Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar Sifat-Sifat Cahaya dengan Metode Inquiri pada Kelas V Semester II SDN Sumogawe O4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1 Pengertian IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

  lmu Pengetahuan Alam atau yang sering disebut dengan Sains berupaya untuk membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis- habisnya. BSNP (2006:27) menyatakan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA merupakan pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya.

  Menurut Susanto (2015:166) Ilmu Pengetahuan Alam adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Sedangkan Srini M. Iskandar (1997:2) menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori- teori dan hipotesis. Maslichah Asy'ari (2006:7) juga menjelaskan bahwa sains atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol. Penjelasan ini mengandung maksud bahwa sains selain menjadi sebagai produk juga sebagai proses. Sains sebagai produk yaitu pengetahuan manusia dan sebagai proses yaitu bagaimana mendapatkan pengetahuan tersebut.

  Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia tentang semesta dengan segala isinya yang diperoleh dengan cara terkontrol melalui pengamatan, observasi dan

2.1.2. Ruang Lingkup dan Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) IPA adalah salah satu materi ajar yang memiliki cakupan sangat luas.

  Untuk mempelajarinya harus memperhatikan tingkatannya. Menurut Mulyasa (2007:112) ruang lingkup untuk bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek- aspek berikut: a. makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

  b. benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.

  c. energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

  d. bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langitnya.

  Berdasarkan apa yang telah dikemukakan oleh Mulyasa (2007:112) maka dapat dikatakan ruang lingkup IPA adalah semua yang ada di alam semesta yang meliputi 1) Mahluk hidup termasuk proses kehidupannya yang mencakup manusia, hewan serta tumbuhan, 2) Benda/materi yang meliputi benda cair, benda padat dan benda gas, 3) Energi serta perubahannya yang meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listri, cahaya dan pesawat sederhana, 4) Bumi dan alam semesta meliputi bumi, tata surya juga semua benda langit. Dari ruang lingkup tersebut,

  IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang konsep dan prinsip dasar yang esensial tentang semua gejala alam semesta. Dari aspek-aspek yang umum mahluk hidup sampai aspek khusus proses kehidupannya. Dari fakta dasar tentang bumi hingga fakta lebih dalam tentang tata surya.

  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), BSNP (2006:13) menyatakan mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: (a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (c) masyarakat, (d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dam membuat keputusan, (e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam, (f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS (Mulyasa, 2007:111).

  Dari tujuan IPA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, maka dapat dikatakan bahwa IPA memiliki tujuan pokok yaitu: 1) Siswa mampu mengembangkan pengetahuan, rasa ingin tahu serta ketrampilan proses dalam memecahkan masalah. 2) siswa dapat meningkatkan kesadaran untuk menghargai dan memelihara serta melestarikan lingkungan sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 3) Siswa dapat memperoleh bekal pengetahuan yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  Berdasarkan tujuan IPA, maka belajar IPA lebih menekankan bagaimana siswa mengolah pengetahuan serta ketrampilannya dalam memecahkan masalah. Kemampuan tersebut yang nantinya dapat dipergunakan siswa untuk memelihara dan melestarikan lingkungan yang ada pada sekitar dirinya. Dalam proses belajar, siswa dapat dimulai dari konsep-konsep yang diperoleh melelui suatu proses yang menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil/produk (Lestari, 2002:7).

2.2. Metode Pembelajaran Inqiuri

2.2.1. Pengertian Metode Pembelajaran

  Pengertian metode pembelajaran cukup beragam walaupun pada dasarnya sama. Menurut Mashuri (2008:67) secara etimilogis motode berasal dari kata yunani yaitu

  “metododus” yang berarti jalan atau cara dan “logos” yang berarti ilmu. Yang secara sistematik berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.

  M. Sobri Sutikno (2009:88) menyatakan “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Ibrahim muslimin (2002:19) dalam bukunya pembelajaran kooperatif, metode pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa.

  Berdasarkan definisi/pengertian metode pembelajaran dari para ahli yang dikemukakan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.

2.2.2. Pengertian Metode Pembelajaran Inkuiri

  Inkuir i berasal dari bahasa inggris “inquiry” yang secara harfiah berarti pertanyaan atau pemerikasaan, penyelidikan. Inkuiri merupakan salah satu metode pembelajaran yang berperan penting dalam membangun paradigma pembelajaran konstruktivistik yang menekankan pada keaktifan belajar siswa (Mulyatiningsih, 2010:96).

  Phillips (dalam Arnyana, 2007:39) mengemukakan inkuiri merupakan metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran dengan pendekatan ini sangat terintegrasi meliputi penerapan proses sains yang menerapkan proses berpikir logis dan berpikir kritis. Sanjaya (2008:196) berpendapat bahwa strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang

  Syaiful Sagala (2006:196), mengemukakan metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Sedangkan menurut Joice (2005:87), Metode inkuiri adalah metode yang menempatkan dan menuntut guru untuk membantu siswa menemukan sendiri data, fakta dan informasi tersebut dari berbagai sumber agar dengan kegiatan itu dapat memberikan pengalaman kepada siswa. Pengalaman ini akan berguna dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dalam kehidupannya.

  Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu metode pembelajaran yang menerapkan proses berpikir logis, kritis dan analitis pada diri siswa sebagai subjek belajar untuk menemukan sendiri jawaban dari masalah yang dipertanyakan dan menghadapi masalah dalam kehidupannya. Alasan penggunaan metode inkuiri adalah dengan menemukan sendiri tentang konsep yang dipelajari, siswa akan lebih memahami ilmu, dan ilmu tersebut akan bertahan lama. Pengajaran berbasis inkuiri merupakan strategi pengajar yang menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna karena inkuiri memberikan kepada siswa pengalaman-pengalaman belajar yang nyata dan aktif serta siswa dapat mengembangkan kreatifitasnya sendiri dalam memecahkan masalah.

2.2.3. Karakteristik Pembelajaran Inquiri

  Setiap metode pembelajaran kooperatif pasti mempunyai karakteristik sendiri-sendiri yang membedakan dengan metode pembelajaran yang lain. Begitu juga model pembelajaran kooperatif inkuiri Menurut Sanjaya (2008:196-197) ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran inkuiri, yaitu: a.

  Metode inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya metode inkuiri menempatkan siswa verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

  b. seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Dengan demikian, metode pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.

  Dari ciri utama metode pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Sanjaya (2008:196-197), maka pada initinya metode pembelajaran inkuiri adalah metode pembelajaran yang mempunyai karakteristik menempatkan guru hanya sebagai fasilitator dan motifator dalam proses pembelajaran. Siswa yang dituntut untuk aktif menemukan jawabannya sendiri masalah yang ia hadapi.

  Berdasarkan pada karakteristik inkuiri di atas, ketika guru menggunakan teknik inkuiri, guru tidak boleh banyak bertanya atau berbicara. Biarkan siswa lebih banyak mencoba, berpikir dan mengembangkan tingkat krestifitasnya. Guru hanya membantu dan memotifasi siswa yang mengalami kesulitan dalam proses inkuiri, selanjutnya biarkan siswa bereksplorasi. Dalam pembelajaran dengan inkuiri siswa didorong untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaanyang memungkunkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. (Nur dan Wikandari, 2000:10).

2.2.4. Prinsip-prinsip penggunaan metode inkuiri

  Metode pembelajaran inkuiri merupakan metode pembelajaran yang memiliki beberapa prinsip untuk lebih menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Prinsip-prinsip tersebut menurut Sanjaya (2008:199-201) adalah sebagai berikut: a.

  Berorientasi pada pengembangan intelektual Tujuan utama dari metode inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Kriteria keberhasiklan dari proses pembelajaran dengan dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.

  b.

  Prinsip interaksi Prinsip pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

  c.

  Prinsip bertanya Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan metode inkuiri adalah guru sebagi penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya adalah merupakan sebagian dari proses berpikir.

  d.

  Prinsip belajar untuk berpikir Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir, yakni proses mengembangkan potensi otak, baik otak kiri maupun otak kanan.

  e.

  Prinsip keterbukaan Belajar adalah proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Dari apa yang telah dikemukakan oleh Sanjaya (2008:199-201) tentang prinsip-prinsip metode pembelajaran inkuiri, maka dapat dikatakan metode pembelajaran inkuiri memiliki 5 prinsip utama. Yang pertama adalah berorientasi dalam mengambangkan intelektual anak. Yang kedua adalah prinsip interaksi dimana proses pembelajaran merupakan proses interaksi yang menempatkan guru sebagai pengatur lingkungan. Yang ketiga adalah prinsip bertanya, dalam prinsip ini guru dapat memancing siswa dengan berbagai pertanyaan agar siswa agar siswa dapat mengembangkan pengetahuannya melalui proses berfikir. Selanjutnya adalah prinsip belajar untuk berfikir. Dari prinsip bertanya siswa sudah melalui proses berfikir karena belajar adalah proses mengembangkan potensi otak. Dan

2.2.5. Sintaks Metode Pembelajaran Inquiri

  Metode pembelajaran inkuiri merupakan metode pembelajaran yang bebasis penemuan atau siswa menmukan sendiri tentang konsep materi yang telah dipelajari. Penemuan ini bisa dilakukan melalui cara diskusi, penelitian, pengamatan lapangan serta kolaborasi antara siswa dengan guru. Sanjaya (2008:205) mengemukakan sintak/tahapan metode inkuiri adalah sebagai berikut:

  

Tabel 1

Sintaks Metode Pembelajaran Inkuiri Sanjaya (2008:205). Tahap Tingkah Laku Guru

  Tahap 1 Observasi untuk menemukan masalah

  Guru menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena yang memungkinkan siswa menemukan masalah

  Tahap 2 Merumuskan masalah

  Guru membimbing siswa merumuskan masalah penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena yang disajikannya

  Tahap 3 Mengajukan hipotesis

  Guru membimbing siswa untuk mengajukan hipotesis terhadap masalah yang telah dirumuskannya

  Tahap 4 Pengumpulan informasi (data)

  Guru membantu siswa melakukan pengamatan tentang hal-hal yang penting dan membantu mengumpulkan dan mengorganisasi data

  Tahap 5 Menguji hipotesis

  Guru membantu siswa menganalisis data supaya menemukan suatu konsep Tahap 6 Penarikan kesimpulan dan penemuan

  Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep yang ingin Dari apa yang telah dikemukakan oleh Sanjaya (2008:205), maka sintaks pembelajaran inquiri mempunyai 6 tahap yang pertama adalah tahap observasi menemukan masalah untuk mengorientasi siswa terhadap masalah ini guru harus memiliki kreativitas atau rangsangan yang diberikan benar-benar menarik bagi siswa. Kemudian pada tahap kedua adalah merumuskan masalah, guru membimbing siswa merumuskan masalah dari fenomena yang telah ditemukan. Tahap berikutnya adalah mengajukan hipotesis, pada tahap ini guru membimbing siswa untuk mengajukan hipotesis atau dugaan sementara terhadap masalah yang telah dirumuskan. Tahap keempat adalah pengumpulan data, pada tahap pengumpulan data guru membantu siswa mengumpulkan serta memproses data untuk menyelesaikan masalah. Tahap kelima adalah menguji hipotesis, disini guru membantu siswa menganalisis data yang telah terkumpul untuk memperileh suatu konsep. Tahap yang terakhir adalah penarikan kesimpulan, setelah data diolah dan ditemukan suatu konsep atas masalah awal, maka ditarik kesimpulsn berdasarkan data yang telah dikumpulkan.

  Dari sintaks tersebut maka dalam pembelajaran inkuiri guru dituntut untuk lebih kreatif serta mampu mengorganisasi proses pembelajaran dengan baik. Dalam tahap awal guru harus mampu menyajikan masalah yang akan dihadapi oleh siswa. Guru harus benar-benar paham dengan karakteristik dan tingkat intelegensi siswa agar dalam menyajikan masalah tidak terlalu berat atau terlalu ringan dan sesuai dengan tingkat berfikir siswa. Pada saat proses pembelajaran guru dituntun untuk mempu mengkondisikan kelas dengan baik agar dalam tahan siswa mengumpulkan informasi dapat berlangsung dengan lancar hingga tahap menarik kesimpulan.

