Tinjauan Hukum Terhadap Kredit Macet Atas Pemberian Kredit Untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pada PT.Bank Sumut Medan Chapter III V

BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG PERKREDITAN DAN KREDIT UMKM
A. Pengertian Kredit Dan Sistem Pemberian Kredit
Dalam bahasa latin kredit disebut “credere” yang artinya percaya. Maksudnya
si pemberi kredit percaya keapada si penerima kredit, bahwa kredit yang
disalurkannnya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si
penerima kredit berarti menerima kepercayaan. Sehingga mempunyai kewajiban
untuk membayar kembali pinjaman tersebut dengan jangka waktunya. Oleh
karena iu, untuk meyakinkan bank bahwa si nasabah benar-benar dapat dipercaya,
maka sebelum kredit diberikan terlebih dulu bank mengadakan analis kredit.
Analisa kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek
usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor yang lainnya. Pengertian
kredit dalam arti ekonomi, yaitu suatu penundaan pembayaran. Artinya uang atau
barang diterima sekarang dan dikembalikan pada masa yang akan datang.
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 14 Tahun 1967
adalah penyediaan uang yang ditulis antara lain disamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan pinjaman (pinjam-meminjam) antara bank dengan pihak lain dalam
hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utang setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan. 59
Prinsip penyaluran kredit adalah prinsip kepercayaan dan kehati-hatian,
indikator kepercayaan ini adalah kepercyaan moral, komersial, finansial, dan

agunan. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
59

Nurul Ichsan Hanan, Pengantar Perbankan, Gaung Persada Press Group: Jakarta,
2014, hal 127-128.

Universitas Sumatera Utara

dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan persetujuan untuk
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewujudkan
pihak peminjaman untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan (UU RI No. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan Bab 1, Pasal 1, ayat (12)). Semua jenis pinjaman yang
harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati. 60
Harus diakui dibandingkan dengan produk dan jasa perbankan yang
ditawarkan, pendapatan atau keuntungan suatu bank lebih banyak bersumber dari
pemberian kredit kepada nasabahnya, terlebih lagi bagi bank-bank yang belum
berstatus devisa. Oleh karenanya, pemberian kredit tersebut pasti secara terusmenerus dilakukan oleh bank dalam kesinambungan operasional. Pada akhirnya,
pemberian kredit sudah menjadi fungsi utama bank-bank, sebagaimana

disyaratkan pada pasal 3 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
perbankan,

bahwa

fungsi

utama

perbankan

Indonesia

adalah

sebagai

penghimpuan dan penyalur dana masyarakat. 61

Peranan bank sebagai lembaga keungan tidak pernah lepas dari masalah

kredit. Bahkan, kegiatan bank sebagai lembaga keungan, pemberian kredit
merupakan kegiatan utamanya. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan
menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit,

60

H. Melayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan Cetakan Pertama, PT. Bumi
aksara: Jakarta, 1996, hal 87.
61
Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek Hukum Pemberrian Kredit Perbankan Di Indonesia,
Citra Aditya Bakti: Bandung, 1998, hal 95.

Universitas Sumatera Utara

sementara dana yang terhimpun dari simpanan banyak, akan menyebabkan bank
tersebut rugi. Oleh karena itu pengelolaan kredit harus dilakukan dengan sebaikbaiknya mulai dari perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, preosedur
pemberian kredit, anlis pemberian kredit, sampai pada pengendalian kredit
macet. 62 Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang
dengan membayar dengan cicilan atau angsuran dikemudian hari atau
memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan dikemudian hari

dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. Baik kredit berbentuk
barang maupun kredit berbentuk uang dalam hal pembayarannya adaah dengan
menggunakan metode angsuran atau cicilan tertentu. Kredit daam bentuk uang
lebih dikenal dengan istilah pinjaman. Dewasa ini pengertian pemberian kredit di
samping dengan istilah pinjaman oleh bank yang berdasarkan prinsip
konvensional adalah istilah pembiayaan yang digunakan oleh bank berdasarkan
prinsip syariah. 63 Namun pada sisi lain, penyalur dana dalam bentuk kredit kepada
nasabah, terdapat resiko tidak kembalinya dana atau kredit yang disalurkan
tersebut, sehingga ada adigium yang berbunyi “ Bisnis perbankan adalah bisnis
resiko” dan dengan pertimbangan resiko inilah, bank-bank selalu harus melakukan
analis yang mendalam terhadap setiap permohonan kredit yang diterimanya. 64
Adapupun pengertian lainnya yaitu “kredit adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan dengan itu, berdasarkan

62

Kasmir, Op.Cit, hal 80.
Ibid, hal 81.
64
Putri Arini, Analisis Hukum Terhadap Kredit Macet atas Pemberian Kredit untuk Usaha

Kecil dan Menengah (UKM) pada PT. Bank Danamon Cabang Sukaramai, Skripsi, Dikutip dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37130/2/Chapter%20III-V.pdf, [Diakses Pada
tanggal 19 April 2017, pukul:13.15 WIB].
63

Universitas Sumatera Utara

persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara kreditur/bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam dapat melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 65 Pengertian kredit menurut pasal
1 angka 11 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbahan atas UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, adaah sebagai berikut :
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil
keuntungan.” 66 Dari pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa kredit atau
pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang.
Contoh berbentuk tagihan (kredit barang), misalnya bank membiayai kredit untuk
pembelian rumah atau mobil. Kredit ini berarti nasabah tidak memperoleh uang
tetapi rumah. karena bank membayar langsung ke developer dan nasabah hanya

membayar cicilan rumah tersebut setiap bulan. Kemudian adanya kesepakatan
antara bank (kreditur) dengan nasabah-penerima kredit (debitur), bahwa mereka
sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit
tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta
bunga yang dietapkan bersama. Demikian pula dengan masalah sangsi apabila si
debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama. 67 Sistem
pemberian kredit,

bank sebagai lembaga intermediasi merupakan lembaga

65

S. Mantayborbir, Imam Jauhari dan Agus Hari Widodo, Hukum Piutang dan Lelang
Negara di Indonesia, Pustaka Bunga Press: Medan, 2001,hal 15.
66
Lihat lebih lanjut Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Tentang
Perbankan.
67
Nurul Ichsan, Op.Cit, hal 128-129..


Universitas Sumatera Utara

penyimpanan dana bagi masyarakat dan juga lembaga pengamananan dana yang
memiliki banyak fungsi. 68 fungsi utama bank adalah untuk memberikan jasa
kepada masyarakat, baik berupa penyimpanan dana maupun penyaluran dana
kepada masyarakat. Banyak lembaga bank yang memberikan jasa pemberian
kredit kepada UMKM, baik lembaga bank konvensional maupun bank syariah.69
Baik bank konvensional maupun bank syariah mempunyai peraturan masingmasing untuk menetapkan dan mengatur pemberian kredit dan pembiayaan
maupun jasa perbankan lainnya yang dilaksanakan oleh bank-bank tersebut. Akan
tetapi, peraturan yang ditetapkan harus berpedoman pada peraturan perbankan
yang berlaku secara umum. Sistem pemberian kredit pada bank 2 konvensional
lebih menekankan pada perolehan bunga yang ditetapkan pada para debitur.
Besarnya jumlah pengembalian pinjaman yang harus dibayarkan oleh para debitur
adalah sebesar jumlah pinjaman kredit yang diterima beserta jumlah bunga kredit
yang ditetapkan pihak bank. Sehingga dengan adanya bunga tersebut dapat
dimasukkan dalam pendapatan dan keuntungan bank. Jika dipandang dari segi
syariah, maka apa yang diterapkan pada bank konvensional tersebut adalah
termasuk perbuatan riba. 70
Terdapat perbedaan antara sistem pemberian kredit bank konvensional dan
pembiayaan bank syariah. Perbedaan tersebut antara lain terletak pada akad atau

perjanjian, pembagian keuntungan, dan besarnya prosentase dana yang harus

68

Achasih Nur Chikmah, Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Bank
Konvensional dengan Pembiayaan Bank Syariah Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah , Jurnal,
Dikutip dari http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article/9256/57/article.pdf,[Diakses Pada 28 Juli
2016 Pukul 07.00 WIB].
69
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan,PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2002, hal 23.
70
Achashi Nur Chikmah, Op.Cit, hal 1-2.

Universitas Sumatera Utara

dikembalikan oleh debiturnya. Namun, tidak semua orang mempunyai
pengetahuan yang sama tentang perbedaan antara bank konvensional dan bank
syariah, sehingga mereka menganggap bahwa antara bank konvensional dan bank
syariah adalah sama. 71 Untuk meluruskan mengenai persepsi tersebut, maka perlu
adanya analisis mengenai sistem pemberian kredit 4 bank konvensional dan

pembiayaan bank syariah, terutama yang terkait dengan pemberian kredit maupun
pembiayaan pada UMKM. Oleh karena itu, dengan demikian diharapkan dapat
menambah pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang bank konvensional
dan bank syariah. 72
1. Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan secara konvensional
dan atau berlandaskan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. 73 Sementara itu, pengertian bank menurut UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak”. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
usaha yang dijalankan oleh bank meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana,
menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. 74 Kegiatan menghimpun
dana yang dilakukan bank dapat berupa penghimpunan dana melalui tabungan,
71

Ibid.
Ibid.
73

Wiroso, Perhimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, Grasindo:
Jakarta, 2005, hal 2.
74
Achashi Nur Chikmah, Op.Cit, hal 4.
72

Universitas Sumatera Utara

giro maupun deposito nasabah. Selanjutnya kegiatan menyalurkan dana dapat
berupa pemberian kredit maupun pembiayaan yang dilakukan bank kepada para
nasabahnya

yang

membutuhkan

dana. 75prinsip

yang


diterapkan

bank

konvensional dalalam mendapatkan keuntungan menggunakan dua metode,
yaitu: 76 (1) Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti
giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula dengan harga untuk produk
pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu; (2)
Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak bank menerapkan berbagai biaya-biaya dalam
nominal atau persentase tertentu.
Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan bunga,
atau dapat pula disebut bank islam, yaitu lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasajasa perbankan lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan
prinsip syariah. 77 Dari pengertian tersebut, bank yang beroperasi berdasarkan
prinsip syariah

adalah bank

yang menggunakan hukum islam dalam

melaksanakan kegiatan perbankannya. Melalui produkproduk yang dihasilkan
oleh bank islam atau bank syariah dalam produk pengumpulan dana tersebut dapat
dioperasikan sesuai dengan ketentuan ajaran islam. Kegiatan dan transaksi yang
dilakukan oleh bank syariah juga berlandaskan hukum halal atau haram, lembaga
perbankan syariah hanya melakukan transaksi yang sesuai dengan aturan hukum
islam. 78 Prinsip yang diterapkan bank syariah dalam sistem pembiayaan adalah

75

Ibid.
Wiroso, Op.Cit, hal 33.
77
Muhammad,Pengantar Akuntansi Syariah, Selemba Empat:Jakarta, 2005, hal 13.
78
Achashi Nur Chikmah, Op.Cit, hal 5.
76

Universitas Sumatera Utara

sebagai berikut: (1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah); (2)
Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah); (3) Prinsip jual
beli barang dengan memperoleh 6 keuntungan (murabahah); (4) Pembiayaan
barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah); (5) Pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa
iqtina). 79
Sebenarnya perbankan tidak pernah mempersusah atau membuat susah para
pelaku bisnis untuk dapat mengakses permodalan/kredit UMKM. Akan tetapi kita
harus mengerti bahwa bank merupakan Well Regulated Organization (Organisasi
yang telah tertata secara baik aturan mainnya) sehingga setiap transaksi harus
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Akan tetapi selama ini rata-rata
pelaku bisnis UMKM di Indonesia senantiasa mengabaikan aspek legalitas dan
formalitas kegiatan bisnisnya, misalnya: Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
UMKM, surat keterangan domisili UMKM.80
Sistem pemberian kredit setiap bank berbeda-beda sesuai dengan ketentuan
bank yang bersangkutan. Pihak perbankan didalam memberikan kredit kepada
debitur harus melakukan peninjauan terlebih dahulu kepada calon peminjam
UMKM. Peminjam akan dilakukan terhadap keseriusan, kemampuan usaha,
modal usaha perusahaan,agunan debitur untuk memproteksi jumlah kredit dan
prospek usaha dari peminjam. Setiap data yang didapat oleh pihak bank akan

79

Muhammad, Op.Cit, hal 29.
Putri Arini, Analisis Hukum Terhadap Kredit Macet atas Pemberian Kredit untuk
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada PT. Bank Danamon Cabang Sukaramai, Skripsi, Dikutip
dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37130/2/Chapter%20III-V.pdf [Diakses Pada
tanggal 20 April 2017, pukul:17.22 WIB].
80

Universitas Sumatera Utara

dianalisa terlebih dahulu. 81 Dalam pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah, bank wajib memperhatikan hal-hal sebagaimana ditentukan dalam
pasal 8 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 menyatakan
bahwa: 82
1. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah,
Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang
mendalam atau itikad baik dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah
Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud
sesuai dengan yang diperjanjikan.
2. Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Berkaitan dengan itu, menurut penjelasan pasal 8 ayat (2) dikemukakan bahwa
pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia yang wajib dan ditetapkan oleh bank dalam
pemberian kredit dan pembiayaan adalah sebagai berikut : 83
a) Pemberian kredit/pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dibuat dalam
bentuk perjanjian tertulis.
81

H.Mohammad Tjoekam, Prekreditan; Bisnis Inti Bank Komersia, PT Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta,1999, hal 94.
82
Dr Banker, undang-undang-perbankan-indonesia-uu-no-10-tahun-1998,
Artikel,Dikutip dari , [Diakses pada 20 April 2017, pukul:17.34 WIB].
83
Putri Arini, Analisis Hukum Terhadap Kredit Macet atas Pemberian Kredit untuk
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada PT. Bank Danamon Cabang Sukaramai, Skripsi, Dikutip
dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37130/2/Chapter%20III-V.pdf , [Diakses
Pada tanggal 20 April 2017, pukul:18.35 WIB].

Universitas Sumatera Utara

b) Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah
debitur yang antara lain diperoleh dari penilaian yang seksama terhadap
watak,kemampuan,modal agunan,dan prospek usaha nasabah debitur.
c) Kewajiban bank untuk memberikan informasi yang jelas mengenai prosedur
dan persyaratan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
d) Larangan bank untuk memberikan kredit dengan persyaratan yang berbeda
kepada nasabah debitur dan atau pihak-pihak terafiliasi
e) Penyelesaian sengketa.

B. Persyaratan Pemberian Kredit
Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, maka bank harus merasa yakin bahwa
kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh
dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh
bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang
nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar dan sungguh-sungguh.
Dalam melakukan penilaian, kriteria-kriteria serta aspek penilaian tetap sama.
Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar
penilaian setiap bank. Biasanya criteria penilaian yang umum dan harus dilakukan
oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan,
dilakukan dengan analisis 5 C dan 7 P
Penilaian dengn analisis 5 C adalah sebagai berikut: 84

84

Nurul Ichsan Hasan, Op.Cit,hal 139-141.

Universitas Sumatera Utara

1. Character, merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari
orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dapat dipercaya.
Untuk membawa watak atau sifat dari calon debitur dapat dilihat dari latar
belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi, seperti cara hidup atau
gaya hidup yang dimuatnya, keadaan keluarga, hobi, dan jiwa social. Dari
sifat dan watak ini dapat dijadikan suatu ukuran tentang “kemauan”
nasabah untuk membayar.
2. Capacity, adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam
menbayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam
mengelola bisnis. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang
pendidikan dan pengalaman selama ini dalam mengelolah usahanya,
sehingga akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit
yang disalurkan. Capacity sering juga disebut dengan nama capability.
3. Capital, untuk meihat pengguna modal apakah efektif atau tidak, dapat
dilihat dari laporan keungan (neraca dan laporan rugi laba) yang disajikan
dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitas,
rentabilitas dan ukuran lainnya. Analisis capital juga harus menganalisis
dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini, termasuk presentase
modal yang digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan,
berapa modal sendiri dan berapa modal pinjaman.
4. Condition, dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi,
social, dan politik yang ada ekarang dan prediksi untuk di masa yang akan
dating. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai

Universitas Sumatera Utara

hendaknya

benar-benar

memiliki

prospek

yang

baik,

sehingga

kemungkinan kredit tersebut bermasalah relative kecil.
5. Collateral, merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah yang
bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit
yang

diberikan.

Jaminan

juga

harus

diteliti

keabsahan

dan

kesempurnaannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang
dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

Selanjutnya penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan dengan
analisis 7 P, dengan unsure penilaian sebagai berikut: 85
1. Personality, yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah
lakunya sehari-hari maupun kepribadiannya masa lalu. Penilaian
personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tidakan
nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaiakannya.
2. Party, yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan

tertentu,

berdasarkan

modal,

loyalitas

serta

karakternya. Nasabah yang digolongkan kedalam golongan tertentu akan
mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.
3. Perpose, yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalakm mengambil
kredit,

termasuk

jenis

kredit

yang

diinginkan

nasabah.

Tujuan

pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan. Sebagai

85

Ibid hal 141-142.

Universitas Sumatera Utara

contoh, seperti untuk modal kerja, investasi, konsumtif, produktif, dan
lain-lain.
4. Prospect, yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan dating,
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau
sebaliknya. Hal ini penting, mengingat jika suatu fasilitas kredit yang
dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi, akan
tetapi nasabah pun juga akan mengalami kerugian.
5. Payment, merupakan ukuran bagaiaman cara nasabah mengembalikan
kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk
pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur, maka
akan semakin bail. Sehingga, jika salah satu usahanya merugi, akan dapat
ditutupi oleh usaha lainnya.
6. Profitability, untuk mengalisis bagaimana kemapuan nasabah dalam
mencari laba. Profitability diukur dari period eke periode, apakah akan
tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit
yang akan diperolehnya.
7. Protection, tujuan adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan
mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benarbenar aman. Perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa
jaminan barang atau orang atau pun jaminan asuransi. Untuk memperoleh
kredit dari bank, maka dilakukan beberapa tahap pengajuan aplikasi,
dimana didalam pengajuan aplikasi tersebut diatur tentang persyaratannya.

Universitas Sumatera Utara

Untuk dapat menjadi nasabah, secara umum bank memerlukan
berbagai syarat yang standar. Mungkin saja syarat-syarat yang diminta
oleh bank tersebut adalah wajar, tetapi tidak semua instansi pemberi izin
mampu mengeluarkan surat izin dengan cara yang sama dan wajar. Syaratsyarat itu antara lain : 86
a. Kartu tanda penduduk dan pemerintah
b. Jika anda pegawai, diperlukan : rekomendasi atasan, untuk kuasa
memotong gaji; surat keputusan pengangkatan pegawai; rincian gaji
terakhir
c. Jika anda pensiunan, diperlukan: kartu identitas pension; rincian
pension terakhir.
d. Jika anda pedagang, diperlukan: surat izin usaha perdagangan dari
departemen perdagangan; surat izin tempat usaha dari pemerintah
daerah.
e. Jika anda industrial diperlukan: surat izin usaha perdagangan dari
pemerintah daerah; surat izin industri dari dinas perindustrian; surat
izin tempat usaha dari pemerintah daerah.
f. Jika anda seorang pengusaha pengangkutan, diperlukan: surat izin
trayek dari dinas lalu lintas angkutan jalan raya; surat izin gangguan;
surat izin tempat usaha.
g. Jika anda seorang penguasaan hutan dari departemen kehutanan; surat
izin tempat usaha; surat izin industri.
86

H. As Mahmoeddin, 100 keluhan Anda Dalam Kredit Bank, Rafflesia: Jakarta, 1996,

hal.107.

Universitas Sumatera Utara

Sebagai catatan, tidak semua surat tersebut mudah pengurusannya, dan
tidak semua daerah pegawainya memiliki disiplin yang sama. Ada juga
beberapa syarat yang diminta bank terlalu berat dibandingkan dengan
syarat-syarat yang diminta bank lain,seperti 87 :
a. Ada bank yang sangat menekankan syarat legalitas keberadaan usaha
dari calon nasabahnya, sedangkan syarat agunan bersifat sekunder,
asalkan dalam analisis perusahaan tersebut cukup layak.
b. Ada bank yang sangat menekankan adanya barang agunan yang mampu
mencover nilai kredit yang diminta calon nasabahnya, dan lebih
menekankan lagi barang agunan tersebut adalah milik calon nasabah
tersebut, bukan meminjam dari pihak ketiga. Biasanya bank ini sudah
memperhitungkan kemungkinan terjadinya kemungkinan gagalnya
pengembalian kredit, dengan risiko disitanya barang agunan.
c. Ada bank yang tetap meminta lengkapnya syarat-syarat legalitas,
layaknya analisis dan evaluasi, namun begitu bank tersebut lebih
menekankan adanya personal garansi yang menjamin jika terjadi
kegagalan usaha.
d. Ada bank sangat membedakan penentuan barang agunan, dengan kata
lain tidak menerima barang agunan tertentu, karena dianggap kurang
memiliki nilai ekonomi yang kuat.

87

Ibid, hal 109.

Universitas Sumatera Utara

Secara umum akan dijelaskan prosedur pemberian kredit oleh bank
secara umum yaitu 88 :
a. Pengajuan proposal
Untuk memperoleh fasilitas kredit dari bank maka tahap yang pertama
permohon kredit mengajukan permohonan kredit secara tertulis dalam sutu
proposal. Proposal kredit harus dilampiri dengan dokumen-dokumen
lainnya yang disyaratkan. Yang perlu diperhatikan dalam setiap pengajuan
proposal suatu kredit hendaknya yang berisi keterangan tentang:
1) Riwayat perusahaan, seperti riwayat hidup perusahaan, jenis bidang
usaha,

nama

pengurus

berikut

latar

belakang

pendidikan,

perkembangan perusahaan, serta wilayah pemasaran produknya
2) Tujuan pengambilan kredit, dalam hal ini harus jelas tujuan
pengambilan kredit. Apakah untuk memperbesar omset penjualan
atau meningkatkan kapasitas produksi atau untuk mendirikan pabrik
baru (perluasan) serta tujuan lainnya.
Kemudian yang perlu mendapat perhatian adalah kegunaan kredit
apakah untuk modal kerja atau investasi
3) Besarnya kredit dan jangka waktu, dalam proposal pemohon
menentukan besarnya jumlah kredit yang diinginkan dan jangka
waktu kreditnya.

88

Kasmir, Op.Cit, hal 106-110.

Universitas Sumatera Utara

4) Cara pemohon mengembalikan kredit maksudnya perlu dijelaskan
secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya
apakah dari hasil penjualan atau dengan cara lainnya.
5) Jaminan kredit, yang diberikan dalam bentuk surat atau sertifikat.
Penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi
sengketa, palsu, dan sebagainya, biasanya setiap jaminan diikat
dengan suatu asuransi tertentu.
Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah
dipersyaratkan seperti:
1) Akta pendirian perusahaan
2) Bukti diri (KTP) para pengurus dan pemohon kredit.
3) TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
4) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
5) Neraca dan laporan rugi laba 3 tahub terakhir
6) Fotokopi sertifikat yang dijadikan jaminan.
7) Daftar penghasilan bagi perseorangan.
8) Kartu keluarga (KK) bagi perseorangan.
b. Penyelidikan berkas pinjaman
Tahap selanjutnya adalah penyelidikan dokumen-dokumen yang diajukan
pemohon kredit. Tujuannya adalag mengetahui apakah berkas yang
diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Jika
menurut pihak perbankan belum lengkap atau belum cukup maka nasabah
diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu

Universitas Sumatera Utara

nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya
permohonan kredit dibatalkan saja.
Dalam penyelidikan berkas-berkas hal yang perlu diperhatikan adalah
membuktikan kebenaran dan keaslian dari berkas-berkas yang ada, seperti
kebenaran dan keaslian Akta Notaris, TDP, KTP, dan Sura-surat Jaminan
seperti Sertifikat Tanah, BPKB Mobil ke instansi yang berwenang
mengelauarkannya. Kemudian jika asli dan benar maka pihak bank
mencoba mengkalkulasi apakah jumlah kredit yang diminta memang
relevan dan kemampuan nasabah untuk membayar. Semua ini dengan
menggunakan perhitungan terhadap angka-angka yang dilaporan keuangan
dengan berbagai rasio keuangan yang ada.
c. Penilaian kelayakan kredit
Dalam tahap penilaian kelayakan kredit ini, ada banyak aspek yang perlu
dinilai dalam pemberian kredit, yaitu:
1) Aspek Hukum
Dalam aspek ini, tujuannya adalah menilai keaslian dan keabsahan
dokumen-dokumen yang diajukan oleh pemohon kredit. Penilaian aspek
hokum ini juga dimaksudkan agar jangan sampai dokumen yang diajukan
palsu atau dalam kondisi sengketa, sehingga menimbulkan masalah.
Penilaian dokumen-dokumen ini dilakukan ke lembaga yang berhak
untuk mengeluarkan dokumen tersebut.
2) Aspek pasar dan pemasaran

Universitas Sumatera Utara

Merupakan aspek untuk menilai apakah kredit yang dibiayai akan
laku di pasar dan bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan. Dalam
aspek ini yang akan dinilai adalah prospek usaha sekarang dan di masa
yang akan datang.
3) Aspek keuangan
Untuk menilai keuangan perusahaan yang dilihat dari Laporan
Keuangan yaitu neraca dan Laporan Rugi dan Laba 3 tahun terakhir.
Analisis keuangan meliputi analisis dengan menggunakan rasio-rasio
keuangan seperti rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio
profitabilitas, dan analisis pulang pokok.

4) Aspek Teknis/Operasional
Dalam aspek ini yang dinilai adalah masalah lokasi usaha kemudian
kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki termasuk layout gedung
dan ruangan.
5) Aspek Manajemen
Untuk menilai pengalaman peminjam dalam mengelola usahanya,
termasuk sumber daya manusia yang dimilikinya.
6) Aspek Ekonomi Sosial
Untuk menilai dampak usaha yang diberikan terutama bagi
masyarakat luas, baik ekonomi maupun sosial.
7) Aspek AMDAL

Universitas Sumatera Utara

Aspek ini sangat penting dalam rangka apakah usaha yang dibuatnya
sudah memenuhi criteria analisis dampak lingkungan terhadap darat,air,
dan udara sekitarnya.

C. Pengertian Tentang Usaha Mikro,Kecil,dan Menengah (UMKM)
Secara umum (menurut paket kebijaksanaan 29 Mei 1993 dan didukung
dengan surat keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 26/24/Kep/Dir tanggal 29
Mei 1993), yang dimaksud dengan kredit untuk usaha kecil adalah kredit yang
diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit maksimum Rp.
250.000.000 untuk membiayai usaha yang produktif. Usaha produktif adalah
usaha yang dapat memberikan nilai tambahan dalam menghasilkan barang dan
jasa. Kredit tersebut dapat berupa Kredit Modal Kerja. Usaha kecil dan usaha
yang memiliki total asset maksimum Rp. 600.000.000 tidak termasuk tanah dan
bangunan yang ditempati. Kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil
dengan plafon kredit sampai dengan Rp. 25.000.000 biasanya dianggap sebagai
kredit kepada usaha mikro. Kredit kepada usaha kecil dan mikro merupakan kredit
dengan karakteristik yang berbeda dengan kredit kepada usaha menengah dan
korporasi. Pada saat ini, bank yang lebih memiliki pengalaman dan komitmen
untuk memberikan kredit kepada usaha kecil dan mikro adalah Bank Perkreditan
Rakyat serta beberapa bank umum saja. 89

89

Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru, Op.Cit, hal 121.

Universitas Sumatera Utara

Usaha kecil (small business) adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala
kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan serta
kepemilikkan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Usaha kecil. 90
Pasal 1 Undang-undang Republik Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah menjelaskan 91:
Pasal 1 angka 1 :
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.
Pasal 1 angka 2 :
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini.
Pasal 1 angka 3 :
Usaha menengah adalah usaha ekonomi proktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil

90

Sanusi Bintang, dan Dahlan, Pokok-pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis, PT. Citra
Aditya Bakti: Bandung , 2000, hal 51.
91
Lihat lebih lanjut Pasal 1 Angka 1,2 dan 3, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008,
Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Universitas Sumatera Utara

atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.
Menurut Pasal 6 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tengan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.
Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah Undang-undang
tersebut membagi kedalam tiga pengertian, yakni 92:
Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut :
1.

Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.

2.

Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak rp.
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)

Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut :
1.

Memiliki kekayaan bersih lebihdari Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

2.

Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)

92

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Kriteria Usaha Menengah sebagai berikut :
1.

Memiliki kekayaan bersih lebih dari dengan Rp 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
10.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha

2.

Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah)

Selain itu, UMKM juga mempunyai beberapa ketentuan sebagaimana
yang diatur dalam Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995,
yaitu 93 :
1. Milik warga Negara Indonesia
2. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau
usaha besar.
3. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak
berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hokum,
termasuk koperasi.
Dari ketentuan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa UMKM
hanya bias dimiliki oleh warganegara Indonesia dan tertutup
93

Sudarmo, Perkembangan Usaha Kecil Dewasa Ini, Ghalatia Indonesia: Semarang,
2002, hal 60

Universitas Sumatera Utara

kemungkinan bagi pihak warganegara asing untuk memiliki
UMKM. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah juga hanya dimiliki
oleh orang perorangan serta bukan merupakan cabang maupun
Waralaba (franchise) dari perusahaan mana pun.

D. Kebijakan Terhadap Kredit Usaha Kecil
Dalam rangka pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah, pemerintah
menetapkan bahwa jumlah kredit yang harus disediakan bank sekurang-kurangnya
adalah 20% dari kredit yang diberikan oleh bank yang bersangkutan. Jumlah 20%
tersebut dihitung atas dasar kredit yang dibiayai dengan dana sendiri, sehingga
kredit yang berasal dari kredit likuidasi Bank Indonesia tidak di perhitungkan.
Ketentuan tersebut berlaku bagi semua bank termasuk Bank Sumatera Utara
(Bank Sumut), kecuali bank-bank asing, dan bank campuran yang sudah terkena
kewajiban memberikan 30% kreditnya untuk ekspor.
Para pelaku UMKM biasanya menggunakan jasa bank dalam mendirikan
maupun mengembangkan usahanya, karena permasalahan utama yang terjadi pada
sektor umkm adalah masalah permodalan. Berkaitan dengan permasalahan di atas
PT. Bank Sumut memberikan beberapa produk kredit seperti kredit permaisuri,
kredit mikro sumut sejahtera, kredit sahabat insan pemula, kredit usaha rakyat,
kredit angsuran lainnya, kredit rekening Koran, dan kredit komersil. 94
Produk-produk kredit tersebut disalurkan kepada para pelaku usaha dalam hal
ini para pelaku usaha kecil dan menengah sesuai dengan klasifikasi usahanya, hal

94

Hasil Wawacara dengan staff PT. Bank Sumut Medan, Sumatera Utara, 05 Mei 2017.

Universitas Sumatera Utara

tersebut dilakukan agar pemberian kredit dapat diberikan kepada pelaku UMKM
sesuai dengan kebutuhannya dan kemampuannya dalam melakukan pembayaran
kreditnya. Dengan permodalan yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan para
pelaku UMKM tersebut, maka di harapkan para pelaku UMKM dapat tumbuh dan
berkembang pesat agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerahnya
masing-masing dan dapat menciptakan banyak lapangan pekerjaan.
Pemerintah Republik Indonesia saat ini telah mengeluarkan berbagai
kebijakan dalam rangka peningkatan usaha yang berbasis terhadap usaha mikro,
kecil dan menengah. Salah satu kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah
adalah pemberian Kredit Usaha Rakyat(KUR). Dana KUR merupakan dana yang
disalurkan kepada rakyat untuk membantu permodalan rakyat yang ingin
mendirikan usaha maupun yang ingin mengembangkan usahanya. Peran
pemerintah dalam penyaluran dana KUR ini adalah memberikan subsidi bunga
terhadap masyarakat yang memanfaatkan program tersebut, bunga KUR termasuk
rendah apabila dibandingkan dengan produk-produk lainnya karena bunga KUR
yang dibebankan kepada masyarakat selaku debitur hanya 9 %, sementara sisanya
disubsidi langsung dari pemerintah.
Kebijakan pemberian kredit kepada masyarakat tersebut dapat menciptakan
usaha-usaha baru yang berasal dari rakyat dalam hal ini adalah UMKM. Pada saat
ini UMKM yang ada telah meningkatkan ekonomi kerakyaratan di berbagai
daerah di Indonesia dan telah menumbuhkan banyak pelaku usaha-usaha baru
yang memiliki kemampuan yang unggul dibidangnya masing-masing. Selain itu
PT. Bank Sumut sebagai pihak penghimpun dan penyalur dana juga turut serta

Universitas Sumatera Utara

membina para pelaku UMKM yang menggunakan jasa mereka dalam hal
penyaluran kredit, pihak PT. Bank Sumut melakukan pembinaan di berbagai
sektor yang dapat menjadikan pelaku UMKM tersebut dapat bersaing dengan
pelaku-pelaku usaha yang memiliki modal besar pada umumnya. Dalam
membantu pelaku UMKM dalam memasarkan produknya pihak PT.Bank umut
juga serig mengadakan bazaar/expo untuk membantu para pelaku UMKM dalam
memasarkan produknya. 95

95

Berdasarkan Hasil Wawacara dari Bapak Mirza Arif Selaku Professional Assistant
Manager dari PT. Bank Sumut Medan, [Jumat, 05 Mei 2017,pukul 14.15 WIB].

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
A. Faktor Penyebab Kredit Macet Atas Pemberian Kredit UMKM di
PT.Bank Sumut Medan.
Pemerintah saat ini sedang gencar-gencarnya dalam melakukan pembangunan
di berbagai sektor di negeri ini. Salah satunya adalah rencana pemerintah dalam
mengembangkan usaha mikro kecil dan menengah untuk meningkatkan
perekonomian serta agar terciptanya semakin banyak lapangan pekerjaan. Setiap
pemberian kredit pasti memiliki resiko yang akan terjadi pada setiap bank. Hal
tersebut juga tidak terlepas dari usaha mikro, kecil dan menengah yang pasti
memiliki masalah terkait kredit macet tersebut.Faktor-faktor terjadinya kredit
macet ini berasal dari pihak debitur sendiri. Pengertian nasabah debitur sesuai
dengan pasal 1 ayat 18 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yaitu nasabah
yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah
yang bersangkutan.
Berikut ini adalah hasil wawancara penulis kepada Mirza Arif sebagai
Profesional Asisstant Manager pada PT. Bank Sumut Pusat, faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kredit macet adalah sebagai berikut : 96
1. Gaya Hidup Debitur Yang Konsumtif
Pembiayaan yang dilakukan oleh para pelaku UMKM tidak digunakan untuk
mengembangkan usaha dan melakukan investasi untuk memajukan usaha
melainkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi dari pelaku UMKM
96

Berdasarkan Hasil Wawacara dari Bapak Mirza Arif Selaku Professional Assistant
Manager dari PT. Bank Sumut Medan, [Rabu, 12 April 2017, pukul 14.00 WIB].

Universitas Sumatera Utara

tersebut atau yang disebut oleh pihak bank site streaming. Kebanyakan para
pelaku UMKM selalu menggabungkan antara keuangan usaha dengan keuangan
pribadi sehingga mereka tidak dapat membedakan antara kebutuhan dengan
keinginan, barang yang seharusnya dibeli untuk mengembangkan usaha tetapi
digunakan untuk membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan untuk
pengembangan usahanya. Hal tersebut yang menyebabkan pihak debitur tidak
dapat membayar cicilan kredit terhadap pihak bank, karena uang yang seharusnya
digunakan untuk mengembangkan usaha dan memperoleh keuntungan malah
digunakan untuk gaya hidup yang konsumtif dan tentu saja tidak menghasilkan
keuntungan untuk mengembangkan usaha dan membayar cicilan kredit kepada
pihak bank.
2. Penurunan pendapatan dari pihak debitur
Hal ini tentunya menjadi masalah yang sering muncul dalam melakukan
usaha, karena pendapatan yang dihasilkan oleh pihak debitur setiap harinya
berubah/tidakmenetap (condition of economic). Bahkan beberapa debitur tidak
mendapatkan keuntungan atau hanya balik modal saja dan ada juga yang
mengalami kerugian dalam melaksanakan usahanya sehari-hari. Hal tersebut
disebabkan oleh keinginan manusia yang fleksibel setiap saatnya dan para pelaku
usaha mikro, kecildan menengah tidak dapat mengimbangi sifat manusia yang
selalu memiliki keinginan secara fleksibel tersebut.Faktor lain yang dapat
menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan adalah persaingan usaha, karena
banyak pihak debitur yang bersaing dengan pelaku usaha lain yang menjual
produk yang sama tetapi memiliki modal yang lebih besar untuk mengembangkan

Universitas Sumatera Utara

usahanya, sehingga pelanggang-pelanggan yang berlangganan dengan pihak
debitur ada yang beralih menjadi pelanggan dari pelaku usaha lainnya mungkin
dengan alasan harga dan kualitas.
Apabila omset yang dihasilkan oleh usaha dari debitur menurun maka
kemampuan debitur dalam membayar cicilan kreditnya pun akan menurun, hal
tersebut terjadi karena debitur kekurangan biaya dalam memenuhi tanggung
jawabnya untuk membayar cicilan kredit karena kurangnya keuntungan yang
didapatkan dari hasil kegiatan usaha sehari-hari, belum lagi untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari, hal tersebut yang bias menjadi kredit macet
karena debitur akan kesulitan membayar cicilan kreditnya karena penghasilan
sehari-hari yang tidak menentu. Namun apabila debitur mengalami masalah
seperti ini biasanya pihak bank akan menganalisa kemampuan keuangan dari
debitur dan memberikan solusi yang terbaik.
3. Terjadinya Musibah Terhadap Debitur atau Keluarga Debitur
Musibah adalah bentuk masalah yang sifatnya temporer bagi bank dalam
menyebabkan kredit macet, karena hal tersebut jarang terjadi namun apabila
terjadi musibah maka pihak bank biasanya telah bekerja sama dengan pihak
asuransi dalam mengatasi masalah tersebut .Tetapi secara umum musibah sangat
menghambat kemampuan dari debitur dalam membayar cicilan kreditnya karena
musibah dapat menghilangkan harta benda bahkan nyawa dari debitur itu sendiri.
Musibah

yang terjadi misalnya debitur meninggal dunia , terjadinya

kebakaran/banjir dan sakit yang berkepanjangan. Apabila terjadi musibah maka
pihak bank juga akan melakukan analisa terhadap kemampuan pengembalian

Universitas Sumatera Utara

kredit oleh pihak debitur dan memberikan keringanan agar kredit tersebut bisa di
lunasi, dengan cara salah satunya adalah perpanjangan jangka waktu pembayaran
dan menurunkan suku bunga dan berbagai cara lainnya yang dapat disepakati oleh
pihak debitur dengan pihak bank selama pihak debitur tersebut masih memiliki
keinginan

untuk

membayar

kreditnya.

Kemudian

masalah

yang

dapat

meningkatkan kredit macet adalah meninggal dunia karena hutang yang tersisa
tidak dibebankan kepada ahli waris namun kepada pihak ketiga yaitu pihak
asuransi sebagai penjamin dari kredit tersebut, namun untuk mendapatkan klaim
dari pihak asuransi pihak bank harus mengikuti prosedur dan memenuhi
persyaratan yang di tetapkan oleh pihak asuransi sebagai penjamin.
4. Kondisi Ekonomi Makro
Pengaruh gejolak politik juga dapat mempengaruhi kemampuan dari debitur
dalam membayar cicilan kreditnya karena gejolak ekonomi dapat berpengaruh
terhadap peningkatan inflasi, apabila inflasi tinggi maka harga-harga barang naik
maka dapat menyebabkan penjualan menurun hal tersebut dapat mengurangi
kemampuan dari debitur dalam membayar cicilan kreditnya, karena menurunnya
penjualan yang disebabkan oleh inflasi yang tinggi dapat berpengaruh secara
langsung kepada laba yang di hasilkan.
5. Debitur bangkrut
Dalam suatu usaha pelaku usaha pasti pernah mengalami pasang surut hingga
mengalami kebangkrutan, apabila debitur tidak mampu mengelolah usahanya
dengan baik maka dapat menyebabkan usaha tersebut bangkrut. Hal tersebut dapat
menjadi salah satu factor kredit macet, karena dalam posisi bangkrut debitur akan

Universitas Sumatera Utara

sangat sulit untuk dapat membayar cicilan kreditnya. Dalam hal ini debitur akan
menunggak hutangnya dan besar kemungkinan tidak dapat mengembalikan sisa
kreditnya, maka apabila terjadi kebangkrutan pihak bank akan menganalisa
kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran dan apabila tidak dapat
membayar dan tidak mau membayar maka pihak bank akan melelang harta yang
telah dijaminkan kepada bank.
Selain faktor-faktor eksternal ada juga faktor internal yang disebabkan oleh
kesalahan dari pihak bank dalam proses memberikan kredit terhadap pihak
debitur. Karena dalam proses pemberian kredit pihak bank harus meminta dan
menganalisa data-data maupun dokumen dari calon debitur dengan teliti agar
didapatkan hasil yang maksimal. PT Bank Sumut Medan memiliki Standart
Operasional Prosedur (SOP) dengan sistem yang cukup baik dan persyaratan yang
cukup lengkap untuk mengantisipasi terjadinya kelalaian dalam menganalisa data
dan dokumen debitur dalam proses pemberian kredit. Apabila prosedur
dilaksanakan dengan baik maka kemungkinan terjadi kesalahan akan kecil, namun
tidak menutup kemungkinan kesalahan dapat terjadi apabila ada kecurangan yang
ditimbulkan oleh orang dari dalam pihak bank itu sendiri.
Adapun faktor internal bank yang menjadi penyebabnya kredit macet atas
pemberian kredit kepada UKM yaitu 97:
1. Bank melakukan analisis kredit yang tidak lengkap.
Rendahnya kecermatan serta analisis perbankan saat rencana proyek debitur
diajukan, mengakibatkan rendahnya mutu analisis. Analisis kredit dilakukan

97

H. AS. Mahmoeddin, Op.Cit, hal 52.

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan laporan keuangan yang meliputi neraca, rugi laba, sumber dan
penggunaan dana. Laporan keuangan biasanya diminta oleh bank dalam
beberapa periode terakhir, untuk melihat perkembangan dan kemajuan usaha
nasabah. Selanjutnya petugas analisis kredit melakukan analisis yang dosebut
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
2. Bank memiliki kemampuan teknis yang kurang
Semakin canggih usaha nasabah, semakin tertantang bank dalam melakukan
analisisnya. Jika nasabah memiliki usaha yang sederhana maka petugas bank
tentu saja secara mudah mempelajari lika-liku bisnis tersebut. Tetapi jika bisnis
tersebut sangat kompleks, maka sering para petugas bank tertinggal jauh
pengetahuannya dibandingkan dengan para nasabahnya. Hal ini dapat
menyulitkan bagi bank dalam memberikan keputusannya.
3. Bank terlalu mengejar target
Bank sebagai perusahaan yang bergerak dibidang keuangan, antar lain
mempunyai prinsip profitability. Makin besar keuntungan yang diperoleh, tentu
saja semakin naik bagi bank tersebut di mata pemilik saham dan para
karyawannya.
4. Bank lemah dalam melakukan pengawasan
Selesainya pemberian kredit kepada nasabah bukanlah berarti selesainya
sebuah masalah, justru dimulainya suatu tugas rutin bagi bank, khususnya petugas
pengawasan kredit. Bank seyogyanya menerima laporan keuangan nasabah secara
rutin tiap bulan atau tiap periode tertentu, yng harus dilanjutkan dengan

Universitas Sumatera Utara

pemeriksaan on the spot secara mendadak, untuk memastikan kebenaran laporan
tertulis.
Jika bank tidak mempunyai tenaga yang cukup, atau tenaga pengawas tidak
mempunyai kemampuan dalam meneliti kebenaran angka-angka dalam laporan
keuangan, maka lambat laun bank akan dibohongi oleh nasabahnya. Akhirnya
bank terlambat mengetahui secara dini masalah yang mungkin menimbulkan
kesulitan dalam pengembalian kredit.
5. Petugas bank atau bankir sendiri minta hadiah dari nasabah
Hal ini adalah menyangkut karakter petugas bank yang sangat merugikan
nasabah dan bank itu sendiri. Budaya ini mungkin masih terdapat di beberapa
instansi di negara kita ini, termasuk instansi atau lembaga perbankan. Adanya
pemotongan kredit nasabah ini sangat merusak citra bank.
6. Bank terlalu besar memberikan kredit
Dalam istilah perbankan dikenal dengan overlending atau overcreditering.
Pemberian kredit yang berlebihan kemungkinan terjadi karena kelalaian petugas
dalam menganalisis, atau ada unsur kesengajaan, atau melakukan kerjasama
dengan nasabah. Pemberian kredit yang berlebihan, akan menggoda nasabah
untuk menggunakan kelebihan uang tersebut membeli barang-barang yang tidak
produktif bagi perusahaannya.

Universitas Sumatera Utara

B. Dampak Yang Ditimbulkan Dari Kredit Macet Terhadap PT Bank
Sumut
Kredit macet adalah suatu masalah yang sering timbul di sektor perbankan,
bahkan masalah kredit macet ini menjadi salah satu masalah yang diserius apabila
tidak diperhatikan dengan baik oleh sektor perbankan. Terjadinya kredit macet
dapat menurunkan laba yang dihasilkan oleh pihak bank dan sangat berpengaruh
terhadap kinerja dari bank tersebut, karena apabila laba yang dihasilkan rendah
maka tingkat kinerja yang dihasilkan oleh para pegawai akan menurun karena
penurunan pemberian insentif yang di berikan oleh pihak bank kepada para
pegawainya.Maka dengan demikian penanganan dari terjadinya kredit macet
harus dihadapi dengan seserius mungkin agar tidak sampai merugikan pihak bank
sebagai pihak pemberian kredit. Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada
Mirza Arif sebagai Profesional Asisstant Manager pada PT Bank Sumut di
dapatkan beberapa penjelasan mengenai dampak yang ditimbulkan dari kredit
macet terhadap PT Bank Sumut adalah sebagai berikut : 98
1. Menurunnya Kesejahteraan Pegawai.
Jika terjadi kredit macet maka dampak pertama yang di timbulkan adalah
terhadap kinerja yang dihasilkan oleh para pegawai PT Bank Sumut, karena
kredit macet akan berdampak secara langsung terhadap laba yang dihasilkan
oleh perusahaan dan secara otomatis akan mengurangi jumlah insentif yang di
terima oleh para pegawai setiap tahunnya. Insentif memiliki peranan yang
sangat penting dalam meningkatkan kinerja dan royalitas pegawai terhadap
98