Menentukan Kisaran Preferensi Terhadap K
LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI HEWAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Ekologi Tumbuhan
Asisten Koordinator : Rifqi Yassirul Haqqi
Disusun Oleh :
Nama
: Eka Fathimatuz Zahroh
NIM
: 201310070311038
Kelas
: Biologi 4A
LABORATORIUM BIOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ekologi adalah kajian tentang bagaimana tanaman, binatang, dan
organisme lain saling berhubungan satu sama lain dalam lingkunga atau “rumah”
mereka. Kata “ekologi juga berarti kajian tentang kelimpahan dan ditribusi
organisme (Sukarsono,2012). Ekologi dalam perkembangannya menjadi semakin
dibutuhkan kehadirannya hampir di setiap pmecahan permasalahan lingkungan
dan pembangunan. Kondisi ini sangat dimungkinkan karena ekologi menjadi
dasar yang harus dimiliki dalam menerapkan berbagai konsep, terutama
penerapan konsep lingkungan, maupun konsep-konsep tentang manusia an
makhluk hidup lain dalam hubungannya dengan lingkungan.
Preferensi atau kesukaan hewan terhadap keadaan lingkungan atau
makanan tertentu adalah berbeda-beda pada tiap organisme. Hal ini dipengaruhi
banyak faktor seperti toleransi dan adaptasi terhadap lingkungannya. Hal ini
sangat berguna bagi pemelihara atau pembudidaya hewan tertentu untuk
mengetahui preferensi lingkungan dan makanannya agar dapat membudidayakan
atau
memelihara
hewan
sesuai
dengan
preferensi
hewan
tersebut
(Herlinda,2004).
Oleh karena itu, praktikan melakuan beberapa percobaan antara lain,
preferensi suhu pada ikan Zebra dan preferensi makanan pada semut hitam.
Untuk mengetahui kisaran ikan zebra pada suhu preferendum dan kisaran semut
hitam pada preferensi makanannya. Serta dapat mengetahui ada tidaknya
pengaruh aklimasi terhadap pola sebaran individu dan preferensi.
2. Tujuan
Tujuan praktikum kali ini yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana efek membatasi dari faktor suhu
terhadap sebaran individu-individu dar sejenis hewan aquatik yang mobil
serta menentukan kisaran suhu preferendum.
2. Mahasiswa dapat mengetahui ada tidaknya pengaruh aklimasi terhadap
pola sebaran individu dan preferensi itu.
3. Mahasiswa dapat mengetahui kisaran preferensi makanan pada semut
hitam.
3. Dasar Teori
Adaptasi merupakan kemampuan individu untuk mengatasi keadaan
lingkungan dan menggunakan sumber-sumber alam lebih banyak untuk
mempertahankan hidupnya dalam relung yang diduduki. Ini bahwa setiap
organisme mempunyai sifat adaptasi untuk hidup pada berbagai macam keadaan
lingkungan (Djamal,1992).
Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas,
mudah diukur dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang
penting dalam mengatur aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun
tumbuhan. Menurut Esmay (1982) dalam jurnal (Yani,2006)
Suhu dan
kelembaban udara merupakan dua faktor iklim yang mempengaruhi produksi
sapi perah, karena dapat menyebabkan perubahan keseimbangan panas dalam
tubuh ternak, keseimbangan air, keseimbangan energi dan keseimbangan tingkah
laku ternak.
Pisces (Ikan) merupakan superkelas dari subfilum Vertebrata yang
memiliki keanekaragaman sangat besar.Ikan adalah anggota vertebrata
poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang.
Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah
spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara keseluruhan ikan lebih toleran
terhadap perubahan suhu air suhu air, seperti vertebrata poikiloterm lain suhu
tubuhnya bersifat ektotermik, artinya suhu tubuh sangat tergantung atas suhu
lingkungan (Brotowijoyo,1989).
Kesukaan hewan terhadap pakannya sangat tergantung kepada jenis dan
jumlah pakan yang tersedia. Bila jumlah pakan yang tersedia tidak sebanding
dengan jumlah pakan yang dibutuhkan, perpindahan kesukaan terhadap jenis
pakan dapat terjadi (Campbell,2004).
Kesukaan atau yang dikenal dengan preferensi hewan spesifik dari suatu
jenis, namun dapat berubah oleh pengalaman. Preferensi berarti bahwa jeniss
makanan itu lebih diperlukan dibandingkan jenis makanan lain yang terdapat
dilingkungan. Preferensi hewan terhadap suatu jenis makanan atau mangsa
tertentu sifatnya tetap dan pasti, tidak dipengaruhi poleh ketersediaannya
dilingkungan (Putra,1994).
B. METODE PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
No
1.
Alat dan Bahan
Keterangan
Ikan Zebra
2.
Semut Hitam
3.
Thermometer,
dan
Tabung
Preferendum
4.
Makanan Semut Hitam
2. Cara Kerja
NoNo
1.
Foto Langkah Kerja
Keterangan
Preferensi Suhu
Menyiapkan alat dan bahan
2.
Menyiapkan Ikan Zebra
3.
Memberikan
air
pada
peferendum setinggi 5 cm
tabung
4.
Pada tabung perlakuan I diberi air
bersuhu 18ᴼ C
5.
Pada tabung perlakuan II diberi air
bersuhu 30ᴼ C
6.
Memasukan 15 ekor ikan Zebra ke
dalam tabung preferendum
yang
memiliki suhu normal
7.
Pengamatan setelah 3 menit pertama
8.
Pengamatan setelah 3 menit kedua
9.
Pengamatan setelah 3 menit terakhir
1.
Preferensi Makanan
Menyiapkan alat tabung preferendum
2.
Menyiapkan bahan semut hitam
3.
Memasukan semut kedalam tabung
preferendum
yang
telah
makanan semut d setiap ujung
diberi
4.
Menghitung jumlah semut dalam
makanan
gula
selama
5
menit
pertama, kedua dan terakhir
5.
Menghitung jumlah semut dalam
makanan biskuit selama 5 menit
pertama, kedua dan terakhir
6.
Menghitung jumlah semut dalam
makanan rambutan selama 5 menit
pertama, kedua dan terakhir
7.
Menghitung jumlah semut dalam
makanan
roti
selama
5
menit
pertama, kedua dan terakhir
C. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan menentukan kisaran
preferensi terhadap kondisi suhu lingkungan dan makanan yang dibagi atas 2
percobaan yang akan dilakukan. Yang pertama yaitu percobaan preferensi suhu
dengan 2 tabel. Tabel 1 data suhu pada tiap zona pada tabung preferendum. Pada
perlakuan I diberi air bersuhu 18ᴼC sedangkan perlakuan II diberi air yang
bersuhu 30ᴼC. Pada tabung preferendum yang bagian tengah d beri air bersuhu
normal setinggi 5 cm. Kemudian 15 ekor ikan zebra dimasukan kedalam tabung
preferendum bagian tengah. Dan di amati pada 3 menit pertama ikan zebra d
temukan berkumpul ke 15 ekor di daerah zona 1, pada 3 menit kedua ikan zebra
ditemukan pada zona 2, sedangkan pada 3 menit terakhir di temuakan ikan zebra
12 ekor pada zona 1 dan 3 ekor pada zona 2. Rata-rata nya pada zona 1 yaitu 4,8/
menit; zona 2 yaitu 0,3/menit; dan zona 3 yaitu 0. Diketahui bahwa preferensi
suhu ikan zebra cenerng menempati zona 1 (zona dingin) dengan rata-rata 4,8
ekor/menit dikarenakan ikan zebra lebih cocok (suka) pada suhu yang relatif
dingin.
Percobaan yang kedua yaitu preferensi makanan. Pada tabung preferendum
diberi makanan semut setiap bagian ujung tabung dengan makanan yang berbeda,
ditunggu 3 menit setelah itu semut hitam dimasukkan. Ditemukan hasil pada 5
menit petama pada makanan gula terdapat 7 ekor, roti 6 ekor, biskuit 1 ekor,
rambutan 4 ekor dan yang tidak menghampiri makanan 5 ekor. Pada 5 menit
kedua didapatkan hasil pada gula 8 ekor, roti 5 ekor, bikuit 3 ekor, rambutan 4
ekor dan yang tidak menghampiri makanannya 3 ekor. Sedangkan pada 5 menit
terakhir didapatkan hasil pada gula terdapat 8 ekor, roti 4 ekor, biskuit 3 ekor,
rambutan 4 ekor dan yang tidak menghampiri makanannya 4 ekor. Jumlah
keseluruhan didapatkan pada gula 23 ekor, pada roti 15 ekor, biskuit 7 ekor,
rambutan 12 ekor dan yang tidak menghampiri 12 ekor. Dapat d analisis
preferensi makanan pada semut hitam cenderung mendatangi gula dari pada
lainnya.
Perubahan suhu yang besar dan mendadak jelas dengan nyata
mempengaruhi adaptasi Ikan, Ikan yang diaklimasikan ke suhu yang dingin akan
berenang lebih cepat (Campbell,2004). Pada perlakuan ini ada korelasi bahwa
semakin rendah suhu maka semakin cepat gerakan renang Ikan dan semakin
cepat pula gerakan operkulum sebagai respon suhu rendah, dimana korelasi ini
tidak kami temui pada perlakuan pada suhu panas.
Dalam jurnal (Aliza,2013) Menurut Wardoyo suhu merupakan salah satu
faktor fisika yang sangat penting di dalam air karena bersama-sama dengan
zat/unsur yang terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis air, densitas
air, kejenuhan air, mempercepat reaksi kimia air, dan memengaruhi jumlah
oksigen terlarut di dalam air. Dan menurut Irianto suhu tinggi yang masih dapat
ditoleransi oleh ikan tidak selalu berakibat mematikan pada ikan tetapi dapat
menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres
yang menyebabkan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Serta
menurut Kori perubahan suhu sebesar 5°C di atas normal dapat menyebabkan
stres pada ikan bahkan kerusakan jaringan dan kematian.
Effendie (1997) dalam jurnal (Tresna, 2012) menyatakan bahwa kesukaan
ikan terhadap makanannya sangat relatif. Karena belum tentu melimpahnya suatu
pakan alami dalam perairan dapat dimanfaatkan oleh ikan dikarenakan beberapa
faktor yaitu enyebaran organisme sebagai makanan ikan, ketersediaan makanan,
pilihan dari ikan, serta faktor-faktor fisik yang mempengaruhi perairan.
Hewan merupakan makhluk hidup heterotrof yang sumber makanannya
sangat tergantung dengan organisme lain sebagai sumber makanan. Makanan
hewan dapat berupa tumbuhan atau disebut hewan herbivora, atau dapat berupa
hewan yang disebut karnivora. Dan ada juga yang pemakan segalanya seperti
omnivora. Terdapat juga faktor yang menyebabkan sumber makanan bagai
hewan berkurang ketersediaannya. Jika hal ini terjadi, hewan tersebut cenderung
untuk mencari makanan yang baru untuk mengganti makanan aslinya. Biasanya
preferensi makanan ini digantikan oleh jenis makanan yang hampir sama, baik
rasa maupun aromanya walaupun berasal dari spesies yang berbeda
(Burnie,2005).
Berdasarkan spesies semut yang mampu membuat sarang dalam kondisi
yang cukup variatif, namun banyak juga yang memerlukan kriteria tertentu dan
khusus sehingga dapat digunakan sebagai indikator perubahan habitat atau
keberhasilan restorasi. Ada beberapa spesies semut di seluruh dunia yang dapat
beradaptasi untuk hidup pada area yang telah “diganggu” dan mengembangkan
koloni dengan cepat. Semut seperti ini dapat menjadi indikator adanya perusakan
habitat atau terganggunya alam disekitarnya. Kebanyakan spesies semut hidup
pada koloni secara tetap dan tidak gampang berpindah habitat. Semut menjadi
ideal untuk program monitoring karena dapat di sampling secara berulang kali
dengan menggunakan metoda yang sama, dapat memberi informasi mengenai
bagaimana struktur vegetasi, kepadatan musuh alami, kualitas tanah dan
kepadatan predator berubah seiring dengan waktu (Agosti,2000).
D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Dalam praktikum pertama ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Diketahui bahwa preferensi suhu ikan zebra cenerng menempati zona 1
(zona dingin) dengan rata-rata 4,8 ekor/menit dikarenakan ikan zebra lebih
cocok (suka) pada suhu yang relatif dingin.
2. Preferensi makanan pada semut hitam cenderung mendatangi gula dari
pada lainnya.
3. Perubahan suhu dapat mempengaruhi adaptasi hewan, sehingga hewan
lebih cenderung merubah perilakunya, contoh pada ikan jika semakin
rendah suhu maka semakin cepat gerakan renang Ikan dan semakin cepat
pula gerakan operkulum sebagai respon suhu rendah, dimana korelasi ini
tidak kami temui pada perlakuan pada suhu panas.
