Fanatisme terhadap Sepak Bola pada Tokoh Bayu dan Heri dalam Novel Garuda di Dadaku Karya Salman Aristo: Analisis Psikologi Sastra

Sinopsis
GARUDA DI DADAKU

Novel ini secara umum bercerita tentang kegigihan seorang anak untuk mewujudkan
cita-citanya sebagai pemain sepak bola professional kebanggaan bangsa. Darah pesepak bola
memang mengalir deras di dirinya sebab sang ayah memang salah satu pemain terbaik
nasional di jamannya. hanya saja, meski ia mewarisi bakat sang ayah, perjalanan menuju
impian tidak selalu mulus. Halangan juga rintangan sebaliknya datang menghalau dari orangorang terdekatnya, yakni sang kakek. Tokoh utama dalam kisah ini bernama Bayu. Ia anak
kelas 6 Sekolah Dasar. Kesehariannya diisi dengan semangat bermain bola. Ia memanfaatkan
gang-gang di lingkungan rumahnya.
Pak Usman meyakini, dengan bermain bola kehidupan ekonomi Bayu kelak akan
carut-marut sebab bermain bola bukan profesi yang menghasilkan apalagi jika dijadikan
jaminan masa depan. Salah satu sahabat Bayu bernama Heri. Ia meyakini Bayu akan sukses
sebab ia melihat talenta yang nyata. Heri kemudian menjadi salah satu motivator ciliki Bayu.
Ia juga pelatih yang terus meyakinkan Bayu akan impiannya. Heri memaksa Bayu untuk ikut
seleksi Tim Nasional U-13 agar bisa ikut mewakili Indonesia dalam pertandingan
Internasional. Akan tetapi, Bayu selalu ragu sebab Pak Usman, kakek Bayu sendiri tidak
setuju dengan keinginan Bayu dan Heri.
Akan tetapi tekad Bayu sudah bulat, dia mendapat teman baru yang cukup misterius
bernama Zahra. Mereka bertiga berkongsi mencari alasan agar Bayu tetap bisa berlatih sepak
bola, kucing-kucingan dengan Pak Usman, sang kakek.

Perjalanan Bayu makin tidak mulus bahkan persabatan ketiga bocah ini hampir putus.
Bagaimana kelanjutannya? Rasanya Anda harus membaca utuh novelnya. Intrik yang

39
Universitas Sumatera Utara

dibangun memang agak lambat tetapi bagi anak-anak, cerita ini cukup seru dan tentu
inspiratif. Keyakinan akan mimpi memang harus dibangun sekuat tenaga meski susah.
Kisah Bayu mampu membangkitkan semangat anak-anak Indonesia, ia juga
mengajarkan seperti apa nasionalisme dan rasa cinta terhadap bangsa dengan cara yang
paling mudah, melalui hobi. Selain itu, novel ini juga sebuah kritikan cerdas dan membangun
untuk pemerintah Republik Indonesia.
Dalam buku ini ada banyak penggalan kisah yang memuat betapa buruknya fasilitas
sepak bola di negeri ini. Misalnya saja saat Bayu dan teman-temannya hendak berlatih tetapi
tidak mudah mendapatkan lapangan untuk itu.
Lapangan saja tidak tersedia, bagaimana mau mengolah bakat? Kritik yang ada dalam
buku ini sangat halus. Diselip dalam cerita sehingga tidak mengacaukan genre yang memang
diutamakan untuk anak-anak, meski dewasa pun bisa menikmatinya.

40

Universitas Sumatera Utara

Biografi Pengarang

Salman Aristo, lahir tahun 1976 adalah seorang penulis scenario film. Salman lulus
dari jurusan jurnalistik di Universitas Padjajaran Bandung, dan merintis karier awal sebagai
penulis naskah (script writer) pada tahun 2004. Bersama istrinya, Retna Ginarti S Noer,
Salman Aristo menulis scenario untuk film Ayat-Ayat Cinta. Karyanya yang lain adalah
Brownies, Cinta Silver, Alexandria Jomblo, Laskar Pelangi, dan Kambing Jantan.

41
Universitas Sumatera Utara