Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif Pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Nias Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3. 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekataan kualitatif.
Penelitian dengan metode deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidik.57
Alasannya adalah untuk menemukan gambaran rinci terhadap informasi yang
telah digali dari beragam sumber untuk menjadi narasi. Diharapkan dari penelitian
ini diperoleh data dari sumber informasi baik lisan maupun tertulis yang akan
dihimpun, ditranskrip, dideskripsikan dan dianalisa dengan pendekatan kualitatif.
Selain itu, dengan metode ini peneliti akan lebih dekat dengan orangorang dan situasi yang diteliti. Melalui kedekatan antara peneliti dan informan
diharapkan informasi yang diperoleh terkait pengalaman, opini, perasaan dan
pengetahuan informan dapat tertangkap lebih baik dan mendalam sehingga
diperoleh pemahaman akan realitas dan hal-hal terperinci tentang tema yang
diteliti.
Selain itu, metode ini dianggap mampu mengungkap dan memahami
informasi seputar fenomena yang masih sangat sedikit diketahui. Hanya orangorang tertentu yang akan menjadi informan mengingat kadar informasi dari setiap
orang bervariasi. Sifatnya yang dinamis diharapkan mampu menjembatani


57

Moh. Natsir, Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999, hlm. 63

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

perubahan fenomena masalah penelitian yang masih tentatif setelah memasuki
tahapan penelitian. Peneliti berupaya melihat secara lebih seksama sesuai dengan
apa yang terjadi dilapangan tanpa memaksakan apa yang telah dipikirkan
sebelumnya.

3. 2. Informan
Penentuan informan dilakukan secara purpossive yaitu dengan memilih
orang-orang kunci (key person) dengan asumsi bahwa mereka adalah orang yang
paling tahu tentang dirinya dan tema penelitian yang sedang diteliti58. Menurut
Sugiyono59, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu.

Dalam hal ini peneliti dituntut untuk menemukan dan menentukan siapa
key informan yang akan diwawancarai. Suyanto60 mengemukakan bahwa
informan kunci (key informan) merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki
berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan utama
adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.
Sedangkan informan tambahan merupakan subjek penelitian yang dapat
memberikan informasi walaupun tidak terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.
Penentuan informan dalam penelitian ini didasarkan pada peran dan
fungsi masing-masing dalam implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan

58

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatis,
Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009, hlm. 25
59
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2010, hlm.
218
60
Suyanto Bagong, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005, hlm.
172.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Nias. Key informan adalah Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Nias selaku penanggungjawab kegiatan pelayanan administrasi
kependudukan sekaligus kepala instansi pelaksana pelayanan administrasi
kependudukan di Kabupaten Nias yang dianggap mengetahui dan memiliki
informasi pokok tentang permasalahan penelitian.
Selain itu, terdapat pula informan utama yang berperan selaku
implementator yang terlibat langsung dalam kegiatan implementasi kebijakan
stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Kabupaten Nias. Informan dalam kategori ini adalah unsur
teknis pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias yang secara
langsung

membidangi


pelaksanaan

kegiatan-kegiatan

teknis

pelayanan

administrasi kependudukan.
Kategori informan terakhir adalah informan tambahan yaitu informan
yang tidak terlibat dalam implementasi kebijakan namun memiliki informasi.
Mereka

merupakan

masyarakat

sebagai

objek


pelayanan

administrasi

kependudukan yang ditentukan dengan mempertimbangkan faktor geografi dan
topografi wilayah. Pertimbangan ini diambil dengan melihat realitas bahwa
sebagian kecamatan di Kabupaten Nias berada di daerah pegunungan dan
sebagian lagi berada di daerah dataran rendah atau di daerah pesisir. Informan
lainnya dalam kategori ini adalah unsur DPRD Kabupaten Nias, Camat, unsur
Kepolisian Sektor (Polsek) dan unsur Komando Rayon Militer (Koramil).

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

3. 3. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data dalam penelitian ini dapat dikategorikan menjadi
dua bagian, yaitu :

a.

Data primer; merupakan data yang diperoleh secara langsung dari informan
yang dapat berupa perkataan, perilaku dan bahasa tubuh selama wawancara.
Data primer ini juga dapat berupa hasil observasi peneliti secara langsung
dilapangan.

b.

Data sekunder; merupakan data, bahan atau informasi yang diperoleh dari
dokumen-dokumen yang memiliki relevansi yang baik dengan tema
penelitian. Data sekunder ini dapat berupa surat kabar, kliping dan artikel di
media massa, foto, arsip, laporan penelitian, dan catatan hasil diskusidiskusi maupun catatan penting lainnya yang relevan dengan tema
penelitian.

3. 4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun beberapa bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan
atau mengumpulkan data dalam penelitian ini :
1.


Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan
pelayanan administrasi kependudukan yang dilaksanakan oleh Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias di kecamatan sebagai
wujud implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi
kependudukan.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

2.

Wawancara dilakukan dengan menanyakan kepada informan mengenai
hal-hal yang berhubungan dengan tema penelitian. Untuk itu, peneliti telah
menentukan informan dalam penelitian ini yaitu :
a.

Informan kunci (key informan) adalah Kepala Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Nias;


b.

Informan yang terlibat dalam implementasi kebijakan yaitu Kepalakepala Bidang di lingkungan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Nias, pegawai negeri sipil maupun tenaga honorer yang
bertugas melaksanakan pelayanan di kantor Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Nias;

c.

