Substitusi Jagung Dengan Menggunakan Cassapro (Cassava Protein) Di Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Kampung Chapter III V
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
LokasidanWaktuPenelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kandang Penelitian Program Studi Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.Penelitian ini berlangsung selama 12 minggu dimulai
dari bulan Desember 2015 sampai Maret 2016.
Bahan Dan Alat
Bahan
Day
old
Chick
(DOC)
ayam
Bahanpakanpenyusunransumterdiridarijagung,
kampung
sebanyak
bungkilkedelai,
100
bungkilkelapa,
ekor,
dedak,
tepungikan, minyak, premix, Cassapro, Air minum, Obat- obatan, Vitamin danvaksin,
Desinfektanyaiturodalon
Alat
Kandangsebanyak
20
plot
denganukuran
1x1
x
0.5
meter,
Tempatminumdanpakanmasing- masing 20 buah, Timbangan electric balance dantimbangan
salter, Alat- alatpembersih kandang (sapu lidi), Ember, Buku, alattulisdankalkulator.
MetodePenelitian
AdapunRancanganpenelitian
yang
digunakanadalahRancanganAcakLengkap
(RAL)dengan 5 perlakuandan 4 ulangansetiapulanganterdiridari 5 ekor. Perlakuan yang
ditelitiadalahsebagaiberikut
P0 = Ransum dengan 60% jagung 0% cassapro
P1 = Ransum dengan 50% jagung 10% cassapro
P2 = Ransum dengan 40% jagung 20% cassapro
Universitas Sumatera Utara
P3 = Ransum dengan 30% jagung 30% cassapro
P4 = Ransum dengan 20% jangung 40% cassapro
Sedangkanulangandidapatdari
T(n-1) ≥ 15
5(n-1)≥15
5n – 5 ≥15
n ≥4
Susunanperlakuansebagaiberikut :
P4 U1
P3 U3
P0 U3
P3 U2
P3 U1
P4 U2
P1 U4
P2 U4
P0 U2
P0 U4
P2 U1
P4 U3
P0 U1
P3 U4
P1 U1
P2 U3
P1 U2
P2 U2
P2 U3
P4 U4
Metode linier yang digunakanuntukrancanganacaklengkap (RAL) adalah :
Yij = µ + Õi +∑ij
Dimana:
Yij
=
Nilaipengamatan
yang
diperolehdarisatuan
Percobaandariperlakuanke-I
danulanganke j
µ
= Rataan/ Nilaitengah
Õi
= Efekdariperlakuanke- i
∑ij
= pengaruhgalatpercobaanperlakuanke- I danulanganke-j
Parameter Penelitian
KonsumsiRansum(g/ekor/hari)
Konsumsiransumdihitungsetiapmingguberdasarkanselisihantarajumlahransum
yang
diberikandenganjumlahsisaransumdansisaransum yang terbuang
Universitas Sumatera Utara
PertambahanBobotBadan (g/ekor/minggu)
Pertambahanbobotbadandihitungsetiapmingguyaitumerupakanselisihantarapenimbang
anbobotbadanakhirdenganpenimbanganbobotbadanawal
KonversiRansum
Konversiransumdihitungdengancaramembandingkanjumlahransum
yang
dikonsumsidenganpertambahanbobotbadan yang dicapaisetiapminggunya.
PelaksanaanPenelitian
PersiapanKandangdanPeralatan
Kandang berukuran 1 m x 1 m x 0,5 m sebelum digunakan terlebih dahulu
dibersihkan dan ditutup rapat dengan terpal, lalu disucihamakan penyemprotan dengan
larutan formalin dan dibiarkan selama satu minggu dengan tujuan mensucihamakan kandang
dari jamur, bakteri dan bibit mikroorganisme lainnya. Kandang dan peralatan kandang
didesinfektan dengan rodalon sebelum digunakan.
Pengacakan DOC
SebelumDOC dimasukkan kedalam kandang yang sudah disediakan terlebih dahulu
dilakukan penimbangan agar bias diketahui kisaran bobot badan awal yang akan digunakan,
kemudian dilakukan pemilihan secara acak (random) untuk menghindari bias (galat
percobaan) lalu ditempatkan pada masing-masing plot yang tersedia sebanyak 5 ekor.
PengolahanUbiKayuMenjadiCassapro
Universitas Sumatera Utara
Ubi kayu yang akan difermentasi dipotong kecil-kecil terlebih dahulu agar proses
pengeringan dapat menjadi lebih mudah. Kemudian melakukan aktifitas spora Aspergillus
Niger dengan cara dimasukkan kedalam 50 liter air masak. Ditambahkan 250 gram gula
pasir/molasses, 200 gram Urea/NPK sebagai sumber nitrogen anorganik, juga ditambhkan
100 gram mikronutrien 9KCL, NaH 2 PO 4, FeSO 4 , CuSO 4 ). Ditimbang cacahan kecil ubi kayu
sebanyak kg, lalu ditambahkan mikronutrien/mineral yang terdiri dari 7,2% Za 4% Urea
1,5% NaH 2 PO 4 0,15% KCL 0,075% FeSO 4 dan 0,50 MgSO 4 dicampur secara merata dengan
50 liter cairan inokulen spora aktif kemudian kebaki fermentasi yang bagian bawahnya
dilapisi kain kantong terigu bekas dengan ketebalan campuran bahan 3-4 cm. kemudian di
fermentasi selama 3-4 hari.
