BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran dan Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Lor 05 Semester I
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran dan Subjek Penelitian Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 05 berlokasi di Jalan Diponegoro
Salatiga, Jawa Tengah. Subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah siswa kelas V dengan jumlah 39 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki, dan 27 siswa perempuan. Hasil PTK menyajikan data-data pelaksanaan tahapan pada tiap-tiap siklus yang dimulai dari pra siklus, siklus I, dan siklus II, yang diuraikan sebagai berikut :
4.2 Deskripsi Pra Siklus
Tahapan pra siklus merupakan sebuah kondisi awal, yaitu sebelum diberikannya metode pembelajaran yang akan digunakan sebagai PTK pada mata pelajaran IPA kelas V, hasil belajar siswa pada pra siklus terdapat 21 siswa (52%) tidak tuntas dan jumlah siswa yang mendapat nilai tuntas sebanyak 18 siswa (48%). Didapatkan nilai pra siklus dari daftar nilai siswa yang dijabarkan dalam tabel distribusi ketuntasan hasil belajar IPA pada tabel 4.1 di bawah ini :
Tabel 4.1 Nilai Ketuntasan Belajar IPA pada Pra Siklus SIswa Kelas V
SD Negeri Sidorejo Lor 05
KKM = 65 Frekuensi Presentase (%) Keterangan
(siswa)< 65
21
52 Tidak Tuntas ≥ 65
18
48 Tuntas Jumlah
39 100
Rata-rata
64
Nilai Tertinggi
90
Nilai Terandah
20 Tabel di atas menunjukkan rendahnya tingkat ketuntasan hasil belajar siswa sebelum dilakukan penelitian/prasiklus dalam mata pelajaran IPA pada materi Organ pernapasan pada hewan dan manusia dengan KKM 65, dimana' jumlah siswa 39 ketuntasan hanya 48% atau 18 siswa, dan siswa yang tidak tuntas mencapai 52% atau 21 siswa. Dari tabel di atas, hasil belajar sebagai kondisi awal siswa dapat disajikan dalam bentuk diagram berikut ini:
Pra Siklus
Nilai tuntas 48%52% Nilai Tidak tuntas
Gambar 4.1 Diagram Presentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Pra Siklus SIswa Kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 05Di dalam proses pembelajaran, metode yang digunakan adalah motode ceramah. Adapun kondisi siswa pada saat proses pembelajaran masih kurang memiliki ketertarikan, siswa masih senang becanda dengan teman sebangku, siswa masih suka berlari-larian keliling kelas saat proses pembelajaran, dan siswa masih keluar masuk dari ruang kelas. Pembelajaran yang berlangsung cenderung pasif banyak siswa yang hanya diam. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kurang tertarik dengan metode yang digunakan, Beberapa siswa mengatakan pembelajaran IPA dirasa membosankan, sehingga mengakibatkan hasil belajar IPA siswa menjadi rendah.
Untuk lebih jelasnya rincian daftar nilai hasil belajar siswa akan disajikan dalam bentuk tabel ditribusi.Penyajian data hasil belajar siswa dengan menggunakan tabel distribusi rentang nilai IPA kelas V SDN Sidorejo Lor 05 pada pra siklus dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2 Rentang Hasil Belajar IPA Kelas IV Pra Siklus Rentang Frekuensi Persentase No.1. 100-89 4 10,3% 2. 88-77 9 23,1% 3. 76-65 5 12,8% 4. 64-53
11 28,2% 5. 52-41 8 20,5% 6. 40-29 1 2,7% 7. 28-17 1 2,7%
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil belajar IPA kelas V pada tahap pra siklus rata-rata siswa memeproleh nilai pada interval 64-53 yangmencapai 11 siswa. Berikut ini disajikan diagram batang persentase rentang hasil belajar siswa kelas V pada pra siklus, yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Pra Siklus
15 28,2%
20,5% 23,1%
10 12,8%
10,3%
5 2,7% 2,7%
100-89 88-77 76-65 64-53 52-41 40-29 28-17
Gambar 4.2 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar IPA Pra SiklusGambar 4.2 diagram batang hasil belajar IPA pra siklus, dapat dijadikan dasar dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Berdasarkanobservasi terdapat proses pembelajaran IPA diperoleh beberpa faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.
Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan dalam pembelajaran IPA guru hanya sebatas menerangkan materi yang ada dalam buku paket siswa dan contoh-contoh lain yang belum terdapat dalam buku paket siswa, kemudian meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan yang ada sebagai evaluasi pembelajaran. Selain itu, guru kurang memberikan perhatian seperti keliling kelas maupun memberikan teguran kepada siswa. Sehingga banyak siswa yang sibuk dengan kegiatanya sendiri seperti: berbicara dengan teman sebelah, memukul meja, menghadap ke belakang, dan keluar masuk kelas. Atau dapat dikatakan pelaksanaan pembelajaran yang terjadi dapat dikatakan belum memperhatikan karakteristik mata pelajaran IPA dan karakteristik siswa. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran seperti yang sudah dijelaskan di atas dapat dikatakan bahwa sikap siswa dalam proses pembelajaran masih kurang.
Pendekatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi atau menciptakan kondisi yang dapat membuat siswa aktif belajar melalui proses penemuan dan memerikan contoh-contoh secara langsung atau konkret, dan dapat mengembangkan kemampuan psikomotornya, serta memberikan keleluasaan kepada siswa untuk berpikir dan aktif untuk memperoleh suatu pengetahuan, sehingga belajar tidak lagi hanya sekedar menghafal dan mengingat melainkan suatu proses penemuan perlu dilakukan.
Solusi untuk mengatasi ketidaktuntasan hasil belajar IPA siswa kelas
V SDN Sidorejo Lor 05 adalah dengan menerapakan metode Problem Based Learning yang dilaksanakan dalam 2 siklus, siklus 1 dan siklus 2.
4.3 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan Siklus I, guru menyampaiakan tujuan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning pada materi Pernapasan pada hewan. Pelaksanaan siklus I meliputi dua kali pertemuan, Siklus I dilaksanakan pada hari Jumat 22 September 2017 sedangkan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis 26 September 2017. Adapun tahapan pada siklus I dan II sebagai berikut:
1) Tahap Perencanaan Siklus I
Pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan-persiapan sebelum melakukan penelitian, yaitu berkunjung ke SD Negeri Sidorejo Lor 05 menyerahkan surat perijinan. Selanjutnya menemui guru kelas 5 untuk melakukan konsultasi mengenai materi pembelajaran yang akan digunakan untuk penelitian, serta waktu pelaksanaan penelitian, selanjutnya bersama dengan guru kelas menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang langkahnya disesuaikan dengan model Problem Based Learning. Dari tahap persiapan ini didapat kesepakatan dengan guru kelas yaitu siklus I dilakukan dua kali pertemuan, pada pertemuan pertama dilakukan membahas materi Pernapasan pada Hewan dengan menggunakan model Problem Based Learning dan pada akhir pembelajaran ke dua dilakukan evaluasi.
2) Siklus I 1) Tahap Pelaksanaan
a) Pertemuan ke I
Pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada hari Jumat 22 September 2017 dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Dalam pelaksanaan pertemuan pertama ini, guru melakukan langkah- langkah pembelajaran yang meliputi kegiatn awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir, sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun bersama sebelumnya. Pada kegiatan awal, guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi dan doa bersama sebelum melakukan pembelajaran, kemudian bersama-sama siswa dan guru menyanyikan lagu Indonesia Raya untuk pentingnya menanamkan semangat kebangsaan, dan dilanjutkan dengan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu organ pernapasan pada hewan dan manusia.
Pada kegiatan inti, guru terlebih dahulu menjelaskan topik dan kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran. Langkah pertama yaitu merumuskan pertanyaan atau masalah guru memberikan pertanyaan atau masalah sesuai dengan materi pembelajaran, seperti pernahkah kalian melihat ikan membuka dan menutup mulutnya di dalam air? menurut kalian apa yang sedang ikan lakukan saat itu? apakah cara bernapas ikan sama dengan hewan lain? misalkan sapi, burung, kerbau?. Selanjutnya dari beberapa pertanyaan tersebut guru menetapkan satu pertanyaan atau masalah yang akan dipecahkan yaitu bagaimana struktur organ pernapasan pada hewan dan fungsinya?
Langkah merumuskan hipotesis awal siswa menyampaikan jawaban-jawaban untuk hipotesis awal tentang permasalahan yang telah disajikan berdasarkan pengetahuan awal masing-masing siswa. Guru menuliskan jawaban-jawaban/ hipotesis awal siswa dipapan tulis. Untuk membuktikan hipotesis siswa tersebut benar atau salah, guru membimbing setiap siswa melakukan pengematan.
Langkah mengamati yaitu guru menyuruh siswa untuk mengamati sebuah video yang ditampilkan yaitu video tentang organ pernapasan pada hewan. Siswa mengamati jenis dan organ pernapasan yang ada pada video yang ditampilkan. Setelah itu guru menyuruh siswa untuk memperagakan gerakan bernapas dan apa saja yang terjadi saat proses bernapas dilakukan. Siswa saat melakukan gerakan bernapas diminta untuk mendekatkan telapak tangan tepat di depat hidung atau mulut, lalu siswa diminta untuk merasakan apa yang dirasakan pada telapak tangan. saat proses pernapasan diklakukan Selanjutnya, siswa diminta untuk menanyakan hal yang belum
Kegiatan berikutnya adalah guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa, lalu guru membagikan gambar satu hewan yang berbeda pada setiap kelompok dan satu lembar kerja, dengan panduan buku paket, siswa diminta untuk menjawab pertanyaan pada lembar kerja berdasarkan hewan yang ada pada gambar, ada hewan katak, burung, ikan sapi. Tetapi pada saat pembagian kelompok ada 6 siswa berlari-larian keliling kelas, dan ada dua siswa yang tidak mau mengikuti pembagian kelompok. Pada saat melakukan kerja kelompok ada 7 siswa laki-laki saat kegiatan kelompok hanya diam, ada yang mengajak temannya becanda. ada 10 siswa yang belum begitu mengerti tentang materi yang disampaikan oleh guru, jadi pada saat menyelesaikan tugas yang diberikan guru, siswa hanya mengandalkan pekerjaan teman kelompoknya. dikarenakan guru pada saat kegiatan kelompok hanya mengawasi, tidak mengarahkan siswa yang sedang melakukan kegiatan kelompok. terlihan guru masih canggung menggunakan model yang digunakan, sehingga guru harus membiasakan diri dengan menggunakan model PBL yang sedang diterapkan.
Setelah menemukan nama organ pernapasan pada hewan yang dimilikinya, guru meminta siswa untuk mencocokkan dengan hipotesis awal yang telah ditentukan, apakah sudah sesuai dengan yang ada pada hipotesis awal atau tidak. Kegiatan selanjutnya, salah satu siswa perwakilan masing-masing kelompok secara bergantian membacakan hasil mengamatannya pada teman lain di depan kelas, lalu guru mengkonfirmasi jawaban siswa apabila masih terdapat jawaban yang kurang tepat.
b) Pertemuan ke II
Pada pertemuan ke II ini dilaksanakan sebagai tindak lanjut pertemuan ke I dengan melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan ini, dan kegiatan penutup sesuai dengan RPP yang telah disusun. Pada kegiatan akhir guru memberikan tindak lanjut kepada siswa dengan memberikan soal evaluasi untuk menguji
2) Tahap Observasi
Hasil tindakan pembelajaran siklus I berupa lembar hasil observasi pada kegiatan pembelajaran yang telah diterangkann oleh guru dan siswa untuk mengukur keberhasilan penerapan pembelajaran model Problem
Based Learning (PBL), dengan menggunakan lembar observasi. Penilaian
observasi dilakukan oleh observer pada pertemuan I dan II. Adapun pengamatan yang dilakukan sebagai berikut : a.
Hasil Tindakan Siklus I Hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari pemberian soal evalusi secara tertulis di akhir siklus I. Terlihat bahwa daftar nilai hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA siklus I menunjukan masih ada beberapa siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM atau kurang dari
65. Dari 39 siswa terdapat 11 siswa yang memperoleh nilai < 65 dan 28 siswa memperoleh nilai
65. Hasil belajar IPA siswa kelas V mata pelajaran IPA siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.
Tabel 4.3 Nilai Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada SIklus I Siswa Kelas V SD Negeri Sideorejo Lor 05KKM = 65 Frekuensi Presentase (%) Keterangan (siswa) < 65
11
28 Tidak Tuntas ≥ 65
28
72 Tuntas Jumlah 39 100 Rata-rata
80 Nilai Tertinggi 100 Nilai Terandah
48 Dari tabel di atas, hasil belajar siswa pada siklus I dapat disajikan
dalam bentuk diagram berikut ini :
Siklus I 28% Nilai tuntas
Nilai Tidak tuntas 72%
Gambar 4.3 Diagram Presentasi Ketuntasan NIlai Belajar IPA Siklus I
Siswa Kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 05
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pelaksanaan siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Jumlah siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 28 (72%) siswa, sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 11 (28%) siswa. Artinya sebanyak 10 (24%) siswa dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Dengan demikian penerapaan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
Rentang nilai hasil belajar siswa kelas V SDN Sidorejo Lor 05 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga pada siklus I dalam daftar atau tabel sebagai berikut.
Tabel 4.4 Rentang Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Siklus I dengan KKM 65 Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase Ketuntasan100 - 90 6 15,4 % Tuntas 89 - 80 14 35,9 % Tuntas 79 - 70
4 10,25% Tuntas 10 (4=65) 10,25% Tuntas 69 - 60 (6=60) 15,4 % Tidak Tuntas 59 - 50 3 7,7 % Tidak Tuntas 49 - 40
2 5,12 % Tidak Tuntas
- < 40 0 %
Tuntas 28 72% Tidak Tuntas 11 28 % Nilai Rata-Rata Kelas
80 Tabel 4.4 menunjukan bahwa hasil belajar siklus I kelas V SDN
Sidorejo Lor 05, sebanyak 6 siswa memperoleh nilai dalam rentang 100
- 90 dengan persentase 15,4 %, sebanyak 14 siswa memperoleh nilai dalam rentang 89
- – 90 dengan persentase 35,9 %, sebanyak 4 siswa memperoleh nilai dalam rentang 79
- – 70 dengan persentase 10,25 %, sebanyak 4 siswa memperoleh nilai dalam rentang
- – 60 (4 memperoleh nilai 65 dan 6 memperoleh nilai 60) dengan persentase 10,25 % dan 15,4%, sebanyak 3 siswa memperoleh nilai dalam rentang
59
- – 50 dengan persentase 7,7% %, sebanyak 2 siswa memperoleh nilai dalam rentang 49
- – 40 dengan persentase 5,12 % dan tidak ada siswa yang memperoleh nilai di bawah 40.
Persentase keberhasilan atau ketuntasan hasil belajar sudah mencapai 72 %, meskipun sudah terjadi kenaikan tingkat ketuntasan namun, hasil tersebut masih belum maksimal karena masih di bawah target keberhasilan ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 80 %. Lebih jelasnya data nilai hasil belajar siswa pada tabel 4.4 dapat dibuat diagram batang seperti tampak pada gambar 4.4 di bawah ini.
Siklus 1
35,9%
14
12
25,7%
10 swa
8
15,4%
Si lah
6 m
10,25%
Ju
15,4%
4
7,7%
2
0 %
100 - 90 89 - 80 79 - 70 69 - 60 59 - 50 49 - 40 < 40 Interval Nilai Gambar 4.4 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus 1 b.
Pengamatan Kegiatan Siswa Pada pertemuan I siklus I, pembagian kelompok, ada 6 siswa berlari-larian keliling kelas, dan ada dua siswa yang tidak mau mengikuti pembagian kelompok. Kemudian saat kerja kelompok sudah terbentuk, masih ada 7 siswa yang hanya diam, kurang dapat mengikuti kegiatan kelompok dengan baik. Siswa yang sudah masuk dalam sebuah kelompok tidak menjamin dapat membuat semua anggota klompok dapat aktif, kenyataannya masih ada siswa yang tidak memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru.
Pada saat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, masih banyak siswa yang mengandalkan pekerjaan teman sekelompoknya yang dianggap mampu dalam mengerjakan tugas. Mereka enggan mengerjakan tugas karena kurang memahami materi ajar, akan tetapi setelah siswa mulai terbiasa dengan kegiatan kelompok, hal yang tidak diinginkan dapat teratasi. Dari pertemuan I hingga pertemuan II pada siklus I siswa mulai dapat ikut berperan aktif dalam pembelajaran, namun pembelajaran IPA pada siklus I belum optimal dikarenakan siswa belum terlalu terbiasa dengan belajar secara berkelompok.
c.
Pengamatan Kegiatan Guru Selain dilakukannya pengamatan terhadap kegiatan siswa, juga dilakukan pengamatan pada kegiatan guru yang dituangkan dalam lembar observasi guru. Pada siklus I pertemua I pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih belum optimal, guru masuk kurang mengarahkan dan membimbing dalam kegiatan kelompok. Hal tersebut dikarenakan guru belum terbiasa saat menerapkan pembelajaran PBL karena biasanya guru saat mengajar menggunakan metode konvensional dan pemberian tugas. Akan tetapi pada pertemuan ke II sudah lebih baik daripada pertemuan pertama saat menerapkan model pembelajara PBL. Melalui kegiatan evaluasi yang dilakukan pada akhir pertemuan, maka penulis bersama dengan guru saling berdiskusi dalam membahas kekurangan dalam pembelajaran dan langkah apa saja yang harus dilakukan pada materi selanjutnya.
Dari data yang diperoleh melalui observasi yang dilakukan pada siswa dan guru, maka dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran PBL pada kelas V siklus I belum cukup baik, dan pada siklus berikutnya kendala yang terjadi pada siklus pertama akan diperbaiki.
3) Refleksi Siklus I
Refleksi dilakukan setelah melakukan pembelajaran pada siklus I pertemuan I dan II. Pada siklus I dibahas kekurangan dan kendala yang ada dan berfungsi sebagai perencanaan pada siklus berikutnya melalui hasil analisis data observasi dan nilai yang diperoleh siswa melalui tes evaluasi pada siklus I. Hasil refleksi tersebut dijadikan sebagai acuan perbaikan dan perencanaan pada siklus II, sehingga indikator kerja hasil belajar IPA yang ditentukan oleh peneliti dapat tercapai.
Berdasarkan hasil tindakan kelas, penerapan pembelajaran PBL sudah baik sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada indikator pencapaian pembelajaran. Hasil refleksi pada pengamatan keseluruhan pada proses pembelajaran siklus I sebagai berikut :
1) Pada saat pembagian kelompok siswa lebih memilih bercanda dengan temanya, ada yang berlari-larian, ada juga yang tidak mau melakukan kegiatan kelompok
2) Suasana kelas belum kondusif dalam melakukan proses kegiatan kelompok, siswa masih senang bermain dan mengganggu temannya, siswa tidak memperthatikan materi yang disampaikan guru, alhasil pada saat penyelesaian tugas, siswa mengandalkan pekerjaan teman sekelompoknya.
3) Guru belum bisa mengarahkan dan membimbing dalam kegiatan kelompok
4) Tindak Lanjut
Berdasarkan data observasi di atas disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran dengan model Problem Based Learning oleh guru sudah berjalan dengan baik, namun untuk siswa terdapat beberapa kekurangan,yaitu siswa masih memilih bercanda dengan teman sebangku, siswa masih senang berlari-larian, dalam hal ini guru seharusnya memberikan peringatan terhadap siswa yaitu dengan berhitung mundur, kalau tidak bisa diam akan dihukum dengan membuat kelompok sendiri dengan anggota siswa yang tidak bisa diam tersebut dan dengan soal yang lebih sulit. Pada hasil belajar sudah ada peningkatan, namun hasil ini belum mencapai indikator kerja yang ditetapkan yaitu sebesar 80%.
Kekurangan yang masih terjadi dalam pembelajaran siklus I akan siklus I yang akan diperbaiki yaitu pada manajemen kelas, guru harus selalu mengontrol kondisi kelas sedemikian rupa misalkan dengan memindah tempat duduk siswa yang sering membuat kegaduhan, agar siswa dapat mengatasi kelemahan yang ada agar hasil dari proses belajar mengajar meningkat.
4.4 Pelaksanaan Penelitian Siklus II
Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Pada siklus II dilakukan dua kali pertemuan dengan kompetensi dasar Organ pernapasan pada manusia. Alokasi waktu tiap pertemuan yaitu 2x45 menit dilaksanakan pada tanggal 26 September 2017, dengan rincian sebagai berikut : a.
Tahap Perencanaan Siklus II
Seperti yang dijelaskan pada poin refleksi di atas tentang kekurangan pada siklus I, maka perencanaan pada siklus II dilakukan :
1. Pada pembagian kelompok, guru harus mengambil sikap tegas terhadap siswa yang senang berbuat gaduh dengan cara menghitung mundur.
2. Untuk ngatasi siswa yang masih senang bermain dan mengganggu teman yang lain saat proses kerja kelompok.
3. Untuk mengatasi siswa yang masih mengandalkan temannya, guru mengganti kelompok diskusi yang semula berdasarkan tempat duduk menjadi keragaman nilai. Tiap kelompok terdiri dari siswa yang dipilih secara acak menurut nilai akademiknya.
Pada siklus II, sebelum melakukan pembelajaran maka perlu dipersiapkan hal-hal yang akan dipergunakan dalam pembelajaran sama halnya dengan siklus I dan siklus II dilakukan melalui 2 pertemuan yang setiap pertemua dilakukan persiapan yakni meninjau ulang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sudah dirancang sebelumnya. Perencanaan perbaikan yang telah dibuat dikaji ulang, sehingga pembelajaran pada siklus II ini meliputi kegiatan mempersiapkan RPP, lembar observasi, dan LKS yang digunakan untuk menunjang pembelajaran.
b. Siklus II 1) Tahap Pelaksanaan
a) Pertemuan ke I
Setelah perencanaan tersusun dengan baik, maka tindakan
selanjutnya adalah melaksanakan prosesdur sebagai berikut : Pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 26 September 2017 dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit Dalam pelaksanaan pertemuan pertama ini, guru melakukan langkah-langkah pembelajaran yang meliputi kegiatn awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir, sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun bersama sebelumnya. Pada kegiatan awal, guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi dan doa bersama sebelum melakukan pembelajaran, kemudian bersama-sama siswa dan guru menyanyikan lagu Indonesia Raya untuk pentingnya menanamkan semangat kebangsaan, dan dilanjutkan dengan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu organ pernapasan pada hewan dan manusia.
Pada kegiatan inti guru terlebih dahulu menjelaskan topik dan kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya guru melakukan pembelajaran yang sesuai dengan langkah- langkah pembelajaran model PBL. Langkah pertama yaitu merumuskan pertanyaan atau masalah guru memberikan pertanyaan atau masalah sesuai dengan materi pembelajaran, seperti pentingkah manusia melakukan proses pernapasan?, bagaimana cara manusia bernapas? Organ pernapasan apa sajakah yang ada dalam tubuh manusia?
Langkah merumuskan hipotesis awal siswa menyampaikan jawaban-jawaban untuk hipotesis awal tentang permasalahan yang telah disajikan berdasarkan pengetahuan awal masing-masing siswa. Guru membuktikan hipotesis siswa tersebut benar atau salah, guru membimbing setiap siswa melakukan pengematan.
Langkah mengamati yaitu guru menyuruh siswa untuk mengamati sebuah video yang ditampilkan yaitu video tentang organ pernapasan pada hewan. Siswa mengamati jenis dan organ pernapasan yang ada pada video yang ditampilkan. Setelah itu guru menyuruh siswa untuk memperagakan gerakan bernapas dan apa saja yang terjadi saat proses bernapas dilakukan. Siswa saat melakukan gerakan bernapas diminta untuk mendekatkan telapak tangan tepat di depat hidung atau mulut, lalu siswa diminta untuk merasakan apa yang dirasakan pada telapak tangan. saat proses pernapasan diklakukan Selanjutnya, siswa diminta untuk menanyakan hal yang belum dipahami pada video yang ditampilkan.
Kegiatan berikutnya adalah guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa, lalu guru membagikan gambar organ pernapasan manusia pada setiap kelompok dan satu lembar kerja, dengan panduan buku paket, siswa diminta untuk menjawab pertanyaan pada lembar kerja yang ada. Pada saat melakukan kerja kelompok ada 5 siswa kurang dapat mengikuti kegiatan kelompok, ada yang mengajak temannya berbicara, becanda dan memutar-mutarkan buku, lalu guru memindahkan tempat duduk siswa yang membuat kegaduhan tersebut ke kelompok lain dan diberikan tugas tersendiri agar tidak kembali melakukan kegaduhan tersebut. Selain itu siswa tampak bersemangat dalam melakukan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung, jadi siswa mengerti tentang materi yang disampaikan oleh guru, jadi pada saat menyelesaikan tugas yang diberikan guru siswa tampak antusias dalam mengerjakan lembar kerja yang diberikan guru. dikarenakan guru pada saat kegiatan kelompok selalu mengawasi dan mengontrol kondisi kelas, mengarahkan siswa yang sedang melakukan kegiatan kelompok. terlihan guru sudah terbiasa menggunakan model yang digunakan. Setelah siswa selesai menjawab pertanyaan / masalah yang ada menggambar struktur organ pernapasan manusia dengan menampilkan contoh struktur organ pernapasan manusia pada LCD dan proyektor untuk memudahkan siswa menggambar dan menentukan nama-nama organ pernapasan yang ada pada gambar yang ditampilkan.
