LAPORAN PRAKTIKUM KUALITAS AIR ACARA II
LAPORAN PRAKTIKUM KUALITAS AIR
ACARA II
PENENTUAN LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL AIR TANAH (PRA
SURVEY)
Dosen Pengampu: Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si.
Di Susun oleh :
Nama
: Elok Nailatus S
Nim
: 160722614603
Off
: G/2016
Asisten
: Unsila Tamiya Artawan
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2018
LAPORAN PRAKTIKUM KUALITAS AIR
ACARA II
PENGAMBILAN SAMPEL AIR TANAH
I.
TUJUAN
a. Mahasiswa mampu memahami teknik pengambilan sampel air
tanah
b. Mahasiswa mampu melaksanakan pengambilan sampel air
II.
DASAR TEORI
Air tanah (ground water) adalah air yang berada di bawah
permukaan tanah di dalam zone jenuh dimana tekanan hidrostatiknya
sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer (Sosrodarsono, 1993:1)
Air tanah merupakan sumber air tawar terbesar di planet bumi,
mencakup kira-kira 30 % dari total air tawar atau 10,5 juta km3 . Akhir
akhir ini pemanfaatan air tanah meningkat dengan cepat, bahkan di
beberapa tempat tingkat eksploitasinya sudah sampai tingkat yang
membahayakan. Air tanah biasanya diambil, baik untuk sumber air
bersih maupun untuk irigasi, melalui sumur terbuka, sumur tabung,
spring, atau sumur horizontal. Kecenderungan memilih air tanah
sebagai sumber air bersih, dibanding air permukaan mempunyai
keuntungan:
a. Tersedia dekat dengan tempat yang memerlukan, sehingga
kebutuhan bangunan pembawa/distribusi lebih murah
b. Debit (produksi) sumur biasanya relatif stabil
c. Lebih bersih dari bahan cemaran permukaan
d. Kualitasnya lebih seragam
e. Bersih dari kekeruhan, bakteri, lumut atau tumbuhan dan binatang
air
Kebutuhan air meliputi masalah persediaan air, baik air permukaan
maupun air bawah tanah, begitu pula masalah manajemen dan
ekonomi proyek irigasi. Kebutuhan air telah menjadi suatu faktor yang
sangat penting dalam memilih keputusan tentang perbedaan pendapat
pada beberapa sistem sungai utama dimana kesejahteraan masyarakat
dari lembah, Negara, dan Bangsa yang tercakup. Sebelum sumber air
dari suatu daerah aliran didaerah kering dan setengah kering dapat
ditentukan secara memuaskan, pertimbangan yang hati-hati harus
dicurahkan kepada kebutuhan air (consumptive use) pada berbagai
daerah aliran. (Hansen, 1979).
Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan
kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Nilai
kualitas dari masing-masing golongan ditunjukkan dalam laimpiran 3.
Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai
berikut:
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum
secara langsung ,tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air
minum.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuik keperluan
perikanan dan Peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan
pertanian, usaha di Industri, dan pembangkit listrik tenaga air.
(Efendi, 2003)
Pengambilan titik pengambilan sampel air tidak boleh dilakukan
dengan sembarangan sehingga ketika melakukan pengambilan sampel
air harus memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Hindari daerah ayng dekat dengan gedung atau bangunan atau
pohon sehingg dapat ,enimbulkan terjadinya proses absorpsi atau
adsorpsi pencemar udara ke gedung atau pohon tersebut.
2. Hindari daerah dimana pengganggu yang bersifat kimia dapat
mempengaruhi pencemar udara yang akan diukur.
3. Hindari daerah dimana pengganggu yang bersifat kimia dapat
mempengaruhi hasil pengukuran.
4. Jika pemantauan bersifat kontinu, pemilihan lokasi harus
mempertimbangkan perubahan kondisi peruntukan pada masa yang
akan datang. (Hadi, 2015)
Pemilihan stasiun pengambilan sampel air tanah lebih banyak
bervariasi terhadap kondisi geologi. Pada air tanah dangkal atau bebas
maka, titik pengambilan sampel ditetapkan pada rata-rata kedalaman
sumur. Pada air tanah dalam atau tertekan dapat diambil dari lubanglubang pengeluaran aor msialnya sumur bor, lubang mata air maupun
rembesan air. (Masitoh, 2016).
Prosedur pengambilan sampel air tanah dilakukan setelah air
sumur dikuras secukupnya. Hal ini untuk meyakinkan bahwa sampel
yang telah diambil berasal dari air atanh bukan dri air hujan atau air
rembesan dari air permukaan sehingga, dapat menggambarkan kualiats
air tanah sesungguhnya. Jika hal ini tidak mungkin dilakukan karena
suatu hal maka, pengambilan air sumur atau tanah dilakukan dipagi
hari sedangkan untuk air sumur bor setelah air dibuang selama kurang
lebih lima menit melalui pompa. Hal penting yang harus diperhatikan
adalah menjaga jangan sampai air permukaan masuk ke dalam air
sumur selama proses pengambilan sampel air tanah. (Hadi, 2016)
III.
ALAT dan BAHAN
a. Alat:
-
Pita ukur
-
Botol sampel
-
Termometer
-
Alat Tulis
b. Bahan:
-
Kertas catatan
-
Kertas label botol sampel
IV.
V.
LANGKAH KERJA
Menentukan jenis air yang
akan diambil sampel
Menentukan lokasi
pengambilan sampel air
Menyusun laporan
Melakukan pengambilan
sampel air
HASIL
N
Indikator
Keterangan
o
1
2
Nama Air tanah
Lokasi Pengambilan
Air tanah Jl Sumbersari gang 5
Jl Sumbersari Gang 5 kecamatan
3
Sampel
Koordinat lokasi
Klojen Kota Malang
S 07º 57,489’
4
pengambilan sampel air
Tanggal Pengambilan
E 112º 36,938’
Selasa, 20 Februari 2018
sampel air
5
Jam Pengambilan Sampel Pukul 22.30 WIB
6
Temperatur
24,5˚C
7
Debit
8
Kondisi tubuh air
Buatan
9
Kondisi musim
Musim Hujan
10 Pengambil samapel air
Fariz Ichsan K
Sumber: hasil praktikum Kualitas Air
VI.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas mengenai penentuan lokasi
pengambilan sampel air. Sampel air diambil dari air tanah (air sumur).
Sampel air sumur berlokasi di Jl Sumbersari Gang 5 kecamatan Klojen
Kota Malang dan daimbil pada pukul 22.30 WIB. Suhu air sebesar
24,5˚C dan diambil pada musim hujan. Sebelum pengambilan air
sumur dilakukan maka prosedur yang dianjurkan adalah pengambilan
sampel pada pagi haria atu membuang air tanah selama kurang lebih
lima menit. Namun pada saat pengambilan terdapat sedikit hambatan
yaitu hujan. Hujan turun ketika akan dilakukan pengambilan sampel
air sehingga, pengambilan sampel air ditunda dan dilakukan setelah
berjam-jam hujan turun. Hal ini bertujuan untuk menghindari sampel
air dari proses pelarutan yang berasal dari air hujan. Dan juga tidak
dapat mengambil sampel air pada pagi hari dikarenakan uji
laboratorium kualitas air dilakukan pada pagi hari sehingga hal yang
dapat dilakukan adalah denagn membuang air selama lima menit
sebelum dilakukan pengambilan sampel air tanh.
Ketika pengambilan sampel air dilakukan saat hujan turun
maka sampel air dapat dikatakan tidak valid karena air hujan dapat
melarutkan unsur-unsur yang terdapat didalam air sehingga kandungan
unsur-unsur atau ion-ion tertentu dalam air berkurang. Pengambilan
sampel air menggunakan wadah dan alat yang sudah ditentukan agar
sampel air tetap terjaga dengan baik tanpa adanya kontaminasi apapun.
Wadah yang digunakan untuk menyimpan sampel harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat sampel, baik
sifat fisik maupun kimia sehingga sebisa mungkin menggunakan
bahan wadah yang tidak memicu terjadi interaksi zat-zat atau ionion tertentu ayng dapat merubah sifat sampel air. Wadah sampel
dapat terbuat dari bahan gelas atau plastik polietilen (PE) atau
polipropilen (PP/0 atau teflon (Poli Tetra Fluoro Etilen, PTFE).
b. Volume
atau
kapasitas
wadah
sesuai
dengan
kebutuhan
pengambilan sampel. Dianjurkan menggunakan wadah yang seperti
gelas ukur sehingga terdapat keterangan volumenya.
c. Bahan wadah mudah dicuci dari penggunaan pengambilan sampel
sebelumnya sehingga data yang diambil untuk selanjutnya tidak
mengalami kontaminasi.
d. Wadah dapat ditutup dengan rapat atau kuat dan tidak mudah bocor
atau pecah. Hal ini bertujuan agar sampel air yang diambil tetap
terjaga dan tanpa merubah volume maupun kualitas sampel air.
e. Wadah dianjurkan mudah dibawa dan aman saat dalam perjalanan
dari lokasi pengambilan sampel sampai ke laboratorium untuk
diuji.
Lokasi pengambilan sampel air tanah dapat dilakukan di sumur,
mata air, dan sumur pantau. Pada praktikum kali ini pengambilan
sampel air dilakukan di sumur yang menggunakan timba namun untuk
kebutuhan mandi dan mencuci bisa dilakukan menggunakan pompa
air. Sumur tersebut berdiameter 1,3 meter dengan kedalaman 3 meter.
Penentuan lokasi tersebut disebebabkan oleh daerah tersebut
merupakan daerah permukiman yang padat dan dekat dengan sungai
sehingga penggunaan air tanah untuk kehidupan sehari-hari meningkat.
Air tanah tersebut digunakan untuk kehidupan sehari-hari seperti
mandi, mencuci dan minum. Dekat dengan sungai yang berwarna hijau
yang mengindikasikan bahwa sungai tersebut tercemar. Kemudian
jarak dari sungai ke lokasi pengambilan sampel sekitar 10-15 meter.
Dikarenakan lokasi pengambilan sampel yang dekat dengan sungai,
kerap berada didaerah permukiman sehingga penggunaan air tanah
meningkat
dan
dikhawatirkan
kualitas
air
terganggu
dengan
pencemaran air yang ada di sungai. Uji laboratorium kualitas air di
daerah tersebut bertujuan untuk memantau dan mengetahui kualitas iar
tersebut layak dikonsumsi atau tidak. Namun, untuk hal itu
memerlukan uji laboratorium yang lebih detail.
Penentuan lokasi
pengambilan sampel ditujukan untuk kegiatan pemanfaatan sebagai
berikut:
a. Untuk keperluan sehari-hari, termasuk untuk air minum
b. Pembungan akhir sampah
c. Pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif
d. Kawasan industri dan pertambangan
e. Intrusi air laut
Setelah pengambilan sampel dilakukan maka, hal yang harus
dilakukan selanjutnya adalah penyimpanan atau pengawetan sampel
air. Pengawetan dapat dilakukan secara fisika, kimia maupun
keduanya. Secara fisika dapat dilakukan dengan memasukkan sampel
air ke dalam freezer atau mendinginkan sampel air dengan suhu
tertentu, misalnya sebesar 3˚C. Kemudian tutup wadah sampel ditutup
dengan rapat menggunakan solatip (lakban) agar sampel air tidak
mudah terpengaruh dari udara luar. Secara kimia dapat dilakukan
dengan menambah larutan kimia tertentu yang dapat mencegah
aktivitas penambahan atau pengurangan ion-ion tertentu yang terdapat
di sampel air. Namun, dalam dalam menambahkan bahan atau larutan
kimia sebaiknya dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu
analisis yang akan dilakukan.
Pengambilan sampel air tanah dilakukan dengan cara menimba air
pada kedalaman separuh dari kedalaman seluruhnya. Kedalaman air
sampel 3 meter namun yang terisi oleh air tanah 2 meter saja.
