peran guru dalam mewujudkan pemb efektif

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan
yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua
potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam
rangka mewujudkan potensi diri menjadi multiple kompetensi harus melewati
proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran.
Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar.
Keberhasilan pembelajaran ditunjukkan oleh dikuasainya tujuan pembelajaran
oleh siswa. Kita semua mengakui bahwa salah satu faktor keberhasilan dalam
pembelajaran adalah faktor kemampuan guru dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang efektif tidak dapat
muncul dengan sendirinya tetapi guru harus menciptakan pembelajaran yang
memungkinkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara optimal.
Banyak peran yang harus dimainkan guru dalam upaya melaksanakan
pembelajaran yang efektif dan bermakna.
B. Rumusan Masalah
Di dalam makalah ini mempunyai beberapa rumusan masalah antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran efektif dan bermakna

2. Apa saja karakteristik pembelajaran efektif dan bermakna
3. Bagaimana peran guru dalam mewujudkan pembelajaran efektif dan
bermakna

1

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat memahami tentang pengertian pembelajaran efektif dan
bermakna.
2. Mahasiswa dapat memahami apa saja karakteristik pembelajaran efektif dan
bermakna.
3. Mahasiswa dapat memahami bagaimana peran guru dalam mewujudkan
pembelajaran efektif dan bermakna.

2

BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Pembelajaran Efektif dan Bermakna
1. Pengertian Pembelajaran Efektif
Efektif adalah perubahan yang membawa pengaruh, makna dan manfaat
tertentu. Yusuf Hadi Miarso (1993) memandang bahwa pembelajaran efektif
adalah pembelajaran yang dapat menghasilkan belajar yang bermanfaat dan
terfokus pada siswa (student centered) melalui penggunaan prosedur yang
tepat. Definisi ini mengandung arti bahwa pembelajaran yang efektif terdapat
dua hal yang penting, yaitu terjadinya belajar pada siswa dan apa yang
dilakukan oleh guru untuk membelajarkan siswanya. Suatu proses belajar
mengajar dapat dikatakan berhasil baik, jika kegiatan belajar mengajar tersebut
dapat membangkitkan proses belajar.
Pembelajaran yang efektif ditandai dengan sifatnya yang menekankan
pada pemberdayaan siswa secara aktif. Pembelajaran menekankan pada
penguasaan pengetahuan tentang apa yang dikerjakan, tetapi lebih menekankan
pada internalisasi, tentang apa yang dikerjakan sehingga tertanam dan
berfungsi sebagai muatan nurani dan hayati serta dipraktekkan dalam
kehidupan oleh siswa. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran efektif
merupakan sebuah proses perubahan seseorang dalam tingkah laku dari hasil
pembelajaran


yang ia dapatkan

dari

pengalaman

dirinya

dan dari

lingkungannya yang membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu.
2. Pengertian Pembelajaran Bermakna
David Ausubel (1963) menyatakan bahwa bahan pelajaran yang dipelajari
harus “bermakna’ (meaningfull). Belajar bermakna menurut Ausubel
merupakan proses mengaitkan informasi atau materi baru dengan konsepkonsep yang telah ada dalam struktur kognitif. Suparno (1997) mengatakan,

3

bahwa pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran dimana
informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai

seorang yang sedang dalam proses pembelajaran. Pembelajaran bermakna
terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur
pengetahuan mereka. Artinya, bahan pelajaran itu harus cocok dengan
kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki
siswa. Oleh karena itu, pelajaran harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang
sudah dimilki siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar
terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual emosional siswa terlibat
dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang menyenangkan yang
akan memiliki keunggulan dalam meraup segenap informasi secara utuh
sehingga konsekuensi akhir meningkatkan kemampuan siswa. Pembelajaran
bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsepkonsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Pembelajaran
bermakna ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsepkonsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan
di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal
konsep-konsep

atau

fakta-fakta


belaka,

tetapi

merupakan

kegiatan

menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh,
sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah
dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus
selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki
peserta didik dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep
tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Jadi belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan
mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/guru
menjelaskan.

4


B. Karakteristik Pembelajaran Efektif dan Bermakna
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kenyataan yang kita lihat di sekolahsekolah, seringkali guru terlalu aktif di dalam proses pembelajaran, sementara
siswa dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses
pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru,
maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai.
Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar
mampu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada
siswa sehingga ia mau dan mampu belajar. Untuk bisa belajar efektif setiap orang
perlu mengetahui apa arti belajar sesungguhnya. Belajar adalah sebuah tindakan
aktif untuk memahami dan mengalami sesuatu. Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon.
Jadi, proses belajar terjadi jika anak merespon stimulus (rangsangan) yang
diberikan guru, selain itu untuk meraih pembelajaran yang efektif peserta didik
juga dapat dibimbing oleh guru dari pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki
yang tersimpan dalam ingatan dan pemikiran mereka (Kognitif) dengan
menggunakan teori dan metode pembelajaran dengan tepat. Jika hal itu belum

terjadi maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan optimal.
1. Ciri-ciri Pembelajaran yang Efektif
Pembelajaran dapat berjalan secara efektif apabila mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan sesuai dengan indikator pencapaian. Untuk
mengetahui bagaimana memperoleh hasil yang efektif dalam proses
pembelajaran, maka sangat penting untuk mengetahui ciri-cirinya yaitu:
a. Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara mental
ditunjukkan

dengan

mengembangkan

kemampuan

intelektualnya,

5

kemampuan berfikir kritis. Dan secara fisik, misalnya menyusun intisari

pelajaran, membuat peta dan lain-lain.
b. Metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa dan kelas
menjadi hidup.
c. Motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi motivasi
seorang guru akan mendorong siswa untuk giat dalam belajar.
d. Suasana demokratis di sekolah, yakni dengan menciptakan lingkungan yang
saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan siswa, tenggang rasa,
memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, menghargai
pendapat orang lain.
e. Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata.
f. Interaksi belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk
mencari sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar
pada

pekerjaannya

dan

lebih


percaya

diri

sehingga

anak

tidak

menggantungkan pada diri orang lain.
g. Pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang muncul,
mencari faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai
perbaikan, jika diperlukan.
Selain itu ciri pengajaran Efektif juga dapat diketahui dengan:
a. Berpusat pada siswa
b. Interaksi eduktaif, Guru-Siswa
c. Suasana demokratis
d. Metode yang bervariasi
e. Bahan belajar bermanfaat

f. Lingkungan kondusif
g. Suasana belajar menunjang
2. Prasyarat-prasyarat Belajar Bermakna
Prasyarat-prasyarat belajar bermakna adalah sebagai berikut:
a. Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial.

6

b. Anak yang akan belajar atau siswa harus bertujuan untuk melaksanakan
belajar bermakna, jadi mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar
bermakna. Tujuan siswa merupakan faktor utama dalam belajar bermakna.
Banyak siswa mengikuti pelajaran-pelajaran yang kelihatan tidak relevan
dengan kebutuhan mereka pada saat itu. dalam pelajaran-pelajaran
demikian, materi pelajaran dipelajari secara hapalan. Para siswa
kelihatannya dapat memberikan jawaban yang benar tanpa menghubungkan
materi itu pada aspek-aspek lain dalam struktur kognitif mereka.
Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial bergantung pada dua faktor,
yaitu sebagai berikut:
a. Materi itu harus memiliki kebermaknaan logis
b. Gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa.

C. Peran Guru dalam Mewujudkan Pembelajaran Efektif dan Bermakna
Terdapat beberapa peran guru dalam pembelajaran tatap muka yang dikemukakan
oleh Moon (1998), yaitu sebagai berikut.
1.

Guru sebagai Perancang Pembelajaran (Designer Instruction)
Pihak

Departemen

Pendidikan

Nasional

telah

memprogram

bahan

pembelajaran yang harus diberikan guru kepada peserta didik pada suatu waktu
tertentu. Disini guru dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan PBM
tersebut dengan memerhatikan berbagai komponen dalam sistem pembelajaran
yang meliputi :
a.

Membuat dan merumuskan bahan ajar

b.

Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas,
perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa, komprehensif,
sistematis, dan fungsional efektif.

c.

Merancang metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
siswa.

d.

Menyediakan sumber belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai
fasilitator dalam pengajaran.

7

e.

Media, dalam hal ini guru berperan sebagai mediator dengan
memerhatikan relevansi (seperti juga materi), efektif, efisien, kesesuaian
dengan metode, serta pertimbangan praktis.
Jadi dengan waktu yang sedikit atau terbatas tersebut, guru dapat

merancang dan mempersiapkan semua komponen agar berjalan dengan efektif
dan efisien. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup memadai
tentang prinsip-prinsip belajar, sebagai landasan dari perencanaan.
2. Guru sebagai Pengelola Pembelajaran (Manager Instruction)
Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan
fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan tujuan
khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan
alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa
bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang
diharapkan.
Selain itu guru juga berperan dalam membimbing pengalaman sehari-hari
ke arah pengenalan tingkah laku dan kepribadiannya sendiri. Salah satu ciri
manajemen kelas yang baik adalah tersedianya kesempatan bagi siswa untuk
sedikit demi sedikit untuk mengurangi ketergantungannya pada guru hingga
mereka mampu membimbing kegiatannya sendiri.
Sebagai manajer, guru hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan
tentang teori belajar mengajar dari teori perkembangan hingga memungkinkan
untuk menciptakan situasi belajar yang baik, mengendalikan pelaksanaan
pengajaran dan pencapaian tujuan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan guru dalam
kaitannya dengan memotivasi siswa belajar (Wright, 1991).
a. Menunjukkan Sikap yang Positif terhadap Siswa.
Guru hendaknya menanggapi secara positif setiap pertanyaan atau
pernyataan yang diajukan siswa bagaimana pun bentuknya. Dengan
adanya tanggapan positif dari guru terhadap pertanyaan atau pendapat

8

yang diajukan, paling tidak siswa tidak akan ragu-ragu mengemukakan
pendapatnya sehingga siswa akan terlibat aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
b. Memberikan Tugas atau Kegiatan yang Bermakna, Sesuai, dan
Menarik bagi Siswa.
Tugas atau kegiatan yang sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran
akan membentuk keyakinan siswa bahwa mereka akan berhasil
melaksanakan tugas apabila mereka bersungguh-sungguh. Selain itu, tugas
atau kegiatan yang dilksanakan hendaknya berkaitan dengan penerapan
pengetahuan dan keterampilan yang baru untuk memecahkan suatu
masalah.
c. Menunjukkan Semangat Belajar
Guru yang menunjukkan kehangatan dan keantusiasan dalam
mengajar akan memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan.
Kehangatan

dan

keantusiasan

guru

akan

menjadikan

kegiatan

pembelajaran lebih efektif.
d. Menerapkan Disiplin secara Fleksibel sehingga Tercipta Situasi
Pembelajaran yang Efektif
Guru dapat memberi kebebasan kepada siswa untuk melakukan tugas
belajarnya asal tidak mengganggu siswa lain atau kelas lain yang sedang
belajar.
e. Memberikan Kesempatan kepada Siswa untuk Terlibat Aktif Dalam
Berbagai Kegiatan yang Menuntut Komunikasi Antar-Siswa dan
Melakukan Kerja Sama
Kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa berinteraksi satu
sama lain dadalah kegiatan kelompok. Dalam kegiatan kelompok,
pengalaman siswa merupakan sumber yang penting, yang tidak hanya
berguna dalam memecahkan suatu masalah tetapi juga dapat meningkatkan
kepuasan siswa.

9

f. Memberikan Kesempatan kepada Siswa untuk Menilai Diri Sendiri
Dengan menilai diri sendiri siswa akan termotivasi untuk bekerja lebih
giat karena mereka dapat menilai diri sendiri apakah dia telah berhasil atau
belum.
g. Memberikan Balikan Positif terhadap Hasil Kerja Siswa
Apabila kita memberikan tugas atau pekerjaan kepada siswa, kita
harus memberikan komentar terhadap hasil kerja siswa. Guru hendaknya
memberikan penjelasan yang menguatkan terhadap hasil kerja siswa yang
benar dan penjelasan yang mengoreksi hasil kerja siswa yang salah.
Dengan mengetahui bahwa pekerjaannya benar, siswa akan merasa
dihargai. Sedangkan balikan terhadap kesalahannya akan menambah
motivasi siswa untuk memperbaiki kesalahannya.
h. Memberikan

Kesempatan

kepada

Siswa

untuk

Memperoleh

Kebanggan dari Hasil Kerjanya
Setiap siswa mengharapkan adanya pengakuan positif terhadap hasil
kerja mereka. Oleh karena itu, guru hendaknya memberikan penghargaan
terhadap siswa yang berhasil melakukan tugas belajarnya. Pengakuan
terhadap siswa dapat dilakukan dengan memajang hasil kerja siswa di
dinding. Dengan melihat hasil kerjanya, siswa akan merasa bangga bahwa
hasil kerjanya dihargai. Memperoleh pengakuan umum memberikan rasa
aman pada diri siswa dan penguatan yang membantu siswa memandang
dirinya bahwa dirinya mampu.
3. Guru sebagai Pengaruh Pembelajaran
Hendaknya guru senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara, dan
meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Dalam hubungan ini guru
mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar
mengajar. Empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi
(Dr Hamzah B.Uno :23) adalah sebagai berikut: (1) membangkitkan dorongan
siswa untuk belajar; (2) menjelaskan secara konkret, apa yang dapat dilakukan
pada akhir pengajaran; (3) memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai

10

hingga dapat merangsang pencapaian prestasi yang lebih baik dikemudian hari;
(4) membentuk kebiasaan belajar yang baik.
Untuk mengaktifkan siswa dalam belajar, guru hendaknya melibatkan
siswa dalam pembelajaran baik melalui kegiatan tanya jawab maupun melalui
kegiatan kelompok, diskusi atau kerja kelompok. Dalam kegiatan semacam ini,
guru dituntut berperan sebagai pengarah(moderator). Sebagai moderator, guru
hendaknya melakukan hal-hal berikut.
a.

Memusatkan perhatian pada tujuan pembelajaran.
Kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk memusatkan perhatian siswa,
diantaranya:
1) menyampaikan tujuan pada awal kegiatan;
2) menandai dengan cermat perubahan-perubahan yang terjadi dalam
pembahasan atau kegiatan kelompok. Apabila terjadi penyimpangan,
guru hendaknya mengarahkan siswa agar kembali ke tujuan semula
serta
3) merangkum hasil pembahasan atau diskusi/kerja kelompok pada tahaptahap tertentu sebelum dilanjutkan pada pembahasan atau tugas
berikutnya.

b.

Memberikan kesempatan berpartisipasi
Agar pembahasan atau kegiatan kelompok merupakan hasil semua siswa,
setiap siswa harus terlibat dan mendapat kesempatan mengajukan
pertanyaan atau menjawab pertanyaan. Guru hendaknya memberikan
kesempatan kepada semua siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan
tersebut. Usaha yang dapat dilakukan guru untuk menyebarkan
kesempatan berpartisipasi diantaranya:
1) memancing urunan siswa yang pendiam dengan mengajukan
pertanyaan yang langsung ditujukan kepada siswa tersebut secara
bijaksana;
2) mencegah terjadinya pembicaraan serentak;
3) mencegah secara bijaksana siswa yang suka memonopoli pembicaraan
atau kegiatan; dan

11

4) mendorong siswa untuk saling mengomentari pendapat siswa lain.
4. Guru sebagai Evaluator (Evaluator of Student Learning)
Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran oleh siswa, guru
hendaknya melakukan evaluasi. Melaksanakan evaluasi merupakan tugas guru
sebagai penilai atau elevator. Penilaian ini tidak hanya dilakukan terhadap
penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari tetapi juga terhadap proses
belajar yang telah dilakukan siswa. Apakah siswa telah benar-benar belajar.
Menilai kemampuan siswa tidak hanya dilakukan melalui tes, tetapi juga dapat
melalui tugas atau pekerjaan rumah.
Melalui evaluasi ini, guru dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan
dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil evaluasi ini dapat
dijadikan pedoman dalam mengembangkan dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran selanjutnya. Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat
keberhasilan, efektifitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Selain itu
untuk mengetahui kedudukan peserta dalam kelas atau kelompoknya. Dalam
fungsinya sebagai penilai hasil belajar peserta didik, guru hendaknya secara
terus-menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai peserta didik dari
waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini akan menjadi
umpan balik terhadap proses pembelajaran. Umpan balik akan dijadikan titik
tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Dengan
demikian proses pembelajaran akan terus menerus ditingkatkan untuk
memperoleh hasil yang optimal.
5. Guru sebagai Konselor
Sesuai dengan peran guru sebagai konselor adalah ia diharapkan akan
dapat merespon segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus dipersiapkan agar (1) dapat
menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang timbul antara
peserta didik dengan orang tuanya; (2) bisa memperoleh keahlian dalam

12

membina hubungan yang manusiawi dan dapat mempersiapkan untuk
berkomunikasi dan bekerja sama dengan bermacam-macam manusia.
Pada akhirnya, guru akan memerlukan pengertian tentang dirinya sendiri,
baik itu motivasi, harapan, prasangka ataupun keinginannya. Semua hal itu
akan memberikan pengaruh pada kemampuan guru dalam berhubungan dengan
orang lain terutama siswa.
6. Guru sebagai Pelaksana Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan didapat oleh
peserta didik selama ia mengikuti suatu proses pendidikan. Secara resmi
kurikulum sebenarnya merupakan sesuatu yang diidealisasikan atau dicitacitakan (Ali, 1985: 30). Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai
sangat bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru.
Artinya guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam mewujudkan segala
sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum resmi. Bahkan pandangan
mutakhir menyatakan bahwa meskipun suatu kurikulum itu bagus, namun
berhasil atau gagalnya kurikulum tersebut pada akhirnya terletak di tangan
pribadi guru.
Sedangkan peranan guru dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum
secara aktif (Dr.H.Hamzah B.Uno: 26) antara lain yaitu: (1) perencanaan
kurikulum; (2) pelaksanaan di lapangan; (3) proses penilaian; (4)
pengadministrasian; (5) perubahan kurikulum.
7. Guru dalam Pembelajaran yang Menerapkan Kurikulum Berbasis
Lingkungan
Peranan guru dalam kurikulum berbasis lingkungan tidak kalah aktifnya
dengan peserta didik. Sehubungan dengan tugas guru untuk mengaktifkan
peserta didik dalam belajar, maka seorang guru dituntut untuk memiliki
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang memadai. Pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan yang dituntut dari guru dalam proses pembelajaran yang memiliki

13

kadar pembelajaran tinggi dadasarkan atas posisi dan peranan guru, tugas dan
tanggung jawab sebagai pengajar yang profesional.
Posisi dan peran guru yang dikaitkan dengan konsep pendidikan berbasis
lingkungan dalam proses pembelajaran (Dr. H. Hamzah.B.Uno 2007: 27),
dimana guru harus menempatkan diri sebagai:
1. Pemimpin belajar, dalam arti guru sebagai perencana, pengorganisasi
pelaksana, dan pengontrol kegiatan belajar peserta didik.
2. Fasilitator belajar, guru sebagai pemberi kemudahan kepada peserta didik
dalam melakukan kegiatan belajarnya melalui upaya dalam berbagai
bentuk.
3. Moderator belajar, guru sebgai pengatur arus kegiatan belajar peserta
didik. Selain itu guru bersama peserta didik harus menarik kesimpulan
atau jawaban masalah sebagai hasil belajar peserta didik, atas dasar semua
pendapat yang telah dibahas dan diajukan peserta didik.
4. Motivator belajar, guru sebagai pendorong peserta didik agar mau
melakukan kegiatan belajar. Sebagai motivator guru harus dapat
menciptakan kondisi kelas yang merangsang peserta untuk mau
melakukan kegiatan belajar, baik individual maupun kelompok.
5. Evaluator belajar, guru sebagai penilai yang objektif dan komprehensif.
Sebagai evaluator guru berkewajiban mengawasi, memantau proses
pembelajaran peserta didik dan hasil belajar yang dicapainya. Guru juga
berkewajiban melakukan upaya perbaikan proses belajar peserta didik,
menunjukkan

kelemahan

dan cara

memperbaikinya,

baik

secara

individual, kelompok, maupun secara klasikal.

14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses

pembelajaran

merupakan

suatu

proses

yang

mengandung

serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi
atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama
bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
Pada hakikatnya pembelajaran yang efektif dan bermakna merupakan proses
belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta
didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif dan bermakna mampu
memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu
serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan mereka.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari kondisi dan
suasana serta upaya pemeliharaannya, maka peran guru selaku pembimbing harus
mampu melaksanakan proses pembelajaran tersebut secara maksimal. Selain itu
untuk menciptakan suasana dan kondisi yang efektif dalam pembelajaran harus
adanya faktor-faktor pendukung tertentu seperti lingkungan belajar, keahlian guru
dalam mengajar, fasilitas dan sarana yang memadai serta kerjasama yang baik
antara guru dan peserta didik.
Upaya-upaya tersebut merupakan usaha dalam menciptakan sekaligus
memelihara

kondisi dan suasana belajar

yang kondusif, optimal

dan

menyenangkan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan
bermakna sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal.

15

B. Saran
Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam makalah ini, baik
dari ejaan penulisan, tata kalimat, tata bahasa maupun yang lainnya. Oleh karena
banyaknya kekurangan dalam makalah ini, penulis mengharapkan adanya wujud
apresiasi pembaca untuk memberikan koreksi dan masukkan agar penulis mampu
memperbaikinya dan tidak melakukan kesalahan sama untuk yang kedua kalinya.
Terima kasih.

16