Learning (PBL) yang pada hakikatnya terdiri dari beberapa sintak/langkah dalam mengaplikasikannya, diharapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu permasalahan baik secara individu maupun secara kelompok. Langkah pertama dalam model pembelajaran PBL adalah mendefinisikan masalah yaitu pernyataan yang timbu, langkah kedua yaitu mengidentifikasi penyebab, kemudian dilanjutkan pada langkah berikutnya yaitu membangkitkan solusi alternative, lalu mengevaluasi solusi alternative, setelah itu menyepakati solusi terbaik, selanjutnya mengembangkan rencana aksi (action plan), kemudian langkah yang terakhir adalah Evaluasi.

  Setelah melewati langkah-langkah yang terdapat pada PBL dengan baik dan sesuai dengan prosedur, beberapa kompetensi yang akan dicapai akan berhasil. Dalam pembelajaran ini, siswa akan mampu menyelesaikan suatu permasalahan yang terdapat pada Tema 2 perkembangan teknologi , subtema 2 perkembangan teknologi

  

komunikasi . Ketercapaian kompetensi inilah yang disebut hasil belajar. Gambaran

  mengenai penerapan model Inkuiri tidak jauh berbeda dari PBL. Melalui model Inkuiri siswa diharapkan mampu membangun pengetahuan dan makna baru dari sebuah permasalahan. Langkah pertama dalam model ini adalah Orientasi yaitu langkah yang membina suasana pembelajaran yang responsif. Langkah kedua Merumuskan masalah kemudian langkah selanjutnya Merumuskan Hipotesis. Setelah itu langkah ke empat Mengumpulkan Data lalu Menguji Hipotesis dan langkah terakhir Merumuskan Kesimpulan.

  Berikut digambarkan secara jelas pada gambar 1, mengenai kerangka pikir penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada halaman berikut ini:

  1. Menyadari Masalah

  2. Merumuskan masalah

  3. Merumuskan

Hipotesis

Pembelajaran Hasil Kelas

  Menggunakan belajar

  4. Mengumpulkan Data Kontrol Model Inquri ≥KKM

  5. Menguji Hipotesis

  6.Menentukan Pilihan Uji hasil apakah

Peneyelesaian

Pembelajaran Tematik: ada pengaruh Tema 3 Energi dan yang signifikan

  

1. Orientasi

  Perubahannya,

  dengan

  subtema 2 perubahan

  menggunakan

  2. Merumuskan masalah

  energy

  PBL

  3. Mengajukan hipotesis

  4. Mengumpulkan data Pembelajaran Kelas menggunakan

  5. Menguji hipotesis Hasil Eksperimen problem based belajar

  6. Merumuskan learning ≥KKM kesimpulan

  Gambar 1 Bagan Kerangka Pikir Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Model Pembelajaran Inkuiri

  Berdasarkan susunan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan suatu hipotesis penelitian sebagai berikut: H : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran Problem

  

Based Learning (PBL) dan Inkuiri dilihat dari hasil belajar pada siswa Kelas 3

SD Kauman Kidul dalam pembelajaran.

  H Terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran Problem Based

  a :

Learning (PBL) dan Inkuiri dilihat hasil belajar pada siswa Kelas 3 SD Kauman

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Lor 05 Semester I Tahun 2017/2018

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Lor 05 Semester I Tahun 2017/2018

0 0 9

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Lor 05 Semester I Tahun 2017/2018

0 0 13

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran dan Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Lor 05 Semester I

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Lor 05 Semester I Tahun 2017/2018

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar Sifat-Sifat Cahaya dengan Metode Inquiri pada Kelas V Semester II SDN Sumogawe O4

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar Sifat-Sifat Cahaya dengan Metode Inquiri pada Kelas V Semester II SDN Sumogawe O4

0 0 13

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar Sifat-Sifat Cahaya dengan Metode Inquiri pada Kelas V Semester II SDN Sumogawe O4

0 4 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar Sifat-Sifat Cahaya dengan Metode Inquiri pada Kelas V Semester II SDN Sumogawe O4

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar Sifat-Sifat Cahaya dengan Metode Inquiri pada Kelas V Semester II SDN Sumogawe O4

0 0 99