Seharusnay pengambilan sampel air tanah dilakukan pada kedalaman
1,5 meter. Namun, hal ini tidak dapat dilakukan karena timba tidak
dapat mengambil air terlalu dalam sehingga hanya dapat mengambil air
di permukaan saja setinggi 2 meter. Kemudian hasil pengambilan air
dari timba tersebut ditampung ke dalam botol pengambilan sampel
dengan posisi botol sampel sedikit miring dan tenggelam dalam air.
Hal ini bertujaun agar sampel air dpat masuk ke dalam botol sampel air
dengan valid tanpa ada pengaruh dari udara luar. Setelah itu, botol
sampel ditutup dengan rapat dan disimpan dalam kulkas atau freezer.
VII.
KESIMPULAN
Praktikum kali ini membahas mengenai penentuan lokasi
pengambilan sampel air tanah. Pengambilan sampel dilakukan di Jalan
Sumbersari gang 5. Sampel air memiliki suhu sebesar 24,5˚C dan
diambil pada musim hujan. Pengambilan sampel air menggunakan
botol sampel plastik pada pukul 22.30 WIB. Setelah pengambilan
sampel dilakukan maka langkah selanjutnya adalah menyimpan sampel
air di kulkas atau freezer dengan kadaan rapat.
VIII.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Hadi, Anwar. 2015. Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta:
Erlangga
Hansen, V. E., O. W. Israelsen, dan G. E. Stringham. 1979. Irrigation
Principles and Practices. New York: John Wiley and Sons.
Masitoh, Ferryati. 2016. Panduan Praktikum Kualitas Air. Malang:
Universitas Negeri Malang
Sosrodarsono, Suyono, dan Takeda, Kensaku. 1993. Hidrologi Untuk
Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramitha.
IX.
LAMPIRAN
Gambar 1 pengukuran suhu
Gambar 2 Proses
pengambilan sampel air
Menggunakan botol sampel.
Gambar 3. Proses pengambilan
Gambar 4. Memploting
Air tanah menggunakan timba
Koordinat lokasi
pengambilan sampel air tanah
ACARA II
PENENTUAN LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL AIR TANAH (PRA
SURVEY)
Dosen Pengampu: Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si.
Di Susun oleh :
Nama
: Elok Nailatus S
Nim
: 160722614603
Off
: G/2016
Asisten
: Unsila Tamiya Artawan
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2018
LAPORAN PRAKTIKUM KUALITAS AIR
ACARA II
PENGAMBILAN SAMPEL AIR TANAH
I.
TUJUAN
a. Mahasiswa mampu memahami teknik pengambilan sampel air
tanah
b. Mahasiswa mampu melaksanakan pengambilan sampel air
II.
DASAR TEORI
Air tanah (ground water) adalah air yang berada di bawah
permukaan tanah di dalam zone jenuh dimana tekanan hidrostatiknya
sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer (Sosrodarsono, 1993:1)
Air tanah merupakan sumber air tawar terbesar di planet bumi,
mencakup kira-kira 30 % dari total air tawar atau 10,5 juta km3 . Akhir
akhir ini pemanfaatan air tanah meningkat dengan cepat, bahkan di
beberapa tempat tingkat eksploitasinya sudah sampai tingkat yang
membahayakan. Air tanah biasanya diambil, baik untuk sumber air
bersih maupun untuk irigasi, melalui sumur terbuka, sumur tabung,
spring, atau sumur horizontal. Kecenderungan memilih air tanah
sebagai sumber air bersih, dibanding air permukaan mempunyai
keuntungan:
a. Tersedia dekat dengan tempat yang memerlukan, sehingga
kebutuhan bangunan pembawa/distribusi lebih murah
b. Debit (produksi) sumur biasanya relatif stabil
c. Lebih bersih dari bahan cemaran permukaan
d. Kualitasnya lebih seragam
e. Bersih dari kekeruhan, bakteri, lumut atau tumbuhan dan binatang
air
Kebutuhan air meliputi masalah persediaan air, baik air permukaan
maupun air bawah tanah, begitu pula masalah manajemen dan
ekonomi proyek irigasi. Kebutuhan air telah menjadi suatu faktor yang
sangat penting dalam memilih keputusan tentang perbedaan pendapat
pada beberapa sistem sungai utama dimana kesejahteraan masyarakat
dari lembah, Negara, dan Bangsa yang tercakup. Sebelum sumber air
dari suatu daerah aliran didaerah kering dan setengah kering dapat
ditentukan secara memuaskan, pertimbangan yang hati-hati harus
dicurahkan kepada kebutuhan air (consumptive use) pada berbagai
daerah aliran. (Hansen, 1979).
Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan
kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Nilai
kualitas dari masing-masing golongan ditunjukkan dalam laimpiran 3.
Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai
berikut:
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum
secara langsung ,tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air
minum.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuik keperluan
perikanan dan Peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan
pertanian, usaha di Industri, dan pembangkit listrik tenaga air.
(Efendi, 2003)
Pengambilan titik pengambilan sampel air tidak boleh dilakukan
dengan sembarangan sehingga ketika melakukan pengambilan sampel
air harus memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Hindari daerah ayng dekat dengan gedung atau bangunan atau
pohon sehingg dapat ,enimbulkan terjadinya proses absorpsi atau
adsorpsi pencemar udara ke gedung atau pohon tersebut.
2. Hindari daerah dimana pengganggu yang bersifat kimia dapat
mempengaruhi pencemar udara yang akan diukur.
3. Hindari daerah dimana pengganggu yang bersifat kimia dapat
mempengaruhi hasil pengukuran.
4. Jika pemantauan bersifat kontinu, pemilihan lokasi harus
mempertimbangkan perubahan kondisi peruntukan pada masa yang
akan datang. (Hadi, 2015)
Pemilihan stasiun pengambilan sampel air tanah lebih banyak
bervariasi terhadap kondisi geologi. Pada air tanah dangkal atau bebas
maka, titik pengambilan sampel ditetapkan pada rata-rata kedalaman
sumur. Pada air tanah dalam atau tertekan dapat diambil dari lubanglubang pengeluaran aor msialnya sumur bor, lubang mata air maupun
rembesan air. (Masitoh, 2016).
Prosedur pengambilan sampel air tanah dilakukan setelah air
sumur dikuras secukupnya. Hal ini untuk meyakinkan bahwa sampel
yang telah diambil berasal dari air atanh bukan dri air hujan atau air
rembesan dari air permukaan sehingga, dapat menggambarkan kualiats
air tanah sesungguhnya. Jika hal ini tidak mungkin dilakukan karena
suatu hal maka, pengambilan air sumur atau tanah dilakukan dipagi
hari sedangkan untuk air sumur bor setelah air dibuang selama kurang
lebih lima menit melalui pompa. Hal penting yang harus diperhatikan
adalah menjaga jangan sampai air permukaan masuk ke dalam air
sumur selama proses pengambilan sampel air tanah. (Hadi, 2016)
III.
ALAT dan BAHAN
a. Alat:
-
Pita ukur
-
Botol sampel
-
Termometer
-
Alat Tulis
b. Bahan:
-
Kertas catatan
-
Kertas label botol sampel
IV.
V.
LANGKAH KERJA
Menentukan jenis air yang
akan diambil sampel
Menentukan lokasi
pengambilan sampel air
Menyusun laporan
Melakukan pengambilan
sampel air
HASIL
N
Indikator
Keterangan
o
1
2
Nama Air tanah
Lokasi Pengambilan
Air tanah Jl Sumbersari gang 5
Jl Sumbersari Gang 5 kecamatan
3
Sampel
Koordinat lokasi
Klojen Kota Malang
S 07º 57,489’
4
pengambilan sampel air
Tanggal Pengambilan
E 112º 36,938’
Selasa, 20 Februari 2018
sampel air
5
Jam Pengambilan Sampel Pukul 22.30 WIB
6
Temperatur
24,5˚C
7
Debit
8
Kondisi tubuh air
Buatan
9
Kondisi musim
Musim Hujan
10 Pengambil samapel air
Fariz Ichsan K
Sumber: hasil praktikum Kualitas Air
VI.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas mengenai penentuan lokasi
pengambilan sampel air. Sampel air diambil dari air tanah (air sumur).
Sampel air sumur berlokasi di Jl Sumbersari Gang 5 kecamatan Klojen
Kota Malang dan daimbil pada pukul 22.30 WIB. Suhu air sebesar
24,5˚C dan diambil pada musim hujan. Sebelum pengambilan air
sumur dilakukan maka prosedur yang dianjurkan adalah pengambilan
sampel pada pagi haria atu membuang air tanah selama kurang lebih
lima menit. Namun pada saat pengambilan terdapat sedikit hambatan
yaitu hujan. Hujan turun ketika akan dilakukan pengambilan sampel
air sehingga, pengambilan sampel air ditunda dan dilakukan setelah
berjam-jam hujan turun. Hal ini bertujuan untuk menghindari sampel
air dari proses pelarutan yang berasal dari air hujan. Dan juga tidak
dapat mengambil sampel air pada pagi hari dikarenakan uji
laboratorium kualitas air dilakukan pada pagi hari sehingga hal yang
dapat dilakukan adalah denagn membuang air selama lima menit
sebelum dilakukan pengambilan sampel air tanh.
Ketika pengambilan sampel air dilakukan saat hujan turun
maka sampel air dapat dikatakan tidak valid karena air hujan dapat
melarutkan unsur-unsur yang terdapat didalam air sehingga kandungan
unsur-unsur atau ion-ion tertentu dalam air berkurang. Pengambilan
sampel air menggunakan wadah dan alat yang sudah ditentukan agar
sampel air tetap terjaga dengan baik tanpa adanya kontaminasi apapun.
Wadah yang digunakan untuk menyimpan sampel harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat sampel, baik
sifat fisik maupun kimia sehingga sebisa mungkin menggunakan
bahan wadah yang tidak memicu terjadi interaksi zat-zat atau ionion tertentu ayng dapat merubah sifat sampel air. Wadah sampel
dapat terbuat dari bahan gelas atau plastik polietilen (PE) atau
polipropilen (PP/0 atau teflon (Poli Tetra Fluoro Etilen, PTFE).
b. Volume
atau
kapasitas
wadah
sesuai
dengan
kebutuhan
pengambilan sampel. Dianjurkan menggunakan wadah yang seperti
gelas ukur sehingga terdapat keterangan volumenya.
c. Bahan wadah mudah dicuci dari penggunaan pengambilan sampel
sebelumnya sehingga data yang diambil untuk selanjutnya tidak
mengalami kontaminasi.
d. Wadah dapat ditutup dengan rapat atau kuat dan tidak mudah bocor
atau pecah. Hal ini bertujuan agar sampel air yang diambil tetap
terjaga dan tanpa merubah volume maupun kualitas sampel air.
e. Wadah dianjurkan mudah dibawa dan aman saat dalam perjalanan
dari lokasi pengambilan sampel sampai ke laboratorium untuk
diuji.
Lokasi pengambilan sampel air tanah dapat dilakukan di sumur,
mata air, dan sumur pantau. Pada praktikum kali ini pengambilan
sampel air dilakukan di sumur yang menggunakan timba namun untuk
kebutuhan mandi dan mencuci bisa dilakukan menggunakan pompa
air. Sumur tersebut berdiameter 1,3 meter dengan kedalaman 3 meter.
Penentuan lokasi tersebut disebebabkan oleh daerah tersebut
merupakan daerah permukiman yang padat dan dekat dengan sungai
sehingga penggunaan air tanah untuk kehidupan sehari-hari meningkat.
Air tanah tersebut digunakan untuk kehidupan sehari-hari seperti
mandi, mencuci dan minum. Dekat dengan sungai yang berwarna hijau
yang mengindikasikan bahwa sungai tersebut tercemar. Kemudian
jarak dari sungai ke lokasi pengambilan sampel sekitar 10-15 meter.
Dikarenakan lokasi pengambilan sampel yang dekat dengan sungai,
kerap berada didaerah permukiman sehingga penggunaan air tanah
meningkat
dan
dikhawatirkan
kualitas
air
terganggu
dengan
pencemaran air yang ada di sungai. Uji laboratorium kualitas air di
daerah tersebut bertujuan untuk memantau dan mengetahui kualitas iar
tersebut layak dikonsumsi atau tidak. Namun, untuk hal itu
memerlukan uji laboratorium yang lebih detail.
Penentuan lokasi
pengambilan sampel ditujukan untuk kegiatan pemanfaatan sebagai
berikut:
a. Untuk keperluan sehari-hari, termasuk untuk air minum
b. Pembungan akhir sampah
c. Pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif
d. Kawasan industri dan pertambangan
e. Intrusi air laut
Setelah pengambilan sampel dilakukan maka, hal yang harus
dilakukan selanjutnya adalah penyimpanan atau pengawetan sampel
air. Pengawetan dapat dilakukan secara fisika, kimia maupun
keduanya. Secara fisika dapat dilakukan dengan memasukkan sampel
air ke dalam freezer atau mendinginkan sampel air dengan suhu
tertentu, misalnya sebesar 3˚C. Kemudian tutup wadah sampel ditutup
dengan rapat menggunakan solatip (lakban) agar sampel air tidak
mudah terpengaruh dari udara luar. Secara kimia dapat dilakukan
dengan menambah larutan kimia tertentu yang dapat mencegah
aktivitas penambahan atau pengurangan ion-ion tertentu yang terdapat
di sampel air. Namun, dalam dalam menambahkan bahan atau larutan
kimia sebaiknya dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu
analisis yang akan dilakukan.
Pengambilan sampel air tanah dilakukan dengan cara menimba air
pada kedalaman separuh dari kedalaman seluruhnya. Kedalaman air
sampel 3 meter namun yang terisi oleh air tanah 2 meter saja.
Seharusnay pengambilan sampel air tanah dilakukan pada kedalaman
1,5 meter. Namun, hal ini tidak dapat dilakukan karena timba tidak
dapat mengambil air terlalu dalam sehingga hanya dapat mengambil air
di permukaan saja setinggi 2 meter. Kemudian hasil pengambilan air
dari timba tersebut ditampung ke dalam botol pengambilan sampel
dengan posisi botol sampel sedikit miring dan tenggelam dalam air.
Hal ini bertujaun agar sampel air dpat masuk ke dalam botol sampel air
dengan valid tanpa ada pengaruh dari udara luar. Setelah itu, botol
sampel ditutup dengan rapat dan disimpan dalam kulkas atau freezer.
VII.
KESIMPULAN
Praktikum kali ini membahas mengenai penentuan lokasi
pengambilan sampel air tanah. Pengambilan sampel dilakukan di Jalan
Sumbersari gang 5. Sampel air memiliki suhu sebesar 24,5˚C dan
diambil pada musim hujan. Pengambilan sampel air menggunakan
botol sampel plastik pada pukul 22.30 WIB. Setelah pengambilan
sampel dilakukan maka langkah selanjutnya adalah menyimpan sampel
air di kulkas atau freezer dengan kadaan rapat.
VIII.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Hadi, Anwar. 2015. Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta:
Erlangga
Hansen, V. E., O. W. Israelsen, dan G. E. Stringham. 1979. Irrigation
Principles and Practices. New York: John Wiley and Sons.
Masitoh, Ferryati. 2016. Panduan Praktikum Kualitas Air. Malang:
Universitas Negeri Malang
Sosrodarsono, Suyono, dan Takeda, Kensaku. 1993. Hidrologi Untuk
Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramitha.
IX.
LAMPIRAN
Gambar 1 pengukuran suhu
Gambar 2 Proses
pengambilan sampel air
Menggunakan botol sampel.
Gambar 3. Proses pengambilan
Gambar 4. Memploting
Air tanah menggunakan timba
Koordinat lokasi
pengambilan sampel air tanah