2.2.6. Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Inkuiri

  Di dalam pembelajaran inkuiri ini, terdapat beberapa keunggulan dan juga kelemahan dalam penerapannya. Adapun keunggulan dan kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Keunggulan

  Sanjaya (2008:207) mengungkap bahwa metode pembelajaran inkuiri merupakan metode pembelajaran yang banyak dianjurkan. karena oleh karena metode ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: 1.

  Metode pembelajaran inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap lebih bermakna.

2. Metode pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

  3. Metode pembelajaran inkuiri merupakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

  4. Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Keunggulan metode inkuiri yang telah diungkap oleh Sanjaya (2008:207), maka dapat dikatakan pembelajaran yang menggunakan model inkuiri akan lebih efektif karena dapat mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang serta memberikan ruang bagi siswa sesuai dengan gaya belajar mereka sehingga memberikan kepuasan intrinsik pada diri siswa karena belajar menjadi lebih bermakna.

  Dengan menggunakan metode inkuiri, siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata dapat berkembang dengan pesat karena dia dapat dengan leluasa belajar mengembangkat ketrampilan serta pengetahuannya. Siswa dapat terhindar dari cara belajar hafalan, karena dengan menggunakan metode inkuiri siswa belajar melalui proses dan akan memperoleh hasil berdasarkan apa yang telah ia lalui. Metode inkuiri mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain dan membandingkan dengan apa yang ditemukan oleh temannya (Trianto, 2014:45).

b. Kelemahan

  Selain keunggulan, metode inkuiri juga memiliki kelemahan. Sanjaya, (2008: 208) mengungkap kelemahan metode pembelajaran inkuiri diantaranya: 1.

  Metode ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

  2. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

  3. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. Walaupun metode pembelajaran inkuiri memiliki banyak keunggulan, akan tetapi metode inkuiri juga mempunyai beberapa kelamahan yang telah diungkap oleh Sanjaya (2008: 208) yang pada intinya jika penggunaan motode inkuiri tidak didukung dengan kemampuan guru dalam mengembangkan model pembelajaran kooperatif serta alokasi waktu belajar yang sedikit maka penggunaan metode ini akan sulit untuk diimplementasikan. Kebiasaan belajar siswa yang hanya menjadikan guru sebagai sumber belajar juga membuat metode inkuiri sulit untuk dilaksanakan, karena siswa akan merasa kebingungan dalam menemukan dan memproses masalah yang ia hadapi. Dalam metode inkuiri siswa harus dituntuk aktif untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Alokasi waktu yang sempit dalam jadwal pembelajaran di kelas menambah kesulitan dalam menggunakan metode inkuiri. Karena inkuiri memerlukan proses berfikir yang tidak singkat.

2.3. Hasil Belajar

2.3.1. Pengertian Hasil belajar IPA

  Hasil adalah sesuatu yang diadakan atau dibuat oleh sebuah usaha (Poerwadarminta. 2003:408). Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009:3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006:34) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

  Benyamin S. Blom (Sumarni, 2007:30) menyebutkan hasil belajar merupakan keluaran dari suatu pemprosesan masukan. Masukan dari sistem tersebut merupakan bermacam-macam informasi sedangkan keluarnya adalah perbuatannya atau kinerja. Perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi dan hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam dua macam bentuk yaitu pengetahuan dan keterampilan. Hasil belajar IPA tentu saja harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan IPA, dimana IPA lebih menekankan bagaimana siswa mengolah pengetahuan serta ketrampilannya dalam memecahkan masalah. Oleh sebab itu tujuan pelajaran menggambarkan hasil belajar yang harus dimiliki siswa dan cara siswa dalam memecahkan masalah tersebut.