SkemaPembuatanCassapro
Bahanbaku 100 kg
+ AktifSporaA.Niger (50 liter)
+ Urea/NPK
+ Mikronutrien (100 gr)
(KCL, NaH2PO4, FeSO4,
DiadukMerata
DitaruhdalamTampahdengan
ketebalan 5 cm
Difermentasiselama 3-5 Hari
Universitas Sumatera Utara
Dipanen
Dikeringkan
Giling
Cassapro (80-85 kg Siapdipakai)
Tabel 5. Formula ransumdenganKandungancassapro yang berbeda
Item
Bahan pakan %
Dedak Halus
Dedak jagung
Bungkil kelapa
Bungkil kedelai
Tepung ikan
Minyak nabati
Cassapro
Premix
Tepung batu
Komposisi kimiawi
Protein %
Energi metabolisme, Kkal/kg
Ca%
P-tersedia
Keterangan :
R0
R1
R2
R3
R4
R0
6
60
8
14
9
1
0
1
1
17,75
2.968
1,16
0,59
Formulasi Pakan
R1
R2
6
6
50
40
8
8
14
14
9
9
1
1
10
20
1
1
1
1
17,79
3.017
1,17
0,62
17,83
3.068
1,19
0,64
R3
6
30
8
14
9
1
30
1
1
R4
6
20
8
14
9
1
40
1
1
17,87
3.117
1,21
0,66
17,91
3.167
1,22
0,69
: Ransum control tanpa cassapro
: Ransum dengan 50% jagung dan 10% cassapro
: Ransum dengan 40% jagung dan 20% cassapro
: Ransum dengan 30% jagung dan 30% cassapro
: Ransum dengan 20% jagung dan 40% cassapro
Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan setiaphari untuk konsumsi ransum dengan menimbang
ransum yang tersisa atau terbuang dan penimbangan berat badan dilakukan setiap minggu,
demikian juga dengan konversi ransum diambil datanya pada setiap minggu.Pengukuran suhu
kandang juga dilakukan setiap hari menggunakan thermometer ruang.
Analisis data
Universitas Sumatera Utara
Pengujian parameter dilakukan dengan Analisis Sidik Ragam (RAL), bila
perlakuan berbeda nyata (Fh>0,5) atau sangat nyata ( Fh>0,1) dilanjutkan dengan uji
lanjut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum merupakan banyaknya jumlah ransum yang dimakan oleh ternak
akan digunakan untuk mencukupi hidup pokok dan untuk produksi ternak. Konsumsi ransum
dapat dihitung dengan cara pengurangan jumlah ransum yang diberikan dengan pakan pada
tempat pakan. Konsumsi pakan merupakan hal yang penting, karena berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan baik untuk hidup pokok maupun produksi. Meningkatnya ransum
yang dikonsumsi akan memberikan kesempatan pada tubuh untuk meretensi zat-zat makanan
yang lebih banyak, kebutuhan protein zat zat makanan yang lebih banyak, sehingga
kebutuhan protein terpenuhi.
Rataan konsumsi ransum selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6. Rataan konsumsi ransum selama penelitian (g/ekor/minggu)
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
P4
Ulangan
1
327,22
328,18
325,80
325,16
325,02
2
327,82
326,60
325,96
326,18
327,53
3
328,20
327,64
327,84
327,33
325,29
4
328,40
327,02
328,13
324,40
327,47
Total
Rata-rata
S.deviasi
1311,64
1309,44
1307,73
1303,07
1305,31
327,91
327,36
326,93
325,77
326,33
±0,52
±0,69
±1,23
±1,27
±1,36
Tab
el
7.A
nno
va
kon
sum
si
ransum selama penelitian (g/ekor/minggu)
F Tabel
SK
Perlakuan
Galat
Total
dB
4
15
19
JK
400647,60
1602583,28
2003230,88
KT
100161,9
106838,9
F Hit
0,938
0,05
3,24
0,01
5,29
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 6, dapat dilihat bahwa rataan konsumsi ransum ayam kampung selama
penelitian adalah tidak berbeda nyata antar perlakuan (P 0 ,P 1 ,P 2 ,P 3 ,P 4 ). Konsumsi ransum
tertinggi terdapat pada P0 sebesar 327.91 g/ekor/minggu, sedangkan konsumsi ransum
terendah terdapat pada P 3 sebesar 325,77.
Berdasarkan analisis ragam juga menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (f hit
≤
0.05) terhadap konsumsi.Hal ini menunjukkan bahwa pemberian jagung dan cassapro tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi.Namun kecenderungan konsumsi pada
P 0 lebih tinggi bila dibandingkan dengan P 1 , P 2 , P 3 dan P 4 . Dalam hal ini menunjukkan
bahwa jagung dan cassapro memiliki kualitas dan palatabilitas yang relatif sama.
Pada Tabel 6 diatas terlihat bahwa P 1 , P 2 , P 3 dan P 4 lebih rendah daripada P 0 yang
tidak mengandung cassapro. Statistikkonsumsi pada P 1 , P 2 , P 3 dan P 4 dipengaruhi oleh
ransum yang isonutrien. Namun setelah dilakukan analisis varian diperoleh bahwa F hitung
lebih kecil daripada F tabel yang menyatakan bahwa tingkat konsumsi tidak berbeda nyata.