Setelah menemukan nama organ pernapasan pada manusia pada lembar kerja, guru meminta siswa untuk mencocokkan dengan hipotesis awal yang telah ditentukan, apakah sudah sesuai dengan yang ada pada hipotesis awal atau belum. Kegiatan selanjutnya, salah satu siswa perwakilan masing-masing kelompok secara bergantian membacakan hasil mengamatannya pada teman lain di depan kelas, lalu guru mengkonfirmasi jawaban siswa apabila masih terdapat jawaban yang kurang tepat.
b) Pertemuan ke II
Pada pertemuan ke II ini dilaksanakan sebagai tindak lanjut pertemuan ke I dengan melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan ini, dan kegiatan penutup sesuai dengan RPP yang telah disusun. Pada kegiatan akhir guru memberikan tindak lanjut kepada siswa dengan memberikan soal evaluasi untuk menguji kemampuan siswa
2) Tahap Observasi
Hasil tindakan pembelajaran siklus II berupa lembar hasil observasi pada kegiatan pembelajaran yang telah diterangkann oleh guru dan siswa untuk mengukur keberhasilan penerapan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL), dengan menggunakan lembar observasi. Penilaian observasi dilakukan oleh observer pada pertemuan I dan II. Adapun pengamatan yang dilakukan sebagai berikut : a. Hasil Tindakan Siklus II
Hasil belajar siswa yang diperoleh dari pemberian soal evalusi secara tertulis di akhir siklus II dijadikan sebagai hasil nilai kognitif. Terlihat bahwa daftar nilai hasil belajar siswa kelas V pada mata memperoleh nilai di bawah KKM atau kurang dari 65. Dari 39 siswa terdapat 5 siswa yang memperoleh nilai < 65 dan 34 siswa memperoleh nilai
65. Hasil belajar IPA siswa kelas V mata pelajaran IPA siklus II
dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5 Nilai Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada SIklus II Siswa Kelas V SD Negeri Sideorejo Lor 05KKM = 65 Frekuensi Presentase (%) Keterangan (siswa) < 65
5
13 Tidak Tuntas ≥ 65
34
87 Tuntas Jumlah 39 100 Rata-rata
84 Nilai Tertinggi 100 Nilai Terandah
49 Dari tabel di atas, hasil belajar pada siklus II siswa, dapat disajikan
dalam bentuk diagram berikut ini :
Siklus II 13% Nilai tuntas
Nilai Tidak tuntas 87%
Gambar 4.5 Diagram Presentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 05 Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 34 (87%), sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 5 (13%) siswa. Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebanyak 7 siswa yang mengalami ketuntasan, dan sebanyak 5 siswa (3 laki-laki dan 2 perempuan) dinyatakan tidak tuntas belajar, karena memperoleh nilai dibawah KKM (<65). Pada siklus II telah mengalami perubahan dibandingkan pada siklus I, yaitu terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa. Pada siklus II nilai terendah adalah 49 nilai tertinggi 100, dengan nilai rata-rata siswa mencapai84. Saran yang diberikan untuk mengatasi beberapa siswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan dengan baik sampai siklus terakhir meskipun sudah diberikan tindakan dengan memindahkan tempat duduk di depan. Agar lebih jelas, berikut ini disajikan data rentang nilai hasil belajar siswa siklus II .
Rentang nilai hasil belajar siswa kelas V SDN Sidorejo Lor 05 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga pada siklus II dalam daftar atau tabel sebagai berikut.
Tabel 4.6 Rentang Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Siklus II dengan KKM 65
Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase Ketuntasan
100 14 35,9 % Tuntas- – 90
89 17 43,6 % Tuntas
- – 80
79 3 7,7 % Tidak Tuntas
- – 70
69 2 5,1 % Tidak Tuntas
- – 60 59 – 50
1 2,6 % Tidak Tuntas
49 2 5,1 % Tidak Tuntas
- – 40
- < 40 0 %
Tuntas 34 87 % Tidak Tuntas 5 13 % Nilai Rata-Rata Kelas
84 Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa hasil belajar siklus II kelas V SDN Sidorejo Lor 05, sebanyak 14 siswa memperoleh nilai dalam rentang 100 - 90 dengan persentase 35,9 %, sebanyak 17 siswa memperoleh nilai dalam rentang 89
- – 90 dengan persentase 43,6 %, sebanyak 3 siswa memperoleh nilai dalam rentang 79
- – 70 dengan persentase 7,7 %, sebanyak 2 siswa memperoleh nilai dalam rentang
69
- – 60 dengan persentase 5,1 %, sebanyak 1 siswa memperoleh nilai dalam rentang 59
- – 50 dengan persentase 2,6 %, sebanyak 2 siswa memperoleh nilai dalam rentan
- – 40 dengan persentase 5,1 % dan tidak ada siswa yang memperoleh nilai di bawah 40.
