Fanatisme terhadap Sepak Bola pada Tokoh Bayu dan Heri dalam Novel Garuda di Dadaku Karya Salman Aristo: Analisis Psikologi Sastra

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreativitas pengarang yang
mempergunakan media bahasa dan diabadikan untuk kepentingan estetis (keindahan). Di
dalam karya sastra dapat ternuansakan suasana kejiwaan pengarang baik secara pikiran
maupun suasana rasa, yang ditangkap dari gejala kejiwaan para tokoh dalam karya sastra
tersebut. Seorang pengarang tidak hanya ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya,
melainkan secara implisit ia juga mendorong, mempengaruhi pembaca agar ikut memahami,
menghayati, dan menyadari masalah serta ide yang diungkapkan dalam karyanya melalui
tokoh yang dihadirkan.
Karya sastra merupakan sesuatu yang otonom, yaitu bercirikan suatu koherensi, yang
memiliki keselarasan antara bentuk dan isi. Setiap isi berkaitan dengan suatu bentuk atau
ungkapan tertentu. (Luxemburg, 1992:s5)
Karya

sastra

dapat


berupa

novel,

puisi,

cerpen,

dan

bermacam-macam

kesusastraan daerah lainnya. Hakikat karya sastra adalah karya sastramempunyai misi
tertentu yang menyangkut persoalan hidup dan kehidupan manusia.Demikian juga novel
menceritakan kehidupan yang terjadi dalam masyarakat sepertimasalah sosial yang tercakup
didalamnya masalah agama, adat istiadat, pendidikan,ekonomi, politik, dan lain-lain.
Dalam sebuah karya sastra, sering kali ditemukan fenomena-fenomena kejiwaan yang
dapat dilihat melalui prilaku tokoh yang ada. Salah satu fenomena kejiwaan yang ada dalam
karya sastra yaitu fanatisme. Fanatisme merupakan fenomena yang banyak ditemukan di
dunia ini, sering ditunjukkan melalui sikap maupun tindakan yang mengagungkan sesuatu.

Fanatisme menurut Karlina Supelli terjadi karena kecenderungan pemutlakan, yang mengarah

1
Universitas Sumatera Utara

pada dogmatisasi

(Supelli, 2011:21). Fanatisme adalah tindakan atau pemahaman yang

menganggap bahwa keyakinannya sudah sahih , sehingga segala macam bentuk kritik yang
ditujukan pada keyakinannnya adalah sesuatu yang tidak diperkenankan. Penolakan mereka
(para fanatis itu) terhadap kritik tersebut bisa melahirkan tindakan-tindakan intoleran.
Fenomena fanatisme pun tak bisa lepas dari prilaku menafsirkan. “Sejarah pernah bergeser
dari zaman iman (the Age of Faith), ke zaman nalar (the Age of Reason), dan kini bergeser
lagi ke zaman penafsiran (the Age of Interpretion), sehingga bahkan ’’tak ada fakta, hanya
ada penafsiran” yang sebenarnya juga sebuah penafsiran” (Supelli, 2011:73).
Fenomena fanatisme dapat ditelaah melalui ilmu psikologi. Yaitu ilmu yang
mempelajari kejiwaan seseorang.Di dalam ilmu psikologi seorang yang fanatis biasanya tidak
mampu memahami apa yang ada di luar dirinya.
Menurut Sangidu (2004:30), psikologi sastra adalah suatu disiplin ilmu yang

mengandung masalah-masalah psikologis dalam suatu karya sastra yang memuat peristiwa
kehidupan manusia yang diperankan oleh tokoh-tokoh yang imajiner atau faktual yang ada di
dalam karya sastra.
Kegemaran yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu tanpa disadari membentuk
perilaku yang agresif, novel Garuda di Dadaku adalah salah

satu

novel yang

memperlihatkan adanya kesukaan yang berlebihan terhadap sesuatu, novel ini menceritakan
tentang kegilaan seseorang terhadap sepakbola, yaitu pada tokoh Bayu dan Heri. Mereka
adalah sahabat baik yang seluruh kehidupannya terinspirasi dari sepakbola, kecintaan dan
kegilaan mereka terhadap sepakbola membuat tokoh Bayu dan Heri merelakan segalanya
demi mewujudkan impian sepakbola mereka. Kedua tokoh ini rela berkorban dan berbohong,
bahkan melakukan hal-hal yang diluar jangkauan batas anak seusia mereka.
Kecintaan serta kegilaan tokoh Bayu dan Heri yang berlebihan terhadap sepakbola,
secara implisit menimbulkan sikap yang mengarah pada fanatisme. Menurut Ismail (2008:

2

Universitas Sumatera Utara

28) Sering kali terdengar kata fanatik atau fanatisme pada berita atau hal yang berhubungan
dengan agama dan olahraga tetapi jarang yang mengetahui deskripsi secara jelas mengenai
fanatik atau fanatisme. Jika ditelusuri lebih dalam, sebenarnya kata fanatisme berasal dari
kata fanatik, yang dalam kamus bahasa Indonesia artinya adalah teramat kuat kepercayaan
(keyakinan) terhadap ajaran (politik,agama, dsb).
Ismail (2008:30) fanatisme terdiri beberapa bentuk yaitu fanatisme konsumen agama,
ideologi dan politik, kesenangan, olahraga, etnik dan kesatuan. Sikap fanatisme yang dimiliki
tokoh Bayu dan Heri memberikan rasa ingin tahu peneliti untuk mendalami novel Garuda di
Dadaku. Prilaku yang tidak terkontrol dan keyakinan terhadap masa depan mereka ada pada
sepakbola yang ditunjukkan tokoh Bayu dan Heri membuat novel ini sangat menarik untuk
diteliti.
Penelitian ini juga akan melihat dampak positif dan dampak negatif yang ditimbulkan
dari perilaku fanatik yang dimiliki tokoh Bayu dan Heri, karena fanatisme terhadap dunia
olahraga saat ini banyak menimbulkan kontroversi yang ditimbulkan karena adanya
keragaman sikap dan prilaku yang berlebihan.
Kegilaan Bayu dan Heri terhadap sepakbola membuatnya sering berbohong kepada
kakeknya. Segala hal yang dilakukannya tidak lain hanya untuk memuaskan kecintaannya
terhadap sepakbola. Ketika Bayu disarankan les melukis dan bermain musik oleh kakeknya

Bayu tidak tertarik, justru sebaliknya ia bolos bersama Heri mencari lokasi strategis untuk
bermain sepakbola, ketika Bayu disuruh untuk tidur oleh kakeknya ia memainkan bola di
dalam kamarnya.
Fanatisme ataupun sikap atraktif suporter sepak bola dapat dilihat dari atribut yang
mereka gunakan (Soemanto, 2007:33).Heri merupakan

teman akrab Bayu, obsesinya

terhadap sepakbola membuat Heri sangat nyaman berteman dengan Bayu, namun Heri
menderita lumpuh permanen. Oleh karena itu, untuk memuaskan hasrat terhadap sepakbola

3
Universitas Sumatera Utara

Heri selalu mendukung segala tindakan yang berhubungan dengan sepakbola. Kegilaan Heri
terhadap sepakbola terlihat dari wawasannya yang begitu luas, ia mengetahui seluk-beluk
dunia sepakbola di usianya yang sangat muda, jika dilihat dari usianya mustahil bagi anak
seusianya mengetahui dunia sepakbola secara mendalam. Seolah-olah ia sudah seperti
seorang pengamat sepakbola profesional.
Melalui fenomena-fenomena yang telah diuraikan di atas, maka sikap fanatisme

terhadap sepakbola pada tokoh Bayu dan Heri dalam novel Garuda di Dadaku perlu untuk
diteliti
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana bentuk-bentuk perilaku fanatisme terhadap sepakbola yang terdapat
dalam novel Garuda di Dadakupada tokoh Bayu dan Heri melalui teori psikologi
sastra?
2. Bagaimana dampak positif dan dampaknegatif yang ditimbulkan dari perilaku
fanatisme terhadap sepakbola pada tokoh Bayu dan Heri?

1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya pada bentuk perilaku fanatisme dan dampaknya yang
terdapat dalam novel tokoh Bayu dan Heri dalam novel Garuda di Dadakupada tokoh Bayu
dan Heri, pembatasan masalah dilakukan agar pembahasan tidak terlalu luas dan lebih
terarah.
1.4 Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:
a. Mendeskripsikanbentuk-bentuk perilaku fanatisme terhadap sepakbola tokoh Bayu
dan Heri dalam novel Garuda di Dadaku.
b. Mendeskripsikan dampak positif dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh sikap
fanatisme terhadap sepakbola dalam novel Garuda di Dadaku menggunakan teori

psikologi sastra.
4
Universitas Sumatera Utara

1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini menambah pemahaman tentang bentuk perilaku fanatisme dan cara
menganalisis unsur fanatisme menggunakan teori psikologi sastra.
b. Penelitian ini memberikan pengetahuan bahwa sikap fanatisme dapat menimbulkan
dampak positif dan negatif.

1.5.2 Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat membantu pembaca untuk menikmati dan memahami novel
Garuda di Dadaku.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan bagi peneliti yang akan membahas
masalah dari sudut pandang yang lain.

5
Universitas Sumatera Utara