Perlindungan Hukum Bagi Investor Asing di Sektor Usaha Kecil Menengah Dalam Menghadapi Era Pasar Bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Chapter III V

BAB III
PERAN DAN TANGGUNGJAWAB PENANAMAN MODAL ASING SEKTOR
UKM DALAM MENGHADAPI ERA PASAR BEBAS MASYARAKAT
EKONOMI ASEAN (MEA)

D. Tinjauan Umum Tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN
4. Sejarah Singkat Pembentukan MEA
Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi regional pada tahun 1967,
negara- negara anggota telah meletakkan kerjasama ekonomi sebagai salah satu
agenda utama yang perlu dikembangkan.KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003
menyepakati pembentukan komunitas ASEAN yang salah satu pilarnya adalah
Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC). AEC bertujuan untuk menciptakan pasar
tunggal dan basis produksi yang ditandai dengan bebasnya aliran barang, jasa,
investasi, tenaga kerja terampil dan perpindahan barang modal secara lebih bebas.
Pemimpin ASEAN sepakat bahwa Masyarakat ASEAN harus terbentuk
pada tahun 2020. Pada tahun 2007, para pemimpin menegaskan komitmen kuat
mereka untuk mewujudkan Masyarakat ASEAN dan mempercepat target waktunya
menjadi tahun 2015. KTT ke-12 ASEAN di Cebu bulan Januari 2007 telah
menyepakati ”Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN
Community by 2015”. Dalam konteks tersebut, para Menteri Ekonomi ASEAN telah
menginstruksikan Sekretariat ASEAN untuk menyusun ”Cetak Biru ASEAN

Economic Community (AEC)”. Cetak Biru AEC/MEA tersebut berisi rencana kerja

Universitas Sumatera Utara

strategis dalam jangka pendek, menengah dan panjang hingga tahun 2015 menuju
terbentuknya integrasi ekonomi ASEAN, yaitu :
1. Menuju single market dan production base (arus perdagangan bebas untuk sektor
barang, jasa, investasi, pekerja terampil dan modal).
2. Menuju penciptaaan kawasan regional ekonomi yang berdaya saing tinggi
(regional competition policy, action plan, infrastructure development, ICT,
energy cooperation, taxation, dan pengembangan UKM)
3. Menuju suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata (region of
equitable economic development) melalui pengembangan UKM dan programprogram Initiative for ASEAN Integration (IAI)
4. Menuju integrasi penuh pada ekonomi global (pendekatan yang koheren dalam
hubungan ekonomi eksternal serta mendorong keikutsertaan dalam global supply
network). 61
Masyarakat ASEAN terdiri dari tiga pilar yang terkait satu dengan yang
lain: Masyarakat Politik Keamanan ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
dan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN. Dengan demikian, para pemimpin
sepakat untuk mentransformasi ASEAN menjadi suatu kawasan yang ditandai oleh

pergerakan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan arus modal
yang lebih bebas.

61

Ridwan Sidin Hajatin, “Persiapan Indonesia Menurju AEC”,http://www.kompasiana.
com/ridwan_liberace /persiapan-indonesia-menuju-aec-2015-siapkah.html, diakses tanggal 10 Juli
2017

Universitas Sumatera Utara

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) memiliki karakteristik utama sebagai
berikut: (1) pasar tunggal dan basis produksi; (2) kawasan ekonomi yang berdaya
saing tinggi; (3) kawasan pengembangan ekonomi yang merata; dan (4) kawasan
yang secara penuh terintegrasi ke dalam perekonomian global.Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) juga memiliki lima pilar utama, yakni: (1) Aliran bebas
barang (free flow of goods) (2) Aliran bebas jasa (free flow of sevice) (3) Aliran
bebas investasi (free flof of investment) (4) Aliran bebas tenaga kerja terampil (free
flow of skilled labour) dan (5) Aliran bebas modal (free flow of capital). 62
Inisiatif pembentukan integrasi ASEAN sebenarnya telah muncul pada 1997.

Saat itu, ASEAN meluncurkan inisiatif pembentukan integrasi kawasan ASEAN atau
komunitas masyarakat ASEAN melalui ASEAN Vision 2020 saat berlangsungnya
ASEAN Second Informal Summit di Kuala Lumpur, Malaysia. Inisiatif ini kemudian
diwujudkan dalam bentuk roadmap jangka panjang yang bernama Hanoi Plan of
Action yang disepakati pada 1998.
a. Kemudian melalui deklarasi Bali Concord II pada 2003 di Bali, Komunitas
ASEAN 2020 diimplementasikan melalui 3 pilar, yakni ASEAN Security
Community, ASEAN Economic Community, dan ASEAN Socio-Cultural
Community. Namun, pada saat ASEAN Summit ke-12 pada 2007, dalam Cebu

62

Widodo Suryandono, “Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 siap pasar bebas bukan
bagian
dari
konsep”,https://id-id.facebook.com/notes/masjid-al-hikmah-unej/517-masyarakatekonomi-asean-mea-2015-siap-pasar-bebas-bukan-bagian-dari-konsep-/571686042975772,
diakses
tanggal 11 Juli 2017

Universitas Sumatera Utara


Declaration, ASEAN memutuskan untuk mempercepat pembentukan integrasi
kawasan ASEAN menjadi 2015.
b. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) hadir untuk menggantikan ASEAN Free
Trade Area (AFTA) yang telah ada sejak tahun 2003. AFTA disahkan pada saat
ASEAN Summit ke IV di Singapura pada Januari 1992 bersama penandatanganan
Deklarasi Singapura dan Perjanjian untuk Meningkatkan Kerjasama Ekonomi
ASEAN (Singapore Declaration and Agreement for Enhancing ASEAN
Economic Cooperation). Kehadiran AFTA juga telah menjadi pembuka pintu
liberalisasi dengan Negara-negara di luar anggota ASEAN melalui pembentukan
ASEAN Free Trade Area (AFTA) dengan beberapa Negara mitra seperti China,
Jepang, Korea Selatan, Australia, New Zealand, dan India.
c. Dengan berlakunya ASEAN Free Trade Area (AFTA), maka secara otomatis
telah mengikat komitmen Negara-negara anggota ASEAN untuk juga bermitra
secara bilateral. Indonesia telah mengadopsi ASEAN Free Trade Area (AFTA) ke
dalam hukum nasional yang dilanjutkan dengan menandatangani perjanjian
perdagangan secara bilateral antara Indonesia dengan keenam Negara mitra
ekonomi ASEAN, yakni China, Jepang, Korea Selatan, Australia, New Zealand,
dan India.
d. Pembentukan basis produksi ASEAN akan mendorong kebutuhan pasar tenaga

kerja yang sangat besar. Industrialisasi akan menjadi strategi utama yang semakin
memperkuat peran korporasi multinasional. Berbagai kebijakan tenaga kerja
Indonesia akan didorong untuk dapat memenuhi kepentingan industri seperti

Universitas Sumatera Utara

penciptaan tenaga kerja yang berdaya saing tinggi dan mampu meningkatkan
produktifitas industri. 63
5. Tujuan Pembentukan MEA
Indonesia tengah bersiap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
2015. Dampak terciptanya MEA adalah pasar bebas di bidang permodalan, barang
dan jasa, serta tenaga kerja.Memang tujuan dibentuknya Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) untuk meningkatkan stabilitas perekonomian dikawasan ASEAN,
serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi antar negara
ASEAN.
ASEAN merupakan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Jepang dan
Tiongkok, di mana terdiri dari 10 (sepuluh) Negara yaitu Indonesia, Malaysia,
Filipina, Singapura, thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan
Kamboja.Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) berawal dari
kesepakatan para pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada

Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia.Kesepakatan ini bertujuan meningkatkan
daya saing ASEAN serta persaingan Tiongkok dan India untuk menarik investasi
asing.Modal asing dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan
kesejahteraan warga ASEAN.
KTT selanjutnya yang berlangsung di Bali Oktober 2003, petinggi ASEAN
mendeklarasikan bahwa pembentukan MEA pada tahun 2015.Ada beberapa dampak

63

Lusi Agustina Sinaga , “Pemahaman Tentang Masyarakat Ekonomi Asean 2015”, diakses
http://pemahamanmae2015.blogspot.com.html,diakses tanggal 11 Maret 2016

Universitas Sumatera Utara

dari konsekuensi MEA, yakni dampak aliran bebas barang bagi negara-negara
ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga
kerja terampil, dan dampak arus bebas modal.Tidak hanya dampak, ada beberapa
hambatan Indonesia untuk menghadapi MEA.Pertama, mutu pendidikan tenaga kerja
masih rendah, di mana hingga Febuari 2014 jumlah pekerja berpendidikan SMP atau
dibawahnya tercatat sebanyak 76,4 juta orang atau sekitar 64 persen dari total 118

juta pekerja di Indonesia.Kedua, ketersediaan dan kualitas infrastuktur masih kurang
sehingga memengaruhi kelancaran arus barang dan jasa.Ketiga, sektor industri yang
rapuh karena ketergantungan impor bahan baku dan setengah jadi.Keempat,
keterbatasan pasokan energi.Kelima, lemahnya Indonesia menghadapi serbuan impor,
dan sekarang produk impor Tiongkok sudah membanjiri Indonesia.Menjelang MEA
yang sudah di depanmata, pemerintah Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan
langkah strategis dalam sektor tenaga kerja, sektor infrastuktur, dan sektor industri. 64
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah sebuah tujuan ambisius yang
sayangnya dikembangkan tanpa konsultasi berarti dengan sektor-sektor ekonomi
yang berbeda di kawasan ini.Sebagai hasilnya, cetak biru yang dirancang untuk
mendukungnya bersifat agak teknis dan tidak memberikan pelaku ekonomi umum
menemukan peran penting mereka di dalamnya.Pelaku-pelaku ekonomi besar dan
bisnis mungkin berada pada posisi untuk mengambil keuntungan dari kebijakan dan
proyek-proyek yang diperhitungkan di dalam cetak biru tersebut, namun cetak biru
64

Melania Kiswandari, “Pahami Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)”,
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/12/pahami-masyarakat-ekonomi-asean-mea2015.html,diakses tanggal 12 Juli 2017

Universitas Sumatera Utara


ini kekurangan banyak kebijakan dan proyek lainnya yang dapat membantu produsen
dan bisnis/usaha kecil mengatasi integrasi.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tampaknya menyetarakan integrasi
ekonomi kawasan semata-mata dengan sesederhana dan cepatnya liberalisasi.Tidak
jelas, apakah keuntungan integrasi kawasan diperuntukkan bagi kawasan ini
(ASEAN).Dengan tujuan berselaras dengan aturan-aturan internasional, tampaknya
Masyarakat Ekonomi ASEAN hanya sebuah rancangan sehingga anggota ASEAN
dapat meliberalisasi lebih cepat.Cetak biru tersebut lebih kuat dalam usahanya
mengakses pasar eksternal (menjadikan ASEAN sebuah kawasan kompetitif,
meliberalisasi seluruh area ekonomi) ketimbang usaha pengembangan sebuah pasar
kawasan di dalamnya (internal). Hanya sektor-sektor integrasi prioritas saja yang
secara khusus menjadi sasaran dukungan kawasan dan pembangunan pasar internal
(“made in ASEAN” = buatan ASEAN), namun tetap saja harus dilihat bagaimana
upaya ini berhasil.
Gagasan Masyarakat Ekonomi ASEAN memberi berbagai kemungkinan
menarik bagi rakyat di kawasan ini. Pengertian komunitas mengacu pada kerja sama
dan rakyat secara bersama-sama, bekerja bersama, dan saling membantu. Gagasan
Pasar Tunggal dan basis produksi juga dapat bermakna bahwa para produsen ASEAN
meningkatkan interaksi dan pertukaran di antara mereka, dan bersikap pada

pentingnya saling berkompetisi. Hal ini dapat juga berarti produk-produk kawasan
yang dihasilkan oleh produsen dari negara-negara berbeda dapat dipromosikan.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 adalah
terciptanya kawasan ekonomi ASEAN yang kompetitif dan terintegrasi dengan
ekonomi global. "MEA merupakan realisasi visi 2020 untuk menciptakan kawasan
ekonomi yang terintegrasi dalam bentuk pasar tunggal dan basis industri bersama.
Tujuan dibentuknya MEA untuk meningkatkan stabilitas perekonomian dikawasan
ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi
antar negara ASEAN. Selama hampir dua dekade ASEAN terdiri dari hanya lima
negara Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand yang pendiriannya
pada tahun 1967. 65
6. Ruang Lingkup Kesepakatan dalam MEA
Dasar pembentukan MEA bermula dari kesepakatan para pemimpin ASEAN
dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) yang berlangsung di Kuala Lumpur, Malaysia,
pada Desember 1997.Sama seperti Uni Eropa yang melahirkan Europe Economic
Community (EEC), yaitu pasar bebas terpadu dengan mata uang tunggal £ (euro) dan
alur yang bebas terhadap barang, jasa, modal dan investasi agar warga dapat lebih

bersaing di pasar global. Mengikuti pola EEC ini, di KTT ke-9 (Bali Concord II)
pada Oktober 2003 para petinggi ASEAN mendeklarasikan pembentukan komunitas
MEA yang berlaku di tahun 2020. Namun, pada 2007 seiring tumbuhnya
perkembangan ekonomi global dan penguatan ekonomi regional, maka pada KTT ke13 di Singapura (November 2007) disetujui pelaksanaan MEA dipercepat menjadi

65

G.T. Suroso, “Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan Perekonomian Indonesia”, diakses
http://www.bppk.kemenkeu.go.id.html, diakses tanggal 13 Juli 2017

Universitas Sumatera Utara

2015.Kesepakatan ini bertujuan meningkatkan daya saing negara-negara ASEAN
yang merupakan kekuatan raksasa ekonomi ketiga terbesar setelah Tiongkok dan
Jepang. ASEAN yang terdiri dari sepuluh negara yaitu Indonesia, Malaysia,
Singapura, Filipina, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Kamboja, Myanmar dan
Laos, berupaya keras agar bisa menyaingi Tiongkok dan Jepang untuk menarik minat
investor asing. Modal asing dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan
kesejahteraan di negara-negara ASEAN. 66
Dalam kesepakatan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) setiap anggota

akan menghadapi zona pasar bebas dan perdagangan di kawasan Asia Tenggara.
Artinya perdagangan tak lagi dibatasi oleh wilayah teritori seperti di Indonesia saja
namun bisa ke berbagai negara di Asia Tenggara. Dengan adanya MEA maka
nantinya tenaga kerja dari negara lain (terutama negara anggota ASEAN) bisa
dengan bebas masuk dan menjual produk maupun jasa ekonominya di negara-negara
ASEAN. Maka akan terjadi persaingan ekonomi, bisnis, dan perdagangan secara
ketat.Dengan diberlakukannya MEA akan banyak pekerja yang bersaing guna meraih
keuntungan ekonomi. Berbagai sektor dengan keahlian khusus akan sangat
mempengaruhi pada perdagangan bebas MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN).
Sejak

awal

pembentukannya,

ASEAN

secara

intensif

menyepakati

berbagai kesepakatan dalam bidang ekonomi.. Diawali dengan kesepakatan
Preferential Tariff Arrangement (PTA) pada tahun 1977. Kesepakatan yang cukup

66

https://pujarahayu.wordpress.com/2015/07/11/mea-masyarakat-ekonomi-asean-berlaku-31desember-2015/.html, diakses tanggal 14 Juli 2017

Universitas Sumatera Utara

menonjol dan menjadi
tahun

2015

cikal

bakal

visi

pembentukan

AEC

(AEC)

pada

adalah disepakatinya Common Effective Preferential Tariff -

ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA) pada tahun 1992 dengan target
implementasi semula tahun 2008, kemudian dipercepat menjadi tahun 2003 dan
2002 untuk ASEAN-6.
Pada tahun 1995, ASEAN mulai memasukkan bidang jasa dalam
kesepakatan kerjasamanya
Framework Agreement

on

ASEAN

yang ditandai dengan ditandatanganinya
Services

(AFAS).Selanjutnya

pada

tahun

1998

disepakati pula kerjasama dalam bidang investasi ASEAN Investment Area (AIA).
Pada tahun 1997, para Kepala Negara ASEAN menyepakati ASEAN
Vision 2020 yaitu mewujudkan kawasan yang stabil, makmur dan berdaya-saing
tinggi dengan pembangunan ekonomi yang merata yang ditandai dengan
penurunan tingkat kemiskinan

dan

perbedaan

sosial

ekonomi.

(ASEAN

Summit, Kuala Lumpur Desember 1997). Kemudian pada tahun 2003, kembali
pada pertemuan Kepala Negara ASEAN disepakati 3 (tiga) pilar untuk
mewujudkan ASEAN Vision 2020 yang dipercepat menjadi 2015 yaitu: (1) ASEAN
Economic Community, (2) ASEAN Political-Security Community, (3) ASEAN
Socio-Cultural Community (ASEAN Summit, Bali, Oktober 2003).
Pada tahun 2004, ASEAN mulai bekerjasama dengan negara di luar ASEAN
dalam bidang ekonomi, yang pertama dengan China (ASEAN-China FTA )
dalam sektor barang (Goods). Pada tahun 2005, spirit integrasi ekonomi
ASEAN

semakin ditingkatkan dengan menambah sektor prioritas (Priority

Universitas Sumatera Utara

Integration Sector (PIS)) yaitu untuk secara aggresif diliberalisasikan pada tahun
2010 dan jasa logistik pada tahun 2013. Satu tahun kemudian yaitu tahun 2006,
disepakati ASEAN-Korea FTA (Goods). Pada bulan Januari 2007, para Kepala
Negara sepakat mempercepat pencapaian AEC dari tahun 2020 menjadi tahun
2015. Pada tahun yang sama ditandatangani ASEAN Charter and AEC Blueprint,
ASEAN-China FTA (Services) dan ASEAN-Korea FTA (Services).
Selanjutnya pada tahun 2008, AEC Blueprint mulai diimplementasikan dan
ASEAN Charter mulai berlaku 16 December 2008. Pada waktu yang sama, ASEANJapan CEP mulai berlaku. Pada tahun 2009 ditandatangani ASEAN Trade in
Goods Agreement

(ATIGA);

(ACIA) ASEAN-Australia-New

ASEAN
Zealand

Comprehensive
FTA,

Investment

ASEAN-India

FTA

Agreement
(Goods),

ASEAN-Korea FTA (Investment), ASEAN-China FTA (Investment) dan AEC
Scorecard.Adapun ruang lingkup Kesepakatan dalam MEAyaitu :
1. ASEAN Vision 2020
Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-2 ASEAN tanggal 15 Desember 1997
di Kuala

Lumpur,

Malaysia,

para

pemimpin

ASEAN

mengesahkanVisi

ASEAN 2020 dengan tujuan antara lain sebagai berikut:
a. Menciptakan Kawasan Ekonomi ASEAN yang stabil, makmur dan
memiliki daya saing tinggi yang ditandai dengan arus lalu lintas barang, jasajasa dan investasi yang bebas, arus lalu lintas modal yang lebih bebas,
pembangunan ekonomi yang merata serta mengurangi kemiskinan dan

Universitas Sumatera Utara

kesenjangan sosial-ekonomi.
b. Mempercepat liberalisasi perdagangan di bidang jasa
c. Meningkatkan pergerakan tenaga professional dan jasa lainnya secara bebas di
kawasan.
1. Ha Noi Plan of Action
Pada KTT ke-6 ASEAN tanggal 16 Desember 1998 di Ha Noi - Viet
Nam, para pemimpin ASEAN mengesahkan Rencana Aksi Hanoi (Hanoi Plan of
Action /HPA) yang merupakan langkah awal untuk merealisasikan tujuan dari
Visi 2020 ASEAN Rencana Aksi ini memiliki batasan waktu 6 tahun yakni dari
tahun 1999 s/d 2004.
Pada KTT tersebut, para pemimpin ASEAN juga mengeluarkan Statement on
Bold Measures dengan tujuan untuk mengembalikan kepercayaan pelaku
usaha, mempercepat pemulihan ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi setelah krisis ekonomi dan finansial.
2. Roadmap for Integration of ASEAN (RIA)
Pada KTT ke-7 ASEAN tanggal 5 November 2001 di Bandar Seri Begawan –
Brunei Darussalam disepakati perlunya dibentuk Roadmap for Integration of
ASEAN (RIA) guna memetakan tonggak penting yang harus dicapai berikut
langkah-langkah spesifik dan jadwal pencapaiannya.
Menindaklanjuti kesepakatan KTT ke-7 tersebut, para Menteri Ekonomi
ASEAN dalam pertemuannya yang ke-34 tanggal 12 September 2002 di
Bandar Seri Begawan-Brunei Darussalam mengesahkan RIA dimaksud. Di

Universitas Sumatera Utara

bidang perdagangan jasa sejumlah rencana aksi telah dipetakan, antara lain:
a. Mengembangkan dan menggunakan pendekatan alternatif untuk liberalisasi
b. Mengupayakan penerapan kerangka regulasi yang sesuai
c. Menghapuskan

semua

halangan

yang

menghambat

pergerakan

bebas perdagangan jasa di kawasan ASEAN
d. Menyelesaikan Kesepakatan Pengakuan Timbal Balik (MRA) untuk bidang
jasa professional.
3. Bali Concord II
Pencapaian ASEAN Community semakin kuat dengan ditandatanganinya
"Cebu Declaration on the Acceleration of the Establishment of an

ASEAN

Community by 2015" oleh para Pemimpin ASEAN pada KTT ke-12 ASEAN
di Cebu, Filipina, tanggal 13 Januari 2007. Para Pemimpin ASEAN juga
menyepakati

percepatan pembentukan ASEAN Economic Community (AEC)

dari tahun 2020 menjadi tahun2015.
Keputusan untuk mempercepat pembentukan AEC menjadi 2015 ditetapkan
dalam rangka memperkuat daya saing ASEAN dalam menghadapi kompetisi
global seperti dengan India dan China. Selain itu beberapa pertimbangan
yang mendasari hal tersebut adalah: (i) potensi penurunan biaya produksi di
ASEAN sebesar 10-20 persen
integrasi

ekonomi;

untuk

barang

(ii) meningkatkan

konsumsi

kemampuan

sebagai

dampak

kawasan

dengan

implementasi standar dan praktik internasional, HAKI dan adanya persaingan.

Universitas Sumatera Utara

4. ASEAN Charter ( Piagam ASEAN )
Guna

mempercepat

langkah

percepatan

integrasi

ekonomi

tersebut,

ASEAN menyusun ASEAN Charter (Piagam ASEAN) sebagai "payung hukum"
yang menjadi basis komitmen dalam meningkatkan dan mendorong kerjasama
diantara Negara- negara Anggota ASEAN di kawasan Asia Tenggara. Piagam
tersebut juga memuat prinsip-prinsip yang harus dipatuhi oleh seluruh Negara
Anggota ASEAN dalam mencapai tujuan integrasi di kawasan ASEAN.
Lahirnya Piagam ASEAN telah dimulai sejak dicanangkannya Vientiane
Action Programme (VAP) pada KTT ASEAN ke-10 di Vientiane, Laos
pada tahun 2004 KTT ASEAN ke-12 di Cebu, Filipina pada tahun 2007 telah
membentuk High Level Task Force (HLTF) on the ASEAN Charter yang
bertugas

merumuskan

naskah piagam ASEAN dengan memperhatikan

rekomendasi Eminent Person Group (EPG) on the ASEAN Charter.
Piagam ASEAN ini mulai berlaku efektif bagi semua Negara Anggota ASEAN
pada

tanggal

15

Desember

2008.Indonesia

telah melakukan ratifikasi

Piagam ASEAN pada tanggal 6 November 2008 dalam bentuk Undang-undang
No. 38 tahun 2008 Tentang Pengesahan Charter Of The Association Of
Southeast

Asian

Nations

(Piagam

Perhimpunan

Bangsa-Bangsa Asia

Tenggara).
5. ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint
Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang dilaksanakan pada bulan Agustus
2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat untuk mengembangkan ASEAN

Universitas Sumatera Utara

Economic Community

Blueprint

yang

merupakan

panduan

untuk

terwujudnya AEC.
Declaration on ASEAN Economic Community Blueprint, ditanda tangani
pada tanggal 20 November 2007, memuat jadwal strategis untuk masingmasing pilar yang disepakati dengan target waktu yang terbagi dalam empat
fase yaitu tahun 2008-2009,

2010-2011,

2012-2013

dan

2014-2015.

Penandatanganan AECBlueprint dilakukan bersamaan dengan penandatanganan
Piagam ASEAN (ASEAN Charter).
AEC Blueprint merupakan pedoman bagi Negara-negara Anggota ASEAN
untuk mencapai
berkewajiban

AEC

2015,

dimana

masing-masing

negara

untuk melaksanakan komitmen dalam blueprint tersebut. AEC

Blueprint memuat empat kerangka utama yaitu:
a. ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional dengan
elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan
aliran modal yang lebih bebas.
b. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi,
dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas
kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan ecommerse.
c. ASEAN

sebagai

kawasan

dengan

pengembangan

ekonomi

yang

merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan
prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara CMLV (Cambodia,

Universitas Sumatera Utara

Myanmar, Laos, dan Vietnam); dan
d. ASEAN

sebagai

perekonomian

kawasan

global

yang

dengan

terintegrasi

elemen

secara

perndekatan

penuh

dengan

yang

koheren

dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta
dalam jejaring produksi global. Dari keempat pilar tersebut, saat ini pilar
pertama yang masih menjadi perhatian utama ASEAN. Oleh karenanya,
pada

pemaparan selanjutnya, pilar tersebut akan dibahas secara

komprehensif.
6. Roadmap for an ASEAN Community (2009-2015)
Pada KTT ke-14 ASEAN tanggal 1 Maret 2009 di Hua Hin - Thailand,
para Pemimpin

ASEAN

menandatangani

Roadmap

for

an

ASEAN

Community (2009-2015) atau Peta-jalan Menuju ASEAN Community (20092015), sebuah gagasan baru untuk mengimplementasikan secara tepat waktu
tiga Blueprint (Cetak Biru) ASEAN Community yaitu (1) ASEAN PoliticalSecurity Community Blueprint (Cetak- Biru
ASEAN),

(2)

ASEAN

Economic

Komunitas

Politik-Keamanan

Community Blueprint (Cetak-Biru

Komunitas Ekonomi ASEAN), dan (3) ASEAN Socio-Culture Community
Blueprint (Cetak-Biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN) serta Initiative for
ASEAN Integration (IAI) Strategic Framework dan IAI Work Plan 2 (2009-2015).
Peta-Jalan

tersebut

menggantikan

Program

Aksi

Vientiane

(Vientiane

Action Program/VAP), dan diimplementasikan serta dimonitor oleh Badan
Kementerian Sektoral ASEAN dan Sekretaris Jederal ASEAN, dengan

Universitas Sumatera Utara

didukung oleh Komite Perwakilan Tetap.

Perkembangan terkait dengan

implementasi ketiga peta-jalan tersebut disampaikan secara reguler kepada para
Pemimpin ASEAN melalui Dewan Komunitas ASEAN (ASEAN Community
Council/ACC)-nya masing-masing. 67
E. Pasar Bebas dalam Kerangka MEA
1. Pasar Bebas Perdagangan Barang
Dengan adanya perdagangan bebas, mampu meningkatkan ekspor akan tetapi
kita juga harus waspada akan resiko kompetisi (competition risk) yang muncul
dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke
Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan
produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya
akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Indonesia sendiri. 68
Perkembangan perekonomian dunia dan pola hubungan antar negara yang
secara umum memperlihatkan jarak antar satu negara dengan negara lain yang
menurun, membuat semakin terbukanya perdagangan antar negara dan
meningkatnya akses pasar produk ke negara lain. Keterbukaan ekonomi dan
perdagangan memberikan konsekuensi dua hal secara sekaligus, yaitu
tantangan dan peluang. Semakin terbukanya perdagangan antar satu negara
dengan negara lainnya dapat memberikan peluang meningkatnya akses pasar
produk dalam negeri di pasar internasional sekaligus juga tantangan terhadap
67

Gusmardi Bustami, Menuju Asean Economic Community 2015, (Jakarta : Departemen
Perdagangan RI, 2015), hal 3
68
http://dwiapriliani1004.blogspot.co.id/2016/03/siapkah-indonesia-menghadapi-mea.html

Universitas Sumatera Utara

daya saing industri dalam negeri terhadap produk luar negeri. Secara teoritis,
perdagangan bebas dapat memberikan keuntungan secara ekonomi karena
meningkatnya akses pasar dan surplus ekonomi secara keseluruhan. Sekalipun
demikian, pandangan yang menyetujui perdagangan bebas ini dihadapkan oleh
pandangan kaum proteksionis, di mana seharusnya industri dalam negeri
dilindungi dari persaingan keras perdagangan dunia. Di sini muncullah infant
industry argument, yaitu suatu argumen bahwa industri domestik seharusnya
dilindungi negara hingga kelak mampu bersaing di pasar internasional.
Perdagangan bebas tentunya juga memberikan sejumlah manfaat, seperti
terbukanya akses pasar barang dan jasa, terpenuhinya bahan baku, bahan 2
penolong, dan barang modal, peningkatan investasi yang akan mempengaruhi
struktur industri, mendorong adanya peningkatan kapasitas (capacity building)
untuk peningkatan daya saing industri domestik, dan peningkatan daya beli
masyarakat. Namun, perdagangan bebas tidak akan dapat memberikan
manfaat yang besar jika daya saing industri dalam negeri jauh lebih rendah
dibandingkan dengan industri luar negeri. 69
2. Pasar Bebas Perdagangan Jasa
Perdagangan jasa memiliki karakteristik-karakteristik yang membedakannya
dengan

perdagangan

barang.

Pertama

adalah

nature

of

servicetransactions. Dalam sektor jasa, transaksi mengharuskan kehadiran

69

https://andregustian.wordpress.com/2016/06/19/masyarakat-ekonomi-asean-mea-danperekonomian-indonesia/html

Universitas Sumatera Utara

kedua belah pihak, yaitu produsen dan konsumen. Jika produsen-produsen
jasa disuatu negara memiliki sebuah produk jasa yang diminati oleh konsumen
dari luar negeri, maka konsumen luar negeri tersebut harus langsung
bertransaksi dengan produsen untuk mendapatkan produk jasa tersebut. Jadi
penyediaan produk jasa terhadap pasar luar negeri seringkali disertai
pergerakan modal atau tenaga kerja.
Karakteristik yang lain adalah regulasi dan kontrol yang besar pada
perdagangan jasa. Regulasi dan kontrol yang besar ini dalam rangka, pertama,
menghindari risiko terjadinya marketfailure atau kegagalan pasar dari
kurangnya informasi atau lack of information yang didapat konsumen pada
produk yang akan dikonsumsinya. Seperti yang kita ketahui bahwa pasar
dapat menjadi alokasi sumber daya yang efisien (yaitu bertemunya permintaan
konsumen dan penawaran produsen) jika asumsi-asumsinya terpenuhi, yang
salah satunya adalah informasi yang sempurna. Jika tidak, maka pasar gagal
menjadi alat alokasi sumber daya yang efisien. Konsumen tidak akan pernah
tahu persis tentang kualitas produk yang akan dikonsumsinya. Oleh karena itu
diperlukan informasi yang sempurna mengenai produk tersebut. Contoh yang
terjadi pada perdagangan jasa, jika konsumen disuatu negara ingin
menggunakan jasa tenaga ahli konstruksi asing, maka ia harus mengetahui
kualitas dari tenaga ahli yang akan digunakannya tersebut. Dan alangkah lebih
baik jika kualitas tenaga ahli yang akan masuk ke negaranya tersebut telah
terstandarisasi sesuai dengan regulasi yang ada. Kedua, regulasi dan kontrol

Universitas Sumatera Utara

yang besar ini sebagai konsekuensi dari penyediaan produk jasa yang berbeda
dengan penyediaan produk barang. Jika di proses penyediaan produk barang
mengenal istilah penyimpanan atau stock, maka dalam penyediaan produk jasa
ini tidak dikenal istilah tersebut. Maksudnya, produk jasa disediakan secara
langsung oleh produsennya tanpa melalui proses penyimpanan seperti pada
produk barang. Jadi dapat disimpulkan bahwa regulasi dan kontrol yang besar
pada perdagangan jasa ini ditujukan agar kedua belah pihak konsumen dan
produsen tidak merasa dirugikan.
Selain itu yang membedakan perdagangan jasa dengan perdagangan barang
adalah kesulitan untuk mendeteksi hambatan-hambatan yang ada didalamnya.
Hambatan-hambatan pada perdagangan barang dapat dideteksi dengan jelas
melalui perbedaan harga atau pricedifferential yang ada. Sedangkan pada
perdagangan jasa hambatan-hambatan agak sulit untuk dideteksi karena
berupa

peraturan-peraturan.

Hambatan-hambatan

perdagangan

jasa

ini lesstransparent dibandingkan dengan hambatan-hambatan perdagangan
barang, ini yang menyebabkan sulit untuk mengetahui dampak hambatan
tersebut
Untuk arus bebas perdagangan jasa salah satunya ada kerjasama di antara
Asean University Network (AUN) untuk meningkatkan mobilitas mahasiswa
dan staff pengajar di negara kawasan. Tindakan yang dilakukan negara
anggota dalam

mengakomodir arus

bebas

bidang jasa ini

adalah

mengembangkan kompetensi dasar dan kualifikasi untuk pekerjaan dan

Universitas Sumatera Utara

keterampilan pelatihan yang dibutuhkan dalam sektor jasa prioritas. Dalam
rangka meningkatkan keterampilan, penempatan kerja dan pengembangan
jejaring informasi pasar tenaga kerja di antara anggota negara-negara Asean,
maka akan dilakukakan penguatan terhadap kemampuan riset di setiap negara
anggota Asean. Dengan diberlakukannya konsep arus bebas perdagangan jasa
ini akan memompa semangat warga Asean untuk menentukan pilihan tempat
bekerja antar negara dalam kawasan, sekaligus memicu negara untuk
mendorong warganya meningkatkan keterampilan agar sesuai standar dan
diterima pasar dalam kawasan. 70
3. Kebebasan Investasi (Penanaman Modal)
Investasi (Penanaman Modal) adalah pengeluaran atau perbelanjaan penanampenanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan
perlengkapan-perlengkapan

produksi

untuk

menambah

kemampuan

memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.
Investasi atau pembentukan modal merupakan komponen kedua yang
menentukan tingkat pengeluaran agregat.Dan Dalam Undang-undang No. 1
Tahun 1967 ditegaskan bahwa Pengertian penanaman modal asing di dalam
Undang-undang ini hanyalah meliputi penanaman modal asing secara
langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan
Undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di

70

http://www.muhammadyamin.com/tag/arus-bebas-perdagangan-jasa/html

Universitas Sumatera Utara

Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung
risiko dari penanaman modal.
MEA adalah sebuah agenda integrasi ekonomi negara-negara ASEAN yang
bertujuan untuk menghilangkan, jika tidak, meminimalisasi hambatanhambatan di dalam melakukan kegiatan ekonomi lintas kawasan, misalnya
dalam perdagangan barang, jasa, dan investasi. Hal ini dilakukan agar daya
saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India untuk menarik
investasi asing. Penanaman modal asing di wilayah ini sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan.
Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan
jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga
kompetisi akan semakin ketat.
Dari sisi investasi, Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang kurang
mengikat sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar
terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing yang masuk
ke Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber daya alam
melimpah dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan
juga eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di
Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup

Universitas Sumatera Utara

kuat untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam
yang terkandung. 71
Seberapa banyak negara memiliki tabungan dan investasi merupakan suatu
faktor penting untuk kehidupan penduduknya, dengan adanya tabungan maka
akan terbentuk modal yang dapat digunakan untuk berinvestasi. Investasi
mengacu pada pembelian barang modal baru, seperti peralatan dan gedung.
Investasi bagi suatu negara sangat penting karena pembangunan negara seperti
infrastruktur dan lainnya membutuhkan modal yang sangat besar. Dengan
adanya kesepakatan antarnegara tersebut, ASEAN berharap dapat membentuk
suatu pasar tunggal bebas dan dapat saling membantu antarnegara di
ASEAN. 72
Dengan adanya arus bebas investasi maka negara di ASEAN akan
memperoleh beberapa manfaat. Menurut Afandi ( 2011:91) manfaat yang
pertama adalah prosedur penanaman modal lebih sederhana, kedua yaitu
peraturan dan prosedur penanaman modal yang jelas dan kondusif
meningkatkan penanaman modal serta perlindungan lebih baik kepada
investor, ketiga penanam modal (investor) akan mendapatkan perlakuan yang
sama khususnya berkenaan dengan perijinan, pendirian, pengambilalihan,
perluasan, pengelolaan, pelaksanaan, penjualan atau pelepasan penanaman
modal lainnya, keempat yaitu liberalisasi investasi dapat mendorong
71

https://natasyaayuningtyas.wordpress.com/2016/05/03/investasi-dan-penanaman-modal/
Mankiw, N. Gregory. 2006. Priciples Of Economics: Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta:
Salemba Empat, 2006, hal 95
72

Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan

dan

pengembangan

usaha

kecil,

menengah,

maupun

multinational yang berdampak pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi,
terbukanya lapangan kerja baru dan mempererat hubungan negara kawasan
ASEAN. 73

Departemen

Perdagangan

Republik

Indonesia

(2009:66)

Liberalisasi arus modal di ASEAN didasari bahwa dengan bebasnya aliran
modal akan mendorong arus investasi dan perdagangan internasional, yaitu
investor/pemodal besar akan lebih mudah menanamkan modalnya dengan
jaminan yang lebih baik. 74
4. Kebebasan Pergerakan Tenaga kerja
Kesiapan ASEAN dalam menhadapi aliran bebas bagi tenaga kerja terampil
untuk mendukung aktivitas perdagangan barang, jasa, dan inisiatif, berikut
pemaparan

mengenai

perkembangan

barbagai

inisiatif

kerja

sama

ketenagakerjaan yang telah dilakukan selama ini. Berbagai Inisiatif Kerja
Sama ASEAN di Bidang Ketenagakerjaan Pembicaraan mengenai isu migrasi
tentang tenaga kerja di ASEAN menjadi salah satu bagian proses negosasi
perdagangan jasa-jasa yang dilakukan melalui kerja sama AFAS (the ASEAN
Framework Agreement on Services) dalam kerangka mode 4. Kerja sama
dalam mode 4 tersebut terutama diarahkan untuk memfasilitas pergerakan
tenaga kerja yang dilandasi pada suatu kontrak/perjanjian untuk mendukung
73

Afandi, Moch. Masykur. 2011. Peran dan tantangan Asean Economic Community (AEC)
dalam mewujudkan Integrasi Ekonomi Kawasan. Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional.
Volume 8, Nomor 1, Januari, hlm 1-99
74
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2009. Menuju Asean Economic Community.
Jakarta: Departemen Perdagangan Republik Indonesia

Universitas Sumatera Utara

kegiatan perdagangan dan investasi disekor jasa. Aliran bebas tenaga
profesional berserta pengaturannya baru mengemuka di Bali Summit pada
2003, meskipun mekanisme dalam mencapai tujuan terciptanya aliran bebas
tenaga kerja tersebut telah dilakukan sebelumnya elain dengan visi ASEAN,
para Menteri Tenaga Kerja ASEAN telah sepakat untuk menjamin bahwa
angkatan kerja di seluruh kawasan ASEAN akan dipersiapkan agar bisa
memperoleh manfaat yang optimal dari investasi ekonomi. Hal ini antara lain
dilakukan melalui peningkatan investasi yang dapat digunakan untuk
memenuhi keperluan pendidikan dasar dan pendidikan yang lebih tinggi,
pelatihan, pengembangan ilmu dan teknologi, penciptaan lapangan kerja, dan
perlindungan sosial bagi para pekerja. Selanjutnya, disadari bahwa untuk
mendukung

dan

menjamin

pertumbuhan

ekonomi

regional

dan

berkesinambungan, pasar tenaga kerja dalam komunitas ASEAN tentunya
harus bersifat dinamis, produktif dan fleksibel.
Arah kerjasama dibidang ketenagakerjaan, secara umum akan ditunjukan
untuk menyelesaikan segala persoalan ketenagakerjaan yang prinsip akan
ditujukan padahal-hal sebagai berikut :
a. Memajukan mobilitas regional dan mutual recognition dalam rangka
pengembangan professinal credentials, bakat, dan keterampilan para
pekerja melalui upaya/inisiatif yang telah ada.
b. Menguragi penganguran dikawasan untuk mendukung upaya regional
dalam mewujudkan komonitas masyarakat kuat, aman, dan self-relient.

Universitas Sumatera Utara

c. Memajukan efisiensi pasar tenaga kerja melalui penyusunan MRA untuk
meningkatkan

kemampuan

kerja

dan

mobilitas

tenaga

kerja,

meningkatkan sistem perlindungan, serta mengatasi dampak liberalisasi
perdagangan terhadap tenaga kerja dan employment.
Untuk merealisasikan hal-hal tersebut di atas, telah disusun program kerja
sebagai kerangka dasar untuk mempersiapkan angkatan kerja dikawasan
dalam menghadapi tantangan yang muncul dari globalisasi dan liberalisasi
perdagangan. Terdapat enam skala prioritas dalam program kerja para menteri
tanaga kerja (ASEAN Labour Ministers work programme) yaitu Penciptaan
lapangan kerja, Monitoring pasar tenaga kerja, Mobilitas tenaga kerja,
Perlindungan social, Kerja sama tripartite, Keselamatan dan kesehatan
kerja (occupational safetyand health/OSH).
Sebagai bagian dari pelaksanaan prioritas program kerja terkait masalah
mobilitas tenaga kerja dan perlindungan sosial, 13 Januari 2007 ASEAN telah
meletakan landasan awal bagi upayah penyelesaikan masalah pekerja migrant
melalui penanda tanggana deklarasi perlindungan dan hak-hak pekerja
migrant (protecion and promotion of the rights og migran works). Deklarasi
tersebut memberikan manfaat bagi negara anggota untuk memajukan keadilan
dan perlindungan kerja, pembayaran upah/gaji, dan askes yang cukup bagi
kelayakan

kerja

dan

tempat

tinggal

bagi

pekerja

migran.

Untuk

mengimplementasikan deklarasi tersebut, dibentuk sebuah komite yang diberi

Universitas Sumatera Utara

nama “ASEAN Comittee on the Implementation of the ASEAN Delaration on
the Protection and Promotion of the Raihts of migrant workes”.
Upaya meningkatkan jumlah tenaga kerja trampil dikawasan, kerja sama juga
dilakukan di bidang pendidikan melalui kerja sama antara perguruan tinggi
diseluruh negara ASEAN yang dikenal sebagai the ASEAN University
Network (AUN). AUN yang dibentuk pada November 1995 berdasarkan the
AUN Charter, telah melakukan berbagai aktivitas di bidang akademis seperti
diskusi, workshop, seminar, studi, dan penelitian bersama dibidang-bidang
yang menjadi prioritas ASEAN, program beasiswa, pertukaran mahasiswa,
dan sebagainya. Secara khusus, pembentukan AUN antara lain dimaksudkan
untuk :
a.

Memajukan kerjasama dan solidaritas diantara para profesional,
akademis, ilmuwan, dan para pelajar dikawasan.

b.

Mengembangan program akademik dan sumber daya manusia yang
profesional dikawasan.

c.

Memajukan disiminasi informasi melalui electronic networking of
libraries dan sharing informasi diantara anggota komunitas akademik,
pelajar, para pengambil kebijakan, dan sebagainya.

Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para
pencari kerja karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai
kebutuhan akan keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi
keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan

Universitas Sumatera Utara

bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang
bagus bagi para wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai dengan
kriteria yang diinginkan. Tapi perlu diingat bahwa hal ini dapat memunculkan
risiko ketenagakarejaan bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan
produktivitas, Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang
berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi industri yang
bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia masih berada pada peringkat
keempat di ASEAN.
Permasalahan yang ada dari sisi tenaga kerja tidak terlepas dari kualitas yang
rendah, seperti tingkat pendidikan dan keahlian yang belum memadai. Dari
data yang dilansir Tempo, jumalah tenaga kerja Indonesia pada Februari 2014
sebesar 125,3 juta orang dengan jumlah pekerja 11,2 orang. Namun, ini tidak
dapat diimbangi dengan kualitas pendidikan yang dimiliki oleh pekerjanya.
Mayoritas tenaga kerja Indonesia masih berpendidikan sekolah dasar dan
lebih banyak bekerja di sektor informal.
Indonesia harus melihat MEA sebagai peluang yang terbuka untuk
memperbaiki kualitas SDM yang ada dengan meningkatkan daya saing,
menyediakan pendidikan dan kesehatan yang memadai, dan memberikan
edukasi terhadap pentingnya MEA. Pemerintah Indonesia harus mampu
mendorong diadakan pelatihan keterampilan karena mayoritas tenaga kerja
Indonesia kurang dalam kecerdasan sikap, kemampuan berbahasa Inggris dan
pengoperasian komputer. Meskipun peran dominan dalam meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

kualitas menjadi milik pemerintah, bukan berarti seluruh tanggung jawab
berada di tangan pemerintah. Justru sebaliknya, perlu kesadaran bahwa efek
dari MEA akan dirasakan langsung oleh masyarakat dan tanggung jawab
untuk berpartisipasi dan mempersiapkan diri menjelang 2015 menjadi milik
bersama.
F. Peran dan tanggungjawab PMA Sektor UKM dalam Menghadapi Pasar
Bebas MEA
1.

Peluang dan Tantangan dalam Era Pasar Bebas MEA di Sektor UKM
Indonesia
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu sasaran dan
fokus Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dalam menciptakan stabilitas
dan perkembangan ekonomi di wilayah regional ASEAN. UKM Indonesia
memiliki banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama tentang kualitas
barang yang dihasilkan. Kebanyakan kualitas produk UKM Indonesia belum
memenuhi standar. Hal itu disebabkan beberapa faktor. Pertama, biaya
produksi dalam negeri yang sangat mahal sehingga tidak mampu
menciptakan efisiensi produksi. Kedua, kurangnya pengetahuan para pelaku
usaha kecil menengah (UKM) dalam menghasilkan barang ataupun jasa
yang berkualitas. Kedua hal tersebut sangat berkaitan dan perlu sesegera
mungkin diupayakan solusinya, baik oleh Pemerintah maupun pelaku usaha
sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Indonesia pastinya siap bersaing di MEA walau terjadi pelemahan ekonomi.
Seperti yang kita ketahui, ekonomi Amerika dan austerity measures di Uni
Eropa telah menciptakan kebijakan moneter yang loose, sehingga arus
investasi dari kedua kawasan tersebut cukup deras. Dari tiga pusat
pertumbuhan dunia (Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggara), yang
menikmati pertumbuhan tertinggi yaitu Asia Tenggara. Dari seluruh anggota
ASEAN, pertumbuhan ekonomi tertinggi dalam Indonesia yaitu sebesar
6,4% (Bank Dunia 2011) berada pada urutan ketiga di Asia, setelah Cina dan
India. Pelaku usaha Indonesia yang belum seluruhnya mampu melihat MEA
sebagai sebuah peluang. Kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai
ASEAN masih sangat terbatas. Selain itu perlunya sinkronisasi program dan
kebijakan pemerintah pusat dengan daerah. Sangat diperlukan kesamaan
pandang

diantara

pejabat

daerah

dan

pusat. Global

Competitive

Index oleh World Economic Forum menempatkan Indonesia pada urutan ke
38, dibawah sebagian negara ASEAN seperti Singapura, Brunei, Malaysia
dan Thailand. Tantangan lainnya yang perlu di evaluasi yakni lemahnya
infrastruktur, khususnya bidang transportasi dan energi yang menyebabkan
biaya ekonomi tinggi, terutama juga bagi sektor produksi dan bagi pasar.
Kami juga melihat, pelaku usaha Indonesia juga inward-looking yakni
besarnya pasar domestik mendorong pelaku usaha memprioritaskan
pemenuhan kebutuhan pasar domestik. Selain itu terbatasnya jumlah SDM
yang kompeten untuk mendukung produktivitas nasioanl dan birokrasi yang

Universitas Sumatera Utara

belum efisien serta belum sepenuhnya berpihak pada pebisnis juga
merupakan tantangan tersendiri.
Peningkatan investasi juga terlus terjadi. Seperti potensi pengembangan
industri nasional yang mendorong Indonesia sebagai production base di
kawasan dapat menopang pasar domestik yang besar. Penduduk Indonesia
khususnya usia muda itu sangar produktif ditambah lagi Indonesia memiliki
sumber daya alam yang besar. Optimis lainnya seperti Indonesia, walau
masih di bawah Malaysia, Thailand dan Singapura, tapi total wisatawan
intra-ASEAN dalam setahun mencapai lebih dari 76 juta. Mengerucut pada
pelaku usaha terutama UKM sendiri, bagaimana Anda melihat posisi UKM
di Indonesia? Jumlah UKM di Indonesia mencapai 56,2 juta unit dan mampu
menyerap 97,2% tenaga kerja dari total angkatan kerja yang ada. UKM
sangat

berperan

dalam

pertumbuhan

ekonimi,

mengurangi

angka

pengangguran dan kemiskinan juga berperan dalam penerimaan devisa.
Tantangan bagi UKM sendiri dalam MEA 2015 adalah persaingan makin
tajam, walau sumber daya kita banyak tapi untuk memperoleh sumber daya
tersebut diperlukan strategi khusus bagi para UKM. UKM juga harus
menjaga dan meningkatkan daya saing sebagai industri kreatif dan inovatif.
Selain itu UKM juga harus meningkatkan standar, desain dan kualitas
produk agar sesuai dengan ketentuan ASEAN, misalnya para UKM bisa
melihat pada ketentuan ISO 26000 untuk green product. Tantangan penting
lainnya, UKM harus membuat diversifikasi output dan menjaga stabilitas

Universitas Sumatera Utara

pendapat usaha makro agar tidak jatuh ke kelompok masyarakat miskin.
UKM juga harus memanfaatkan fasilitas pembiayaan yang ada termasuk
dalam kerangka kerjasama ASEAN.
Pada Tataran Kebijakan dan Iklim Usaha, kami menata kembali peraturan
perundangand ari pusat sampai daerah, Pegembangan Penyelenggaraan
Pelayanan Perizinan Satu Atap/Satu Pintu. Selain itu ada perbaikan
infrastruktur dan konektivitas. Ditambah lagi kami terus mengembangkan
SDM

dan

jiwa

kewirausahaannya. Upaya

pemerintah

juga

dalam

meningkatkan produktivitas dan daya saing UKM diantaranya melakukan
penguatan forum setra atau klaster untuk UKM, mmelakukan pengembangan
produk unggulan daerah melalui One Village One Product (OVOP),
memfasilitasi penguatan teknologi baik untuk produksi maupun pemasaran
melalui pemanfaat ICT dan meningkatkan standar dan kualitas produk UKM
termasuk fasilitasi SNI. 75
Era MEA akan membawa suatu peluang sekaligus tantangan bagi ekonomi
setiap negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia. Bagaimana cara menghadapi
MEA atau era pasar bebas ASEAN tersebut mempengaruhi pertumbungan ekonomi
negara. Di Indonesia, UKM memiliki peran strategis dan kontribusi sangat besar bagi
perekonomian, maka penguatan UKM juga menjadi fokus pemerintah dalam
menghadapi MEA, salah satunya dengan pembentukan Komite Nasional Persiapan
MEA yang berfungsi merumuskan langkah antisipasi serta melakukan sosialisasi
75

https://swa.co.id/swa/business-strategy/tantangan-dan-peluang-ukm-jelang-mea-2015

Universitas Sumatera Utara

kepada masyarakat dan UKM mengenai pemberlakuan MEA. Banyak tantangan
yang harus dihadapi oleh UKM dalam menghadapi MEA tersebut antara lain yaitu :
a) Pola pikir masyarakat Indonesia masih lebih cenderung mengkonsumsi
produk atau jasa dari luar negeri dibandingkan dari dalam negeri. Oleh karena
itu UKM harus memiliki daya saing sebagai industri kreatif dan inovatif serta
meningkatkan kualitas produk agar sesuai dengan ketentuan ASEAN dan siap
menghadapi MEA. Selain itu harus memiliki strategi diversifikasi output dan
menjaga stabilitas pendapatan usaha makro. Menentukan harga yang bersaing
dan terjangkau tanpa mengurangi kualitas produk merupakan tantangan
tersendiri bagi UKM.
b) Masih lemahnya infrastruktur seperti akses transportasi menyebabkan biaya
ekonomi menjadi lebih tinggi terutama juga bagi sektor produksi dan bagi
pasar. Sinkronsasi program dan kebijakan pemerintah pusat dan daerah sangat
perlu dilakukan agar birokrasi menjadi efisien dan dapat berpihak pada
pebisnis sehingga UKM pun siap menghadapi MEA.
c) UKM menghadapi keterbatasan akses finansial karena masih adanya keraguan
bank terhadap UKM dalam memberikan pinjaman. Beberapa hal yang
menjadi pertimbangan bank dalam memberikan pinjaman serta menentukan
suku bunga adalah biaya dana, keuntungan perusahaan, profil risiko calon
debitur, dan sektor usaha. Banyak UKM yang belum dapat memenuhi
beberapa persyaratan tersebut. Oleh karena itu, Pemerintah pun perlu proaktif
memberikan penyuluhan dan pelatihan serta memberikan ruang bagi para

Universitas Sumatera Utara

pengusaha UKM untuk saling berbagi pengalaman. Sehingga UKM pun akan
siap menghadapi MEA.
d) Keterbatasan UKM dalam memanfaatkan teknologi karena kurangnya
pengetahuan dan akses sehingga aktivitas promosi terbatas dan menjadi
penghambat bagi UKM untuk memperluas target pasarnya dalam menghadapi
MEA. Mahalnya biaya untuk menyesuaikan standar dan sertifikasi
internasional juga menjadi penghambat untuk memperluas akses pasar. Hal
Ini juga ada hubungannya dengan SDM yang masih kurang berkompeten
dalam mengembangkan UKM. Masih banyak pelaku UKM yang belum
memahami implikasi dan manfaat dari perdagangan bebas ini.
e) Investasi UKM pada pengembangan dan penelitian produk atau jasa masih
sangat rendah karena UKM lebih fokus kepada pemasaran atau kebutuhan
operasionalnya.
f) Banyak UKM yang belum memiliki perencanaan bisnis yang belum matang.
Salah satu cara untuk membuat perencanaan yang baik bisa