Persentase keberhasilan atau ketuntasan hasil belajar sudah mencapai 87%, meskipun masih terdapat 7 siswa yang tidak tuntas dengan persentase 13%, namun hasil tersebut sudah mencapai tingkat ketuntasan yang ditetapkan yaitu sebesar 80%. Dengan demikian, penelitian ini dapat dikatakan berhasil karena persentase ketuntasan sudah mencapai 87%. Untuk lebih jelasnya data nilai hasil belajar siswa pada tabel 4.6 dapat dibuat diagram seperti tampak pada gambar 4.6 di bawah ini.
Siklus II
20 43,6%
35,9
a
15
w sis
10
lah m
7,7%
5 5,1%
5,1%
Ju
2,5% 0% 100 - 89 - 80 79 - 70 69 - 60 59 - 50 49 - 40 < 40
90 Interval Nilai
Gambar 4.6 b.
Pengamatan Kegiatan Siswa Melalui observasi siklus II dapat diketahui siswa lebih siap, tertarik dan berperan aktif, penuh semangat dalam kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran, namun ada 5 siswa yang memang dalam kesehariannya kurang perhatian dari orang tuanya, sehingga dalam proses kegiatan kelompok mereka masih sibuk dengan kegaitannya sendiri, yaitu dengan memutar-mutarkan buku, berbicara dengan temannya, sehingga mereka disuruh membentuk kelompok sendiri dan tugas tersendiri agar tidak membuat kegaduhan. Pada siklus II ini terlihat mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. Dengan bimbingan guru, siswa lebih percaya diri karena selalu dipantau dan dibimbing oleh guru.
c.
Pengamatan Kegiatan Guru Seperti halnya observasi terhadap siswa, guru pun juga diamati mengenai cara mengajar, diantaranya kesesuaian praktik mengajar dengan model pembelajaran yang digunakan terhadap materi ajar. Dalam pengamatan kegiatan guru ada beberapa aspek yang harus diperhatikan yaitu mengenai penyampaian materi ajar dengan menggunakan model PBL. Pada siklus II ini proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan, karena guru dapat menguasai kelas dengan mempraktikan model pembelajaran PBL, sehingga siswa dapat berperan aktif dan selalu mengontrol kondisi kelas selama proses pembelajaran berlangsung.
3) Refleksi Siklus II
setelah melakukan siklus III dari pertemuan I dan II, maka selanjutnya diadakan refleksi dari proses pembelajaran yang dilaksanakan. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi dan soal evaluasi yang dilaksanakan pada siklus II. Refleksi digunakan sebagai bahan perbaikan indikator kerja. Berdasarkan lembar observasi siswa pada siklus II ini, siswa terlibat lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan saling bekerja sama saat mengerjakan kegiatan kelompok, walaupun masih ada 5 siswa yang perlu perhatian khusus dari pihak sekolah karena mereka membutuhkan perhatian lebih agar kebiasaan bercanda dan mencari perhatian di kelas dapat teratasi. Hasil pada siklus II ini sudah maksimal dan hasil belajar siswa meningkat dari siklus I, sehingga tidak diperlukan tindakan selanjutnya
4.6 Perbandingan Presentase Ketuntasan Hasil Belajar
Perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada tiap siklus disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Kondisi Awal Siklus I Siklus II Ketera Nilai
No Jumlah Presentase Jumlah Presentase Jumlah Presentase ngan
KKM=65 Siswa (%) Siswa (%) Siswa (%)Tidak 1 < 65
21
52
11
28
5
13 tuntas
2
18
48
28
72
34 87 tuntas ≥ 65 Jumlah 39 100 39 100 39 100 Rata-rata
64
80
84 Nilai Tertinggi 90 100
96 Nilai terendah
20
48
49 Pencapaian hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I, dan siklus II disajikan dalam diagram batang di bawah ini :
50
40 87% 72%
30 52% 48%
20 28% 13%
10 Pra Siklus Siklus I Siklus II Tuntas Tidak Tuntas
Gambar 4.4 Diagram Presentase Perbandingan NIlai Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus IIDari diagram di atas terlihat nilai tuntas siswa mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Peningatan nilai terutama pada siswa yang pada tahap pra siklus berada di bawah KKM, bahkan ada siswa yang semula mendapatkan nilai terendah dapat meningkat pesat mencapai nilai rata-rata pada siklus I. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran PBL mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian, secara keseluruhan model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Penelitian tindakan ini difokuskan pada upaya perbaikan untuk meningkatkan nilai ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 05. Model penelitian ini menuntut siswa agar dapat meningkatkan cara berpikir untuk memecahkan persoalan-persoalan yang ada pada mata pelajaran IPA.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I, ada peningkatan antara hasil tidak tuntas belajar karena memperoleh nilai di bawah KKM (<65), sedangkan sebanyak 28 siswa mendapat nilai tuntas. Dengan hasil ini menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan pada hasil belajar. Sedangkan pada Siklus II masih ada 5 siswa yang mempunyai nilai di bawah nilai ketuntasan, dan siswa yang mendapatkan nilai tuntas sebanyak 34 siswa.
Hal ini membuktikan bahwa penerapan model PBl dalam pembelajaran
IPA dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 05 Salatiga sebanyak 87%
4.7 Pembahasan
Hasil observasi tahap pra siklus di kelas V SDN Sidorejo Lor 05, ditemukan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah.