Lebih lanjut Tillman et al.,. (1989) menyatakan bahwa ternak dalam mengkonsumsi ransum
tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan
reproduksi. Konsumsi ransum dipengaruhi oleh lingkungan, imbangan zat-zat makanan,
kualitas ransum, bangsa ternak, kecepatan pertumbuhan, bobot badan, tingkat produksi dan
palatabilitas ransum.
Pertambahan Bobot Badan (PBB)
Pertambahan bobot badan (PBB) mencakup pertumbuhan dalam bentuk berat
jaringan-jaringan pembangun seperti tulang, jantung, otak, dan semua jaringan tubuh lainnya
(kecuali jaringan lemak) dan otot-otot tubuh. Pertambahan Bobot Badan dapat diukur dengan
cara mengurangkan bobot badan akhir dengan bobot badan awal persatuan waktu dalam
satuan gram/ ekor/ minggu. Penimbangan dilakukan satu kali dalam satu minggu. Rataan
Universitas Sumatera Utara
pertambahan bobot badan ayam kampung yang diperoleh selama penelitian adalah seperti
Tabel 7 berikut :
Tabel 8. Rataan pertambahan bobot badan selama penelitian (g/ekor/minggu)
Ulangan
Total
Rata rata
Perlakuan
1
2
3
4
60.50
52.23
55.56
57.56
225.84
56.46
P0
63.88
58.32
56.11
59.57
237.88
59.47
P1
59.00
60.32
59.80
64.04
243.15
60.79
P2
56.75
59.86
51.61
57.52
225.74
56.44
P3
57.43
51.54
58.44
59.53
226.94
56.74
P4
S.Deviasi
3.48
3.27
2.23
3.48
3.57
Tabel 9.Annova pertambahan bobot badan selama penelitian (g/ekor/minggu)
F Tabel
SK
Perlakuan
Galat
Total
dB
4
15
19
JK
12661,33
50589,53
63250,86
KT
3165,33
3372,64
6537,97
F Hit
0,939
0,05
3,24
0,01
5,29
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa rataan pertambahan bobot badan ayam kampung
selama penelitian adalah tidak berbeda nyata antar perlakuan (P 0 , P 1 , P 2 , P 3 dan P 4 ).
Rataan pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada P 1 sebesar 87.04 gram/ ekor/
minggu sedangkan rataan pertambahan bobot badan terendah terdapat pada P 3 sebesar 74.27.
Berdasarkan analisis ragam menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (f hitung
≤
0.05) terhadap pertambahan bobot badan.Hal ini menunjukkan bahwa substitusi jagung
dengan menggunakan cassapro tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertambahan bobot badan ayam kampung.Namun, kecenderungan rataan pertambahan bobot
badan pada P 2 (60.79) lebih tinggi bila dibandingkan dengan P 0 , P 1 , P 3 dan P 4 .Dalam hal ini
menunjukkan bahwa kandungan nutrisi pada jagung dan cassapro dapat dicerna dan
dimanfaatkan oleh ternak dengan baik, untuk hidup pokok dan juga produksi.Hal ini sesuai
dengan pernyataan Tillesus et al., (1984) yang menyatakan bahwa produktifitas ternak sangat
dipengaruhi oleh jumlah pakan dan nutrisi yang dapat dimanfaatkan oleh ternak. Kualitas
nutrisi yang dilihat dari aspek energi terkandung di dalam pakan yang dikonsumsi, tidak
Universitas Sumatera Utara
semuanya dimanfaatkan oleh ternak, ada yang termanfaatkan, sebagian lainnya terbuang
melalui feses, urin, gas metan dan panas. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Sturkie
(1976) yang menyatakan bahwa kebutuhan energi termetabolis diperoleh dengan mengurangi
energi ransum dengan energi ekskreta (feses dan urin). Dari sejumnlah energi tersebut tidak
seluruhnya dapat digunakan langsung tetapi masih ada yang hilang dalam bentuk panas (heat
increment) selama proses metabolisme, sehingga yang tinggal yaitu energi netto.
Dari hasil penelitian di atas diperoleh bahwa konsumsi pada P 0 lebih tinggi
dibandingkan dengan konsumsi pada P 2 .Sementara pada pertambahan bobot badan
ditemukan bahwa pertambahan bobot badan pada P 2 lebih tinggi daripada P 0 .Kecenderungan
hal ini kemungkinan disebabkan oleh kandungan asam amino yang terkandung pada cassapro
lebih lengkap. Hubungan antara konsumsi dan pertambahan bobot badan diatas tidak sesuai
dengan pernyataan Anggorodi (1995) yang menyatakan bahwa konsumsi pakan yang rendah
akan menyebabkan kekurangan zat makanan yang dibutuhkan ternak dan akibatnya akan
menghambat penimbunan lemak dan daging. Apabila kebutuhan untuk hidup pokok sudah
terpenuhi, kelebihan gizi yang dikonsumsi akan ditimbun sebagai jaringan lemak dan daging.
