Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Penambangan Emas Tradisional Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Air Bersih
Berdasarkan Permenkes RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengolahan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air. air bersih adalah sebagai berikut:
“Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat dan dapat diminum
langsung. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak”.
2.1.1 Sumber Air
Sumber-sumber air dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.

Air Laut
Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar

garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi
syarat untuk menjadi air minum (Sutrisno, 2004).
2.

Air Angkasa

Air angkasa (hujan) merupakan penyubliman uap air menjadi air murni

(H2O). Air murni ini sewaktu turun ke bumi melalui udara akan dapat melarutkan
benda-benda yang ada di udara, di antaranya (O2, CO2, N2, dan lain-lain), jasadjasad renik dan debu. Air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipapipa penyalur, sehingga akan mempercepat terjadinya korosi (karatan). Selain itu,
air hujan bersifat lunak atau kurang mengandung larutan garam dan mineral
sehingga terasa kurang segar dan boros terhadap pemakaian sabun (Notoatmodjo,
2007).

8
Universitas Sumatera Utara

9

3.

Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi.

Dibandingkan dengan sumber-sumber air lainnya, air permukaan mudah sekali
mengalami pencemaran. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat

pencemaran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu,
daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya.
Air permukaan ada 2 (dua) macam, yaitu air sungai dan air rawa/danau.
a.

Air Sungai
Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu

pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya
mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.
b.

Air Rawa/Danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat

organik yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang
menyebabkan warna kuning coklat. Dengan adanya pembusukan kadar zat
organik tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam
keadaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur Fe dan Mn ini

akan larut (Sutrisno, 2004).
4.

Air Tanah
Air tanah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
a.

Air tanah dangkal
Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur

akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan

Universitas Sumatera Utara

10

jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut)
karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk
masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah di sini berfungsi sebagai saringan.
Disamping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada

muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air
yang akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini
dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal.
Air tanah dangkal ini dapat pada kedalaman 15,00 m. Sebagai sumur air
minum, air tanah ini ditinjau dari segi kualitas agak baik. Jika dilihat dari segi
kuantitas, air tanah kurang cukup dan tergantung pada musim.
b.

Air tanah dalam
Terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah

dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor
dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya
antara 100-300 m) akan didapatkan suatu lapis air.
Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur ke luar dan
dalam keadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur artesis. Jika air tidak dapat ke
luar dengan sendirinya, maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air
tanah dalam ini.
Pada umumya kualitas air sumur dalam lebih baik dari air dangkal, karena
penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Susunan unsur-unsur

kimia tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Jika melalui tanah kapur,
maka air itu akan menjadi sadah, karena mengandung Ca (HCO3)2 dan Mg

Universitas Sumatera Utara

11

(HCO3)2. Jika melalui batuan granit, maka air itu lunak dan agresif karena
mengandung gas CO2 dan Mn (HCO3).
c.

Mata air
Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata

air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan
kualitas/ kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam (Sutrisno, 2004).
2.2. Syarat Air Bersih
Berdasarkan Permenkes RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengolahan
Kualitas air dan pengendalian pencemaran air syarat-syarat pengawasan kualitas
air, syarat-syarat air bersih antara lain:

1.

Persyaratan Biologis
Persyaratan

biologis

berarti

air

bersih

itu

tidak

mengandung

mikroorganisme yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia. Mikroorganisme

itu dapat dibagi dalam empat bagian, yaitu parasit, bakteri, virus, dan kuman. Dari
keempat jenis mikroorganisme tersebut umumnya yang menjadi parameter
kualitas air adalah bakteri seperti Eschericia coli.
2.

Persyaratan Fisik
Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya,

yakni derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, dan bau. Aspek fisik ini selain
penting untuk aspek kesehatan langsung yang terkait dengan kualitas fisik seperti
suhu dan keasaman, tetapi juga penting untuk menjadi indikator tidak langsung
pada persyaratan biologis dan kimia, seperti warna air dan bau.
3.

Persyaratan Kimia
Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandungan

kimiawi air yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai

Universitas Sumatera Utara


12

dengan proses biokimiawi tubuh. Bahan kimia seperti nitrat, arsenik, dan berbagai
macam logam berat khususnya air raksa, timah hitam, dan kadmium dapat
menjadi gangguan pada tubuh dan berubah menjadi racun.
4.

Persyaratan Radioaktif
Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan

fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda, dan
pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor nuklir.
2.2.1. Sumber Pencemaran Air
Menurut Mukono (2006), beberapa sumber pencemaran air yaitu:
1.

Domestik (Rumah Tangga)
Yaitu berasal dari pembuangan air kotor dari kamar mandi, kakus dan dapur.


2.

Industri
Jenis polutan yang dihasilkan oleh industri sangat tergantung pada jenis
industrinya sendiri, sehingga jenis polutan yang dapat mencemari air
tergantung pada bahan baku, proses industri, bahan bakar dan sistem
pengelolaan limbah cair yang digunakan dalam industri tersebut.
Secara umum jenis polutan air dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.

Fisik
Pasir atau lumpur yang tercampur dalam limbah air.

b.

Kimia
Bahan pencemar yang berbahaya antara lain merkuri (Hg), Cadmium
(Cd), Timbal (Pb), pestisida dan jenis logam berat lainnya.

Universitas Sumatera Utara


13

c.

Mikrobiologi
Berbagai macam bakteri, virus, parasit, dan lain-lainnya. Misalnya yang
berasal dari pabrik yang mengolah hasil ternak, rumah potong, dan
tempat pemerahan susu sapi.

d.

Radioaktif
Beberapa bahan radioaktif yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN) dapat menimbulkan pencemaran air.

3.

Pertanian dan Perkebunan
Polutan air dari pertanian/perkebunan dapat berupa:

a.

Zat kimia, misalnya berasal dari penggunaan pupuk dan pestisida.

b.

Mikrobiologi, misalnya virus, bakteri, parasit yang berasal dari kotoran
ternak dan cacing tambang di lokasi perkebunan.

c.

Zat radioaktif, berasal dari penggunaan zat radioaktif yang dipakai dalam
proses pematangan buah, mendapatkan bibit unggul, dan mempercepat
pertumbuhan tanaman.

2.3. Pencemaran Air
2.3.1. Polutan Air
Bahan polutan (pencemar) merupakan bahan-bahan yang bersifat asing
bagi alam atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu
tatanan ekosistem sehingga mengganggu peruntukan ekosistem tersebut.
Berdasarkan cara masuknya ke dalam lingkungan, polutan dikelompokkan
menjadi 2 (dua), yaitu :

Universitas Sumatera Utara

14

1.

Polutan alamiah, yaitu polutan yang memasuki suatu lingkungan (misalnya
badan air) secara alami, misalnya akibat letusan gunung berapi, tanah longsor,
banjir, dan fenomena alam lainnya. Polutan alamiah ini sulit dikendalikan.

2.

Polutan antropogenik, yaitu polutan yang masuk ke badan air akibat aktivitas
manusia, misalnya kegiatan domestik (rumah tangga), kegiatan perkotaan,
maupun kegiatan industri. Intensitas polutan antropogenik dapat dikendalikan
dengan cara mengontrol aktivitas yang menyebabkan timbulnya polutan
tersebut (Effendi, 2003).
Berdasarkan sifat toksiknya, polutan (pencemar) dibedakan menjadi 2

(dua), yaitu:
1.

Polutan Tidak Toksik
Polutan/pencemar tidak toksik biasanya telah berada pada ekosistem

secara alami. Polutan tidak toksik terdiri atas bahan-bahan tersuspensi dan nutrien.
Bahan tersuspensi dapat mempengaruhi sifat fisika perairan, antara lain
meningkatkan kekeruhan sehingga menghambat penetrasi cahaya matahari.
Dengan demikian, intensitas cahaya matahari pada kolom air menjadi lebih kecil
dari intensitas yang dibutuhkan untuk melangsungkan proses fotosintesis.
Keberadaan nutrien/unsur hara yang berlebihan dapat memacu terjadinya
eutrofikasi perairan dan dapat memacu pertumbuhan mikroalga dan tumbuhan air
secara pesat, yang selanjutnya dapat mengganggu keseimbangan ekosistem
akuatik secara keseluruhan.
2.

Polutan Toksik
Polutan toksik dapat mengakibatkan kematian (lethal) maupun bukan

kematian (sub-lethal), misalnya terganggunya pertumbuhan, tingkah laku, dan

Universitas Sumatera Utara

15

karakteristik morfologi berbagai organisme akuatik. Polutan toksik ini biasanya
berupa bahan-bahan yang bukan bahan alami, misalnya pestisida, detergen, dan
bahan artifisial lainnya. Polutan berupa bahan yang bukan alami ini dikenal
dengan istilah xenobiotik, yaitu polutan yang diproduksi oleh manusia (Effendi,
2003).
Mason (1993), mengelompokkan pencemar toksik menjadi 5 (lima), yaitu:
a.

Logam (metals), meliputi: timbal, nikel, kadmium, zinc, dan merkuri.

b.

Senyawa organik, meliputi pestisida organoklorin, herbisida, PCB,
hidrokarbon alifatik berklor, pelarut (solvents), surfaktan rantai lurus,
hidrokarbon petroleum, aromatik polinuklir, dibenzodioksin berklor,
senyawa organometalik, fenol, dan formaldehida. Senyawa ini berasal dari
kegiatan industri, pertanian, dan domestik.

c.

Gas, misalnya klorin dan amonia.

d.

Anion, misalnya sianida, fluorida, sulfida, dan sulfat.

e.

Asam dan alkali.

2.4. Indikator Pencemaran Air
2.4.1. Perubahan Suhu Air
Dalam kegiatan industri seringkali suatu proses disertai dengan timbulnya
panas reaksi atau panas dari suatu gerakan mesin. Agar proses industri dan mesinmesin yang menunjang kegiatan tersebut dapat berjalan baik maka panas yang
terjadi harus dihilangkan. Penghilangan panas dilakukan dengan proses
pendinginan air. Air pendingin akan mengambil panas yang terjadi. Air yang
menjadi panas tersebut kemudian dibuang ke lingkungan. Apabila air yang panas
tersebut dibuang ke sungai maka air sungai akan menjadi panas (Wisnu, 2001).

Universitas Sumatera Utara

16

Menurut Kristanto (2002), naiknya suhu air akan menimbulkan akibat
sebagai berikut:
1.

Menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air.

2.

Meningkatkan kecepatan reaksi kimia.

3.

Mengganggu kehidupan ikan dan hewan air lainnya.

4.

Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya
mungkin akan mati.
Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan

mengalami kenaikan kecepatan respirasi. Di samping itu suhu yang tinggi juga
akan menurunkan jumlah oksigen yang terlarut di dalam air. Akibatnya, ikan dan
hewan air akan mati karena kekurangan oksigen. Suhu air kali atau air limbah
yang relatif tinggi ditandai antara lain dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air
lainnya ke permukaan untuk mencari oksigen.
2.4.2. Perubahan pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH
berkisar antara 6,5-7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar
kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion Hidrogan di dalam air. Air yang
mempunyai pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan air yang
mempunyai pH lebih besar dari normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan
buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan mengubah pH air
yang akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air (Wardhana,
2001).
2.4.3. Perubahan Warna, Bau, dan Rasa Air

