Analisis Finansial Pemanfaatan Cassapro dengan Mensubstitusi Jagung Dalam Ransum Terhadap Ternak Ayam Kampung di Kota Medan Chapter III V

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di sembilan (9) desa yang ada di kota Medan,
yaitu Desa Tanjung Slamat, Desa Tanjung Anom, Desa Tanjung Rejo, Desa
Gedung Johor, Desa Kedai Durian, Desa Suka Maju, Desa Namu Gajah, Desa
Sidomulyo, Desa Ladang Bambu. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
Desember 2015 sampai Maret 2016.

Bahan dan Alat
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner untuk
peternak yang ada di Desa Tanjung Slamat, Desa Tanjung Anom, Desa Tanjung
Rejo, Desa Gedung Johor, Desa Kedai Durian, Desa Suka Maju, Desa Namu
Gajah, Desa Sidomulyo, dan Desa Ladang Bambu dan data penelitian “Substitusi
Jagung dengan Menggunakan Cassapro di dalam Ransum Terhadap Performans
Ayam Kampung”.
Alat
Adapun alat yang digunakan adalah buku data dan alat – alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei, yaitu untuk mengetahui total
biaya produksi peternakan ayam kampung di kota Medan. Informasi mengenai
total biaya produksi peternakan ayam kampung di kota Medan diperoleh dengan
melakukan pengamatan langsung. Data dikumpulkan dalam penelitian ini adalah

Universitas Sumatera Utara

informasi yang dapat dilihat secara langsung di lingkungan sekitar tempat
peternakan, yaitu jumlah ternak, biaya pemeliharaan ayam kampung, dan harga
jual ayam kampung. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan tentang
“Substitusi Jagung dengan Menggunakan Cassapro di dalam Ransum Terhadap
Performans Ayam Kampung”.
Data Usaha Peternakan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) kota Medan menyatakan
bahwa terdapat dua puluh satu (21) kecamatan yang ada di kota Medan. Dalam
penelitian ini, sampel diambil dari tiga (3) kecamatan. Di antara tiga (3)
kecamatan tersebut terdiri tiga desa dari masing-masing kecamatan yaitu Desa
Tanjung Slamat, Desa Tanjung Anom, Desa Tanjung Rejo, Desa Gedung Johor,
Desa Kedai Durian, Desa Suka Maju, Desa Namu Gajah, Desa Sidomulyo, dan
Desa Ladang Bambu. Alasan pemilihan kecamatan dan desa tersebut dikarenakan

masih daerah perkampungan yang memiliki banyak peternak ayam kampung dan
memiliki lahan yang cukup untuk beternak, dengan jumlah ternak berkisar 100150 ekor.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi langsung
ke peternakan untuk mengetahui keadaan lokasi dan wawancara seputar tentang
peternakan tersebut. Dalam wawancara pengumpulan data yang digunakan adalah
data sekunder dari instansi yang terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS),
sedangkan data primer yaitu data dari peternak ayam kampung yang disurvei dan
data penelitian “Substitusi Jagung dengan Menggunakan Cassapro di dalam

Universitas Sumatera Utara

Ransum Terhadap Performans Ayam Kampung”. Dengan data tersebut, kita dapat
membandingkan atau mengetahui keuntungandan kelayakan usaha peternakan
ayam kampung yang menggunakan cassapro dengan mensubstitusi jagung dalam
ransum.

Analisis Data
Analisis data yang dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan pengamatan

langsung terhadap suatu obyek penelitian guna mengetahui keadaan lokasi
usaha dan karakteristik peternakan ayam kampung.
2. Analisis ekonomi atau kuantitatif digunakan untuk melakukan perhitungan
sebagai berikut:
a. Total biaya TC = FC + VC
Keterangan : TC = Biaya total
FC = Biaya tetap
VC = Biaya tidak tetap
b. Total penerimaan TR = (p1 x Q) + (p2 x Q)
Keterangan : TR = Total Revenue
p1 = Harga/kg daging
p2 = Harga/hasilsamping
Q = Tingkat produksi
c. Pendapatan ∏ = TR – TC
Keterangan : ∏ = Pendapatan
TR = Total revenue
TC = Total cost

Universitas Sumatera Utara


d. R/C ratio
R/C ratio = Total Penerimaan (R) : Total Biaya Produksi (C)
Kriteria penilaian R/C ratio sebagai berikut :
1. R/C ratio> 1, usaha peternakan ayam kampung layak dikembangkan.
2. R/C ratio = 1, usaha peternakan ayam kampung tersebut tidak untung
tidak rugi (impas).
3. R/C ratio< 1, usaha peternakan ayam kampung tidak layak
dikembangkan.
e. Break Even Point (BEP)
BEP (harga)=

BEP (hasil)=

Biaya produksi total
Hasil produksi
Biaya produksi total
Harga jual

Analisis finansial usaha peternakan ditentukan melalui analisis pendapatan
dengan menghitung total biaya, BEP dan R/C ratio.


Metode Pengambilan Data
1. Dilakukan survei dan observasi langsung ke peternakan dan melakukan
wawancara seputar peternakan.
2. Survei dilaksanakan Desa Tanjung Slamat, Desa Tanjung Anom, Desa
Tanjung Rejo, Desa Gedung Johor, Desa Kedai Durian, Desa Suka Maju,
Desa Namu Gajah, Desa Sidomulyo, dan Desa Ladang Bambu.
3. Pengambilan data dengan menggunakankuisoner.
4. Melakukan analisis ekonomi dari hasil penelitian performance substitusi
jagung dengan cassapro dan membandingkan dengan peternakan yang
menggunakan pakan konvensional.

Universitas Sumatera Utara

Parameter Penelitian
1. Total Biaya Produksi
Total biaya produksi atau total pengeluaran, yaitu biaya - biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk yang diperoleh dengan cara
menghitung biaya pakan, biaya tenaga kerja, biaya pembuatan kandang, biaya
sewa lahan, dan biaya obat-obatan.

2. Total Hasil Produksi
Total hasil produksi atau total penerimaan, yaitu seluruh produk yang
dihasilkan dalam kegiatan ekonomi yang diperoleh dengan cara menghitung hasil
penjualan yang dihasilkan.
3. Laba/Rugi
Analisis laba/rugi dilakukan untuk mengetahui apakah usaha tersebut
menguntungkan atau rugi dengan cara menghitung selisih antara total penerimaan
dan total pengeluaran.
K = TR - TC
dimana :
K

= Keuntungan

TR

= Total Penerimaan

TC


= Total P engeluaran

4. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)
R/C ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya
yang dikeluarkan.
R/C ratio = Total Penerimaan (R) : Total Biaya Produksi (C)

Universitas Sumatera Utara

5. Income Over Feed Cosh (IOFC)
Income Over Feed Cosh (IOFC) diperoleh dengan cara menghitung selisih
pendapatan usaha peternakan dikurangi dengan biaya ransum. Pendapatan
merupakan perkalian antara produksi akibat perlakuan dengan harga jual.
Sementara biaya pakan adalah segala biaya yang di keluarkan untuk ransum yang
habis selama pemeliharaan. Perhitungan IOFC ini terlepas dari biaya lain yang
belum diperhitungkan seperti upah tenaga kerja, fasilitas kandang, bibit dan lain
sebagainya yang tidak termasuk ke dalam kriteria yang diamati dalam biaya
variabel.
IOFC = (Bobot badan akhir – bobot badan awal x harga jual/kg) – (Total
konsumsi pakan x harga pakan perlakuan/kg).

Pelaksanaan Penelitian
Persiapan
Persiapan yang dilakukan yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang
dibutuhkan pada saat survei, seperti kuisoner dan buku data.
Survei Pendahuluan
Melakukan survei pendahuluan untuk mengetahui keadaan dan situasi
peternakan agar mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melakukan survei
pagi, siang atau pada malam hari dan menentukan lokasi yang akan disurvei.
Survei dan Melakukan Wawancara
Survei dilakukan di peternakan yang telah dipilih dan dilakukan
wawancara dengan menggunakan kuisoner yang telah di siapkan.

Universitas Sumatera Utara

Tabulasi Data
Mengumpulkan dan menyusun data - data yang telah di dapatkan dari
survei yang telah dikumpulkan.
Analisis Data
Dianalisis data yang sudah terkumpul untuk mengetahui data - data mana
yang kita perlukan dan dapat menjadi sebuah informasi bagi penelitian tersebut.

Menyimpulkan Data
Disimpulkan semua data menjadi sebuah rangkuman informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Total Biaya Produksi
Berdasarkan penelitian dengan menggunakan cassapro berbagai level,
mulai dari 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40% yang mensubstitusi jagung dalam
ransum maka total biaya produksi dapat dilihat seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. Total biaya produksi dengan menggunakan cassapro (Rp/20 ekor)
Ulangan
Perlakuan
Total
Rataan
1
2
3

4
P0
106.397
106.397
106.397
106.397 425.589 106.397
P1
105.484
105.484
105.484
105.484 421.937 105.484
P2
104.580
104.580
104.580
104.580 418.320 104.580
P3
103.645
103.645
103.645

103.645 414.580 103.645
P4
102.789
102.789
102.789
102.789 411.156 102.789
Tabel 4 menunjukkan bahwa total biaya produksi pemeliharaan ayam
kampung 20 ekor/perlakuan selama penelitian menunjukkan perbedaan yaitu
dimana rataan biaya produksi pemeliharaan ayam kampung selama penelitian
yang tertinggi terdapat pada perlakuan 0 % cassapro sebesar Rp. 425.589,-dan
yang terendah pada perlakuan 40 % cassapro sebesar Rp. 411.156,-. Hal ini terjadi
karena pada perlakuan 0 % cassapro rataan biaya pakannya sebesar Rp.69.589,lebih besar dibandingkan biaya ransum pada perlakuan 40 % cassapro yaitu
dengan rataan sebesar Rp. 55.155,-, sementara biaya produksi lainnya seperti
biaya bibit, obat – obatan, penyusutan kandang, perlengkapan kandang, tenaga
kerja, transportasi dan biaya listrik air adalah sama. Hal ini seperti diungkapkan
olehBudiono(1990), bahwa biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan
untuk

memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk

menghasilkan barang - barang produksi oleh penelitian. Biaya produksi yang
digunakan meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap.Biaya tetap yang
dikeluarkan, biaya penyusutan, biaya sewa tanah dan bunga modal. Biaya tidak

Universitas Sumatera Utara

tetap antara lain biaya pembelian pakan, biaya pembelian obat-obatan dan biaya
pembayaran listrik dan telepon.
Berdasarkan survei di 27 peternakan di kota Medan yang memakai pakan
konvensional maka total biaya produksi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5. Total biaya produksi di peternakan kota Medan (Rp/20 ekor)
No.
Nama Peternak
Total Biaya Produksi (Rp)
1
Warju
667.000
2
Pehulisa
637.000
3
Putra
657.000
Ginta
657.000
4
Adi
652.000
5
Reni
657.000
6
Yani
667.000
7
Putri
661.000
8
9
Ramlan
668.333
10
Linda
666.667
11
Pati
683.333
12
Surya
601.667
Jeri
674.167
13
Jefri
668.333
14
Gita
670.833
15
Waginem
628.000
16
17
Sari
585.600
18
Budi
650.000
19
Jore
646.154
20
Eko
615.556
Rina
627.778
21
Bona
595.357
22
Agus
614.286
23
24
Girsang
666.207
25
Rebin
652.000
Silvi
652.000
26
Sukiman
624.667
27
Total
17.445.937
Rataan
646.145,82
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa total biaya produksi tertinggi terdapat
pada peternakan nomor 11 atas nama Pati sebesar Rp. 683.333,- dan terendah
terdapat pada peternakan nomor 17 atas nama Sari sebesar Rp. 585.600,-.

Universitas Sumatera Utara

Total Hasil Produksi
Berdasarkan penelitian dengan menggunakan cassapro berbagai level,
mulai dari 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40% yang mensubstitusi jagung dalam
ransum maka total hasil produksi dapat dilihat seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 6. Total hasil produksi dengan menggunakan cassapro (Rp/20 ekor)
Ulangan
Perlakuan
Total
Rataan
1
2
3
4
P0
229.000
229.000
229.000
229.000 916.000 229.000
P1
229.000
229.000
229.000
229.000 916.000 229.000
P2
229.000
229.000
229.000
229.000 916.000 229.000
P3
229.000
229.000
229.000
229.000 916.000 229.000
P4
229.000
229.000
229.000
229.000 916.000 229.000
Tabel 6 menunjukkan bahwa total hasil produksi pemeliharaan ayam
kampung 20 ekor/perlakuan selama penelitian mempunyai hasil produksi yang
sama . Hal ini terjadi karena samanya harga penjualan terhadap hasil produksi
seperti penjualan ayam kampung dan feses sehingga mendapatkan hasil produksi
yang sama juga yaitu sebesar Rp.916.000. Hal ini sesuai dengan pernyataan
(Rasyaf, 1995), pendapatan usaha merupakan seluruh penerimaan yang diperoleh
oleh suatu usaha peternakan, baik yang berupa hasil pokok (misal: penjualan
ternak, baik itu hidup atau karkas) maupun hasil samping (misal: penjualan feses
dan urin) .
Jatmiko,(2006) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
adalah volume penjualan produk dan harga jual. Volume penjualan merupakan
faktor yang sangat penting mempengaruhi besar kecilnya pedapatan yang akan
didapatkan oleh peternak atas usahanya dalam melakukan pemeliharaan ayam
kampung. Sehingga untuk mendapatkan keuntungan penjualan yang besar,
peternak harus menjaga agar kematian ternaknya sekecil mungkin. Kemudian

Universitas Sumatera Utara

untuk harga jual produk merupakan nilai yang berupa uang untuk menghargai
setiap produk yang dihasilkan dari usaha.
Berdasarkan survei di 27 peternakan di kota Medan yang memakai pakan
konvensional maka total hasil produksi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 7. Total hasil produksi di peternakan kota Medan (Rp/20 ekor)
No.
Nama Peternak
Total Hasil Produksi (Rp)
1
Warju
916.000
2
Pehulisa
916.000
3
Putra
916.000
Ginta
916.000
4
Adi
916.000
5
Reni
916.000
6
Yani
916.000
7
Putri
916.000
8
9
Ramlan
916.000
10
Linda
916.000
Pati
916.000
11
12
Surya
916.000
Jeri
916.000
13
Jefri
916.000
14
Gita
916.000
15
Waginem
916.000
16
Sari
916.000
17
Budi
916.000
18
Jore
916.000
19
20
Eko
916.000
Rina
916.000
21
Bona
916.000
22
Agus
916.000
23
24
Girsang
916.000
25
Rebin
916.000
Silvi
916.000
26
Sukiman
916.000
27
Total
24.732.000
Rataan
916.000

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa total hasil produksi menunjukkan hasil
yang sama juga yaitu sebesar Rp. 916.000,-.

Universitas Sumatera Utara

Suprijatna, (2005), menyatakan keberhasilan pada suatu usaha peternakan
ayam tidak cukup hanya dengan tercapainya tingkat produksi tapi juga perlu
memperhatikan tingkat pembiayaan produksinya(ekonomis).Tingkat produksi
yang tinggi harus dicapai dengan tingkat pembiayaan yang seminimal mungkin
sehingga dicapai tingkat efisiensi yang tinggi. Dengan demikian, akan diperoleh
tingkat keuntungan yang tinggi.
Laba/Rugi
Berdasarkan penelitian dengan menggunakan cassapro berbagai level,
mulai dari 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40% yang mensubstitusi jagung dalam
ransum maka laba/rugi dapat dilihat seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 8. Laba/rugi dengan menggunakan cassapro (Rp/20 ekor)
Ulangan
Total
Perlakuan
1
2
3
4
P0
122.602
122.602
122.602
122.602 490.411
P1
123.515
123.515
123.515
123.515 494.063
P2
124.420
124.420
124.420
124.420 497.680
P3
125.355
125.355
125.355
125.355 501.420
P4
126.211
126.211
126.211
126.211 504.844
Analisis laba/rugi yaitu untuk mengetahui apakah usaha

Rataan
122.602
123.515
124.420
125.355
126.211
tersebut

menguntungkan atau rugi dengan cara menghitung selisih antara total penerimaan
dengan total pengeluaran. Tabel 8 menunjukkan bahwa analisis laba/rugi pada
pemeliharaan ayam kampung yang menggunakan cassapro20 ekor ayam
kampung/perlakuan selama pemeliharaan menunjukkan perbedaan pada setiap
level dimana keuntungan yang tertinggi terdapat pada perlakuan 40 % cassapro
yaitu dengan sebesar Rp.504.844,- dan yang laba/rugi yang terendah terdapat pada
perlakuan 0% cassapro yaitu sebesar Rp.490.411,-. Hal ini terjadi karena biaya
produksi yang dikeluarkan pada perlakuan 40% seperti biaya pakan lebih sedikit
dibandingkan pada perlakuan yang lain sedangkan biaya bibit, biaya penyusutan

Universitas Sumatera Utara

kandang, biaya tenaga kerja,biaya transportasi, dan biaya obat-obatan adalah
sama. Sehingga total hasil produksi seperti penjualan daging dan feses ayam
kampung yang diperoleh dapat mengimbangi total biaya produksi yang
dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kasmir (2008), yang menyatakan
bahwa total pengeluaran seperti biaya pakan, biaya bibit, biaya obat – obatan,
biaya transportasi, biaya sewa kandang, biaya upah pekerja dan biaya transportasi.
Laporan laba/rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh pada
suatu periode ke periode berikutnya. Kemudian juga akan tergambar jenis – jenis
biaya yang akan dikeluarkan berikut jumlahnya dalam periode yang sama.
Keuntungan terendah terdapat pada perlakuan 0% cassapro. Karena biaya
produksi yang di keluarkannya lebih besar yaitu pada biaya ransum yang
digunakan dibandingkan hasil produksi yang dihasilkan pada perlakuan tersebut.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Hansen dan Mowen, (2005), yang menyatakan
bahwa laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan
masukkan untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang diterimanya.
Perhitungan laba jelas untuk keputusan manajemen. Bila laba konsisten positif,
perusahaan dapat tetap berada dalam bisnis tersebut, tetapi jika perusahaan
mengalami penurunan produksi pengusaha dapat mencari produk yang lain akan
diolah yang dapat mendatangkan keuntungan.
Berdasarkan survei di 27 peternakan di kota Medan yang memakai pakan
konvensional maka laba/rugi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 9. Laba/rugi di peternakan kota Medan (Rp/20 ekor)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Total
Rataan

Nama Peternak

Laba/Rugi (Rp)

Warju
Pehulisa
Putra
Ginta
Adi
Reni
Yani
Putri
Ramlan
Linda
Pati
Surya
Jeri
Jefri
Gita
Waginem
Sari
Budi
Jore
Eko
Rina
Bona
Agus
Girsang
Rebin
Silvi
Sukiman

233.000
263.000
243.000
243.000
248.000
243.000
233.000
239.000
231.667
233.333
216.667
298.333
225.833
231.667
229.167
272.000
314.400
250.000
253.846
284.444
272.222
304.643
285.714
233.793
248.000
248.000
275.333
6.854.063
253.854
Berdasarkan tabel 9 hasil analisis laba/rugi yang dilakukan pada

peternakan ayam kampung masyarakat di Kota Medan terdapat perbedaan disetiap
peternakan, yaitu dimana laba/rugi yang tertinggi terdapat pada peternakan nomor
17 atas nama Sari yaitu dengan sebesar Rp.314.400, sedangkan terendah pada
peternakan nomor 11 atas nama Pati yaitu dengan sebesar Rp.216.667.
R/C Ratio

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan penelitian dengan menggunakan cassapro berbagai level,
mulai dari 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40% yang mensubstitusi jagung dalam
ransum maka R/C ratiodapat dilihat seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 10. R/C ratio dengan menggunakan cassapro (20 ekor)
R/C Ratio
Perlakuan
P0
2,15
P1
2,17
P2
2,19
P3
2,21
P4
2,23
Pada tabel 10 dapat dilihat bahwa R/C ratio yang diperoleh dari
pemeliharaan ayam kampung 20 ekor/perlakuan yang menggunakan pakan 40%
cassapro dianggap memiliki kelayakan untuk dilanjutkan karena memiliki rataan
sebesar 2,23yaitu (R/C > 1), sedangkan pada pakan 30 % cassapro sebesar 2,21
(R/C > 1), pakan 20% sebesar 2,19 (R/C > 1), pakan 10% sebesar 2,17 (R/C > 1)
dan pada pakan 0% cassapro sebesar 2,15 (R/C > 1) juga layak untuk dijalankan.
Namun R/C tertinggi terdapat pada pakan yang menggunakan 40% cassapro. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Kadariah (1997), menyatakan bahwa untuk
mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan
mengukur besarnya pemasukan bagi besarnya pengeluaran, dimana bila :
R/C Ratio > : Efisien
R/C Ratio = 1 : Impas
R/C ratio < 1 : Tidak Efisien
Rataan R/C Ratio tertinggi terdapat pada pakan 40 % cassapro yaitu
sebesar 2,23dan nilai rataan R/C terendah terdapat pada 0% cassapro yaitu sebesar
2,15.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan survei di 27 peternakan di kota Medan yang memakai pakan
konvensional maka R/C ratio dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 11. R/C ratio di peternakan kota Medan (20 ekor)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Total
Rataan

Nama Peternak

R/C Ratio

Warju
Pehulisa
Putra
Ginta
Adi
Reni
Yani
Putri
Ramlan
Linda
Pati
Surya
Jeri
Jefri
Gita
Waginem
Sari
Budi
Jore
Eko
Rina
Bona
Agus
Girsang
Rebin
Silvi
Sukiman

1,35
1,41
1,37
1,37
1,38
1,37
1,35
1,36
1,35
1,35
1,32
1,50
1,33
1,35
1,34
1,43
1,54
1,38
1,39
1,46
1,43
1,51
1,47
1,35
1,38
1,38
1,44
37,67
1,40
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada peternakan ayam kampung

di masyarakat kota Medan pada tabel 11 dimana memiliki nilai R/C ratio yang
berbeda pada setiap peternakan, dimana R/C ratio yang tertinggi terdapat pada
peternakan nomor 17 atas nama Sari sebesar 1,54, dan terendah pada peternakan
nomor11 atas nama Pati sebesar 1,32. Hal ini sesuai dengan pernyataan soekartawi
(2002), yang menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan memberikan manfaat

Universitas Sumatera Utara

apabila nilai R/C ratio > 1. Semakin besar nilai R/C ratio maka semakin efisien
usaha tersebut dan sebaliknya, semakin kecil nilai R/C rationya maka semakin
tidak efisien usah tersebut untuk dijalankan.
IOFC
Berdasarkan penelitian dengan menggunakan cassapro berbagai level,
mulai dari 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40% yang mensubstitusi jagung dalam
ransum maka IOFC dapat dilihat seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 12. IOFC dengan menggunakan cassapro (Rp/20 ekor)
IOFC
Perlakuan
P0
846.411
P1
850.063
P2
853.680
P3
857.420
P4
860.844
Income OverFeedCost (IOFC) ini merupakan barometer untuk melihat
seberapa besar biaya ransum yang merupakan biaya terbesar dalam usaha
penggemukan ternak.Income OverFeedCost (IOFC)diperolehdengan menghitung
selisih pendapatan usaha peternakan dengan biaya pakan.Pendapatan merupakan
perkalian antara hasil produksi peternakan berupa daging dan harga jual.Jumlah
ransum yang dihabiskan dikali dengan harga selama masa pembesaran hingga saat
dijual. Nilai yang diperoleh dibandingkan antara pendapatan dengan biaya ransum
tersebut.
Tabel 12 menunjukkan bahwa pemeliharaan ayam kampung jika
diasumsikan 20 ekor dapat dilihat bahwa Income Over Feed Cost (IOFC) tertinggi
terdapat pada pakan 40 % cassapro dengan rataan sebesar 860.844 dan rataan
terendah terdapat pada 0 % cassapro yaitu dengan rataan sebesar 846.411. Hal ini
sesuai dengan pernyataan prawirokusumo (1990) yang menyatakan bahwa Income

Universitas Sumatera Utara

Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih total pendapatan dengan biaya pakan yang
digunakan selama usaha pemeliharaan ternak.
Berdasarkan survei di 27 peternakan di kota Medan yang memakai pakan
konvensional maka IOFC dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 13. IOFC di peternakan kota Medan (Rp/20 ekor)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Total
Rataan

Nama Peternak

Warju
Pehulisa
Putra
Ginta
Adi
Reni
Yani
Putri
Ramlan
Linda
Pati
Surya
Jeri
Jefri
Gita
Waginem
Sari
Budi
Jore
Eko
Rina
Bona
Agus
Girsang
Rebin
Silvi
Sukiman

IOFC (Rp)

468.000
468.000
468.000
468.000
468.000
468.000
468.000
468.000
450.000
450.000
450.000
540.000
450.000
450.000
450.000
468.000
554.400
468.000
484.615
500.000
500.000
514.286
514.286
453.103
468.000
468.000
468.000
12.844.690
475.729,27

Universitas Sumatera Utara

Pada tabel 13 terdapat nilai Income Over Feed Cost (IOFC) dari
peternakan ayam kampung masyarakat di Kota Medan. Nilai Income Over Feed
Cost (IOFC) yang tertinggi berada pada peternakannomor 17 atas nama Sari yaitu
sebesar Rp. 554.400 dan yang terendah terdapat pada peternakan nomor 11 atas
nama Patisebesar Rp. 450.000.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Cassapro dapat mengganti jagung sebagai bahan pakan dalam ransum
ayam kampung dan semakin tinggi pemakaian cassapro sampai tingkat 40%
makan keuntungan semakin meningkat ditinjau dari segi ekonomis peternakan.

Saran
Disarankan kepada peternak yang berada di kota Medan untuk
memanfaatkan cassapro sebagai salah satu bahan untuk ransum ayam kampung
dan agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menggunakan level cassapro yang
lebih tinggi dari 40% .

Universitas Sumatera Utara