Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Di Kabupaten Deli Serdang (Studi Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil)
IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI
KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN DELI SERDANG
(Studi Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang)OLEH:
SELAMAT TAMPUBOLON 080903060
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
ABSTRAKSI
Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Di Kabupaten Deli Serdang
(Studi Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil)
Nama : Selamat Tampubolon
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dosen Pembimbing : Hatta Ridho S.Sos, M.SP
Melalui Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) diharapkan dapat meningkatkan kualitas data kependudukan pemerintah. Data kependudukan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menyelenggarakan berbagai program-program pemerintah, baik dalam proses perencanaan hingga tahap implementasi dan evaluasinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan menggambarkan pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) kepada masyarakat. Dalam penelitian ini juga akan dilihat realisasi pelayanan yang diberikan untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan pemerintah. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode bentuk deskriptif dengan analisa data kualitatif, unit analisis yang terdiri dari informan kunci yaitu Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang, informan utama yaitu Kepala Bidang Pencatatan Sipil, Kepala Bidang Informasi Kependudukan dan Kepala Seksi Registrasi Kependudukan. Sedangkan Informan Tambahan adalah pegawai operasional di dinas dan masyarakat yang berkunjung di lokasi dinas. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah pelaksanaan pelayanan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan kepada masyarakat terlaksana secara baik yang sesuai dengan indikator-indikator yang ditetapkan peneliti melalui pendekatan model implementasi kebijakan.
(3)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berbentuk skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu-Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada :
1. Orang tua yang selalu memberi dukungan di semua tahap studi yang saya jalani dari awal hingga akhir, terutama dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Hatta Ridho S.Sos. MSP. selaku dosen pembimbing yang telah banyak mamberikan bimbingan, nasehat dan arahan kepada penulis.
3. Semua sahabat yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan serta
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya hanya kepada Tuhan kita kembalikan semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Tuhan memberkati.
Medan, 20 Agustus 2013
(4)
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR BAGAN v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 6
1.3. Tujuan Penelitian 7
1.4. Manfaat Penelitian 7
1.5. Kerangka Teori 7
1.5.1 Kebijakan Publik 7
1.5.2 Implementasi Kebijakan Publik 9 1.5.2.1Pengertian Implementasi
Kebijakan Publik 9
1.5.2.2Model Implementasi
Kebijakan Publik 11
1.5.3 Sistem Informasi 16
1.5.3.1Sistem 16
1.5.3.2Informasi 17
1.5.4 Administrasi Kependudukan 19
1.5.5 Sistem Informasi Adm Kependudukan 19
1.6. Definisi Konsep 20
1.7. Sistematika Penulisan 22
BAB II METODE PENELITIAN 23
2.1. Bentuk Penelitian 23
2.2. Lokasi Penelitian 23
2.3. Informan Penelitian 23
(5)
2.5. Teknik Analisa Data 25
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 26
3.1. Gambaran Umum Wilayah 26
3.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Deli Serdang 27
3.1.2 Kondisi Wilayah Deli Serdang 30
3.2. Visi dan Misi Kabupaten Deli Serdang 32 3.3. Gambaran Umum Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Deli Serdang 33
3.3.1. Visi dan Misi 33
3.3.2. Tugas Pokok dan Fungsi 33
3.3.3. Bagan Organisasi 35
BAB IV PENYAJIAN DATA 36
4.1. Identitas Informan 36
4.2. Data Penelitian 37
4.2.1. Struktur Birokrasi Pelaksana Kebijakan 39
4.2.2. Komunikasi 63
4.2.3. Sumber Daya 67
4.2.4. Disposisi 71
BAB V ANALISA DATA 73
5.1. Struktur Birokrasi Pelaksana Kebijakan 73
5.2. Komunikasi 74
5.3. Sumber Daya 76
5.4. Disposisi 78
BAB VI PENUTUP 79
6.1. Kesimpulan 79
6.2. Saran 81
(6)
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Jumlah Penduduk Deli Serdang Tahun 2013 2
Tabel 2: Daerah Aliran Sungai Deli Serdang 31
Tabel 3: Karakter Informan Berdasarkan Jenis Kelamin 36 Tabel 4: Karakter Informan Berdasarkan Tingkat
Pendidikan 37
Tabel 5: Sumber Pendanaan Administrasi Kependudukan 68 Tabel 6: Daftar Inventaris Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil 70
DAFTAR BAGAN
Bagan 1: Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan
(7)
ABSTRAKSI
Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Di Kabupaten Deli Serdang
(Studi Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil)
Nama : Selamat Tampubolon
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dosen Pembimbing : Hatta Ridho S.Sos, M.SP
Melalui Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) diharapkan dapat meningkatkan kualitas data kependudukan pemerintah. Data kependudukan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menyelenggarakan berbagai program-program pemerintah, baik dalam proses perencanaan hingga tahap implementasi dan evaluasinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan menggambarkan pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) kepada masyarakat. Dalam penelitian ini juga akan dilihat realisasi pelayanan yang diberikan untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan pemerintah. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode bentuk deskriptif dengan analisa data kualitatif, unit analisis yang terdiri dari informan kunci yaitu Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang, informan utama yaitu Kepala Bidang Pencatatan Sipil, Kepala Bidang Informasi Kependudukan dan Kepala Seksi Registrasi Kependudukan. Sedangkan Informan Tambahan adalah pegawai operasional di dinas dan masyarakat yang berkunjung di lokasi dinas. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah pelaksanaan pelayanan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan kepada masyarakat terlaksana secara baik yang sesuai dengan indikator-indikator yang ditetapkan peneliti melalui pendekatan model implementasi kebijakan.
(8)
BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Perkembangan zaman yang semakin pesat mengakibatkan tuntutan pemenuhan berbagai kebutuhan masyarakat menjadi semakin meningkat, terutama kepada pemerintah. Keluhan masyarakat terhadap kurangnya kualitas pelayanan merupakan salah satu indikator yang menunjukkan belum memadainya pelayanan yang diberikan oleh aparatur pemerintah. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat tersebut merupakan tantangan bagi birokrasi untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik serta untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Untuk itu, institusi birokrasi perlu menerapkan strategi peningkatan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang menghendaki kualitas pelayanan.
Terkait dalam usaha peningkatan kualitas kinerja dan pelayanan pemerintah, pemanfaatan informasi merupakan salah satu elemen yang cukup penting. Informasi merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan bisnis dan organisasi, disamping sumber daya alam, modal dan manusia. Selain itu, keterbatasan kapasitas manusia untuk mampu mengolah data dan informasi yang begitu cepat berubah mendorong manusia untuk memanfaatkan secara optimal teknologi dan sistem informasi yang pada zaman ini sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan kegiatan sehari – hari (Sukirno, 2004).
Penggunaan informasi dalam suatu organisasi berfungsi sebagai suatu pertimbangan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang kemudian diterapkan dalam bentuk pelayanan. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan manusia dan tidak dapat memprediksi dampak dari suatu keputusan yang diambil. Karena itu, fungsi utama informasi adalah mengurangi
(9)
ketidakpastian untuk mengurangi resiko, bukan menghilangkannya. Sesuai perkembangan zaman yang begitu pesat, tata cara penanganan suatu informasi mulai menggunakan alat-alat bantu yang canggih seperti komputer dan alat pendukung lainnya, sehingga mempermudah proses penanganan informasi yang digunakan dalam kegiatan pemerintahan.
Deli Serdang merupakan kabupaten dengan luas dan jumlah penduduk yang cukup besar, terhitung memiliki luas 2.394 Km2, dan 1.791.431 populasi dengan deskripsi yang dipaparkan dalam tabel di bawah ini;
Tabel 1: Jumlah Penduduk Deli Serdang Tahun 2013
No. Nama Wilayah
Jumlah Penduduk Jumlah
Penduduk Laki-laki Perempuan
1 Gunung Meriah 1.460 1.466 2.926
2 Tanjung Morawa 117. 112 114.782 231.894
3 Sibolangit 11.289 11.233 22.522
4 Kutalimbaru 18.936 19.094 38.030
5 Pancur Batu 49.298 49.362 98.660
6 Namo Rambe 20.616 20.943 41.559
7 Biru-biru 19.869 19.513 39.382
8 STM Hilir 18.915 18.781 37.696
9 Bangun Purba 13.459 13.265 26.724
10 Galang 39.244 37.957 77.201
11 STM Hulu 7. 145 7. 141 14.286
12 Patumbak 50.219 48.573 98.792
13 Deli Tua 33.380 32.508 65.888
14 Sunggal 136.955 133.961 270.916
15 Hamparan Perak 87.965 83.807 171.772
16 Labuhan Deli 38.339 36.664 75.003
(10)
18 Batang Kuis 33.787 32.810 66.597
19 Lubuk Pakam 58. 153 59.240 117.393
20 Pagar Merbau 20.625 20. 192 40.817
21 Pantai Labu 25.730 24.627 50.357
22 Beringin 31.457 30.495 61.952
Total Jumlah 1.048.062 1.024.052 2.072. 114 Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Deli Serdang
Dengan jumlah penduduk yang besar seperti ini serta luasnya wilayah hukum Deli Serdang, maka dituntut adanya suatu data kependudukan yang baik pula, demi kepentingan penyelenggaraan pelayanan publik yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat secara merata. Apabila terjadi ketimpangan yang nyata antara jumlah penduduk yang besar dengan dukungan sumber daya manusia yang relatif rendah, maka akan timbul permasalahan-permasalahan menyangkut kependudukan. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan dapat menyelenggarakan administrasi kependudukan yang terorganisir dari pusat hingga ke daerah.
Data kependudukan yang akurat merupakan perihal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Data kependudukan selalu bersentuhan dengan setiap aktivitas kita diantaranya adalah saat pemilu legislatif, pemilu presiden, pilkada, mengurus surat-surat kendaraan, mengurus surat-surat tanah, dan lain sebagainya. KTP misalnya, dapat kita jadikan sebagai nomor unik untuk berbagai keperluan, misalnya dalam mengurus pajak penghasilan, pajak kendaraan bermotor, kepemilikan bangunan, dan lain sebagainya. Dengan mengintegrasikan data secara nasional maka tidak akan terjadi seseorang yang memiliki KTP ganda. Karena kita akan memiliki suatu tanda identitas yang dapat digunakan di seluruh Indonesia.
Data kependudukan yang tidak akurat memang sering menuai masalah, diantaranya adalah masalah DPT (Daftar Pemilih Tetap) yang saat ini menjadi masalah yang cukup ramai di saat-saat pemilu seperti ini, seperti adanya pihak yang tidak terdaftar, bahkan yang terdaftar di 2 tempat yang berbeda. DPT sangat
(11)
terkait dengan data kependudukan, jika data kependudukan benar dan up to date maka penetapan DPT tidak akan menuai masalah. Pemanfaatan teknologi informasi dalam rangka menyusun sistem informasi kependudukan yang akurat dan terpercaya perlu dioptimalkan. Jika kita membuat sebuah sistem informasi yang terintegrasi maka akan memungkinkan kita melakukan pengolahan data kependudukan secara cepat dan akurat.
Pada 2008 lalu, Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) yang digelar tanggal 16 April menuai banyak kritik terkait masalah DPT. Dalam Pilkada tersebut, ada anak balita yang terdaftar sebagai pemilih, ditemukan di kecamatan Deli Tua, termasuk Deli Serdang. Kemudian ada kasus pemilih terdaftar yang telah meninggal, serta besarnya jumlah penduduk yang tidak terdaftar sebagai pemilih, beberapa diantaranya adalah hampir 150 orang warga Deli Serdang (www.waspada.co.id). KPU pada saat itu menyatakan bahwa hal tersebut tidak sepenuhnya menjadi kesalahan mereka karena dalam penetapan DPT, mereka hanya dapat mengolah data kependudukan yang diserahkan oleh pemerintah daerah.
Pengalaman buruk mengenai DPT juga masih terjadi sampai pada saat ini. Pada Pilgubsu Maret 2013 lalu masih juga ditemukan adanya warga yang seharusnya memiliki hak untuk memilih tetapi tidak terdaftar sebagai pemilih dari kabupaten-kabupaten (www.sumutinfo.com), perbedaan jumlah pemilih pilgubsu dimana data dari BPS menyajikan sekitar 9 juta pemilih sedangkan data dari pemerintah provinsi Sumatera Utara menunjukkan adanya 11 juta pemilih yang memicu keraguan atas validitas DPT saat itu (http://harianandalas.com), masih tercantumnya warga yang telah berpindah domisili dalam daftar pemilih di lokasi asalnya, serta penetepan lokasi TPS yang tidak berbasis lingkungan terdekat dengan lokasi warga sebagai pemilik hak suara.
Penetapan DPT dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah diawali dengan penyerahan Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pilkada (DP-4) untuk diolah oleh KPU. Adapun yang bertanggung jawab dalam menyajikan DP-4
(12)
tersebut adalah pemerintah daerah melalui Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil di tingkat kabupaten. Oleh karena itu, Disdukcapil memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan kemutakhiran hasil penetapan DPT untuk pemilihan kepala daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten, melalui penyediaan data kependudukan yang tepat, akurat, terintegritas, serta mudah untuk diakses.
Administrasi kependudukan berdasarkan pada Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, pada hakikatnya berkewajiban memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum atas setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk indonesia yang berada di dalam dan/ atau di luar wilayah Indonesia. Perlindungan tersebut berupa pelayanan publik melalui penerbitan dokumen kependudukan seperti Nomor Induk Kependudukan (NIK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), dan akta-akta catatan sipil, termasuk Akta Kelahiran.
Upaya dalam menjaga ketepatan dan ketersediaan data-data tentang penduduk yang lengkap, akurat, serta mudah diakses merupakan hal yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Demi pencapaian yang lebih baik dalam usaha menciptakan tatanan administrasi di bidang kependudukan itu, pemanfaatan teknologi dalam sistem informasi menjadi pilihan yang tidak dapat ditawar-tawar. Oleh karena itu, dengan tujuan untuk peningkatan kualitas penyelenggaraan administrasi kependudukan dalam melakukan pengumpulan, pengolahan data penduduk yang berbasis teknologi informasi, Pemerintah Pusat dalam hal ini telah menyiapkan suatu sistem yang diberi nama “Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)“ yang secara hukum ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Administrasi Kependudukan.
Ditetapkannya Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) sebagai suatu kebijakan yang dipersiapkan untuk meningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan di bidang kependudukan tentu tidak akan secara
(13)
langsung dapat menjamin tercapainya ekspektasi-ekspektasi yang sebelumnya menjadi acuan dalam perencanaan penetapannya. Suatu kebijakan harus dikonversi menjadi kegiatan operasional untuk mencapai tujuannya. Dengan kata lain, tahap implementasi kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) pun memiliki peran yang begitu penting dalam menentukan tercapai atau tidak nya peningkatan kualitas pelayanan publik yang diharapkan.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis merasa tertarik ingin meneliti secara langsung bagaimana implementasi kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Deli Serdang secara langsung mengingat pentingnya data kependudukan yang akurat dalam pelaksanaan program-program pemerintah serta banyaknya masalah yang muncul akibat kekurangannya, dan mengangkatnya ke dalam penelitian yang berjudul Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang.
1. 2. Perumusan Masalah
Agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka penulis harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa ia melakukan penelitian (Arikunto, 1993:17). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pentingnya perumusan masalah adalah agar diketahui arah jalam suatu penelitian.
Berdasarkan penjelasan diatas maka di dalam melakukan penelitian ini penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut; Bagaimanakah Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang.
(14)
1. 3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui tentang proses Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang, dan secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang.
1. 4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan hasil penelitian yang dilakukan. Manfaat penelitian yang dimaksud dalam ini mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Bermanfaat mengembangkan kemampuan dalam penulisan karya ilmiah. 2. Bermanfaat menjadi kontribusi yang positif bagi kelanjutan implementasi
kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di masa-masa yang akan datang.
3. Secara akademis, sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi strata-1 di Depatemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
1. 5. Kerangka Teori 1.5.1. Kebijakan Publik
Kebijakan (policy) diberi arti yang bermacam-macam oleh berbagai pakar. Seperti Friedrick (dalam Winarno, 2002: 16) mendefenisikan kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukkan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan
(15)
dan mengatasi masalah dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran ataupun maksud tertentu.
Sedangkan menurut Anderson (dalam Nurcholis, 2007: 263) kebijakan adalah suatu tindakan yang mempunyai tujuan yang dilakukan seseorang pelaku atau sejumlah pelaku untuk memecahkan suatu masalah. Anderson mengklasifikasikan kebijakan (policy) menjadi dua: subtantif dan prosedural. Kebijakan subtantif yaitu apa yang harus dikerjakan, sedangkan kebijakan prosedural yaitu siapa dan bagaimana kebijakan tersebut diselenggarakan.
Kebijakan publik, menurut Anderson yang mengutip pernyataan dari Robert Eyestone (dalam Soenarko, 2003:42) adalah hubungan suatu lembaga pemerintah terhadap lingkungannya.
Mustopadidjaja (dalam Nurcholis, 2007: 263), menjelaskan bahwa istilah kebijakan lazim digunakan dalam kaitannya dengan tindakan atau kegiatan pemerintah serta perilaku negara pada umumnya dan kebijakan tersebut dituangkan dalam berbagai bentuk peraturan-peraturan.
Easton (dalam Tangkilisan, 2003A:2) memberikan pengertian kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.
Chandler dan Plano (dalam Tangkilisan, 2003A:1) menyatakan bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Kebijakan tersebut telah banyak membantu para pelaksana pada tingkat birokrasi pemerintah maupun para politisi untuk memecahkan masalah-masalah publik. Kemudian kebijakan publik akan disebut sebagai suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang
(16)
beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas.
Dengan mempertimbangkan berbagai pendapat ahli yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa kebijakan publik adalah segala bentuk tindakan dan kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai bentuk pengalokasian nilai-nilai kekuasaan, demi pencapaian suatu tujuan yang berorientasi pada pemecahan masalah-masalah publik dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, serta tertuang dalam bentuk aturan-aturan yang berlandaskan hukum.
1.5.2. Implementasi Kebijakan Publik
1.5.2.1. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik
Kata implementasi dalam Kamus Webster (dalam Wahab, 1991:50), secara etimologi, diadopsi dari kata “to implement” yang berarti “to provide means for carrying out; to give practical effect to”, yaitu menyajikan sarana untuk melaksanakan sesuatu; menimbulkan dampak/ berakibat sesuatu.
Patton dan Sawicki (dalam Tangkilisan, 2003B:78) bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Sehingga dengan mengorganisir, seorang eksekutif mampu mengatur secara efektif dan efisien sumber daya, unit-unit dan teknik yang dapat mendukung pelaksanaan program, serta melakukan interpretasi terhadap perencanaan yang dibuat, dan petunjuk yang dapat diikuti dengan mudah bagi realisasi program yang dilaksanakan.
Implementasi kebijakan merupakan peristiwa yang berhubungan dengan apa yang terjadi setelah suatu perundang-undangan ditetapkan dengan memberikan otoritas pada suatu kebijakan dengan membentuk out-put yang jelas
(17)
dan dapat diukur. Dengan demikian tugas implementasi kebijakan sebagai suatu penghubung yang memungkinkan tujuan-tujuan kebijakan mencapai hasil melalui aktivitas atau kegiatan dari program pemerintah. (Tangkilisan, 2003B:9)
Pressman dan Wildavsky (dalam Syaukani, Gaffar dan Rasyid, 2002: 295), merumuskan implementasi sebagai proses interaksi diantara perangkat tujuan dan tindakan yang mampu untuk meraihnya, serta serangkaian aktifitas langsung yang diarahkan untuk menjadikan program berjalan, dimana aktifitas tersebut mencakup:
a. Organisasi (Organization): pembentukan atau penataan kembali sumber daya, unit-unit serta metode untuk menjadikan program berjalan; b. Interpretasi (Interpretation); menafsirkan agar program menjadi rencana
dan pengarahan yang tepat untuk dapat diterima dan dilaksanakan; c. Penerapan (Application); ketentuan rutin dari pelayanan, pembayaran,
atau lainnya yang dapat disesuaikan dengan tujuan atau perlengkapan program”.
Mazmanian dan Sabatier (dalam Wahab, 1991: 51), mengatakan bahwa makna implementasi adalah apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.
Grindle (dalam Wahab, 1991: 45), berpendapat bahwa implementsi kebijakan sesungguhnya bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan. Oleh sebab itu tidak terlalu salah jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan.
(18)
Dari berbagai pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan adalah suatu tahap yang berlangsung setelah suatu kebijakan ditetapkan, di mana kebijakan dioperasionalisasikan dalam kegiatan-kegiatan yang terencana dan terorganisir, untuk dapat mencapai standar dan sasaran kebijakan, dengan memperhatikan lingkungan serta dampak di berbagai bentuk kegiatannya, sebagai bahan dalam perbaikan perencanaan kebijakan publik ke depannya.
1.5.2.2. Model Implementasi Kebijakan Publik
Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan publik, dikenal beberapa model implementasi kebijakan (Tangkilisan, 2003A:20), antara lain:
a. Model Gogin
Untuk mengimplementasikan kebijakan dengan model Gogin ini dapat mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal pada keseluruhan implementasi, yakni: 1) bentuk dan isi kebijakan, termasuk didalamnya kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi, 2) kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana maupun insentif lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif, dan 3) pengaruh lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristik, motivasi, kecenderungan hubungan antara warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya.
b. Model Grindle
Grindle menciptakan menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan kebijakan dan hasil-hasilnya, selanjutnya pada model ini hasil kebijakan yang dicapai akan dipengaruhi oleh isi kebijakan yang terdiri dari:
1). Kepentingan-kepentingan yang dipengaruhi 2). Tipe-tipe manfaat
(19)
3). Derajat perubahan yang diharapkan 4). Letak pengambilan keputusan 5). Pelaksanaan program
6). Sumber daya yang dilibatkan
Isi sebuah kebijakan akan menunjukkan posisi pengambilan keputusan oleh sejumlah besar pengambilan keputusan, sebaliknya ada kebijakan tertentu yang lainnya hanya ditentukan oleh sejumlah kecil unit pengambil kebijakan.
Pengaruh selanjutnya adalah konteks lingkungan yang terdiri dari: 1). Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat 2). Karakteristik lembaga penguasa
3). Kepatuhan dan daya tanggap
Karenanya setiap kebijakan perlu mempertimbangkan konteks atau lingkaran dimana tindakan administrasi dilakukan. Intensitas keterlibatan para perencana, politisi, pengusaha, kelompok sasaran dan para pelaksana kebijakan akan bercampur baur mempengaruhi efektifitas implementasi.
c. Model Van Meter dan Van Horn
Model implementasi kebijakan ini dipengaruhi oleh 6 faktor, yaitu:
1). Standar kebijakan dan sasaran yang menjelaskan rincian tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh
2). Sumber daya kebijakan berupa dana pendukung implementasi
3). Komunikasi inter organisasi dan kegiatan pengukuran digunakan oleh pelaksana untuk memakai tujuan yang hendak dicapai
4). Karakteristik pelaksana, artinya karakteristik organisasi merupakan faktor krusial yang menentukan berhasil tidaknya suatu program
(20)
5). Kondisi sosial ekonomi dan politik yang dapat mempengaruhi hasil kebijakan
6). Sikap pelaksanaan dalam memahami kebijakan yang akan ditetapkan Van Meter dan Van Horn (dalam Samodra, Yuyun dan Agus, 1994: 19) menegaskan bahwa pada dasarnya kinerja dari implementasi kebijakan adalah penilaian atas tingkat ketercapaian standar dan sasaran kebijakan tersebut.
d. Model Edward III
Menurut George C. Edward III (dalam Subarsono 2005:90) ada empat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan implementasi suatu kebijakan, yaitu faktor komunikasi, sumber daya, struktur birokrasi, dan disposisi.
1) Struktur Birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya rincian tugas dan prosedur pelayanan yang telah disusun oleh organisasi. Rincian tugas dan prosedur pelayanan menjadi pedoman bagi implementor dalam bertindak. Selain itu struktur organisasi yang terlalu penjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Dan pada akhirnya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.
2) Komunikasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya rincian tugas dan prosedur pelayanan yang telah disusun oleh organisasi. Rincian tugas dan prosedur pelayanan menjadi pedoman bagi implementor dalam bertindak. Selain itu struktur organisasi yang terlalu penjang akan cenderung
(21)
melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Dan pada akhirnya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.
Persyaratan pertama bagi implementasi kebijakan yang efektif adalah bahwa mereka yang melaksanakan keputusan harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Keputusan-keputusan kebijakan dan perintah-perintah harus diteruskan kepada personil yang tepat sebelum keputusan dan perintah-perintah tersebut dapat diikuti. Tentu saja, komunikasi harus akurat dan harus dimengeti dengan cermat. Secara umum Edwards membahas tiga indikator penting dalam proses komunikasi kebijakan yakni:
1. Transmisi. Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali terjadi masalah dalam penyaluran komunikasi yaitu adanya salah pengertian (miskomunikasi) yang disebabkan banyaknya tingkatan birokrasi yang harus dilalui dalam proses komunikasi, sehingga apa yang diharapkan terdirtorsi di tengah jalan.
2. Kejelasan. Komunikasi yang diterima oleh pelaksana kebijakan
(street-level-bureaucrats) harus jelas dan tidak membingungkan
atau tidak ambigu/mendua.
3. Konsistensi. Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan. Jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.
3) Sumber Daya
Sumber daya adalah faktor paling penting dalam implementasi kebijakan agar efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumber daya financial. Tanpa adanya sumber daya, kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja.
(22)
Menurut Edward III (dalam Tangkilisan, 2003B:66), sumberdaya merupakan hal penting dalam implementasi kebijakan yang baik. Indikator-indikator yang digunakan untuk melihat sejauh mana sumberdaya mempengaruhi implementasi kebijakan terdiri dari:
1. Staf. Sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf atau pegawai (street-level bureaucrats). Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan, salah-satunya disebabkan oleh staf/pegawai yang tidak cukup memadai, mencukupi, ataupun tidak kompeten dalam bidangnya. Penambahan jumlah staf dan implementor saja tidak cukup menyelesaikan persoalan implementasi kebijakan, tetapi diperlukan sebuah kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan (kompeten dan kapabel) dalam mengimplementasikan kebijakan.
2. Informasi. Dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk yaitu: pertama, informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan. Kedua, informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan.
3. Fasilitas. Fasilitas fisik merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin mempunyai staf yang mencukupi, kapabel dan kompeten, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil. 4) Disposisi (Kecenderungan atau Tingkah Laku)
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor seperti komitmen, kejujuran dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implemetor memiliki sifat atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses
(23)
implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif. Faktor-faktor yang menjadi perhatian Edward III (dalam Tangkilisan, 2003B:127) mengenai disposisi dalam implementasi kebijakan terdiri dari:
1. Pengangkatan birokrasi. Sikap pelaksana akan menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila personel yang ada tidak melaksanakan kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat yang lebih atas. Karena itu, pengangkatan dan pemilihan personel pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khusus lagi pada kepentingan warga masyarakat.
2. Insentif merupakan salah-satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah sikap para pelaksana kebijakan dengan memanipulasi insentif. Pada dasarnya orang bergerak berdasarkan kepentingan dirinya sendiri, maka memanipulasi insentif oleh para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan menjadi faktor pendorong yang membuat para pelaksana menjalankan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi kepentingan pribadi atau organisasi.
1.5.3. Sistem Informasi 1.5.3.1Sistem
Secara sederhana suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi saling tergantung satu sama lain dan terpadu (Kumorotomo, 1994:8). Beberapa pendapat mengatakan hal yang sama bahwa suatu sistem adalah seperangkat bagian yang saling tergantung.
(24)
Scott (dalam Anwar 2004:5) menyatakan bahwa sistem memiliki empat ciri pokok, yakni; 1) sistem itu beroperasi dalam suatu lingkungan, 2) terdiri atas unsur-unsur, 3) ditandai dengan hubungan yang saling ketergantungan, dan 4) mempunyai satu fungsi atau tujuan yang sama.
Jadi, suatu sistem meliputi bagian-bagian atau subsistem-subsistem yang berinteraksi secara harmonis untuk mencapai tujuan tertentu. Unsur-unsur yang mewakili sistem secara umum adalah masukan (input), pengolahan (processing) dan keluaran (output). Disamping itu, suatu sistem senantiasa tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya. Maka umpan balik (feed -back) dapat berasal dari output tetapi dapat juga dari lingkungan sistem yang dimaksud. Organisasi dipandang sebagai suatu sistem yang tentunya akan memiliki semua unsur ini.
1.5.3.2Informasi
Grudnitski (dalam Anwar, 2004:28) mengemukakan bahwa informasi adalah data yang telah diletakkan dalam konteks yang lebih berarti dan berguna, yang dapat dikomunikasikan pada penerima untuk digunakan dalam pembuatan keputusan. Sedangkan Davis (dalam Anwar, 2004:28) mengartikan informasi sebagai data yang telah diolah ke dalam suatu bentuk yang berguna bagi penerimanya dan nyata atau berupa nilai yang dapat dipahami dalam keputusan sekarang maupun masa depan.
Burch dan Grudnitski (dalam Kumorotomo, 1994, 11) menyebutkan adanya tiga pilar utama yang menentukan kualitas informasi, yaitu: akurasi, ketepatan waktu dan relevansi. Syarat-syarat tentang informasi yang lebih baik yang lebih lengkap diuraikan oleh Parker (dalam Kumorotomo, 1994, 11). Berikut ini adalah syarat-syarat yang dimaksud:
a. Ketersediaan
Syarat yang mendasar bagi suatu informasi adalah tersedianya informasi itu sendiri. Informasi harus dapat diperoleh bagi orang yang hendak memanfaatkannya.
(25)
b. Mudah dipahami
Informasi harus memudahkan pembuat keputusan, baik yang menyangkut pekerjaan rutin maupun keputusan-keputusan yang bersifat strategis. Informasi yang rumit dan berbelit-belit hanya akan membuat kurang efektifnya keputusan manajemen.
c. Relevansi
Informasi yang diperlukan benar-benar relevan dengan permasalahan, misi dan tujuan organisasi.
d. Bermanfaat
Sebagai konsekuensi dari syarat relevansi, informasi juga harus bermanfaat bagi organisasi. Karena itu informasi juga harus dapat tersaji ke dalam bentuk-bentuk yang memungkinkan pemanfaatan oleh organisasi yang bersangkutan.
e. Ketepatan waktu
Informasi harus tersedia tepat pada waktunya. Terutama pada saat organisasi membutuhkan informasi ketika menejer hendak membuat keputusan-keputusan krusial.
f. Keandalan
Informasi harus diperoleh dari sumber-sumber yang dapat diandalkan kebenarannya. Pengolah data atau pemberi informasi harus dapat menjamin tingkat kepercayaan yang tinggi atas informasi yang disajikannya.
g. Akurasi
Informasi bersih dari kesalahan dan kekeliruan. Ini juga berarti informasi harus jelas secara akurat mencerminkan makna yang terkandung dari data pendukungnya.
h. Konsisten
Informasi tidak boleh mengandung kontradiksi didalam penyajian karena konsistensi merupakan syarat penting bagi dasar pengambilan keputusan. Tampak bahwa ada berbagai macam syarat yang harus di penuhi bagi informasi untuk kepentingan pengambilan keputusan. Pengolah data atau
(26)
penyedia informasi harus memperhitungkan segi-segi waktu penyajian, isi, format maupun segi-segi lain dari informasi tersebut. Ini dapat di pahami karena di dalam organisasi modern, kualitas informasi yang dipergunakan dalam manajemen itulah yang akan menentukan efisiensi dan efektifitas organisasi yang bersangkutan.
1.5.4. Administrasi Kependudukan
Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain (UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan).
Dengan demikian, administrasi kependudukan merupakan hal yang sangat penting untuk dilaksanakan mulai dari satuan pemerintahan terkecil seperti desa/ kelurahan hingga pada skala nasional. Pengelolaan Administrasi kependudukan memiliki fungsi strategis sebagai dukungan informasi tentang kependudukan bagi pembuatan kebijakan dalam rangka pelayanan publik serta kepentingan warga untuk mengakses informasi hasil administrasi kependudukan tersebut.
1.5.5. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) adalah kebijakan pemerintah yang ditetapkan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan pemerintah terutama di bidang administrasi kependudukan. Informasi administrasi kependudukan memiliki nilai strategis bagi penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, sehingga perlu pengelolaan informasi administrasi kependudukan secara terkoordinasi dan berkesinambungan. Untuk menjamin akuntabilitas pelayanan kepada masyarakat di bidang
(27)
kependudukan, perlu menetapkan kebijakan dan sistem informasi administrasi kependudukan secara nasional.
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan adalah software Pemerintahan yang berguna untuk menunjang kinerja Pemerintah dalam mendata data-data kependudukan pada setiap tingkatan wilayah pemerintahan mulai dari tingkatan yang tertinggi sampai tingkatan yang paling rendah. Di dalam Keppres RI No. 88 Tahun 2004 dikemukakan bahwa Sistem Informasi Administrasi Kependudukan adalah sistem informasi nasional yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan di setiap tingkatan wilayah administrasi pemerintahan (pasal 1 ayat 3). Adapun tujuan diselenggarkannya Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) adalah sebagai berikut:
a.Peningkatan kualitas pelayanan kualitas penduduk dan pencatatan sipil b.Penyediaan data untuk perencanaan pembangunan dan pemerintahan
c.Penyelenggaraan pertukaran data secara tersistem dalam rangka verifikasi data individu dalam pelayanan publik
Penyelenggaraan pengumpulan dan pengolahan data kependudukan dilaksanakan mulai dari tingkatan propinsi, kabupaten/kota, kecamatan atau kelurahan. Dalam rangka penyelenggaraan pengumpulan dan pengolahan data kependudukan tersebut maka dibangun fasilitas pada kabupaten/kota, kecamatan atau kelurahan untuk melakukan pengumpulan, pengolahan dan pemutakhiran data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil untuk penerbitan dokumen penduduk, serta penyajian informasi kependudukan.
1.5.6. Definisi Konsep
Konsep adalah suatu hasil pemaknaan dalam intelektual manusia yang memang merujuk ke gejala nyata kedalam empirik. Konsep adalah sarana merujuk
(28)
kedua empiris, dan bukan merupakan refleksi sempurna (mutlak) dunia empiris bahkan konsep bukanlah dunia empiris itu sendiri.
Untuk memberikan batasan yang jelas tentang penelitian yang akan dilakukan, maka penulis mendefenisikan konsep – konsep yang digunakan sebagai berikut:
a. Implementasi kebijakan adalah penerapan dari keputusan yang telah dibuat oleh pemerintah, yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijakan sebelumnya dengan masyarakat sebagai objeknya. Implementasi kebijakan dapat diamati dengan menggunakan faktor-faktor sebagai berikut:
i. Struktur birokrasi pelaksana kebijakan, dengan melihat SOP organisasi.
ii. Komunikasi dalam organisasi mencakup transmisi perintah, kejelasan perintah, serta konsistensi perintah.
iii. Sumber daya, meliputi keadaan staf, informasi, serta fasilitas di organisasi pelaksana kebijakan.
iv. Sikap pelaksana kebijakan, dengan melihat bagaimana pengangkatan pegawai serta perihal insentif dalam organisasi pelaksana kebijakan. b. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) adalah kebijakan baru
pemerintah dalam bidang kependudukan dan ditujukan untuk memudahkan pelayanan kepada masyarakat.
c. Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) merupakan tindakan yang diambil pemerintah untuk mencapai tujuan dalam menata sistem administrasi kependudukan sehingga tercapai tertib administrasi di bidang kependudukan dan juga membantu bagi petugas dijajaran Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam menyelenggarakan layanan kependudukan.
(29)
1.5.7. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan
Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.
Bab II : Metode Penelitian
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
Bab III: Deskripsi Lokasi Penelitian
Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian.
Bab IV: Penyajian Data
Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisa, serta memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan pada bab sebelumnya.
Bab V : Analisa Data
Bab ini berisi analisa dari hasil di lapangan dan dokumentasi. Bab VI: Penutup
Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang telah dilakukan.
(30)
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1. Bentuk Penelitian
Di dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menguraikan bagaimana implementasi kebijakan Sistem Informasi Adminstrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Metode deskriptif memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat (Nawawi, 1990:64). Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk memberi kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dilapangan. Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas,
2.2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Lokasi dari kantor tersebut berada di jalan Karya Usaha Nomor 2 Lubukpakam, Deli Serdang.
(31)
2.3. Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel (Bagong Suyanto, 2005:171). Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara tidak sengaja. Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan, atau data-data yang dapat membantu dalam memahami persoalan atau permasalahan tersebut.
Informan penelitian (Bagong Suyanto, 2005:172) meliputi beberapa macam, yaitu: 1) informan kunci merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, 2) informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, dan 3) informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan kunci dan informan utama yaitu sebagai berikut:
1. Informan kunci (key informan) adalah Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang.
2. Sedangkan informan utama adalah Kepala Seksi Registrasi Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Deli Serdang.
3. Yang menjadi informan tambahan adalah pegawai operasional di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang, dan masyarakat yang datang ke lokasi penelitian.
(32)
2.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua macam data menurut klasifikasi jenis dan sumbernya yaitu:
1. Teknik pengumpulan data primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode wawancara, yaitu cara mendapatkan informasi dengan bertanya langsung kepada responden/ informan (Singarimbun, 1995: 192). Selain itu, pengumpulan data primer dilakukan melalui metode observasi, yaitu dengan cara mengamati secara langsung fenomena yang terjadi di lokasi penelitian.
2. Teknik pengumpulan data sekunder:
a. Penelitian kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi melalui literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel dan makalah yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti serta analisis peraturan daerah.
b. Studi dokumentasi yaitu dengan cara memperoleh data melalui pengkajian dan penelaahan terhadap catatan penulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah-masalah yang diteliti.
2.5. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa kualitatif, yakni dengan menyajikan data yang diperoleh dari lapangan dari para informan lalu dilakukan analisis terhadap permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya dengan metode analisa deskriptif. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisa berdasarkan kemampuan daya nalar peneliti dalam menghubungkan fakta-fakta, data dan informasi sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti, serta jawaban atas pertanyaan penelitian atau perumusan masalah kemudian diambil kesimpulan dari penelitian tersebut.
(33)
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1. Gambaran Umum Wilayah
Kabupaten Deli Serdang dikenal sebagai salah satu daerah dari 25 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang memiliki keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan. Dulu wilayah ini disebut Kabupaten Deli dan Serdang, dan pemerintahannya berpusat di Kota Medan. Memang dalam sejarahnya, sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, wilayah ini terdiri dari dua pemerintahan yang berbentuk kerajaan (kesultanan) yaitu Kesultanan Deli berpusat di Kota Medan, dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan.
Dulu daerah ini mengelilingi tiga “daerah kota madya” yaitu kota Medan yang menjadi ibukota Provinsi Sumatera Utara, kota Binjai dan kota Tebing Tinggi disamping berbatasan dengan beberapa Kabupaten yaitu Langkat, Karo, dan Simalungun, dengan total luas daerah 6.400 Km2 terdiri dari 33 Kecamatan dan 902 Kampung. Daerah ini, sejak terbentuk sebagai kabupaten sampai dengan tahun tujuh puluhan mengalami beberapa kali perubahan luas wilayahnya, karena kota Medan, Tebing Tinggi dan Binjai yang berada didaerah perbatasan pada beberapa waktu yang lalu meminta/mengadakan perluasan daerah, sehingga luasnya berkurang menjadi 4.397,94 Km2.
Diawal pemerintahannya Kota Medan menjadi pusat pemerintahannya, karena memang dalam sejarahnya sebagian besar wilayah kota Medan adalah “tanah Deli” yang merupakan daerah Kabupaten Deli Serdang. Sekitar tahun 1980-an, pemerintahan daerah ini pindah ke Lubuk Pakam, sebuah kota kecil yang terletak di pinggir jalan lintas Sumatera lebih kurang 30 kilometer dari Kota Medan yang telah ditetapkan menjadi ibukota Kabupaten Deli Serdang.
(34)
Tahun 2004 kabupaten ini kembali mengalami perubahan baik secara geografi maupun Administrasi Pemerintahan, setelah adanya pemekaran daerah dengan lahirnya, kabupaten baru Serdang Bedagai sesuai dengan UU. No. 36 Tahun 2003, sehingga berbagai potensi daerah yang dimiliki ikut berpengaruh. Dengan terjadinya pemekaran daerah, maka Luas wilayahnya sekarang menjadi 2.497,72 Km2 terdiri dari 22 kecamatan dan 403 desa/kelurahan, yang terhampar mencapai 3.34 persen dari luas Sumatera Utara.
Kabupaten Deli Serdang dihuni penduduk yang terdiri dari berbagai suku bangsa seperti Melayu, Karo, Simalungun, Jawa, Batak, Minang, Cina, Aceh dan pemeluk berbagai agama seperti Islam, Kristen, Hindu dan Budha, dengan total jumlah penduduk berjumlah 1.686.366 jiwa dengan Laju Pertumbuhan Penduduknya (LPP) sebesar 2,74 persen dengan kepadatan rata-rata 616 jiwa perkilometer persegi.
Dalam gerak pembangunannya, motto Kabupaten Deli Serdang yang tercantum dalam Lambang Daerahnya adalah “Bhinneka Perkasa Jaya” yang memiliki makna; dengan masyarakatnya yang beraneka ragam suku, agama, ras dan golongan bersatu dalam kebhinnekaan secara kekeluargaan dan gotong royong membangun semangat kebersamaan, menggali dan mengembangkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya sehingga menjadi kekuatan dan keperkasaan untuk mengantarkan masyarakat kepada kesejahteraan dan kejayaan sepanjang masa.
3.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Deli Serdang
Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, Kabupaten Deli Serdang yang dikenal sekarang ini merupakan dua pemerintahan yang berbentuk Kerajaan (Kesultanan) yaitu Kesultanan Deli yang berpusat di Kota Medan, dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan (± 38 Km dari Kota Medan menuju Kota Tebing Tinggi).
(35)
Dalam masa pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS), keadaan Sumatera Timur mengalami pergolakan yang dilakukan oleh rakyat secara spontan menuntut agar NST (Negara Sumatera Timur) yang dianggap sebagai prakarsa Van Mook (Belanda) dibubarkan dan wilayah Sumatera Timur kembali masuk Negara Republik Indonesia. Para pendukung NST membentuk Permusyawaratan Rakyat se-Sumatera Timur menentang Kongres Rakyat Sumatera Timur yang dibentuk oleh Front Nasional.
Negara-negara bagian dan daerah-daerah istimewa lain di Indonesia kemudian bergabung dengan NRI, sedangkan Negara Indonesia Timur (NIT) dan Negara Sumatera Timur (NST) tdak bersedia. Akhirnya Pemerintah NRI meminta kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) untuk mencari kata sepakat dan mendapat mandat penuh dari NST dan NIT untuk bermusyawarah dengan NRI tentang pembentukan Negara Kesatuan dengan hasil antara lain Undang-Undang Dasar Sementara Kesatuan yang berasal dari UUD RIS diubah sehingga sesuai dengan Undang Dasar 1945.
Atas dasar tersebut terbentuklah Kabupaten Deli Serdang seperti tercatat dalam sejarah bahwa Sumatera Timur dibagi atas 5 (lima) Afdeling, salah satu diantaranya Deli en Serdang, Afdeling ini dipimpin seorang Asisten Residen beribukota Medan serta terbagi atas 4 (empat) Onder Afdeling yaitu Beneden Deli beribukota Medan, Bovan Deli beribukota Pancur Batu, Serdang beribukota Lubuk Pakam, Padang Bedagai beribukota Tebing Tinggi dan masing-masing dipimpin oleh Kontelir.
Selanjutnya dengan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Timur tanggal 19 April 1946, Keresidenan Sumatera Timur dibagi menjadi 6 (enam). Kabupaten ini terdiri atas 6 (enam) Kewedanaan yaitu Deli Hulu, Deli Hilir, Serdang Hulu, Serdang Hilir, Bedagei / Kota Tebing Tinggi pada waktu itu ibukota berkedudukan di Perbaungan. Kemudian dengan Besluit Wali Negara
(36)
tanggal 21 Desember 1949 wilayah tersebut adalah Deli Serdang dengan ibukota Medan meliputi Lubuk Pakam, Deli Hilir, Deli Hulu, Serdang, Padang dan Bedagei.
Pada tanggal 14 November 1956. Kabupaten Deli dan Serdang ditetapkan menjadi Daerah Otonom dan namanya berubah menjadi Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948 yaitu Undang-Undang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1956. Untuk merealisasikannya dibentuklah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Dewan Pertimbangan Daerah ( DPD).
Tahun demi tahun berlalu setelah melalui berbagai usaha penelitian dan seminar-seminar oleh para pakar sejarah dan pejabat Pemerintah Daerah Tingkat II Deli Serdang pada waktu itu (sekarang Pemerintah Kabupaten Deli Serdang), akhirnya disepakati dan ditetapkanlah bahwa Hari Jadi Kabupaten Deli Serdang adalah tanggal 1 Juli 1946.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1984, ibukota Kabupaten Deli Serdang dipindahkan dari Kota Medan ke Lubuk Pakam dengan lokasi perkantoran di Tanjung Garbus yang diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara tanggal 23 Desember 1986. Demikian pula pergantian pimpinan di daerah inipun telah terjadi beberapa kali. Tercatat dalam sejarah bahwa bupati pertama di Kabupaten Deli Serdang adalah Moenar S. Hamidjojo, kemudian Sampoerno Kolopaking, setelah itu Wan Oemaroeddin Barus (1 Februari 1951 s.d 1 April 1958), Abdullah Eteng (1 April 1958 s.d 11 Januari 1963), Abdul Kadir Kendal Keliat (11 Januari 1963 s.d 11 November 1970), Haji Baharoeddin Siregar (11 November 1970 s.d 17 April 1978), Abdul Muis Lubis (17 April 1978 s.d 3 Maret 1979), H. Tenteng Ginting (3 Maret 1979 s.d 3 Maret 1984), H. Wasiman (3 Maret 1984 s.d 3 Maret 1989), H. Ruslan Mansur (3 Maret 1989 s.d 1994), H. Maymaran NS (3 Maret 1994 s.d 3 Maret 1999), Drs.H. Abdul Hafid, MBA (3 Maret 1999 s.d 7 April 2004), dan sejak tahun 2004 (periode 2004 s.d 2013) dijabat oleh Drs. H. Amri Tambunan.
(37)
Perjalanan penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Deli Serdang, tercatat beberapa bupati didampingi oleh seorang wakil bupati. Pada pertengahan periode kepemimpinan (1997) H. Maymaran. MS, beliau didampingi oleh seorang Wakil Bupati Drs. H. Rayo Usman Harahap, sesuai dengan Surat Keputusan Mendagri Nomor 132.22-141 tanggal 24 Februari 1977. Jabatan wakil bupati berlanjut dijabat oleh Drs. H. Rayo Usman Harahap pada periode Drs. H. Abdul Hafid, MBA. sampai dengan tahun 2002. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, jabatan wakil bupati merupakan satu paket dengan bupati yang dipilih oleh anggota legislatif. Tahun 2003, Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang, terpilih Drs. H. Amri Tambunan yang berdampingan dengan Drs. Yusuf Sembiring, MBA., MM. sebagai wakil bupati untuk periode 2004 sampai dengan 2009, dan dengan H. Zainudin Mars sebagai wakil bupati untuk periode 2004 sampai dengan 2013.
3.1.2 Kondisi Wilayah Deli Serdang
Kabupaten Deli Serdang secara geografis terletak di antara 2057’ – 3016’ Lintang Utara dan antara 98033’ – 9907’ Bujur Timur, merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.497,72 Km2 dari luas Provinsi Sumatera Utara, dengan batas-batas Selat Sumatera di sebelah Utara, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat.
Wilayah Kabupaten Deli Serdang terdapat 5 (lima) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Belawan, DAS Deli, DAS Belumai, DAS Percut, dan DAS Ular, dengan luas areal 378.841 HA, yang kesemuanya bermuara ke Selat Malaka dengan hulunya berada di Kabupaten Simalungun, dan Karo. Pada umumnya sub DAS ini dimanfaatkan untuk mengairi areal persawahan sebagai upaya peningkatan produksi pertanian.
(38)
Tabel 2: Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli Serdang No. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Sub DAS Luas Areal
(Ha) Keterangan
1. Belawan a. Belawan Hulu b. Belawan hilir c. Karang gading
76.003 Sebahagian melintasi wilayah Kota Medan dan
Kabupaten Langkat
2. Deli a. Deli
b. Babura c. Bekala
d. Sei Sikambing e. Paluh Besar
48.162 Sebahagian melintasi wilayah Kota Medan
3. Percut a. Percut hulu b. Percut hilir
51.420
4. Belumei a. Belumai b. Serdang
75.460
5. Ular a. Bah Karai b. Buaya c. Ular d. Karang e. Perbaungan
127.796 Sebahagian melintasi wilayah Kabupaten Serdang Bedagai
Sumber: www.deliserdangkab.go.id tahun 2013
Kemudian bila dilihat iklimnya, maka iklim daerah-daerah di Kabupaten Deli Serdang memiliki variasi sesuai dengan perbedaan geografis, topografis dan ketinggian dari permukaan laut, yaitu dari iklim subtropis hingga iklim peralihan
(39)
antara subtropis dan tropis. Dimana pada ketinggian 0-500 meter dari permukaan laut, Kabupaten Deli Serdang beriklim peralihan antara subtropis dan tropis, sedangkan untuk ketinggian lebih dari 1.000 meter dari permukaan laut beriklim subtropis.
3.2. Visi dan Misi Kabupaten Deli Serdang
Dalam upaya lebih memberikan arah pembangunan yang dicita-citakan di Kabupaten Deli Serdang, Visi Pembangunan yang ditetapkan pada periode 2009-2014 adalah: “Deli Serdang yang maju dengan masyarakatnya yang religius, sejahtera, bersatu dalam kebhinnekaan melalui pemerataan pembangunan, pemanfaatan sumber daya yang adil, dan penegakan hukum yang ditopang oleh tata pemerintahan yang baik“
Untuk mencapai Visi Pembangunan Deli Serdang tersebut, disusun 4 (empat) Misi Pembangunan yang harus di emban yaitu:
1. Mendorong pembangunan yang menjamin pemerataan yang seluas-luasnya didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, infrastruktur yang maju, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembangunan yang berwawasan lingkungan, serta didukung oleh kondisi yang kondusif.
2. Mendorong pembangunan akhlaq mulia generasi muda, saling menghormati, rukun dan damai, tidak diskriminatif, mengabdi pada kepentingan masyarakat luas, dan menghormati hak azasi manusia.
3. Mendorong pembangunan yang merata, pemanfaatan sumber daya yang adil guna mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat, rasa aman dan damai, mampu menampung aspirasi masyarakat yang dinamis, menegakkan persatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan dengan ditopang oleh tata pemerintahan yang baik.
(40)
4. Mendorong tercapainya supremasi hukum dan masyarakat yang taat hukum, menghilangkan praktek diskriminasi hukum, mendorong pembangunan sistem yang akuntabel, transparan, profesional, dan mampu menjalankan fungsinya sebagai fasilitator bagi semua stakeholdernya.
3.3. Gambaran Umum Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Deli Serdang
3.3.1. Visi dan Misi
Visi:
“Terwujudnya pelayanan yang prima kepada masyarakat di bidang administrasi kependudukan melalui aparatur pemerintah yang professional”.
Misi:
1. Mewujudkan penyusunan rencana dan program kegiatan pelayanan administrasi perkantoran.
2. Mewujudkan penyusunan rencana dan program kegiatan pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil dalam rangka system informasi administrasi kependudukan (SIAK).
3. Meningkatkan sumber daya aparatur yang berkualitas
4. Menerapkan sistem dan mekanisme pelayanan secara transparan 5. Meningkatkan sarana dan prasarana
3.3.2. Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang nomor 5 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang bahwa Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Deli Serdang adalah instansi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati Deli Serdang.
(41)
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Deli Serdang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas (Eselon II B), yang dibantu oleh 1 orang Sekretaris pejabat struktural (Eselon III A) dan 4 Kepala Bidang pejabat struktural (Eselon III B) yaitu:
1. Sekretaris yang membawahi 3 sub bagian, yaitu: a. Sub Bagian Umum
b. Sub Bagian Keuangan c. Sub Bagian Program
2. Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk, membawahi: a. Seksi Registrasi Kependudukan
b. Seksi Kartu Keluarga dan Kartu Penduduk c. Seksi Mutasi dan Perpindahan Penduduk 3. Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil, membawahi:
a. Seksi Kelahiran dan Kematian
b. Seksi Perkawinan, Perceraian, dan Pengesahan Anak c. Seksi Perubahan Nama, Status, dan Kewarganegaraan 4. Bidang Penyuluhan dan Data, membawahi:
a. Seksi Dokumentasi dan Legalitas b. Seksi Penyuluhan
c. Seksi Data dan Statistik
5. Bidang Pengawasan dan Pengendalian, membawahi: a. Seksi Pengawasan Izin Tinggal Orang Asing b. Seksi Penertiban Identitas Kependudukan
(42)
3.3.3. Bagan Organisasi
Bagan 1: Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun 2013
Kepala Dinas
Sekretaris SubBag Program SubBag Keuangan SubBag Umum Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk Bidang Penyuluhan dan Data Bidang Pengawasan dan Pengendalian Seksi Regristasi Kependudukan Seksi Kartu Keluarga dan Kartu Penduduk Seksi Kartu Keluarga dan Kartu PendudukU P T D Seksi Kelahiran dan Kematian Seksi Perkawinan, Perceraian dan Pengesahan Anak Seksi Perubahan Nama, Status dan Kewarganegaraan Seksi Dokumentasi dan Legalitas Seksi Penyuluhan
Seksi Data dan Statistik
Seksi Pengawasan Izin Tinggal Orang
Asing Seksi Penertiban Identitas Kependudukan Seksi Penyidikan Pelanggaran Administrasi Kependudukan
(43)
BAB IV PENYAJIAN DATA
Setelah melakukan penelitian dan pengumpulan data di lapangan melalui wawancara, dan observasi atau pengamatan secara langsung, maka diperoleh data dari informan penelitian dalam kaitannya dengan Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang.
Adapun data-data yang disajikan terdiri dari dua bagian, yaitu data identitas informan dan data penelitian. Penyajian data mengenai karakteristik informan adalah untuk mengetahui spesifikasi (ciri-ciri khusus) yang dimiliki oleh informan yaitu meliputi jenis kelamin, dan pendidikan terakhir, serta pekerjaan/ jabatan. Sedangkan penyajian data penelitian adalah data-data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian.
1. 6. Identitas Informan
Informan yang ditentukan dalam penelitian ini adalah beberapa pegawai di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dan beberapa masyarakat yang datang ke Dinas terkait. Adapun karakter informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3: Karakter Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentasi
1 Laki-laki 4 66,6%
2 Perempuan 2 23,4%
Jumlah 6 100%
(44)
Dari tabel di atas dapat dilihat identitas informan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki 4 orang, dan perempuan 2 orang.
Tabel 4: Karakter Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentasi
1 SD - -
2 SMP - -
3 SMA 1 16,6%
4 Diploma/ Sarjana 5 83,4%
Jumlah 6 100%
Sumber: Wawancara 2013
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa identitas informan berdasarkan pendidikan terakhir yaitu tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) tidak ada, sedangkan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 1 orang dan pada tingkat Diploma dan Sarjana sebanyak 5 orang.
1. 7. Data Penelitian
Pada bab ini penulis akan menyajikan deskripsi data yang diperoleh melalui penelitian di lapangan melalui metode-metode pengumpulan data yang disebutkan pada bab terdahulu, yakni observasi dan wawancara. Demikian juga halnya, permasalahan utama yang hendak dijawab dalam bab ini adalah bagaimana implementasi kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Deli Serdang.
Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan secara mendalam, penulis pertama-tama mengawalinya dengan
(45)
mengumpulkan berbagai dokumen dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang, dan kemudian melakukan sejumlah wawancara yang berhubungan dengan permasalahan penelitian skripsi ini.
Berikut ini akan disajikan hasil penelitian di lapangan, penelaahan dokumen-dokumen dari instansi terkait dan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa informan, yang disusun berdasarkan penggunaan indikator implementasi kebijakan yang digunakan dalam penelitian ini.
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa implementasi kebijakan adalah penerapan dari keputusan yang telah dibuat oleh pemerintah, yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijakan sebelumnya dengan masyarakat sebagai objeknya. Oleh karena itu, penulis melakukan wawancara tentang pemahaman implementasi kebijakan SIAK dengan hasil sebagai berikut:
Pemahaman SIAK oleh Bapak Drs. M.A. Yusuf Siregar M.AP selaku Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Deli Serdang;
“Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) merupakan sebuah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan ditujukan untuk mengatasi semua masalah-masalah dibidang kependudukan, hingga terciptalah suatu suasana tertib administrasi. SIAK ini sendiri diharapkan dapat membantu untuk mengadakan pemetaan kependudukan yang rapi, sehingga juga nantinya dapat membantu jajaran pemerintah didalam pekerjaan lainnya.”
Berikut pernyataan Bapak Drs. M.A. Yusuf Siregar M.AP mengenai landasan hukum yang digunakan dalam pelaksanaan SIAK di Deli Serdang;
“Pada dasarnya SIAK ini sendiri diadakan karena adanya Undang-undang No. 23 tahun 2006 yang mengatur tentang administrasi kendudukan. Kemudian pelaksanaan SIAK dipertegas lewat Undang-Undang No. 37 tahun 2007 tentang pelaksanaan administrasi
(46)
kependudukan. Dan untuk kabupaten Deli Serdang sendiri SIAK di laksanakan dengan menggunakan Perda Deli Serdang No. 5 tahun 2006, yang menjadi pedoman penyelenggaraan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil di Deli Serdang.”
Untuk mendapat gambaran yang lebih mendalam mengenai implementasi kebijakan SIAK di Deli Serdang, peneliti mengumpulkan data-data penelitian berdasarkan indikator-indikator yang telah disebutkan sebelumnya dan dipaparkan sebagai berikut:
4.2.1. Struktur Birokrasi Pelaksana Kebijakan
Struktur birokrasi pelaksana kebijakan diukur dengan melihat rincian tugas dan prosedur yang ditetapkan untuk pelaksanaan tugas pegawai di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Berikut adalah data-data yang dikumpulkan terkait rincian tugas dan prosedur pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil:
Rincian Tugas Pejabat Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dikutip dari Rencana Strategis Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang periode 2009-2014:
I. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil:
• Mendisposisi surat-surat kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya
• Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan untuk kelancaran pelaksanaan tugas
• Menyusun kebijakan teknis di bidang kependudukan dan catatan sipil
• Merumuskan kebijakan teknis di bidang kependudukan dan catatan sipil
(47)
• Menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kependudukan dan catatan sipil
• Melakukan pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kependudukan dan catatan sipil
• Melakukan pengelolaan administrasi umum yang meliputi kesekretariatan, program, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan organisasi di bidang kependudukan dan catatan sipil
• Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah-langkah yang perlu di ambil dengan ketentuan yang berlaku
• Menyusun laporan sesuai hasil yang telah dicapai sesuai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
• Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian sebagai bahan penilaian DP-3 bawahan
• Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan II. Sekretaris Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil:
• Menerima petunjuk dan arahan sesuai disposisi atasan
• Memberi petunjuk, membagi tugas dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan tertib
• Mengkoordinasikan penyusunan program dan penyelenggaraan tugas-tugas bidang secara terpadu dan tugas pelayanan administratif
• Melaksanakan pengelolaan administrasi umum, kepegawaian, perlengkapan, program, dan administrasi keuangan
• Merencanakan penyusunan kebutuhan barang dan kelengkapan kantor
• Melaksanakan pengelolaan surat menyurat, arsip dan dokumen lainnya
(48)
• Melaksanakan kebersihan lingkungan kantor dan bertanggung jawab atas keamanan kantor
• Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas
• Memelihara, merawat, dan menjaga inventaris kantor
• Memeriksa, mengecek, mengoreksi, mengontrol, merencanakan kegiatan dan membuat laporan pelaksanaan tugas
• Melaksanakan perintah lain yang diberikan atasan III. Kepala Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk:
• Memberi petunjuk dan arahan sesuai dengan disposisi atasan
• Mendisposisikan surat kepada bawahan
• Membagi tugas kepada para bawahan sesuai dengan bidang tugasnya
• Melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelayanan pendaftaran penduduk
• Mempersiapkan bahan petunjuk teknis tentang pendaftaran penduduk dan pencatatan nomor induk kependudukan dan perubahan data kependudukan
• Mempersiapkan bahan pengadaan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk
• Mempersiapkan bahan petunjuk teknis tentang pendaftaran, pencatatan mutasi, dan perpindahan penduduk
• Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan IV. Kepala Seksi Registrasi Kependudukan
• Menerima petunjuk dan arahan sesuai disposisi atasan
• Memeriksa, mengecek, mengoreksi, mengontrol dan merencanakan kegiatan pelaksanaan tugas
• Melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan regristasi kependudukan
(49)
• Melaksanakan penerbitan Nomor Induk Kependudukan
• Melaksanakan penerbitan dokumen kependudukan hasil pendaftaran penduduk
• Melaksanakan pencatatan tentang perubahan data status penduduk
• Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan atasan V. Kepala Seksi Kartu Keluarga dan Kartu Penduduk
• Menerima petunjuk dan arahan sesuai disposisi atasan
• Memberi petunjuk, membagi tugas, dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan lancar dan tertib
• Melaksanakan tugas yang yang berhubungan dengan kartu keluarga dan kartu penduduk
• Melakukan proses penerbitan, pencetakan kartu keluarga dan kartu penduduk
• Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan VI. Kepala Seksi Mutasi dan Perpindahan Penduduk
• Menerima petunjuk dan arahan sesuai disposisi atasan
• Memberi petunjuk, membagi tugas, dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan lancar dan tertib
• Melaksanakan tugas yang yang berhubungan dengan mutasi dan perpindahan penduduk
• Melakukan proses penelitian kebenaran data mutasi dan perpindahan penduduk
• Menghimpun data mutasi dan perpindahan penduduk
• Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah-langkah yang perlu di ambil dengan ketentuan yang berlaku
• Menyusun laporan sesuai hasil yang telah dicapai sesuai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
(50)
• Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian sebagai bahan penilaian DP-3 bawahan
• Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan
VII. Kepala Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil
• Menerima petunjuk dan arahan sesuai disposisi atasan
• Memberi petunjuk, membagi tugas, dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan lancar dan tertib
• Melaksanakan tugas yang yang berhubungan dengan pelayanan pencatatan sipil
• Mempersiapkan bahan petunjuk teknis tentang pencatatan dan penerbitan akta kelahiran dan akta kematian warga
• Mempersiapkan bahan petunjuk teknis tentang pencatatan dan penerbitan akta perkawinan, akta perceraian, dan pengesahan anak
• Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah-langkah yang perlu di ambil dengan ketentuan yang berlaku
• Menyusun laporan sesuai hasil yang telah dicapai sesuai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
• Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian sebagai bahan penilaian DP-3 bawahan
• Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan VIII. Kepala Seksi Kelahiran dan Kematian
• Menerima petunjuk dan arahan sesuai disposisi atasan
• Memberi petunjuk, membagi tugas dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan lancar dan tertib
• Memeriksa, mengecek, mengoreksi, mengontrol, dan merencanakan kegiatan pelaksanaan tugas
(51)
• Melaksanakana tugas-tugas yang berhubungan dengan kelahiran dan kematian
• Melaksanakan pencatatan dan penerbitan akta kelahiran dan akta kematian Warga Negara Indonesia dan orang asing
• Memeriksa dan meneliti kebenaran persyaratan administrasi permohonan akta kelahiran dan akta kematianWarga Negara Indonesia dan orang asing
• Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah-langkah yang perlu diambil dengan ketentuan yang berlaku
• Menyusun laporan sesuai hasil yang telah dicapai sesuai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
• Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian sebagai bahan penilaian DP-3 bawahan
• Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan IX. Kepala Seksi Perkawinan, Perceraian dan Pengesahan Anak
• Menerima petunjuk dan arahan sesuai disposisi atasan
• Memberi petunjuk, membagi tugas dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan lancar dan tertib
• Memeriksa, mengecek, mengoreksi, mengontrol dan merencanakan kegiatan pelaksanaan tugas
• Melaksanakan tugas-tugas yang berhbungan dengan Perkawinan, Perceraian dan Pengesahan Anak
• Melaksanakan Pencatatan, Penerbitan Akta Perkawinan dan Akta Perceraian dan Pengesahan Anak Warga Negara Indonesia dan orang asing
• Memeriksa dan meneliti kebenaran persyaratan administrasi permohonan akta perkawinan dan akta perceraian dan pengesahan anak Warga Negara Indonesia dan orang asing
(52)
• Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah-langkah yang perlu diambiul dengan ketentuan yang berlaku
• Menyusun laporan sesuai hasil yang telah dicapai sesuai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
• Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian sebagai bahan penilaian DP-3 bawahan
• Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan X. Kepala Seksi Perubahan Nama, Status dan Kewarganegaraan
• Menerima petunjuk dan arahan sesuai disposisi atasan
• Memberi petunjuk, membagi tugas dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan lancar dan tertib
• Memeriksa, mengecek, mengoreksi, mengontrol dan merencanakan kegiatan pelaksanaan tugas
• Melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan Perubahan Nama, Status dan Kewarganegaraan
• Melaksanakan Pencatatan, Penerbiatn Perubahan Nama, Perubahan Status Kewarganegaraan Warga Negara Indonesia dan orang asing
• Memeriksa dan meneliti kebenaran persyaratan administrasi permohonan Perubahan Nama, Perubahan Status Kewarganegaraan Warga Negara Indonesia dan orang asing
• Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah-langkah yang perlu diambil dengan ketentuan yang berlaku
• Menyusun laporan sesuai hasil yang telah dicapai sesuai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
• Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian sebagai bahan penilaian DP-3 bawahan
• Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan XI. Kepala Penyuluhan dan Data
(53)
• Mendisposisikan surat kepada bawahan
• Membagi tugas kepada para bawahan sesuai dengan bidang tugasnya
• Melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan Penyuluhan dan Data
• Mempersiapkann bahan petunjuk teknis tentang kegiatan penyelenggaraan Penyuluhan
• Melakukan Pendataan dalam rangka mensosialisasikan kegiatan penyelenggaraan system administrasi kependudukan
• Menyediakan data sebagai pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan
• Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah-langkah yang perlu diambil dengan ketentuan yang berlaku
• Menyusun laporan sesuai hasil yang telah dicapai sesuai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
• Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian sebagai bahan penilaian DP-3 bawahan
• Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan XII. Kepala Seksi Dokumentasi dan Legalitas
• Menerima petunjuk dan arahan sesuai disposisi atasan
• Member petunjuk,, membagi tugasd dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan lancar dan tertib
• Memeriksa, mengecek, mengoreksi, mengontrol dan merencanakan kegiatan pelaksanaan tugas
• Melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan Dokumentasi dan Legalitas
• Menyimpan dan menata naskah dan dokumen administrasi kependudukan
• Memelihara dan merawat naskah dan dokumen administrasi kependudukan
(1)
Para pelamar yang lolos ujian kemudian akan melalui diklat pra-jabatan sebelum ditetapkan secara sah menjadi pegawai negeri sipil. Kemudian para pegawai baru akan dialokasikan oleh Badan Kepegawaian Nasional ke instansi-instansi pemerintah yang sebelumnya telah mengirimkan data kebutuhan pegawai. Dengan model rekrutmen seperti ini, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil bisa mendapatkan pegawai-pegawai yang memiliki kompetensi yang diharapkan.
Para pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Deli Serdang berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, memiliki komitmen dan semangat kerja yang baik. Hal ini berpotensi menciptakan suasana kerja yang baik dan tanggap dalam merespon instruksi dan informasi-informasi yang diterima oleh para pegawai. Di samping itu, pihak dinas juga memberikan insentif kepada pegawai berdasarkan kinerjanya. Hal ini dapat meningkatkan motivasi kerja para pegawai, terutama dalam mengimplementasikan program SIAK.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa disposisi implementor dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Deli Serdang sudah cukup baik dan berpotensi mendukung terlaksananya program SIAK. Hal ini dapat dilihat dari sifat para pegawai yang positif mendukung kebijakan melalui kinerja yang baik dan tanggap.
(2)
BAB VI PENUTUP
Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya maka pada bagian ini penulis mencoba mengambil beberapa kesimpulan dari penelitian di lapangan yang penulis amati selama ini serta menberikan saran atau masukan sebagai langkah terakhir dalam penulisan hasil penelitian ini.
6.1. Kesimpulan
Kebijakan tentang Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah pusat dalam meningkatkan dan menjaga ketepatan dan ketersediaan data-data tentang penduduk yang lengkap, untuk dilaksanakan oleh segenap perangkat pemerintah di tingkat daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah melalui Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil diharapkan mampu mengimplementasikan kebijakan tersebut di masing-masing daerah hukumnya.
Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Deli Serdang, dapat dilihat dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah adanya struktur birokrasi pelaksana kebijakan, ketersediaan berbagai sumber daya yang dibutuhkan, komunikasi yang terbangun, serta disposisi para pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Berdasarkan dari data-data yang telah dikumpulkan dan analisa yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa implementasi SIAK di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Deli Serdang berlangsung baik meski masih memiliki beberapa kekurangan. Implementasi yang berjalan diatur dengan jelas dalam rincian tugas dan prosedur pelayanan yang ditetapkan oleh dinas. Rincian tugas yang dimaksud dipaparkan dengan jelas dan prosedur pelayanan menyentuh
(3)
semua bidang pekerjaan di dinas, termasuk yang menyangkut SIAK. Sumber daya yang ada juga cukup memadai dan mampu mendukung pelaksanaan tugas-tugas dan prosedur pelayanan yang ditetapkan. Sumber daya yang dimiliki mencakup SDM yang cukup, dana yang cukup, serta fasilitas yang memenuhi standar pelaksanaan implementasi SIAK. Komunikasi yang terbangun juga cukup baik, informasi-informasi tersalur secara horizontal dan vertikal, transmisi dapat dipahami dengan jelas, sehingga instruksi-instruksi tidak mengalami penyimpangan. Kemudian, disposisi atau sikap dari para pegawai yang positif terhadap implementasi SIAK juga mendukung terlaksananya program SIAK dengan baik.
Adapun sedikit kekurangan yang dimaksud sebelumnya adalah terbatasnya jumlah staf dengan kompetensi khusus, yakni di bidang teknologi informasi di lingkungan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Deli Serdang. Kondisi ini berpotensi menghambat aktifitas organisasi di bidang yang membutuhkan kompetensi khusus tersebut apabila ada hal-hal tak terduga yang terjadi pada pegawai yang tersedia. Kekurangan juga terjadi dalam struktur birokrasi yang ada, di mana kurangnya fleksibilitas pegawai dalam menghadapi masalah-masalah tak terduga. Dari sisi komunikasi, sosialisasi pihak dinas ke masyarakat belum maksimal karena masih ada beberapa masyarakat yang belum mendapatkan informasi yang jelas mengenai implementasi SIAK tersebut.
(4)
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis tekait Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Deli Serdang, maka penulis ingin memberikan masukan atau saran, yaitu :
1) Sebaiknya dilakukan penambahan jumlah pegawai dengan kompetensi yang baik di bidang teknologi informasi, melalui penerimaan pegawai baru atau pengadaan pelatihan yang lebih intens terhadap pegawai yang ada.
2) Sebaiknya penyampaian informasi ke masyarakat lebih ditingkatkaan supaya dapat menjangkau seluruh masyarakat di daerah.
3) Komunikasi dan koordinasi dengan instansi-instansi lainnya seperti pemerintah tingkat kecamatan, Komisi Pemilihan Umum (KPU), Puskesmas, unit pelaksana distribusi bahan pangan subsidi, pihak pengembangan jaringan internet, dan berbagai unit lain yang mampu membantu ataupun membutuhkan data kependudukan dari dinas. 4) Sebaiknya ada pembinaan dan arahan yang jelas dari pimpinan dinas
mengenai fleksibilitas atau improvisasi dalam bertugas, mengingat adanya kemungkinan munculnya masalah-masalah tidak terduga di tengah pelaksanaan kebijakan SIAK.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Khoirul. 2004. Aplikasi Sistem Informasi Manajemen bagi Pemerintahan di Era Otonomi Daerah. Malang: Pustaka Pelajar
Buku:
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Kumorotomo, Wahyudi. 1994. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Nawawi. 1990. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada Press
Nurcholis, Hanif. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta: PT. Grasindo
Samodra, Yuyun dan Agus. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Singarimbun, Masri dan Efendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES Soenarko SD, H. 2003. Public Policy, Pengertian Pokok Untuk Memahami dan
Menganalisa Kebijakan Publik. Surabaya: Airlangga University Press Subarsono, AG.2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep,Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Bisnis. Jakarta: Prenada Media
Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Prenada Media
Syaukani, Gaffar dan Rasyid, M. Ryaas. 2002. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
(6)
Tangkilisan, Hesel Nogi S. 2003A. Kebijakan Publik yang Membumi. Yogyakarta: YPAPI dan Lukman Offset
_____. 2003B. Implementasi Kebijakan Publik Transformasi Pikiran George Edwards. Yogyakarta: YPAPI
Wahab, Solichin, Abdul. 1990. Pengantar Analisis Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Rineka Cipta
_____. 1991, Analisis Kebijaksanaan: Dari formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Bumi Aksara.
Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo
Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Undang-Undang dan Peraturan:
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Administrasi Kependudukan
http://www.deliserdangkab.go.id/ diakses 1 Maret 2013 Situs Internet dan Lain-Lain:
http://www.waspada.co.id/index.php?option=article&catid=15:sumut&id=17337:j umlah-pemilih-di-deli-serdang-amburadul diakses 14 Mei 2013
http://www.sumutinfo.com/2013/03/pilgubsu-2013-bobrok-dan-tidak.html diakses 14 Mei 2013
http://harianandalas.com/Berita-Utama/Jumlah-Pemilih-Pilgubsu-Bengkak-2-Juta diakses 14 Mei 2013