4. Perubahan makanan dapat mempengaruhi adaptasi hewan, sehingga hewan
tersebut akan beradaptasi dengan mengganti makanan dengan jenis yang
hampir sama dari segi rasa maupun aromanya.
2. Saran
Agar saat pemberian materi lebih detail sehingga praktikan tidak
kebingungan dalam melaksanakan praktikum.
E. Daftar Pustaka
Agosti., Jonathan, D. Majer., Alonso L.E., Schultz, TR. 2000. Ants Standard Methods
for Measuring and Monitoring Biodiversity. Washington: Smithsonian
Institution Press.
Aliza, Dwinna., Winaruddin., dan Sipahutar, L.W. 2013. Efek Peningkatan Suhu Air
terhadap Perubahan Perilaku, Patologi Anatomi, dan Histopatologi Insang
Ikan nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Medika Veterinaria.7(2): 142-145.
Brotowijoyo, Mukayat D. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Burnie, David. 2005. Bengkel Ilmu Ekologi. Jakarta: Erlangga.
Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2004. Biologi, Edisi Kelima-Jilid 3.
Jakarta. Penerbit Erlangga
Djamal, Zoer’aini. 1992. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi. Jakarta. Penerbit
P.T Bumi Aksara
Herlinda, Siti., Thalib, Rosdah., Saleh, R.M. 2004. Perkembangan dan Preferensi
Pluttela xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) pada Lima Jenis Tumbuhan
Inang. Hayati. 11(4): 130-134.
Putra, N.S., 1994, Serangga di Sekitar Kita, Konisius, Yogyakarta.
Sukarsono, 2012. Pengantar Ekologi Hewan: Konsep Perilaku, Psikologi, dan
Komunikasi. Malang: UMM Press.
Tresna, Kalina R., Yayat, D., Herawati, T. 2012. Kebiasaan Makanan dan Luas
Relung Ikan di Hulu Sungai Cimanuk Kabupaten Garut, Jawa Barat. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. 3(3): 163-173.
Yani, A., Purwanto, B.P. 2006. Pengaruh Iklim Mikro terhadap Respons Fisiologis
Sapi Peranakan Fries Holland dan Modifikasi
Lingkungan untuk
Meningkatkan Produktivitasnya. Jurnal Media Peternakan. 29(1): 35-46.
EKOLOGI HEWAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Ekologi Tumbuhan
Asisten Koordinator : Rifqi Yassirul Haqqi
Disusun Oleh :
Nama
: Eka Fathimatuz Zahroh
NIM
: 201310070311038
Kelas
: Biologi 4A
LABORATORIUM BIOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ekologi adalah kajian tentang bagaimana tanaman, binatang, dan
organisme lain saling berhubungan satu sama lain dalam lingkunga atau “rumah”
mereka. Kata “ekologi juga berarti kajian tentang kelimpahan dan ditribusi
organisme (Sukarsono,2012). Ekologi dalam perkembangannya menjadi semakin
dibutuhkan kehadirannya hampir di setiap pmecahan permasalahan lingkungan
dan pembangunan. Kondisi ini sangat dimungkinkan karena ekologi menjadi
dasar yang harus dimiliki dalam menerapkan berbagai konsep, terutama
penerapan konsep lingkungan, maupun konsep-konsep tentang manusia an
makhluk hidup lain dalam hubungannya dengan lingkungan.
Preferensi atau kesukaan hewan terhadap keadaan lingkungan atau
makanan tertentu adalah berbeda-beda pada tiap organisme. Hal ini dipengaruhi
banyak faktor seperti toleransi dan adaptasi terhadap lingkungannya. Hal ini
sangat berguna bagi pemelihara atau pembudidaya hewan tertentu untuk
mengetahui preferensi lingkungan dan makanannya agar dapat membudidayakan
atau
memelihara
hewan
sesuai
dengan
preferensi
hewan
tersebut
(Herlinda,2004).
Oleh karena itu, praktikan melakuan beberapa percobaan antara lain,
preferensi suhu pada ikan Zebra dan preferensi makanan pada semut hitam.
Untuk mengetahui kisaran ikan zebra pada suhu preferendum dan kisaran semut
hitam pada preferensi makanannya. Serta dapat mengetahui ada tidaknya
pengaruh aklimasi terhadap pola sebaran individu dan preferensi.
2. Tujuan
Tujuan praktikum kali ini yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana efek membatasi dari faktor suhu
terhadap sebaran individu-individu dar sejenis hewan aquatik yang mobil
serta menentukan kisaran suhu preferendum.
2. Mahasiswa dapat mengetahui ada tidaknya pengaruh aklimasi terhadap
pola sebaran individu dan preferensi itu.
3. Mahasiswa dapat mengetahui kisaran preferensi makanan pada semut
hitam.
3. Dasar Teori
Adaptasi merupakan kemampuan individu untuk mengatasi keadaan
lingkungan dan menggunakan sumber-sumber alam lebih banyak untuk
mempertahankan hidupnya dalam relung yang diduduki. Ini bahwa setiap
organisme mempunyai sifat adaptasi untuk hidup pada berbagai macam keadaan
lingkungan (Djamal,1992).
Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas,
mudah diukur dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang
penting dalam mengatur aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun
tumbuhan. Menurut Esmay (1982) dalam jurnal (Yani,2006)
Suhu dan
kelembaban udara merupakan dua faktor iklim yang mempengaruhi produksi
sapi perah, karena dapat menyebabkan perubahan keseimbangan panas dalam
tubuh ternak, keseimbangan air, keseimbangan energi dan keseimbangan tingkah
laku ternak.
Pisces (Ikan) merupakan superkelas dari subfilum Vertebrata yang
memiliki keanekaragaman sangat besar.Ikan adalah anggota vertebrata
poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang.
Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah
spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara keseluruhan ikan lebih toleran
terhadap perubahan suhu air suhu air, seperti vertebrata poikiloterm lain suhu
tubuhnya bersifat ektotermik, artinya suhu tubuh sangat tergantung atas suhu
lingkungan (Brotowijoyo,1989).
Kesukaan hewan terhadap pakannya sangat tergantung kepada jenis dan
jumlah pakan yang tersedia. Bila jumlah pakan yang tersedia tidak sebanding
dengan jumlah pakan yang dibutuhkan, perpindahan kesukaan terhadap jenis
pakan dapat terjadi (Campbell,2004).
Kesukaan atau yang dikenal dengan preferensi hewan spesifik dari suatu
jenis, namun dapat berubah oleh pengalaman. Preferensi berarti bahwa jeniss
makanan itu lebih diperlukan dibandingkan jenis makanan lain yang terdapat
dilingkungan. Preferensi hewan terhadap suatu jenis makanan atau mangsa
tertentu sifatnya tetap dan pasti, tidak dipengaruhi poleh ketersediaannya
dilingkungan (Putra,1994).
B. METODE PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
No
1.
Alat dan Bahan
Keterangan
Ikan Zebra
2.
Semut Hitam
3.
Thermometer,
dan
Tabung
Preferendum
4.
Makanan Semut Hitam
2. Cara Kerja
NoNo
1.
Foto Langkah Kerja
Keterangan
Preferensi Suhu
Menyiapkan alat dan bahan
2.
Menyiapkan Ikan Zebra
3.
Memberikan
air
pada
peferendum setinggi 5 cm
tabung
4.
Pada tabung perlakuan I diberi air
bersuhu 18ᴼ C
5.
Pada tabung perlakuan II diberi air
bersuhu 30ᴼ C
6.
Memasukan 15 ekor ikan Zebra ke
dalam tabung preferendum
yang
memiliki suhu normal
7.
Pengamatan setelah 3 menit pertama
8.
Pengamatan setelah 3 menit kedua
9.
Pengamatan setelah 3 menit terakhir
1.
Preferensi Makanan
Menyiapkan alat tabung preferendum
2.
Menyiapkan bahan semut hitam
3.
Memasukan semut kedalam tabung
preferendum
yang
telah
makanan semut d setiap ujung
diberi
4.
Menghitung jumlah semut dalam
makanan
gula
selama
5
menit
pertama, kedua dan terakhir
5.
Menghitung jumlah semut dalam
makanan biskuit selama 5 menit
pertama, kedua dan terakhir
6.
Menghitung jumlah semut dalam
makanan rambutan selama 5 menit
pertama, kedua dan terakhir
7.
Menghitung jumlah semut dalam
makanan
roti
selama
5
menit
pertama, kedua dan terakhir
C. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan menentukan kisaran
preferensi terhadap kondisi suhu lingkungan dan makanan yang dibagi atas 2
percobaan yang akan dilakukan. Yang pertama yaitu percobaan preferensi suhu
dengan 2 tabel. Tabel 1 data suhu pada tiap zona pada tabung preferendum. Pada
perlakuan I diberi air bersuhu 18ᴼC sedangkan perlakuan II diberi air yang
bersuhu 30ᴼC. Pada tabung preferendum yang bagian tengah d beri air bersuhu
normal setinggi 5 cm. Kemudian 15 ekor ikan zebra dimasukan kedalam tabung
preferendum bagian tengah. Dan di amati pada 3 menit pertama ikan zebra d
temukan berkumpul ke 15 ekor di daerah zona 1, pada 3 menit kedua ikan zebra
ditemukan pada zona 2, sedangkan pada 3 menit terakhir di temuakan ikan zebra
12 ekor pada zona 1 dan 3 ekor pada zona 2. Rata-rata nya pada zona 1 yaitu 4,8/
menit; zona 2 yaitu 0,3/menit; dan zona 3 yaitu 0. Diketahui bahwa preferensi
suhu ikan zebra cenerng menempati zona 1 (zona dingin) dengan rata-rata 4,8
ekor/menit dikarenakan ikan zebra lebih cocok (suka) pada suhu yang relatif
dingin.
Percobaan yang kedua yaitu preferensi makanan. Pada tabung preferendum
diberi makanan semut setiap bagian ujung tabung dengan makanan yang berbeda,
ditunggu 3 menit setelah itu semut hitam dimasukkan. Ditemukan hasil pada 5
menit petama pada makanan gula terdapat 7 ekor, roti 6 ekor, biskuit 1 ekor,
rambutan 4 ekor dan yang tidak menghampiri makanan 5 ekor. Pada 5 menit
kedua didapatkan hasil pada gula 8 ekor, roti 5 ekor, bikuit 3 ekor, rambutan 4
ekor dan yang tidak menghampiri makanannya 3 ekor. Sedangkan pada 5 menit
terakhir didapatkan hasil pada gula terdapat 8 ekor, roti 4 ekor, biskuit 3 ekor,
rambutan 4 ekor dan yang tidak menghampiri makanannya 4 ekor. Jumlah
keseluruhan didapatkan pada gula 23 ekor, pada roti 15 ekor, biskuit 7 ekor,
rambutan 12 ekor dan yang tidak menghampiri 12 ekor. Dapat d analisis
preferensi makanan pada semut hitam cenderung mendatangi gula dari pada
lainnya.
Perubahan suhu yang besar dan mendadak jelas dengan nyata
mempengaruhi adaptasi Ikan, Ikan yang diaklimasikan ke suhu yang dingin akan
berenang lebih cepat (Campbell,2004). Pada perlakuan ini ada korelasi bahwa
semakin rendah suhu maka semakin cepat gerakan renang Ikan dan semakin
cepat pula gerakan operkulum sebagai respon suhu rendah, dimana korelasi ini
tidak kami temui pada perlakuan pada suhu panas.
Dalam jurnal (Aliza,2013) Menurut Wardoyo suhu merupakan salah satu
faktor fisika yang sangat penting di dalam air karena bersama-sama dengan
zat/unsur yang terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis air, densitas
air, kejenuhan air, mempercepat reaksi kimia air, dan memengaruhi jumlah
oksigen terlarut di dalam air. Dan menurut Irianto suhu tinggi yang masih dapat
ditoleransi oleh ikan tidak selalu berakibat mematikan pada ikan tetapi dapat
menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres
yang menyebabkan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Serta
menurut Kori perubahan suhu sebesar 5°C di atas normal dapat menyebabkan
stres pada ikan bahkan kerusakan jaringan dan kematian.
Effendie (1997) dalam jurnal (Tresna, 2012) menyatakan bahwa kesukaan
ikan terhadap makanannya sangat relatif. Karena belum tentu melimpahnya suatu
pakan alami dalam perairan dapat dimanfaatkan oleh ikan dikarenakan beberapa
faktor yaitu enyebaran organisme sebagai makanan ikan, ketersediaan makanan,
pilihan dari ikan, serta faktor-faktor fisik yang mempengaruhi perairan.
Hewan merupakan makhluk hidup heterotrof yang sumber makanannya
sangat tergantung dengan organisme lain sebagai sumber makanan. Makanan
hewan dapat berupa tumbuhan atau disebut hewan herbivora, atau dapat berupa
hewan yang disebut karnivora. Dan ada juga yang pemakan segalanya seperti
omnivora. Terdapat juga faktor yang menyebabkan sumber makanan bagai
hewan berkurang ketersediaannya. Jika hal ini terjadi, hewan tersebut cenderung
untuk mencari makanan yang baru untuk mengganti makanan aslinya. Biasanya
preferensi makanan ini digantikan oleh jenis makanan yang hampir sama, baik
rasa maupun aromanya walaupun berasal dari spesies yang berbeda
(Burnie,2005).
Berdasarkan spesies semut yang mampu membuat sarang dalam kondisi
yang cukup variatif, namun banyak juga yang memerlukan kriteria tertentu dan
khusus sehingga dapat digunakan sebagai indikator perubahan habitat atau
keberhasilan restorasi. Ada beberapa spesies semut di seluruh dunia yang dapat
beradaptasi untuk hidup pada area yang telah “diganggu” dan mengembangkan
koloni dengan cepat. Semut seperti ini dapat menjadi indikator adanya perusakan
habitat atau terganggunya alam disekitarnya. Kebanyakan spesies semut hidup
pada koloni secara tetap dan tidak gampang berpindah habitat. Semut menjadi
ideal untuk program monitoring karena dapat di sampling secara berulang kali
dengan menggunakan metoda yang sama, dapat memberi informasi mengenai
bagaimana struktur vegetasi, kepadatan musuh alami, kualitas tanah dan
kepadatan predator berubah seiring dengan waktu (Agosti,2000).
D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Dalam praktikum pertama ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Diketahui bahwa preferensi suhu ikan zebra cenerng menempati zona 1
(zona dingin) dengan rata-rata 4,8 ekor/menit dikarenakan ikan zebra lebih
cocok (suka) pada suhu yang relatif dingin.
2. Preferensi makanan pada semut hitam cenderung mendatangi gula dari
pada lainnya.
3. Perubahan suhu dapat mempengaruhi adaptasi hewan, sehingga hewan
lebih cenderung merubah perilakunya, contoh pada ikan jika semakin
rendah suhu maka semakin cepat gerakan renang Ikan dan semakin cepat
pula gerakan operkulum sebagai respon suhu rendah, dimana korelasi ini
tidak kami temui pada perlakuan pada suhu panas.
4. Perubahan makanan dapat mempengaruhi adaptasi hewan, sehingga hewan
tersebut akan beradaptasi dengan mengganti makanan dengan jenis yang
hampir sama dari segi rasa maupun aromanya.
2. Saran
Agar saat pemberian materi lebih detail sehingga praktikan tidak
kebingungan dalam melaksanakan praktikum.
E. Daftar Pustaka
Agosti., Jonathan, D. Majer., Alonso L.E., Schultz, TR. 2000. Ants Standard Methods
for Measuring and Monitoring Biodiversity. Washington: Smithsonian
Institution Press.
Aliza, Dwinna., Winaruddin., dan Sipahutar, L.W. 2013. Efek Peningkatan Suhu Air
terhadap Perubahan Perilaku, Patologi Anatomi, dan Histopatologi Insang
Ikan nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Medika Veterinaria.7(2): 142-145.
Brotowijoyo, Mukayat D. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Burnie, David. 2005. Bengkel Ilmu Ekologi. Jakarta: Erlangga.
Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2004. Biologi, Edisi Kelima-Jilid 3.
Jakarta. Penerbit Erlangga
Djamal, Zoer’aini. 1992. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi. Jakarta. Penerbit
P.T Bumi Aksara
Herlinda, Siti., Thalib, Rosdah., Saleh, R.M. 2004. Perkembangan dan Preferensi
Pluttela xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) pada Lima Jenis Tumbuhan
Inang. Hayati. 11(4): 130-134.
Putra, N.S., 1994, Serangga di Sekitar Kita, Konisius, Yogyakarta.
Sukarsono, 2012. Pengantar Ekologi Hewan: Konsep Perilaku, Psikologi, dan
Komunikasi. Malang: UMM Press.
Tresna, Kalina R., Yayat, D., Herawati, T. 2012. Kebiasaan Makanan dan Luas
Relung Ikan di Hulu Sungai Cimanuk Kabupaten Garut, Jawa Barat. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. 3(3): 163-173.
Yani, A., Purwanto, B.P. 2006. Pengaruh Iklim Mikro terhadap Respons Fisiologis
Sapi Peranakan Fries Holland dan Modifikasi
Lingkungan untuk
Meningkatkan Produktivitasnya. Jurnal Media Peternakan. 29(1): 35-46.