Universitas Sumatera Utara

17

Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan
anorganik dan bahan organik seringkali dapat larut di dalam air. Apabila bahan
buangan dan air limbah industri dapat larut dalam air maka akan terjadi perubahan
warna air. Air dalam keadaan normal dan bersih tidak akan berwarna, sehingga
tampak bening dan jernih.
Selain itu degradasi bahan buangan industri dapat pula menyebabkan
terjadinya perubahan warna air. Tingkat pencemaran air tidak mutlak harus
tergantung pada warna air, karena bahan buangan industri yang memberikan
warna belum tentu lebih berbahaya dari bahan buangan industri yang tidak
memberikan warna. Seringkali zat-zat yang beracun justru terdapat di dalam
bahan buangan industri yang tidak mengakibatkan perubahan warna pada air
sehingga air tetap tampak jernih.
Bau yang keluar dari dalam air dapat langsung berasal dari bahan buangan
atau air limbah dari kegiatan industri, atau dapat pula berasal dari hasil degradasi
bahan buangan oleh mikroba yang hidup di dalam air. Bahan buangan industri
yang bersifat organik atau bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri
pengolahan bahan makanan seringkali menimbulkan bau yang sangat menyengat
hidung. Mikroba di dalam air akan mengubah bahan buangan organik, terutama
gugus protein, secara degradasi menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau.
Timbulnya bau pada air lingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu
tanda terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi.
Air normal yang dapat digunakan untuk suatu kehidupan pada umumnya
tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Apabila air mempunyai rasa
(kecuali air laut) maka hal itu berarti telah terjadi pelarutan sejenis garam-

Universitas Sumatera Utara

18

garaman. Air yang mempunyai rasa biasanya berasal dari garam-garaman yang
terlarut. Bila hal ini terjadi maka berarti juga telah ada pelarutan ion-ion logam
yang dapat mengubah konsentrasi ion Hidrogen dalam air. Adanya rasa pada air
umumnya diikuti dengan perubahan pH air (Wardhana, 2001).
2.4.4. Timbulnya Endapan, Koloidal dan Bahan Terlarut
Endapan dan koloidal serta bahan terlarut berasal dari adanya bahan
buangan industri yang berbentuk padat. Bahan buangan industri yang berbentuk
padat kalau tidak dapat larut sempurna akan mengendap di dasar sungai dan yang
dapat larut sebagian akan menjadi koloidal. Endapan sebelum sampai ke dasar
sungai akan melayang di dalam air bersama-sama dengan koloidal. Endapan dan
koloidal yang melayang di dalam air akan menghalangi masuknya sinar matahari
ke dalam lapisan air. Padahal sinar matahari sangat diperlukan oleh
mikroorganisme untuk melakukan proses fotosintesis. Karena tidak ada sinar
matahari maka proses fotosintesis tidak dapat berlangsung. Akibatnya, kehidupan
mikroorganisme jadi terganggu.
Apabila endapan dan koloidal yang terjadi berasal dari bahan buangan
organik, maka mikroorganisme dengan bantuan oksigen yang terlarut di dalam air,
akan melakukan degradasi bahan organik tersebut sehingga menjadi bahan yang
lebih sederhana. Dalam hal ini kandungan oksigen yang terlarut di dalam air akan
berkurang sehingga organisme lain yang memerlukan oksigen akan terganggu
pula.
Apabila bahan buangan industri berupa bahan anorganik yang dapat larut
maka air akan mendapat tambahan ion-ion logam yang berasal dari bahan
anorganik tersebut. Banyak bahan anorganik yang memberikan ion-ion logam

Universitas Sumatera Utara

19

berat yang pada umumnya bersifat racun, seperti cadmium (cd), kromium (cr),
dan timbal (pb) (Wardhana, 2001).
2.4.5. Mikroorganisme
Mikroorganisme sangat berperan dalam proses degradasi bahan buangan
dari kegiatan industri yang dibuang ke air lingkungan, baik sungai, danau,
maupun laut. Kalau bahan buangan yang harus didegradasi cukup banyak, berarti
mikroorganisme

akan

ikut

berkembang

biak.

Pada

perkembangbiakan

mikroorganisme ini tidak tetutup kemungkinan bahwa mikroba patogen ikut
berkembang pula. Mikroba patogen adalah penyebab timbulnya berbagai macam
penyakit. Pada umumnya industri pengolahan bahan makanan berpotensi untuk
menyebabkan berkembangbiaknya mikroorganisme, termasuk mikroba patogen.
2.4.6. Meningkatnya Radioaktivitas Air
Akhir-akhir ini pemanfaatan dan penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi nuklir dalam berbagai bidang kegiatan sudah banyak dijumpai. Aplikasi
teknologi nuklir antara lain dapat dijumpai pada bidang kedokteran, farmasi,
biologi, pertanian, hidrologi, pertambangan, industri, dan lain-lain.
Mengingat bahwa zat radioaktif dapat menyebabkan berbagai macam
kerusakan biologis apabila tidak ditangani dengan benar, baik melalui efek
langsung maupun tidak langsung, maka tidak dibenarkan dan sangat tidak etis bila
ada yang membuang bahan sisa radioaktif ke lingkungan. Walaupun secara
alamiah radioaktivitas lingkungan sudah ada sejak terbentuknya bumi ini, namun
kita tidak boleh menambah radioaktivitas lingkungan dengan membuang secara
sembarangan bahan sisa radioaktif ke lingkungan. Secara nasional sudah ada
peraturan perundangan yang mengatur masalah bahan sisa (limbah) radioaktif.

Universitas Sumatera Utara

20

Mengenai hal ini Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) secara aktif mengawasi
pelaksanaan peraturan perundangan terssebut (Wardhana, 2001).
2.5. Penambangan Emas Tradisional
Kegiatan penambangan emas tradisional di Indonesia dicirikan oleh
penggunaan teknik eksplorasi dan eksploitasi yang sederhana dan murah. Untuk
pekerjaan penambangan dipakai peralatan cangkul, linggis, palu, dan beberapa
alat sederhana lainnya. Batuan dan urat kuarsa mengandung emas atau bijih
ditumbuk sampai berukuran 1-2 cm, selanjutnya digiling dengan alat gelundung
(trammel, berukuran panjang 55-60 cm dan diameter 30 cm dengan alat
penggiling 3-5 batang besi). Proses pengolahan emasnya biasanya menggunakan
teknik amalgamasi, yaitu dengan mencampur bijih dengan merkuri untuk
membentuk amalgam dengan media air. Selanjutnya emas dipisahkan dengan
proses penggarangan sampai didapatkan logam paduan emas dan perak (bullion).
Produk akhir dijual dalam bentuk bullion dengan memperkirakan kandungan emas
pada bullion tersebut (Setiabudi, 2005).
Perlengkapan yang di perlukan untuk mengolah bijih emas adalah :
1. Tabung gelundung, sebagai tempat menggerus batuan.
2. Kincir air atau genset yang berfungsi sebagai penggerak tabung gelundung.
3. Batang besi baja/media giling sebagai alat pengguras batuan.
4. Merkuri yang berfungsi untuk mengikat emas.
5. Air untuk mendapatkan persentasi padatan yang berkisar antara 30-60%.
6. Dulang atau sejenisnya, sebagai tempat untuk memisahkan Merkuri yang
telah mengikat emas perak (amalgam) dengan sisa hasil pengolahan (tailing).

Universitas Sumatera Utara

21

7. Emposan yaitu alat untuk membakar amalgam untuk mendapatkan paduan
(alloy) emas perak (bullion) (Widodo, 2008).

Penggalian
batuan

Penghancuran batuan

Penggilingan dengan tromel (galundung) + Besi penggiling + Air

Proses amalgamasi
(dengan merkuri)

Pemisahan

Limbah padat

Amalgam,(Merkuri)

Limbah cair

Penyaringan

Limbah cair

Amalgam

Merkuri

Pembakaran Amalgam
Pencemaran Merkuri
terhadap Lingkungan
Uap Merkuri

Bullion

Gambar 2.1. Proses Pengolahan Batuan Emas (Ruslan, 2011)

Universitas Sumatera Utara

22

2.6. Ekstraksi Emas
Ekstraksi adalah suatu metode operasi yang digunakan dalam proses
pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan sejumlah
massa bahan (solven) sebagai tenaga pemisah. Apabila komponen yang akan
dipisahkan (solute) berada dalam fase padat, maka proses tersebut dinamakan
pelindihan atau leaching.
Ekstraksi emas dalam skala industri yang paling umum dilakukan, yaitu:
1.

Pencairan

2.

Amalgamasi

2.6.1. Pencairan
Pemisahan pencairan (liquation separation), adalah proses pemisahan
yang dilakukan dengan cara memanaskan mineral di atas titik leleh logam,
sehingga cairan logam akan terpisahkan dari pengotor. Yang menjadi dasar untuk
proses pemisahan metode ini, yaitu berat jenis dan titik cair. Contohnya dalam
memisahkan emas dan perak. Titik cair emas pada suhu 1064.18 oC, sedangkan
titik cair perak pada suhu 961.78 oC. Ini artinya perak akan mencair lebih dulu
dari pada emas. Namun untuk benar-benar terpisah, maka perak harus menunggu
emas mencair 100%. Kemudian bila dilihat dari berat jenisnya, maka berat jenis
emas cair sebesar 17.31 gram per cm3 sedangkan berat jenis perak sebesar 9.32
gram per cm3. Hal ini berarti berat jenis emas lebih besar dari pada berat jenis
perak.
Dari hukum alam fisika, maka bila ada dua jenis zat cair yang berbeda dan
memiliki berat jenis yang berbeda pula, maka zat cair yang memiliki berat jenis
lebih kecil dari zat satunya, ia akan mengapung. Dengan demikian, cairan perak

Universitas Sumatera Utara

23

akan terapung diatas lapisan cairan emas, seperti halnya cairan minyak
mengambang diatas lapisan air. Dari sana, perak dipisahkan dari emas, sampai
tidak ada lagi perak yang terapung.
2.6.2. Amalgamasi
Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas dengan cara mencampur
bijih emas dengan merkuri (Hg). Produk yang terbentuk adalah ikatan antara
emas-perak dan merkuri yang dikenal sebagai amalgam (Au-Hg). Merkuri akan
membentuk amalgam dengan semua logam kecuali besi dan platina. Penggunaan
raksa alloy atau amalgam pertama kali pada tahun 1828, meskipun penggunaan
secara luas teknik baru ini dicegah karena sifat air raksa yang beracun. Sekitar
tahun 1895, eksperimen yang dilakukan oleh GV Black menunjukkan bahwa
amalgam aman digunakan, meskipun 100 tahun kemudian ilmuwan masih
diperdebatkannya. Amalgam masih merupakan proses ekstraksi emas yang paling
sederhana dan murah, namun demikian amalgamasi akan efektif pada emas yang
terliberasi sepenuhnya maupun sebagian pada ukuran partikel yang lebih besar
dari 200 mesh (0.074 mm) dan dalam membentuk emas murni yang bebas.
Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya
dipanaskan, maka akan terurai menjadi elemen-elemen yaitu air raksa dan bullion
emas. Amalgam dapat terurai dengan pemanasan di dalam sebuah tabung, air
raksanya akan menguap dan dapat diperoleh kembali dari kondensasi uap air raksa
tersebut. Sementara Au-Ag tetap tertinggal di dalam tabung sebagai logam.

Universitas Sumatera Utara

24

Tahapan amalgamasi secara sederhana sebagai berikut:
1.

Sebelum dilakukan amalgamasi hendaknya dilakukan proses kominusi dan
konsentrasi gravitasi, agar mencapai derajat liberasi yang baik sehingga
permukaan emas tersingkap.

2.

Pada hasil konsentrat akhir yang diperoleh ditambah merkuri (amalgamasi)
dilakukan selama kira-kira 1 jam

3.

Hasil dari proses ini berupa amalgam basah dan tailing. Amalgam basah
kemudian ditampung di dalam suatu tempat yang selanjutnya didulang untuk
pemisahan merkuri dengan amalgam

4.

Terhadap amalgam yang diperoleh dari kegiatan pendulangan kemudian
dilakukan kegiatan pemerasan dengan menggunakan kain parasut untuk
memisahkan merkuri dari amalgam. Merkuri yang diperoleh dapat dipakai
untuk proses amalgamasi selanjutnya. Jumlah merkuri yang tersisa dalam
amalgan tergantung pada seberapa kuat pemerasan yang dilakukan. Amalgam
dengan pemerasan manual akan mengandung 60-70% emas, dan amalgam
yang disaring dengan alat sentrifugal dapat mengandung emas sampai lebih
dari 80%.

5.

Retorting yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan merkuri, sehingga
yang tertinggal berupa alloy emas.
Ekstraksi Amalgamasi yang baik, yaitu:

1.

Lokasi ekstraksi bijih harus terpisah dari lokasi kegiatan penambangan.

2.

Dilakukan pada lokasi khusus baik untuk amalgamasi untuk meminimalkan
penyebab pencemar bahan berbahaya akibat peresapan kedalam tanah,
terbawa aliran air permukaan maupun gas yang terbawa oleh angin.

Universitas Sumatera Utara

25

3.

Dilengkapi dengan kolam pengendap yang berfungsi baik untuk mengolah
seluruh tailing hasil pengolahan sebelum dialirkan ke perairan bebas.

4.

Lokasi pengolahan bijih dan kolam pengendap diusahakan tidak berada pada
daerah banjir.

5.

Hindari pengolahan dan pembuangan tailing langsung ke sungai.
Pertamabangan
emas tradisional

Gunung Berapi , pelapukan batuan

Darat

Limah
merkuri

Laut

Sungai

Udara

Pertanian

Air minum

Hewan

Plankton
bentos

Ikan
Manusia

Gambar 2.2. Perjalanan Merkuri dari Alam Sampai ke Tubuh Manusia
(Widowati, 2008)

Universitas Sumatera Utara

26

2.7. Merkuri
2.7.1. Pengertian Umum
Merkuri (Hg) adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih perak,
serta mudah menguap pada suhu ruangan. Merkuri (Hg) akan memadat pada
tekanan 7.640 Atm. Merkuri (Hg) memiliki nomor atom 80, berat atom 200,59
g/mol, titik beku -39o C, dan titik didih 356,6o C.
Kelimpahan merkuri (Hg) di bumi menempati urutan ke-67 di antara
elemen lainnya pada kerak bumi. Merkuri jarang didapatkan dalam bentuk bebas
di alam, tetapi berupa bijih cinnabar (HgS). Untuk mendapatkan Merkuri dari
cinnabar, dilakukan pemanasan bijih cinnabar di udara sehingga menghasilkan
logam Merkuri (Widowati, 2008).
Dalam keseharian, pemakaian bahan merkuri telah berkembang sangat
luas. Merkuri digunakan dalam bermacam-macam perindustrian, untuk peralatanperalatan elektris, digunakan untuk alat-alat ukur, dalam dunia pertanian dan
keperluan lainnya. Demikian luasnya pemakaian merkuri, mengakibatkan semakin
mudah pula organisme mengalami keracunan merkuri (Palar, 2008).
Dikenal 3 bentuk merkuri, yaitu:
1.

Merkuri elemental: terdapat dalam gelas termometer, tensimeter air raksa,
amalgam gigi, alat elektrik, batu batere dan cat. Juga digunakan sebagai
katalisator dalam produksi soda kaustik dan desinfektan serta untuk produksi
klorin dari sodium klorida.

2.

Merkuri inorganik: dalam bentuk Hg++ (Mercuric) dan Hg+ (Mercurous)
Misalnya:

Universitas Sumatera Utara

27

a.

Merkuri klorida (HgCl2) termasuk bentuk Hg inorganik yang sangat
toksik, kaustik dan digunakan sebagai desinfektan

b.

Mercurous chloride (HgCl) yang digunakan untuk teething powder dan
laksansia (calomel)

c.
3.

Mercurous fulminate yang bersifat mudah terbakar.

Merkuri organik: terdapat dalam beberapa bentuk, antara lain :
a.

Metil merkuri dan etil merkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil
rantai pendek dijumpai sebagai kontaminan logam di lingkungan.
Misalnya memakan ikan yang tercemar zat tersebut dapat menyebabkan
gangguan neurologis dan kongenital.

b.

Merkuri dalam bentuk alkil dan aryl rantai panjang dijumpai sebagai
antiseptik dan fungisida.