  Dari berbagai kajian definisi di atas, maka yang dimaksud hasil belajar

  IPA adalah suatu indikator atau hasil dari perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengalami proses belajar mengolah penetahuan serta keterampilannya dalam memecahkan masalah. Hasil belajar dapat diketahui dari evaluasi pada puncak proses belajar. Pada tahap sekolah proses belajar terjadi saat interaksi siswa dengan guru, siswa menjadikan guru sebagai sumber belajar dan siswa sendiri sebagai subjek yang akan mengalami proses belajar. Dari pihak guru, proses belajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar untuk mengetahui

2.3.2. Pengukuran Hasil Belajar

  Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Pengertian pengukuran seperti dikemukakan oleh Wiersma & Jurs adalah penilaian numeric pada fakta-fakta dari objek yang hendak diukur menurut kriteria atau satuan-satuan tertentu.

  Pengukuran hasil belajar merupakan suatu indikator dari perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengalami proses belajar dimana untuk mengungkapkannya biasa menggunakan suatu alat penilaian yang ditetapkan guru atau tim ahli. Fungsi pengukuran hasil belajar menurut Muhibbin Syah adalah sebagai berikut: a.

  Mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu dan proses tertentu.

  b.

  Mengetahui posisi atau kedudukan seseorang dalam kelompok kelasnya.

  c.

  Mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Hasil yang baik pada umumnya menunjukkan tingkat usaha yang efisien.

  d.

  Untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitif (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar.

  e.

  Untuk mengetahui tingkat dan hasil metode mengajar yang digunakan dalam proses belajar mengajar.

  Penilaian hasil belajar jika dilihat dari segi alatnya dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu tes dan non tes. Berikut ini adalah penjelasan yang lebih lengkap dari teknik tes dan teknik non tes.

1. Teknik tes

  Tes merupakan cara yang digunakan dalam kegiatan evaluasi yang didalamnya terdapat tugas untuk dikerjakan atau dijawab oleh siswa yang memiliki jawaban benar atau salah (Nurhadi dan Suwardi, 2011:209). Dari jawaban benar atau salah ini yang nantinya akan digunakan oleh guru nilai hasil belajar yang diperoleh tiap siswa. Teknik ter terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah tes tertulis, tes perbuatan dan tes lisan. Tes tertulis adalah tes yang membutuhkan jawaban secara tertulis. Bias terdiri dari uraian bebas ataupun uraian terikat, pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan dan tes jawaban singkat. Selanjutnya adalah tes lisan. Tes lisan adalah tes yang membutuhkan jawaban secara lisan dari siswa. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan berbahasa siswa, sehingga siswa akan berbicara menggunakan gaya bahasa mereka sendiri dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Dan yang ketiga adalah tes perbuatan. Tes perbuatan adalah tes yang berupa penugasan yang disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan dalam pelaksanaannya dilakukan dalam bentuk perbuatan atau unjuk kerja. Dalam tes ini siswa melakukan sesuatu sesuai dengan tugas yang diberikan dan selanjutnya guru akan menilai siswa sesuai dengan kriteria dan opsi-opsi yang telah ditetapkan.

2. Teknik Nontes

  Teknik nontes merupakan pilihan lain yang digunakan untuk mengukur hasil belajar selain teknik tes (Nurhadi dan Suwardi, 2011:53). Hal ini dikarenakan hasil belajar mempunyai bentuk beragam yang dapat berupa pengetahuan teoritis, ketrampilan dan sikap. Untuk pengetahuan dan ketrampilan dapat diukur menggunakan teknik tes, akan tetapi untuk aspek sikap dan perkembangan psikologi perlu diukur menggunakan teknik nontes. Teknik nontes terdiri dari berbagai macam, dapat berupa wawancara, skala sikap, skala minat dan lain sebagainya. Dari penjelasan tentang pengukuran hasil belajar di atas, baik teknik tes maupun teknik nontes keduanya mempunyai peran yang sangat penting dalam pengukuran hasil belajar. Teknik tes dapat mengukur aspek pengetahuan serta ketrampilan siswa, sedangkan teknik nontes dapat mengukur sikap serta perkembangan psikologi siswa.

2.4. Penelitian yang Relevan

  Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Tutik Handayani (2010) tentang Pengaruh Pemanfaatan Metode Inkuiri terhadap Prestasi Belajar IPA Kelas V SD Negeri Siwal 01 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Pada Semester II Tahun Ajaran 2010/2011, menyimpulkan bahwa Prestasi siswa kelas eksperimen pada keadaan awal diperoleh nilai rata-rata sebesar 71,40. Nilai ini diperoleh dari hasil pretest. Setelah dilakukan treatmen dan siswa diberi tes, rata- rata kelas menjadi 76,20 dengan hitung sebesar 2,451 dan tabel sebesar 2,406 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,022. Karena tingkat signifikansi pada T-test lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan yang nyata terhadap prestasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan pemanfaatan metode inkuiri dan pembelajaran konvensional. Hal ini membuktikan bahwa pemanfaatan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA kelas

  V SD Negeri Siwal 01 pada materi Cahaya dan sifat-sifatnya dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

  Penelitian Siti Rohana (2009) tentang Penggunaan Metode Inkuiri dalam penerapan model kelas 212 Pembelajaran Kelas Rangkap Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV dan V SDN 03 Dempel Kecamatan Kali Bawang Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun 2009/2011, menyimpulkan Pembelajaran Kelas Rangkap dengan menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV dan Kelas V dengan semua siswa sudah mendapat nilai ≥71. Sebab Metode ini dapat membangkitkan gairah siswa sehingga hasil belajar juga akan meningkatkan. Keaktifan siswa mengalami peningkatan dalam mengikuti PBM IPA dengan menggunakan metode inkuiri karena strategi ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus.

  Penelitian yang relevan diatas yaitu dengan menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian dari beberapa lakukan yaitu pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap hasil belajar siswa di Sekolah Dasar.

2.5. Kerangka Pikir

  Sebelum dilakukan penelitian, pembelajaran yang berlangsung di kelas menggunakan metode ceramah. Penggunaan metode ini membuat siswa menjadi kurang aktif sehingga kesulitan untuk menyerap materi secara penuh dan menyebabkan hasil belajar siswa relative rendah. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar siswa adalah metode pembelajaran yang digunakan digunakan oleh guru.

  Metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena metode pembelajaran merupakan rancangan atau strategi yang dilakukan oleh guru dalam melakukan pembelajaran hingga pembelajaran dapat mencapai tujuan yang maksimal. Pada pembelajaran inkuiri terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama. Peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk pencapaian tujuan pembelajaran.

  Dengan menggunakan metode inquiri siswa akan terdorong untuk belajar secara aktif. Dan hasil akhir yang diharapkan adalah lebih dari 80% dari jumlah keseluruhan siswa memperoleh nilai diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Berikut ini disajikan peta konsep keranga pikir mengenai penerapan model pembelajaran inquiri pada mata pelajaran IPA:

  Hasil

  Melaksanakan pembelajaran

  Guru belajar

  yang dilakukan secara monolog

  menggunakan Kondisi

  IPA

  dan hubungan satu arah dengan

  metode awal siswa

  melakukan penuturan bahan

  ceramah rendah pelajaran secara lisan.

  .

  Dalam proses pembelajaran siswa lebih

  Menggunakan

  banyak belajar sendiri, mengembangkan Tindakan

  metode inquiri

  kreativitas dalam memecahkan masalah

  Kondisi ahir

  Hasil belajar IPA siswa meningkat Gambar 1 Peta konsep kerangka pikir

2.6. Hipotesis Tindakan

  Metode pembelajaran inquiry dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V semester 2 SD Negeri Sumogawe 04 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2016/2017.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Pendidikan Inklusi 2.1.1 Pendidikan Inklusi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Pendidikan Inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga

0 0 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Profil Sekolah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Pendidikan Inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga

0 1 75

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Melalui In-House Training dengan Pendekatan Andragogi di SMP Kristen 1 Salatiga

0 0 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Profil Sekolah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Melalui In-House Training de

0 1 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Melalui In-House Training dengan Pendekatan Andragogi di SMP Kristen 1 Salatiga

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Lor 05 Semester I Tahun 2017/2018

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Lor 05 Semester I Tahun 2017/2018

0 0 9

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Lor 05 Semester I Tahun 2017/2018

0 0 13

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran dan Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Lor 05 Semester I

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Lor 05 Semester I Tahun 2017/2018

0 0 32