Hal ini berdasarkan hasil belajar siswa yang masih berada di bawah KKM, dari 39 siswa kelas V hasil belajar 21 siswanya dengan persentase 52% tidak mencapai KKM. Selain persentase ketidaktuntasan yang lebih dari 50% pemerolehan nilai di kelas V juga masih rendah, meskipun nilai tertinggi telah mencapai 90 tetapi nilai terendahnya hanya 20. Hal ini membuktikan bahwa dalam pembelajaran terdapat beberapa kekurangan yang membuat pembelajaran kurang menarik bagi siswa, siswa kurang fokus dalam pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajarnya yang masih rendah.
Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan dalam mengajar IPA guru hanya sebatas menerangkan materi yang ada dalam buku paket siswa dan contoh-contoh lain yang belum terdapat dalam buku paket siswa, kemudian meminta siswa untuk mengejakan soal latihan yang ada sebagai evaluasi pembelajaran. Selain itu, pembelajaran yang terjadi belum memfasilitasi peserta didik yang sebagian besar cenderung siswa aktif. Sehingga, banyak siswa yang sibuk dengan kegiatanya sendiri seperti: berbicara dengan teman sebelah, memukul meja, menghadap ke belakang, keluar masuk kelas dsb. Atau dapat dikatakan pelaksanaan pembelajaran yang terjadi dapat dikatakan belum memperhatikan karakteristik mata pelajaran IPA dan karakteristik siswa.
Padahal seharusnya pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) harus dapat memfasilitasi atau menciptakan kondisi yang dapat membuat siswa aktif belajar IPA secara sistematis dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek kajian yang berupa benda nyata (daun dan bunga) untuk menemukan suatu pengetahuan. Sehingga, siswa tidak hanya menghafal pengetahuan melainkan belajar menemukan pengetahuan dan memecahkan masalah secara langsung dengan melakukan pengamatan dan metode yang cocok adalah menggunakan metode Problem Based Learning (PBL). Penerapan metode PBL pada siklus I dan siklus II diperoleh hasil belajar sebagai berikut:
1. Siklus I Siklus I dengan menerapakan metode PBL pada materi pokok
"Organ pernapasan pada hewan". Diperoleh siswa yang mencapai ketuntasan dengan KKM 65 mencapai 28 siswa dengan persentase 72% dan siswa tidak mencapai KKM atau tidak tuntas berjumlah 11 siswa dengan persentase 28%. Hasil ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahap prasiklus ketuntasan yang sebelumnya hanya 48% meningkat menjadi 72% dan presentase ketidaktuntasan mengalami penurunan dari sebelumnya sebesar 52% turun menjadi 28%. Rata-rata nilai kelas meningkat dari sebelumnya sebesar 64 menjadi 80 dengan nilai minimal 48 dan nilai maksimal 100.
2. Siklus II Siklus II dengan menerapakan metode PBL pada materi pokok
"Organ pernapasan pada manusia". Diperoleh siswa yang mencapai ketuntasan dengan KKM 65 mencapai 34 siswa dengan persentase 87% dengan persentase 13%. Hasil ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahap siklus I ketuntasan yang sebelumnya sebesar 72% meningkat menjadi 87% dan presentase ketidaktuntasan mengalami penurunan dari sebelumnya sebesar 28% turun menjadi 13%. Rata-rata nilai kelas siklus II adalah 84 dengan nilai minimal 49 dan nilai maksimal 100.
Disiklus II ini masih terdapat 5 siswa yang tidak mencapai ketuntasan. Siswa yang mengalami ketidaktuntasan ini disebabkan mereka tidak memperhatikan perintah guru, mereka sibuk dengan kegiatan sendiri seperti berbicara dengan teman sebelah atau belakangnya, lempar- lemparan kertas, bermain buku yang diputar, dsb. Untuk mengatasi beberapa siswa yang tetap tidak dapat mengikuti kegiatan dengan baik sampai siklus II ini. Selain diberikan tindakan dengan dipindahkan tempat duduknya di depan yaitu dengan membagi siswa kedalam kelompok- kelompok kecil. Siswa dalam kelompok tersebut diberi tugas sendiri- sendiri untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan, sehingga mereka tidak mempunyai waktu untuk melakukan hal-hal yang tidak penting seperti: berbicara dengan teman disebelah atau belakangnya, lempar-lemparan kertas, bermain dengan buku yang diputar .
Daftar Pustaka
Abimanyu, Soli, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group Aqib, Zainal. 2009. Penelitian
Tindakan kelas . Bandung: Yrama WidyaAmir, M. Taufiq. 2008. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.
Jakarta: Kencana Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam
Pembelajaran Sains SD . Jakarta: Depdiknas
Iskandar, Srini M. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: CV.
Maulana Nasution, Noehi. 2004. Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan . Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi
Guru Rayon 13Harjanto. 2000. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta Azhar Arsyad. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Harjanto. 2000. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : PT. Rieneka Cipta Wina Sanjaya.2000. Perencanaan dan desain sistem pembelajaran. Jakarta: PT.
Fajar Interpratama 2008 Ismail SM. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM.
Semarang : RaSail Media Grup,2008