2.7.2. Sumber Merkuri
2.7.2.1. Terdapat di Alam
Sebagai hasil tambang, merkuri dijumpai dalam bentuk mineral HgS yang
disebut sinabar (cinnabar). Terdapat sebagai batuan dan lapisan batuan yang
terhampar di Spanyol, Itali, dan bagian Amerika, serta banyak didistribusikan
sebagai batuan, abu, dan larutan.
2.7.2.2. Hasil Aktifitas Manusia
Menurut Widowati (2008) yang mengutip dari Herman (2006), sumber
merkuri dari hasil aktifitas manusia antara lain pembuangan tailing pengolahan
emas tradisional yang diolah secara amalgamasi, dimana merkuri mengalami
perlakuan tertentu berupa putaran, tumbukan, atau gesekan, sehingga sebagian

Universitas Sumatera Utara

28

merkuri akan membentuk amalgam dengan logam-logam (Au, Ag, Pt) dan
sebagian hilang dalam proses.
2.7.3. Kegunaan Merkuri Dalam Kehidupan
Penggunaan merkuri yang terbesar adalah dalam industri klor-alkali,
dimana produksi klorin (Cl2) dan kaustik soda (NaOH) dengan cara elektrolisis
garam NaCl. Kedua bahan ini sangat banyak gunanya sehingga diproduksi dalam
jumlah tinggi setiap tahun. Fungsi merkuri dalam proses ini adalah sebagai katode
dari sel elektrolisis (Kristanto, 2002).
Pada peralatan listrik, merkuri ditemukan pada lampu listrik. Sementara
itu, di laboratorium logam merkuri digunakan sebagai alat ukur. Sebagai contoh
adalah termometer. Dalam pekerjaan laboratorium, banyak pekerja yang
mengalami keracunan merkuri secara kronis. Hal itu terjadi karena uap dari
tumpahan merkuri yang tidak terlihat, sedikit demi sedikit terhirup oleh para
pekerja.
Dalam bidang pertanian, senyawa merkuri banyak digunakan sebagai
fungisida, dimana hal ini menjadi penyebab yang cukup penting dalam peristiwa
keracunan merkuri pada organisme hidup. Karena penyemprotan yang dilakukan
secara terbuka dan luas, maka banyak organisme hidup lainnya yang terkena
senyawa racun tersebut. Sehingga dari penyemprotan fungisida tersebut tidak
hanya membunuh jamur melainkan juga organisme hidup lainnya.
Pada industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa FMA (fenil
merkuri asetat). Pemakaian dari senyawa FMA bertujuan untuk mencegah
pembentukan kapur pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan. Hal

Universitas Sumatera Utara

29

ini menjadi sangat berbahaya, karena kertas seringkali digunakan sebagai alat
pembungkus makanan (Palar, 2008).
2.7.4. Kinetika Merkuri
Secara umum proses terjadinya pencemaran air ini di kelompokkan ke
dalam 2 (dua) kategori, yaitu:
1.

Pencemaran dari sumber-sumber langsung atau (direct contaminant sources)
yaitu buangan (effluent) yang berasal dari sumber pencemar limbah hasil
pabrik atau suatu kegiatan limbah seperti limbah cair domestik serta sampah,
pencemaran terjadi karena buangan ini langsung mengalir ke dalam sistem
pasokan air (urban water supplies sistem), seperti sungai, kanal, parit ataau
sekolah.

2.

Pencemaran yang bersumber dari yang tidak langsung (indirect contaminant
sources) yaitu kontaminan yang masuk dan yang bergerak ke dalam tanah
melalui celah-celah atau pori pori tanah dan batuan akibat adanya
pencemaran pada iar permukaan baik dari limbah industri maupun limbah
domestik (Susanto, 2005).
Biomarker dapat digunakan untuk memperkirakan pajanan (jumlah yang

diabsorpsi atau dosis internal), efek-efek bahan kimia dan kerentanan pada
individu, dan dapat diaplikasikan apakah dari makanan, lingkungan, atau tempat
kerja. Biomarker pajanan yang umum digunakan adalah pemeriksaan kadar Hg
dalam darah, urine, dan rambut. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan kadar
Hg adalah Atomic Absorpion Spectrophotometer (AAS) untuk memeriksa total
merkuri dalam makanan, darah, urine, rambut dan jaringan (Inswiasri, 2008).

Universitas Sumatera Utara

30

2.7.5. Sifat Merkuri
Sifat-sifat kimia dan fisik merkuri membuat logam tersebut banyak
digunakan untuk keperluan kimia dan industri. Beberapa sifat tersebut diantaranya
adalah:
1.

Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu kamar
(25oC) dan mempunyai titik beku terendah dibanding logam lain yaitu -39oC.

2.

Masih berwujud cair pada suhu 396oC. Pada temperatur 396oC ini telah
terjadi pemuaian secara menyeluruh.

3.

Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan
logam lain.

4.

Merkuri dapat larut dalam asam sulfat atau asam nitrit, tetapi tahan terhadap
basa.

5.

Mempunyai volatilitas yang tertinggi dari semua logam.

6.

Ketahanan listrik sangat rendah sehingga merupakan konduktor terbaik
dibanding semua logam lain.

7.

Banyak logam yang dapat larut di dalam merkuri membentuk komponen yang
disebut dengan amalgam.

8.

Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua
makhluk hidup (Kristanto, 2002).

2.7.6. Pencemaran Merkuri di Lingkungan
Secara alamiah, pencemaran oleh merkuri ke lingkungan umumnya berasal
dari kegiatan gunung api, rembesan air tanah yang melewati daerah deposit
merkuri dan lain-lain. Namun demikian, meski sangat banyak sumber keberadaan
merkuri di alam, dan masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan tertentu secara

