Fanatisme terhadap Sepak Bola pada Tokoh Bayu dan Heri dalam Novel Garuda di Dadaku Karya Salman Aristo: Analisis Psikologi Sastra

BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep
Konsep dalam penilitian ini adalah:
2.1.1 Novel
Novel adalah sebuah

karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu

panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Novel merupakan karya fiksi yang dibangun oleh
unsur-unsur pembangun yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik (Nurgiyantoro, 2013:12).

2.1.2 Fanatisme
Menurut Ismail (2008: 28) Sering kali terdengar kata fanatik atau fanatisme pada
berita atau hal yang berhubungan dengan agama dan olahraga tetapi jarang yang
mengetahuideskripsi secara jelas mengenai fanatik atau fanatisme. Jika ditelusuri lebih
dalam, sebenarnya kata fanatisme berasal dari kata fanatik, yang dalamkamus bahasa
Indonesia artinya adalah teramat kuat kepercayaan atau keyakinan terhadap ajaran (politik
agama, dsb).
Sikap fanatik adalah sikap yang mengingkari kepribadian orang lain, orang fanatik

berpendapat tidak ada orang yang mengerti dirinya dan tidak ada pendapat yang benar
kecuali pendapatnya sendiri. (Yustinus, 2006:461).

2.1.3 Tokoh
Menurut Nurgiyantoro (2013:247) Tokoh adalah orang yang ditampilkan dalam suatu
karya naratif, atau drama, yang ditafsirkan oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral
dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan
dalam tindakan.
6
Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Sepak Bola
Menurut Luxbacher (2008: 2) sepak bola adalah olahraga yang dimainkan oleh dua tim
yang masing-masinh beranggotakan 11 orang. Masing-masing tim mempertahankan gawang
dan berusaha menjebol gawang lawan.
2.2 Landasan Teori
Landasan teori dalam penelitian ini adalah:
2.2.1 Psikologi Sastra
Menurut Freud menggembangkan konsep id, ego, dan superego sebagai struktur
kepribadian. Id berkaitan dengan ketidaksadaran yang merupakan bagian yang primitif dari

kepribadian. Kekuatan yang berkaitan dengan id mencakup insting seksual dan insting
agresif. Id membutuhkan pemenuhan dengan segera tanpa memperhatikan lingkungan realitas
secara objektif. Freud menyebutnya sebagai prinsip kenikmatan. Ego sadar akan realitas.
Oleh karena itu, Freud menyebutnya sebagai prinsip realitas. Ego menyesuaikan diri dengan
realitas. Superego mengontrol mana perilaku yang boleh dilakukan, mana yang tidak. Oleh
karena itu Freud menyebutnya sebagai prinsip moral. Superego berkembang pada permulaan
masa anak sewaktu peraturan-peraturan diberikan oleh orang tua dengan menggunakan
hadiah dan hukuman (Wiyatmi, 2011:11)
2.2.2 Fanatisme
Ismail (2008: 30) fanatisme terdiri atas beberapa bentuk, yaitu :
1.Fanatisme konsumen agama.
2. Fanatisme ideologi dan politik.
3. Fanatisme kesenangan, olahraga,etnik dan kesatuan.
Ismail (2008: 31) menyatakan suatu perilaku tidak terlepas dariciri yang menjadikan
perilaku tersebut dapat disebut sebagai prilakufanatik, yaitu:

7
Universitas Sumatera Utara

1. Adanya antusiasme atau semangat berlebihan yang tidakberdasarkan pada akal sehat

melainkan pada emosi tidak terkendali.Ketiadaan akal sehat itu mudah membuat orang yang
fanatik melakukan hal-halyang tidak proporsional, sehingga akhirnya melakukan hal-hal
yangkurang waras.
2.Pendidikan yang berwawasan luas dapat menimbulkanbenih-benih sikap soldier, sebaliknya
indoktrinasi yang kecil dapatmengakibatkan benih-benih fanatisme.
Indikator-indikator fanatisme sebagai berikut:
1. Fanatik organisasi, mengklaim yang paling benar dan yang lain salah.
2. Fanatik pada keyakinannya sendiri dengan tidak didukung rasa yang toleran dan hati yang
lapang.
3. Fanatisme terhadap suatu pendapat tanpa mengakui adanya pendapat lain dan merasa benar
sendiri atau tidak menghormati orang lain.
2.3 Tinjauan Pustaka
Novel Garuda di Dadaku belum pernah diteliti secara serius. Oleh karena itu, penulis
mencantumkan beberapa pendapat dan resensi tentang novel Garuda di Dadaku.Berikut
adalah pendapat yang berhubungan dengan novel Garuda di Dadaku.
Sebuah resensi tentang novel Garuda di Dadakuyang ditulis oleh Sellyna Sihite
dalam sebuah blog tahun 2012. Dikatakan bahwa novel garuda di Dadaku bagus, sangat
motivasional dan mendidik. Selain itu, novel ini membangkitkan semangat nasionalisme bagi
pembaca. Dilihat dari penggunaan bahasa, novel ini menggunakan bahasa yang informal dan
mudah dipahami oleh pembaca. http://sellynadream.blogspot.com/2012/10/resensi-garuda-didadaku.html#

Sebuah blog mengatakan bahwa novel Garuda di Dadaku adalah novel yang
menceritakan tokoh Bayu yang sangat tergila-gila terhadap sepak bola, bahkan ia ingin

8
Universitas Sumatera Utara

menjadi seorang pemain sepak bola. Novel ini Garuda di Dadaku memberikan semangat bagi
pembaca untuk mencapai cita-cita.
http://bheperfek.tumblr.com/post/2152331549/sinopsis-novel-garuda-di-dadaku
Sebuah blog yang ditulis oleh Edgawa mengatakan novel Garuda di Dadaku dapat
meningkatkan motivasi para pesepak bola agar memajukan dunia sepak bola Indonesia.
Selain itu, novel ini akan membangkitkan gairah dan emosi pembaca agar sepak bola nasional
dapat maju seperti yang diimpikan dalam novel Garuda di Dadaku.
http://aifedogawa.blogspot.com/2009/11/resensi-novel-garuda-di-dadaku.html
Selain mengemukakan beberapa pendapat mengenai novel Garuda di Dadaku, berikut
adalah beberapa tinjauan yang berhubungan dengan fanatisme.
Iqni Malfaid, Universitas Muhammadiyah Surakarta meneliti Fanatisme Suporter
Sepak Bola Untuk Menanamkan Solidaritas Sosial. Tulisan ini meneliti fans fanatik sepak
bola untuk menumbuhkan solidaritas sosial, dan membahas solusi yang menjadi kendala yang
dialami para suporter sepak bola.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Aprilia Pradita Eka Putri S dari Universitas
Katolik. Tulisan ini membahas hubungan konformitas dan fanatisme klub suporter sepak bola
PSIS Semarang, tulisan ini dilakukan untuk melihat nilai positif dan negatif.

9
Universitas Sumatera Utara