Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Penambangan Emas Tradisional Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

(1)

66

KUESIONER KELUHAN PENELITIAN

A. Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Isilah terlebih dahulu identitas responden dengan lengkap dan jelas 2. Bacalah setiap item pertanyaan dengan teliti

3. Berilah tanda ( √ ) sesuai dengan pengetahuan anda

4. Bapak Ibu/Saudara di harapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang ada

B. Data Umum

1. Nama Responden :

2. Umur : Thn Pendidikan terakhir

a. Tidak sekolah/Tidak tamat SD b. Pendidikan Dasar (SD-SLTP) c. Pendidikan menengah (SLTA) d. Perguruan Tinggi


(2)

C. Data Khusus

1. Darimana anda memperoleh sumber air ? a. Air Sumur Gali

b. Air Sungai c. Ledeng

2. Apakah anda menggunakan Air sumur gali untuk keperluan memasak ? ( ) Ya ( ) Tidak

3. Apakah Anda menggunakan Air sumur gali untuk keperluan sehari-hari ? ( ) Ya ( ) Tidak

4 Sudah berapa lama anda menggunakan air sumur gali untuk kebutuhan sehari-hari ?

a. Di bawah 1 Tahun b. Di atas 1 Thn

5 Apakah ada atau tidak ciri-ciri perubahan fisik seperti bau, perubahan warna, rasa dan kekeruhan air sumur yang saudara pergunakan ?

( ) Ya ( ) Tidak

6 Jika ada perubahan seperti yang di poin pertanyaan no 5 sejak kapan anda rasakan ?

a. Setelah ada Pertambangan b. Sebelum ada Pertambangan

7 Apakah anda mengetahui bagaimana cara untuk meminimalisir kandungan merkuri dalam air sumur gali yang anda pergunakan ?

( ) Ya ( ) Tidak

8 Apakah anda mempunyai mesin penggiling batu emas / galundung ? ( ) Ya ( ) Tidak

9 Jika ada sudah berapa lama mesin galundung anda beroperasi ? a. Di bawah 1 Thn b. Di atas 1 Thn


(3)

68

10 Apakah anda mengetahui dampak terhadap kesehatan apabila limbah Pertambangan Tradisional tidak diolah dengan berwawasan lingkungan ? ( ) Ya ( ) Tidak

11 Sudah pernahkah warga mengalami keluhan seperti dalam tabel ini ?

No Keluhan yang di rasakan Ya Tidak

1. Kulit

a. Kulit menjadi merah b. Gatal-gatal

2. Saraf

a. Kesemutan

b. Gemetaran pada tangan dan kaki c. Sulit konsentrasi

d. Sering gugup e. Mudah lelah 3. Ginjal

a. Sering buang air kecil b. Susah buang air kecil 4. Saluran cerna

a. Gusi bengkak b. Mual

c. Muntah

12 Sudah berapa lama anda mengalami keluhan-keluhan tersebut ?

a. 5 bln c. 13 – 18 bln

b. 6 -12 bln d. 24 bln

13 Kalau anda sudah pernah berobat, apakah gejala penyakit tersebut masih anda rasakan selama menggunakan air sumur gali tersebut ?

( ) Ya ( ) Tidak

14 15.Setelah sembuh apakah anda menggunakan air sumur lagi untuk keperluan sehari-hari ?


(4)

MASTER DATA

No Nama Cara

Keperluan sehari-hari Lama menggunakan Perubahan fisik air Keluhan kesehatan

1 sahroni 1 1 1 1 1

2 samsuddin 1 1 1 1 1

3 asler 1 1 1 1 1

4 irvan 1 1 1 1 1

5 Ompung hormat 1 1 1 1 1

6 syahrial 1 0 1 1 1

7 wardah 1 1 1 1 1

8 nirvana 1 1 1 1 1

9 riswan 1 1 1 1 1

10 parsautan 1 0 1 1 1

11 rozak 1 1 1 1 1

12 parmonangan 1 1 1 1 1

13 kamal 1 1 1 1 1

14 lammasari 1 1 1 1 1

15 mariana 1 1 1 1 1

16 ahmad fatir 1 1 1 1 1

17 sari dewi 1 1 1 1 1

18 pahrur rozi 1 1 1 1 1

19 hairani 1 1 1 1 1

20 ahmad fauzi 1 1 1 1 1

21 sakinah 1 1 1 1 1

22 darman 1 1 1 1 1

23 nurhayani 1 0 1 1 1

24 leman 1 0 1 1 1

25 hnurhamidah 1 1 1 1 1

26 ansari 1 1 1 1 1

27 sukma 1 1 1 1 1

28 marzuki 1 1 1 1 1

29 yani 1 1 1 1 1

30 samsuddin 1 1 1 1 1

31 nurhayati 1 1 1 1 1

32 sabri 1 1 1 1 1

33 evi 1 1 1 1 1

34 irwansyah 1 1 1 1 1

35 darwan 1 1 1 1 1

Jumlah 35 31 32 35 35

Keterangan :

1 = Jawaban yang benar


(5)

70

MASTER TABEL

No Inisial responden Skor pertanyaan Total Pengetahuan JK Pendidikan Umur

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 sahroni 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 0 0 50 Kurang 1 1 18

2 samsuddin 5 0 5 5 0 0 5 5 5 0 5 5 5 0 40 Kurang 1 1 22

3 asler 5 5 5 5 5 0 5 5 0 5 5 5 0 5 55 Kurang 1 1 31

4 irvan 5 5 0 5 5 0 0 0 0 0 5 0 5 5 40 Kurang 1 2 18

5 Ompung hormat 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 65 Cukup 1 1 60

6 syahrial 5 5 5 5 0 5 5 5 5 0 5 5 5 5 65 Cukup 1 1 22

7 wardah 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65 Cukup 2 2 31

8 nirvana 5 5 5 5 5 0 5 0 0 5 5 0 5 5 50 Kurang 2 2 45

9 riswan 5 5 5 0 5 5 0 5 0 5 5 5 5 5 55 Kurang 1 2 50

10 parsautan 5 5 5 5 0 0 0 5 5 5 5 5 0 5 45 Kurang 1 2 59

11 rozak 5 5 5 5 5 0 5 5 0 5 5 5 0 5 55 Kurang 1 2 34

12 parmonangan 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 70 Cukup 1 2 40

13 kamal 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 0 5 5 60 Kurang 1 2 45

14 lammasari 5 0 5 5 0 0 5 5 5 0 5 5 5 0 40 Kurang 2 2 22

15 mariana 5 5 5 5 0 5 5 0 5 0 5 0 5 5 40 Kurang 2 2 34

16 ahmad fatir 5 5 5 0 5 5 0 5 0 5 5 5 5 5 50 Kurang 1 2 40

17 sari dewi 5 5 5 5 5 0 0 0 0 5 5 5 5 0 45 Kurang 2 2 31

18 pahrur rozi 5 0 5 5 5 0 5 5 0 5 5 5 0 5 50 Kurang 1 2 50

19 hairani 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 60 Kurang 2 1 60

20 ahmad fauzi 5 5 5 5 5 0 0 5 0 0 5 5 5 5 50 Kurang 1 1 31

21 sakinah 5 0 5 5 0 0 5 5 5 0 5 5 5 0 40 Kurang 2 3 18

22 darman 5 5 5 5 0 0 5 0 5 0 5 5 0 5 40 Kurang 1 3 22

23 nurhayani 5 5 5 5 0 0 0 5 5 5 5 5 5 5 45 Kurang 2 2 22


(6)

27 sukma 5 5 5 5 0 5 5 0 5 0 5 5 0 5 50 Kurang 2 2 45

28 marzuki 5 5 5 5 5 0 0 5 5 0 5 5 5 0 50 Kurang 1 1 34

29 yani 5 5 5 5 0 0 5 5 5 0 5 5 5 5 50 Kurang 2 1 31

30 samsuddin 5 5 5 5 5 5 5 5 0 0 5 5 0 5 50 Kurang 1 2 59

31 nurhayati 5 5 0 5 5 0 0 5 5 5 5 0 5 0 40 Kurang 2 2 45

32 sabri 5 5 5 5 5 0 5 0 0 5 5 0 5 5 50 Kurang 1 2 40

33 evi 5 5 5 0 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 65 Cukup 2 2 45

34 irwansyah 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 70 Cukup 1 2 33

35 darwan 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 70 Cukup 1 2 50

Keterangan : 1. 1. Total pngetahuan =

5 = Jawan yang benar 0 = Jawaban yang salah 40-60 = Kurang

65-75 = Cukup

80-90 = Baik 2. JK ( jenis kelamin) = 1 = Laki - laki 2 = Perempuan 3. Pendidikan = 1 = SD,SMP 2 = SMA 3 = S1 4. Umur =

1 . 40 - 60 = Kurng 2. 65 -75 = Cukup 3. 80 - 90 = Baik


(7)

72

FOTO DUKUMENTASI

Gambar 1. Pengambilan Sampel Pembuangan Air Limbah Pengolahan Pertambangan Emas Tradisional


(8)

Gambar 3. Tromol/Galundung Alat Penggiling Batu yang Mengandung Emas

Gambar 4. Kondisi Pengolahan Pertambangan Emas Tradisional yang Sangat Dekat dengan Pemukiman/Rumah Warga


(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2009. Manajemen penelitian. Jakarta .Penerit : Rineka Cipta.. Arya, W. W. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta. Penerbit

Andi.

. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta. Penerbit Andi.

Chandra, B. 2007. Pengantar kesehatan Lingkungan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. UI. Pres. Jakarta.

Ependi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kamisius. Yogyakarta.

Entjang. I. 2000. Ilmu Kesehatan Lingkungan. Bandung. PT Citra Aditya Bakti. Harvany Boky, J. M. L. Umboh. B. Ratag. Jurnal Perbedaan Kandungan

Merkuri (Hg) Air Sumur Gali Berdasarkan Jarak Dari Sumber Pencemaran di Wilayah Pertambangan Rakyat Desa Tatela 1, vol 5. No.1 Januari 2015. Diakses pada tanggal 24 Februari 2015.

Inswiarsi. 2008. Paradikma Kejadian Pajanan Merkuri Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 7 No.2 .2008.775-785. Diakses Tanggal 02 Januari 2015. Kemas. A, H. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Susanto, J. P. 2005. Jurnal Analisis Deskripsi Pencemaran Air Sumur Pada

Daerah Industri Pengecoran Logam. Pusat pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan, Diakses pada tanggal 13 Januari 2015.

Suryana H,Rifda Tugas ahir Analisis Kualitas Air Sumur Dangkal Di kecamatan Biringkanayya Kota Makassar Jurusan sipil Tahun 2013

Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Notoatmojo. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta. Rineka. Cipta.

Rianto, S., Setiani, O., Budiono. 2012. Junal kesehatan lingkungan Indonesia vol,11 No.1.2012.4141-887. Di akses tanggal 12 januari 2015


(21)

65

Setiabudi, B. T. 2005. Jurnal Penyearan Merkuri Akibat Usaha Pertambangan Emas di Daerah Sangon, Kabupaten Kulon Progo D.I.Yogyakatra. di akses tgl 10 Februari 2015

Setiabudi, R. 2005. Pengajar Antimikroba dalam Garis Warna, Sulistia G. Editor Farmakologi dan Terapi Edisi 4 Jakarta : Bagian Farmakologi FKUI. hal/ 585-595.

Siswoyo, E. 2011. Pengolahan Air Limbah Laboratorium Dengan Menggunakan Sistem Kombinasi Adsopsi dan Fitoremediasi Yogyakarta: Tesis Universitas Gajah Mada,Diakses pada tanggal 25-April-2015.

Sutrisno, T. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta. Jakarta. Widowati. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui kadar merkuri (Hg) pada air sumur gali masyarakat akibat limbah penambangan emas tradisional di Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada air sumur gali masyarakat Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal. Adapun alasan dipilihnya lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian adalah karena:

1 Di Kecamatan Hutabargot termasuk Desa Saba Padang, banyak terdapat penambangan emas tradisional.

2 Lokasi pemeriksaan sampel air dilakukan di laboratorium Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3 Masyarakat Desa Saba Padang umumnya menggunakan air sumur sebagai sumber air minum dan air bersih.

3.2.2. Waktu Penelitian


(23)

39

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh sumur gali di Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal yang menggunakan air sumur sebagai air minum dan air bersih, dengan jumlah 24 Sumur.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan metode pengambilan sampel secara Purposive Sampling, dimana sebagian anggota populasi menjadi sampel penelitian sehingga teknik pengambilan sampel purposive ini di dasarkan pada pertimbangan peneliti sendiri, adapun sampel dalam penelitian ini di ambil berdasarkan jarak, dengan jarak mulai dari 10m-99m (Notoatmodjo, 2010). 3.4. Objek Penelitian

3.4.1. Air Sumur

Air sumur gali yang dipakai masyarakat Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal sebagai air minum dan air bersih, dengan jarak 10-199 meter dengan jumlah 10 sampel air, yaitu sebanyak 9 sumur warga dan 1 sampel pembuangan dari pertambangan emas tradisional di desa saba padang.

3.4.2. Warga Masyarakat

masyarakat Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal, warga masyarakat yang berumur 18 tahun ke atas sebanyak 9 warga masyarakat yang menggunakan air sumur sebagai air minum dan air bersih dengan jarak 10-100m.


(24)

3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil pengukuran merkuri (Hg) air sumur gali masyarakat yang diukur dilaboratorium dan data keluhan kesehatan diperoleh dengan wawancara dengan masyarakat.

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperoleh dari Kecamatan dan Puskesmas seperti data demografi dan data penyakit di Kecamatan Huta Bargot.

3.6. Pelaksanaan Penelitian

3.6.1. Pengambilan dan Pengiriman Sampel ke Laboratorium 1. Botol mineral digunakan sebagai wadah sampel.

2. Botol yang akan digunakan dibilas terlebih dahulu dengan air sampel. 3. Botol sampel yang terbuat dari plastik dimasukkan ke dalam air sampel. 4. Sampel diambil sampai botol terisi penuh.

5. Botol sampel diberi label. 6. Dan dibawa ke laboratorium.

3.6.2. Pemeriksaan Sampel di Laboratorium 3.6.2.1. Alat dan Bahan

3.6.2.1.1. Alat

1. Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)

2. Pemanas listrik

3. Pipet volume 3, 5, 10, 25 mL 4. Labu ukur 1000 mL


(25)

41

6. Erlenmeyer 250 mL 3.6.2.1.2. Bahan

1. Larutan standar Hg 1000 mg/L 2. Air suling

3. Asam Nitrat 4. Kertas saring 5. Gas argon

3.6.2.2. Persiapan Sampel

3.6.2.2.1. Pengujian Raksa Terlarut

1. Saring sampel sebanyak 50 mL ke dalam Erlenmeyer 250 mL 2. Filtrat hasil saringan siap untuk diuji

3.6.2.2.2. Pengujian Raksa Total

1. Masukkan 50 mL sampel ke dalam Erlenmeyer 250 mL.

2. Tambahkan 5 mL HNO3 pekat dan panaskan perlahan-lahan sampai sisa volumenya 15-20 mL.

3. Tambahkan lagi 5 mL HNO3 pekat, tutup Erlenmeyer dengan kaca arloji dan panaskan lagi.

4. Lanjutkan penambahan asam dan pemanasan sampai semua logam larut, yang terlihat dari warna endapan dalam sampel menjadi agak putih atau sampel menjadi jernih.

5. Tambahkan lagi 2 mL HNO3 pekat dan panaskan kira-kira 10 menit. 6. Bilas kaca arloji dan masukkan air bilasannya ke dalam Erlenmeyer. 7. Sampel siap untuk di uji.


(26)

3.6.2.3. Pembuatan Larutan Baku Raksa 1. Pembuatan Larutan Baku Raksa 5 mg/L

a. Pipet 5 mL larutan baku Hg 1000 mg/L ke dalam labu ukur 1000 mL. b. Tambahkan air suling sampai tepat tanda tera.

2. Pembuatan Larutan Baku Raksa 0.05 mg/L

a. Pipet 10 mL larutan baku Hg 5 mg/L ke dalam labu ukur 1000 mL. b. Tambahkan air suling sampai tepat tanda tera.

3. Pembuatan Larutan Kerja Raksa

a. Pipet 0, 3, 5, 10, 15, 25 ml larutan baku Hg 0.05 mg/L ke dalam labu ukur 1000 mL.

b. Tambahkan air suling sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh kadar raksa 0 ; 0,015 ; 0,025 ; 0,050 ; 0,075 ; 0,125 mg/L.

c. Masukkan masing-masing larutan kerja tersebut ke dalam erlenmeyer 250 ml.

3.6.2.4. Prosedur Analisa dan Pengoprasian Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)

3.6.2.4.1. Prosedur Analisa

1. Atur alat AAS dan optimalkan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat untuk pengujian kadar raksa.

2. Isapkan larutan baku dan larutan sampel satu per satu ke dalam alat AAS melalui pipa injeksi alat.

3. Catat konsentrasi masing-masing sampel yang terbaca di layar computer. 3.6.2.4.2. Pengoperasian Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)

1. Alirkan gas argon, tunggu sekitar 3 menit untuk memastikan aliran sudah stabil.


(27)

43

2. Hidupkan komputer, pilih program AAS Expert.

3. Hidupkan water chiller, tunggu sampai tempratur stabil menunjukkan angka 19-20 ºC.

4. Lakukan kalibrasi panjang gelombang komplit, pilih parameter yang akan diperiksa dan jumlah sampel beserta standar melalui menu yang ada di komputer.

5. Hidupkan plasma, tunggu sekitar 3 menit untuk memastikan plasma sudah stabil.

6. Tekan STAR ANALYSIS.

7. Celupkan slang AAS ke dalam masing-masing larutan sampel sesuai perintah yang muncul di layar komputer.

8. Konsentrasi sampel akan terbaca di layar komputer.

9. Setelah analisis selesai, matikan alat, komputer, dan water chiller. 3.7. Definisi Operasional

1. Air Sumur gali adalah air tanah yang digunakan oleh masyarakat Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot untuk keperluan sehari-hari.

2. Masyarakat Pengguna adalah masyarakat Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot yang menggunakan air sumur gali untuk keperluan sehari-hari. 3. Keluhan Kesehatan adalah keluhan yang dirasakan oleh masyarakat Desa

Saba Padang Kecamatan Huta Bargot akibat menggunakan air sumur untuk keperluan sehari-hari misalnya Perasaan mual pada lambung,terasa gemetaran pada anggota badan seperti lengan dan kaki, dan terasa peka terhadap kulit yang tidak di tutupi (Palar, 2008).


(28)

4. Pemeriksaan Laboratorium adalah pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara untuk mengetahui kadar Hg pada air sumur masyarakat Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).

5. Memenuhi syarat adalah apabila tidak ditemukan merkuri (Hg) di dalam sampel air Sumur Gali atau jumlahnya belum melampaui batas maksimum cemaran logam pada air sumur menurut Permenkes Republik Indonesia No.416 Tahun 1990, standar kandungan merkuri di dalam air yang aman adalah 0,001 mg/L.

6. Tidak memenuhi syarat adalah apabila ditemukan merkuri (Hg) di dalam sampel air atau jumlahnya melampaui batas maksimum cemaran logam pada air sumur Gali menurut Permenkes Republik Indonesia No.416 Tahun 1990, standar kandungan merkuri di dalam air yang aman adalah 0,001 mg/L. 3.8.Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan program komputer kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Data dari hasil penelitian yang di dapat melalui uji laboratorium dibandingkan dengan baku mutu yang ada. Hasil pemeriksaan air sumur Gali di laboratorium dibandingkan dengan Permenkes RI No. 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Apabila kandungan merkuri di dalam air sumur

masyarakat > 0,001 mg/L maka air tersebut tidak memenuhi syarat, dan apabila kandungan merkuri ≤ 0,001 mg/L maka air tersebut dikatakan memenuhi syarat.


(29)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Huta Bargot merupakan pemekaran dari Kecamatan Panyabungan Utara setelah diterbitkannya Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2013 dengan ibukota kecamatan adalah Desa Bangun Sejati. Kecamatan Huta Bargot memiliki luas wilayah ± 116,21 Km2 atau 116,20km² dengan topografi dataran bergelombang sampai berbukit (Profil Kecamatan Pemekaran di Kabupaten Mandailing Natal, 2014).

Kecamatan Huta Bargot memiliki 14 desa dengan luas wilayah masing-masing diuraikan sebagai berikut :

1. Huta Bargot Dolok ± 1 871,92 Ha 2. Huta Bargot Nauli ± 3 409,05 Ha 3. Pasar Huta Bargot ± 109,76 Ha 4. Bangun Sejati ± 159,65 Ha 5. Huta Bargot Lombang ± 127,07 Ha 6. Huta Bargot Setia ± 1 137,18 Ha

7. Mondan ± 227,60 Ha

8. Sayur Maincat ± 1 385,24 Ha

9. Simalagi ± 1 704,52 Ha

10. Hutarimbaru ± 109,76 Ha

11. Kumpulan Setia ± 159,62 Ha 12. Hutanaingkan ± 109,76 Ha


(30)

4.1.1. Geografi

Batas wilayah Kecamatan Huta Bargot adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Kecamatan Naga Juang

b. Sebelah Selatan : Kecamatan Panyabungan Barat c. Sebelah Barat : Kecamatan Muara Batang Gadis d. Sebelah Timur : Kecamatan Panyabungan

Kecamatan Panyabungan Utara

Ketinggian tanah dari permukaan laut bervariasi yaitu disebelah timur dengan ketinggian 100-500 meter diatas permukaan laut seluas ± 4.798,56 Ha dan merupakan daerah pemukiman, ketinggian 500-1000 meter diatas permukaan laut dengan luas ± 5.596,32 Ha dan ketinggian > 1000 meter diatas permukaan laut terletak disebelah barat dengan luas ± 1.226,10 Ha (Profil Kecamatan Pemekaran di Kabupaten Mandailing Natal, 2014).

4.1.2. Gambaran Kependudukan

Dari data yang diperoleh dari kantor Camat Huta Bargot yaitu data penduduk tahun 2014 adalah sebagai berikut :


(31)

47

Tabel 4.1.3. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Huta Bargot Tahun 2015

No Desa Jumlah

Laki-laki Jumlah Perempuan Jumlah Jiwa Jumlah KK

1 Huta Bargot Dolok 264 296 560 147

2 Huta Bargot Nauli 467 510 977 253

3 Pasar Huta Bargot 226 256 482 130

4 Bangun Sejati 202 201 403 113

5 Huta Bargot Lombang 338 372 710 188

6 Huta Bargot Setia 98 114 212 58

7 Mondan 183 176 362 89

8 Sayur Maincat 203 248 451 113

9 Simalagi 141 143 284 82

10 Huta Rimbaru 145 159 304 74

11 Kumpulan Setia 171 170 341 86

12 Huta Naingkan 83 92 175 40

13 Binanga 149 193 342 85

14 Saba Padang 95 106 201 46

Jumlah 2.765 3.039 5.804 1.504

Sumber : Kecamatan Huta Bargot Dalam Angka Tahun 2014

Berdasarkan Tabel 4.1.3. diketahui bahwa jumlah penduduk Kecamatan Huta Bargot adalah sebanyak 1.504 kepala keluarga atau 5.804 jiwa, yang terdiri atas 3.039 Perempuan dan 2.765 Laki laki.

Tabel 4.2. Distribusi 10 Penyakit Terbesar di Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Bulan Januari 2015

No Penyakit Jumlah Penderita

1 ISPA 47

2 Diare 31

3 Malaria Lab.RDT 19 4 Malaria Klinis 19 5 Dermatitis 13 6 TB Paru 6

7 HT 5

8 RA 5

9 Varisella 5 10 Gingivitis 4

Sumber : Data Puskesmas Huta Bargot 2014


(32)

4.3. Hasil Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal terhadap kadar merkuri (Hg) air sumur Gali masyarakat keluhan kesehatan akibat adanya penambangan emas tradisional. 4.3.1. Karakteristik Penduduk Desa Saba Padang Berdasarkan Kuesioner 4.3.1.1. Distribusi Responden Berdasarkan Cara Memperoleh Sumber Air

yang Digunakan Untuk Keperluan Sehari-hari di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Tahun 2015

Berdasarkan hasil dari responden yang peneliti peroleh bahwa 100% masyarakat memperoleh sumber air untuk keperluan sehari-hari dari air sumur gali masyarakat di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal.

4.3.1.2. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Sumber Air Sumur Gali Untuk Keperluan Sehari-hari di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Tahun 2015

Berdasarkan dari hasil responden yang peneliti peroleh bahwa 100% responden menggunakan sumber air sumur gali untuk keperluan mandi, cuci, dan minum di Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal.

4.3.1.3. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menggunakan Sumber Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Saba Padang Tahun 2015

Berdasarkan dari hasil responden yang peneliti peroleh bahwa seluruh responden 100% menggunakan sumber air sumur gali di Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailingg Natal.


(33)

49

4.3.1.4. Distribusi Responden Berdasarkan Ciri-Ciri Perubahan Fisik Air Seperti Bau, Perubahan Warna, Rasa dan kekeruhan Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Saba Padang Tahun 2015

Berdasarkan dari hasil responden yang peneliti peroleh bahwa seluruh responden 100% tidak ada merasakan perubahan fisik air seperti bau, perubahan warna, rasa dan kekeruhan air sumur gali masyarakat di Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailingg Natal.

4.3.1.5. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Kesehatan yang Dirasakan Karena Menggunakan Sumber Air Sumur Gali di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Tahun 2015

Berdasarkan dari hasil responden yang peneliti peroleh bahwa seluruh responden 100% tidak pernah merasakan keluhan kesehatan karena menggunakan sumber air sumur gali di Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailingg Natal.

4.4. Hasil Pemeriksaan Kandungan Merkuri (Hg) Pada Bak Penampungan Air Limbah Pertambangan Emas Tradisional dan Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

Pemeriksaan Kandungan Merkuri (Hg) pada bak penampungan pengolahan emas tradisional dan air sumur masyarakat dilakukan dilaboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil pemeriksaan dilaboratorium 1 Sampel air limbah/ pembuangan dari pengolahan Emas tradisional diperoleh kandungan merkurinya (Hg) yaitu 0,01736 mg/L, dan hasil pemeriksaan dilaboratorium pada 9 sampel air sumur masyarakat diperoleh bahwa kandungan merkuri terendah terdapat pada sumur 9 yaitu 0,00001 mg/l dan kadar merkuri tertinggi terdapat pada sumur 8 yaitu 0,00093 mg/l. Hasil pemeriksaan pada bak penampungan air limbah dan air


(34)

Tabel 4.4.1. Kandungan Merkuri (Hg) Pada Bak Pembuangan Air Limbah Pertambangan Emas Tradisional di Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kaupaten Mandailing Natal Tahun 2015

No. Lokasi (Koordinat)

Jarak Sumur Ke Pengolahan PETI (M) Baku Mutu (mg/l) Merkuri

(mg/L) Keterangan 1 3º 099º LU 30 12,4 BT 5 0,001 0.01736 Tdk memenuhi syarat

Tabel 4.4.2. Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sumur Masyarakat di Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

No. Lokasi (Koordinat)

Jarak Sumur Ke Pengolahan PETI (M) Baku Mutu (mg/l) Merkuri

(mg/L) Keterangan 1 3º 099º LU 30 13,0 BT 10 0,001 0.0005 Memenuhi syarat 2 3º 099º LU 30 10,2 BT 16 0,001 0.0007 Memenuhi syarat 3 3º 099º LU 30 11,5 BT 35 0,001 0.00071 Memenuhi syarat 4 3º 099º LU 30 13,1 BT 44 0,001 0.00013 Memenuhi syarat 5 3º 099º LU 30 10,1 BT 64 0,001 0.00065 Memenuhi syarat 6 3º 099º LU 30 11,8 BT 66 0,001 0.00048 Memenuhi syarat 7 3º 099º LU 30 12,4 BT 70 0,001 0.00022 Memenuhi syarat 8 3º 099º LU 30 12,4 BT 84 0,001 0.00093 Memenuhi syarat 9 3º 099º LU 30 14,0 BT 99 0,001 0.00001 Memenuhi syarat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jarak dari lokasi pengolahan pertambangan emas tradisional menentukan tingkat konsentrasi Hg yang terakumulasi dari dalam air sumur, dimana semakin dekat jarak dan lokasi pengolahan pertambangan maka semakin lebih tinggi pula konsentrasinya dibandingkan dengan lokasi yang berada jauh dari tempat pengolahan pertambangan emas tradisional.

4.5. Proses Pengolahan Pertambangan Emas Tradisional

Penambangan emas tradisional di Desa Saba padang telah berkembang selama 6 tahun terakhir. Kegiatan proses penambangan emas diawali dengan penggalian batuan yang diperkirakan mengandung emas. Penggalian batuan


(35)

51

dilakukan didaerah perbukitan di Desa Huta Bargot Nauli dengan membuat lobang atau terowongan. Batuan-batuan tersebut dibungkus dalam karung hingga penuh. Kemudian, batuan tersebut dibawa untuk diolah di Desa Saba Padang.

Proses pengolahan dimulai dengan penghancuran batuan. Batuan dihancurkan sampai berbentuk kerikil kecil berukuran kira-kira 1-2 cm. Selanjutnya setelah batuan tersebut berbentuk kerikil, dimasukkan ke dalam karung. Pengolahan emas menggunakan teknik amalgamasi. Pertama-tama gelundung (mesin penghancur batu mengandung emas) dibuka tutupnya. Masukkan air, batuan kerikil, dan merkuri. Di dalam gelundung terdapat 3-5 batang besi untuk menghancurkan batuan kerikil. Kemudian mesin dinyalakan dan tekan tombol untuk menghidupkan gelundung. Proses untuk menghancurkan batuan tersebut berlangsung selama 4-5 jam.

Setelah 4-5 jam, mesin gelundung dimatikan dan tutup gelundung dibuka. Hasil pengolahan terdiri dari air buangan yang mengandung merkuri, lumpur, sisa batuan yang tidak hancur sempurna, dan amalgam (ikatan emas-perak dan merkuri). Air buangan dan lumpur akan dialirkan ke lubang penampungan, sementara sisa batuan yang tidak hancur sempurna ditampung untuk diolah kembali. Kemudian dilakukan penyaringan untuk memisahkan merkuri dengan amalgam. Penyaringan dilakukan dengan pemerasan menggunakan kain parasut. Kemudian amalgam dan merkuri akan terpisah. Merkuri akan digunakan kembali untuk pengolahan berikutnya. Sementara amalgam akan dibakar untuk menguapkan merkuri sehingga tertinggal emas dengan konsentrasi tertentu.


(36)

untuk membentuk amalgam dengan media air dalam tabung yang disebut gelundung. Selanjutnya emas dipisahkan dengan proses penggarangan sampai didapatkan logam paduan emas dan perak (bullion).

Menurut Widodo (2008), proses pengolahan emas dengan metode amalgamasi ini merupakan salah satu penyebab pencemaran merkuri. Proses amalgamasi dilakukan dengan pengikatan logam emas dari bijih tersebut dengan menggunakan merkuri (Hg) dalam tabung yang disebut gelundung (amalgamator). Gelundung selain berfungsi sebagai tempat proses amalgamasi juga berperan dalam mereduksi ukuran butir bijih dari yang kasar menjadi lebih halus. Hasil amalgamasi selanjutnya dilakukan pencucian dan pendulangan untuk memisahkan amalgam dari ampas (tailing). Amalgam yang diperoleh diproses melalui pembakaran (penggebosan) untuk memperoleh perpaduan logam emas-perak (bullion).

Ada 3 jenis limbah utama pertambangan emas. Pertama adalah batuan limbah yaitu batuan permukaan atas yang dikupas untuk mendapatkan batuan bijih atau batuan yang mengandung emas. Selanjutnya ada tailing bijih emas yang sudah diambil emasnya menggunakan merkuri dan tailing berbentuk lumpur yang mengandung logam berat.

Untuk penanganan limbah (tailing) penambangan emas tradisional dapat diusahakan dengan:

1. Air limbah dari proses pemisahan emas diperlukan proses pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan. Salah satu rangkaian proses sederhana yang diperlukan untuk penurunan kadar merkuri adalah berupa proses koagulasi,


(37)

53

sedimentasi, dan filtrasi. Menurut Supriadi (2010), dari rangkaian proses tersebut dapat menurunkan kadar merkuri sebesar 20-90 %.

2. Pada proses pemanasan/pemijaran campuran biji emas dengan air raksa akan menguapkan air raksa yang ada, sehingga kegiatan ini harus dilakukan jauh dari pemukiman penduduk, dan dalam pelaksanaannya harus memperhatikan arah angin (Supriadi, 2010).

3. Menggunakan bioabsorber. Secara teknis dapat dilakukan dengan membuat embung/waduk kecil sebelum pembuangan akhir (badan air). Embung tersebut harus dijadikan sebagai muara buangan air limbah pertambangan rakyat sehingga terkonsentrasi pada satu tempat. Pada embung tersebut ditumbuhkan eceng gondok yang akan mengadsorpsi logam berat yang terlarut didalamnya. Sebagai pengolahan akhir sebelum dibuang ke pembuangan air dapat digunakan saringan karbon aktif untuk mengadsorbsi kandungan sisa yang belum dapat diikat/diabsorbsi oleh eceng gondok (Bilad, 2009).


(38)

5.1. Kandungan Merkuri (Hg) Pada Bak Penampungan Pengolahan Penambangan Emas Trdisional dan Air Sumur Masyarakat di Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal

Desa Saba Padang merupakan salah satu Desa di Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal yang sebahagian besar mata pencaharian penduduknya sehari-hari menambang emas dengan cara tradisional, dengan Adanya penambangan emas tradisional di Desa Saba Padang ini memberi lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Namun disamping memberi dampak positif berupa meningkatnya perekonomian, penambangan emas tradisional juga memberi dampak negatif, yaitu diperkirakan tercemarnya sumber air minum dan air bersih di Desa Saba Padang karena lokasi pengolahan penambangan emas tradisional tersebut terletak disekitar pemukiman masyarakat setempat.

5.1.1. Kandungan Merkuri Pada Bak Penampungan Pengolahan Pertambangan Emas Tradisional di Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal

Pemeriksaan dilaboratorium terhadap kadar merkuri (Hg) pada sampel pembuangan air limbah pengolahan emas tradisional sangat tinggi yaitu 0,01736 mg/l sedangkan ambang batas yang diperbolehkan yaitu 0,001 mg/l.

Adapun penyebab tingginya kandungan Merkuri didalam bak penampungan pengolahan pertambangan emas tradisional adalah dikarenakan bak penampungan tersebut dipungsikan untuk tempat pengendapan cairan merkuri


(39)

55

yang telah bergabung dengan limbah yang dihasilkan oleh pertambangan tersebut sebelum dibuang ke lingkungan atau ke badan air.

Air limbah dari proses pemisahan emas diperlukan proses pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan. Salah satu rangkaian proses sederhana yang diperlukan untuk penurunan kadar merkuri adalah berupa proses koagulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Menurut Supriadi (2010), dari rangkaian proses tersebut dapat menurunkan kadar merkuri sebesar 20-90 %.

5.1.2. Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Saba Padang Kecamatan Huta Barhot Kabupaten Mandailing Natal

Pemeriksaan dilaboratorium terhadap kadar merkuri (Hg) pada air sumur masyarakat di Desa Saba Padang sangat rendah yaitu dibawah ambang batas yaitu 0,00001 mg/l, sedangkan ambang batas yang diperbolehkan yaitu 0,001 mg/l.

Pengambilan sampel yang dilakukan pada air sumur gali masyarakat mulai dari jarak 10-99 meter masih memenuhi syarat berdasarkan Permenkes No.82 Tahun 2001 Tentang pengolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran Air, sedangkan sampel pada pembuangan air limbah dengan jarak pengambilan sampel dari pengolahan emas tradisional yaitu 5 Meter dan hasil menunjukkan kandungan merkurinya sangat tinggi dan menurut permenkes no 82 tahun 2001 tentang pngolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran air tidak memenuhi syarat untuk dibuang ke lingkungan atau dibuang ke badan air.

Nilai Ambang Batas (NAB) kadar merkuri berdasarkan PP. No,28 tahun 2001 yaitu 0,001 mg/l, maka air sumur Masyarakat Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal masih layak dikonsumsi karena masih


(40)

5.1.3. Karakteristik Sumur Gali Masyarakat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jarak dari lokasi pengolahan pertambangan emas tradisional menentukan tingkat konsentrasi (Hg) yang terakumulasi dari dalam air sumur, dimana semakin dekat jarak dan lokasi pengolahan pertambangan maka semakin lebih tinggi pula konsentrasinya jika dibandingkan dengan lokasi yang berada jauh dari tempat pengolahan pertambangan emas tradisional.

Di Desa Saba Padang terdapat tanah jenis lanau (debu) yang memiliki pori-pori tanah sedang dan permeabilitas yang sedang. Ini menyebabkan merkuri yang mengalir didalam tanah sebagian akan tertahan ditanah, sehingga tidak semua merkuri akan merembes ke dalam air sumur masyarakat.

Menurut Hanafiah (2005), tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar), tanah yang didominasi debu (lanau) akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang), dan yang didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil). Tanah lanau adalah butiran penyusun tanah yang berukuran diantara pasir dan liat (Wikipedia).

Menurut Hanafiah (2005), dominasi fraksi debu ditanah akan menyebabkan terbentuknya pori-pori meso (sedang) sehingga cakupannya cukup luas dan menghasilkan daya serap terhadap air yang cukup kuat. Hal ini menyebabkan air dan udara cukup mudah masuk dan keluar tanah, dan sebagian air akan tertahan.

Tanah berjenis lanau memiliki permeabilitas (kemampuan tanah untuk dapat dilalui air) yang sedang, yaitu memiliki daya serap 2,0-6,5 cm/jam. Artinya, dalam 1 jam kedalaman serapan air ditanah yaitu 2,0-6,5 cm.


(41)

57

Menurut Subanri (2008), kemiringan tanah juga berpengaruh terhadap pengendapan kadar merkuri didalam air, kemiringan yang cukup besar akan mengakibatkan terjadinya aliran air turbulen, sedangkan aliran yang kecil akan mengakibatkan aliran sungai menjadi luminer. Jenis aliran akan berpengaruh terhadap proses pengendapan merkuri pada air, aliran air yang cenderung datar dan rendahnya kecepatan aliran sungai akan mengakibatkan lumpur dan sedimen.

Salah satu yang mempengaruhi kualitas air sumur adalah jarak terhadap sumber pencemar. Menurut Sirait (2010), dikutip dari Harvany Boky menyebutkan bahwa pencemaran sumur gali dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kondisi geografis, hidrogeologi, topografi tanah, musim, aliran air tanah dan kontruksi bangunan fisik sumur gali. Menurut Entjang (2000), jarak sumber pencemaran bahan kimia terhadap air sumur yang diperbolehkan adalah 200 meter. Di Desa Saba Padang masih ada sebagian sumur masyarakat yang jaraknya <200 meter dari lokasai pengolahan emas tradisional. Tetapi air sumur warga masih aman dalam batas aman untuk dipergunakan untuk keperluan sehari-hari. Hal ini disebabkan seluruh sumur memiliki dinding yang berbahan beton yang kedap air sedalam 3 meter sehingga mengurangi pencemaran terhadap air bersih. Menurut Chandra (2007), dinding sumur gali yang memenuhi persyaratan sanitasi adalah dinding sumur yang berbahan kedap air, tujuannya sebagai proteksi/pelindung terhadap bakteri-bakteri patogen maupun non-patogen yang ada dalam tanah, sehingga kualitas air dapat terjaga dan tidak tercemar.

Secara alamiah, merkuri ada didalam tanah karena adanya kegiatan gunung berapi dan pelapukan batuan. Apabila merkuri tersebut masuk ke dalam


(42)

dapat ditolerir oleh alam (Palar, 2008). Namun karena adanya penambangan emas tradisional yang membuang limbah merkuri, maka akan memperkuat adanya pencemaran merkuri tersebut terhadap air sumur masyarakat.

Dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun 2008 Tentang Pedoman Teknis Pencegahan Pencemaran Atau Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Penambangan Emas Rakyat, disebutkan bahwa kegiatan penambangan harus membatasi laju pembukaan lahan. Namun kenyataannya pengolahan penambangan emas tradisional sudah berada ditengah-tengah pemukiman warga, bahkan dipekarangan rumah warga. Hal ini menyebabkan pencemaran air tanah yang merupakan sumber air yang digunakan masyarakat.

Metil-merkuri merupakan bentuk merkuri yang paling beracun. Dalam WHO (1989), disebutkan bahwa merkuri dialam umumnya terdapat sebagai metil-merkuri, yaitu bentuk senyawa organik dengan daya racun tinggi dan sukar terurai dibandingkan zat asalnya. Pada tragedi Minamata di Jepang, Industri Kimia Chisso menggunakan merkuri khlorida (HgCl2) sebagai katalisator dalam memproduksi asetaldehid sintesis dimana setiap memproduksi satu ton asetaldehid menghasilkan limbah antara 30-100 gram merkuri dalam bentuk metal merkuri yang dibuang ke Teluk Minamata. Sehingga ikan yang berada dalam perairan tersebut mengandung 27-102 ppm, sedangkan batasan kandungan merkuri maksimum pada ikan menurut Food and Drug Administration (FDA) adalah 0,5 ppm.


(43)

59

Limbah logam berat yang dibuang ke perairan laut, sering bersifat kronis (subletal) dan tidak menyebabkan kematian biota laut secara langsung. Pengaruh toksisitas kronis jarang terpantau oleh manusia, karena pengaruh baru muncul setelah beberapa tahun kemudian. Menurut Food and Drug Administration (FDA), kadar total merkuri di alam secara normal adalah 20-625 ppb.

5.3. Keluhan Kesehatan Masyarakat di Desa Saba Padang

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan pada 24 kepala keluarga (KK) di Desa Saba Padang diperoleh data bahwa seluruh kepala keluarga tidak ada yang merasakan keluhan kesehatan yang diakibatkan oleh penggunaan sumber air tersebut. Hal ini disebabkan karena sampai saat ini air yang dipergunakan /dikomsumsi oleh masyarakat sehari-hari masih aman dan masih dibawah baku mutu yang telah ditetapkan oleh PERMENKES RI No.28 Tahun 2001.

Penambangan emas tradisional yang berkembang di Desa Saba Padang masih sekitar 6 tahun, Jika penambangan emas tradisional ini berjalan dalam waktu ±10 tahun, besar kemungkinan akan berdampak terhadap kesehatan masyarakat di Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal.

Berdasarkan ATSDR (1999), faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terkena dampak merkuri meliputi dosis (berapa banyak) dan durasi (berapa lama) terpapar merkuri tersebut. Menurut Connell dan Miller (1990) dan Lu (1995), pengaruh toksisitas logam berat pada manusia terjadi dalam kurun waktu >10 tahun, relatif lebih lama dibandingkan terhadap biota laut.


(44)

yang telah terkontaminasi oleh merkuri. Menurut palar (2008), Pencemaran dapat dari industri,pertambangan domestik maupun sumber alami dari batuan dan pada akhirnya sampai ke sungai, laut yang selanjutnya mencemari manusia melalui ikan, air minum,atau air sumber irigasi lahan pertanian, sehingga tanaman sebagai sumber pangan manusia tercemar. Suatu tatanan lingkungan hidup bisa tercemar atau dapat rusak disebabkan oleh banyak hal yang paling utama yang menjadi penyebabanya adalah limbah, antara lain limbah kimia yang mengandung bahan toksik seperti logam berat. Menurut Setiabudi (2005), lingkungan yang terkontaminasi oleh merkuri dapat membahayakan kehidupan manusia karena adanya rantai makanan. Merkuri terakumulasi dalam mikroorganisme yang hidup didalam air melalui proses metabolisme. Bahan-bahan yang mengandung merkuri yang terbuang ke dalam tanah atau laut dimakan oleh mikroorganisme tersebut dan secara kimiawi berubah menjadi senyawa metil-merkuri. Mikroorganisme dimakan ikan sehingga metil-merkuri terakumulasi dalam jaringan tubuh ikan. Ikan kecil menjadi rantai makanan ikan besar dan akhirnya dikonsumsi oleh manusia.


(45)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penambangan emas tradisional di Desa Saba Padang menggunakan teknik amalgamasi.

2. Kandungan merkuri (Hg) pada bak penampungan air limbah pengolahan pertambangan emas tradisional adalah 0,01736 mg/l.

3. Kandungan merkuri (Hg) pada air sumur gali masyarakat Desa Saba Padang memenuhi syarat menurut permenkes No.28 Tahun 2001 dengan baku mutu 0,001 mg/l. kandungan merkuri terendah adalah 0,00001 mg/l dan kandungan merkuri tertingi pada sampel air sumur 8 yaitu 0,00093 mg/l.

4. Tidak ada keluhan kesehatan pada Masyarakat Desa Saba Padang yang menggunakan air sumur gali sebagai keperluan sehari-hari dikarenakan air sumur yang dikonsumsi masyarakat Desa Saba Padang masih aman dan bisa dikonsumsi karena masih dibawah baku mutu yang ditetapkan oleh PERMENKES RI No.28 Tahun 2001.


(46)

6.2. Saran

1. Kepada para penambang emas yang beroperasi disekitar pemukiman masyarakat, agar mengindahkan Peraturan/UU yang telah ditetapkan oleh pemerintah agar masyarakat desa Saba Padang sehat dan sejahtera.

2. Kepada Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal diharapkan agar melakukan pemantauan aktifitas penambangan emas tradisional, dan melakukan penyuluhan kepada para penambang agar melakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum membuang limbah yang mengandung merkuri ke lingkungan ataupun kebadan air.

3. Kepada para penambang emas yang beroperasi disekitar pemukiman masyarakat dan yang jaraknya dekat kebadan air agar membuat bak penampungan air limbah minimalnya 1 bak penampungan sebelum dibuang kelingkungan atau kebadan air untuk mengurangi kandungan merkuri (Hg) didalam limbah yang dihasilkan pengolahan pertambangan emas tersebut. 4. Kepada para penambang emas yang beroperasi disekitar pemukiman

masyarakat, agar memperhatikan jarak pengolahan emas tradisional terhadap pemukiman masyarakat minimal jaraknya 200 meter agar mengurangi kontaminasi dari air limbah seperti merkuri (Hg) yang dihasilkan oleh pertambangan tersebut yang nantinya bisa mencemari air sumur gali masyarakat setempat.

5. Sampai saat ini air sumur gali masih aman dan bisa dikonsumsi oleh masyarakat Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot, akan tetapi disarankan jangan terus menerus karena infiltrasi didalam tanah.


(47)

63

6. Memberi masukan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan pemeriksaan terhadap akumulasi merkuri pada penambang dan masyarakat sekitar penambangan emas tradisional.


(48)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Air Bersih

Berdasarkan Permenkes RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. air bersih adalah sebagai berikut: “Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat dan dapat diminum langsung. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak”.

2.1.1 Sumber Air

Sumber-sumber air dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Air Laut

Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk menjadi air minum (Sutrisno, 2004).

2. Air Angkasa

Air angkasa (hujan) merupakan penyubliman uap air menjadi air murni (H2O). Air murni ini sewaktu turun ke bumi melalui udara akan dapat melarutkan benda-benda yang ada di udara, di antaranya (O2, CO2, N2, dan lain-lain), jasad-jasad renik dan debu. Air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur, sehingga akan mempercepat terjadinya korosi (karatan). Selain itu, air hujan bersifat lunak atau kurang mengandung larutan garam dan mineral sehingga terasa kurang segar dan boros terhadap pemakaian sabun (Notoatmodjo, 2007).


(49)

9

3. Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Dibandingkan dengan sumber-sumber air lainnya, air permukaan mudah sekali mengalami pencemaran. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pencemaran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya.

Air permukaan ada 2 (dua) macam, yaitu air sungai dan air rawa/danau. a. Air Sungai

Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.

b. Air Rawa/Danau

Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat. Dengan adanya pembusukan kadar zat organik tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur Fe dan Mn ini akan larut (Sutrisno, 2004).

4. Air Tanah

Air tanah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: a. Air tanah dangkal


(50)

jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah di sini berfungsi sebagai saringan. Disamping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air yang akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal.

Air tanah dangkal ini dapat pada kedalaman 15,00 m. Sebagai sumur air minum, air tanah ini ditinjau dari segi kualitas agak baik. Jika dilihat dari segi kuantitas, air tanah kurang cukup dan tergantung pada musim.

b. Air tanah dalam

Terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara 100-300 m) akan didapatkan suatu lapis air.

Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur ke luar dan dalam keadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur artesis. Jika air tidak dapat ke luar dengan sendirinya, maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini.

Pada umumya kualitas air sumur dalam lebih baik dari air dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Susunan unsur-unsur kimia tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Jika melalui tanah kapur, maka air itu akan menjadi sadah, karena mengandung Ca (HCO3)2 dan Mg


(51)

11

(HCO3)2. Jika melalui batuan granit, maka air itu lunak dan agresif karena mengandung gas CO2 dan Mn (HCO3).

c. Mata air

Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas/ kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam (Sutrisno, 2004).

2.2. Syarat Air Bersih

Berdasarkan Permenkes RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengolahan Kualitas air dan pengendalian pencemaran air syarat-syarat pengawasan kualitas air, syarat-syarat air bersih antara lain:

1. Persyaratan Biologis

Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung mikroorganisme yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia. Mikroorganisme itu dapat dibagi dalam empat bagian, yaitu parasit, bakteri, virus, dan kuman. Dari keempat jenis mikroorganisme tersebut umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah bakteri seperti Eschericia coli.

2. Persyaratan Fisik

Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, dan bau. Aspek fisik ini selain penting untuk aspek kesehatan langsung yang terkait dengan kualitas fisik seperti suhu dan keasaman, tetapi juga penting untuk menjadi indikator tidak langsung pada persyaratan biologis dan kimia, seperti warna air dan bau.

3. Persyaratan Kimia


(52)

dengan proses biokimiawi tubuh. Bahan kimia seperti nitrat, arsenik, dan berbagai macam logam berat khususnya air raksa, timah hitam, dan kadmium dapat menjadi gangguan pada tubuh dan berubah menjadi racun.

4. Persyaratan Radioaktif

Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda, dan pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor nuklir. 2.2.1. Sumber Pencemaran Air

Menurut Mukono (2006), beberapa sumber pencemaran air yaitu: 1. Domestik (Rumah Tangga)

Yaitu berasal dari pembuangan air kotor dari kamar mandi, kakus dan dapur. 2. Industri

Jenis polutan yang dihasilkan oleh industri sangat tergantung pada jenis industrinya sendiri, sehingga jenis polutan yang dapat mencemari air tergantung pada bahan baku, proses industri, bahan bakar dan sistem pengelolaan limbah cair yang digunakan dalam industri tersebut.

Secara umum jenis polutan air dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Fisik

Pasir atau lumpur yang tercampur dalam limbah air. b. Kimia

Bahan pencemar yang berbahaya antara lain merkuri (Hg), Cadmium (Cd), Timbal (Pb), pestisida dan jenis logam berat lainnya.


(53)

13

c. Mikrobiologi

Berbagai macam bakteri, virus, parasit, dan lain-lainnya. Misalnya yang berasal dari pabrik yang mengolah hasil ternak, rumah potong, dan tempat pemerahan susu sapi.

d. Radioaktif

Beberapa bahan radioaktif yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dapat menimbulkan pencemaran air.

3. Pertanian dan Perkebunan

Polutan air dari pertanian/perkebunan dapat berupa:

a. Zat kimia, misalnya berasal dari penggunaan pupuk dan pestisida.

b. Mikrobiologi, misalnya virus, bakteri, parasit yang berasal dari kotoran ternak dan cacing tambang di lokasi perkebunan.

c. Zat radioaktif, berasal dari penggunaan zat radioaktif yang dipakai dalam proses pematangan buah, mendapatkan bibit unggul, dan mempercepat pertumbuhan tanaman.

2.3. Pencemaran Air 2.3.1. Polutan Air

Bahan polutan (pencemar) merupakan bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem sehingga mengganggu peruntukan ekosistem tersebut.

Berdasarkan cara masuknya ke dalam lingkungan, polutan dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu :


(54)

1. Polutan alamiah, yaitu polutan yang memasuki suatu lingkungan (misalnya badan air) secara alami, misalnya akibat letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir, dan fenomena alam lainnya. Polutan alamiah ini sulit dikendalikan. 2. Polutan antropogenik, yaitu polutan yang masuk ke badan air akibat aktivitas

manusia, misalnya kegiatan domestik (rumah tangga), kegiatan perkotaan, maupun kegiatan industri. Intensitas polutan antropogenik dapat dikendalikan dengan cara mengontrol aktivitas yang menyebabkan timbulnya polutan tersebut (Effendi, 2003).

Berdasarkan sifat toksiknya, polutan (pencemar) dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Polutan Tidak Toksik

Polutan/pencemar tidak toksik biasanya telah berada pada ekosistem secara alami. Polutan tidak toksik terdiri atas bahan-bahan tersuspensi dan nutrien. Bahan tersuspensi dapat mempengaruhi sifat fisika perairan, antara lain meningkatkan kekeruhan sehingga menghambat penetrasi cahaya matahari. Dengan demikian, intensitas cahaya matahari pada kolom air menjadi lebih kecil dari intensitas yang dibutuhkan untuk melangsungkan proses fotosintesis. Keberadaan nutrien/unsur hara yang berlebihan dapat memacu terjadinya eutrofikasi perairan dan dapat memacu pertumbuhan mikroalga dan tumbuhan air secara pesat, yang selanjutnya dapat mengganggu keseimbangan ekosistem akuatik secara keseluruhan.

2. Polutan Toksik

Polutan toksik dapat mengakibatkan kematian (lethal) maupun bukan kematian (sub-lethal), misalnya terganggunya pertumbuhan, tingkah laku, dan


(55)

15

karakteristik morfologi berbagai organisme akuatik. Polutan toksik ini biasanya berupa bahan-bahan yang bukan bahan alami, misalnya pestisida, detergen, dan bahan artifisial lainnya. Polutan berupa bahan yang bukan alami ini dikenal dengan istilah xenobiotik, yaitu polutan yang diproduksi oleh manusia (Effendi, 2003).

Mason (1993), mengelompokkan pencemar toksik menjadi 5 (lima), yaitu: a. Logam (metals), meliputi: timbal, nikel, kadmium, zinc, dan merkuri. b. Senyawa organik, meliputi pestisida organoklorin, herbisida, PCB,

hidrokarbon alifatik berklor, pelarut (solvents), surfaktan rantai lurus, hidrokarbon petroleum, aromatik polinuklir, dibenzodioksin berklor, senyawa organometalik, fenol, dan formaldehida. Senyawa ini berasal dari kegiatan industri, pertanian, dan domestik.

c. Gas, misalnya klorin dan amonia.

d. Anion, misalnya sianida, fluorida, sulfida, dan sulfat. e. Asam dan alkali.

2.4.Indikator Pencemaran Air 2.4.1. Perubahan Suhu Air

Dalam kegiatan industri seringkali suatu proses disertai dengan timbulnya panas reaksi atau panas dari suatu gerakan mesin. Agar proses industri dan mesin-mesin yang menunjang kegiatan tersebut dapat berjalan baik maka panas yang terjadi harus dihilangkan. Penghilangan panas dilakukan dengan proses pendinginan air. Air pendingin akan mengambil panas yang terjadi. Air yang menjadi panas tersebut kemudian dibuang ke lingkungan. Apabila air yang panas


(56)

Menurut Kristanto (2002), naiknya suhu air akan menimbulkan akibat sebagai berikut:

1. Menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air. 2. Meningkatkan kecepatan reaksi kimia.

3. Mengganggu kehidupan ikan dan hewan air lainnya.

4. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati.

Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan mengalami kenaikan kecepatan respirasi. Di samping itu suhu yang tinggi juga akan menurunkan jumlah oksigen yang terlarut di dalam air. Akibatnya, ikan dan hewan air akan mati karena kekurangan oksigen. Suhu air kali atau air limbah yang relatif tinggi ditandai antara lain dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya ke permukaan untuk mencari oksigen.

2.4.2. Perubahan pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5-7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion Hidrogan di dalam air. Air yang mempunyai pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH lebih besar dari normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air (Wardhana, 2001).


(57)

17

Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan anorganik dan bahan organik seringkali dapat larut di dalam air. Apabila bahan buangan dan air limbah industri dapat larut dalam air maka akan terjadi perubahan warna air. Air dalam keadaan normal dan bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan jernih.

Selain itu degradasi bahan buangan industri dapat pula menyebabkan terjadinya perubahan warna air. Tingkat pencemaran air tidak mutlak harus tergantung pada warna air, karena bahan buangan industri yang memberikan warna belum tentu lebih berbahaya dari bahan buangan industri yang tidak memberikan warna. Seringkali zat-zat yang beracun justru terdapat di dalam bahan buangan industri yang tidak mengakibatkan perubahan warna pada air sehingga air tetap tampak jernih.

Bau yang keluar dari dalam air dapat langsung berasal dari bahan buangan atau air limbah dari kegiatan industri, atau dapat pula berasal dari hasil degradasi bahan buangan oleh mikroba yang hidup di dalam air. Bahan buangan industri yang bersifat organik atau bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri pengolahan bahan makanan seringkali menimbulkan bau yang sangat menyengat hidung. Mikroba di dalam air akan mengubah bahan buangan organik, terutama gugus protein, secara degradasi menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau. Timbulnya bau pada air lingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu tanda terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi.

Air normal yang dapat digunakan untuk suatu kehidupan pada umumnya tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Apabila air mempunyai rasa


(58)

garaman. Air yang mempunyai rasa biasanya berasal dari garam-garaman yang terlarut. Bila hal ini terjadi maka berarti juga telah ada pelarutan ion-ion logam yang dapat mengubah konsentrasi ion Hidrogen dalam air. Adanya rasa pada air umumnya diikuti dengan perubahan pH air (Wardhana, 2001).

2.4.4. Timbulnya Endapan, Koloidal dan Bahan Terlarut

Endapan dan koloidal serta bahan terlarut berasal dari adanya bahan buangan industri yang berbentuk padat. Bahan buangan industri yang berbentuk padat kalau tidak dapat larut sempurna akan mengendap di dasar sungai dan yang dapat larut sebagian akan menjadi koloidal. Endapan sebelum sampai ke dasar sungai akan melayang di dalam air bersama-sama dengan koloidal. Endapan dan koloidal yang melayang di dalam air akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam lapisan air. Padahal sinar matahari sangat diperlukan oleh mikroorganisme untuk melakukan proses fotosintesis. Karena tidak ada sinar matahari maka proses fotosintesis tidak dapat berlangsung. Akibatnya, kehidupan mikroorganisme jadi terganggu.

Apabila endapan dan koloidal yang terjadi berasal dari bahan buangan organik, maka mikroorganisme dengan bantuan oksigen yang terlarut di dalam air, akan melakukan degradasi bahan organik tersebut sehingga menjadi bahan yang lebih sederhana. Dalam hal ini kandungan oksigen yang terlarut di dalam air akan berkurang sehingga organisme lain yang memerlukan oksigen akan terganggu pula.

Apabila bahan buangan industri berupa bahan anorganik yang dapat larut maka air akan mendapat tambahan ion-ion logam yang berasal dari bahan anorganik tersebut. Banyak bahan anorganik yang memberikan ion-ion logam


(59)

19

berat yang pada umumnya bersifat racun, seperti cadmium (cd), kromium (cr), dan timbal (pb) (Wardhana, 2001).

2.4.5. Mikroorganisme

Mikroorganisme sangat berperan dalam proses degradasi bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke air lingkungan, baik sungai, danau, maupun laut. Kalau bahan buangan yang harus didegradasi cukup banyak, berarti mikroorganisme akan ikut berkembang biak. Pada perkembangbiakan mikroorganisme ini tidak tetutup kemungkinan bahwa mikroba patogen ikut berkembang pula. Mikroba patogen adalah penyebab timbulnya berbagai macam penyakit. Pada umumnya industri pengolahan bahan makanan berpotensi untuk menyebabkan berkembangbiaknya mikroorganisme, termasuk mikroba patogen. 2.4.6. Meningkatnya Radioaktivitas Air

Akhir-akhir ini pemanfaatan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir dalam berbagai bidang kegiatan sudah banyak dijumpai. Aplikasi teknologi nuklir antara lain dapat dijumpai pada bidang kedokteran, farmasi, biologi, pertanian, hidrologi, pertambangan, industri, dan lain-lain.

Mengingat bahwa zat radioaktif dapat menyebabkan berbagai macam kerusakan biologis apabila tidak ditangani dengan benar, baik melalui efek langsung maupun tidak langsung, maka tidak dibenarkan dan sangat tidak etis bila ada yang membuang bahan sisa radioaktif ke lingkungan. Walaupun secara alamiah radioaktivitas lingkungan sudah ada sejak terbentuknya bumi ini, namun kita tidak boleh menambah radioaktivitas lingkungan dengan membuang secara sembarangan bahan sisa radioaktif ke lingkungan. Secara nasional sudah ada


(60)

Mengenai hal ini Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) secara aktif mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan terssebut (Wardhana, 2001).

2.5.Penambangan Emas Tradisional

Kegiatan penambangan emas tradisional di Indonesia dicirikan oleh penggunaan teknik eksplorasi dan eksploitasi yang sederhana dan murah. Untuk pekerjaan penambangan dipakai peralatan cangkul, linggis, palu, dan beberapa alat sederhana lainnya. Batuan dan urat kuarsa mengandung emas atau bijih ditumbuk sampai berukuran 1-2 cm, selanjutnya digiling dengan alat gelundung (trammel, berukuran panjang 55-60 cm dan diameter 30 cm dengan alat penggiling 3-5 batang besi). Proses pengolahan emasnya biasanya menggunakan teknik amalgamasi, yaitu dengan mencampur bijih dengan merkuri untuk membentuk amalgam dengan media air. Selanjutnya emas dipisahkan dengan proses penggarangan sampai didapatkan logam paduan emas dan perak (bullion). Produk akhir dijual dalam bentuk bullion dengan memperkirakan kandungan emas pada bullion tersebut (Setiabudi, 2005).

Perlengkapan yang di perlukan untuk mengolah bijih emas adalah : 1. Tabung gelundung, sebagai tempat menggerus batuan.

2. Kincir air atau genset yang berfungsi sebagai penggerak tabung gelundung. 3. Batang besi baja/media giling sebagai alat pengguras batuan.

4. Merkuri yang berfungsi untuk mengikat emas.

5. Air untuk mendapatkan persentasi padatan yang berkisar antara 30-60%. 6. Dulang atau sejenisnya, sebagai tempat untuk memisahkan Merkuri yang


(61)

21

7. Emposan yaitu alat untuk membakar amalgam untuk mendapatkan paduan (alloy) emas perak (bullion) (Widodo, 2008).

Gambar 2.1. Proses Pengolahan Batuan Emas (Ruslan, 2011)

Amalgam Merkuri

Pencemaran Merkuri terhadap Lingkungan

Limbah cair

Pembakaran Amalgam

Uap Merkuri Bullion

Penyaringan Amalgam,(Merkuri) Limbah cair

Limbah padat

Pemisahan

Penggilingan dengan tromel (galundung) + Besi penggiling + Air Penghancuran batuan

Proses amalgamasi (dengan merkuri) Penggalian


(62)

2.6.Ekstraksi Emas

Ekstraksi adalah suatu metode operasi yang digunakan dalam proses pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan sejumlah massa bahan (solven) sebagai tenaga pemisah. Apabila komponen yang akan dipisahkan (solute) berada dalam fase padat, maka proses tersebut dinamakan pelindihan atau leaching.

Ekstraksi emas dalam skala industri yang paling umum dilakukan, yaitu: 1. Pencairan

2. Amalgamasi 2.6.1. Pencairan

Pemisahan pencairan (liquation separation), adalah proses pemisahan yang dilakukan dengan cara memanaskan mineral di atas titik leleh logam, sehingga cairan logam akan terpisahkan dari pengotor. Yang menjadi dasar untuk proses pemisahan metode ini, yaitu berat jenis dan titik cair. Contohnya dalam memisahkan emas dan perak. Titik cair emas pada suhu 1064.18 oC, sedangkan titik cair perak pada suhu 961.78 oC. Ini artinya perak akan mencair lebih dulu dari pada emas. Namun untuk benar-benar terpisah, maka perak harus menunggu emas mencair 100%. Kemudian bila dilihat dari berat jenisnya, maka berat jenis emas cair sebesar 17.31 gram per cm3 sedangkan berat jenis perak sebesar 9.32 gram per cm3. Hal ini berarti berat jenis emas lebih besar dari pada berat jenis perak.

Dari hukum alam fisika, maka bila ada dua jenis zat cair yang berbeda dan memiliki berat jenis yang berbeda pula, maka zat cair yang memiliki berat jenis lebih kecil dari zat satunya, ia akan mengapung. Dengan demikian, cairan perak


(63)

23

akan terapung diatas lapisan cairan emas, seperti halnya cairan minyak mengambang diatas lapisan air. Dari sana, perak dipisahkan dari emas, sampai tidak ada lagi perak yang terapung.

2.6.2. Amalgamasi

Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas dengan cara mencampur bijih emas dengan merkuri (Hg). Produk yang terbentuk adalah ikatan antara emas-perak dan merkuri yang dikenal sebagai amalgam (Au-Hg). Merkuri akan membentuk amalgam dengan semua logam kecuali besi dan platina. Penggunaan raksa alloy atau amalgam pertama kali pada tahun 1828, meskipun penggunaan secara luas teknik baru ini dicegah karena sifat air raksa yang beracun. Sekitar tahun 1895, eksperimen yang dilakukan oleh GV Black menunjukkan bahwa amalgam aman digunakan, meskipun 100 tahun kemudian ilmuwan masih diperdebatkannya. Amalgam masih merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana dan murah, namun demikian amalgamasi akan efektif pada emas yang terliberasi sepenuhnya maupun sebagian pada ukuran partikel yang lebih besar dari 200 mesh (0.074 mm) dan dalam membentuk emas murni yang bebas.

Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan, maka akan terurai menjadi elemen-elemen yaitu air raksa dan bullion emas. Amalgam dapat terurai dengan pemanasan di dalam sebuah tabung, air raksanya akan menguap dan dapat diperoleh kembali dari kondensasi uap air raksa tersebut. Sementara Au-Ag tetap tertinggal di dalam tabung sebagai logam.


(64)

Tahapan amalgamasi secara sederhana sebagai berikut:

1. Sebelum dilakukan amalgamasi hendaknya dilakukan proses kominusi dan konsentrasi gravitasi, agar mencapai derajat liberasi yang baik sehingga permukaan emas tersingkap.

2. Pada hasil konsentrat akhir yang diperoleh ditambah merkuri (amalgamasi) dilakukan selama kira-kira 1 jam

3. Hasil dari proses ini berupa amalgam basah dan tailing. Amalgam basah kemudian ditampung di dalam suatu tempat yang selanjutnya didulang untuk pemisahan merkuri dengan amalgam

4. Terhadap amalgam yang diperoleh dari kegiatan pendulangan kemudian dilakukan kegiatan pemerasan dengan menggunakan kain parasut untuk memisahkan merkuri dari amalgam. Merkuri yang diperoleh dapat dipakai untuk proses amalgamasi selanjutnya. Jumlah merkuri yang tersisa dalam amalgan tergantung pada seberapa kuat pemerasan yang dilakukan. Amalgam dengan pemerasan manual akan mengandung 60-70% emas, dan amalgam yang disaring dengan alat sentrifugal dapat mengandung emas sampai lebih dari 80%.

5. Retorting yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan merkuri, sehingga

yang tertinggal berupa alloy emas.

Ekstraksi Amalgamasi yang baik, yaitu:

1. Lokasi ekstraksi bijih harus terpisah dari lokasi kegiatan penambangan. 2. Dilakukan pada lokasi khusus baik untuk amalgamasi untuk meminimalkan

penyebab pencemar bahan berbahaya akibat peresapan kedalam tanah, terbawa aliran air permukaan maupun gas yang terbawa oleh angin.


(65)

25

3. Dilengkapi dengan kolam pengendap yang berfungsi baik untuk mengolah seluruh tailing hasil pengolahan sebelum dialirkan ke perairan bebas.

4. Lokasi pengolahan bijih dan kolam pengendap diusahakan tidak berada pada daerah banjir.

5. Hindari pengolahan dan pembuangan tailing langsung ke sungai.

Gambar 2.2. Perjalanan Merkuri dari Alam Sampai ke Tubuh Manusia (Widowati, 2008)

Manusia Pertamabangan

emas tradisional

Gunung Berapi , pelapukan batuan

Udara Darat

Limah merkuri

Laut Sungai

Pertanian

Hewan

Ikan Plankton

bentos Air minum


(66)

2.7.Merkuri

2.7.1. Pengertian Umum

Merkuri (Hg) adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih perak, serta mudah menguap pada suhu ruangan. Merkuri (Hg) akan memadat pada tekanan 7.640 Atm. Merkuri (Hg) memiliki nomor atom 80, berat atom 200,59 g/mol, titik beku -39o C, dan titik didih 356,6o C.

Kelimpahan merkuri (Hg) di bumi menempati urutan ke-67 di antara elemen lainnya pada kerak bumi. Merkuri jarang didapatkan dalam bentuk bebas di alam, tetapi berupa bijih cinnabar (HgS). Untuk mendapatkan Merkuri dari

cinnabar, dilakukan pemanasan bijih cinnabar di udara sehingga menghasilkan

logam Merkuri (Widowati, 2008).

Dalam keseharian, pemakaian bahan merkuri telah berkembang sangat luas. Merkuri digunakan dalam bermacam-macam perindustrian, untuk peralatan-peralatan elektris, digunakan untuk alat-alat ukur, dalam dunia pertanian dan keperluan lainnya. Demikian luasnya pemakaian merkuri, mengakibatkan semakin mudah pula organisme mengalami keracunan merkuri (Palar, 2008).

Dikenal 3 bentuk merkuri, yaitu:

1. Merkuri elemental: terdapat dalam gelas termometer, tensimeter air raksa, amalgam gigi, alat elektrik, batu batere dan cat. Juga digunakan sebagai katalisator dalam produksi soda kaustik dan desinfektan serta untuk produksi klorin dari sodium klorida.

2. Merkuri inorganik: dalam bentuk Hg++ (Mercuric) dan Hg+ (Mercurous) Misalnya:


(67)

27

a. Merkuri klorida (HgCl2) termasuk bentuk Hg inorganik yang sangat toksik, kaustik dan digunakan sebagai desinfektan

b. Mercurous chloride (HgCl) yang digunakan untuk teething powder dan

laksansia (calomel)

c. Mercurous fulminate yang bersifat mudah terbakar.

3. Merkuri organik: terdapat dalam beberapa bentuk, antara lain :

a. Metil merkuri dan etil merkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil rantai pendek dijumpai sebagai kontaminan logam di lingkungan. Misalnya memakan ikan yang tercemar zat tersebut dapat menyebabkan gangguan neurologis dan kongenital.

b. Merkuri dalam bentuk alkil dan aryl rantai panjang dijumpai sebagai antiseptik dan fungisida.

2.7.2. Sumber Merkuri 2.7.2.1. Terdapat di Alam

Sebagai hasil tambang, merkuri dijumpai dalam bentuk mineral HgS yang disebut sinabar (cinnabar). Terdapat sebagai batuan dan lapisan batuan yang terhampar di Spanyol, Itali, dan bagian Amerika, serta banyak didistribusikan sebagai batuan, abu, dan larutan.

2.7.2.2. Hasil Aktifitas Manusia

Menurut Widowati (2008) yang mengutip dari Herman (2006), sumber merkuri dari hasil aktifitas manusia antara lain pembuangan tailing pengolahan emas tradisional yang diolah secara amalgamasi, dimana merkuri mengalami perlakuan tertentu berupa putaran, tumbukan, atau gesekan, sehingga sebagian


(68)

merkuri akan membentuk amalgam dengan logam-logam (Au, Ag, Pt) dan sebagian hilang dalam proses.

2.7.3. Kegunaan Merkuri Dalam Kehidupan

Penggunaan merkuri yang terbesar adalah dalam industri klor-alkali, dimana produksi klorin (Cl2) dan kaustik soda (NaOH) dengan cara elektrolisis garam NaCl. Kedua bahan ini sangat banyak gunanya sehingga diproduksi dalam jumlah tinggi setiap tahun. Fungsi merkuri dalam proses ini adalah sebagai katode dari sel elektrolisis (Kristanto, 2002).

Pada peralatan listrik, merkuri ditemukan pada lampu listrik. Sementara itu, di laboratorium logam merkuri digunakan sebagai alat ukur. Sebagai contoh adalah termometer. Dalam pekerjaan laboratorium, banyak pekerja yang mengalami keracunan merkuri secara kronis. Hal itu terjadi karena uap dari tumpahan merkuri yang tidak terlihat, sedikit demi sedikit terhirup oleh para pekerja.

Dalam bidang pertanian, senyawa merkuri banyak digunakan sebagai fungisida, dimana hal ini menjadi penyebab yang cukup penting dalam peristiwa keracunan merkuri pada organisme hidup. Karena penyemprotan yang dilakukan secara terbuka dan luas, maka banyak organisme hidup lainnya yang terkena senyawa racun tersebut. Sehingga dari penyemprotan fungisida tersebut tidak hanya membunuh jamur melainkan juga organisme hidup lainnya.

Pada industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa FMA (fenil merkuri asetat). Pemakaian dari senyawa FMA bertujuan untuk mencegah pembentukan kapur pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan. Hal


(69)

29

ini menjadi sangat berbahaya, karena kertas seringkali digunakan sebagai alat pembungkus makanan (Palar, 2008).

2.7.4. Kinetika Merkuri

Secara umum proses terjadinya pencemaran air ini di kelompokkan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu:

1. Pencemaran dari sumber-sumber langsung atau (direct contaminant sources) yaitu buangan (effluent) yang berasal dari sumber pencemar limbah hasil pabrik atau suatu kegiatan limbah seperti limbah cair domestik serta sampah, pencemaran terjadi karena buangan ini langsung mengalir ke dalam sistem pasokan air (urban water supplies sistem), seperti sungai, kanal, parit ataau sekolah.

2. Pencemaran yang bersumber dari yang tidak langsung (indirect contaminant

sources) yaitu kontaminan yang masuk dan yang bergerak ke dalam tanah

melalui celah-celah atau pori pori tanah dan batuan akibat adanya pencemaran pada iar permukaan baik dari limbah industri maupun limbah domestik (Susanto, 2005).

Biomarker dapat digunakan untuk memperkirakan pajanan (jumlah yang diabsorpsi atau dosis internal), efek-efek bahan kimia dan kerentanan pada individu, dan dapat diaplikasikan apakah dari makanan, lingkungan, atau tempat kerja. Biomarker pajanan yang umum digunakan adalah pemeriksaan kadar Hg dalam darah, urine, dan rambut. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan kadar Hg adalah Atomic Absorpion Spectrophotometer (AAS) untuk memeriksa total merkuri dalam makanan, darah, urine, rambut dan jaringan (Inswiasri, 2008).


(70)

2.7.5. Sifat Merkuri

Sifat-sifat kimia dan fisik merkuri membuat logam tersebut banyak digunakan untuk keperluan kimia dan industri. Beberapa sifat tersebut diantaranya adalah:

1. Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu kamar (25oC) dan mempunyai titik beku terendah dibanding logam lain yaitu -39oC. 2. Masih berwujud cair pada suhu 396oC. Pada temperatur 396oC ini telah

terjadi pemuaian secara menyeluruh.

3. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan logam lain.

4. Merkuri dapat larut dalam asam sulfat atau asam nitrit, tetapi tahan terhadap basa.

5. Mempunyai volatilitas yang tertinggi dari semua logam.

6. Ketahanan listrik sangat rendah sehingga merupakan konduktor terbaik dibanding semua logam lain.

7. Banyak logam yang dapat larut di dalam merkuri membentuk komponen yang disebut dengan amalgam.

8. Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua makhluk hidup (Kristanto, 2002).

2.7.6. Pencemaran Merkuri di Lingkungan

Secara alamiah, pencemaran oleh merkuri ke lingkungan umumnya berasal dari kegiatan gunung api, rembesan air tanah yang melewati daerah deposit merkuri dan lain-lain. Namun demikian, meski sangat banyak sumber keberadaan merkuri di alam, dan masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan tertentu secara


(1)

vii

Penulis menyadari dengan sepenuh hati, bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dengan kerendahan hati penulis mohon masukan, kritik dan saran yang membangun serta bermanfaat bagi semuanya.

Akhir kata, segala puji bagi Allah dan semoga Allah Swt melimpahkan rahmat-Nya kepada kita, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

Medan, 04 Februari 2016

SADDAM MUSTHOFA


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. TujuanPenelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Pengertian Air Bersih ... 8

2.1.1. Sumber Air... 8

2.2. Syarat Air Bersih ... 11

2.2.1. Sumber Pencemaran Air ... 12

2.3. Pencemaran Air ... 13

2.3.1. Polutan Air ... 13

2.4. Indikator Pencemaran Air ... 15

2.4.1. Perubahan Suhu Air ... 15

2.4.2. Perubahan pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen ... 16

2.4.3. Perubahan Warna, Bau, dan Rasa Air ... 17

2.4.4. Timbulnya Endapan, Koloidal dan Bahan Terlarut .... 18

2.4.5. Mikroorganisme ... 19

2.4.6. Meningkatnya Radioaktivitas Air ... 19

2.5. Penambangan Emas Tradisional... 20

2.6. Ekstraksi Emas ... 22

2.6.1. Pencairan... 22

2.6.2. Amalgamasi ... 23

2.7. Merkuri ... 26

2.7.1. Pengertian Umum ... 26

2.7.2. Sumber Merkuri ... 27


(3)

ix

2.7.2.2. Hasil Aktifitas Manusia ... 27

2.7.3. Kegunaan Merkuri Dalam Kehidupan ... 28

2.7.4. Kinetika Merkuri ... 29

2.7.5. Sifat Merkuri ... 30

2.7.6. Pencemaran Maerkuri di Lingkungan ... 30

2.7.7. Senyawa Merkuri Anorganik ... 31

2.7.8. Senyawa Merkuri Organik ... 32

2.8. Efek Merkuri Pada Manusia ... 33

2.8.1 Keracunan Akut ... 33

2.8.2. Keracunan Kronis ... 34

2.9. Pencegahan Pencemaran Merkuri ... 35

2.9.1. Penanggulangan Toksisitas Merkuri... 36

2.10. Kerangka Konsep ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

3.1. Jenis Penelitian ... 38

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 38

3.2.2. WaktuPenelitian... 38

3.3. Populasi dan Sampel ... 39

3.3.1. Populasi ... 39

3.3.2. Sampel ... 39

3.4. Objek Penelitian ... 39

3.4.1. Air Sumur ... 39

3.4.2. Warga Setempat ... 39

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 40

3.5.1. Data Primer ... 40

3.5.2. Data Sekunder... 40

3.6. Pelaksanaan Penelitian ... 40

3.6.1. Pengambilan dan Pengiriman Sampel ke Laboratorium ... 40

3.6.2. Pemeriksaan sampel di Laboratorium ... 40

3.6.2.1. Alat dan Bahan ... 40

3.6.2.1.1. Alat ... 40

3.6.2.1.2. Bahan ... 41

3.6.2.2. Persiapan Sampel ... 41

3.6.2.2.1. Pengujian Raksa Terlarut ... 41

3.6.2.2.2. PengujianRaksa Total ... 41

3.6.2.3. Pembuatan Larutan Baku Raksa ... 42

3.6.2.4. Prosedur Analisa dan Pengoprasian Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) ... 42

3.6.2.4.1. Prosedur Analisa ... 42


(4)

3.6.2.4.2. Pengoprasian Atomic Absorption

Spectrophotometer (AAS) ... 42

3.7. Definisi Operasional ... 43

3.8. Pengolahan dan Analisa Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 45

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45

4.1.1. Geografi ... 46

4.1.2. Gambaran Kependudukan ... 46

4.2. Distribusi Penyakit Terbesar di Desa Saba Padang... 47

4.3. HasilPenelitian ... 48

4.3.1. Karakteristik Penduduk Desa Saba Padang Berdasarkan Kuesioner ... 48

4.4. Hasil Kandungan Merkuri... 50

4.4.1. Hasil Kandungan Merkuri (Hg) PadaBak Penampungan... . 50

4.4.2. Hasil Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sumur Gali ... . 50

4.5. Proses Pengolahan Pertambangan Emas Tradisional... 50

BAB V PEMBAHASAN ... 54

5.1. Kandungan Merkuri ... 54

5.1.1. Kandungan Merkuri (Hg) Pada Bak Penampungan .... 54

5.1.2. Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sumur Gali ... 55

5.1.3. Karakteristik Sumur Gali Masyarakat ... 55

5.2. Keluhan Kesehatan Masyarakat di Desa Saba Padang... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

6.1. Kesimpulan ... 61

6.2. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Huta Bargot Tahun 2015 .... 47 Tabel 4.2. Distribusi 10 Penyakit Terbesar di Desa Saba Padang

Kecamatan Huta Bargot Bulan Januari 2015 ... 47 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Cara Memperoleh Sumber

Air yang Digunakan Untuk Keperluan Sehari-hari

di Desa Saba Padang Tahun 2015 ... 48 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menggunakan Sumber

Air di Desa Saba Padang Tahun 2015 ... 48 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Sumber Air

Untuk Keperluan Sehari-hari di Desa Saba Padang

Tahun 2015 ... 49 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Bayi yang Lahir Cacat

Setelah Adanya Pertambangan Emas Tradisional

di Desa Saba Padang Tahun 2015 ... 49 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Kesehatan yang

Dirasakan Karena Menggunakan Sumber Air

di Desa Saba Padang Tahun 2015 ... 49


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Keterangan Izin Penelitian Lampiran 2 : Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 3 : Hasil Pemeriksaan Kandungan Merkuri

Lampiran 4 : Peta Tempat Penelitian dan Titik Pengambilan Sampel Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 6 : UU No 82 Tahun 2001 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air


Dokumen yang terkait

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sawah Masyarakat Di Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

2 41 136

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Penambangan Emas Tradisional Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

0 0 14

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Penambangan Emas Tradisional Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

0 0 2

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Penambangan Emas Tradisional Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

0 2 7

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Penambangan Emas Tradisional Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

0 1 30

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Penambangan Emas Tradisional Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

0 0 19

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sawah Masyarakat Di Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

0 0 16

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sawah Masyarakat Di Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

0 0 2

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sawah Masyarakat Di Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

0 0 5

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sawah Masyarakat Di Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

0 0 30