Universitas Sumatera Utara

31

alamiah, tidaklah menimbulkan efek-efek merugikan bagi lingkungan karena
masih dapat ditolerir oleh alam. Merkuri menjadi bahan pencemar sejak manusia
mengenal industri, kemudian menggali sumber daya alam dan memanfaatkannya
semaksimal mungkin untuk kebutuhannya (Palar, 2008).
Penggunaan merkuri di dalam industri sering mengakibatkan pencemaran
lingkungan, baik melalui air limbah maupun melalui sistem ventilasi udara.
Merkuri yang terbuang ke sungai, pantai atau badan air di sekitar industri-industri
tersebut dapat mengkontaminasi ikan dan makhluk air lainnya, termasuk
ganggang dan tumbuhan air. Ikan-ikan dan hewan air tersebut kemudian
dikonsumsi manusia sehingga manusia terpapar merkuri di dalam tubuhnya. FDA
(Food and Drug Administration) menetapkan batasan kandungan merkuri
maksimum adalah 0,005 ppm untuk makanan, sedangkan WHO (World Health
Organization) menetapkan batasan maksimum untuk air, yaitu 0,001 ppm
(Kristanto, 2002).
2.7.7. Senyawa Merkuri Anorganik
Logam merkuri termasuk ke dalam kelompok merkuri anorganik. Dalam
bentuk logamnya, merkuri berbentuk cair, dan sangat mudah menguap. Uap
merkuri dapat menyebabkan efek samping yang sangat merugikan bagi kesehatan.
Diantara sesama senyawa merkuri anorganik, uap logam merkuri (Hg) merupakan
yang paling berbahaya. Ini disebabkan karena sebagai uap, merkuri tidak terlihat
dan dengan sangat mudah akan terhisap seiring kegiatan pernafasan yang
dilakukan. Pada saat terpapar oleh logam merkuri, sekitar 80% dari logam merkuri
akan terserap oleh alveoli paru-paru dan jalur-jalur pernafasan untuk kemudian
ditransfer ke dalam darah (Palar, 2008).

Universitas Sumatera Utara

32

Pada hewan percobaan seperti kelinci, tikus dan kera, 1% dari jumlah yang
diserap ini akan terakumulasi di otak. Jumlah merkuri yang menumpuk tersebut,
10 kali lebih besar bila dibandingkan dengan senyawa merkuri lain yang masuk
atau dimasukkan ke dalam tubuh dengan dosis yang sama. Selain penumpukan
merkuri terjadi pada otak, logam ini juga terserap dan menumpuk pada ginjal dan
hati. Namun demikian penumpukan yang terjadi pada organ ginjal dan hati masih
dapat dikeluarkan bersama urin dan sebagian akan menumpuk pada empedu.
Selain menumpuk pada organ tubuh tersebut, merkuri juga mampu menembus
membran plasenta (Palar, 2008).
Toksisitas akut dari merkuri anorganik meliputi gejala muntah, kehilangan
kesadaran, sakit abdominal, diare disertai darah dalam feses, albuminuria, anuria,
uraemia, ulserasi, dan stomatitis. Sementara toksisitas kronis dari merkuri
anorganik meliputi gejala gangguan sistem saraf, antara lain tremor, terasa pahit di
mulut, gigi tidak kuat dan rontok, anemia, dan gejala lain berupa kerusakan ginjal,
serta kerusakan mukosa usus (Widowati, 2008).
2.7.8. Senyawa Merkuri Organik
Senyawa-senyawa merkuri organik telah lama akrab dengan kehidupan
manusia.

Yang paling terkenal diantaranya adalah senyawa alkil-merkuri.

Beberapa senyawa alkil-merkuri yang banyak digunakan, terutama di kawasan
negara-negara sedang berkembang adalah metil merkuri khlorida (CH3HgCl) dan
etil khlorida (C2H5HgCl). Senyawa-senyawa tersebut digunakan sebagai pestisida
dalam bidang pertanian.
Sekitar 80% dari peristiwa keracunan merkuri bersumber dari senyawasenyawa alkil-merkuri. Keracunan yang bersumber dari senyawa ini adalah

Universitas Sumatera Utara

33

melalui pernafasan. Peristiwa keracunan melalui jalur pernafasan tersebut
disebabkan karena senyawa-senyawa alkil-merkuri sangat mudah menguap. Uap
merkuri yang masuk bersama jalur pernafasan akan mengisi ruang-ruang dari
paru-paru dan berikatan dengan darah (Palar, 2008).
Waktu paruh dari senyawa alkil-merkuri dalam tubuh adalah 70 hari.
Selanjutnya senyawa alkil-merkuri tersebut dikeluarkan dari dalam tubuh sebagai
hasil samping metabolisme. Akan tetapi, jumlah yang dikeluarkan sangat kecil
jika dibandingkan dengan jumlah uap atau senyawa alkil-merkuri yang masuk ke
dalam tubuh. Diperkirakan jumlah alkil-merkuri yang dikeluarkan sebagai hasil
samping metabolisme tubuh hanyalah 1%, sedangkan sisanya 99% terakumulasi
dalam berbagai organ dalam tubuh (Palar, 2008).
Gejala toksisitas merkuri organik meliputi kerusakan sistem saraf pusat
berupa anoreksia, ataksia, dismetria, gangguan pandangan mata yang bias
mengakibatkan kebutaan, gangguan pendengaran, koma, dan kematian (Widowati,
2008).
2.8. Efek Merkuri pada Manusia
2.8.1. Keracunan akut
Keracunan akut oleh merkuri bisa terjadi pada konsentrasi merkuri (Hg)
uap sebesar 0,5-1,2 mg/m3. Penelitian terhadap kelinci dengan uap merkuri (Hg)
28,8 mg/m3 mengakibatkan kerusakan yang parah pada berbagai organ ginjal, hati,
otak, jantung, paru-paru, dan usus besar. Keracunan akut karena terhirupnya uap
merkuri (Hg) berkonsentrasi tinggi menimpa pekerja dalam industri pengolahan
logam merkuri serta penambangan emas (Widowati, 2008).

Universitas Sumatera Utara

34

Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui
dengan mengamati gejala-gejala berupa iritasi gastrointestinal berupa mual,
muntah, sakit perut dan diare. Keracunan Phenyl mercury (merkuri aromatis)
menimbulkan gejala-gejala gastrointestinal, malaise dan mialgia. Keracunan metil
merkuri menyebabkan efek pada gastrointestinal yang lebih ringan tetapi
menimbulkan toksisitas neurologis yang berat berupa rasa sakit pada bibir, lidah
dan pergerakan (kaki dan tangan), halusinasi, iritabilitas, gangguan tidur, sulit
bicara, kemunduran cara berpikir, reflek tendon yang abnormal, dan pendengaran
rusak (Rianto, 2012)
2.8.2. Keracunan Kronis
Keracunan kronis yang disebabkan oleh merkuri, peristiwa masuknya
sama dengan keracunan akut, yaitu melalui jalur pernafasan dan makanan. Akan
tetapi pada keracunan kronis, jumlah merkuri yang masuk sangat sedikit sehingga
tidak memperlihatkan pengaruh pada tubuh. Namun demikian masuknya merkuri
ini berlangsung secara terus-menerus. Sehingga lama kelamaan, jumlah merkuri
yang masuk dan mengendap dalam tubuh menjadi sangat besar dan melebihi batas
toleransi yang dimiliki tubuh sehingga gejala keracunan mulai terlihat (Palar,
2008).
Pada peristiwa keracunan kronis oleh merkuri, ada dua organ tubuh yang
paling sering mengalami gangguan, yaitu gangguan pada sistem pencernaan dan
sistem saraf. Radang gusi (gingivitis) merupakan gangguan paling umum yang
terjadi pada sistem pencernaan. Gangguan terhadap sistem saraf dapat terjadi
dengan atau tanpa diikuti oleh gangguan pada lambung dan usus. Ada dua bentuk
gejala umum yang dapat dilihat bila korban mengalami gangguan pada sistem

Universitas Sumatera Utara

35

saraf sebagai akibat keracunan kronis merkuri, yaitu tremor (gemetar) ringan dan
parkinsonisme yang juga disertai dengan tremor pada fungsi otot sadar.
Tanda-tanda seseorang penderita keracunan kronis merkuri dapat dilihat
pada organ mata. Biasanya pada lensa mata penderita terdapat warna abu-abu
sampai gelap, atau abu-abu kemerahan, yang hanya dapat dilihat dengan
mikroskop mata. Di samping itu, gejala keracunan kronis merkuri yang lainnya
adalah terjadinya anemia ringan pada darah.
2.9. Pencegahan Pencemaran Merkuri
Untuk mengurangi pencemaran limbah merkuri di daerah pertambangan
emas, dilakukan berbagai cara seperti:
1.

Memilih teknik penggalian yang ramah lingkungan, yaitu menerapkan sistem
pertambangan tertutup sehingga memperkecil keluarnya merkuri dari dalam
tanah.

2.

Menggunakan

teknologi

pemrosesan

batuan

tambang

yang

tidak

menggunakan merkuri, tetapi diganti dengan menggunakan sianida.
Dalam lingkungan yang telah tercemar oleh merkuri, upaya yang
dilakukan adalah penyehatan kembali lingkungan dengan cara:
1.

Memindahkan sedimen yang mengandung merkuri (Hg) tinggi, lalu
melakukan isolasi.

2.

Treatment tanah atau air yang terpolusi secara fisik atau kimiawi.

3.

Imobilisasi dengan memasang batas di daerah yang tercemar.

4.

Remediasi secara biologis atau fitoremidiasi menggunakan tumbuhan yang
mampu menyerap metil merkuri.

Universitas Sumatera Utara

36

Untuk meminimalisasi tingginya tingkat pencemaran merkuri dalam usaha
penambangan emas, dengan membuat bak pengendap yang mampu menampung
material yang tercecer pada saat dan sedang melakukan penggaran di dalam ruang
tertutup atau kedap udara sehingga uap merkuri yang terbentuk bisa dialirkan
masuk ke dalam bak pengendap yang tertutup rapat (Widowati, 2008).
Fitoremidiasi menggunakan tanaman sebagai alat pengolah bahan
pencemar. Tanaman yang tumbuh subur di tanah-tanah dengan kandungan
mineral khas disebut metalokolus atau metalofit. Beberapa tanaman metalofit bisa
digunakan sebagai indikator untuk suatu deposit logam berat di dekat permukaan
tanah sehingga cocok untuk ditanam di daerah pertambangan atau industri. Jenis
tanaman Stelaria setacea( eceng gondok)

tumbuh subur di tanah yang

mengandung merkuri (Hg) (siswoyo 2012).
2.9.1. Penanggulangan Toksisitas Merkuri
Hingga saat ini belum ditemukan obat untuk menangani keracunan kronis
merkuri. Untuk keracunan akut, bisa diberikan BAL (British Anti-Lewisite),
senyawa yang mengandung 2,3-merkapto propanol (H2SC-CSH-CH2OH), atau
Ca-EDTA (kalsium etilendiamin tetra asetat) dan NAP (N-asetil-d, -penicilamin).
Senyawa tersebut akan membentuk kompleks dengan Hg serta meningkatkan
ekskresi Hg melalui urin (Widowati, 2008).

Universitas Sumatera Utara

37

2.10. Kerangka Konsep




Permenkes Republik Indonesia
No. 28 Tahun 2001 Tentang
Pengolahan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
Uji
kualitatif
merkuri
(Laboratorium)

Air sumur gali berdasarkan jarak
dari
pengolahan
limbah
pertambangan emas tradisional
Mulai dari 10 – 99 meter

Ada
kandungan
merkuri
Tidak ada
kandungan
merkuri

Memenuhi
syarat
Tidak
memenuhi
syarat

Ada keluhan
Keluhan Kesehatan
Pada masyarakat
Tidak ada keluhan

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Penambangan Emas Tradisional Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

3 11 100

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sawah Masyarakat Di Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

2 41 136

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Penambangan Emas Tradisional Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

0 0 14

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Penambangan Emas Tradisional Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

0 0 2

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Penambangan Emas Tradisional Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

0 2 7

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Penambangan Emas Tradisional Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

0 0 19

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sawah Masyarakat Di Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

0 0 16

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sawah Masyarakat Di Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

0 0 2

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sawah Masyarakat Di Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

0 0 5

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sawah Masyarakat Di Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

0 0 30