Informan tambahan adalah masyarakat sebagai objek pelayanan
adminitrasi kependudukan. Dengan mempertimbangkan faktor geografi
dan topografi wilayah, tipologi masyarakat ini akan diwakili oleh
masyarakat dari Kecamatan Idanogawo dan Bawolato serta masyarakat
dari Kecamatan Ma‟u dan Kecamatan Ulugawo. Informan tambahan
lainnya adalah anggota DPRD Kabupaten Nias yang berasal dari
Komisi B sebagai mitra kerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Nias, Camat serta personil Polsek dan Koramil.

Dalam melakukan melakukan wawancara ini diperlukan pedoman

wawancara agar pertanyaan-pertanyaan dasar tetap terfokus sekalipun
pengungkapannya akan disesuaikan secara fleksibel dengan konteks yang
ada.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

3.

Dokumentasi, yaitu dengan melakukan pengumpulan data berupa
dokumen-dokumen yang relevan untuk diteliti seperti dokumen peraturan
perundang-undangan, artikel, makalah, pemberitaan di media massa dan
dokumen lainnya yang terkait dengan konteks penelitian dan dibutuhkan
sebagai bahan dasar dan orientasi teori dalam melakukan analisis data.

3. 5. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara.
Tepatnya pada Dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias yang

beralamat di Jalan Gomo Nomor 31, Kelurahan Pasar Gunungsitoli, Kecamatan
Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli. Pemilihan lokasi penelitian ini didasari
beberapa pertimbangan. Secara geografis Kabupaten Nias masih berada dalam
wilayah Propinsi Sumatera Utara, sehingga kondisi ini dapat meminimalisir
hambatan bagi peneliti yang saat ini masih menjalani studi di Universitas
Sumatera Utara.
Selain itu, Kabupaten Nias merupakan kabupaten induk yang telah
mengalami pemekaran. Sebagai kabupaten tertua di Kepulauan Nias, sangat
menarik untuk melihat dan meneliti perkembangan peyelenggaraan kewenangan
pemerintahan khususnya di bidang Administrasi Kependudukan pasca pemekaran
serta pasca terbitnya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013. Pertimbangan ini
yang dianggap peneliti relevan dan memenuhi kriteria penelitian.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

3. 6. Defenisi Konsep
Defenisi konsep yang dikembangkan dalam penelitian adalah sebagai

berikut:
1.

Implementasi kebijakan merupakan salah satu tahapan kebijakan, yaitu
tahapan setelah kebijakan (dalam hal ini undang-undang) ditetapkan. Pada
tahapan ini, kebijakan publik dilaksanakan dalam rupa program-program
pemerintah oleh beberapa aktor, dalam hal ini para birokrat, dengan
mendapat dukungan pembiayaan, ditujukan untuk memenuhi kepentingan
masyarakat, dan outputnya dapat diukur serta memberikan manfaat
(outcomes) yang sebesar-besarnya dalam kerangka pemenuhan kebutuhan
warga negara.

2.

Kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan yaitu
suatu kebijakan yang mewajibkan sistem penyelenggara pelayanan
administrasi kependudukan untuk memiliki aksi dan reaksi yang dinamis
dan aktif dalam penyelenggaraan pelayanan tersebut yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Implementasi kebijakan tersebut dilihat dari:
a. Perspektif kepatuhan (compliance) implementator (baik kepatuhan
bawahan kepada atasan maupun kepatuhan implementator terhadap
peraturan) dalam mengimplementasikan sebuah program kebijakan.
Untuk menilai pendekatan ini, dapat dilihat dari dua indikator yaitu :
1) Perilaku implementator adalah sikap yang dimiliki oleh pelaksana
kebijakan seperti respon, komitmen, sikap kemauan, keinginan dan

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

kecenderungan para pelaku kebijakan untuk melaksanakan kebijakan
secara sungguh-sungguh sehingga apa yang menjadi tujuan
kebijakan dapat diwujudkan.
2) Pemahaman implementator adalah sejauhmana implementator
memahami dan mengerti tentang kebijakan yang telah dibuat,
termasuk proses sosialisasi dan komunikasi antar pelaksana
kebijakan.
b. What‟s Happening and Why? (Apa yang terjadi dan mengapa?) yaitu
suatu perspektif yang akan melihat perubahan yang terjadi setelah
program dilaksanakan dan apabila tidak terjadi perubahan, mengapa?.
Variabel ini dapat dilihat dari indikator:
1) Banyaknya aktor yang terlibat, artinya adanya kewenangan yang
menjamin bahwa program dapat diarahkan sebagaimana yang
diharapkan. Apakah ada fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat
dipergunakan dalam program seperti dana dan sarana prasarana.
2) Kejelasan program; semakin jelas dan terperinci isi (content) sebuah
kebijakan, maka kebijakan tersebut akan mudah diimplementasikan
karena akan lebih mudah dipahami dan diterjemahkan oleh
pelaksananya.
3) Kerumitan program terkait dengan dinamisnya petunjuk pelaksanaan
yang dibuat, termasuk didalamnya pembagian tugas dan pembuatan
standar operasional prosedur (SOP) yang dapat mempengaruhi
berhasil tidaknya implementasi program.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

4) Peran unit-unit pemerintah adalah terkait bagaimana partisipasi dari
semua aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan tersebut.
5) Faktor-faktor kendala merupakan faktor-faktor yang tidak terkendali
atau faktor-faktor yang terjadi di luar teknis implementasi (yang
melampaui batas kontrol dari implementator) dan dapat secara
langsung

ataupun

tidak

langsung

memberi

pengaruh

pada

implementasi, menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan
program yang telah dirancang.

3. 7. Metode Analisa Data
Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis data kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen seperti dikutip
Moleong61, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan.
Tahapan analisis data yang dilakukan mengacu pada tahapan analisis data
yang dikemukakan Miles dan Huberman62 yang terdiri dari:
1.

