ASEAN Maritime Forum dalam Keamanan Mari

PAPER

Mata Kuliah Studi Kawasan Asia Tenggara
Oleh Dosen Andaru Satnyoto, M.Si.

Tema : Masalah-Masalah Keamanan ASEAN atau Asia Tenggara

“ASEAN Maritime Forum dalam Keamanan
Maritim di Kawasan Asia Tenggara”

Disusun Oleh :

Danita Pravinska
1170750006

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HUBUNGAN INTERNASIONAL
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2013
0


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan keamanan maritim khususnya di wilayah Asia Tenggara dalam kurun
waktu 10-15 tahun terakhir telah mengalami perubahan yang sangat mendasar. Keadaan ini
tidak terlepas dari pengaruh lingkungan strategis keamanan global dimana fenomena baru
ancaman terhadap keamanan maritim dunia telah muncul dan menjadi tantangan nyata bagi
negara-negara, khususnya negara yang memiliki wilayah teritorial berupa laut. Seperti
diketahui bahwa kawasan Asia tenggara lebih dibatasi oleh wilayah perairan dan batas
negaranya pun masih saling tumpang tindih dengan negara lain. Kawasan laut adalah sebagai
jalur utama untuk tindak kejahatan paling besar di dunia. Konsep keamanan non-tradisional
yang mengalami perluasan makna ini menjadikan isu terpenting untuk keamanan maritim.
Wilayah maritim atau jalur laut merupakan jalur yang mempunyai prospek tinggi untuk
meluaskan kejahatan, yang bersifat lintas batas negara. Untuk mengatasi itu Asia tenggara
(ASEAN) dengan program ASEAN Maritime Forum (AMF) lebih meningkatkan kerjasama
pertahanan di wilayah laut.
Negara-negara yang terletak di Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN yang
umumnya adalah negara maritim (wilayahnya memiliki laut), menyadari sepenuhnya akan
potensi ancaman keamanan maritim, baik di wilayah teritorialnya sendiri maupun secara

regional Asia Tenggara dan hampir 90% komoditas strategis dan kebutuhan energi diangkut
dari satu negara ke negara lain melalui laut. Laut merupakan tempat penggalian sumber daya
alam yang akan digunakan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, suatu
insiden keamanan maritim bila terjadi akan sangat merugikan baik politik dan terlebih lagi
ekonomi bagi negara secara individu maupun secara regional Asia Tenggara. Menurut
Collins, perluasan isu-isu keamanan non-tradisional ini mencakup keamanan lingkungan dan
keamanan ekonomi. Keamanan lingkungan berkaitan erat dengan kerusakan lingkungan,
kelangkaan sumber daya, dan konflik.1 Dalam pernyataan Collins, dapat dikatakan bahwa
1 Alan Collins, “Security and Southeast Asia: Domestic, Regional, and Global Issues”,
dalam Bambang Cipto, “Hubungan Internasional Di Asia Tenggara”, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007) hal. 223

1

ancaman atau masalah-masalah mengenai keamanan maritim di kawasan termasuk ke dalam
perluasan keamanan non-tradisional terutama dalam bentuk keamanan lingkungan.
Ada beberapa macam perluasan isu-isu keamanan non-tradisional yang banyak
dilakukan di wilayah perairan di kawasan Asia Tenggara, misalnya kejahatan dan
perdagangan terorganisir, pembajakan, perdagangan obat-obatan, penyelundupan dan
perdagangan manusia, keamanan lingkungan, dan juga terorisme. Namun masih banyak

bentuk kegiatan masalah keamanan yang dilakukan diatas perairan tetapi beberapa contoh
tersebutlah yang sering terjadi dan merupakan ancaman yang sangat besar untuk kawasan
Asia Tenggara beserta negara-negara didalamnya karena akan merugikan negara, kawasan,
serta pula organisasi di kawasan (ASEAN). Dalam hal ini pembajakan kapal atau yang
disebut dengan perompakan merupakan salah satu masalah dan ancaman bagi keamanan
kawasan, dimana kegiatan perompakan tersebut adalah masalah yang akhir-akhir ini banyak
melanda negara-negara di benua Asia terutama di Asia Tenggara.

2

BAB II
RUMUSAN MASALAH

Bagaimana peran ASEAN Maritime Forum (AMF) dalam menangani masalah
pembajakan atau perompakan kapal di kawasan Asia Tenggara ?

