STUDI PEMBUATAN TEMPE GUDE DENGAN BERBAG

STUDI PEMBUATAN TEMPE GUDE DENGAN BERBAGAI KONSERTASI RAGI
DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP
SIFAT ORGANOLEPTIK DAN SIFAT KIMIA
Reni Sofiyatin;Ketut Swirya Jaya;Lidya Ratna Handayani*
Abstract
Background: The type of beans that can be used as an alternative raw material for making
tempeh pigeon pea (Cajanus cajan (L) Millsp). Physical properties similar to soy bean pea,
which is suitable for the growth of mold in the process of fermentation. Fermentation is an
important step in the process of making tempeh that amount of yeast is added to the material
will affect the quality of tempeh produced. Increase or decrease the amount of inoculum will
shorten or extend the fermentation time.
Objective: To know the influence of the concentration of yeast and fermentation time on
organoleptic properties and chemical properties of tempeh pigeon pea.
Methods: The study design is experiment with completely randomized design factorial by
2.5%, 2%, 1.5% yeast concentration and 36 hours, 30 hours, 24 hours fermentation time.
Data Organoleptic and chemical were processed and analyzed using ANOVA test at 95%
confidence level.
Results: There is significant difference p = 0.000 (p 0.05).
Conclusion: The concentration of 2% and 1.5% of yeast with 36 hours of fermentation more
prefered with highest protein content of tempeh pigeon pea.
Keywords: pigeon pea (Cajanus cajan (L) Millsp), Yeast, Fermentation, Organoleptic

* Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Mataram

PENDAHULUAN
Tempe merupakan makanan yang

dibuat dari jenis kacang-kacangan selain

digemari

Indonesia

kedelai. Indonesia memiliki berbagai jenis

sampai saat ini. Tempe yang dikenal saat

kacang-kacangan, namun ada beberapa

ini umumnya dibuat dari kedelai, namun

jenis kacang-kacangan yang belum dikenal


keterbatasan jumlah kedelai di dalam

luas dan hanya ditanam sebagai tanaman

negeri

harga

tumpang sari, salah satunya adalah kacang

kedelai, sehingga di beberapa daerah

gude (Cajanus cajan (L) Millsp). Tanaman

sudah dikenal berbagai macam tempe yang

ini mempunyai nama yang berbeda-beda di

oleh


masyarakat

menyebabkan

tingginya

tiap daerah, seperti gude (Jawa), puwe jai

divariasikan dari 18 sampai 36 jam.

(Maluku) dan labui (NTB). Menurut

Aktivitas enzim amilase oleh Rizopus

Karsono dan Sumarno (1989), sifat fisik

oryzae terjadi pada periode fermentasi 0-

kacang


kedelai,

12 jam dan tertinggi pada saat 12 jam.

sehingga kacang gude diharapkan dapat

Kecepatan hidrolisis protein oleh Rizopus

dijadikan

pengganti

oligosporus berlangsung tertinggi pada

/substitusi beberapa produk yang berasal

periode fermentasi 12-24 jam, sedangkan

dari kedelai seperti tempe, kecap, dan


kecepatan hidrolisis protein tertinggi dari

beberapa bahan pangan campuran yang

Rizopus oryzae berlangsung pada periode

lain. Salah satu sifat kacang gude yang

fermentasi 24-36 jam. (Hermana dan

baik adalah cocok untuk pertumbuhan

Karmini,

1996).

kapang

penelitian


Intan

gude

mirip

sebagai

dalam

dengan

bahan

proses

fermentasi.

Berdasarkan


hasil

W

pada

(2010),

Pemeraman atau fermentasi adalah satu

pembuatan tempe kacang gude dan kacang

langkah

proses

tunggak, penambahan inokulum 2 %

pembuatan tempe karena pada proses


dengan waktu fermentasi yang berbeda

inilah keberhasilan pertumbuhan kapang

menunjukkan peningkatan kadar air, kadar

tempe ditentukan serta penggunaan laru

abu dan kadar protein serta aktivitas

yang

untuk

antioksidan dan total fennol. Penggunaan

menghasilkan tempe yang bermutu baik

inokulum dengan jumlah yang banyak


(Sarwono,1996).

menyebabkan waktu fermentasi menjadi

yang

tepat

dipengaruhi

penting

sangat

Mutu

oleh

dalam


penting

tempe

beberapa

juga

faktor

di

terlalu

kritis,

sedangkan

pemakaian


antaranya ; mutu bahan baku, proses, jenis

inokulum dengan jumlah yang kurang

dan

yang

menyebabkan mikroba kontaminan dapat

digunakan serta suhu dan waktu proses

tumbuh . Penambahan atau pengurangan

fermentasi . Waktu fermentasi dapat

jumlah inokulum akan mempersingkat

jumlah

mikroorganisme

atau memperpanjang waktu fermentasi.

fermentasi

sehingga

diperoleh

tempe

Berdasarkan latar belakang ini, maka perlu

kacang gude dengan sifat organoleptik dan

diteliti jumlah penambahan ragi dalam

sifat kimia yang terbaik.

berbagai konsentrasi dan variasi waktu
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium

berjumlah 15-20 orang (Rahayu, 1998)

Ilmu teknologi

pangan Jurusan Gizi

dan untuk uji Kadar air dikumpulkan

Mataram

Analisa

melalui

dan

sifat

kimia

analisis

laboratorium

dengan

dilaksanakan di laboratorium Teknologi

metode Thermogravimetri ( Sudarmadji

Hasil

Universitas

dkk, 2003), Kadar Abu dikumpulkan

eksperiment

melalui analisis laboratorium dengan cara

menggunakan Rancangan Acak Lengkap

kering ( Apriyantono,1989), Kadar protein

Faktorial dengan dua faktorial yaitu :

kasar kacang gude dikumpulkan melalui

Lama fermentasi ( 36;30;24 jam) dan

analisis

konsentrasi ragi (2,5% ; 2%; 1,5 %)

Kjeldhal ( Sudarmadji dkk, 2003). Data

dengan ulangan 3 kali sehingga diperoleh

hasil uji organoleptik dan uji kimia diolah

27 unit percobaan. Bahan yang digunakan

dan

adalah : Kacang gude sebanyak 3 kg, Ragi

ANOVA pada tingkat kepercayaan 95%.

tempe yang diproduksi oleh LIPI dengan

Apabila

Merk RAPRIMA. Data sifat organoleptik

signifikan maka dilanjutkan dengan uji

dikumpulkan melalui uji kesukaan metode

perbandingan berganda Duncan untuk

hedonik, dengan skala 1 – 5, yaitu: 1=

melihat perlakuan mana yang berbeda

tidak suka, 2= netral, 3=agak suka, 4=

nyata dengan perlakuan lain. Analisis

suka dan 5= sangat suka. Pengujian

dilakukan dengan bantuan software SPSS

dilakukan

Versi 16.0.

Pertanian

Mataram,desain

oleh

penelitian

panelis

agak

terlatih

laboratorium

dengan

metode

dianalisa dengan menggunakan uji

hasil

analisa

menunjukkan

HASIL PENELITIAN
a. Tekstur tempe gude
Tekstur adalah sifat kekompakkan

rata hasil uji kesukaan terhadap tekstur

dan kekerasan dari tempe yang dihasilkan

tempe gude yang dihasilkan dapat dilihat

dengan menggunakan indra peraba. Rata-

pada

tabel

1

dibawah

ini.

Tabel 1.
Rata-Rata tingkat kesukaan terhadap tekstur tempe gude
Lama fermentasi
Konsentrasi ragi
K1( 2,5 %)
K2 (2 %)
K3 (1,5 %)
F1 (36 jam)
3,37d
3,68d
3,26d
F2 (30 jam)
2,21bc
2,37c
2,58c
bc
ab
F3 (24 jam)
2,11
1,78
1,58a
*) Notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata (p< 0,05)
Berdasarkan

tabel

1

menunjukkan

bahwa

kecenderungan

peningkatan

diatas

jam dengan konsentrasi ragi 2,5 %,2 %

terjadi

dan 1,5 %

berbeda secara signifikan

kesukaan

dengan perlakuan fermentasi 30 jam dan

panelis terhadap tekstur tempe gude yang

24 jam dengan konsentrasi ragi 2,5 %, 2 %

dihasilkan dengan waktu fermentasi yang

dan 1,5 % sedangkan

semakin lama pada berbagai konsentrasi

dengan konsentrasi ragi 2 % dan 1,5 %

ragi. Berdasarkan hasil analisa statistik

berbeda

menunjukkan

perlakuan fermentasi 24 jam. Sedangkan

variasi

lama

fermentasi

secara

fermentasi 30 jam

signifikan

dengan

ragi

konsentrasi ragi 2,5 % pada fermentasi 30

memberikan pengaruh yang signifikan

jam tidak berbeda secara signifikan dengan

terhadap

yang

fermentasi 24 jam. Nilai rata-rata kesukaan

dihasilkan dengan nilai p= 0,000 ( p <

terhadap tekstur tempe gude yang paling

0.05). Hasil uji lanjut

tinggi

dengan

berbagai

tekstur

konsentrasi

tempe

gude

menunjukkan

adalah perlakuan fermentasi 36

tingkat kesukaan penelis terhadap tekstur

jam dengan konsentrasi ragi 2 % dengan

tempe gude pada perlakuan fermentasi 36

skor 3,6 ( suka ).

b. Warna tempe gude
Warna
tempe

dan

adalah
diamati

penglihatan.

dengan

Warna

makanan, baik
diproses

kenampakan

maupun

penting

dari
indera

peranan

penting

makanan.

Selain

dalam
itu,

penerimaan
warna

dapat

bagi

memberikan petunjuk mengenai perubahan

makanan yang tidak

kimia dalam makanan. Rata-rata hasil uji

yang

diproduksi.

kesukaan terhadap warna tempe gude yang

Bersama – sama dengan aroma, tekstur,

dihasilkan dapat dilihat pada tabel 2

rasa dan kekompakan, warna memegang

dibawah ini.

Tabel 2.
Rata – rata tingkat kesukaan terhadap warna tempe gude
Lama fermentasi
Konsentrasi ragi
K1( 2,5 %)
K2 (2 %)
K3 (1,5 %)
F1 (36 jam)
3,32c
3,37c
3,21c
F2 (30 jam)
2,37ab
2,42b
2,42b
ab
a
F3 (24 jam)
2,05
1,84
1,89ab
*)Notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata (p0,05)
Berdasarkan

tabel

3

menunjukkan

bahwa

kecenderungan

peningkatan

diatas

berbeda

terjadi

perlakuan

secara

signifikan

fermentasi

30

jam

dengan
pada

kesukaan

konsentrasi ragi 2,5 % dan 1,5 % tetapi

panelis terhadap aroma tempe gude yang

tidak berbeda secara signifikan pada

dihasilkan dengan waktu fermentasi yang

konsentrasi ragi 2 % dan fermentasi 24

semakin lama pada berbagai konsentrasi

jam pada konsentrasi ragi 2,5 %,2 % dan

ragi. Berdasarkan hasil analisa statistik

1,5 %.

menunjukkan

tidak berbeda secara signifikan dengan

dengan

variasi

berbagai

lama

fermentasi

konsentrasi

ragi

Sedangkan

fermentasi 30 jam

fermentasi 24 jam pada konsentrasi ragi

memberikan pengaruh yang signifikan

2,5 %, 2 % dan 1,5 %.

terhadap

yang

kesukaan terhadap aroma tempe gude yang

dihasilkan dengan nilai p= 0,000( p <

paling tinggi pada perlakuan fermentasi

0.05).

Berdasarkan uji lanjut tingkat

36 jam pada konsentrasi ragi 2,5 %

kesukaan penelis terhadap aroma tempe

dan 2 % dengan skor 3,16 ( agak suka )

aroma

tempe

gude

Nilai rata-rata

gude pada perlakuan fermentasi 36 jam
d. Rasa tempe gude
yang

yang telah matang. Adapun Rata-rata hasil

dihasilkan oleh tempe setelah dimakan

uji kesukaan terhadap rasa tempe gude

terutama dirasakan oleh indera pengecap.

yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel 4

Uji organoleptik pada rasa tempe gude

dibawah

Rasa

adalah

rangsangan

pada penelitian ini adalah tempe gude

Tabel 4.
Rata – rata tingkat kesukaan terhadap rasa tempe gude
Lama fermentasi
Konsentrasi ragi
K1( 2,5 %)
K2 (2 %)
K3 (1,5 %)
F1 (36 jam)
3,16bcd
3,42d
3,37cd
F2 (30 jam)
2,68ab
2,63ab
2,79abc
a
a
F3 (24 jam)
2,47
2,42
2,21a
*)Notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata (p