Penggunaan Brooder dengan Berbagai Jenis Energi pada Pemeliharaan Ayam Kampung Fase Starter Chapter III V

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak, Program Studi
Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara selama 39 hari dari
bulan Oktober sampai dengan November 2016.
Bahan dan Alat
Bahan
Bibit ayam kampung (DOC) yang digunakan sebagai objek penelitian
sebanyak 300 ekor, pakan untuk makanan ternak, air minum untuk minum ternak,
formalin 40 % untuk fumingasi kandang, kompresor untuk menambah tekanan
gas dan obat-obatan sebagai obat untuk DOC.
Alat
Alat yang digunakan adalah brooder untuk pemanas ayam, lampu pijar 60
Watt sebagai sumber energi panas pada masa brooding, tabung gas LPG 3 kg
sebagai sumber energi panas pada masa brooding, tabung gas bio sebagi sumber
energi dalam pemanasan bibit ayam yang dilengkapi dengan termometer untuk
suhu yang ada dalam kandang, tempat pakan dan minum untuk tempat pakan dan
minum, kandang boks untuk pemeliharaan ayam DOC, seng untuk penyekat
kandang, tripleks untuk dinding penyekat supaya tidak pindah panasnya, sekam
sebagai litter kandang, kertas koran bekas sebagai alas kandang, timbangan digital
untuk menimbang ayam, alat tulis untuk mencatat data, kamera sebagai alat

dokumentasi, dan satu unit digester.

Universitas Sumatera Utara

Metode Penelitian
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan, yaitu:
P0

= Brooder menggunakan listrik sebagai sumber panas

P1

= Brooder menggunakan Gas LPG sebagai sumber panas

P2

= Brooder menggunakan gas bio sebagai sumber panas
Ulangan yang didapat berasal dari rumus :


t (n-1) ≥ 15
3 (n-1) ≥ 15
3n-3 ≥ 15
3n
≥ 18
n
≥6
Menurut Hanafiah (2003), model linear yang digunakan untuk Rancangan
Acak Lengkap (RAL) adalah :
Yij = μ + αi + ij + Σ ij
Dimana
:
Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ

= Nilai tengah

αi

= Pengaruh blok ke-i


ij

= Pengaruh blok ke-j

Σ ij = Pengaruh galat (Experimental error) perlakuan ke-i ulangan ke-j

Universitas Sumatera Utara

Parameter Penelitian
1.

Kestabilan Temperatur

Stabilitas temperatur adalah mengevaluasi perubahan suhu dari suatu produk
tergantung pada waktunya.
Lama pemakaian brooder (menit/hari)
Pengukuran temperatur (menit)
= 180 menit
15 menit


x 9 Hari

x 9 Hari

= 12 x 9
= 108 kali
Maka dalam pengambilan data kestabilan suhu brooder dalam
pemeliharaan ayam kampung sebanyak 108 kali selama 9 hari.

Listrik
gas LPG
gas bio

Grafik 1. Diagram pengukuran temperatur

.

Universitas Sumatera Utara


2. Penyebaran Anak Ayam dalam Brooder

Gambar A. Suhu tinggi

Gambar B. Suhu dingin

Gambar C. Suhu ideal

Gambar D. Angin kencang

Tabel 5. Pengukuran penyebaran anak ayam
Waktu Pemakaian (Menit)

Energi
yang
Dipakai

15

30


45

60

75

90

10
5

120

13
5

150

16

5

18
0

Total 

Ratarata

Gas Bio

 

Gas LPG

 

 

Listrik


 

 

Universitas Sumatera Utara

3. Pertumbuhan bobot badan
Pertambahan bobot badan di hitung dengan cara membagi selisih bobot
badan (bobot akhir – bobot awal) dengan lama hari penimbangan. Dilakukan
setiap periode (14 hari), dinyatakan dengan gram per ekor per hari.
PBB =

Bobot badan akhir – Bobot badan awal (gram per ekor)
Jumlah hari pengamatan (hari)

4. Mortalitas
Mortalitas = Jumlah awal – Jumlah akhir x 100%
Pelaksanaan Penelitian
1. Dilakukan pengosongan digester.

2. Dilakuakan pengisian digester setiap harinya dengan perbandingan 1 : 2
sebagai pengencer (misalnya 1 kg kotoran sapi : 2 liter air sumur).
3. Ditunggu gas keluar selama 30 hari.
4. Dipersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan sambil menunggu gas keluar.
5. Disiapkan kandang brooding dengan ukuran 2 m3 dengan dinding
penyekatnya menggunakan teripleks yang dilapisin seng.
6. Disiapkan alat brooder yang akan digunakan.
7. Dilakukan fumigasi kandang ayam selang satu minggu sebelum ayam masuk
kandang.
8. Disediakan anak ayam yang sehat sebanyak 300 ekor.
9. Digunakan gas bio setelah hari ke-31.
10. Dihidupkan mesin brooder selama 3 jam perhari dengan suhu 35-37 0C.
11. Diukur suhu dengan menggunakan termometer.

Universitas Sumatera Utara

12. Dilakukan pengamatan terhadap penggunaan brooder dengan Gas Bio, LPG
dan Listrik selama14 hari
13. Pada hari setelah gas bio sudah bias digunakan ke brooder di hitung
pertumbuhan bobot badan, mortalitas, kestabilan temperatur dan penyebaran

anak ayam.
 
 

 

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Letak Geografis
Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah
Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran
rendah timur dari Propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 22,5
meter di atas permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli
dan Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka. Secara geografis, Medan
terletak pada 3,30°-3,43° LU dan 98,35°-98,44° BT dengan topografi cenderung
miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan
Kabupaten Deli dan Serdang. Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka.
Letak yang strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang
kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional.

Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm
per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada maksimum 32,4°C dan
minimum 24°C (Pemerintah Kotamadya Medan, 2004).
Kestabilan Temperatur Pemanas
Stabilitas temperatur adalah mengevaluasi perubahan suhu dari suatu
pemanas yang satu dengan yang lain tergantung pada waktunya.
Tabel 6. Analisis keragaman kestabilan temperatur.
SK
Perlakuan
Galat

DB

JK

KT

2 47,55886327 23,77943164
15 11,39256355

F hitung
31,31

F table
0,05

0,01

3,68

6,36

0,75950424

Universitas Sumatera Utara

Total

17 58,95142682
.

kestabilan temperatur

.
.
.
.

listrik

.

gas bio
gas LPG

.
.
.
waktu

Grafik 2. Diagram kestabilan temperatur selama penelitian

Hasil penelitian menunjukan bahwa rataan kestabilan temperatur pada
pemanas ayam fase starter sebesar 30,42 ºC selama 14 hari. Hal tersebut sudah
cukup baik karena rata-rata kestabilan temperatur pemanas ayam kampung
mencapai

30-32 ºC. Rataan kestabilan temperatur tertinggi pada brooder

energi gas LPG (P2) sebesar 33,45 ºC dan rataan kestabilan temperatur yang
terendah pada (P0) brooder energi listrik sebesar 27,84 ºC. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Krom (2002) yang menyatakan bahwa dianjurkan untuk mengatur
temperatur alat pemanas sesuai dengan standar masing-masing strain terutama
pada hari-hari pertama kehidupan ayam. Kondisi temperatur lingkungan yang
nyaman, dapat membuat anak ayam melakukan aktivitas makan yang baik.
Temperatur yang ideal akan menyebabkan anak ayam beraktivitas secara normal
dan ayam tersebar secara merata ke seluruh ruangan.
Hal ini juga didukung oleh Suharsono (1976) yang menyatakan bahwa
suhu yang terlalu tinggi pada ayam kampung dapat mengakibatkan penurunan
kadar plasmatiroksin yaitu hormon yang berfungsi sebagai stimulator dalam

Universitas Sumatera Utara

pengaturan metabolisme tubuh. Selain itu terjadi penurunan konsumsi akibat dari
berkurangnya aktivitas metabolisme. Karena terjadinya penimbunan panas yang
ditunjukkan dengan menurunnya konsumsi pakan dan menurut Setiawan dan
Sujana (2009), untuk menciptakan suhu udara di dalam kandang stabil maka
digunakan pemanas kandang. Pada peternakan ayam kampung, biasanya pemanas
kandang digunakan saat ayam berumur 1 hari sampai dengan 14 hari (fase awal
dan fase pertumbuhan, atau disesuaikan dengan kebutuhan). Pemeliharaan periode
brooding adalah 14 hari, dengan pengaturan suhu 30-32ºC dan kelembaban 6080%.
Penyebaran Anak Ayam
Penyebaran anak ayam kampung fase starter yaitu melihat aktivitas
menyebarnya anak ayam yang merata. Pengamatan yang dilakukan ialah
pengamatan penyebaran anak ayam yang terdiri dari aktivitas kepanasan,
kedinginan, merata dan angin kencang.
E. Penyebaran Anak Ayam Kepanasan
Penyebaran anak ayam yang penyebarannya kepanasan dapat dilihat grafik
dibawah ini.

Universitas Sumatera Utara

.

persentase penyebaran

.
.
.

listrik
biogas

.

gas LPG

.
.
waktu

Grafik 3. Diagram Penyebaran Pemanasan

Grafik penyebaran kepanasan anak ayam selama penelitian menunjukan
bahwa rataan tertinggi penyebaran kepanasan terdapat pada (P2) Gas LPG sebesar
(11,90 %) hal ini dikarenakan suhu di dalam kandang sangat panas sehingga ayam
menyingkir dari brooder tersebut. Penyebaran kepanasan tertinggi terjadi pada
menit ke-30 dan pada waktu selanjutnya mulai menurun, pada menit 120 dan 180
penyebaran naik lagi sebesar (21,43%). Hal ini sesuai dengan pernyataan
Medion (2012) yang menyatakan bahwa suhu terlalu panas juga akan
menimbulkan efek merugikan bagi anak ayam. Jika suhu terlalu panas, anak ayam
akan menjauhi brooder dan mencari tempat yang lebih dingin dengan aliran udara
yang lebih banyak. Ayam juga akan melakukan panting (terengah-engah),
meningkatkan konsumsi minum dan mengurangi konsumsi ransum. Penurunan
konsumsi ransum akan menyebabkan asupan nutrisi dalam tubuh berkurang
sehingga pertumbuhannya terhambat. Sedangkan konsumsi minum yang
meningkat akan menyebabkan feses ayam lebih encer. Feses encer dapat
menyebabkan litter cepat lembab. Keadaan litter yang basah dengan suhu

Universitas Sumatera Utara

lingkungan yang tinggi merupakan faktor utama yang memicu meningkatnya
kadar amonia dalam kandang ayam karena aktivitas bakteri ureolitik meningkat.
B. Penyebaran Anak Ayam Kedinginan
Penyebaran anak ayam yang penyebarannya kedinginan dapat dilihat
grafik dibawah ini.
.

persentase penyebaran

.
.
listrik

.

biogas
.

gas LPG

.
.
waktu

Grafik 4. Diagram Penyebaran Kedinginan

Diagram penyebaran kedinginan anak ayam selama penelitian menunjukan
bahwa rataan tertinggi penyebaran kepanasan terdapat pada (P0) listrik sebesar
(90,68 %) hal ini dikarenakan suhu di dalam kandang sangat dingin sehingga
ayam mendekati brooder tersebut dan suhu diluar kandang terkadang tidak stabil
dikarenakan musim hujan. Penyebaran kedinginan tertinggi terjadi pada menit ke
60, 75, 90, 105, 135 dan 180. Hal ini sesuai dengan pernyataan Medion (2012),
yang menyatakan suhu yang terlalu dingin akan menyebabkan anak ayam
bergerombol mendekati brooder dan malas beraktivitas, termasuk makan dan
minum. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan ayam terhambat. Selain itu,

Universitas Sumatera Utara

secara fisiologis suhu dingin dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah
paru-paru sehingga kerja paru-paru terganggu. Hal ini selanjutnya akan
memicu hidrops ascites (perut kembung). Tidak hanya itu, suhu dingin juga bisa
mengakibatkan penyerapan kuning telur tidak sempurna dan berkembang menjadi
penyakit yang lebih kompleks seperti omphalitis dan colibacillosis.
C. Penyebaran Anak Ayam Stabil
Penyebaran anak ayam yang penyebarannya ideal dapat dilihat grafik
ini.

persentase penyebaran

dibawah

listrik
biogas
gasLPG

waktu

Grafik 5. Diagram Penyebaran Suhu Ideal

Diagram penyebaran suhu ideal anak ayam selama penelitian menunjukan
bahwa rataan tertinggi penyebaran ideal terdapat pada (P2) Gas LPG sebesar
(56,75 %) hal ini dikarenakan suhu di dalam kandang suhu ideal anak ayam
menyebar merata didalam kandang tersebut. Penyebaran ideal tertinggi terjadi
pada menit ke-60 dan waktu selanjutnya naik turun. Hal ini sesuai pernyataan
Medion (2012) yang menyatakan bahwa kontrol suhu sebaiknya dilakukan
sesering mungkin. Pengontrolan suhu dapat dilakukan bersamaan dengan

Universitas Sumatera Utara

pemberian ransum. Suhu brooding dapat diukur dengan termometer yang
diletakkan di tengah kandang brooder dengan ketinggian 20-30 cm dari litter.
Selain menggunakan termometer, keadaan suhu brooder dapat digambarkan pula
dengan aktivitas dan penyebaran anak ayam. Suhu yang ideal akan menyebabkan
anak ayam beraktivitas secara normal dan ayam tersebar secara merata ke seluruh
kandang.
D. Penyebaran Angin Kencang
Penyebaran anak ayam yang penyebarannya angin kencang dapat dilihat

persentase peneyebran

grafik dibawah ini.

listrik
biogas
gas LPG

waktu

Grafik 6. Diagram Penyebaran Angin Kencang

Grafik penyebaran angin kencang anak ayam selama penelitian
menunjukan bahwa rataan tertinggi penyebaran kepanasan terdapat pada (P0)
listrik sebesar

(8,53 %) hal ini dikarenakan suhu di dalam kandang angin masuk

sehingga anak ayam bergerombol disudut kandang dan menjauhi brooder tersebut
dan suhu diluar kandang terkadang tidak stabil dikarenakan musim hujan dan
angin kencang. Penyebaran angin kencang tertinggi terjadi pada menit ke-15 dan

Universitas Sumatera Utara

waktu selanjutnya menurun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dahlan dan Hudi
(2011) yang menyatakan bahwa ventilasi udara sangat penting karena dalam masa
brooding selalu tertutup rapat dan terdapat pemanas didalamnya sehingga kadar
CO dan CO2 sangat tinggi, perlu ada sirkulasi untuk pertukaran O2 dengan tirai
jepit kita dapat dengan mudah memberikan ukuran untuk sirkulasi udara karena
hanya menaik turunkan tali dan mudah pengawasan. Apabila terlihat ayam
bergerombol maka itu artinya angin kencang sehingga tirai dalam sedikit di
naikkan/sedikit ditutup. Tetapi jika ayam sampai panting maka ventilasi udara
sedikit diturunkan agar tercapai suhu optimum. Kandang yang terlalu luas tanpa
didukung kecepatan angin yang cukup akan menyebabkan sirkulasi udara di
dalam ruang kandang berlangsung kurang baik. Anda bisa mengatasinya dengan
mempersempit kandang atau menggunakan kipas angin untuk memungkinkan
pertukaran udara yang lebih baik. Angin yang terlalu cepat juga kurang efektif
dalam menjamin pertukaran udara di dalam ruang kandang. Anda harus
menghasilkan kecepatan angin dengan membuat ventilasi silang.
Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan dihitung setiap minggunya berdasarkan selisih
antara penimbangan bobot badan akhir dengan penimbangan bobot awal dibagi
dengan lama penelitian dalam satuan gram/ekor/hari. Rataan pertambahan bobot
badan ayam kampung fase starter selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Rataan bobot badan ayam kampung fase starter (gram/ekor/hari)
Ulangan

Perlakuan

1

2

3

4

5

Total

6

Rataan±sd

P0

59,14

57,19

52,43

50,95

59,57

60,81

340,10 56,68±4,07

P1

59,91

65,81

57,52

61,14

57,14

65,05

366,57 61,10±3,68

P2

57,24

63,62

62,29

57,76

54,33

68,00

363,23 60,54±5,01

176,29

186,62

172,24

169,86

171,05

193,86

58,76

62,21

57,41

56,62

57,02

64,62

Total
Rataan

1069,91
59,44

Tabel 6 menunjukkan hasil rataan pertambahan bobot badan ayam
kampung fase starter selama penelitian tertinggi pada perlakuan P1 (brooder
energi gas bio) yaitu sebesar 61,10±3,68 gram/ekor/hari, sedangkan rataan
pertambahan bobot terendah terdapat pada perlakuan P0 (brooder energi listrik)
yaitu sebesar 56,68±4,07 gram/ekor/hari.
Untuk mengetahui pengaruh pemanas terhadap pertumbuhan bobot badan,
maka dilakukan analisis keragaman seperti pada Table 7.
Tabel 7. Analisis keragaman pertambahan bobot badan ayam kampung selama
penelitian
SK

DB

Perlakuan

JK

KT

2 0,47165533 0,23582766

Galat

15 2,86885673 0,19125712

Total

17 3,34051206

F hitung
1,23

F table
0,05

0,01

3,68

6,36

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa analisis keragaman pertumbuhan bobot
badan ayam kampung selama penelitian memberikan pengaruh tidak berbeda

Universitas Sumatera Utara

nyata (P>0,05). Tidak adanya perbedaan hal tersebut dikarenakan suhu kandang
yang stabil serta ransum yang diberikan sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Jull (1982) yang menyatakan bahwa persentase kenaikan bobot badan dari minggu
ke minggu berikutnya selama periode pertumbuhan tidak sama. Kecepatan
pertumbuhan dipengaruhi oleh genetik (strain), jenis kelamin, lingkungan,
manajemen, kualitas dan kuantitas pakan yang dikonsumsi. Hal ini didukung oleh
pernyataan Rasyaf (1993) yang menyatakan bahwa bobot badan dipengaruhi oleh
kualitas dan kuantitas pakan yang dikonsumsi, dengan demikian perbedaan
kandungan zat-zat makanan dan banyaknya volume pakan yang termakan
seharusnya memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan ayam
karena kandungan zat-zat makanan yang seimbang tersebut mutlak diperlukan
untuk pertumbuhan yang optimal. Peningkatan pertambahan bobot badan ini
sejalan dengan meningkatnya konsumsi pakan yaitu semakin tinggi konsumsi
pakan maka meningkat pula bobot badannya, karena salah satu fungsi pakan
dalam tubuh ayam selain untuk kebutuhan 
hidup pokok juga untuk pertumbuhan.
Periode

brooding

merupakan

periode

pemeliharaan

dan

proses

penghangatan anak ayam dengan alat yang digunalan untuk brooding yang disebut
brooder (Hakim, L., Widodo, S., dan Fauziah, E. 2010). Pemeliharaan periode
brooding adalah 14 hari, dengan pengaturan suhu 30-320C dan kelembaban 6080%

(Setiawan, I dan Sujana, E., 2009) sehingga di periode ini membutuhkan

perhatian khusus dalam pemeliharaannya demi tercapainya hasil yang maksimal.
Pemeliharaan awal ayam pedaging merupakan periode yang paling kritis. Pada
periode ini pencernaan berkembang sangat cepat, begitu pula perkembangan

Universitas Sumatera Utara

organ-organ yang berhubungan dengan sistem kekebalan sehingga fase ini sangat
menentukan performans akhir ayam (Hardianti, 2012)
Mortalitas
Tabel 8. Rataan mortalitas DOC ayam kampung selama penelitian (%)
Perlakuan

Ulangan

Total

Rataan±sd

1

2

3

4

5

6

P0

3,3

0

10

0

0

0

13,3

2,21 ± 0

P1

0

0

0

0

0

0

0

0±0

P2

0

0

0

0

0

0

0

0±0

Total

3,3

0

10

0

0

0

13,3

Rataan

1,1

0

3,3

0

0

0

2,21

Tabel 8 menunjukan hasil rataan mortalitas selama penelitian tertinggi
pada perlakuan P0 (brooder energi listrik) yaitu sebesar 2,21 ± 0 ekor, sedangkan
pada P1 (brooder gas bio) dan P2 (brooder gas LPG) tidak terdapat mortalitas, ini
dikarenakan suhu pada dua perlakuan tersebut sama baiknya sebab pemeliharaan
ayam kampung dinyatakan berhasil bila angka kematian secara keseluruhan
kurang dari 5%. Angka kematian minggu kesatu sepanjang periode pertumbuhan
tidak boleh lebih dari 1%, kematian pada minggu berikutnya harus relatif rendah
hingga hari akhir minggu tersebut serta terus dalam keadaan konstan hingga
berakhirnya periode pertumbuhan. Faktor - faktor yang mempengaruhi persentase
kematian antara lain yaitu bobot badan, strain, jenis ayam, iklim, kebersihan
lingkungan serta penyakit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wiedosari, E dan
Wahyuwardan, S (2015) yang menyatakan bahwa kematian DOC (Day Old
Chickens) banyak ditentukan oleh keadaan kandang yang padat, sirkulasi udara

Universitas Sumatera Utara

dalam kandang yang bermasalah sehingga O2 yang masuk hanya sedikit dan gas
CO2 yang dihasilkan banyak mengakibatkan keadaan kandang yang panas.
Manajemen brooding penting karena yang menyebabkan broiler tidak nyaman
(kedinginan dan kekuranga O2).
Tingkat kematian atau mortalitas dipengaruhi oleh beberapa fakor, antara
lain bobot badan, bangsa, jenis ayam, iklim, kebersihan lingkungan, sanitasi
peralatan dan kandang dan juga penyakit (North dan Bell, 1990).
Ventilasi yang baik merupakan satu hal yang snagat krusial untuk
mendukung kesehatan, pertumbuhan dan kenyamanan ayang yang ada dalam
kandang. Sistem ventilasi yang ada dalam kandang harus di desain sebaik
mungkin untuk membawa udara luar yang segar (kaya akan kandungan oksigen)
masuk kedalam kandang dan untuk mengeluarkan udara yang kotor dengan (udara
dengan cemaran ammonia, debu, dan gas beracun lainnya) dari dalam kandang
(Sulistyoningsih, M., 2015).
Menurut Jin et al. (1996), mengatakan jika penambahan probiotik dalam
ransum ayam pedaging dapat meningkatkan daya tahan tubuh sehingga mortalitas
rendah. Selanjutnya Gsianturi (2002) menambahkan probiotik dapat menghasilkan
antibiotik alami yang membantu keutuhan mukosa usus, proses metabolisme, dan
meningkatkan kekebalan tubuh. Penggunaan antibiotic Zinc bacitracin dapat
menurunkan tingkat kematian ayam broiler sebesar 2,5% (Mujiasih, 2001).
Solusinya buat menekan angka mortalitas antara lain yaitu melangsungkan
pengelolaan manajemen secara baik, menggunakan bibit ayam yang bagus,
memberikan ransum yang bermutu serta dalam jumlah yang memadai, hingga
pemberian vaksin ataupun obat-obatan sesuai dosis yang dibutuhkan ternak ayam.

Universitas Sumatera Utara

Rekapitulasi Hasil Penelitian
Untuk melihat hubungan antar parameter pada penelitian penggunaan
brooder dengan energy gas bio pada pemeliharaan ayam kampung fase stater
umur 1-14 hari, dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Penelitian
Perlakuan

P0

P1

Kestabilan
Temperatur

27,84

29,97

Parameter

Penyebaran
Anak Ayam

Pertumbuhan
Bobot Badan

A.
B.
C.
D.

0
90,68
1
8,58
A. 11,90

56,68

B. 47,82

61,10

C. 39,98

Mortalitas

2,21

0

D. 0
P2

33,45

A. 5,36
B. 37,90
C. 56,75
D. 0

60,54

0

Berdasarkan hasil rekapitulasi data dilihat bahwa penggunaan brooder
dengan energi gas bio pada pemeliharaan ayam kampung fase stater memberikan
pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kesetabilan temperatur, penyebaran
anak ayam, pertumbuhan bobot badan, dan daya tetas.

Universitas Sumatera Utara

 

KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan brooder dengan energi gas bio
sama baiknya dengan menggunakan brooder dengan energi listrik dan gas LPG
pada kesetabilan temperatur, penyebaran anak ayam, pertumbuhan bobot badan,
dan mortalitas.
Saran
Peternak dan pengusaha di bidang peternakan disarankan menggunakan
brooder dengan energi gas bio sebagai sumber panas dalam berbagai aktifitasnya
khususnya pada fase brooding, karena penggunaan brooder dengan energi gas bio
pada pemeliharaan ayam kampung fase brooding sama baiknya dengan listrik dan
gas LPG.

 
 

 

Universitas Sumatera Utara