3

BAB III
PEMBAHASAN


Pembajakan atau perompakan atau piracy adalah bentuk kejahatan yang terorganisir
yang merupakan salah satu ancaman utama keselamatan pelayaran di dunia terutama di
kawasan Asia Tenggara. Ancaman kejahatan ini memang sudah berlangsung ratusan tahun di
seluruh dunia. Biasanya pembajakan atau perompakan terjadi karena adanya sekelompok
orang yang tidak bertanggungjawab, seperti para pembajak-pembajak laut yang mengambil
alih kapal-kapal dari negara lain di wilayah perairan internasional dan juga menyandra awakawak kapal untuk meminta uang tebusan. Pada dasarnya para pembajak-pembajak laut
tersebut merupakan masyarakat yang bekerja sebagai nelayan namun karena tingkat ekonomi
mereka yang rendah, maka para nelayan-nelayan miskin tersebut akhirnya memilih untuk
menjadi sekelompok pembajak laut. Gangguan terhadap keselamatan kapal tersebut terjadi
pada umumnya saat kapal berada di pelabuhan dan sebagian besar target kejahatan adalah
kapal-kapal kecil karena biasanya mengangkut barang-barang yang dapat dengan mudah
dijual di pasar gelap.2 Secara umum perairan di Asia Tenggara dikenal penuh dengan
serangan bajak laut, yang juga sebagai kawasan paling mengkhawatirkan atas ancaman
tersebut.
Secara umum perairan di Asia Tenggara dikenal penuh dengan serangan bajak laut
dan yang paling mengkhawatirkan adalah pada tahun 2002. Sebagai contoh Selat Malaka dan
India adalah kawasan lain yang rentan terhadap serangan bajak laut. Para bajak laut ini
merampas sebgian kecil atau seluruh muatan kapal yang dibajak, bahkan tidak jarang mereka
juga membunuh awak kapal yang dibajak.3 Lingkungan keamanan maritim khususnya di

wilayah Asia Tenggara dalam kurun waktu 10-15 tahun terakhir telah mengalami perubahan
yang sangat mendasar. Ancaman dengan menggunakan laut sebagai wahana operasi dengan
sasaran obyek yang berada, di dekat atau yang bergerak di laut, dalam keadaan tertentu
dipandang lebih berbahaya daripada di daratan. Laut yang memiliki ciri-ciri tersendiri, oleh
2 Bambang Cipto, “Hubungan Internasional Di Asia Tenggara”, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007) hal. 226
3 Alan Collins, “Security and Southeast Asia: Domestic, Regional, and Global Issues”,
dalam Bambang Cipto, “Hubungan Internasional Di Asia Tenggara”, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007) hal. 226

4

karena itu penanggulangan terhadap bentuk ancaman semacam ini lebih sulit dilakukan bila
dibandingkan dengan di daratan. Negara-negara yang terletak di Asia Tenggara yang
tergabung dalam ASEAN yang umumnya adalah negara maritim, menyadari sepenuhnya
akan potensi ancaman keamanan maritim, baik di wilayah teritorialnya sendiri maupun secara
regional Asia Tenggara.
Menurut laporan Biro Maritim Internasional (IMB), serangan perompak menurun
drastis pada tahun 2012 lalu di seluruh dunia dan juga di perairan Asia dikarenakan
meningkatnya kewaspadaan, pengetatan keamanan, dan membaiknya kerjasama antarnegara.

Secara keseluruhan, di tahun 2012 perompakan di dunia berada pada titik terendahnya sejak
tahun 200. IMB mengatakan bahwa sembilan bulan pertama pada tahun 2012 jauh lebih
tenang daripada tahun sebelumnya. Tahun 2012 hanya terjadi 233 peristiwa, dibandingkan
dengan 439 peristiwa sepanjang tahun 2011. Hingga saat ini, hanya terjadi 90 kali serangan di
perairan Asia tahun 2012, dibandingkan 129 kali di tahun 2011. Sebagian besar dari serangan
di perairan Asia tahun ini terjadi di Indonesia yaitu 51 kali hingga September 2012,
dibandingkan dengan 46 kali sepanjang tahun 2011, ungkap IMB. Sebagian besar dari insiden
terkini di Indonesia yang dilaporkan terjadi di pelabuhan atau dermaga Belawan, Pulau
Batam, Samarinda, dan Taboneo. Sementara itu, situasi di Selat Malaka dan Singapura sudah
membaik. Menurut Brigjen Hartind Asrin, juru bicara Kementerian Pertahanan Indonesia,
menjaga keamanan alur pelayaran sangatlah penting. Karena selama sekitar seperempat abad
terakhir, Asia Tenggara telah menjadi sarang masalah dunia dalam hal perompakan terhadap
kapal niaga dan nelayan.4
Ketidakmampuan negara-negara ASEAN dalam melindungi kawasan perairannya dari
serangan bajak laut berakibat meningkatnya serangan tersebut. Ketiadaan sarana yang
memadai untuk mengamankan kawasan perairan ASEAN membuat para pembajak laut
meningkatkan serangan mereka pada kapal-kapal muatan barang. Oleh karena itu sangat
diperlukan sekali kekuatan ekstra untuk kegiatan mengawasi, melindungi, serta menjaga
keamanan wilayah maritim kawasan. Kekhawatiran akan ancaman masalah perompakan ini
bukanlah masalah yang dapat dianggap enteng, tetapi harus segera dicari jalan keluarnya dan

lebih meningkatkan kerjasama antarnegara di Asia Tenggara dan setelah itu barulah
meningkatkan kerjasama dengan negara-negara lain diluar kawasan.

4 http://apdforum.com/id/article/rmiap/articles/online/features/2012/12/28/asia-pirateattacks diakses 24 Januari 2013.

5

Kekhawatiran akan ancaman pembajakan di wilayah perairan membuat negara-negara
di Asia Tenggara ramai-ramai berbelanja alat pertahanan maritim. Indonesia membeli kapalkapal selam dari Korea Selatan serta sistem radar wilayah pesisir dari Cina dan Amerika
Serikat. Vietnam mendapatkan kapal selam dan jet tempurnya dari Rusia, sementara
Singapura sedang menambahkan armada persenjataannya yang canggih. Negara-negara Asia
Tenggara meningkatkan belanja peralatan militer untuk melindungi jalur perkapalan,
pelabuhan dan perbatasan maritim yang vital bagi aliran ekspor dan energi. Namun jika harus
memprioritaskan mana saja peralatan maritim yang penting yaitu kapal perang, perahu
patroli, sistem radar dan pesawat tempur, serta kapal selam dan kapal anti rudal yang
terutama efektif dalam menutup akses ke jalur laut. Seiring melonjaknya ekonomi di Asia
Tenggara, belanja untuk sektor pertahanan tumbuh 42 persen dari tahun 2002 sampai tahun
2011, menutur data dari Institut Riset Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI).5
Melihat situasi dan keadaan yang melanda kawasan Asia Tenggara mengenai ancaman
pembajakan atau perompakan di wilayah laut, peran ASEAN sangat diperlukan sebagai

wadah yang menengahi negara-negara anggota ASEAN untuk membicarakan masalahmasalah menyangkut tentang pembajakan di wilayah perairan negara mereka masing-masing
dan juga di perairan sekitar Asia Tenggara. Berkurangnya jaminan keamanan negara-negara
besar di kawasan telah mendorong negara-negara ASEAN untuk meningkatkan
pertahanannya masing-masing. Peningkatan kemampuan pembelanjaan alat maritim demi
pertahanan masing-masing negara ASEAN, apabila tetap dalam kerangka kerjasama regional,
tentu akan mempunyai pengaruh yang positif bagi pertahanan regional secara keseluruhan.
Akan tetapi jika masing-masing negara anggota ASEAN meningkatkan sistem pertahanan
secara sendiri-sendiri, maka ditakutkan akan memicu adanya perlombaan senjata. Hal ini
jelas sangat mengancam stabilitas dan kondisi keamanan regional pada masa-masa
mendatang.

5 http://www.voaindonesia.com/content/asia-tenggara-ramai-ramai-belanja-alatpertahanan-maritim/1522260.html diakses 24 Januari 2013.

6

Keamanan maritim telah dipandang sebagai salah satu elemen penting dalam gagasan
ASEAN Security Community. Dalam kerangka itu pula kemudian organisasi regional ini
menciptakan mekanisme ASEAN Maritime Forum (AMF). Namun, menurut Informal
Consultative Process (ICP) oleh PBB, tidak terdapat defenisi tentang apa yang dimaksud


dengan keamanan maritim. Hanya disebutkan bahwa Forum Maritim ASEAN dirancang
sebagai forum untuk membahas langkah untuk memberikan respons terhadap ancamanancaman keamanan maritim. Ancaman keamanan maritim yang disebut itu adalah (1)
pembajakan, (2) perampokan bersenjata, (3) lingkungan kelautan, (4) penangkapan ikan yang
ilegal, dan (5) penyeludupan barang, manusia, senjata dan obat-obatan.6 Forum Maritim
ASEAN merupakan forum yang dibentuk oleh ASEAN, pembentukan AMF dirancang pada
saat ASEAN Summit ke-14 di Cha-am Hua Hin, Vietnam, 1 Maret 2009, kemudian
mengadopsi blueprint Komunitas Politik-Keamanan ASEAN yang mengacu pada
pembentukan ASEAN Maritime Forum.
Kompleksitas isu-isu maritim di kawasan Asia Tenggara memerlukan upaya bersama
negara-negara anggota ASEAN untuk mengatasi konflik dan berbagai permasalahan yang
sangat potensial, karena dalam kenyataannya bahwa Asia Tenggara merupakan jalur laut
internasional dan rute perdagangan yang vital. Untuk itu sebagai tindak lanjut dari upaya
negara-negara anggota ASEAN yaitu upaya ASEAN dalam menerapkan Deklarasi ASEAN
Concord II (Bali Concord II) yang ditandatangani di Bali, 7 Oktober 2003, menegaskan
bahwa isu maritim dan semua yang terkait dengannya adalah isu yang bersifat lintas batas,
karenanya harus dibahas dalam forum regional melalui suatu pendekatan yang menyeluruh
dan integral. Lebih jauh, pembentukan ASEAN Maritime Forum (AMF) adalah salah satu
tindakan penting yang harus dilakukan sesuai Cetak Biru Komunitas Politik-Keamanan.7
AMF merupakan forum dialog instansi-instansi yang terkait dengan isu-isu maritim
dalam kerangka ASEAN dan ASEAN Regional Forum (ARF). Pembentukan ASEAN

Maritime Forum (AMF) yang merupakan komitmen politik bersama seluruh negara anggota
ASEAN, dimaksudkan sebagai wahana untuk membicarakan segala sesuatu yang
menyangkut masalah maritim untuk kepentingan bersama. Prinsip AMF adalah berkontribusi
pada diskusi tentang isu-isu yang berhubungan dengan maritim yang dijalankan oleh badanbadan ASEAN. Keamanan dan keselamatan pelabuhan-pelabuhan serta jalur-jalur
6 Dr. Makmur Keliat, “Keamanan Maritim dan Implikasi Kebijakannya Bagi Indonesia”,
(Jakarta: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2009) Vol 13 No 1.
7 http://www.deplu.go.id/Pages/PressRelease.aspx?IDP=972&l=id diakses 28 Januari
2013.

7

perhubungan laut di perairan Asia Tenggara harus terjamin, oleh sebab itu negara-negara
anggota bersama-sama bertanggung jawab untuk mengerahkan kekuatan maritimnya untuk
melaksanakan tugas itu. Melalui Forum Maritim ASEAN ini mungkin dapat menyatukan
pendapat, pikiran, dan tujuan untuk mengkerahkan tugas seta tanggungjawab masing-masing
negara dalam meminimalisir masalah maritim tersebut. Penciptaan keamanan regional
merupakan salah satu tujuan utama dari ASEAN dalam menunjang interaksi kerjasama
antarnegara anggota di ASEAN yang secara luas mencakup keamanan bersama, dari ancaman
tradisional menuju non-tradisional. AMF sendiri adalah merupakan komunitas yang dibentuk
oleh negara-negara di Asia Tenggara untuk membahas masalah keamanan wilayah laut.

Peran dari ASEAN Maritime Forum dalam kawasan maritim adalah untuk
menciptakan kawasan yang aman dan terkendali mengingat frekuensi ancaman nontraditional (kejahatan dan perdagangan terorganisir, pembajakan, perdagangan obat-obatan,
penyelundupan dan perdagangan manusia, keamanan lingkungan, dan terorisme) yang tidak
lagi bersifat internal tetapi lebih kepada eksternal memberikan tanda bahwa AMF dapat
memberikan solusi yang tepat dan damai dengan konsep cooperative security (kerjasama
keamanan) yang dibangun. Kerjasama pertahanan bersama dalam pengawasan perbatasan ini
dapat menjadikan hubungan yang harmonis bagi setiap negara ataupun bilateral. Misalnya
kerjasama perairan patroli bersama di daerah perairan selat yang sering terjadi,
penyelundupan senjata, penangkapan ikan ilegal, perusakan laut secara ilegal dan
pengamanan sumber daya kelautan. Faktor tersebut dapat dikatakan keamanan maritim
sangat penting dan vital, untuk dijaga, dengan arti bahwa keamanan regional perlu
ditingkatkan secara bersama-sama. Seperti contoh pada Selat Malaka sebagai jalur utama
pelayaran perdagangan internasional yang berpotensi tindak kejahatan transnasional,
pembajakan, dan penyelundupan, yang mana di selat malaka tidak mempunyai pengamanan
khusus dari negara yang bersangkutan. Dan dari contoh persolan yang dihadapi tersebut
menjadi tantangan nyata bagi ASEAN dalam pembentukan AMF karena Asia Tenggara
dengan wilayah perairan yang besar dan strategis akan memberi pengaruh serius bagi
kelangsungan ekonomi masing-masing negara.8

Inti dari peran ASEAN Maritime Forum (AMF) disini adalah membentuk opini
kesadaran negara di Asia Tenggara untuk bekerjasama dalam pengamanan wilayah perairan
8 http://labhi.staff.umm.ac.id/2011/05/12/peran-asean-maritime-forum-amf-dalamkeamanan-perairan-di-asia-tenggara/ diakses 18 Januari 2013.

8

laut, yang menjadi titik startegis pelayaran international. Serta AMF mampu menciptakan
keamanan regional, dimanan wilayah negara berbatas dengan laut tanpa mengurangi
kedaulatan masing-masing. AMF yang merupakan konsep dari APSC (Asean Security
Political Community), dari blueprint tersebut menjadi landasan pembentukan AMF tersebut,
dimana salah satu isinya adalah adanya kerjasama dalam penanganan wilayah maritim di
ASEAN. Dari konsep yang dibentuk AMF dalam blueprint APSC, konsep cooperative
security dipakai untuk menangani permasalahan maritim yang kesemua negara memiliki
permasalahan yang sama, oleh sebab itu keamanan maritim di ASEAN membutuhkan
kesadaran keamanan bersama untuk menjaga instabilitas kawasan.
Peran AMF yang memberikan konsep hubungan kerjasama di wilayah perairan untuk
mengurangi dan memberikan solusi terhadap masalah yang tengah dihadapi. Kekuatan
maritim yang dimiliki oleh masing-masing negara dituntut untuk melaksanakan tugas
keamanan dan keselamatan di laut sampai diluar wilayah yurisdiksi (perairan kawasan Asia
Tenggara) yang mengikat semua negara maritim di Asia Tenggara hendaknya menjadi
pegangan utama. Peran atau fungsi dari AMF belum sepenuhnya terealisasikan dengan baik
karena yang dirasakan masih kurang saat ini adalah kerjasama antar negara-negara anggota
ASEAN dalam melaksanakan kegiatan kerjasama. Oleh karena itu, fungsi AMF yang
diharapkan dapat menangani permasalahan regional yang kian marak di era global ini, dapat
dikatakan masih belum memaksimalkan fungsi serta perannya sebagai tempat atau forum
untuk membicarakan masalah-masalah mengenai keamanan maritim di kawasan Asia
Tenggara. Dalam menjalankan perannya, ASEAN Maritime Forum membahas serangkaian
masalah terkait bidang maritim seperti konektivitas maritim, dimana dalam hal ini diharapkan
adanya pendiskusian dan pengidentifikasian kerjasama maritim yang dapat memberikan
kontribusi bagi upaya peningkatan integrasi kawasan dalam Komunitas ASEAN serta
memupuk rasa kebersamaan dalam hubungan budaya dan sejarah.9

BAB IV
9 http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/104-agustus-2010/903-asean-maritimeforum-akan-dapat-mengatasi-berbagai-isu-terkait-wilayah-maritim.html diakses pada 28
Januari 2013.

9

PENUTUP

Kawasan Asia Tenggara tengah mengalami isu-isu ancaman dan masalah yang terkait
dalam keamanan non-tradisional, salah satunya adalah masalah mengenai pembajakan kapal
atau perompakan. Wilayah perairan di Asia Tenggara merupakan wilayah yang sering dilalui
oleh kapal-kapal negara asing baik untuk patroli keamanan negara-negara di Asia Tenggara,
jalur perdagangan internasional ataupun bentuk kegiatan lainnya yang menggunakan wilayah
laut sebagai sarana dan jalur transportasi. Sebagai jalur pelayaran dan perdagangan yang
strategis, faktor keamanan laut menjadi isu yang sangat penting sekaligus tidak dapat
terelakkan. Isu keamanan laut cenderung memiliki tingkat permasalahan yang cukup tinggi
terutama keamanan maritim di Asia Tenggara. Oleh karena itu dalam kerangka organisasi
regional, ASEAN membentuk suatu forum yang bertujuan untuk menjajaki dan memberikan
resolusi-resolusi terhadap masalah keamanan perairan kawasan karena bahwa 80% dari
wilayah Asia Tenggara merupakan wilayah lautan, dan lebih dari 60% masyarakat Asia
Tenggara hidup dengan mengandalkan sektor perikanan sebagai tulang punggung
perekonomian mereka.
ASEAN Maritime Forum (AMF) dibentuk oleh ASEAN dalam rangka mewujudkan
satu Komunitas ASEAN melalui pilar Komunitas Politik Keamanan ASEAN. Pembentukan
AMF diharapkan sebagai batu loncatan untuk menuju ASEAN serta kawasan Asia Tenggara
yang lebih memperhatikan wilayah keamanan lautnya agar dapat memaksimalkan
pemanfaatan sumber daya di laut, sarana, serta jalur-jalur perairan yang akan menguntungkan
negara-negara anggota ASEAN. Kemudian dengan adanya AMF tersebut akan menciptakan
keamanan yang stabil yang akan memperlancar kegiatan perekonomian, di regional Asia
tenggara serta kesadaran dan kebersamaan ASEAN melalui Forum Maritim ASEAN wajib
ditumbuhkan untuk menjaga dan menciptakan kawasan yang bebas, damai dan aman.

10

Melalui kerangka organisasi ASEAN yaitu AMF dapat mengatasi semua masalah
yang berhubungan dengan maritim melalui usaha bersama, semangat kesetaraan dan
kemitraan dalam rangka memperkuat landasan bagi terciptanya masyarakat yang makmur dan
damai di kawasan Asia Tenggara. Sehingga dapat terjalin pula kerjasama yang saling
menguntungkan, termasuk di sektor maritim, yang sangat penting bagi negara-negara anggota
ASEAN untuk lebih mempromosikan pembangunan kawasan yang stabil dan dinamis.
Sehingga dengan terbentuknya AMF, serta perannya dalam menangani isu-isu dan masalah di
dalam ruang lingkup maritim untuk itu dalam hal ini ASEAN Maritime Forum meyakinkan
akan memberikan hasil dan pemikiran yang bermanfaat bagi upaya mengatasi berbagai isu
terkait wilayah maritim di kawasan Asia Tenggara.

11

DAFTAR PUSTAKA

Bahan Bacaan:
Collins, Alan. “Security and Southeast Asia: Domestic, Regional, and Global Issues”, dalam
Bambang Cipto, “Hubungan Internasional Di Asia Tenggara”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007.
Cipto, Bambang. “Hubungan Internasional Di Asia Tenggara”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007.
Keliat, Dr. Makmur. “Keamanan Maritim dan Implikasi Kebijakannya Bagi Indonesia”,
Volume 13 No 1, Juli 2009, Jakarta: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Website:
http://apdforum.com/id/article/rmiap/articles/online/features/2012/12/28/asia-pirate-attacks.
Html diakses 24 Januari 2013.
http://www.deplu.go.id/Pages/PressRelease.aspx?IDP=972&l=id. Html diakses 28 Januari
2013.
http://labhi.staff.umm.ac.id/2011/05/12/peran-asean-maritime-forum-amf-dalam-keamananperairan-di-asia-tenggara/. Html diakses 18 Januari 2013.
http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/104-agustus-2010/903-asean-maritimeforum-akan-dapat-mengatasi-berbagai-isu-terkait-wilayah-maritim.html. Html diakses pada
28 Januari 2013.
http://www.voaindonesia.com/content/asia-tenggara-ramai-ramai-belanja-alat-pertahananmaritim/1522260.html. Html diakses 24 Januari 2013.

12