Dari Tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa rata rata pertumbuhan bobot badan ayam
kampung semua perlakuan yaitu sebesar 9,8 gram/ekor/hari. Angka tersebut sama dengan
standar PBB pada pemeliharaan ayam kampung menurut Murtidjo (1994) yaitu sebesar 9,8
gram/ekor/hari.
Konversi Ransum (Feed Converse Ratio)
Konversi ransum merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menilai
efisiensi penggunaan ransum serta kualitas ransum.Konversi ransum adalah perbandingan
antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam jangka
waktu tertentu.Rasyaf (1994) menyatakan bahwa konversi ransum (Feed Converse Ratio)
Universitas Sumatera Utara
adalah perbandingan jumlah konsumsi ransum pada satu minggu dengan pertambahan bobot
badan yang dicapai pada minggu itu. FCR dapat dicari dengan cara membandingkan antara
jumlah ransum yang habis dikonsumsi oleh ayam kampung dalam jangka waktu tertentu
dengan bobot hidup.
Tabel 10. Konversi ransum selama penelitian (g/ekor/minggu)
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
P4
Ulangan
1
5.41
5.14
5.52
5.73
5.66
2
6.28
5.60
5.40
5.45
6.36
3
5.91
5.84
5.48
6.34
5.57
4
5.71
5.49
5.12
5.64
5.50
Total
Rata-rata
S.Deviasi
23.30
22.07
21.53
23.16
23.08
5.82
5.52
5.38
5.79
5.77
0.36
0.29
0.18
0.39
0.40
Tabel 11.Annova Konversi ransum selama penelitian (g/ekor/minggu)
F Tabel
SK
dB
JK
KT
F Hit
0,05
0,01
Perlakuan
Galat
Total
4
15
19
120,5747
481,7284
4809,715
30,14366
32,11523
0,939
3,24
5,29
Dari tabel 10, dapat dilihat bahwa konversi ransum ayam kampung selama penelitian
adalah tidak berbeda nyata antara perlakuan (P 0 ,P 1 ,P 2 ,P 3 ,P 4 ). Konversi ransum tertinggi
terdapat pada P 0 sebesar 5,82, sedangkan konversi ransum terendah terdapat pada P 2 sebesar
5,38. Semakin rendah nilai konversi ransum maka semakin efektif penggunaan ransum
tersebut sebagai pakan ternak.
Berdasarkan analisis ragam menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (f hitung
≤
0,05) terhadap konversi ransum. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian tepung jagung dan
cassapro tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konversi ransum ayam kampung.
Namun kecenderungan konversi ransum pada P 2 (5,38) lebih rendah bila dibandingkan
dengan P 0 , P 1 , P 3 dan P 4 . Dalam hal ini menunjukkan bahwa pemberian P 2 sebagai pakan
Universitas Sumatera Utara
ternak ayam kampung lebih efektif bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Anggorodi (1990), yang menyatakan bahwa konversi ransum
adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan
yang dicapai dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan merupakan suatu indikator yang
dapat menerangkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, dimana semakin rendah angkanya
berarti semakin baik konversi pakan tersebut.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa P 0 merupakan konsumsi tertinggi sementara
P 1 berada diurutan kedua, sementara dalam pertambahan bobot badan P 2 lebih tinggi jika
dibandingkan dengan P 0 .Konversi ransum adalah hasil bagi antara konsumsi dengan
pertambahan bobot badan.Besar konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan menentukan
konversi pakan.Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Martawidjaja (1998), yang
menyatakan bahwa pakan yang berkualitas baik dapat menghasilkan pertambahan bobot
badan yang tinggi. Penggunaan pakan akan semakin efisien bila jumlah pakan yang
dikonsumsi minimal namun menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi.
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Data rekapitulasi hasil penelitian subtitusi jagung dengan menggunakan cassapro
dalam ransum terhadap ayam kampung disajikan dalam Tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 12. Data rekapitulasi hasil penelitiansubtitusi jagung dengan menggunakan
cassapro dalam ransum terhadap ayam kampung
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
P4
Konsumsi
(g/ekor/minggu)
327,91
327,36
326,93
325,77
326,33
Rataan Parameter
PBB
(g/ekor/minggu)
56.46
59.47
60.79
56.44
56.74
FCR
(g/ekor/minggu)
5.82
5.52
5.38
5.79
5.77
Dari data rekapitulasi diatas, terlihat bahwa P 0 , P 1 , P 2 , P 3 dan P 4 memberikan
pengaruh yang tidak nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan
Universitas Sumatera Utara
konversi ransum. Dari tabel di atas terlihat bahwa konsumsi menunjukkan penurunan dari
P 0 , P 1 , P 2 , P 3 dan P 4 , namun pada pertambahan bobot badan terlihat bahwa PBB tertinggi
terdapat pada P 2 diikuti dengan P 1 , P 4 , P 0 dan P 3 . Sehingga pada FCR ditemukan bahwa
penggunaan ransum paling efektif terdapat pada P 2 yang diikuti oleh P 1 , P 4 , P 3 dan P 0 .
KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Sumatera Utara
Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan cassapro (cassava protein)
mampu menggantikan pemberian jagung sampai 30% terhadap performans ayam kampung.
Saran
Disarankan kepada peternak agar menggunakan cassapro untuk menggantikanjagung
dalam ransum ayam kampung jika tersedia secara jumlah produksi dan keberlanjutannya.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara
LokasidanWaktuPenelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kandang Penelitian Program Studi Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.Penelitian ini berlangsung selama 12 minggu dimulai
dari bulan Desember 2015 sampai Maret 2016.
Bahan Dan Alat
Bahan
Day
old
Chick
(DOC)
ayam
Bahanpakanpenyusunransumterdiridarijagung,
kampung
sebanyak
bungkilkedelai,
100
bungkilkelapa,
ekor,
dedak,
tepungikan, minyak, premix, Cassapro, Air minum, Obat- obatan, Vitamin danvaksin,
Desinfektanyaiturodalon
Alat
Kandangsebanyak
20
plot
denganukuran
1x1
x
0.5
meter,
Tempatminumdanpakanmasing- masing 20 buah, Timbangan electric balance dantimbangan
salter, Alat- alatpembersih kandang (sapu lidi), Ember, Buku, alattulisdankalkulator.
MetodePenelitian
AdapunRancanganpenelitian
yang
digunakanadalahRancanganAcakLengkap
(RAL)dengan 5 perlakuandan 4 ulangansetiapulanganterdiridari 5 ekor. Perlakuan yang
ditelitiadalahsebagaiberikut
P0 = Ransum dengan 60% jagung 0% cassapro
P1 = Ransum dengan 50% jagung 10% cassapro
P2 = Ransum dengan 40% jagung 20% cassapro
Universitas Sumatera Utara
P3 = Ransum dengan 30% jagung 30% cassapro
P4 = Ransum dengan 20% jangung 40% cassapro
Sedangkanulangandidapatdari
T(n-1) ≥ 15
5(n-1)≥15
5n – 5 ≥15
n ≥4
Susunanperlakuansebagaiberikut :
P4 U1
P3 U3
P0 U3
P3 U2
P3 U1
P4 U2
P1 U4
P2 U4
P0 U2
P0 U4
P2 U1
P4 U3
P0 U1
P3 U4
P1 U1
P2 U3
P1 U2
P2 U2
P2 U3
P4 U4
Metode linier yang digunakanuntukrancanganacaklengkap (RAL) adalah :
Yij = µ + Õi +∑ij
Dimana:
Yij
=
Nilaipengamatan
yang
diperolehdarisatuan
Percobaandariperlakuanke-I
danulanganke j
µ
= Rataan/ Nilaitengah
Õi
= Efekdariperlakuanke- i
∑ij
= pengaruhgalatpercobaanperlakuanke- I danulanganke-j
Parameter Penelitian
KonsumsiRansum(g/ekor/hari)
Konsumsiransumdihitungsetiapmingguberdasarkanselisihantarajumlahransum
yang
diberikandenganjumlahsisaransumdansisaransum yang terbuang
Universitas Sumatera Utara
PertambahanBobotBadan (g/ekor/minggu)
Pertambahanbobotbadandihitungsetiapmingguyaitumerupakanselisihantarapenimbang
anbobotbadanakhirdenganpenimbanganbobotbadanawal
KonversiRansum
Konversiransumdihitungdengancaramembandingkanjumlahransum
yang
dikonsumsidenganpertambahanbobotbadan yang dicapaisetiapminggunya.
PelaksanaanPenelitian
PersiapanKandangdanPeralatan
Kandang berukuran 1 m x 1 m x 0,5 m sebelum digunakan terlebih dahulu
dibersihkan dan ditutup rapat dengan terpal, lalu disucihamakan penyemprotan dengan
larutan formalin dan dibiarkan selama satu minggu dengan tujuan mensucihamakan kandang
dari jamur, bakteri dan bibit mikroorganisme lainnya. Kandang dan peralatan kandang
didesinfektan dengan rodalon sebelum digunakan.
Pengacakan DOC
SebelumDOC dimasukkan kedalam kandang yang sudah disediakan terlebih dahulu
dilakukan penimbangan agar bias diketahui kisaran bobot badan awal yang akan digunakan,
kemudian dilakukan pemilihan secara acak (random) untuk menghindari bias (galat
percobaan) lalu ditempatkan pada masing-masing plot yang tersedia sebanyak 5 ekor.
PengolahanUbiKayuMenjadiCassapro
Universitas Sumatera Utara
Ubi kayu yang akan difermentasi dipotong kecil-kecil terlebih dahulu agar proses
pengeringan dapat menjadi lebih mudah. Kemudian melakukan aktifitas spora Aspergillus
Niger dengan cara dimasukkan kedalam 50 liter air masak. Ditambahkan 250 gram gula
pasir/molasses, 200 gram Urea/NPK sebagai sumber nitrogen anorganik, juga ditambhkan
100 gram mikronutrien 9KCL, NaH 2 PO 4, FeSO 4 , CuSO 4 ). Ditimbang cacahan kecil ubi kayu
sebanyak kg, lalu ditambahkan mikronutrien/mineral yang terdiri dari 7,2% Za 4% Urea
1,5% NaH 2 PO 4 0,15% KCL 0,075% FeSO 4 dan 0,50 MgSO 4 dicampur secara merata dengan
50 liter cairan inokulen spora aktif kemudian kebaki fermentasi yang bagian bawahnya
dilapisi kain kantong terigu bekas dengan ketebalan campuran bahan 3-4 cm. kemudian di
fermentasi selama 3-4 hari.