Tahap reduksi data, yang dapat diartikan sebagai proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi

Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005,
hlm. 248
62
Muhammad Idrus, op.cit., hlm. 147-148

61

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

data kasar yang muncul dari catatan-catatan dilapangan yang berlangsung
secara terus menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung.
2.

Tahap penyajian data (display data), yang dimaknai sebagai penyajian
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Namun data yang diperoleh
selama penelitian tidak mungkin dipaparkan secara keseluruhan. Untuk itu
dalam penyajian data, peneliti akan menganalisis untuk selanjutnya disusun
secara sistematis atau simultan sehingga data yang diperoleh dapat menjawab
atau menjelaskan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, penyajian data
dapat diwujudkan dalam bentuk uraian deskriptif, foto dan gambar sejenisnya

3.

Tahap penarikan kesimpulan, yaitu tahapan analisa selanjutnya setelah
reduksi dan display data dimana dilakukan verifikasi secara terus menerus
dari data yang telah diperoleh. Dalam tahapan ini, peneliti berusaha
menganalisa dan mencari pola, tema, hubungan persamaan dan sebagainya.
Kemudian akan disinkronkan dengan teori yang ada dan dianalisa secara
kualitatif sehingga dapat diperoleh gambaran terkait tema penelitian dan
dapat menjadi jawaban atas rumusan masalah penelitian yang disajikan secara
deskriptif.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4. 1. 1. Gambaran Kabupaten Nias
Kabupaten Nias merupakan salah satu daerah otonom yang berada di
wilayah Propinsi Sumatera Utara dan dibentuk berdasarkan Undang-Undang
Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tetang Pembentukan Daerah Otonom KabupatenKabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis
Kabupaten Nias terletak pada 0°53‟1,5‟‟-1°17‟16,6‟‟LU dan 97°29‟0,7‟‟97°58‟29‟‟ BT. Letak geografis ini membuat Kabupaten Nias memiliki posisi
strategis dalam wilayah Kepulauan Nias karena berada diantara jalur-jalur
penghubung wilayah Kota Gunungsitoli dan Kabupaten Nias Selatan Kepulauan
Nias serta wilayah Kabupaten Nias Utara dan Nias Barat.
Wilayah administrasi Kabupaten Nias memiliki batas wilayah sebagai
berikut:
a.

Sebelah utara berbatasan dengan Kota Gunungsitoli dan Kabupaten Nias
Utara;

b.

Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Nias Selatan;

c.

Sebelah timur berbatasan dengan Kota Gunungsitoli dan Samudera Indonesia;

d.

Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Nias Barat dan Kabupaten Nias
Utara.

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Nias memiliki sepuluh kecamatan dan 170 desa dengan luas
wilayah administratif 1.004,06 km2. Wilayah kecamatan terluas Kecamatan
Idanogawo dengan luas 231,61 km2 (23,07%) dan Kecamatan Botomuzoi
merupakan kecamatan terkecil dengan luas 52,06 km2 (5,18%), seperti terlihat
dalah tabel berikut ini:
Tabel 4.1. Luas Wilayah Kecamatan dan Jumlah Desa per Kecamatan
di Kabupaten Nias
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Kecamatan
Idanogawo
Bawolato
Ulugawo
Gido
Sogaeadu
Ma‟u
Somolo-molo
Hiliduho
Hiliserangkai
Botomuzoi

Luas (km2)
231,61
189,75
98,31
105,68
89,55
69,85
35,39
68,4
63,46
52,06

Jumlah Desa
28
25
14
21
11
11
11
16
15
18

*Diolah dari data BPS Kabupaten Nias

Kondisi alamnya atau topografi wilayahnya berbukit-bukit sempit dan
terjal serta pegunungan dimana tinggi dari permukaan laut bervariasi antara 0 –
800 meter, terdiri dari dataran rendah sampai tanah bergelombang mencapai 24%,
dari tanah bergelombang sampai berbukit-bukit 28,8% dan dari berbukit sampai
pegunungan 51,2% dari keseluruhan luas daratan. Mempunyai kemiringan lereng
rata-rata 8% sampai 25%. Sedangkan daerah dataran dapat dijumpai sepanjang
pantai barat dan pantai timur dengan kemiringan 0-8%.
Kabupaten Nias terletak di daerah khatulistiwa sehingga curah hujan
cukup tinggi. Curah hujan dalam setahun 2000 - 2800 mm atau rata-rata 274 mm
per bulan, dengan banyaknya hari hujan dalam setahun 271 hari atau rata-rata 22

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

hari per bulan. Akibat tingginya curah hujan menyebabkan kondisi alamnya
sangat lembab dan basah. Musim kemarau dan hujan silih berganti sepanjang
tahun.
Di kabupaten ini terdapat sungai-sungai besar dan kecil yang berfungsi
sebagai sumber air bagi pertanian dan sarana air bersih bagi masyarakat. Namun
struktur batuan dan susunan tanah yang labil sering mengakibatkan banjir
bandang yang mengakibatkan patahan jalan-jalan aspal dan longsor disana sini,
bahkan sering ditemui daerah aliran sungai yang berpindah-pindah.

4. 1. 2. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias
Untuk menyelenggarakan kewenangan di bidang pelayanan administrasi
kependudukan, Pemerintah Kabupaten Nias membentuk Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil sebagai salah satu Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD)
berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Nias Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Kabupaten Nias. Selain
mengemban amanah konstitusional, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Nias juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kesatuan
Pemerintah Kabupaten Nias dalam mewujudkan Visi Kabupaten Nias Tahun
2011 – 2016 yaitu “Mewujudkan Masyarakat Yang Berkeadilan, Sejahtera
dan Mandiri di Kabupaten Nias Yang Nyaman Didiami, Karena Dilayani
Oleh Pemerintah Yang Bersih dan Responsif”. Selaras dengan itu, Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias telah menetapkan visi dalam

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

menyelenggarakan urusan administrasi kependudukan yaitu “Terwujudnya
Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang berbasis SIAK”.
Berdasarkan Peraturan Bupati Nias Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten
Nias, disebutkan bahwa Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias
mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di
bidang kependudukan dan pencatatan sipil berdasarkan asas otonomi dan
tugas pembantuan.
Adapun fungsi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias,
adalah:
a.

Perumusan kebijakan teknis di bidang Kependudukan dan Pencatatan sipil;

b.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
Kependudukan dan Pencatatan Sipil;

c.

Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang Kependudukan dan Pencatatan
Sipil;

d.

Pengelolaan urusan ketatausahaan;

e.

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati Nias sesuai dengan tugas
dan fungsinya. di bidang kependudukan.
Dalam struktur organisasinya, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Nias dipimpin oleh seorang Kepala Dinas (setingkat eselon IIb) dan
berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah. Kepala Dinas dibantu oleh seorang Sekretaris (eselon IIIa) dan tiga orang
Kepala Bidang (eselon IIIb). Pada jabatan setingkat eselon IVa, terdapat enam

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

orang Kepala Seksi dan tiga orang Kepala Sub Bagian. Secara keseluruhan,
terdapat 24 orang PNS (termasuk pejabat eselon) dan 16 orang tenaga operator
entry data. Struktur organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Nias seperti pada bagan berikut:
Kepala Dinas

Sekretaris

Kepala Sub
Bagian
Keuangan

Kepala Bidang
Pengendalian Penduduk

Kepala Bidang Sistem
Informasi dan Administrasi
Kependudukan

Kepala Seksi Pendaftaran

Kepala Sub
Bagian Umum
dan
Kepegawaian

Kepala Sub
Bagian Program,
Evaluasi dan
Pelaporan

Kepala Bidang
Pencatatan Sipil

Kepala Seksi Pelayanan
Kepala Seksi Data
Kependudukan

Kepala Seksi Perencanaan
dan Analisa Dampak
Kependudukan

Kepala Bidang Pengelolaan
Informasi Kependudukan

Kepala Seksi
Penatausahaan Dokumen
Pencatatan Sipil

Gambar 4.1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Nias Berdasarkan Perda
Kab. Nias Nomor 7 Tahun 2008

Adanya tiga bidang dalam struktur organisasi tersebut memperlihatkan
pembagian pengelolaan tugas-tugas pokok administrasi kependudukan yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

Administrasi Kependudukan. Di dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013
diuraikan bahwa penyelenggaraan pelayanan administrasi kependudukan terdiri
dari dua kegiatan pelayanan yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Kedua bidang pelayanan tersebut adalah pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil. Kegiatan pendaftaran penduduk adalah kegiatan pencatatan
biodata penduduk, pencatatan atas peristiwa kependudukan, dan pendataan
penduduk

rentan

administrasi

kependudukan

serta

penerbitan

dokumen

kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan. Output
dari kegiatan pelayanan ini adalah penerbitan atau perubahan kartu keluarga, kartu
tanda penduduk dan atau surat keterangan kependudukan.
Pelayanan pencatatan sipil merupakan kegiatan pencatatan peristiwa
penting yang dialami oleh seseorang dalam register pencatatan sipil pada instansi
pelaksana. Peristiwa penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang
meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak,
pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status
kewarganegaraan. Produk atau hasil dari pelayanan pencatatan sipil adalah
dokumen kependudukan berupa akta.
Di dalam struktur organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Nias, kegiatan pelayanan pendaftaran penduduk menjadi tugas pokok
dari Bidang Pengendalian Penduduk sedangkan kegiatan pelayanan pencatatan
sipil tersentralisasi di Bidang Pencatatan Sipil. Kedua bidang pelayanan ini
terintegrasi dengan Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan yang

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

dioperasikan secara on-line yang pengelolaannya ditangani oleh Bidang Sistem
Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK).
Penyelenggaraan pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil
merupakan dua kegiatan pelayanan yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Artinya, pelayanan pencatatan sipil tidak dapat berjalan baik
apabila disaat yang bersamaan pelayanan di bidang pendaftaran kependudukan
juga tidak terproses dengan baik mengingat pelayanan ini dilaksanakan dengan
program yang dinamakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)
yang dioperasikan secara on-line. Sebelum melaksanakan pelayanan dokumen
kependudukan dan akta-akta catatan sipil harus diketahui terlebih dahulu apakah
data penduduk atau keluarga yang akan dilayani sudah ada pada database/server,
dan jika belum ada maka harus dilaksanakan entry data terlebih dahulu, setelah itu
baru kegiatan pelayanan dapat dilaksanakan. Dan urutannya jelas, yaitu dimulai
dari pendaftaran penduduk.
Awal mula proses pelayanan administrasi kependudukan adalah entry
data penduduk atau dikenal juga dengan istilah perekaman data penduduk. Setelah
data penduduk terekam dan tersimpan dalam data base SIAK, maka yang
bersangkutan akan lebih mudah mendapatkan pelayanan dalam pengurusan Kartu
Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el) dan akta
kependudukan.
Untuk

melayani

warga

masyarakat

yang

mengurus

dokumen

kependudukannya, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias
menyediakan sebuah ruangan yang difungsikan sebagai loket penerimaan berkas

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

pengurusan dokumen kependudukan dari masyarakat. Melalui loket ini juga,
produk pelayanan administrasi kependudukan didistribusikan kepada masyarakat.
Di loket ini, bidang yang menangani pelayanan pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil memiliki peran yang dominan. Staf dari kedua bidang ini
ditugaskan di loket untuk menerima dan menverifikasi berkas pengurusan
dokumen kependudukan yang diserahkan oleh masyarakat.

4. 1. 3. Anggaran Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias
Sebagai salah satu satuan kerja perangkat daerah yang bertanggung
jawab terhadap pelayanan administrasi kependudukan memiliki anggaran
pembiayaan kegiatan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanjda
Daerah (APBD) Kabupaten Nias dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), dengan besaran seperti dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.2. Anggaran Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Nias
No.
1.
2.
3.

Sumber Anggaran
APBD
P-APBD (Pagu Anggaran
Setelah Perubahan)
APBN

Jumlah (Rp)
Tahun 2015
Tahun 2016
2.020.000.000
2.353.000.000

2.300.000.000
2.110.000.000

1.110.723.000

671.853.000

* diolah dari data Sub Bagian Keuangan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Nias

Pendanaan yang berasal dari APBN merupakan tindak lanjut dari Pasal
89 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 dan Surat Edaran Menteri Dalam
Negeri Nomor 470/327/SJ tanggal 17 Januari 2014 tentang Perubahan Kebijakan
Dalam Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan yang salah satu isinya
“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

menyebutkan bahwa pendanaan untuk penyelenggaraan program dan kegiatan
administrasi kependudukan, baik di provinsi maupun di kabupaten/kota
dianggarkan dalam APBN dan dimulai pada APBN-P Tahun Anggaran 2014.

4. 1. 4. Persyaratan Dan Tata Cara Pengurusan Dokumen Kependudukan
Persyaratan

dan

tata

cara

pengurusan

dokumen

kependudukan

dilaksanakan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
Persyaratan yang tercantum dalam peraturan ini disosialisasikan baik secara
langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat maupun melalui aparat desa
dalam berbagai kesempatan sosialisasi langsung maupun melalui sosialisasi
menggunakan spanduk atau poster.
Persyaratan dan tata cara pengurusan dokumen kependudukan ini
menjadi pedoman bagi instansi pelaksana pelayanan dalam melaksanakan
penerimaan dan verifikasi berkas pengurusan dokumen kependudukan. Selain
peraturan presiden diatas, terdapat pula persyaratan lainnya yang diatur dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 tahun 2010 tentang Formulir dan
Buku Yang Digunakan Dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. Selain
melengkapi segala persyaratan yang terdapat dalam Perpres Nomor 25 tahun
2008, masyarakat juga diwajibkan mengisi formulir sesuai dengan kegunaannya
sebagaimana dimaksud dalam Permendagri Nomor 19 Tahun 2010.
Selain Perpres Nomor 25 Tahun 2008 dan Permendagri Nomor 19 Tahun
2010, terdapat pula beberapa peraturan perundang-undangan lainnya yang

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

mengatur

persyaratan

pendaftaran

penduduk

dan

pengurusan

dokumen

kependudukan, diantaranya:
a.

Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu tanda
Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional, beserta
dengan perubahannya;

b.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pendataan dan Penerbitan Dokumen Kependudukan Bagi Penduduk Rentan
Administrasi Kependudukan;

c.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan
Secara Nasional;

d.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pendataan Penduduk Non Permanen;

e.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2016 tentang Kartu
Identitas Anak;

f.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2016 tentang Peningkatan
Cakupan Kepemilikan Akta Kelahiran;

g.

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 470/296/SJ tanggal 29 Januari
2016 tentang KTP Elektronik (KTP-el) Berlaku Seumur Hidup;

h.

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 472.12/2701/DUKCAPIL
tanggal 17 Maret 2016 tentang Peningkatan Pencatatan Peristiwa Kematian;

i.

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 471/1768/SJ tanggal 12 Mei
2016 tentang Percepatan Penerbitan KTP-el dan Akta Kelahiran;

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

j.

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 417.13/9686/DUKCAPIL
tanggal 14 September 2016 tentang Pelayanan Perekaman dan Pencetakan
KTP Elektronik.
Diterbitkannya berbagai peraturan perundang-undangan bahkan dalam

bentuk surat edaran merupakan upaya pemerintah untuk mempermudah prosedur,
tata cara dan persyaratan pengurusan dokumen kependudukan yang senantiasa
disesuaikan dengan kondisi dan situasi terkini masyarakat.

4. 2. Karakteristik dan Identitas Informan
Sebagaimana telah dipaparkan dalam bab sebelumnya bahwa dalam
penelitian ini melibatkan beberapa informan sebagai narasumber yang dapat
memberikan penjelasan dan pemahaman mengenai tema penelitian yang
ditentukan secara purposive. Key informan adalah Kepala Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Kabupaten Nias dengan deskripsi identitas sebagai berikut:

Tabel 4.3. Identitas Informan Kunci
No.
1.

Nama
Yanueli Nazara, BA

Umur
(Tahun)

Pendidikan
Terakhir

56

Diploma
III

Jabatan
Kepala
Dinas

Masa
Kerja
33 tahun

Selanjutnya adalah informan utama yang berperan sebagai implementator
dan terlibat secara langsung dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pelayanan
administrasi kependudukan. Informan dalam kategori ini adalah sebagai berikut:

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. 4. Identitas Informan Yang Terlibat Dalam Teknis Pelaksanaan
Kegiatan Pelayanan Administrasi Kependudukan
Umur
(Tahun)

Pendidikan
Terakhir

Jabatan

Masa
Kerja

Drs. Aluizaro
Gulo
Martahani
Matondang, SH
Tehesokhi Hulu,
S.IP
Nisman Setiawan
Zalukhu, SH

54

Strata I

Sekretaris Dinas

23 tahun

47

Strata I

49

Strata I

41

Strata I

Nasrul Hak
Lubis, SE

34

Strata I

Kepala Bidang 15 tahun
SIAK
Kepala Bidang 24 tahun
Pencatatan Sipil
Kepala Bidang 14 tahun
Pengendalian
Penduduk
Kepala Sub
8 tahun

Ely Justman
Zebua, A.Md
Agusniar Harefa,
A.Md

38

Diploma III

Staf

10 tahun

38

Diploma III

Staf

5 tahun

No.

Nama

1.
2.
3.
4.

5.

6.
7

Bagian Program,
Evaluasi dan
Pelaporan

Penelitian ini juga melibatkan informan tambahan yaitu mereka yang
tidak terlibat dalam implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan
administrasi kependudukan namun memiliki informasi yang dibutuhkan untuk
meguatkan data-data mengenai tema penelitian. Informan tersebut adalah
masyarakat

Kabupaten

Nias

yang

mendapatkan

pelayanan

administrasi

kependudukan. Dalam hal ini, peneliti sebisa mungkin mendapatkan informan
yang tidak berasal dari desa atau kecamatan yang sama. Pemilihannya
mempertimbangkan faktor geografi dan topografi wilayah, yang diwakili oleh
masyarakat dari Kecamatan Idanogawo dan Bawolato sebagai kecamatan yang
berada di dataran rendah atau pesisir pantai serta masyarakat dari Kecamatan
Ma‟u dan Kecamatan Ulugawo yang karakteristik wilayahnya berada di dataran

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

tinggi. Informan ditemui saat pelaksanaan pelayanan langsung administrasi di
kecamatan dan secara aksidental di loket pelayanan kantor. Selain masyarakat,
terdapat juga unsur DPRD kabupaten Nias, Camat, personil Polres dan Koramil
yang turut menjadi informan walau tidak terlibat dalam implementasi kebijakan
stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan namun memiliki
informasi yang dibutuhkan untuk menguatkan data-data mengenai tema
penelitian. Deskripsi informan dalam kategori ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5. Identitas Informan Yang Berasal Dari Masyarakat, Unsur DPRD
Kabupaten Nias, Camat, Personil Polsek dan Koramil
No.

Nama

Umur
(Tahun)

Pendidikan
Terakhir

Jabatan

Masa
Kerja

1.

Ameyanus
Telaumbanua

30

Strata I

Wiraswasta

-

2.
3.

Tahali Waruwu
Aliyus Waruwu

54
46

SD
SMA

Petani/ Pekebun
Petani/ Kepala
Desa

-

4.

Adilia
Bawamenewi
Hasa‟aro Zai
Bowoli
Zandroto

45

SD

Petani/ Pekebun

-

38
48

SMA
SMA

-

36

S-2

Petani/ Pekebun
Anggota DPRD
Kabupaten Nias
dari Partai
Keadilan dan
Persatuan
Indonesia
(PKPI), Ketua
Komisi A
Camat
Idanogawo

22

SMA

Personil Polsek
Bawolato

2 tahun

37

SMA

Personil Koramil
Bawolato

16 tahun

5.
6.

7.

8.

9.

Jellysman B.
Geya, S.STP,
M.Si
Brigadir Dua
Polisi Eben
Panjaitan
Sersan Dua TNI
Buala Hulu

Periode
2014 2019

17 tahun

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

4. 3. Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi
Kependudukan di Dinas Kependudukan Catatan Sipil Kabupaten Nias
Mengacu pada rumusan permasalahan yang menjadi tema penelitian ini
yaitu bagaimana upaya implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan
administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Nias berdasarkan perspektif yang dikemukakan oleh Ripley dan Franklin, maka
pada bagian ini akan diuraikan beberapa kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias sebagai bentuk kepatuhan
(compliance) terhadap amanah peraturan perundang-undangan sekaligus usaha
untuk meningkatkan output pelayanan administrasi kependudukan.

4. 3. 1. Kepatuhan (Compliance) Implementator Kebijakan
Kepatuhan adalah upaya perilaku yang timbul akibat adanya keinginan
untuk mencapai suatu hasil yang baik yang sesuai dengan aturan. Kepatuhan dari
implementator dapat dilihat dari perilaku dan pemahamannya terhadap
pelaksanaan suatu kebijakan.

4. 3. 1. 1. Pemahaman Implementator
Untuk mengetahui pemahaman implementator terhadap kebijakan stelsel
aktif pada pelayanan administrasi kependudukan di Kabupaten Nias, peneliti
melakukan wawancara terhadap pemangku kepentingan di bidang pelayanan
administrasi kependudukan. Berikut petikan wawancara dengan Yanueli Nazara,
BA, yang mengatakan:

“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

“ kita paham, adanya UU Nomor 24 itu mewajibkan penyelenggara
pelayanan administrasi kependudukan yang aktif memberi pelayanan.
istilahnya, kita jemput bola. Tidak mesti menunggu masyarakat datang ke
sini. Sudah beberapa kali kita rakor dengan Kemdagri. Pasti paham.
Teman-teman yang juga paham soal kebijakan ini. Hanya, teknis
pelaksanaannya ini yang mesti dipikirkan. Seperti yang saya katakan tadi,
Disdukcapil Kabupaten Nias pernah mengadopsi model jemput bola itu,
namun tidak efektif. Saat ini, kegiatan pelayanan langsung di kecamatan
sedang jalan...” (Wawancara tanggal 27 Juni 2016)
Penggalan wawancara dengan Tehesokhi Hulu, S.IP., yang mengatakan
“...jelas, Disdukcapil di seluruh Indonesia diwajibkan untuk memberi
pelayanan langsung kepada masyarakat tanpa menunggu. Tinggal
bagaimana masing-masing daerah mewujudkannya dalam bentuk
program kegiatan. Sesuai kebutuhan dan kemampuan serta kondidi
daerah...” (wawancara tanggal 28 Juni 2016)
Penggalan wawancara dengan Martahani Matondang, SH, yang
mengatakan:
“...aahhhh, kamu ini, pasti paham lah. Udah beberapa kali kita rapat sama
Adminduk (Dirjen Administrasi Kependudukan). baik seluruh Indonesia
maupun tingkat regionalnya. Maksud pemerintah itu kita sudah paham.
dan kembali ke kita di daerah, bagaimana menyikapinya..melalui
program kegiatan. Kalau kita di Nias, kita sudah memprogramkan
pelayanan langsung di kecamatan sejak tahun lalu...” (wawancara tanggal
30 Juni 2016)
Nisman S. Zalukhu, SH, mengatakan:
“...kita tahu stelsel aktif ini mewajibkan Instansi Pelaksana pelayanan
administrasi kependudukan pro aktif mendatangi warga. Entah di daerah
mana itu, mereka menyebutnya pelayanan keliling. Tapi itu tergantung
daerahlah. Sesuai program disduknya. Di Disdukcapil ini, turun lapangan
itu perlu. Selama ini kan kita cuma duduk aja seharian di kantor terima
dan verifikasi berkas. Kalo turun ke masyarakat ke desa gitu, ada variasi,
biar tubuh kita tidak kaku. Sekalian refreshinglah...hahahahah...”
(wawancara tanggal 29 Juni 2016)
Agusniar Harefa, A.Md memberi jawaban ketika peneliti menanyakan
pemahaman dan tanggapannya tentang kebijakan stelsel aktif pada pelayanan
administrasi kependudukan, kutipannya sebagai berikut:
“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

“...teman-teman sering bercanda dengan menyebutnya sel-sel
aktif...hahahaha... paham, saya sendiri paham. Intinya, Disdukcapil yang
aktif menjemput bola, mendatangi masyarakat. Makanya sekarang ini,
setiap bulan kita turun ke lapangan....” (wawancara tanggal 30 Juni 2016)
Kutipan wawancara dengan Ely Justman Zebua, A.Md,

yang

mengatakan:
“..kalau ditanya tentang pemahaman, saya pasti bilang saya paham dan
mengerti. Itu kan hanya sebuah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
dilaksanakan kita didaerah untuk mempercepat keterlayanan masyarakat.
Bagaimana daerahnya sekarang? Mau gak buat program jemput bola?....”
(wawancara tanggal 29 Juni 2016)
Hasil wawancara tersebut memperlihatkan bahwa Kepala Instansi
Pelaksana pelayanan administrasi kependudukan di Kabupaten Nias telah
mengetahui dan memahami kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi
kependudukan sebagai amanah dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013.
Pemahaman dari kepala instansi tersebut juga selaras dengan pemahaman
jajarannya. Bahkan implementator di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Nias mengerti bahwa kebijakan tersebut harus diwujudkan dalam
bentuk program kegiatan SKPD.

4. 3. 1. 2. Perilaku Patuh Implementator
Perilaku yang dimaksud adalah sikap kemauan, keinginan dan
kecenderungan para pelaku kebijakan untuk melaksanakan kebijakan secara
sungguh-sungguh sehingga apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan.
Perilaku patuh implementator ini memiliki kaitan yang erat dengan pemahaman
implementator

mengenai

kebijakan.

Untuk

memahami

perilaku

patuh

implementator, peneliti mengacu pada hasil wawancara yang dimuat pada sub bab
“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

sebelumnya. Dari hasil wawancara terlihat bahwa pemahaman terkait kebijakan
dan implementasinya bahkan telah di follow up dengan memunculkan beberapa
kegiatan pelayanan administrasi kependudukan yang bersifat menjangkau
masyarakat.
Dari hasil penelitian di lapangan diperoleh informasi bahwa terdapat
beberapa program kegiatan tahunan yang pernah dan sedang menjadi program
kegiatan rutin di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias dengan
prinsip yang mengedepankan pelayanan langsung yang menjangkau masyarakat
atau memperpendek jarak pelayanan administrasi kependudukan.
Selanjutnya, untuk mensinkronkan hasil wawancara tersebut dengan
kegiatan-kegiatan yang telah disebutkan, peneliti melakukan elaborasi terhadap
sejumlah dokumen pelaksanaan anggaran kegiatan dan menemukan beberapa
informasi

seputar

implementasi

kebijakan

pelayanan

administrasi

yang

menjangkau masyarakat yang mana kegiatan-kegiatannya telah tertampung dalam
APBD Kabupaten Nias. Program-program kegiatan dengan mengadopsi stelsel
aktif pada pelayanan tersebut akan dijelaskan lebih lanjut.

1.

Program Kegiatan Pelayanan Langsung Administrasi Kependudukan di
Kecamatan
Perubahan pola kebijakan yang penyelenggaraan pelayanan administasi

kependudukan menjadi pola stelsel aktif pada pelayanan administrasi
kependudukan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan turut mewarnai dinamika pelayanan yang
“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

disediakan

oleh

seluruh

instansi

penyelenggara

pelayanan

administrasi

kependudukan, tidak terkecuali pelayanan yang disediakan Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Kabupaten Nias.
Dengan

kebijakan

stelsel

aktif

pada

pelayanan

administrasi

kependudukan, menuntut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias
untuk pro aktif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pola pelayanan
yang langsung mendatangi masyarakat tersebut sebenarnya telah dilaksanakan
oleh Dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias sebelum UndangUndang Nomor 24 Tahun 2013 diterbitkan. Sebagaimana dijelaskan oleh Yanueli
Nazara, BA, Kepala Dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias
berikut ini:
“Ketika saya resmi dilantik dan mulai aktif menjabat sebagai Kepala
Dinas pada Agustus 2011, satu hal yang terbersit dalam pikiran saya
adalah bagaimana meningkatkan persentase warga Kabupaten Nias yang
memiliki dokumen kependudukan, baik itu Kartu Keluarga, KTP maupun
Akta. Karena di Tahun 2011 ketika saya masuk, anggaran sudah berjalan,
maka di Tahun 2012 saya mencoba memprogramkan kegiatan pelayanan
langsung kepada masyarakat. Cara yang kita lakukan saat itu adalah
dengan mengirim tim berjumlah dua sampai empat orang untuk
menerima berkas pengurusan dokumen kependudukan di Kantor Camat.
Jadwal kita atur. Kalau tidak salah sekali sebulan tim ini turun ke Kantor
Camat menerima berkas selama satu sampai dua hari tergantung jauhnya
lokasi. Yang menjadi koordinatornya adalah Kepala Bidang Pencatatan
Sipil karena kegiatan ini merupakan kegiatan bidang capil” (wawancara
tanggal 27 Juni 2016)
Pada tahun 2012, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Nias melaksanakan kegiatan pelayanan administrasi kependudukan yang dalam
DPA-SKPD dinamakan kegiatan Pelayanan Administrasi Pencatatan Sipil
Langsung di Kecamatan dengan Nomor Kegiatan : 1.10.1.10.01.18.03. Sesuai
dengan penjelasan Yanueli Nazara, BA., kegiatan ini dilaksanakan dengan
“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

menugaskan dua sampai empat orang staf ke kecamatan untuk menerima berkas
pengurusan dokumen kependudukan. Karena kegiatan ini merupakan domain dari
bidang pencatatan sipil, maka staf yang ditugaskan dalam kegiatan tersebut hanya
menerima berkas-berkas pengurusan akta-akta kependudukan.
Namun kegiatan Pelayanan Administrasi Pencatatan Sipil Langsung di
Kecamatan tersebut tidak dilanjutkan pada tahun berikutnya. Lebih lanjut
ditegaskan olehnya:
“Dapat dikatakan bahwa sebelum terbitnya Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2013, kita telah mencoba mengadopsi pola pelayanan stelsel aktif
ini sebenarnya. Namun kegiatan pelayanan langsung di kantor camat saat
itu tidak kita teruskan pada tahun berikutnya. Berdasarkan evaluasi dari
Kepala Bidang Capil, jumlah berkas yang diterima sedikit dan tidak
sebanding dengan jumlah biaya perjalanan dinas yang dianggarkan. Jadi
lebih baik fokus saja pada penerimaan berkas di loket” (wawancara
tanggal 27 Juni 2016)
Efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan merupakan dua hal yang
selalu menjadi acuan utama dalam evaluasi kegiatan. Apa yang disampaikan oleh
Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias diatas
menggambarkan bahwa walau kegiatan tersebut sebenarnya perlu dilakukan untuk
masyarakat, namun jika efektivitas dan efisiensinya tidak linier maka bukan
berarti kegiatan tersebut tetap dilanjutkan. Walaupun demikian, tersirat bahwa
betapa esensialnya implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan
administrasi kependudukan sebagai salah satu upaya untuk menjangkau seluruh
warga masyarakat.
Efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan tersebut juga sangat
dipengaruhi oleh tidak adanya sinergitas dari bidang pelayanan lainnya. Seperti
telah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk mengurus dokumen kependudukan,
“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias” oleh Dennis Baktian Lahagu/NIM. 147024025

Universitas Sumatera Utara

seseorang harus memastikan datanya telah direkam dalam data base SIAK. Juga
diwajibkan telah memiliki kartu keluarga dan kartu tanda penduduk. Karena tidak
adanya dukungan dari bidang lain yang menangani data base, KK dan KTP, maka
Bidang Pencatatan Sipil seperti berjalan sendiri dalam kegiatan tersebut.
Akibatnya efektivitas penerimaan berkas tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2.

Program Kegiatan Pelayanan Langsung KK dan KTP Elektronik di
Masing-masing Kecamatan
Terbitnya UU Nomor 24 Tahun 2013 tidak serta merta ditindaklanjuti

dengan terburu-buru oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias
yang

seyogyanya

kebijakan

stelsel

aktif

pada

pelayanan

administrasi

kependudukan sudah mendapat lampu hijau untuk diimplementasikan oleh
instansi pelaksana pelayanan administrasi kependudukan pada tahun 2014. Jika
mencermati Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
(DPA-SKPD) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias Tahun
Anggaran 2014, tidak mencantumkan sama sekali program atau kegiatan yang
secara spesifik mengacu pada pelayanan administrasi kependudukan yang
ditujukan langsung mendatangi masyarakat. Hal ini disebabkan terbitnya UU
Nomor 24 tahun 2013 yang baru disahkan pada akhir tahun 2013 sedangkan
APBD 2014 telah selesai pembahasannya di legislatif dan bahkan telah disahkan
jauh hari sebelumnya.
Menghadapi Tahun Anggaran 2015, Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Nias mengajukan program kegiatan yang berbasis pelayanan
langsung kepada masyarakat untuk ditampung dalam APBD 2015. Berdasarkan
“Implementasi Kebijakan Stelsel Aktif pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil