Ekoleksikal Tanaman Obat Bahasa Melayu Serdang Chapter III V

Leksikal
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Lokasi Penelitian
Kawasan Melayu terbagi ke dalam dua kabupaten yakni Kabupaten Deli

Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai yaitu Propinsi Sumatera Utara. Adapun
alasan memilih lokasi penelitian ini disebabkan wilayah tersebut banyak terdapat
jenis-jenis tanaman obat yang sangat berkhasiat (informan). Di desa tersebut
masih sedikit terdapat apotek dan toko obat dan juga rumah sakit. Di desa tesebut
juga terdapat beberapa tempat praktek dokter dan bidan yang masih sedikit sekali.
Kebanyakan dari mereka sering menjumpai dukun apabila sakit tetapi ada juga
yang memeriksakan penyakitnya kepada dokter ataupun seorang bidan.

MMS merupakan masyarakat yang mata pencahariannya adalah bertani
dan nelayan. Mereka bergantung dari hasil laut dan hasil tani untuk kehidupan
mereka. Jadi lokasi penelitian ini data yang diambil desa yang ada di Kabupaten
Deli Serdang dan Serdang Bedagai adalah:

1.

Desa Paluh Sibaji Kec. Pantai Labu (Deli Serdang)

2.

Desa Paya Gambar Kec. Batang Kuis (Deli Serdang)

3.

Desa Sungai Buluh Kec. Perbaungan (Serdang Bedagai)

4.

Desa Kuala Lama Kec. Pantai Cermin (Serdang Bedagai)

Universitas Sumatera Utara

3.2


Data dan Sumber Data
Menurut Moleong (2007:159) sumber data bisa berasal dari sumber-

sumber tertulis (buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi dan dokumen
resmi) atau sumber-sumber berupa gambar (foto) dan sumber-sumber data
statistik. Berdasarkan hal di atas dapat dinyatakan bahwa sumber data ini adalah
tempat, orang,

atau benda yang dapat memberikan data sebagai bahan

penyusunan informasi bagi peneliti. Menurut Lofland dan Lofland (dalam
Moleong, 2007:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah katakata dan tindakan, selebihnya data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh langsung dari sumber
aslinya yaitu penutur yang menjadi objek penelitian yang berupa kata-kata dari
informan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah data yang diperoleh peneliti dari
hasil wawancara dengan penutur masyarakat BMS. Data yang bisa diambil berupa
kata-kata atau tindakan yang dilakukan untuk mengetahui kebenaran data yang
diperoleh peneliti dari penutur. Di sisi lain juga diperoleh dari sumber-sumber
yang telah ada, yang berupa dokumen-dokumen yang relevan termasuk
mengamati fakta-fakta.

Untuk mendapatkan data dalam penelitian kualitatif, ada tiga sumber data
yang dapat dimanfaatkan (lihat Mallisondan Blake (1981: 12-18), pertama, data
primer (data utama), kedua data sekunder, dan ketiga data intuisi peneliti. Data
primer adalah data lisan, hasil wawancara dan percakapan dari tiga orang
informan Desa Paluh sibaji Kec. Pantai Labu. Pemilihan ketiga orang tersebut

Universitas Sumatera Utara

yang mempunyai banyak waktu luang dan mereka pula yang berumur atas lima
puluh tahun. Mereka merupakan penduduk secara turun-temurun menetap di desa
tersebut yang berinisial Nn, Ir, dan Ih. Kriteria pemilihan informan dalam
penelitian ini merujuk kepada Mahsun (2005:141-142) yaitu:
1. berjenis kelamin pria dan wanita
2. berusia di atas 15 tahun
3. orang tua, istri atau suami informan lahir dan dibesarkan di lingkungan Melayu
Serdang
4. menetap di wilayah Serdang minimum 10 tahun
5. menguasai BMS
6. berbudaya Melayu
7. beragama Islam

8. dapat berbahasa Indonesia
9. untuk informan tua pendengarannya baik dan tidak pikun.
Data kualitatif adalah data leksikal. Data kualitatif merupakan sumber dari
penutur MMS terhadap tanaman obat. Data kualitatif menggunakan metode
wawancara dan metode pengamatan.

3.3

Instrumen Penelitian
Dalam

penelitian

kualitatif,

peneliti

merupakan

alat


(instrumen)

pengumpul data utama, karena peneliti adalah manusia dan hanya manusia yang
dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya, serta mampu memahami
kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. Oleh karena itu, peneliti juga berperan
serta dalam pengamatan atau participant observation (Moleong, 2007:9).

Universitas Sumatera Utara

Instrumen yang digunakan untuk membantu peneliti berupa alat rekam, kamera,
alat-alat tulis, dan daftar pertanyaan.
Kompetensi leksikal responden digunakan untuk melihat hubungan
responden dengan lingkungan BMS secara lebih mendalam dengan dukungan data
kualitatif melalui pengamatan langsung. Didasarkan pada perbedaan ecoregion
(lingkungan yang terbentuk berdasarkan wilayah) yang mencakup tanah air,
mengandung karakteristik yang berbeda dari alam masyarakat dan spesies flora,
fauna dan ekosistem yang menjadi ciri sebuah ekoregion. Dengan kata lain suatu
ekoregion mengandung keanekaragaman hayati yang berbeda dari ekoregion
lainnya. Contoh ecoregion dalam BMS adalah daun tutup bumi (latin:

Elephantopus scaaleer, daun ini dikenal oleh penutur BMS adalah sebagai daun
yang lebar-lebar dan menutupi tanah. Daun ini merupakan campuran membuat
jamu, ramuan ini direbus. Khasiatnya dapat menyembuhkan penyakit seperti
batuk, sariawan, diare, panas dalam, dan juga dapat membuat kulit halus. Daun
seribu guna dikenal penutur BMS daun yang agak panjang dan bewarna hijau.
Daun ini dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Daun ini diyakini oleh
penutur BMS dapat mengobati seperti: gangguan syaraf, gangguan pencernaan,
mengurangi nyeri haid, dsb. Daun gelinggang dikenal oleh penutur BMS untuk
menghilangkan rasa gatal dengan cara digosokkan pada bagian kulit yang terasa
gatal. Selain itu juga dapat menghilangkan kurap, kudis, panu, dan kutu air.

3.4

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam

penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam

Universitas Sumatera Utara


usaha pengumpulan data serta keterangan yang diperlukan, penelitian ini
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a.

Wawancara
Menurut Moleong (2007:186) mendeskripsikan wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Dalam melakukan wawancara peneliti
menggunakan metode wawancara semi terstruktur. Tujuan dari wawancara ini
adalah untuk menemukan permasalahan lebih terbuka, yakni pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat tentang pengalamannya terkait dengan tanaman
obat. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya
peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu
mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber.
Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah mendalam
secara terstruktur dan terbuka kepada informan, setelah dilakukan wawancara
untuk mendukung data yang diperoleh melalui metode pengamatan.


b. Observasi
Dalam melakukan observasi peneliti menggunakan observasi terbuka
dimana peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan sebenarnya
kepada sumber data, bahwa sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti
mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti (Moleong:

Universitas Sumatera Utara

2007:176). Oleh karena itu fakta atau fenomena yang akan diobservasi adalah
terkait dengan khazanah ekoleksikal tanaman obat.
Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa
fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang
telah ditemukan. Oleh karena itu, teknik triangulasi yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah pengecekan data yang diperoleh dari berbagai teknik
pengumpulan data.
Di dalam penelitian kualitatif peneliti sekaligus berperan sebagai
instrumen penelitian. Berlangsungnya proses pengumpulan data, peneliti benarbenar diharapkan mampu berinteraksi dengan obyek (masyarakat) yang dijadikan
sasaran penelitian. Dengan arti kata, peneliti menggunakan pendekatan alamiah
dan peka terhadap gejala-gejala yang dilihat, didengar, dirasakan serta difikirkan.

Keberhasilan penelitian amat tergantung dari data lapangan maka ketetapan,
ketelitian, rincian, kelengkapan, dan keluesan pencatatan informasi yang diamati
di lapangan amat penting artinya. Pencatatan data lapangan yang tidak cermat
akan merugikan peneliti sendiri dan akan menyulitkan dalam analisis untuk
penarikan kesimpulan penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode padan, yaitu metode analisis bahasa
yang alat penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang
bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13) .
Metode padan yang digunakan pada tahap pengkajian data seperti yang
telah disebutkan di atas memiliki beberapa teknik. Teknik yang digunakan dalam

Universitas Sumatera Utara

metode padan adalah teknik dasar. Teknik dasar merupakan teknik pilah unsur
penentu. Alatnya adalah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh
penelitinya (Sudaryanto, 1993:21). Metode ini digunakan untuk menjawab
permasalahan pertama yaitu mendeskripsikan sejumlah leksikon-leksikon yang
terdapat dalam BMS.


Pada permasalahan relasi semantis yang terbentuk

pada tanaman obat BMS digunakan metode padan referensial dengan teknik
hubung banding. Analisis makna dibatasi pada relasi semantis yaitu: sinonim,
antonim, homonim, hipernim dan meronim.
Proses analisis data dimulai sejak pengumpulan data dilakukan. Proses
analisis data ditelaah dari seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu
dari wawancara dan pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan,
gambar, dan foto.
Moelong (2006:103) “Mendefinisikan analisis data sebagai proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema..”

Metode analisis ini juga

digunakan untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas yang berkaitan dengan
pokok permasalahan yang diteliti. Adapun prosedur dalam menganalisis data
kualitatif, menurut Miles dan Huberman (1994) dalam Denzim dan Lincoln
(2009:592) adalah sebagai berikut :

a.

Reduksi Data, mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema, dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas, mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Universitas Sumatera Utara

b.

Penyajian Data, setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
dengan menggunakan teks yang bersifat naratif.

c.

Kesimpulan

atau

Verifikasi,

langkah

ketiga

dalam

analisis

data

kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan

masih

bersifat

sementara,

dan

akan

berubah

bila

tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan
pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Komponen Analisis Data
Pengumpulan Data

Penyajian

Data

Reduksi Data

Verifikasi

Proses menganalisis data kualitatif adalah:
Untuk merumuskan masalah pertama pada penelitian ini adalah mencari
data. Data didapat dari hasil wawancara, pengamatan, dan dari surat kabar,
majalah, dan buku yang berkaitan dengan leksikal tanaman obat BMS. Setelah
dilakukan wawancara untuk mendukung data yang diperoleh melalui metode

Universitas Sumatera Utara

pengamatan. Kemudian mencari data sekunder dengan cara menambahkan data
dengan mencarinya dari dokumen tertulis (buku, majalah, dan surat kabar),
setelah data didapat kemudian data tersebut dicari bentuk kategori dan
leksikalnya, kemudian data leksikal tersebut dicari bentuk khusus dianalisis
dengan parameter Ekolinguistik dan dikolaborasikan dengan tiga dimensi praksis
sosial, yaitu dimensi biologis, dimensi sosial, dan dimensi ideologis.
Untuk merumuskan masalah kedua adalah data leksikal tanaman obat
BMS di analisis dan dikategorikan ke dalam relasi semantis pada tataran
homonim,

polisemi, sinonim,

antonim,

hiponim

dan meronim

dengan

menggunakan teori relasi semantis (Saeed, 2000) sampai pada akhir kesimpulan.
Salah satu contoh analisis kualitatif adalah leksikal cekur. Leksikal cekur
„kencur‟ (Latin: Kaempferiagalanga) ditinjau dari segi bentuk merupakan leksikal
dasar dan termasuk kategori nomina atau kata benda. Cekur juga disebut
temuputih adalah salah satu jenis empon-empon/tanaman obat yang tergolong ke
dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Rimpang atau rizhoma mengandung
minyak atsiri dan alkaloid yang dimanfaatkan sebagai stimulan.
http://www.khasiatherba.com/ulam/khasiat-herba-cekur.html

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian
Sesuai masalah yang dijadikan fokus kajian dan berkaitan pula dengan

judul pada bab IV ini, dalam bab ini dilakukan identifikasi dan analisis bentukbentuk ekoleksikal tanaman obat BMS. Kemudian sebagaimana diuraikan pada
bagian pendahuluan bahwa dalam kajian ekolinguistik, parameter lingkungan
(environment), keberagaman (diversity), dan interdepedensi (interdepedensi),
merupakan parameter-parameter ekologi yang digunakan dan diterapkan dalam
mengkaji fenomena kebahasaan. Adanya interelasi, dan interdepedensi yang
tergambar antara keterhubungan bahasa dan praksis sosial. Selanjutnya teori
dialektikal praksis sosial yang

dikenal sebagai tiga dimensi, yaitu dimensi

biologis, dimensi sosiologis, dan dimensi ideologis dikolaborasikan dengan
parameter ekolinguistik yang ditilik untuk menganalisis penelitian ini.

4.1.1 Khazanah Ekoleksikal Tanaman Obat BMS
4.1.1.1 Leksikal Daun
a.

Sambiroto [sambIRᴐtᴐ] ‘sambiroto’ (Latin: Andrographis Paniculita

Nees)
Sambiroto merupakan tanaman tegak yang tingginya bisa mencapai 90
sentimeter. Batang sambiroto berkayu, berpangkal bulat, dan berwarna hijau.

Universitas Sumatera Utara

Daun kecil-kecil, pangkal rata, permukaan berwarna hijau tua, tepi tidak bergerigi.
Bunga berwarna putih kekuningan dan bertangkai. Relasi leksikon sambiroto ini
sangat dekat dengan MMS. Kedekatan relasi itu tampak pada pemahaman
perkembangan biologis tanaman tersebut dalam tatanan dimensi biologis.
Pemahaman karakter biologis tanaman pada tataran dimensi biologis yang
diidentifikasi dengan warna hijau dan memiliki rasa yang sangat pahit. MMS
menjadikannya sebagai salah satu tanaman obat, karena memberikan manfaat
khasiat yang baik untuk kesehatan yang terekam secara verbal di dalam kognitif
MMS dalam tatanan dimensi ideologis dan dimensi sosiologis pada kehidupan
sosial MMS.
Sambiroto dibutuhkan oleh komunitas tersebut pada kehidupan sosial
MMS dalam tatanan dimensi sosiologis, sebab daun sambiroto ini memberikan
khasiat yang baik untuk kesehatan. Diantaranya, sambiroto dapat menyembuhkan
penyakit demam. Daun sambiroto juga memberikan manfaat pada anak yang
masih menyusui agar berhenti menyusui dalam tatanan dimensi biologis.
Dikarenakan khasiat sambiroto ini masih melekat dan terekam secara verbal di
dalam kognitif MMS dalam tatanan dimensi ideologis. Kebiasaan ini masih
digunakan di dalam kehidupan sosial MMS (dimensi sosiologis). Kebiasaan ini
berlangsung secara berkesinambungan yang ditransfer dari generasi ke generasi
(dimensi sosiologis).
Kedekatan relasi MMS dengan leksikon sambiroto, atau derajat kedekatan
(degree of familiriaty) tercermin pada derajat keakraban dan pengetahuannya
yang dipahami sebagai tradisi dan budaya dengan pengetahuan, pemahaman, dan
pengalaman berinteraksi, berinterelasi, dan berinterdepedensi. MMS sangat

Universitas Sumatera Utara

membutuhkan sambiroto di dalam kehidupan sosial MMS (dimensi sosiologis),
oleh karena itu MMS merawat, menjaga, dan melestarikan leksikon sambiroto
agar tidak mengalami kepunahan (parameter interrelationship).
Sambiroto memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu meronim. Meronim
dari leksikon sambiroto adalah daun. pada bahagaian sambiroto yang dapat
dijadikan obat adalah daun.

b.

Dukung Anak [dukUŋ anak] ‘Meniran’ (Latin: Phyllanthus Niruri)
Dukung anak memiliki daun yang kecil berwarna hijau yang agak gelap

dan tersusun berselang seling. Dukung anak memunyai bunga yang berwarna
putih kekuningan dan satu tangkai bunga memunyai bunga-bunga kecil yang
banyak. Terdapat dua jenis bunga yaitu bunga jantan dan betina. Relasi leksikon
dukung anak sangat dekat dengan MMS. Kedekatan relasi itu tampak pada
pemahaman ciri-ciri biologis tanaman tersebut dalam tatanan dimensi biologis.
Pemahaman karakter biologis tanaman pada tataran dimensi biologis yang
diidentifikasi dengan warna hijau seperti rerumputan. MMS menjadikannya
sebagai salah satu tanaman obat, karena memberikan manfaat khasiat yang baik
untuk kesehatan yang terekam

secara verbal di dalam kognitif MMS dalam

tatanan dimensi ideologis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Parameter kesalingterhubungan (interrelationship) tercermin bahwa MMS
membutuhkan leksikon dukung anak sebagai perobatan, karena kandungan gizi
dari tanaman ini melekat di dalam kognitif MMS dalam tatanan dimensi ideologis.
Dikarenakan manfaatnya yang luar biasa untuk kesehatan, tanaman dukung anak
merupakan salah satu tanaman obat BMS yang masih digunakan di dalam

Universitas Sumatera Utara

kehidupan MMS dalam tatanan dimensi sosiologis. Oleh karena itu MMS
menjaga, merawat, dan melestarikan tanaman ini agar tidak mengalami
kepunahan. Parameter lingkungan (environment) leksikon dukung anak adalah
mudahnya menemukan tanaman dukung anak, biasanya tumbuh di kawasan yang
tanahnya agak keras, seperti di celah retakan semen. Juga bisa didapati di kawasan
kebun-kebun sayur.
Bagian dari dukung anak yang bisa dijadikan obat adalah akar, daun, dan
buahnya. Terdapat kepercayaan MMS yang terekam secara verbal bahwa akar
dukung anak ini dapat mengobati sakit pinggang dan sakit maag (dimensi
biologis). Caranya akar dukung anak diambil setiap hari jumat sebanyak tiga kali
atau sebanyak tiga hari jumat, sebab di dalam kognitif MMS bahwa hari jumat
dipercaya sebagai hari yang baik dan tepat dalam penyediaan obat tersebut. Akar
dukung anak diambil sebanyak tiga kecak „ikat‟. Makna tiga kali pada hari jumat
yang juga merupakan angka ganjil, angka keberuntungan (wawancara dengan Ibu
Nino, 60, 15 September 2015). Kemudian akar ini direbus lalu diminum. MMS
menganggap bahwa cara ini paling ampuh dalam mengobati sakit pinggang dan
sakit maag. Buah dukung anak digunakan untuk mengobati luka, penyakit kudis,
gatal-gatal, kurap, luka, lebam, juga bisa digunakan untuk bisa gigitan ular. Akar,
daun, dan buah dukung anak ini diolah dengan cara dijus. Hal ini digunakan oleh
MMS untuk mengobati penyakit anemia dan asma (dimensi biologis).
Leksikon dukung anak memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu sinonim
dan meronim. Leksikon dukung anak bersinonim atau memiliki nama lain yakni
kelek anak. Leksikon Dukung anak juga memiliki keterkaitan relasi semantis pada
tataran meronim. Meronim pada leksikon dukung anak adalah akar, daun, dan

Universitas Sumatera Utara

buah. Akar, daun, dan buah pada leksikon dukung anak memiliki khasiat sebagai
obat yang dapat menyembuhkan beberapa penyakit dalam tatanan dimensi
ideologis.
c.

Kelampung Puyuh [kəlampUŋ pUyUh] ‘Ciplukan’ (Latin: Physialis
Angulata)
Relasi tanaman kelampung puyuh sangat dekat dengan MMS. Kedekatan

relasi itu tampak pada pemahaman dan perkembangan biologis tanaman tersebut
dalam tatanan dimensi biologis yang diidentifikasi dengan warna hijau pada daun
dan memiliki buah yang kecil-kecil. MMS menjadikannya sebagai salah satu
tanaman obat. Tanaman ini memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan yang
terekam secara verbal di dalam kognitif MMS dalam tatanan dimensi ideologis
dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Leksikon kelampung puyuh sangat dibutuhkan oleh MMS karena
kandungan gizinya dipercaya oleh MMS sebagai obat yang berkhasiat dalam
tatanan dimensi ideologis. Bagian dari kelampung puyuh yang bisa dijadikan obat
adalah akar, daun, batang, dan buahnya. Manfaat akar kelampung puyuh ini
memiliki khasiat untuk mengobati penyakit diabetes dengan cara merebus akar
kelampung puyuh (dimensi biologis).
MMS memercayai dan telah membuktikan bahwa anak yang baru saja
dilahirkan biasanya memiliki penyakit kulit, MMS menyebut penyakit kulit ini
dengan sebutan sawan ciplukan. Bila ini terjadi maka bayi tersebut dimandikan
dengan air rebusan kelampung puyuh. Bagian yang direbus dari kelampung puyuh
ini adalah bagian daun, buah, dan batang. MMS memercayai kelampung puyuh
dapat menyembuhkan penyakit kulit bayi, sebahagian masyarakat mencampur air

Universitas Sumatera Utara

rebusan kelampung puyuh dengan potongan-potongan kulit jeruk bali. Kebiasaan
ini masih digunakan di dalam kehidupan sosial dalam tatanan dimensi sosiologis,
sebab cara ini sudah menjadi tradisi atau kebiasaan secara turun-temurun (dimensi
sosiologis).
Kedekatan relasi MMS dengan leksikon kelampung puyuh atau derajat
kedekatan (degree of familiriaty) tercermin pada derajat keakraban dan
pengetahuannya yang dipahami sebagai tradisi dan budaya dengan pengetahuan,
pemahaman, dan pengalaman berinteraksi, berinterelasi, dan berinterdepedensi.
Parameter kesalingterhubungan (interrelationship) terjadi karena MMS sangat
membutuhkan kelampung puyuh di dalam kehidupan sosial MMS (dimensi
sosiologis).
Keterkaitan parameter kesalingterhubungan (interrelationship) tercermin
pada MMS membutuhkan leksikon kelampung puyuh di dalam kehidupan sosial
MMS dalam tatanan dimensi sosiologis. Leksikon kelampung puyuh juga
digunakan untuk kebiasaan atau tradisi, hal ini menunjukkan bahwa MMS
berinterdepedensi dengan kelampung puyuh. Parameter lingkungan (environment)
leksikon kelampung puyuh adalah jenis tanaman liar yang sangat umum dijumpai
terutama di daerah persawahan.
Leksikon kelampung puyuh memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu
meronim. Meronim pada leksikon kelampung puyuh adalah akar, daun, batang,
dan buah. Akar, daun, batang, dan buah pada leksikon kelampung puyuh memiliki
khasiat sebagai obat yang dapat menyembuhkan beberapa penyakit dalam tatanan
dimensi ideologis.

Universitas Sumatera Utara

d.

Capo [capo] ‘Sembung’ (Latin: Baccharis Salvia Lour)
Leksikon capo memiliki daun tunggal, di bagian bawah bertangkai. Helai

daun bundar telur sampai lonjong, pangkal dan ujung runcing, tepi bergerigi atau
bergigi, permukaan daun bagian atas berbulu agak kasar sedang bagian bawah
berbulu rapat dan halus. Kedekatan relasi itu tampak pada pemahaman
perkembangan

dan

sifat

biologis

tanaman

tersebut

yang

kemudian

diidentifikasikan dengan rasa pedas, sedikit pahit, hangat dan baunya seperti
rempah, namun sangatlah manjur untuk dijadikan obat tradisional yang terekam
secara verbal dalam kognitif MMS dalam tatanan dimensi idelogis dan dimensi
sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Tanaman capo sangat dibutuhkan oleh MMS, sebab leksikon capo ini
memiliki kandungan gizi yang baik dan dipercaya oleh MMS memberikan
manfaat yang baik untuk kesehatan terutama dalam bentuk jamu dalam tatanan
dimensi ideologis, sehingga MMS menggunakan tanaman obat ini sampai
sekarang dalam kehidupan soaial MMS dalam tatanan dimensi sosiologis. Oleh
karena itu MMS merawat, menjaga, dan melestarikan leksikon ini agar terhindar
dari kepunahan. Bagian dari capo yang bisa dijadikan obat adalah daunnya.
Keterkaitan parameter kesalingterhubungan (interrelationship) tercermin
pada kehidupan MMS yang membutuhkan leksikon capo yang berkhasiat untuk
mengobati rematik, persendian setelah melahirkan, dan nyeri haid. Pengolahan
daun capo ini direbus. Pada wanita yang baru melahirkan sangat dianjurkan untuk
meminum jamu yang berbahan daun capo untuk menghilangkan rasa pegal-pegal
sehabis melahirkan dan membuat badan lebih segar (dimensi biologis). Hal ini

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan bahwa MMS berinterdependensi (interdepedence) dengan leksikon
capo. Parameter lingkungan (environment) leksikon capo adalah capo hidup di
tempat terbuka, lahan pertanian, dan dapat tumbuh di tanah berpasir atau tanah
yang agak basah.
Leksikon capo memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu meronim.
Meronim pada leksikon capo adalah daun, sebab bagian dari tanaman capo yang
bisa dijadikan obat hanya daunnya yang memiliki khasiat sebagai obat yang dapat
menyembuhkan beberapa penyakit dalam tatanan dimensi ideologis.

e.

Bunga

Raya [buŋa Rayə] ‘Kembang Sepatu’ (Latin: Hibiscus

Rosasinensis)
Bunga raya merupakan bunga yang cantik dengan warna yang bermacammacam, seperti merah, putih, pink, dan orange. Bunganya besar, keras, dan tidak
berbau. Pohon bunga raya merupakan tumbuhan yang mudah ditanam dan
dibudidayakan. Bunga raya biasanya ditanam oleh MMS di pekarangan rumah
mereka. Kedekatan relasi itu tampak pada pemahaman dan perkembangan
biologis tanaman tersebut dalam tatanan dimensi biologis yang diidentifikasi
dengan warna yang beragam, selanjutnya oleh penutur MMS menjadikannya
sebagai salah satu tanaman obat yang dapat menghilangkan panas atau demam
yang terekam secara verbal di dalam kognitif MMS dalam tatanan dimensi
ideologis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Bagi masyarakat penutur BMS khazanah kebahasaan (parameter
keberagaman) yang menggambarkan keanekaragaman jenis (spesies) terbagi dua
yaitu: bunga raya merah dan bunga raya putih. Dalam kehidupan sosial MMS

Universitas Sumatera Utara

setiap anak-anak yang demam dapat diobati dengan bunga raya merah dan bunga
raya putih, karena kedua tanaman obat ini dipercaya bagi MMS dapat
menghilangkan panas pada sakit demam (dimensi biologis).
Tanaman bunga raya merah, yang dijadikan obat adalah daunnya. Daun
bunga raya yang diremas-diremas di dalam semangkuk air hingga mengental.
Semakin lama daun bunga raya diremas maka air di dalam mangkuk semakin
mengental. Kemudian air yang sudah mengental dan bercampur dengan daun
bunga raya ini disapu-sapukan di atas kepala, yang disebut oleh MMS adalah
„jaram‟. Hal ini berguna untuk melenyapkan panas atau demam pada tatanan
dimensi biologis. Kebiasaan atau tradisi „jaram‟ masih digunakan di dalam
kehidupan sosial dalam tatanan dimensi sosiologis, budaya yang diturunkan dari
generasi ke generasi berikutnya. Waktu yang diperbolehkan untuk melakukan
penjaraman sejak sore menjelang malam dan atau sampai pada pagi hari. Jika
penjaraman dilakukan pada saat siang hari, MMS memercayainya sebagai sesuatu
yang tidak baik bagi kesehatan.
Pohon bunga raya putih digunakan untuk mengobati panas atau demam
dengan akarnya. Akar bunga raya putih ini diambil beberapa ikat yang dalam
BMS disebut kecak. Kemudian akar ini direndam dengan air masak. Diamkan
beberapa jam, setelah itu air rendaman tersebut diminum. Hal ini juga bisa
dilakukan untuk mengobati penyakit cacar (dimensi biologis).
Kedekatan relasi MMS dengan leksikon bunga raya atau derajat
kedekatan (degree of familiriaty)

tercermin pada derajat keakraban dan

pengetahuannya yang dipahami sebagai tradisi dan budaya dengan pengetahuan,
pemahaman, dan pengalaman berinteraksi, berinterelasi, dan berinterdepedensi.

Universitas Sumatera Utara

Parameter kesalingterhubungan (interrelationship) terjadi karena MMS sangat
membutuhkan bunga raya di dalam kehidupan sosial MMS (dimensi sosiologis),
oleh karena itu MMS memiliki leksikon ini di pekarangan rumah MMS, sehingga
leksikon ini terhindar dari kepunahan.
Keterkaitan parameter kesalingterhubungan (interrelationship) tercermin
bahwa MMS membutuhkan leksikon bunga raya di dalam kehidupan sosial MMS
dalam tatanan dimensi sosiologis dan dimensi ideologis. Leksikon bunga raya
juga digunakan untuk kebiasaan atau tradisi, hal ini menunjukkan bahwa MMS
berinterdepedensi dengan bunga raya. Parameter lingkungan (environment)
leksikon bunga raya adalah jenis tanaman ini lebih baik ditanam langsung di
tanah, berbeda jika ditanam dalam pot, disebabkan jika ditanam di atas tanah
pokoknya lebih besar dan bercambah.
Leksikon bunga raya memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu hiponim
dan meronim. Hiponim dari bunga raya adalah bunga raya merah dan bunga raya
putih. Hipernim dari bunga raya merah dan bunga raya putih adalah bunga raya.
Meronim pada leksikon bunga raya adalah daun dan akar, sebab bagian dari
tanaman bunga raya yang bisa dijadikan obat pada daun dan akar. Daun dan akar
bunga raya yang memiliki khasiat sebagai obat yang dapat mencabut sakit panas
atau demam dalam tatanan dimensi biologis.

f.

Bunga Cina [buŋa cInə] ‘Bunga Cina’ (Latin: Gardenia Augusta)
Kedekatan relasi tampak pada pemahaman dan perkembangan biologis

tanaman dalam tatanan dimensi biologis yang diidentifikasi dengan bunganya
yang bewarna putih dan sangat harum. Pemahaman pada karakter biologis dari

Universitas Sumatera Utara

tanaman tersebut pada tataran dimensi biologis yang kemudian diidentifikasi
sebagai bunga yang sangat harum, selanjutnya oleh penutur MMS menjadikannya
sebagai salah satu tanaman obat yang berkhasiat untuk kesehatan dan juga
penambah rasa pada daun teh yang terekam dalam tatanan dimensi ideologis dan
dimensi sosiologis pada kehidupan sosial masyarakat.
Bunga cina merupakan salah satu tanaman obat BMS yang dipercaya oleh
MMS memiliki khasiat yang baik dalam tatanan dimensi ideologis. Pada tanaman
bunga cina, yang dijadikan sebagai obat adalah daun, akar, dan bunga. Akar dan
bunga bunga cina berkhasiat sebagai pelancar haid. Pada daun bunga cina
berkhasiat melenyapkan atau menghilangkan panas atau demam. Daun bunga cina
yang diremas-diremas di dalam semangkuk air. Kemudian air yang sudah
diremas-remas dan bercampur dengan daun bunga cina ini disapu-sapukan di atas
kepala, yang disebut oleh MMS adalah „jaram‟. Hal ini berguna untuk mencabut
penyakit panas atau demam pada tatanan dimensi biologis. Kebiasaan atau tradisi
„jaram‟ masih digunakan di dalam kehidupan sosial, budaya yang diturunkan dari
generasi ke generasi berikutnya dalam tatanan dimensi sosiologis. Oleh karena itu
MMS melestarikan leksikon ini agar mengalami kepunahan. Waktu yang
diperbolehkan melakukan penjaraman sejak sore menjelang malam dan atau
sampai pada pagi hari. Jika penaraman dilakukan pada saat siang hari MMS
memercayainya sebagai sesuatu yang tidak baik untuk kesehatan.
Kedekatan relasi MMS dengan leksikon bunga cina atau derajat kedekatan
(degree of familiriaty) tercermin pada derajat keakraban dan pengetahuannya
yang dipahami sebagai tradisi dan budaya dengan pengetahuan, pemahaman, dan
pengalaman

berinteraksi,

berinterelasi,

dan

berinterdepedensi.

Parameter

Universitas Sumatera Utara

kesalingterhubungan (interrelationship) terjadi karena MMS sangat membutuhkan
bunga cina di dalam kehidupan sosial MMS (dimensi sosiologis).
Keterkaitan parameter kesalingterhubungan (interrelationship) tercermin
bahwa MMS membutuhkan leksikon bunga cina di dalam kehidupan sosial MMS
dalam tatanan dimensi sosiologis dan dimensi biologis. Leksikon bunga cina juga
digunakan untuk kebiasaan atau tradisi, hal ini menunjukkan bahwa MMS
berinterdepedensi dengan bunga cina.
Leksikon bunga cina memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu sinonim
dan meronim. Sinonim dari leksikon bunga cina adalah kaca piring atau nama
lain dari bunga cina adalah kaca piring. Meronim bunga cina adalah daun, akar,
dan bunga. sebab bagian dari tanaman bunga cina yang bisa dijadikan obat
tertumpu pada daun, akar, dan bunga. Daun, akar, dan bunga pada bunga raya
yang dapat dijadikan obat.

g.

Tongkat Ali [tↄŋkat alI] ‘Pasak Bumi’ (Latin: Eurycoma Longifolia)
Leksikon tongkat ali memiliki daun yang rimbun pada ujung batangnya.

Biasanya tanaman ini tidak bercabang. Walaupun ada yang bercabang, cabangnya
sebanyak satu atau dua cabang saja. Bunganya bersusun padat pada tangkai yang
bercabang keluar dari pangkal daun. Daunnya berbentuk bujur tersusun secara
berpasangan pada satu tangkai. Tangkai daun tersusun secara „spiral‟, seperti
mengikuti pusingan jam. Kedekatan relasi ini tampak pada pemahaman ciri-ciri
biologis tananam tersebut dalam tatanan dimensi biologis yang diidentifikasi
sebagai rasa pahit ini, kemudian penutur MMS menjadikannya sebagai salah satu
tanaman obat, sebab pada tongkat ali memiliki khasiat yang baik yang tertumpu

Universitas Sumatera Utara

pada akar yang terekam secara verbal dalam kognitif MMS pada tatanan dimensi
ideologis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Akar tongkat ali dipotong tipis-tipis lalu dijemur untuk dikeringkan
beberapa hari. Akar tongkat ali yang telah kering direbus dengan tiga gelas air
sehingga menjadi satu gelas. Cara ini adalah amalan yang digunakan penutur
MMS untuk mendapatkan sari herba. Air rebusan tongkat ali ini terkenal
berkhasiat untuk penggalak seks. Bahagian bunga, akar, dan daun tongkat ali
dapat digunakan untuk merawat darah tinggi dan kencing manis (dimensi
biologis).
MMS begitu dekat dengan leksikon tongkat ali karena khasiat-khasiat
yang dipercaya oleh MMS dari tanaman ini melekat di dalam kognitif MMS
dalam tatanan dimensi ideologis. Leksikon ini memiliki manfaat khasiat yang baik
bagi kesehatan, sehingga leksikon ini digunakan sampai sekarang di dalam
kehidupan sosial MMS dalam tatanan dimensi sosiologis. Oleh karena itu MMS
menjaga, merawat, dan melestarikan tongkat ali agar tidak mengalami kepunahan.
Tongkat ali juga banyak di jual di toko obat dan apotik, sehingga mudah
dikonsumsi tanpa proses pembuatan yang panjang dan sulit dalam tatanan dimensi
sosiologis.
Parameter kesalingterhubungan (interrelationship) terjadi karena penutur
MMS membutuhkan leksikon tongkat ali dalam kehidupan sosial MMS (dimensi
sosiologis). Bagi masyarakat penutur BMS khazanah kebahasaan (parameter
keberagaman) yang menggambarkan keanekaragaman jenis (spesies) leksikon
tongkat ali terbagi tiga yaitu: a) tongkat ali kuning, b) tongkat ali hitam dan, c)

Universitas Sumatera Utara

tongkat ali merah. Pokok-pokok ini dapat dibedakan dari warna akarnya, selain
dari rupa bentuk pokok itu sendiri.
Leksikon tongkat ali memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu sinonim,
antonim, hiponim, dan meronim. Sinonim dari leksikon tongkat ali atau nama lain
dari tongkat ali adalah bedara pahit, bedara putih, hempedu pahit, payung ali,
tongkat baginda, muntah bumi, petala bumi, tongkat rasul, dan setunjang bumi.
Keterkaitan relasi semantis antonim dari tongkat ali adalah kacip fatimah.
Perlawanan makna pada tongkat ali dan kacip fatimah terletak pada
penggunaannya. Tongkat ali dikonsumsi untuk lelaki, sedangkan kacip fatimah
dikonsumsi untuk wanita. Hiponim dari tongkat ali adalah tongkat ali merah,
tongkat ali hitam, dan tongkat ali kuning. Jadi tongkat ali merupakan hipernim
dari hiponim tongkat ali merah, tongkat ali hitam, dan tongkat ali kuning.
Tongkat ali juga memiliki keterkaitan relasi semantis meronim yakni daun, akar,
dan bunga. sebab bagian dari tanaman tongkat ali yang bisa dijadikan obat
tertumpu pada daun, akar, dan bunga. Daun, akar, dan bunga pada tongkat ali
yang memiliki khasiat sebagai obat dalam tatanan dimensi ideologis.

h.

Kacip Fatimah [kacIp fatImah] ‘Rumput Fatimah’ (Latin: Labisia

Pumila

Benth)

Kacip fatimah adalah sejenis tumbuhan herba yang memunyai batang
berkayu kecil. Tumbuhan ini membiak dengan dua cara, yaitu melalui biji benih
dan keratan akar. Daun panjang, memunyai buah bertangkai warna merah di
bahagian pangkal batangnya. Kedekatan relasi itu tampak pada pemahaman ciriciri biologis tersebut dalam tatanan dimensi biologis yang diidentifikasi dengan

Universitas Sumatera Utara

warna hijau itu, oleh sebab itu dapat digunakan sebagai minuman teh yang
memiliki khasiat yang baik bagi kaum wanita yang terekam secara verbal di
dalam kognitif MMS dalam tatanan dimensi ideologis dan dimensi sosiologis pada
kehidupan sosial MMS.
Bagi penutur MMS Kacip Fatimah memiliki beberapa khasiat yang baik
bagi kaum wanita. Diantaranya kacip fatimah dapat meningkatkan libido
(syahwat). Selain itu kacip fatimah sangat berkhasiat bagi wanita yang sedang
hamil untuk memperlancar dan mempercepat proses kehamilan. Selain itu juga
dapat membantu tenaga tambahan bagi wanita saat melahirkan. Dalam amalan
perobatan tradisional MMS, daun kacip Fatimah yang direbus dapat digunakan
untuk mandi. Hal ini berguna untuk menghilangkan dan membersihkan dalaman
tubuh dalam tatanan dimensi biologis.
Budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya manfaat
kacip fatimah yang terekam secara verbal di dalam kognitif MMS dalam tatanan
dimensi ideologis. Dikarenakan manfaat kacip fatimah yang begitu meluas di
kalangan wanita sehingga kacip fatimah masih digunakan sampai sekarang dalam
tatanan dimensi sosiologis. Oleh karena itu MMS merawat, menjaga, dan
melestarikan kacip fatimah agar tidak mengalami kepunahan. Kedekatan relasi
MMS dengan leksikon kacip fatimah atau derajat kedekatan (degree of
familiriaty) tercermin pada derajat keakraban dan pengetahuannya yang dipahami
sebagai tradisi dan budaya dengan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman
berinteraksi, berinterelasi, dan berinterdepedensi. Dikarenakan MMS sangat
membutuhkan kacip fatimah di dalam kehidupan sosial MMS (parameter
kesalingterhubungan).

Universitas Sumatera Utara

Hal ini juga menunjukkan bahwa MMS berinterdepedensi dengan kacip
fatimah sebab leksikon ini memegang peranan penting bagi kaum wanita. Kacip
fatimah juga disajikan berbentuk kapsul yang bisa langsung diminum atau siap
saji yang tersedia di apotek. Jadi memudahkan kita untuk mengkonsumsinya
tanpa membuat ramuan-ramuan terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa
MMS begitu dekat dengan kacip fatimah dalam tatanan dimensi sosiologis.
Leksikon kacip fatimah memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu
sinonim, antonim, dan meronim. Sinonim atau nama lain dari kacip fatimah
adalah mata pelandok rimba dan bunga belangkas hutan. Relasi semantis antonim
dari kacip fatimah adalah tongkt ali. Perlawanan makna pada tongkat ali dan
kacip fatimah terletak pada penggunaannya. Tongkat ali dikonsumsi untuk lelaki,
sedangkan kacip fatimah dikonsumsi untuk wanita. Kacip fatimah juga memiliki
keterkaitan relasi semantis meronim yakni daun, akar, dan bunga. sebab bagian
dari tanaman tongkat ali yang bisa dijadikan obat tertumpu pada daun, akar, dan
batang. Daun, akar, dan batang pada kacip fatimah yang memiliki khasiat sebagai
obat dalam tatanan dimensi biologis.

i.

Seribu [səRibu] ‘Seribu’ (Latin: Achillea Millefolium)
Ciri dari tanaman daun seribu (rumput-rumputan) sangat sederhana, yaitu

tingginya yang sekitar 45 cm, tidak berkayu, berbentuk bulat dan berbuku serta
memiliki warna daun yang begitu hijau, lebar anak daun hanya 2 mm. Daunnya
berbentuk majemuk bertulang menyirip dan bunganya terdapat pada ujung
tanaman yang juga berbentuk majemuk. Kedekatan relasi itu tampak pada

Universitas Sumatera Utara

pemahaman tentang karakter biologis yang diidentifikasi ciri-ciri tanaman tersebut
dalam tatanan dimensi biologis.
Bagian yang digunakan dari leksikon seribu sebagai obat tertumpu pada
daun. Daun seribu direbus, setelah direbus daun ini disaring lalu diminum. Hal ini
dibuat untuk meredakan nyeri haid (dimensi ideologis). Untuk penyakit gangguan
syaraf ini juga dilakukan hal yang sama. Bedanya daun seribu untuk penyakit
gangguan syaraf, daun ini harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum direbus.
Kemudian direbus lalu disaring. Manfaat dari leksikon seribu ini sudah terekam
secara verbal dalam kognitif penutur MMS dalam tatanan dimensi ideologis dan
dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Parameter kesalingterhubungan (interrelationship) terjadi karena penutur
BMS membutuhkan leksikon seribu dalam kehidupan sosial MMS, sehingga
MMS merawat, menjaga, dan melestarikan leksikon ini agar tidak mengalami
kepunahan. Leksikon ini dipercaya oleh MMS memiliki khasiat yang baik untuk
kesehatan dalam tatanan dimensi ideologis. Oleh karena itu MMS leksikon ini
masih digunakan MMS sebagai tanaman obat sampai sekarang dalam tatanan
dimensi sosiologis. Parameter lingkungan (environment) sesuai dengan kondisi
alamiah adalah tanaman ini merupakan herba rumput-rumputan yang berupa
semak dan sering dianggap tanaman hama bagi para kalangan petani. Daun
menyirip pada masa vegetatif karena batang belum muncul di atas tanah, lebar
anak daun hanya 2 mm. Bunganya membentuk payung berwarna kemerahan atau
putih, tabungnya berwarna kuning, pada saat berbunga tangkainya tumbuh cepat
sehingga tampak ruasnya memanjang. Buahnya kecil-kecil dan kulit tidak pecah.

Universitas Sumatera Utara

Leksikon seribu memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu homonim dan
meronim. Homonim dari leksikon seribu terbagi menjadi dua lingkungan yaitu (1)
lingkungan biotik dan 2) lingkungan abiotik. Lingkungan biotik dari leksikon
seribu adalah sejenis tanaman obat BMS. Lingkungan abiotik dari leksikon seribu
adalah menyatakan kelipatan bilangan ribuan. Leksikon seribu juga memiliki
relasi kemaknaan meronim yaitu daun. Pada bahagian leksikon seribu yang dapat
dijadikan sebagai tanaman obat BMS tertumpu pada daun. Jadi meronim dari
leksikon seribu adalah daun.

j.

Pegaga [pəgagə] ‘Tapak Kuda’ (Latin: Centella Asiatica)
Pegaga merupakan salah satu tanaman obat BMS. Pegaga merupakan

tumbuhan herba yang menjalar. Relasi tanaman pegaga sangat dekat dengan
penutur MMS. Kedekatan relasi itu tampak pada pemahaman, penggunaan, dan
perkembangan biologis tanaman tersebut dalam tatanan dimensi biologis yang
diidentifikasi dengan daunnya yang wangi, selanjutnya MMS menjadikannya
sebagai salah satu tanaman obat BMS yang berkhasiat dan sebagai ulam, sebab
rasanya yang dapat menambah selera yang terekam secara verbal dalam kognitif
penutur MMS dalam tatanan dimensi ideologi dan dimensi sosiologis pada
kehidupan sosial MMS.
Ulam artinya dimakan mentah atau lalapan. Pegaga digunakan sebagai
ulam ataupun dapat dijadikan jus. Ulam pegaga dimakan bersama sambal dan nasi
untuk menambahkan selera makan. Selain itu pegaga juga sebagai campuran
bubur pedas. Bubur pedas merupakan masakan atau kuliner khas Melayu. Relasi
kuliner ini sangat dekat dengan penutur MMS, sebab kuliner ini masih digunakan

Universitas Sumatera Utara

sampai sekarang khususnya pada saat bulan Ramadhan (dimensi sosiologis).
Kuliner ini terdiri dari bahan rempah-rempah dan dedaunan yang memiliki banyak
manfaat untuk kesehatan, oleh sebab itu MMS sering memasak kuliner ini agar
dapat menjaga kesehatan pada saat menjalankan puasa yang terekam secara verbal
dalam kognitif MMS pada tatanan dimensi ideologis dan dimensi sosiologis pada
kehidupan sosial MMS.
Khasiat lain dari leksikon pegaga adalah untuk kecantikan wajah. Akar
dan daun pegaga direbus kemudian diminum. Hal ini dilakukan untuk membuat
wajah lebih berseri. Daun pegaga juga dapat menghilangkan bintik-bintik hitam
di wajah (dimensi biologis). Dikarenakan leksikon ini memiliki kandungan gizi
yang memberikan manfaat untuk kesehatan, sehingga MMS menjaga, merawat,
dan melestarikan leksikon pegaga agar tidak mengalami kepunahan.
Parameter kesalingterhubungan (interrelationship) terjadi karena penutur
BMS membutuhkan leksikon pegaga dalam kehidupan sosial MMS (dimensi
sosiologis). Begitu dekat hubungan antara MMS dengan leksikon ini dikarenakan
MMS mempercayai bahwa leksikon ini memberikan manfaat yang baik untuk
kesehatan dalam tatanan dimensi ideologis. Oleh karena itu MMS masih
menggunakan leksikon ini sebagai tanaman obat dan juga sebagai ulam „dimakan
mentah sampai sekarang di dalam kehidupan sosial MMS dalam tatanan dimensi
sosiologis. Parameter lingkungan (environment) dari leksikon pegaga adalah
tanaman ini tumbuh di tempat lembab dan redup. Pegaga mudah tumbuh di
kawasan tanah yang subur dan agak lembab. Leksikon pegaga juga memiliki
keterkaitan dengan parameter keberagaman, Pegaga memiliki khazanah
kebahasaan yang menggambarkan keanekaragaman jenis (spesies) adalah (1)

Universitas Sumatera Utara

pegaga cina atau pegaga nyonya yang berdaun kecil, (2) pegaga daun lebar, (3)
Pegaga Kelantan, (4) Pegaga Renek (5) Pegaga Salad, (6) Pegaga Gajah, dan (7)
Pegaga Brunei.
Leksikon pegaga memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu hiponim dan
meronim. Hiponim dari pegaga adalah pegaga cina atau pegaga nyonya yang
berdaun kecil, pegaga daun lebar, pegaga kelantan, pegaga renek, pegaga salad,
pegaga gajah, dan pegaga brunei. Leksikon pegaga juga memiliki relasi
kemaknaan meronim yaitu akar dan daun. Pada bagian tanaman pegaga yang
dapat digunakan sebagai obat adalah akar dan daun. Maka meronim dari leksikon
pegaga adalah akar dan daun.

k.

Ulam Raja [ulam Rajə] ‘Kenikir’ (Latin: King Salad)
Ulam raja memiliki batang yang berwarna hijau tua dan sedikit keunguan.

Biasanya herba ini memiliki cabang yang banyak di bahagian atas. Daunnya
bergaris bentuk segi tiga dengan anak daunnya yang runcing, kesat dan berwarna
hijau tua. Bunganya bertangkai panjang, berwarna kuning dan keunguan. Daun
herba ini mengeluarkan bau apabila diramas. Selanjutnya MMS menjadikannya
sebagai salah satu tanaman obat sebab leksikon ini memiliki khasiat yang baik
untuk kesehatan dan juga sebagai ulam „dimakan mentah sebagai lalapan‟ yang
terekam secara verbal dalam kognitif MMS pada tatanan dimensi idelogis dan
dimensi sosiologis di dalam kehidupan sosial MMS.
Ulam artinya dimakan mentah atau lalapan. Ulam raja merupakan salah
satu tanaman yang bercirikan atau bercorak khas budaya Melayu, di samping itu
ulam raja juga terdapat di sebagian daerah lain dan dikenal oleh suku lain. Ulam

Universitas Sumatera Utara

raja sebagai tanaman obat yang berkhasiat dapat menguatkan tulang dalam
tatanan dimensi biologis. Parameter kesalingterhubungan (interrelationship)
tercermin bahwa MMS membutuhkan leksikon ulam raja di dalam kehidupan
sosial MMS pada tatanan dimensi sosiologis. Namun keberadaan leksikon ini
sudah hampir punah, jadi leksikon ini sudah jarang dijumpai, sehingga tingkat
derajat kedekatannya (deggree of familiriaty) relasi MMS dengan leksikon ini
sudah berkurang. Walaupun begitu MMS masih menganggap leksikon ini sebagai
tanaman obat BMS dan dipercaya oleh MMS memiliki khasiat yang baik untuk
kesehatan dalam tatanan dimensi ideologis. Oleh karena itu MMS diharapkan
dapat menanam atau membudidayakan kembali agar leksikon ini terhindar dari
kepunahan dan tetap digunakan dalam kehidupan sosial MMS dalam tatanan
dimensi sosiologis.
Leksikon ulam raja memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu meronim.
Meronim dari leksikon ulam raja adalah daun. Pada bagian tanaman ulam raja
yang dapat digunakan sebagai obat tertumpu pada daun. Maka meronim dari
leksikon ulam raja adalah daun.

l.

Legundi [ləgundi] ‘Gandasari’ (Vitex Trifolia)
Legundi merupakan pohon semak yang memiliki batang yang ditutupi oleh

bulu-bulu lembut. Daunnya bersusun beraturan sepanjang batang. Permukaan atas
daun berwarna hijau dan permukaan bawahnya berwarna hijau keabuabuan.
Bunganya tumbuh memanjang. Kedekatan relasi MMS dengan legundi itu tampak
pada pemahaman perkembangan tentang karakter biologis pada tatanan dimensi
biologis. Selanjutnya penutur BMS menjadikan leksikon ini sebagai tanaman

Universitas Sumatera Utara

obat, sebab leksikon ini memiliki kandungan gizi yang baik untuk kesehatan yang
terekam secara verbal dalam kognitif MMS pada tataran dimensi ideologis dan
dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Seluruh bagian tumbuhan legundi dipercaya oleh MMS dipercaya oleh
MMS dapat memberi khasiat yang terekam secara verbal dalam kognitif pada
tatanan dimensi ideologis. Akar legundi dimanfaatkan untuk pengobatan saat
persalinan. Buahnya dapat dimanfaatkan sebagai obat cacing. Daunnya banyak
digunakan untuk obat gatal dan alergi. Legundi juga bisa dibuat dalam bentuk
jamu untuk wanita yang baru melahirkan (dimensi biologi). Parameter
kesalingterhubungan

(interrelationship)

terjadi

karena

penutur

BMS

membutuhkan leksikon legundi sebagai perobatan. Oleh karena itu MMS masih
menggunakan leksikon ini karena manfaatnya yang baik untuk kesehatan sebagai
tanaman obat BMS sampai sekarang dalam kehidupan sosial MMS tatanan
dimensi sosiologis. Begitu dekatnya hubungan MMS dengan leksikon legundi,
sehingga MMS merawat, menjaga, dan melestarikan leksikon ini agar tidak
mengalami kepunahan.
Leksikon legundi memiliki keterkaitan relasi semantis, yaitu meronim.
Meronim dari leksikon legundi adalah akar, buah, dan daun. Pada bagian tanaman
legundi yang dapat dijadikan obat adalah akar, daun, dan buah. Maka meronim
dari leksikon legundi adalah akar, daun, dan buah.

m.

Kemunting Cina [kəmuntIŋ cInə] ‘Tapak Dara’ (Catharanthus Roseus)
Kemunting cina memiliki daun berbentuk bulat telur, berwarna hijau, dan

tersusun menyirip secara berselingan. Panjang daun sekitar 2-6 cm, lebar 1-3 cm,

Universitas Sumatera Utara

dan tangkai daunnya sangat pendek. Batang dan daunnya berwarna putih.
Bunganya aksial (muncul dari ketiak daun). Kelopak bunga kecil, berbentuk
paku. Mahkota bunga berbentuk terompet, ujungnya melebar, berwarna putih,
biru, merah jambu atau ungu. Buahnya berbentuk silinder, ujung lancip, berbulu,
dan memiliki banyak biji. Pemahaman karakter biologis dari kemunting cina pada
tataran dimensi biologis, selanjutnya penutur BMS menjadikannya sebagai salah
satu tanaman obat BMS, sebab tanaman ini memiliki khasiat yang baik untuk
kesehatan yang terekam secara verbal dalam kognitif MMS pada tatanan dimensi
ideologis dan dimensi sosiologis pada kehidupan sosial MMS.
Daun kemunting cina digunakan untuk mengobati luka bakar (dimensi
biologis). Manfaat kemunting cina sudah terekam secara verbal di dalam kognitif
MMS

pada

tatanan

dimensi

ideologi.

Parameter

kesalingterhubungan

(interrelationship) terjadi karena penutur BMS membutuhkan leksikon kemunting
cina sebagai perobatan. Disebabkan leksikon ini memiliki manfaat yang baik
untuk kesehatan, sehingga MMS menggunakan leksikon ini sampai sekarang
sebagai tanaman obat BMS dalam tatanan dimensi sosiologis. Oleh karena itu
MMS menjaga,