SkemaPembuatanCassapro
Bahanbaku 100 kg
+ AktifSporaA.Niger (50 liter)
+ Urea/NPK
+ Mikronutrien (100 gr)
(KCL, NaH2PO4, FeSO4,
DiadukMerata
DitaruhdalamTampahdengan
ketebalan 5 cm
Difermentasiselama 3-5 Hari
Universitas Sumatera Utara
Dipanen
Dikeringkan
Giling
Cassapro (80-85 kg Siapdipakai)
Tabel 5. Formula ransumdenganKandungancassapro yang berbeda
Item
Bahan pakan %
Dedak Halus
Dedak jagung
Bungkil kelapa
Bungkil kedelai
Tepung ikan
Minyak nabati
Cassapro
Premix
Tepung batu
Komposisi kimiawi
Protein %
Energi metabolisme, Kkal/kg
Ca%
P-tersedia
Keterangan :
R0
R1
R2
R3
R4
R0
6
60
8
14
9
1
0
1
1
17,75
2.968
1,16
0,59
Formulasi Pakan
R1
R2
6
6
50
40
8
8
14
14
9
9
1
1
10
20
1
1
1
1
17,79
3.017
1,17
0,62
17,83
3.068
1,19
0,64
R3
6
30
8
14
9
1
30
1
1
R4
6
20
8
14
9
1
40
1
1
17,87
3.117
1,21
0,66
17,91
3.167
1,22
0,69
: Ransum control tanpa cassapro
: Ransum dengan 50% jagung dan 10% cassapro
: Ransum dengan 40% jagung dan 20% cassapro
: Ransum dengan 30% jagung dan 30% cassapro
: Ransum dengan 20% jagung dan 40% cassapro
Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan setiaphari untuk konsumsi ransum dengan menimbang
ransum yang tersisa atau terbuang dan penimbangan berat badan dilakukan setiap minggu,
demikian juga dengan konversi ransum diambil datanya pada setiap minggu.Pengukuran suhu
kandang juga dilakukan setiap hari menggunakan thermometer ruang.
Analisis data
Universitas Sumatera Utara
Pengujian parameter dilakukan dengan Analisis Sidik Ragam (RAL), bila
perlakuan berbeda nyata (Fh>0,5) atau sangat nyata ( Fh>0,1) dilanjutkan dengan uji
lanjut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum merupakan banyaknya jumlah ransum yang dimakan oleh ternak
akan digunakan untuk mencukupi hidup pokok dan untuk produksi ternak. Konsumsi ransum
dapat dihitung dengan cara pengurangan jumlah ransum yang diberikan dengan pakan pada
tempat pakan. Konsumsi pakan merupakan hal yang penting, karena berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan baik untuk hidup pokok maupun produksi. Meningkatnya ransum
yang dikonsumsi akan memberikan kesempatan pada tubuh untuk meretensi zat-zat makanan
yang lebih banyak, kebutuhan protein zat zat makanan yang lebih banyak, sehingga
kebutuhan protein terpenuhi.
Rataan konsumsi ransum selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6. Rataan konsumsi ransum selama penelitian (g/ekor/minggu)
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
P4
Ulangan
1
327,22
328,18
325,80
325,16
325,02
2
327,82
326,60
325,96
326,18
327,53
3
328,20
327,64
327,84
327,33
325,29
4
328,40
327,02
328,13
324,40
327,47
Total
Rata-rata
S.deviasi
1311,64
1309,44
1307,73
1303,07
1305,31
327,91
327,36
326,93
325,77
326,33
±0,52
±0,69
±1,23
±1,27
±1,36
Tab
el
7.A
nno
va
kon
sum
si
ransum selama penelitian (g/ekor/minggu)
F Tabel
SK
Perlakuan
Galat
Total
dB
4
15
19
JK
400647,60
1602583,28
2003230,88
KT
100161,9
106838,9
F Hit
0,938
0,05
3,24
0,01
5,29
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 6, dapat dilihat bahwa rataan konsumsi ransum ayam kampung selama
penelitian adalah tidak berbeda nyata antar perlakuan (P 0 ,P 1 ,P 2 ,P 3 ,P 4 ). Konsumsi ransum
tertinggi terdapat pada P0 sebesar 327.91 g/ekor/minggu, sedangkan konsumsi ransum
terendah terdapat pada P 3 sebesar 325,77.
Berdasarkan analisis ragam juga menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (f hit
≤
0.05) terhadap konsumsi.Hal ini menunjukkan bahwa pemberian jagung dan cassapro tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi.Namun kecenderungan konsumsi pada
P 0 lebih tinggi bila dibandingkan dengan P 1 , P 2 , P 3 dan P 4 . Dalam hal ini menunjukkan
bahwa jagung dan cassapro memiliki kualitas dan palatabilitas yang relatif sama.
Pada Tabel 6 diatas terlihat bahwa P 1 , P 2 , P 3 dan P 4 lebih rendah daripada P 0 yang
tidak mengandung cassapro. Statistikkonsumsi pada P 1 , P 2 , P 3 dan P 4 dipengaruhi oleh
ransum yang isonutrien. Namun setelah dilakukan analisis varian diperoleh bahwa F hitung
lebih kecil daripada F tabel yang menyatakan bahwa tingkat konsumsi tidak berbeda nyata.
Lebih lanjut Tillman et al.,. (1989) menyatakan bahwa ternak dalam mengkonsumsi ransum
tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan
reproduksi. Konsumsi ransum dipengaruhi oleh lingkungan, imbangan zat-zat makanan,
kualitas ransum, bangsa ternak, kecepatan pertumbuhan, bobot badan, tingkat produksi dan
palatabilitas ransum.
Pertambahan Bobot Badan (PBB)
Pertambahan bobot badan (PBB) mencakup pertumbuhan dalam bentuk berat
jaringan-jaringan pembangun seperti tulang, jantung, otak, dan semua jaringan tubuh lainnya
(kecuali jaringan lemak) dan otot-otot tubuh. Pertambahan Bobot Badan dapat diukur dengan
cara mengurangkan bobot badan akhir dengan bobot badan awal persatuan waktu dalam
satuan gram/ ekor/ minggu. Penimbangan dilakukan satu kali dalam satu minggu. Rataan
Universitas Sumatera Utara
pertambahan bobot badan ayam kampung yang diperoleh selama penelitian adalah seperti
Tabel 7 berikut :
Tabel 8. Rataan pertambahan bobot badan selama penelitian (g/ekor/minggu)
Ulangan
Total
Rata rata
Perlakuan
1
2
3
4
60.50
52.23
55.56
57.56
225.84
56.46
P0
63.88
58.32
56.11
59.57
237.88
59.47
P1
59.00
60.32
59.80
64.04
243.15
60.79
P2
56.75
59.86
51.61
57.52
225.74
56.44
P3
57.43
51.54
58.44
59.53
226.94
56.74
P4
S.Deviasi
3.48
3.27
2.23
3.48
3.57
Tabel 9.Annova pertambahan bobot badan selama penelitian (g/ekor/minggu)
F Tabel
SK
Perlakuan
Galat
Total
dB
4
15
19
JK
12661,33
50589,53
63250,86
KT
3165,33
3372,64
6537,97
F Hit
0,939
0,05
3,24
0,01
5,29
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa rataan pertambahan bobot badan ayam kampung
selama penelitian adalah tidak berbeda nyata antar perlakuan (P 0 , P 1 , P 2 , P 3 dan P 4 ).
Rataan pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada P 1 sebesar 87.04 gram/ ekor/
minggu sedangkan rataan pertambahan bobot badan terendah terdapat pada P 3 sebesar 74.27.
Berdasarkan analisis ragam menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (f hitung
≤
0.05) terhadap pertambahan bobot badan.Hal ini menunjukkan bahwa substitusi jagung
dengan menggunakan cassapro tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertambahan bobot badan ayam kampung.Namun, kecenderungan rataan pertambahan bobot
badan pada P 2 (60.79) lebih tinggi bila dibandingkan dengan P 0 , P 1 , P 3 dan P 4 .Dalam hal ini
menunjukkan bahwa kandungan nutrisi pada jagung dan cassapro dapat dicerna dan
dimanfaatkan oleh ternak dengan baik, untuk hidup pokok dan juga produksi.Hal ini sesuai
dengan pernyataan Tillesus et al., (1984) yang menyatakan bahwa produktifitas ternak sangat
dipengaruhi oleh jumlah pakan dan nutrisi yang dapat dimanfaatkan oleh ternak. Kualitas
nutrisi yang dilihat dari aspek energi terkandung di dalam pakan yang dikonsumsi, tidak
Universitas Sumatera Utara
semuanya dimanfaatkan oleh ternak, ada yang termanfaatkan, sebagian lainnya terbuang
melalui feses, urin, gas metan dan panas. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Sturkie
(1976) yang menyatakan bahwa kebutuhan energi termetabolis diperoleh dengan mengurangi
energi ransum dengan energi ekskreta (feses dan urin). Dari sejumnlah energi tersebut tidak
seluruhnya dapat digunakan langsung tetapi masih ada yang hilang dalam bentuk panas (heat
increment) selama proses metabolisme, sehingga yang tinggal yaitu energi netto.
Dari hasil penelitian di atas diperoleh bahwa konsumsi pada P 0 lebih tinggi
dibandingkan dengan konsumsi pada P 2 .Sementara pada pertambahan bobot badan
ditemukan bahwa pertambahan bobot badan pada P 2 lebih tinggi daripada P 0 .Kecenderungan
hal ini kemungkinan disebabkan oleh kandungan asam amino yang terkandung pada cassapro
lebih lengkap. Hubungan antara konsumsi dan pertambahan bobot badan diatas tidak sesuai
dengan pernyataan Anggorodi (1995) yang menyatakan bahwa konsumsi pakan yang rendah
akan menyebabkan kekurangan zat makanan yang dibutuhkan ternak dan akibatnya akan
menghambat penimbunan lemak dan daging. Apabila kebutuhan untuk hidup pokok sudah
terpenuhi, kelebihan gizi yang dikonsumsi akan ditimbun sebagai jaringan lemak dan daging.
Dari Tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa rata rata pertumbuhan bobot badan ayam
kampung semua perlakuan yaitu sebesar 9,8 gram/ekor/hari. Angka tersebut sama dengan
standar PBB pada pemeliharaan ayam kampung menurut Murtidjo (1994) yaitu sebesar 9,8
gram/ekor/hari.
Konversi Ransum (Feed Converse Ratio)
Konversi ransum merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menilai
efisiensi penggunaan ransum serta kualitas ransum.Konversi ransum adalah perbandingan
antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam jangka
waktu tertentu.Rasyaf (1994) menyatakan bahwa konversi ransum (Feed Converse Ratio)
Universitas Sumatera Utara
adalah perbandingan jumlah konsumsi ransum pada satu minggu dengan pertambahan bobot
badan yang dicapai pada minggu itu. FCR dapat dicari dengan cara membandingkan antara
jumlah ransum yang habis dikonsumsi oleh ayam kampung dalam jangka waktu tertentu
dengan bobot hidup.
Tabel 10. Konversi ransum selama penelitian (g/ekor/minggu)
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
P4
Ulangan
1
5.41
5.14
5.52
5.73
5.66
2
6.28
5.60
5.40
5.45
6.36
3
5.91
5.84
5.48
6.34
5.57
4
5.71
5.49
5.12
5.64
5.50
Total
Rata-rata
S.Deviasi
23.30
22.07
21.53
23.16
23.08
5.82
5.52
5.38
5.79
5.77
0.36
0.29
0.18
0.39
0.40
Tabel 11.Annova Konversi ransum selama penelitian (g/ekor/minggu)
F Tabel
SK
dB
JK
KT
F Hit
0,05
0,01
Perlakuan
Galat
Total
4
15
19
120,5747
481,7284
4809,715
30,14366
32,11523
0,939
3,24
5,29
Dari tabel 10, dapat dilihat bahwa konversi ransum ayam kampung selama penelitian
adalah tidak berbeda nyata antara perlakuan (P 0 ,P 1 ,P 2 ,P 3 ,P 4 ). Konversi ransum tertinggi
terdapat pada P 0 sebesar 5,82, sedangkan konversi ransum terendah terdapat pada P 2 sebesar
5,38. Semakin rendah nilai konversi ransum maka semakin efektif penggunaan ransum
tersebut sebagai pakan ternak.
Berdasarkan analisis ragam menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (f hitung
≤
0,05) terhadap konversi ransum. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian tepung jagung dan
cassapro tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konversi ransum ayam kampung.
Namun kecenderungan konversi ransum pada P 2 (5,38) lebih rendah bila dibandingkan
dengan P 0 , P 1 , P 3 dan P 4 . Dalam hal ini menunjukkan bahwa pemberian P 2 sebagai pakan
Universitas Sumatera Utara
ternak ayam kampung lebih efektif bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Anggorodi (1990), yang menyatakan bahwa konversi ransum
adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan
yang dicapai dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan merupakan suatu indikator yang
dapat menerangkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, dimana semakin rendah angkanya
berarti semakin baik konversi pakan tersebut.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa P 0 merupakan konsumsi tertinggi sementara
P 1 berada diurutan kedua, sementara dalam pertambahan bobot badan P 2 lebih tinggi jika
dibandingkan dengan P 0 .Konversi ransum adalah hasil bagi antara konsumsi dengan
pertambahan bobot badan.Besar konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan menentukan
konversi pakan.Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Martawidjaja (1998), yang
menyatakan bahwa pakan yang berkualitas baik dapat menghasilkan pertambahan bobot
badan yang tinggi. Penggunaan pakan akan semakin efisien bila jumlah pakan yang
dikonsumsi minimal namun menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi.
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Data rekapitulasi hasil penelitian subtitusi jagung dengan menggunakan cassapro
dalam ransum terhadap ayam kampung disajikan dalam Tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 12. Data rekapitulasi hasil penelitiansubtitusi jagung dengan menggunakan
cassapro dalam ransum terhadap ayam kampung
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
P4
Konsumsi
(g/ekor/minggu)
327,91
327,36
326,93
325,77
326,33
Rataan Parameter
PBB
(g/ekor/minggu)
56.46
59.47
60.79
56.44
56.74
FCR
(g/ekor/minggu)
5.82
5.52
5.38
5.79
5.77
Dari data rekapitulasi diatas, terlihat bahwa P 0 , P 1 , P 2 , P 3 dan P 4 memberikan
pengaruh yang tidak nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan
Universitas Sumatera Utara
konversi ransum. Dari tabel di atas terlihat bahwa konsumsi menunjukkan penurunan dari
P 0 , P 1 , P 2 , P 3 dan P 4 , namun pada pertambahan bobot badan terlihat bahwa PBB tertinggi
terdapat pada P 2 diikuti dengan P 1 , P 4 , P 0 dan P 3 . Sehingga pada FCR ditemukan bahwa
penggunaan ransum paling efektif terdapat pada P 2 yang diikuti oleh P 1 , P 4 , P 3 dan P 0 .
KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Sumatera Utara
Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan cassapro (cassava protein)
mampu menggantikan pemberian jagung sampai 30% terhadap performans ayam kampung.
Saran
Disarankan kepada peternak agar menggunakan cassapro untuk menggantikanjagung
dalam ransum ayam kampung jika tersedia secara jumlah produksi dan keberlanjutannya.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara