Gerakan Islam Indonesia Dalam Memperjuangkan Penggunaan Jilbab Pada Masa Orde Baru

TRANSKIP WAWANCARA
Total Narasumber:






2 (dua orang) dari organisasi Tarbiyah
2(dua) orang dari organisasi Pelajar Islam Indonesia
2(dua) orang dari Himpunan Mahasiswa Islam
1(satu) orang korban dari pelarangan Jilbab
1(satu) orang penulis buku “revolusi Jilbab”

Wawancara 1
Wawancara dengan bapak Drs. Ahmad Taufan, MA/staff pengajar Universitas
Sumatra Utara selaku Ketua HMI Komesariat Fisip USU pada tahun 1984
Tempat : Fisip USU
Waktu : Kamis, 24 November 2016, Pukul 10.15-11.00 WIB
Keterangan:
P


: Penulis

N

: Narasumber

P
N

Bagaimankah sejarah lahir dan berkembangnya HMI, pak?
Itu kan di Yogyakarta Lafane Pane yang berinisiatif berdirinya
Himpunan Mahasiswa Islam, tentu saja itu sebetulnya untuk menjawab
tantangan politik waktu itu, dimana kelompok-kelompok kebangsaan yang
nasionalislah itukan, karna ada Bung Karno dan PNI segala macam,
memang secara politik lebih dominan dibandingakan kelompok-kelompok
Islam, padahal kelompok Islam merasa bahwa kontribusi besar dalam
perjuangan kemerdekaankan, misalnya Serikat Dagang Islam, Serikat
Islam juga individu-individu. Karna itu sekelompok orang yang dipimpin
Lavane Pane mendirikan HMI. Secara politik dilihat-lihat ada afliasi

dengan masyumi, tetapi secara formal tidak ada, tetapi bahwa ada
kedekatan itu iya.
Dalam perkembangannya mendapat sambutan yang luar biasa,Tidak
hanya di Jawa, di Sumatra, di Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara tumbuh
pesat, karna memang organisasi seperti ini dibutuhkan oleh kalangankalangan mahasiswa yang sebelumya ada PII untuk pelajar, tetapi yang
bisa lintas golongan Islam itu belum ada, makanya HMI menjadi jembatan
anak muda. Kelompok anak-anak muslim kota, lebih mencirikan Islam

Universitas Sumatera Utara

N

P
N

P

modrenis sampai tahun 1980 dan 1990 an. HMI pada saat itu Relatif
belum ada tandingannya. PII afliasi langsung ke NU, HMI tidak ada
afliasinya. Dia lebih bebas masuk ke mana aja.

Zaman Orde Baru partai-partai Islam dipersatukan dalam PPP, tidak
heran jika Pak Harto merubah arah kebijakan, menjadi lebih pro kepada
Politik Islam, anak anak HMI semakin kuat di Golkar itu dengan kata lain
menghijaukan Golkar seperti Akbar Tanjung. Tapi sebelumnya mereka
dilapis kedua, begitu Pak Harto memberikan lebih banyak porsi ke pada
kelompok-kelompok Islam.
Pada tahun 1980, 1990, dan 2000 orientasi anak HMI tidak lagi
politik formal, tetapi juga politik non formal, politik formal itu kan partai
politik maupun birokrasi. Pada zaman Soharto dan Habibi, HMI mengisi
posisi politik penting di DPR dan pemerintahan.
Bagaimanakah hubungan kelompok Islam dengan pemerintah Orde Baru
pada saat itu, pak?
Pada awalnya Islam menjadi ancaman bagi Soeharto, tetapi akhir tahun
1980-an posisi anak-anak HMI menjadi lapis kedua, hanya sedikit yang
lari menjadi gerakan opisisi, terutama apa lagi dengan diberlakukannya
asas tunggal pancasila 1983 ke 1985, tetapi setelah itu karna semua orang
butuh organisasi ya kembali lagi. Tidak mau, ya harus nerima.
HMI MPO pun meski secara resmi tidak mengakui tapi sebetulnya
secara defacto dia mengakui, tentunya karna sikap dia setengah-setengah,
HMI MPO tidak berkembang realatif cepat, tidak sebesar secepat

dibandingkan HMI DIPO tetapi mengatur strategi lain. Itu keliatan ICMI
dibangun dan memanfaatkan ruang di berikan buat Pak Harto kepada
kelompok Islam itu tahun 1990 awal.
Pada masa itu sepengetahuan Bapak, organisasi Islam manakah yang aktif
menyebarkan syiar penggunaan Jilbab bagi perempuan?
Tahun 80an dikeluarkan pelarangan Jilbab, sebetulnya tidak hanya HMI
tetapi HMI lebih frontal. Tetapi NU juga melakukan perlawan dengan
pendekatan yang lebih lunak. Jadi memang, Gerakan masa untuk berjilbab
menjadi gerakan masa yang masif. Awalnya ditolak, dibatasi lalu
kemudian diizinkan.
Pemerintah Soeharto melihat ini merugikan kalau seandainya tetap ada
pelarangan atau pembatasan sekali pun, nanti dia akan berhadapan dengan
arus masa yang besar. Paling tidak diberbagai kota setiap ada orasi-orasi
mengenai Jilbab bisa ratusan ribuaan dan pemerintah Soeharto pada saat
itu cukup khawtir. Padahal disisi lain Pak Harto ingin merangkul politik
Islam, dia pikir ya sudahlah, akhirnya di izinkan. Tidak itu saja, masa
itukan dipimpin pak Daud Yusuf, beliau mengeluarkan kebijakan pas
bulan puasa anak-anak itu gak ada liburnya, padahal tahun sebelumnya
itukan sekolah diliburkan satu bulan penuh pada bulan Ramadhan.
Tindakan atau pola-pola apa yang dilakukan oleh HMI dalam

memperjuangkan penggunaan Jilbab?

Universitas Sumatera Utara

N

Dari kampus-kampus. Saya masih ingat betul, kita bikin training
datangkan guru-guru ngaji atau ustadz-udtadz yang bisa memberikan
keyakinan kepada mereka akan kewajiban pakai Jilbab, yang pertama
memakai Jilbab disini yaitu Lusi Dosen Komunikasi dan Musdalifah. Itu
memang kita lakukan melalui training-training di Mesjid Dakwah.
Didakwahlah kalau di USU pusatnya, dulu belum adanya Mesjid yang ada
cuma mushala di Fakultas Kedektoran. Pada saat itu areanya masih milik
USU, Mesjid Dakwah sekarang udah keluar dari USU.
Ada satu tokoh juga disini, Masri Sitanggang berhasil meyakinkan
pihak rektorat untuk menjadikan training-tarining itu menjadi kurikulum
agama. Pada tahap pertama dia latih dulu instruktur, yang dilatih oleh
Mesjid Salman. Saya kader pertama dan Pak Gatot. Kemudian ini
menjadi instruktur buat mahasiswa di USU, Seluruh fakultas oleh USU
dijadikan wajib ikut, ini untuk meniru salman. Matakuliah agama itu, Ada

beberapa hari training (nginap) di Mesjid Salman.
Kalau di sini dulu diadakan seminggu, inilah yang menjadi cikal bakal
munculnya PKS. Tapi awalnya tidak ada afliasi ke partai mana pun. Pada
awalnya masih murni gerakan mahasiswa. Jaringan mesjid-mesjid kampus
pusatnya ada dua salman, ITB, sama juga UGM. Di USU sendiri
dimasukan kurikulum. Ada dua kewajiban mahasiswa yang mengambil
matakuliah agama yaitu training dinamakan pesantren kilat dan harus ikut
PAP (Pengajian Ahad Pagi) ada absennya, itu menjadi saran yang masif
untuk gerakan Jilbab. Ditraining dia harus menggunakan Jilbab beberapa
hari itu, kemudian di PAP dia juga menggunakan Jilbab. Jadi lama-lama
banyak yang menggunakan Jilbab. Walaupun di pengajian di pakai lalu
pas pulang dibuka lagi.
Pada awalnya, Diluar pun belum terlampau lazim, menjadi pemula
ditengah masyarakat yang belum menganggap sesuatu yang wajib dan
menjadi yang lazim di tengah masyarakat, pastinya ancam dan ejekan
ninjan, di caci maki bahkan ada yang dilempar, mangkanya trainingnya di
luar kota, semacam konstrentasi untuk di yakinkan, ada metoda training
sampai mereka di bai’ah. Ada yang pakai seminggu gak tahan termasuk
keluarganya mempertanyakan karna itu tidak lazim. Orang tuanya yang
sudah berhaji pun masih khawatir dengan anaknya, gimana nantinya di di

kampus dan dengan temannya.
setelah pulang dari kegiatan pesantren kilat itu, kita melakukan
pengamatan dan mendukung bila ada yang menggunakan Jilbab. Bahkan
pada saat itu, hasil dari pemantuan kita, ada Mahasiswi yang
menggunakan Jilbab tetapi tidak beberapa lama melepaskan, sehingga
saya dan teman-teman melakukan diskusi mengenai mahasiswi tersebut,
kenapa dia melepaskan Jilbab
Dulu memakai Jilbab semacam perjuangan Jihad yang luar biasa.
Harus melindunginya mahasiswa yang menggunakan Jilbab seperti apa.
Tapi yang menolong itu semua kan karna ada jaringan. USU memberikan

Universitas Sumatera Utara

tangggung jawab untuk membuat training-training di kampus-kampus,
SMA-SMA itulah yang menjadi cikal bakal rohis.
Meskipun sebagian yang kecewa dengan asas tunggal. Ketika HMI
terjadi perpecahan, banyak yang mengambil jarak dengan HMI, kemana
kita lari?. Ya gerakan mesjid kampus. Apa yang membuat kita menjadi
bergairah dalam gerakan? salah satunya isu Jilbab, kita rutin datang
kerumahnya, ngomong dengan orang tuanya dan meyakini dia. Membawa

lagi ke pengajian kita bahas individu yang membuka Jilbab. Kita bahas
orang perorang. Itu menjadi sangat strategi bagi anak-anak HMI yang
aktif di mesjid. Setelah gerakan ini semakin masif. Presiden, tahun 1990
presiden merubah kebijakan lebih akomodatif, makanya di dorong bikin
ICMI.
P

P
N

Bagaimana Bapak masri sitanggang meyakinkan rektor, pak?
Dia kan mahasiswa senior, dia sebenarnya usianya jauh di atas kami
dia stamabuk 1977 atau 1978, dianya dari muda udah ikut dalam gerakan
dakwah. Ketika dia kuliah, dia dekatilah dosen agama Bapak Yaqub
Hasibuan. Bersama bapak ini mendekati pihak rektorat. Padahal rektorat
agak sedikit khawatir dengan kelompok-kelompok Islam. Pak A.P.
Parlindungan religius tetapi dia tidak suka organisasi yang Islam, Sama
seperti disini, pak Adam Nasituin dari keluarga yang religuis tapi dia tidak
suka dengan kegiatan-kegiatan Islam. Tapi kami Berhasil meyakini pak
Adam Nasution. Sama halnya dengan Pak A.P Parlindungan yang berhasil

diyakini oleh bang Masri. Kami berhasil meyakini pak Adam. Akhirnya,
dia saya undang, akhirnya beliau datang dalam acara itu, dia sebagai orang
tua.
Disisi lain hampir sama kayak disini, istilah dulu adanya kelompok
jihad, intel-inetel yang masuk ke HMI, HMI dianggap sebagai Islam
Radikal, makanya pada saat itu Dekan khawatir. Tapi kedekatan kita bisa
membuat dia yakin. Pada saat buat kegiatan kami menggunakan lambang
HMI. Dia pertama kali lihat dia marah, dia pidato, dia bilang“ jangan
bawah-bawa lambang, saya sebenarnya tidak setuju”. Sesuai dengan
peraturan pada saat itu, organisasi ekternal tidak boleh masuk, itukan pada
zaman NKK BKK. Kita bisa trobos sampai sekarang, kita punya
pendekatan ayah anak, supaya lebih yakin lagi dia, kami jadikan beliau
sebagai pembicaranya
apakah hasil out put yang diperoleh oleh gerakan saudara saat
memperjuangakam Jilbab?
Keberhasilan strategi membuat Mesjid-mesjid kampus itu menjadi
bagian intergal dari kampus sehingga dakwah dikampus menjadi besar.
Harus diakui gerakan Jilbalisasi itu dimotori oleh kelas menengah
kampus. Dan masyrakat jauh lebih menerima jika mahasiswa yang
menggunakan Jilbab. Karna pada saat itu mahasiswa menjadi kelas

menengah, Orang kampus jadi panuntan.

Universitas Sumatera Utara

Jilbalisasi anak-anak muda. Bagi masyarakat kita dulu, orang kampus
mejadi panutan otomatis mayarakat kita juga menggunakan Jilbab, jika
mahasiswa-mahasiswa menggunakan Jilbab juga. Gerakan Jilbab di
motori oleh anak-anak kampus, sebagian besar dari anak-anak HMI.
Gerakan Jilbalisasi di luar HMI yang memarakan Jilbab dimana-mana.
Gerakan Islamisasi memang masif tidak hanya Jilbab. Jilbab menjadi
salah satu gerakan Islamisasi, sehingga Jilbab menjadi simbol jika itu
sukses, maka gerakan Islam itu juga sukses.

Wawancara dengan bapak Drs. Ahmad Taufan, MA/staff pengajar Universitas
Sumatra Utara selaku Ketua HMI Komesariat Fisip USU pada tahun 1984
Tempat : Fisip USU
Waktu : Senin, 20 Febuari 2017, Pukul 11.05-11.35 WIB
Keterangan:
P


: Penulis

N

: Narasumber

N
P

Bagaimanakah hubungan komunikasi yang dibangun antara pemerintah
dengan kelompok Islam pada masa Orde Baru?
Pada tahun 80 an awal itu, situasi hubungan politik antara pemerintah
Orde Baru dengan kelompok Islam belum harmonis. Masih situsai
melanjutkan situasi politik tahun 70-an, walaupun aneh sebetulnya, pada
situsi politik menjatuhkan Soekarno itu, Kelompok Islam paling didepan.
Kelompok Islam dengan Soeharto dulunya berkoloborasi, apakah
Masyumi, NU, dan kelompok Islam lainnya juga diisi oleh tokoh-tokoh
Islam, tapi yang paling aktif itu pemuda-pemuda Islam, dengan tokohtokoh Islam di dalamnya.
Begitu Soharto berkuasa. Dia justru pelan-pelan mulai terjadi
ketengangan. Tahun 1980-an ketegangan masih ada, makin tenggang lagi
dengan asas tunggal pancasila. Pada keadaan sama Gerakan kultural,
pengajian-pengajian makin marak serta Jilbalisasi juga. sebelumnya
orang-orang di Indonesia mengenal kerudung dengan baju kurung. Tapi
mulai 80-an orang udah mulai mengenal songkok. Memang ada
kelompok Islam yang lebih awal yang mengenal songkong seperti
kelompok Aisyiah tahun 30-an.
Disisi lain pemerintah cukup represtif sehingga mengakibatkan

Universitas Sumatera Utara

P
N

P
N

dukungan politiknya kurang bagus. muncul gerakan kultur mendapat
respon yang kurang baik, menimbulkan serta memperkuat tensi
ketegangan antara pemerintah. Di tambah lagi dengan Asa tunggal tidak
hanya terjadi dengan kelompok Islam, tetapi juga kelompok marhein,
gerakan Marhein juga bubar, tidak hanya PII yang menolak gerakan asa
tunggal ada dua organisasi yaitu Maherin dan PII, kalau HMI akhirnya
menerima. Meskipun secara politik GMNI dan GMKI tidak nyaman
dengan asa tunggal. Seperti Sikap otoriterian memaksakan kepada
masyarakat bahwa dia harus menginterfensi bahwa kelompok-kelompok
ormas harus begini.
Tahun 90-an Kebijakannya merubah lebih mengakomodosi, baru
didorong dengan pendirian ICMI berdiri, pendirian Bakti Amal Shaleh,
Soharto mulai mengahdiri muktamar NU, mulai aktif dengan kegiatan ke
agamaan dengan menggunakan simbol keagamaan dengan pakai baju
kokoh, pakai kopiah putih itu, dia pergi haji. Tapi tahun 1980an dan
tahun 1990-an awal anak muda dari NUdan HMI mulai memasuki Partai
Politik, salah satu tokohnya Akbar Tanjung. Dengan tokoh HMI dan NU
yang ramai mendatangi Golkar, karna partai besar.
Mengakibatkan
terjadi meleburnya tokoh Islam dengan kedalam pemeritah, sehingga
ketegangan pemeritntah dengan Islam juga menurun, sehingga sejalan
dengan menurunnya itu, Jilbalisasi tidak menjadi seesuatu yang ekstrim,
karna dulu dianggap panatik. susana keagamaan juga di pengaruhi oleh
suasana politik. Ada kaitan dengan pewacanaan politik apa yang
berkembang.
Bagaimankah pola atau strategi yang dilakukan oleh HMI dalam
memperjuangkan Jilbab?
Ini strategi yang awalnya di mulai dari internal dengan membuat satu
wacana untuk Kohati itu jadi diwajibkan pakai kerudung padahal
dulunya tidak, tokoh-tokoh HMI tahun70-an itu tidak pakai Jilbab. Tapi
tahun 80-an ketika HMI mendorong Jilbalisasi dibangun dengan keadaan
situasi internal, merasa berasalah dan merasah terusir sehingga terdesak
untuk pakai songkok, berikutnya gerakan keluar. Anak HMI bikin
pengajian ke luar, salah satunya buat pengajian ke SMA-SMA bikin
training-training salah satunya itu pesantren kilat. Kalau anak putri itu
setelah training pakai Jilbab, pelatih dan instruktur selalu menanyakan
udah pakai Jilbab atau belum.
Gerakan Jilbalisasi itu masif, seorang caknur bikin puisi lautan
Jilbab.Pemerintahanya bersebrangan dengan dia, dengan stratgi Gerakan
sosial budaya sebagai strategi perlawanan dengan lari ke mesjid-mesjid,
yang pada jaman itu, salah satu bentuk gerakan perlawanan. Gerakan dari
mesjid kampus ini, akan aman.
Bagaiamana Usaha yang dilakukan Bapak Masri Sitanggang pada saat
itu?
Dia salah satu mahasiswa di USU bernama Masri Sitanggang.

Universitas Sumatera Utara

P
N

P
N

Sebenarnya Pihak mesjid dakwah ini melalui tokoh-tokoh nya salah satu
nya Masri Sitangggang. Training didakwah itu berhasil meyakinkan
pihak rektorat supaya memasukannya menjadi mata kuliah Agam Islam,
supaya mengakomodasi itu kegiatan training-tarining Islam itu. Maka
kewajiban yang mengambil matakuliah agama maka dia harus mengikuti
kedua kegiatan yaitu pengajian Ahad pagi dan training. Dalam training
dan pengajian itukan menjadikan sebagai sosialisasi mengenai Jilbab
makin kuat.
Bagaimanakah keberhasilan dari gerakan yang dilakukan oleh HMI dari
segi kuantitas?
Kalau untuk keberhasilan dari segi kuantitas sulit ya, karna Setelah
pulang pesantren kilat, tentunya lebih banyak tidak pakai. Tapi kalau
misalnya jika ada 100 orang yang ikut traning yang pakai Jilbab 20
orang berhasil menggunakan Jilbab setelah tarining mungkin kurang dari
20 orang. Tapikan tiap tahunya dengan penambahan 20 orang lalu tahun
depan 20 orang lagi dan seterusnya kan ini menjadikan kampung ini jadi
biasa dengan Jilbab. Tapi lama-lama nanti akan nambah, makin lamamakin banyak. Dengan semakin banyak yang pakai Jilbab maka
perempuan yang lainnya Menggapangkan untuk mulai memakai Jilbab.
Karna Gak ada yang ngejek lagi, ninja, ninja. menggapangkan akhirnya
kadre-kader pesertanya udah pakai Jilbab. Bertahap, awal-awalnya dari
100 yang pakai Jilbab 20 yang berhasil pakai Jilbab, jumlah jadi
bertambah tiap tahunnya.
Adakah hambatan yang di hadapi HMI dalam hal memperjuangkan
Jilbabnya pak?
Hambatan. Awalnya Ada ketagangan dari negara kepada gerakan
mesjid makin efektif karna banyak buku bacaan yang menganjurkan kita
mulai masuk ke mesjid-mesjid. Karna kalau mesjidkan kegiatan
keagamaan. Karna gak mungkin di interfesni oleh intel-intel. Sehingga
leluasa bikin apa aja. Itu strategi yang dianggap jitu, akhir di tiru di
semua di Indonesia yang memulai awalnya itu dari IPB, ITB masjid
salahudin. Banyak buku-buku yang menginspirasi gerakan Islam dari
mesjid-mesjid.

Universitas Sumatera Utara

Wawancara 2
Wawancara dengan Ibu Dra. Mazdalifah, M.Si., Ph.D./staff pengajar Universitas
Sumatra Utara selaku seketaris KOHATI pada tahun 1985
Tempat : FISIP USU
Waktu : Jum’at, 6 Januari 2017, Pukul 11.00-12.10 WIB
Keterangan:
P

: Penulis

N

: Narasumber

P

Bagaimanakah hubungan komunikasi yang dibangun antara
pemerintah Orde Baru dengan kelompok-kelompok Islam?
Kalau menurut saya, memang pada masa Orde Baru kelompokkelompok Islam inikan
mendapat perhatian spasial dari
pemerintah.Dia itu di jaga sekali supaya kelompok Islam ini tidak
bertindak diluar apa yang tidak diingikan pemerintah, sehingga untuk
mencapai itu, mereka melakukan komunikasi. Menurut saya waktu
komunikasi intensif hanya beberapa pihak saja yang dianggap
berpihak pada masa Orde Baru,tetapi kelompok yang mengkritisi
pemerintah tidak terlalu intens, contohnya itu ICMI dan NU yang
melakukan komunikasi yang intesif, tetapi Muhammadiyah gak pada
saat itu.Pada zaman Orde Baru banyak mendatangi pesantrenpesantren membangun komunikasi dengan ulama-ulama.
Adakah Kendala atau Peraturan-peraturan yang dibuat oleh
pemerintah sebagai bentuk represif terhadap kelompok Islam pada saat
itu, bu?
Ya, ada. kan karna waktu itu, pada masa kami itukan dasar semua
itu pancasila, yang menjadi problamatika, yang mungkin sebagian
besar kelompok-kelompok Islam tidak menyetujui itu, kan biasanya
yang menjadi acuankan Alquran dan Hadist. Tetapi ketika negara
hadir dan menjadikan setiap aktivitas dasarnya harus Pancasila, inilah
ya menjadi hubungan pemerintah dengan kelompok Islam, yang
menyebabkan disharmoni.
Bagaimanakah hubungan pemerintah dengan HMI pada saat itu, bu?
HMI pada masa itu mencoba memahami pemerintah, HMI ini
bukan gerakan radikal tapi cendrung menyesuaikan dengan keinginan
pemerintah, berusaha untuk masuk disitu. Saya lihat dan amati banyak
tokoh HMI yang tidak setuju, konflik itu ada, pancasila sebagai dasar
tunggal. Tapi realitanya diantara tokoh-tokoh HMI ada mendekati
pemerintah, menyesuaikan gitu. Ada sebuah kompromi di pancasila
disitukan ada ketuhanan yang maha Esa yang mengakomodir Allah,

N

P

N

P
N

Universitas Sumatera Utara

P
N

P
N

P
N

P

Tuhan dan agama hadir di pancasila itu.
Pada masa itu sepengetahuan ibu, organisasi Islam manakah yang aktif
menyebarkan syiar penggunaan Jilbab bagi perempuan?
HMI termasuklah ya, berdasarkan pengalaman saya. Sebetulnya
saya sendiri tersentuh dari HMI, karna ada pesantren kilat dan kami di
pesantren di campkan nginap, yang menyampaikan juga menggugah
hati kita, jadinya mengena, di sampaikan malam-malam. Saya masih
ingat yang ngasih materi namanya zahrumzem yang memberikan
ceramah. Pemikiran saya, setelah pesantren, berarti itu wajib, bisa jadi
amal kita tidak di terima, karna kita belum sempurna. Dari situ banyak
baca buku-buku, mencari mana dalilnya.Waktu ada dua orang yang
sudah menggunakan kerudung Rosmala Dewi dan Lina Sudarwati.
Ketika berbicara Jilbab berkaitan dengan penampilan.
Saya menggunakan Jilbab, saya modifikasi syar’i tapi bagus. Begitu
saya pakai Jilbab banyak komen, bahkan ada teman saya yang
mengatakan kamu pakai Jilbab semakin cantik. Orang yang dulu
beranggapan Jilbab itu keliatan kuno disitu saya bisa mendobrak.
Dan bagaimanakah Tindakan atau pola-pola apa yang dilakukan oleh
HMI dalam memperjuangkan Jilbab, bu ?
Jadikan ketika kita di pesantren, Anak-anak semester1 atau 2,
senior-senior HMI memantau dan setelah itu pesantren berlalu mereka
mengingatkan bahwa ayo pakai Jilbab ayo pakai Jilbab. Tetapi disaat
itu Saya pikir harus belajar dulu walaupun disuruh suruh senior. Ada
satu sesi di bai’ah untuk menggunakan Jilbab. Kami di panggil satu
satu. “ Masdalifah bersediakah kamu meggunakan Jilbab “. Pada saat
itu saya jawab tidak. Tetapi setelah itu saya belajar diskusi dengan
orang tua, awalnya memang berat. Orang tua saya khawatir,
bagaimana kamu di kampus, bagaimana nanti mendapatkan satu hal
yang mengalangi kamu sukse disini. Saya berusaha meyakinkan orang
tua. Orang tua akhirnya menyerah. Peran senior-senior menguat kami
dalam setiap acara, selalu ditanya mana Jilbabnya?, Mana Jilbabnya?
Satu sisi gak nyaman juga, tapi justru saya banyak belajar, memang
gimana ya aturan dalam Islam? gitu.
Apakah ada hasil yang dirasakan oeh HMI saat memperjuangakan
Jilbab?
Saya merasakan ada. Mereka menghimbau, melakukan pendekatan
personal. Tapi memang pada dasarnya adek adeknya aja yang
bengal.ya biasalah, ini sesuatu dapat hambatan. Realitanya ketika
orang pakai Jilbab akan dapat banyak kesulitan tidak serta merta
mau.Tersentuh ia, tetapi ketika realitanya ketika banyak kesulitan,
siapa yang mau. itu yang terjadi dengan teman-teman saya, mereka
menunda-menuda. Karna banyak baca jadi makin takut akhirnya
semakin sadar tidak boleh ditunda-tunda.
Bagaimanakah Pelarangan Jilbab yang ibu ketahui pada masa Orde

Universitas Sumatera Utara

N

P
N

P
N

P
N

Baru?
Pelarangan Jilbab keras, cukup keras di setiap instansi di berlakukan.
Dan itu banyak perlawanan dari siswa-siswa sekolah yang beritakan di
surat kabar, mereka menentang, memang sih ujungnya dengan
kompromi, dibolehkan. Dan tapi itu melewati waktu yang panjang.
Dan itu terjadi pada siswa-siswa yang istiqamah, ya ahirnya berdamai.
Bagaimanakan perlawanan Jilbab di daerah medan sendiri?
Perlawanan banyaknya tetapi tidak sebanyak di Jakarta. Tingkat
perlawanan sangat luar biasa, ada perlawanan tapi tidak sekeras di
sana, disini di upayakan di panggil, mencoba di musyawarahkan.
Kalau keputusannya memenangkan pihak sekolah harus di turuti,
harus nerima. Ada damai-damai nya, ada juga yang tetap istiqamah,
seperti dipekerjaan dari pada tidak dapat pekerjaan.
Adakah contoh dari pelarangan Jilbab yang saudara ketahui?
Ketika saya sudah pakai Jilbab, saat saya ngurus SIM, saya harus
buka Jilbab untuk pas poto. Saya sendiri harus meyerah dengan
peraturan-peraturan itu.Tidak hanya itu saja, di pelajar pelajar juga
terjadi pelarangan. Di tempat bekerja juga menerapkan itu, ikut-ikutan
karna mungkin disekolah dilarang, jadi di tempat kerja jadi ikutanikutan untuk melarang. Teman saya ada yang mengurungkan niatnya
untuk tidak memakai Jilbab, teman akrab saya dari Fakultas Hukum.
Selain itu pas poto ijazah saya buka Jilbab, disitulah saya juga harus
berdamai jugalah.
adakah hambatan-hambatan yang ditemui saat menggunakan Jilbab?
Ini baru dugaan saya, pada awal menjadi dosen. Disini banyak
kesempatan kursus ke Jakarta, ini dugaan saya ya, apa itu benar apa
gak, saya tidak di terima karena poto saya berjilbab. Kalau dari di
lingkungan sosial di masyarakat gak ada. Kalau hambatan dari orang
tua, awalnya kelihatan berat karna saya berhasil meyakinkan saya
tunjukan juga dalilnya apa. Akhirnya orang tua saya, ya udah terserah
kau lah.

Universitas Sumatera Utara

Wawancara Ke 3
Wawancara dengan Ibu Wilda Adriani selaku bendahara UMUM DPC PKS deli
serdang pada tahun 2016
Tempat : Kediaman Ibu Wilda di daerah Tanjung Morawa.
Waktu : kamis, 8 Januari 2017, Pukul 14.50-15.45 WIB
Keterangan:
P

: Penulis

N

: Narasumber

P

Bagaimanakah hubungan komunikasi yang dibangun antara
pemerintah dengan kelompok Islam pada masa Orde Baru?
Komunikasi antara kelompok Islam dengan pemerintahan saat itu
jelas kurang bersahabat, apalagi dengan kelompok Islam yang frontal
tidak berpihak dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah pada saat itu.
Adakah peraturan–peraturan yang menghalangi gerakan Islam?
Bentuk peraturan pemerintah dalam menghambat pergerakan Islam
pada saat itu, dengan adanya pelarangan organisasi ekternal yang
dikeluarkan oleh mentri kebudayaan dan pendidikan. Normalisasik
kehidupan kampun NKKBK memasuki kampus. karna ada
peraturannya namanya itu NKK BKK mengenai normalisasi kampus,
jadi mahasiswa saat itu diarahkan untuk belajar, bealajar dan ya
belajar. Jangan ada yang ngurusi negara, kebijakan pemerintah, intinya
supaya mau mahasiswa gak boleh ikut campurlah. Peraturan selain itu
pada saat mau pergi ke pengajian-pengajian atau mengisi ceramahceramah itu sulit. Saya masih teringat bagaimana kami harus mengisi
halaqah-halaqah dari rumah ke rumah dengan sembunyi- sembunyi.
Pada masa itu sepengetahuan ibu, organisasi Islam manakah yang aktif
menyebarkan syiar penggunaan Jilbab bagi perempuan, bu?
Gerakkan tarbiyah juga iya walaupun banyak juga seperti PII
contohnya .
Dan Bagaimanakah Tindakan atau pola-pola apa yang dilakukan oleh
tarbiyah dalam memperjuangkan penggunaan Jilbab, bu?
Dengan cara adanya kajian-kajian dengan membentuk kelompokkelompok (halaqah-halaqah) di sekolah-sekolah SMA, pada saat itu
Rohis-rohis di sekolah-sekolah negri. Selain itu juga ada kajian yang
dilakukan pada hari Jumat. disitulah diselipkan nilai-nilai, hukum
memakai Jilbab sebagai kewajiban. Dari sanalah menjadi motivasi dari
siswi-siswi untuk memakai Jilbab. Jilbab pada saat itu sulit untuk
digunakan. Saat saya menjadi pementor di sekolah-sekolah agama, Di

N

P
N

P
N
P
N

Universitas Sumatera Utara

P
N

P
N

tebing sekolah Madrasah al-wiyah al-wasliyah, Madrasah sanawiyah
GUPI tebing tinggi. Dari sekolah pas poto tidak boleh menutup kedua
telinga, penutup kepala. Selain itu kami melakukannya dalam
membentuk kelompok-kelompok yang berjumlah 4 sampai 6 orang
untuk-untuk adek-adek yang mengikuti halaqah nah dalam halaqah ini
kita pahamkan mengenai Jilbab itu.
Disaat itu siswi-siswi SMA tersebut sulit untuk mengenakannya.
Dan saya masih ingat bagaimana anak-anak begitu takut dengan
perempuan yang memakai Jilbab bahkan mereka sering mentertawai
dengan sebutan “nenek lampir, nenek sihir” bahkan orang tua tidak
membolehkan anaknya dekat dengan perempuan yang menggunakan
Jilbab, mereka takut anak mereka akan diculik oleh perempuan yang
menggunakan Jilbab. Bagi Orang-orang agak aneh melihat orang
menggunakan Jilbab, bahkan itu anak-anak takut bermain dengan
orang menggunakaan Jilbab, takut di culik, bukan itu aja, sering juga
perempuan yang pakai Jilbab di lempari karna dianggap sebagai nenek
sihir.
Adakah contoh dari pelarangan Jilbab yang Ibu ketahui?
Ya ada, saat itu untuk pas poto STTB di sekolah madrasah Aliyah Al
Wasliyah ada siswi yang bernama Renawati sama juga di Madrasah
Tsanawiyah GUPI Tebing Tinggi siswinya itu namanya Nurjannah
Purba, mereka berdua ini tidak di bolehkan poto STTB dengan
menggunakan Jilbab, ya harus membuka Jilbab, pada hal pada saat itu
kan udah keluar SK baru tahun 90-an kalau tidak salah saya, memang
awalnya dalam peraturan itu gak dibenarkan pakai Jilbab, dia harus
menampakan kedua telinga, nanti coba kamu lihat di SK itu ada
peraturannya kayak itu. Tapi dengan SK baru itu, sudah di benarkan
tapi ya konsekuensinya harus ditanggung sendiri nantinya.
Itu tahun berapa kejadianya bu?
Kalau tidak salah ibu, tahun 1992 atau 1993 kejadiannya itu.

Universitas Sumatera Utara

Wawancara ke 4
Wawancara dengan Ibu Siti Aminah/wira usaha selaku anggota DPRD 2009-2014
Medan
Tempat : Jalan Kasmala no 6 komp. kejaksaan Medan Tuntungan
Waktu : Jumat, 20 Januari 2017, Pukul 13.00-13.30WIB
Keterangan:
P

: Penulis

N

: Narasumber

P

Bagaimanakah hubungan komunikasi yang dibangun antara
pemerintah dengan kelompok Islam pada masa Orde Baru?
Kalau gerakan tarbiyah pada saat itu belum adanya terjalin Hubungan
antara gerakan tarbiyah dengan pemerintahan pada saat itu,
dikarenakan gerakan tarbiyah baru muncul.
Kendala apa saja yang dialami gerakan Islam pada masa Orde Baru?
Kebijakan pemerintah yang sangat ototeriter yang menakuti-menakuti
gerakan Islam lainnya dengan kekuatan ABRI nya, dan pereturanperaturan represif yang membuat kelompok islam sulit untuk bergerak.
Adakah Peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah sebagai
bentuk represif terhadap kelompok Islam?
tentunya pada saat itu banyak sekali peraturan yang gak sesuai dengan
pedoman kita, contohnya aja ini peraturan tentang perkawainan, hak
waris. Yang lainnya itu seperti peraturan yang dibuat pemerintah yang
bisa dikatakan tidak pro dengan kelompok Islam adalaha peraturan
yang dikeluarkan kemendikbud yaitu SK 052 mengenai penyeragaman
sekolah. Kalau untuk pengajian saat itu termasuk dihalangi-halangi,
karna pada saat iu, kalau ada yang berkumpul 3 orang atau lebih itukan
di curigai, makanya kalau mau pengajian itu, ya kami harus sembunyisembunyi. Jadi mau pergi ke pengajian itu saya sama kawan-kawan itu
naik sadako yang sama tapi kami turun itu di tempat yang beda-beda
padahal rumah yang dituju itu sama. Misalnya saya turun dulu, gak
jauh dari situ nanti kawan saya turun. Nah kalau dah sampai dirumah
kami masuk rumah itu pun satu satu sambil bawa sendal ke dalam, biar
gak kelihatan banyak orang di rumah itu. Ntar mau pulang juga gitu,
keluarnya tu satu-satu dari rumah.
pola-pola apa yang dilakukan oleh Tarbiyah pada saat itu dalam
memperjuangkan Jilbab,bu?
Yang dilakukan membanguan hubungan yang baik antara siswisisiwi, guru agama dalam membina adek-adek rohis di SMP dan SMA.
Sehingga pada akhir 1989 dimana gerakan-gerakan Islam seperti PII

N

P
N

P
N

P
N

Universitas Sumatera Utara

P
N

P
N

dan anggota Tarbiyah, bahkan ada PII yang tertarbiyahkan. Sampai
pada akhir 1989 MUI MUNAS dan merekomendasikannya perlunya
perbaikan seragam sekolah dan dikeluarkan sk baru no100/c/91. Dan
pada saat itu MUI pun juga melakukan koordinasi dengan mendikbud,
dan sepakatan untuk menggunakan pada saat itu peraturannya masih
dibolehkan menggunakan kerudung yang harus memperlihatkan
telinga untuk pas poto ijazah. Tapi untuk awal itu merupakan sesuatu
yang baik. Lalu di keluarkan lah peratuarann 4277/D/T/91 mengenai
permohonan mengenakan kerudung/ Jilbab yang menutupi telinga
dalam pas poto.
Adakah contoh kasus dari pelarangan Jilbab yang Ibu ketahui?
Ada seorang Mutarabbi saya , dia itu siswi bernama Riris sekolah
di SMA N1 Tebing Tinggi yang pada masa Orba dia tetap gigih untuk
menggunakan Jilbab, walaupun berbagai hukuman diterimanya, dari
hormat kepada bendera dijemur dilapangan, tugas nya tidak diperiksa
sampai pada harus dikeluarkan dari sekolah negri, tapi Riri ini tidak
menyerah. Sampai akhirnya guru agama melihat kekuatan hatinya
untuk menggunakan Jilbab. Dan guru agama menanyakan kamu
menggunakan Jilbab dari hati atau kamu masuk gerakan apa? Kalau
kamu dari hati ya sudah kamu boleh menggunakana Jilbab. Tapi kalau
kamu menggunakan Jilbab karna masuk gerakan tertentu sebaiknya
kamu tidak menggunakan Jilbab. Pada saat itu guru-guru agama pun
terintimidasi dengan kebijakan pemerintah dan ABRI yang menakutimenakuti guru agama. Tapi karna guru agama itu melihat bahwa Riris
ini makai Jilbab memang dari hatinya ya dia diperbolehkan pakai
Jilbab, tapi Jilbab yang di pakainya itu warna Hitam.
Kenapa harus menggunakan Jilbab warna hitam bu?
Ya kan pas upacara jadi gak terlalu mencolok dengan yang lainnya,
disuruh pakai Jilbab hitam biar sama dengan warna rambut, kan warna
rambut warna hitam. Jadi gak nampak kali bedanya. Itu tidak hanya di
sekolah aja di dunia pekerjaan juga iya, dimana pada saat saya
melamar pekerjaan di sebuah perusahaan pemerintah (BUMN)
maupun kantor pemerintah itu sangat sulit bagi saya, yang pada saat
itu sudah menggunakan Jilbab. Saya juga pernah merasakan saat mau
masuk bekerja ke pemerintahan, saya itu sering di tolak, itu yang
kebanyakan itu orang yang buka Jilbablah yang sering di terima, itu
gak hanya di kantor pemerintah, tapi di mana aja, dikantor-kantor
mana aja itu. Dan lagi pula jilbab pada saat itu merupakan sesuatu
yang ekstrim dan menakuti bahkan ada yang bilang sebagai “hantu”.

Universitas Sumatera Utara

Wawancara dengan Ibu Siti Aminah./wira usaha selaku anggota DPRD Medan
dari PKS
Tempat : Jalan Kasmala no 6 komp. Kejaksaan Medan Tuntungan
Waktu : Jumat, 24 Febuari 2017, Pukul 11.00-12.00WIB
Keterangan:
P

: Penulis

N

: Narasumber

P
N

Bagaimanakah perjuangan Jilbab yang dilakukan oleh Tarbiyah?
Kalau perjuangan khususnya tentu tidak ada, apalagi pada saat itu
tarbiyah merupakan gerakan yang baru tumbuh dan berkembang.
Tarbiyah bukanlah segala-segalanya, tapi segala- sagalanya ada dalam
tarbiyah, maupun politik sosial, ekonomi, teknologi, ini yang kita ingin
terapkan. Kita sebagai orang beriman jauh lebih diutamakan karna
semua milik Allah. Karna Allah telah menyempurnakan agama Islam,
jadi saat aturan Allah mengenai aurat itu sudah menjadi suatu
ketentuan allah. Jilbaber dan Jilbab terjun kepolitik dalam buku Alislam. Seperti bangunan ada pondasi itu adalah aqidah, saat paling
lama buat pondasi karna pondasi yang menentukan kita mau buat
rumah seperti apa, begitu pula dengan agama. Penanaman aqidah
membutuhkan waktu yang lama untuk menentukan arah dakwah ,
diharus dipagari oleh jihad, mau gak mau itulah yang ingin kita
banguna. Perjuangan dengan Jilbab ini, Bagian yang sangat kecil,
politik sangat berkaitan dengan kekuasaa. Kalau kita tidak punya
kekuasaan bagaimana kita menerapkan aturan-aturan allah. Jadi bukan
Cuma Jilbab aja yang kita perjuangkan. Samil watakamilah “sudah
lengkap dan sempurnalah. Itulah Islam.
Bagaimanakah pelarangan Jilbab yang terjadi kepada Riris bu?
Itukan udah lama banget tahun 1991 atau 1992, di dibolehkan syari’i
warna hitam, dulu saya menjadi murabbi. Dan juga ngisi kajian di sma
1 dan sma 2. Riris sekolah di SMA N1 Tebing Tinggi.
Pada saat riris menggunakan Jilbab, ibu juga ikut untuk membantuk
menkonfirmasinya dengan guru agama, bu?
Itu dilakukan sama riris sendiri beserta keluarga. Ibu riris
merupakan guru agama dan ayahnya pegawai pada inalum. Pada saat
itu kita memberikan dukungan dari dalamnya, kita gak datang kesana,
karna malah heran nantinya kalau kita datang kesana. Apalagi zaman
dulu kan. Karna waktu itu kami ngajipun di rumah dia meskpiun
kadang bergilir. Karna mamak dari Riris yang minta Liqo di rumah
beliau karna beliau ingin dengar juga. Jadi keluarganya ikut

P
N

P
N

Universitas Sumatera Utara

P
N
P
N

P
N
P
N

mendukung. Makanya pada saat itu yang datang ke sekolah itu ibunya
yang datang ke sekolah dan menegaskannya bahwa anaknya
menggunakan Jilbab untuk menegakan syartiat Islam. Saya memberi
dukungan untuk Riris dan orang tua dari luar, nanti malahan heran
orang kalau saya datang kesana.
Berarti bu, kalau untuk kajian keputrian itu baru kak riris yang
menggunakan Jilbab, bu?
kalau dia liqo dirumah ke rumah bukan dari sekolahan.
Pada saat kegiatan keputrian dihadiri oleh berapa siswi bu?
15 sampai 20, itu terkadang orangnya bertukaran, makanya itu
beda dengan liqo-an. Riris itu uda jadi liqoad. Tapi yang didalam
kajian keputrian di SMA N1 dan SMA N2 tebing tinggi, ini udah ada
yang mengikuti liqo. Dia inilah yang pertama kalinya menggunakan
Jilbab. Dia yang termasuk melobi sama guru agamanya, makanya kita
kebanyakan sebagai main diluar, mereka yang udak liqo tetap ikut
pengajian di keputrian supaya mengajak teman-temannya Ada,
Dari kajian keputrian yang telah dibuat, berapa jumlah siswi yang
telah menggunakan Jilbab, bu?
Paling ada dua orang dari 20 orang. Perkembangan Jilbab cepat gak
terlalu lama, karena mereka yang kepo dengan Jilbab.
Apakah ibu berperan dalam pembentukan Kajian Keputrian di SMA
N1 dan SMA N2 Tebing Tinggi,?
Jadi bukan kita langsung ke guru agama, dan kepala sekolah itu
karena itu tentunya akan membuat mereka lebih mengehrankan lagi
dengan kita, malah-malah kita dituduh grakan radikal. Jadi dari adekadek yang sudah ikut halaqah, mereka mendatangi guru agama agar
membuat kajian setiap jumat pada waktu shalat jumat. Guru agama
inilah yang memperbincangkan dengan kepala sekolah, dan akhirnya
di bentuklah kajian keputrian. Nah yang menjadi pemateri itu dari
kader-kader Tarbiyah.
Pada awalnya itu kami melakukan Dari ada tarbiyah fardiyah
kepada adek binaan, ini akan terlihat dari sikap kita, bagaimana sikap
kita akan mempengaruhi kedekatan dengan adek binaan. Sikap dan
tingkah laku kita ini bisa menjadi berdakwah bagi orang disekitar kita,
tanpa harus memberikan materi-materi yang berat. Selain itu di
dakwah fardiyah ini, kita harus punya target dalamm mencapai tujuan
dalam dakwah ini. Dakwah fardiyah ini sampai sekarang harus kita
lakukan, apalagi zaman dulu. Kalau kita berdakwah secara langsung
itukan berat. Tarok dulu majalah kita, atau buletin, mereka baca, yang
akhirnya mereka tergugah hatinya. Dakwah fardiyah ini kan punya
target di kantor-kantor dan instansi. Dari dakwah fardiyah ini
terkumpul 4-5 orang dibentuklah menjadi kelompok halaqah, dari
kelompok ini nantinya akan menghasilkan 5x5 harus merekut orang
lain, ya ini seperti MLM. Dari halaqah ini, yang membawanya ke

Universitas Sumatera Utara

P
N

P
N
P
N

P
N

sekolah, harus punya target. Punya binaan. Cepatnya berkembang.
Pada saat itu siapakah nama guru yang menjadi guru agama di SMA
N2 Tebing tinggi bu?
Nama guru agamnya di SMA 2 itu bernama Pak Karim, sebenarnya
saya dengan beliau saudara. Jadi pada saat itu ayah saya anggota
dewan, alhamdulillah dengan ada jaringan itu, jadi saya mudah untuk
ngisi di sekolah-sekolah karena orang dah mengenal abah saya.kita
dekati sama saudara siapa yang kita kenal.
Siapakah Nama-nama adek binaan ibu pada saat itu, bu?
Susayanti, aisyah, Santi dan SMA 2 yang lainnya lagi itu dari sekolah
lain yang saya gabungin dengan SMA N2 Tebing tingi.
Hambatan dalam memperjuangkan Jilbab dalam mengisi kajian
keputrian apa yang dialami, bu?
Kalau hambatan gak begitu kali, karna udah ada jadwal tapi Cuma itu
kita gak bisa flugar kali, ya kita bahas tentang muslimah, dan
penekanan kita pada aqidah. Jadi pada saat itu, juga mengajarkan
tahsin dan guru-guru yang negatif awalnya dengan kegiatan ini,
akhirnya mereka merasa terbantu dengan adanya genda ini. Karna kita
juga mengajarkan tajwid, al-quran, itulah cara-cara rekrutmen . Dan
cara mendekatkan, dalam sebulan 3 kali kita tahsin satu kali kita
ngasih materi-materi tentang keakhwatan. Riris ini kenapa harus
memperjuangkan Jilbab sendiri, karna rasa cintanya sama allah telah
tertanam, jadi memperjuangkan Jilbab semangat. Makanya kenalkan
dekat dia kepada allah. Fiquad dakwah yang diajarkan rasulullah
harus semua.
Selain itu hambatan saya karna orang tua, karna pada saat itu abah
saya bersebrangan dengan saya, beliau tidak membolehkan saya untuk
ikut kegiatan halaqah, bahkan abah saya mengatakan kalau saya ikut
aliran ntah apa-apa. Sebenarnya saya melihat ini lebih kepada faktor
psikologis, karna kan sebelum masuk tarbiyah, saya kan menanya soal
agama sama abah, tetapi setelah masuk tarbiyah dan banyak baca jadi
jarang nanya-nanya lagi sama abah. Apalagi pakaian saya itu Jilbab
panjang. Dan abah saya masuk partai penguasa pada saat itu, jadi ya...
gitu...ada sedikit hambatannya.
Bagaimanakah perkembangan Tarbiyah di Kota Medan, bu?
Tarbiyah dulu masuknya ke medan tahun 1989-an itu dari mesjid
Dakwah USU, tarbiyah menyentuh dari hati. Awalnya tarbiyah uncul
dari Mesjid Salman ITB, bahkan mereka buat kaset dan buletin,
makanya kami minta buletin yang mau di sebarkan nantinya di
sekolah-sekolah itu dari Salman. Saya sering memberikan majalah,
potocopian, tabloid, mereka semua nagis.

Universitas Sumatera Utara

Wawancara ke 5
Wawancara dengan Ibu Siti Hajar./ selaku anggota Korwil PW PII pada tahun
1984
Tempat : Tanjung Anom
Waktu : Minggu, 5 Febuari. Pukul 19.05-19.40 WIB
Keterangan:
P

: Penulis

N

: Narasumber

P

Pola-pola atau usaha-usaha apa yang dilakukan oleh gerakan ibu
dalam memperjuangkan penggunaan Jilbab?
Untuk anak –anak itu usaha penanam Jilbab di targertkan, awalnya
orang tidak peduli tentang Jilbab, Sebelumnya, usaha usahanya di
traininglah termasuk umi, di tanamkan sekali, sebelumnya kan belum
ada di sekolah umum yang berjilbab, di pengurus wilayah 83-84 dari
pusat PII buatlah training-training Jilbab untuk di masyarakatka.
Training ini kan diisi oleh kakak dari Jakarta yang dari Perguruan
Tinggi yang favorite juga. Ditrainingkan ada sesion aqidah nanti ada
sesi tanya jawab barulah dimasukkan tentang Jilbab dengan ada
penekananya surat An-nur dan surat Al-hazab menanamkan Jilbab,
kalau anak PII memang berjilbab. Juga nantinya di training ini kan di
Follo up di buatlah ta’lim-ta’lim, trus juga kami juga ada buat
selebaran contohnya masa kami itu di buat brosur di tebarkan-tebarkan
usahanya. Kalau usaha lainya apa ya, di ta’limlah pendalaman
mengenai Jilbab. Kalau umi sendiri sama teman-teman juga ada bikin
Jilbab yang praktis lalu umi jual ke kampus sama teman-teman.
Siapa yang menjadi peserta trainingnya umi?
peserta banyak yang mau, biasanya itu dari SMP, ada tapi yang banyak
SMA sederajatnya, di wilayah pun mahasiswa pun ada,
Biasanya Umi ynag ikut training itu berapa orang jumlahnya umi?
Kalau yang ikut training dulukan jumlahnya banyak sampai ratusan,
biasanya tu satu kelas itu ada 30 orang, kelas yang biasa di pakai itu
ada 4kelas, tapi kalau di wilayah itu sampai 8 kelas juga. Gak seperti
sekarang susah cari orang untuk ikut training. Selain itu juga ada
alternatif training juga, seperti GAS itukan gerakan amal shalel,
Usroh, Syiam,
Itu kegiatan lainnya atau sama dengan Training itu bu?
Sebenarnya itu Cuma beda namanya aja. Itukan alternatif karena
asas tunggal jadi pada saat penerapan asas tunggal, kan PII menolak
asas tunggal. Jadi PII ini dilarang, ya kami melakukan kegiatan

N

P
N
P
N

P
N

Universitas Sumatera Utara

P
N

P
N

P
N

sembunyi-sembunyilah. Saat itu training-training dilarang. Yah,
dibuatlah namanya GAS, USRO sama Syiam ini. Sebenarnya ini
pertemuan pengajian-pengajian namanya beda tapi bobotnya atau
muatanya sama untuk pengkaderan juga.
Apakah hasil out put yang diproleh saat memperjuangakam Jilbab?
Kalau di bilang hasilnya, ya pasti ada, contohnya di perapat yang
sekolah-sekolah umumnyakan belum ada yang menggunakan Jilbab,
jadi setelah seminggu mereka di training, ya mereka terbiasa jadinya
menggunakan Jilbab. Walaupun ke sekolah belum banyak yang mau
menggunakan Jilbab, tapi kalau ke pengajian-pengajian semakin
banyak yang menggunakan Jilbab. Nah dari teman yang ikut training
ini pakai Jilbab, teman-teman yang lain yang gak ikut training jadi
termotivasi juga untuk menggunakan Jilbab. Jadi memasyarakatkan
Jilbablah.
Umi, adakah contoh kasus pelarangan Jilbab, yang umi ketahui?
Kalau contoh kasusnya umi gak pala tau, kan pada saat itu di sini
masih baru menyemarakan semangat Jilbab, yang umi bilang tadi
memasyarakat Jilbab. Jadi belum ada, lagi pula itukan tahun 84 setelah
86 umi gak terlalu aktif di PII lagi, jadi umi gak tau juga.
Adakah hambatan yang dialami selama memperjuangkan Jilbab?
Kalau hambatan mungkin yang ada komplain, dari orang tuanya di
anggap orang tuanya yang sudah berjilbab kemana-mana itu masuk
gerakan radial dan aneh, padahal mamaknya itu seorang yang
taat,ustadz, tapi hanya mengasih pakai Jilbab hanya ke PII saja,
dilarang juga kemana-mana berjilbab. Sama di masyarakatkan belum
ada yang memakai Jilbab, jadi yang pakai Jilbab sering di ejek
“jahula, jahula”

Universitas Sumatera Utara

Wawancara ke 6
Wawancara dengan Ibu i./ selaku seketaris Pimpinan Wilayah Pelajar Islam
Indonesia (PW PII)
Tempat : SMK SWASTA PAB Helvetia.
Waktu : Selasa, 21 Febuari 2017. Pukul 11.05-11.35 WIB
Keterangan:
P

: Penulis

N

: Narasumber

P
N

P
N

P
N

Bagaimanakah hubungan pemerintah Orde Baru dengan kelompok
Islam pada masa Orde Baru?
Ya, waktu itu kan tahun 80-an, pemerintah Orde Baru berusaha
supaya ormas itu satu, terutama asasnya, jadi dibentuklah UU
keormasan, UU Keormasan inilah yang dipaksakan agar dijadikan
pedoman sehingga asasnya yang semula itu memilik asas yang
berbeda ada yang Islam dan lainnya. Dan mereka harus merubahnya
dan taat dengan pancasila. Jadi sifatnya menyesuaikan diri dengan
Undang-undang. Hanya memang ada beberapa organisasi yang tidak
mematuhi itu, diantaranya ya PII. Jadi komunikasinya Cuma satu
arah dari pemerintah.
Adakah peraturan yang dibuat oleh pemerintah sebagai bentuk
represif terhadap kelompok Islam,pak?
Mereka mengatakan itu tidak menghambat tapikan kita, asas itu kan
menentukan. Ketika asas itu dipaksakan mesti pancasila ya akhirnya
menjadi gerakan kita panas. Jadi kita tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi
ketika daedline itu PII tidak menyetujui dengan asas tunggal. Karna
PII tidak menerima, akhirnya PII melakukan kegiatan, akhirnya ya
terhambatlah, ketika terhambat untuk bisa mengadakan training,
kegiatan lainnya. 10 tahun PII Tiarap pada saat itu. Tidak bisa
mengadakan kegiatan itu.
Bagaimanakah PII memperjuangkan dalam memasyarakatkan
Jilbab?
Kegiatan yang kita lakukan dalam memasyarakat Jilbab selain
training, ladreship training. Kita ada kegiatan Usroh, kelompokkelompok kecil. Sebelum training LBT diadakan 7 hari ada kegiatan
Pra Bhatra atau Pra LBT diadakan 2 hari, satu diantara kita
mensosialisasikan Jilbab. Anak-anak pada saat pergi kesekolah
menggunakan Jilbab, tapi didepan gerbang dibukanya lagi Jilbabnya,
begitu pula pada saat pulang baru dipakainya lagi. Sampai seperti itu
dulu hambatannya. Yang diikuti oleh siswa-siwa, walaupun ada

Universitas Sumatera Utara

P
N

P
N

P
N

mahasiswa juga.
Jadi pak, didalam kegiatan training inilah baru dimasukkannya
materi-materi Jilbab ya, pak?
Ya, ada satu materi didalam kegiatan Ladership Basic Training, itu
namanya materi Dinul Islam, dimateri ini kita memperlihatkan
mengenai Islam secara kaffah, nah disitulah dimasukan materi
pertama mengenai penyadaran tentang Jilbab. Nanti ada materi
tentang Fiqun Nisa’ didalam materi ini memantapkan lagi anak-anak
yang terutama perempuan mengenai Jilbab. Dari training-training ini
nanti dibentuklah Ta’lim sebagai bentuk Follow UP.
Hambatan –hambata apa yang dialami PII dalam memperjuangkan
Jilbab, pak?
Di tubuh PII justru tidak ada, kita berhadapan sama pandangan orang
terhadap Jilbab masi asing, tahun 80-an itu, ada 16 orang
penumpangnya 11 diantara perempuan hanya 1 yang menggunakan
Jilbab. Karena Kesadaran masyarakat masih minim pada saat itu.
Apakah hasil yang diperoleh dari PII dalam memperjuangkan Jilbab,
pak?
Kalau jumlahnya sikit lah ya, ada nampak. Karena PII bersifat pelajar
ya dikalangang pelajar aja yang nampak. Dan sangat disayangkan
untuk di lingkungan masyarakat pada saat itu, belum bisa terlalu
banyak mempengaruhi masyarakat untuk menggunakan Jilbab. Tapi
kalau sesama pelajar itu kelihatan, kader-kader PII menjadi panutan
bagi teman lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Wawancara ke 7
Wawancara dengan Ibu Suryah Nisa./selaku korban dalam pelarangan Jilbab pada
masa Orde Baru
Tempat : Jalan Balai Umum Gang Pisang tembung.
Waktu : Selasa, 7 Febuari 20117 pada pukul 14.40-15.35WIB
Keterangan:
P

: Penulis

N

: Narasumber

P
N

Bagimana Awal mula dari pelarangan Jilbab yang Ibu rasakan?
Kan umi dari sekolah umum di Sekolah Menengah Ekonomi
pematang siantar, jadi disekolah tidak dibenarkan untuk berpakaian
muslimah. Minta izin sama kepala sekolah tapi tidak di izinkan, jadi
dari tahun pertama di sekolah belum diizinka, kabarnya kalau satu
orang tidak dibenarkan kalau banyak dibenarkan, jadi berkumpullah
ada sepuluh orang, tapi ternyata di kasi tausiyah aja. Kepala sekolah
bilang tidak usah dululah. Jadi kita ingin menggunakan Jilbab bukan
karna ada yang nyuruh pakai Jilbab tapi karna ada panggilan dari hati.
Jadi tidak bisa dikatakan tidak, walupun harus bersembunyi-sembuyi
tidak mengajak kawan-kawan karna kawan kawan tidak berani. Jadi
umi sendrilah yang pakai Jilbab. Dari rumah pakai Jilbab, sampai di
lokal ganti bajunya itu, Cuma rok aja di ganti dengan Jilbab di buka.
Pada satu hari Umi pernah terlupa membawa roknya, dari guru-guru
yang tidak senang, tapi Umi tidak meneruskan lagi karna lupa ya, umi
ke sekolah seperti biasanya, sampai di lokal umi ganti dan yang
menjaga itu teman umi orang kristen.
Ternyata tanpa umi sadar, ada yang memperhatikan umi, pas umi
pulang dia menyampari umi, orang yang itu kakak kelas. Saat Umi
masuk kelas dua, diakan kelas tiga, ternyata dia udah mempersiapkan
baju sekolah itu dah lengkap, dan dia berniat membagikan pakaian
yang lengakap itu sama siapa yang mau. Umi, padahal gak pernah tau
dengan kakak kelas itu. Suatu hari datang kakak itu dia ngajak
umilah,dia bilang kenapa kita gak pakai Jilbab ke sekolah aja dan dia
juga bilang, ini paggilan dihatinya dia mengatakan gak mungkin di
tunda lagi. Jadi umi bilang, kalau memang mau, yaudah sekalian
sama-sama, ada satu lagi teman umi. Yang satu angkatan dengan umi,
umi panggilla dia. Bertigalah kami, berencana besoknya, tapi kami
berencana memberitahu kepala sekolah baru pakai Jilbab, tapi tau-

Universitas Sumatera Utara

taunya kepala sekolah tidak bisa di jumpai, ada dua kali kami mau
jumpai kepala sekolah, tapi kepala sekolah tidak bisa di jumpai,
akhirmya umi bilanglah “kalau kita tidak beraksi pasti tidak ada
reaksi”. Kalau kita melakukan langsung memakai Jilbab, pasti kita
akan tau reaksi mereka seperti apa penolakan atau menerima.
Kita sepakatlah besoknya memakai busana muslimah jangan ada
yang tidak ya. Kami sepakat akan menggunakan Jilbab dari besok kita
bismillah sampai seterusnya ya. Jadi teman umi yang dua itu
bersepakat. Besoknya umi masuk dan baris, awalnya tidak ada yang
pakai busana muslimah. Pas baris itu jadi kami bertiga mencolok
sendiri. Seketikalah pas itu jadi rami, hebolah sampai ada yang bilang
ada apa itu. Tapi kami hanya yakin pada saat baris tidak mungkin di
lucuti pakain, yang perlu ditahan telinga kita dan mulut kita tidak usah
membantah sedikit apa yang mereka bilang. Denga aksi diam lah
kami, jadi pas baris itu langsung ributlah,trus ditengok sama guru