Gerakan Islam Indonesia Dalam Memperjuangkan Penggunaan Jilbab Pada Masa Orde Baru

(1)

TRANSKIP WAWANCARA Total Narasumber:

• 2 (dua orang) dari organisasi Tarbiyah

• 2(dua) orang dari organisasi Pelajar Islam Indonesia

• 2(dua) orang dari Himpunan Mahasiswa Islam

• 1(satu) orang korban dari pelarangan Jilbab

• 1(satu) orang penulis buku “revolusi Jilbab”

Wawancara 1

Wawancara dengan bapak Drs. Ahmad Taufan, MA/staff pengajar Universitas Sumatra Utara selaku Ketua HMI Komesariat Fisip USU pada tahun 1984

Tempat : Fisip USU

Waktu : Kamis, 24 November 2016, Pukul 10.15-11.00 WIB Keterangan:

P : Penulis N : Narasumber

P Bagaimankah sejarah lahir dan berkembangnya HMI, pak?

N Itu kan di Yogyakarta Lafane Pane yang berinisiatif berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam, tentu saja itu sebetulnya untuk menjawab tantangan politik waktu itu, dimana kelompok-kelompok kebangsaan yang nasionalislah itukan, karna ada Bung Karno dan PNI segala macam, memang secara politik lebih dominan dibandingakan kelompok-kelompok Islam, padahal kelompok Islam merasa bahwa kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaankan, misalnya Serikat Dagang Islam, Serikat Islam juga individu-individu. Karna itu sekelompok orang yang dipimpin Lavane Pane mendirikan HMI. Secara politik dilihat-lihat ada afliasi dengan masyumi, tetapi secara formal tidak ada, tetapi bahwa ada kedekatan itu iya.

Dalam perkembangannya mendapat sambutan yang luar biasa,Tidak hanya di Jawa, di Sumatra, di Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara tumbuh pesat, karna memang organisasi seperti ini dibutuhkan oleh kalangan-kalangan mahasiswa yang sebelumya ada PII untuk pelajar, tetapi yang bisa lintas golongan Islam itu belum ada, makanya HMI menjadi jembatan anak muda. Kelompok anak-anak muslim kota, lebih mencirikan Islam


(2)

modrenis sampai tahun 1980 dan 1990 an. HMI pada saat itu Relatif belum ada tandingannya. PII afliasi langsung ke NU, HMI tidak ada afliasinya. Dia lebih bebas masuk ke mana aja.

Zaman Orde Baru partai-partai Islam dipersatukan dalam PPP, tidak heran jika Pak Harto merubah arah kebijakan, menjadi lebih pro kepada Politik Islam, anak anak HMI semakin kuat di Golkar itu dengan kata lain menghijaukan Golkar seperti Akbar Tanjung. Tapi sebelumnya mereka dilapis kedua, begitu Pak Harto memberikan lebih banyak porsi ke pada kelompok-kelompok Islam.

Pada tahun 1980, 1990, dan 2000 orientasi anak HMI tidak lagi politik formal, tetapi juga politik non formal, politik formal itu kan partai politik maupun birokrasi. Pada zaman Soharto dan Habibi, HMI mengisi posisi politik penting di DPR dan pemerintahan.

N Bagaimanakah hubungan kelompok Islam dengan pemerintah Orde Baru pada saat itu, pak?

Pada awalnya Islam menjadi ancaman bagi Soeharto, tetapi akhir tahun 1980-an posisi anak-anak HMI menjadi lapis kedua, hanya sedikit yang lari menjadi gerakan opisisi, terutama apa lagi dengan diberlakukannya asas tunggal pancasila 1983 ke 1985, tetapi setelah itu karna semua orang butuh organisasi ya kembali lagi. Tidak mau, ya harus nerima.

HMI MPO pun meski secara resmi tidak mengakui tapi sebetulnya secara defacto dia mengakui, tentunya karna sikap dia setengah-setengah, HMI MPO tidak berkembang realatif cepat, tidak sebesar secepat dibandingkan HMI DIPO tetapi mengatur strategi lain. Itu keliatan ICMI dibangun dan memanfaatkan ruang di berikan buat Pak Harto kepada kelompok Islam itu tahun 1990 awal.

P Pada masa itu sepengetahuan Bapak, organisasi Islam manakah yang aktif menyebarkan syiar penggunaan Jilbab bagi perempuan?

N Tahun 80an dikeluarkan pelarangan Jilbab, sebetulnya tidak hanya HMI tetapi HMI lebih frontal. Tetapi NU juga melakukan perlawan dengan pendekatan yang lebih lunak. Jadi memang, Gerakan masa untuk berjilbab menjadi gerakan masa yang masif. Awalnya ditolak, dibatasi lalu kemudian diizinkan.

Pemerintah Soeharto melihat ini merugikan kalau seandainya tetap ada pelarangan atau pembatasan sekali pun, nanti dia akan berhadapan dengan arus masa yang besar. Paling tidak diberbagai kota setiap ada orasi-orasi mengenai Jilbab bisa ratusan ribuaan dan pemerintah Soeharto pada saat itu cukup khawtir. Padahal disisi lain Pak Harto ingin merangkul politik Islam, dia pikir ya sudahlah, akhirnya di izinkan. Tidak itu saja, masa itukan dipimpin pak Daud Yusuf, beliau mengeluarkan kebijakan pas bulan puasa anak-anak itu gak ada liburnya, padahal tahun sebelumnya itukan sekolah diliburkan satu bulan penuh pada bulan Ramadhan.

P Tindakan atau pola-pola apa yang dilakukan oleh HMI dalam memperjuangkan penggunaan Jilbab?


(3)

N Dari kampus-kampus. Saya masih ingat betul, kita bikin training datangkan guru-guru ngaji atau ustadz-udtadz yang bisa memberikan keyakinan kepada mereka akan kewajiban pakai Jilbab, yang pertama memakai Jilbab disini yaitu Lusi Dosen Komunikasi dan Musdalifah. Itu memang kita lakukan melalui training-training di Mesjid Dakwah. Didakwahlah kalau di USU pusatnya, dulu belum adanya Mesjid yang ada cuma mushala di Fakultas Kedektoran. Pada saat itu areanya masih milik USU, Mesjid Dakwah sekarang udah keluar dari USU.

Ada satu tokoh juga disini, Masri Sitanggang berhasil meyakinkan pihak rektorat untuk menjadikan training-tarining itu menjadi kurikulum agama. Pada tahap pertama dia latih dulu instruktur, yang dilatih oleh Mesjid Salman. Saya kader pertama dan Pak Gatot. Kemudian ini menjadi instruktur buat mahasiswa di USU, Seluruh fakultas oleh USU dijadikan wajib ikut, ini untuk meniru salman. Matakuliah agama itu, Ada beberapa hari training (nginap) di Mesjid Salman.

Kalau di sini dulu diadakan seminggu, inilah yang menjadi cikal bakal munculnya PKS. Tapi awalnya tidak ada afliasi ke partai mana pun. Pada awalnya masih murni gerakan mahasiswa. Jaringan mesjid-mesjid kampus pusatnya ada dua salman, ITB, sama juga UGM. Di USU sendiri dimasukan kurikulum. Ada dua kewajiban mahasiswa yang mengambil matakuliah agama yaitu training dinamakan pesantren kilat dan harus ikut PAP (Pengajian Ahad Pagi) ada absennya, itu menjadi saran yang masif untuk gerakan Jilbab. Ditraining dia harus menggunakan Jilbab beberapa hari itu, kemudian di PAP dia juga menggunakan Jilbab. Jadi lama-lama banyak yang menggunakan Jilbab. Walaupun di pengajian di pakai lalu pas pulang dibuka lagi.

Pada awalnya, Diluar pun belum terlampau lazim, menjadi pemula ditengah masyarakat yang belum menganggap sesuatu yang wajib dan menjadi yang lazim di tengah masyarakat, pastinya ancam dan ejekan ninjan, di caci maki bahkan ada yang dilempar, mangkanya trainingnya di luar kota, semacam konstrentasi untuk di yakinkan, ada metoda training sampai mereka di bai’ah. Ada yang pakai seminggu gak tahan termasuk keluarganya mempertanyakan karna itu tidak lazim. Orang tuanya yang sudah berhaji pun masih khawatir dengan anaknya, gimana nantinya di di kampus dan dengan temannya.

setelah pulang dari kegiatan pesantren kilat itu, kita melakukan pengamatan dan mendukung bila ada yang menggunakan Jilbab. Bahkan pada saat itu, hasil dari pemantuan kita, ada Mahasiswi yang menggunakan Jilbab tetapi tidak beberapa lama melepaskan, sehingga saya dan teman-teman melakukan diskusi mengenai mahasiswi tersebut, kenapa dia melepaskan Jilbab

Dulu memakai Jilbab semacam perjuangan Jihad yang luar biasa. Harus melindunginya mahasiswa yang menggunakan Jilbab seperti apa. Tapi yang menolong itu semua kan karna ada jaringan. USU memberikan


(4)

tangggung jawab untuk membuat training-training di kampus-kampus, SMA-SMA itulah yang menjadi cikal bakal rohis.

Meskipun sebagian yang kecewa dengan asas tunggal. Ketika HMI terjadi perpecahan, banyak yang mengambil jarak dengan HMI, kemana kita lari?. Ya gerakan mesjid kampus. Apa yang membuat kita menjadi bergairah dalam gerakan? salah satunya isu Jilbab, kita rutin datang kerumahnya, ngomong dengan orang tuanya dan meyakini dia. Membawa lagi ke pengajian kita bahas individu yang membuka Jilbab. Kita bahas orang perorang. Itu menjadi sangat strategi bagi anak-anak HMI yang aktif di mesjid. Setelah gerakan ini semakin masif. Presiden, tahun 1990 presiden merubah kebijakan lebih akomodatif, makanya di dorong bikin ICMI.

P Bagaimana Bapak masri sitanggang meyakinkan rektor, pak?

Dia kan mahasiswa senior, dia sebenarnya usianya jauh di atas kami dia stamabuk 1977 atau 1978, dianya dari muda udah ikut dalam gerakan dakwah. Ketika dia kuliah, dia dekatilah dosen agama Bapak Yaqub Hasibuan. Bersama bapak ini mendekati pihak rektorat. Padahal rektorat agak sedikit khawatir dengan kelompok-kelompok Islam. Pak A.P. Parlindungan religius tetapi dia tidak suka organisasi yang Islam, Sama seperti disini, pak Adam Nasituin dari keluarga yang religuis tapi dia tidak suka dengan kegiatan-kegiatan Islam. Tapi kami Berhasil meyakini pak Adam Nasution. Sama halnya dengan Pak A.P Parlindungan yang berhasil diyakini oleh bang Masri. Kami berhasil meyakini pak Adam. Akhirnya, dia saya undang, akhirnya beliau datang dalam acara itu, dia sebagai orang tua.

Disisi lain hampir sama kayak disini, istilah dulu adanya kelompok jihad, intel-inetel yang masuk ke HMI, HMI dianggap sebagai Islam Radikal, makanya pada saat itu Dekan khawatir. Tapi kedekatan kita bisa membuat dia yakin. Pada saat buat kegiatan kami menggunakan lambang HMI. Dia pertama kali lihat dia marah, dia pidato, dia bilang“ jangan bawah-bawa lambang, saya sebenarnya tidak setuju”. Sesuai dengan peraturan pada saat itu, organisasi ekternal tidak boleh masuk, itukan pada zaman NKK BKK. Kita bisa trobos sampai sekarang, kita punya pendekatan ayah anak, supaya lebih yakin lagi dia, kami jadikan beliau sebagai pembicaranya

P apakah hasil out put yang diperoleh oleh gerakan saudara saat memperjuangakam Jilbab?

N Keberhasilan strategi membuat Mesjid-mesjid kampus itu menjadi bagian intergal dari kampus sehingga dakwah dikampus menjadi besar. Harus diakui gerakan Jilbalisasi itu dimotori oleh kelas menengah kampus. Dan masyrakat jauh lebih menerima jika mahasiswa yang menggunakan Jilbab. Karna pada saat itu mahasiswa menjadi kelas menengah, Orang kampus jadi panuntan.


(5)

Jilbalisasi anak-anak muda. Bagi masyarakat kita dulu, orang kampus mejadi panutan otomatis mayarakat kita juga menggunakan Jilbab, jika mahasiswa-mahasiswa menggunakan Jilbab juga. Gerakan Jilbab di motori oleh anak-anak kampus, sebagian besar dari anak-anak HMI. Gerakan Jilbalisasi di luar HMI yang memarakan Jilbab dimana-mana. Gerakan Islamisasi memang masif tidak hanya Jilbab. Jilbab menjadi salah satu gerakan Islamisasi, sehingga Jilbab menjadi simbol jika itu sukses, maka gerakan Islam itu juga sukses.

Wawancara dengan bapak Drs. Ahmad Taufan, MA/staff pengajar Universitas Sumatra Utara selaku Ketua HMI Komesariat Fisip USU pada tahun 1984

Tempat : Fisip USU

Waktu : Senin, 20 Febuari 2017, Pukul 11.05-11.35 WIB Keterangan:

P : Penulis N : Narasumber

N Bagaimanakah hubungan komunikasi yang dibangun antara pemerintah dengan kelompok Islam pada masa Orde Baru?

P Pada tahun 80 an awal itu, situasi hubungan politik antara pemerintah Orde Baru dengan kelompok Islam belum harmonis. Masih situsai melanjutkan situasi politik tahun 70-an, walaupun aneh sebetulnya, pada situsi politik menjatuhkan Soekarno itu, Kelompok Islam paling didepan. Kelompok Islam dengan Soeharto dulunya berkoloborasi, apakah Masyumi, NU, dan kelompok Islam lainnya juga diisi oleh tokoh-tokoh Islam, tapi yang paling aktif itu pemuda-pemuda Islam, dengan tokoh-tokoh Islam di dalamnya.

Begitu Soharto berkuasa. Dia justru pelan-pelan mulai terjadi ketengangan. Tahun 1980-an ketegangan masih ada, makin tenggang lagi dengan asas tunggal pancasila. Pada keadaan sama Gerakan kultural, pengajian-pengajian makin marak serta Jilbalisasi juga. sebelumnya orang-orang di Indonesia mengenal kerudung dengan baju kurung. Tapi mulai 80-an orang udah mulai mengenal songkok. Memang ada kelompok Islam yang lebih awal yang mengenal songkong seperti kelompok Aisyiah tahun 30-an.


(6)

dukungan politiknya kurang bagus. muncul gerakan kultur mendapat respon yang kurang baik, menimbulkan serta memperkuat tensi ketegangan antara pemerintah. Di tambah lagi dengan Asa tunggal tidak hanya terjadi dengan kelompok Islam, tetapi juga kelompok marhein, gerakan Marhein juga bubar, tidak hanya PII yang menolak gerakan asa tunggal ada dua organisasi yaitu Maherin dan PII, kalau HMI akhirnya menerima. Meskipun secara politik GMNI dan GMKI tidak nyaman dengan asa tunggal. Seperti Sikap otoriterian memaksakan kepada masyarakat bahwa dia harus menginterfensi bahwa kelompok-kelompok ormas harus begini.

Tahun 90-an Kebijakannya merubah lebih mengakomodosi, baru didorong dengan pendirian ICMI berdiri, pendirian Bakti Amal Shaleh, Soharto mulai mengahdiri muktamar NU, mulai aktif dengan kegiatan ke agamaan dengan menggunakan simbol keagamaan dengan pakai baju kokoh, pakai kopiah putih itu, dia pergi haji. Tapi tahun 1980an dan tahun 1990-an awal anak muda dari NUdan HMI mulai memasuki Partai Politik, salah satu tokohnya Akbar Tanjung. Dengan tokoh HMI dan NU yang ramai mendatangi Golkar, karna partai besar. Mengakibatkan terjadi meleburnya tokoh Islam dengan kedalam pemeritah, sehingga ketegangan pemeritntah dengan Islam juga menurun, sehingga sejalan dengan menurunnya itu, Jilbalisasi tidak menjadi seesuatu yang ekstrim, karna dulu dianggap panatik. susana keagamaan juga di pengaruhi oleh suasana politik. Ada kaitan dengan pewacanaan politik apa yang berkembang.

P Bagaimankah pola atau strategi yang dilakukan oleh HMI dalam memperjuangkan Jilbab?

N Ini strategi yang awalnya di mulai dari internal dengan membuat satu wacana untuk Kohati itu jadi diwajibkan pakai kerudung padahal dulunya tidak, tokoh-tokoh HMI tahun70-an itu tidak pakai Jilbab. Tapi tahun 80-an ketika HMI mendorong Jilbalisasi dibangun dengan keadaan situasi internal, merasa berasalah dan merasah terusir sehingga terdesak untuk pakai songkok, berikutnya gerakan keluar. Anak HMI bikin pengajian ke luar, salah satunya buat pengajian ke SMA-SMA bikin training-training salah satunya itu pesantren kilat. Kalau anak putri itu setelah training pakai Jilbab, pelatih dan instruktur selalu menanyakan udah pakai Jilbab atau belum.

Gerakan Jilbalisasi itu masif, seorang caknur bikin puisi lautan Jilbab.Pemerintahanya bersebrangan dengan dia, dengan stratgi Gerakan sosial budaya sebagai strategi perlawanan dengan lari ke mesjid-mesjid, yang pada jaman itu, salah satu bentuk gerakan perlawanan. Gerakan dari mesjid kampus ini, akan aman.

P Bagaiamana Usaha yang dilakukan Bapak Masri Sitanggang pada saat itu?


(7)

Sebenarnya Pihak mesjid dakwah ini melalui tokoh-tokoh nya salah satu nya Masri Sitangggang. Training didakwah itu berhasil meyakinkan pihak rektorat supaya memasukannya menjadi mata kuliah Agam Islam, supaya mengakomodasi itu kegiatan training-tarining Islam itu. Maka kewajiban yang mengambil matakuliah agama maka dia harus mengikuti kedua kegiatan yaitu pengajian Ahad pagi dan training. Dalam training dan pengajian itukan menjadikan sebagai sosialisasi mengenai Jilbab makin kuat.

P Bagaimanakah keberhasilan dari gerakan yang dilakukan oleh HMI dari segi kua ntitas?

N Kalau untuk keberhasilan dari segi kuantitas sulit ya, karna Setelah pulang pesantren kilat, tentunya lebih banyak tidak pakai. Tapi kalau misalnya jika ada 100 orang yang ikut traning yang pakai Jilbab 20 orang berhasil menggunakan Jilbab setelah tarining mungkin kurang dari 20 orang. Tapikan tiap tahunya dengan penambahan 20 orang lalu tahun depan 20 orang lagi dan seterusnya kan ini menjadikan kampung ini jadi biasa dengan Jilbab. Tapi lama nanti akan nambah, makin lama-makin banyak. Dengan selama-makin banyak yang pakai Jilbab maka perempuan yang lainnya Menggapangkan untuk mulai memakai Jilbab. Karna Gak ada yang ngejek lagi, ninja, ninja. menggapangkan akhirnya kadre-kader pesertanya udah pakai Jilbab. Bertahap, awal-awalnya dari 100 yang pakai Jilbab 20 yang berhasil pakai Jilbab, jumlah jadi bertambah tiap tahunnya.

P Adakah hambatan yang di hadapi HMI dalam hal memperjuangkan Jilbabnya pak?

N Hambatan. Awalnya Ada ketagangan dari negara kepada gerakan mesjid makin efektif karna banyak buku bacaan yang menganjurkan kita mulai masuk ke mesjid-mesjid. Karna kalau mesjidkan kegiatan keagamaan. Karna gak mungkin di interfesni oleh intel-intel. Sehingga leluasa bikin apa aja. Itu strategi yang dianggap jitu, akhir di tiru di semua di Indonesia yang memulai awalnya itu dari IPB, ITB masjid salahudin. Banyak buku-buku yang menginspirasi gerakan Islam dari mesjid-mesjid.


(8)

Wawancara 2

Wawancara dengan Ibu Dra. Mazdalifah, M.Si., Ph.D./staff pengajar Universitas Sumatra Utara selaku seketaris KOHATI pada tahun 1985

Tempat : FISIP USU

Waktu : Jum’at, 6 Januari 2017, Pukul 11.00-12.10 WIB Keterangan:

P : Penulis N : Narasumber

P Bagaimanakah hubungan komunikasi yang dibangun antara pemerintah Orde Baru dengan kelompok-kelompok Islam?

N Kalau menurut saya, memang pada masa Orde Baru kelompok-kelompok Islam inikan mendapat perhatian spasial dari pemerintah.Dia itu di jaga sekali supaya kelompok Islam ini tidak bertindak diluar apa yang tidak diingikan pemerintah, sehingga untuk mencapai itu, mereka melakukan komunikasi. Menurut saya waktu komunikasi intensif hanya beberapa pihak saja yang dianggap berpihak pada masa Orde Baru,tetapi kelompok yang mengkritisi pemerintah tidak terlalu intens, contohnya itu ICMI dan NU yang melakukan komunikasi yang intesif, tetapi Muhammadiyah gak pada saat itu.Pada zaman Orde Baru banyak mendatangi pesantren-pesantren membangun komunikasi dengan ulama-ulama.

P Adakah Kendala atau Peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah sebagai bentuk represif terhadap kelompok Islam pada saat itu, bu?

N Ya, ada. kan karna waktu itu, pada masa kami itukan dasar semua itu pancasila, yang menjadi problamatika, yang mungkin sebagian besar kelompok-kelompok Islam tidak menyetujui itu, kan biasanya yang menjadi acuankan Alquran dan Hadist. Tetapi ketika negara hadir dan menjadikan setiap aktivitas dasarnya harus Pancasila, inilah ya menjadi hubungan pemerintah dengan kelompok Islam, yang menyebabkan disharmoni.

P Bagaimanakah hubungan pemerintah dengan HMI pada saat itu, bu? N HMI pada masa itu mencoba memahami pemerintah, HMI ini

bukan gerakan radikal tapi cendrung menyesuaikan dengan keinginan pemerintah, berusaha untuk masuk disitu. Saya lihat dan amati banyak tokoh HMI yang tidak setuju, konflik itu ada, pancasila sebagai dasar tunggal. Tapi realitanya diantara tokoh-tokoh HMI ada mendekati pemerintah, menyesuaikan gitu. Ada sebuah kompromi di pancasila disitukan ada ketuhanan yang maha Esa yang mengakomodir Allah,


(9)

Tuhan dan agama hadir di pancasila itu.

P Pada masa itu sepengetahuan ibu, organisasi Islam manakah yang aktif menyebarkan syiar penggunaan Jilbab bagi perempuan?

N HMI termasuklah ya, berdasarkan pengalaman saya. Sebetulnya saya sendiri tersentuh dari HMI, karna ada pesantren kilat dan kami di pesantren di campkan nginap, yang menyampaikan juga menggugah hati kita, jadinya mengena, di sampaikan malam-malam. Saya masih ingat yang ngasih materi namanya zahrumzem yang memberikan ceramah. Pemikiran saya, setelah pesantren, berarti itu wajib, bisa jadi amal kita tidak di terima, karna kita belum sempurna. Dari situ banyak baca buku-buku, mencari mana dalilnya.Waktu ada dua orang yang sudah menggunakan kerudung Rosmala Dewi dan Lina Sudarwati. Ketika berbicara Jilbab berkaitan dengan penampilan.

Saya menggunakan Jilbab, saya modifikasi syar’i tapi bagus. Begitu saya pakai Jilbab banyak komen, bahkan ada teman saya yang mengatakan kamu pakai Jilbab semakin cantik. Orang yang dulu beranggapan Jilbab itu keliatan kuno disitu saya bisa mendobrak. P Dan bagaimanakah Tindakan atau pola-pola apa yang dilakukan oleh

HMI dalam memperjuangkan Jilbab, bu ?

N Jadikan ketika kita di pesantren, Anak-anak semester1 atau 2, senior-senior HMI memantau dan setelah itu pesantren berlalu mereka mengingatkan bahwa ayo pakai Jilbab ayo pakai Jilbab. Tetapi disaat itu Saya pikir harus belajar dulu walaupun disuruh suruh senior. Ada satu sesi di bai’ah untuk menggunakan Jilbab. Kami di panggil satu satu. “ Masdalifah bersediakah kamu meggunakan Jilbab “. Pada saat itu saya jawab tidak. Tetapi setelah itu saya belajar diskusi dengan orang tua, awalnya memang berat. Orang tua saya khawatir, bagaimana kamu di kampus, bagaimana nanti mendapatkan satu hal yang mengalangi kamu sukse disini. Saya berusaha meyakinkan orang tua. Orang tua akhirnya menyerah. Peran senior-senior menguat kami dalam setiap acara, selalu ditanya mana Jilbabnya?, Mana Jilbabnya? Satu sisi gak nyaman juga, tapi justru saya banyak belajar, memang gimana ya aturan dalam Islam? gitu.

P Apakah ada hasil yang dirasakan oeh HMI saat memperjuangakan Jilbab?

N Saya merasakan ada. Mereka menghimbau, melakukan pendekatan personal. Tapi memang pada dasarnya adek adeknya aja yang bengal.ya biasalah, ini sesuatu dapat hambatan. Realitanya ketika orang pakai Jilbab akan dapat banyak kesulitan tidak serta merta mau.Tersentuh ia, tetapi ketika realitanya ketika banyak kesulitan, siapa yang mau. itu yang terjadi dengan teman-teman saya, mereka menunda-menuda. Karna banyak baca jadi makin takut akhirnya semakin sadar tidak boleh ditunda-tunda.


(10)

Baru?

N Pelarangan Jilbab keras, cukup keras di setiap instansi di berlakukan. Dan itu banyak perlawanan dari siswa-siswa sekolah yang beritakan di surat kabar, mereka menentang, memang sih ujungnya dengan kompromi, dibolehkan. Dan tapi itu melewati waktu yang panjang. Dan itu terjadi pada siswa-siswa yang istiqamah, ya ahirnya berdamai. P Bagaimanakan perlawanan Jilbab di daerah medan sendiri?

N Perlawanan banyaknya tetapi tidak sebanyak di Jakarta. Tingkat perlawanan sangat luar biasa, ada perlawanan tapi tidak sekeras di sana, disini di upayakan di panggil, mencoba di musyawarahkan. Kalau keputusannya memenangkan pihak sekolah harus di turuti, harus nerima. Ada damai-damai nya, ada juga yang tetap istiqamah, seperti dipekerjaan dari pada tidak dapat pekerjaan.

P Adakah contoh dari pelarangan Jilbab yang saudara ketahui?

N Ketika saya sudah pakai Jilbab, saat saya ngurus SIM, saya harus buka Jilbab untuk pas poto. Saya sendiri harus meyerah dengan peraturan-peraturan itu.Tidak hanya itu saja, di pelajar pelajar juga terjadi pelarangan. Di tempat bekerja juga menerapkan itu, ikut-ikutan karna mungkin disekolah dilarang, jadi di tempat kerja jadi ikutan-ikutan untuk melarang. Teman saya ada yang mengurungkan niatnya untuk tidak memakai Jilbab, teman akrab saya dari Fakultas Hukum. Selain itu pas poto ijazah saya buka Jilbab, disitulah saya juga harus berdamai jugalah.

P adakah hambatan-hambatan yang ditemui saat menggunakan Jilbab? N Ini baru dugaan saya, pada awal menjadi dosen. Disini banyak

kesempatan kursus ke Jakarta, ini dugaan saya ya, apa itu benar apa gak, saya tidak di terima karena poto saya berjilbab. Kalau dari di lingkungan sosial di masyarakat gak ada. Kalau hambatan dari orang tua, awalnya kelihatan berat karna saya berhasil meyakinkan saya tunjukan juga dalilnya apa. Akhirnya orang tua saya, ya udah terserah kau lah.


(11)

Wawancara Ke 3

Wawancara dengan Ibu Wilda Adriani selaku bendahara UMUM DPC PKS deli serdang pada tahun 2016

Tempat : Kediaman Ibu Wilda di daerah Tanjung Morawa. Waktu : kamis, 8 Januari 2017, Pukul 14.50-15.45 WIB Keterangan:

P : Penulis N : Narasumber

P Bagaimanakah hubungan komunikasi yang dibangun antara pemerintah dengan kelompok Islam pada masa Orde Baru?

N Komunikasi antara kelompok Islam dengan pemerintahan saat itu jelas kurang bersahabat, apalagi dengan kelompok Islam yang frontal tidak berpihak dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pada saat itu.

P Adakah peraturan–peraturan yang menghalangi gerakan Islam?

N Bentuk peraturan pemerintah dalam menghambat pergerakan Islam pada saat itu, dengan adanya pelarangan organisasi ekternal yang dikeluarkan oleh mentri kebudayaan dan pendidikan. Normalisasik kehidupan kampun NKKBK memasuki kampus. karna ada peraturannya namanya itu NKK BKK mengenai normalisasi kampus, jadi mahasiswa saat itu diarahkan untuk belajar, bealajar dan ya belajar. Jangan ada yang ngurusi negara, kebijakan pemerintah, intinya supaya mau mahasiswa gak boleh ikut campurlah. Peraturan selain itu pada saat mau pergi ke pengajian-pengajian atau mengisi ceramah-ceramah itu sulit. Saya masih teringat bagaimana kami harus mengisi halaqah-halaqah dari rumah ke rumah dengan sembunyi- sembunyi. P Pada masa itu sepengetahuan ibu, organisasi Islam manakah yang aktif

menyebarkan syiar penggunaan Jilbab bagi perempuan, bu?

N Gerakkan tarbiyah juga iya walaupun banyak juga seperti PII contohnya .

P Dan Bagaimanakah Tindakan atau pola-pola apa yang dilakukan oleh tarbiyah dalam memperjuangkan penggunaan Jilbab, bu?

N Dengan cara adanya kajian-kajian dengan membentuk kelompok-kelompok (halaqah-halaqah) di sekolah-sekolah SMA, pada saat itu Rohis-rohis di sekolah-sekolah negri. Selain itu juga ada kajian yang dilakukan pada hari Jumat. disitulah diselipkan nilai-nilai, hukum memakai Jilbab sebagai kewajiban. Dari sanalah menjadi motivasi dari siswi-siswi untuk memakai Jilbab. Jilbab pada saat itu sulit untuk digunakan. Saat saya menjadi pementor di sekolah-sekolah agama, Di


(12)

tebing sekolah Madrasah al-wiyah al-wasliyah, Madrasah sanawiyah GUPI tebing tinggi. Dari sekolah pas poto tidak boleh menutup kedua telinga, penutup kepala. Selain itu kami melakukannya dalam membentuk kelompok-kelompok yang berjumlah 4 sampai 6 orang untuk-untuk adek-adek yang mengikuti halaqah nah dalam halaqah ini kita pahamkan mengenai Jilbab itu.

Disaat itu siswi-siswi SMA tersebut sulit untuk mengenakannya. Dan saya masih ingat bagaimana anak-anak begitu takut dengan perempuan yang memakai Jilbab bahkan mereka sering mentertawai dengan sebutan “nenek lampir, nenek sihir” bahkan orang tua tidak membolehkan anaknya dekat dengan perempuan yang menggunakan Jilbab, mereka takut anak mereka akan diculik oleh perempuan yang menggunakan Jilbab. Bagi Orang-orang agak aneh melihat orang menggunakan Jilbab, bahkan itu anak-anak takut bermain dengan orang menggunakaan Jilbab, takut di culik, bukan itu aja, sering juga perempuan yang pakai Jilbab di lempari karna dianggap sebagai nenek sihir.

P Adakah contoh dari pelarangan Jilbab yang Ibu ketahui?

N Ya ada, saat itu untuk pas poto STTB di sekolah madrasah Aliyah Al Wasliyah ada siswi yang bernama Renawati sama juga di Madrasah Tsanawiyah GUPI Tebing Tinggi siswinya itu namanya Nurjannah Purba, mereka berdua ini tidak di bolehkan poto STTB dengan menggunakan Jilbab, ya harus membuka Jilbab, pada hal pada saat itu kan udah keluar SK baru tahun 90-an kalau tidak salah saya, memang awalnya dalam peraturan itu gak dibenarkan pakai Jilbab, dia harus menampakan kedua telinga, nanti coba kamu lihat di SK itu ada peraturannya kayak itu. Tapi dengan SK baru itu, sudah di benarkan tapi ya konsekuensinya harus ditanggung sendiri nantinya.

P Itu tahun berapa kejadianya bu?


(13)

Wawancara ke 4

Wawancara dengan Ibu Siti Aminah/wira usaha selaku anggota DPRD 2009-2014 Medan

Tempat : Jalan Kasmala no 6 komp. kejaksaan Medan Tuntungan Waktu : Jumat, 20 Januari 2017, Pukul 13.00-13.30WIB

Keterangan:

P : Penulis N : Narasumber

P Bagaimanakah hubungan komunikasi yang dibangun antara pemerintah dengan kelompok Islam pada masa Orde Baru?

N Kalau gerakan tarbiyah pada saat itu belum adanya terjalin Hubungan antara gerakan tarbiyah dengan pemerintahan pada saat itu, dikarenakan gerakan tarbiyah baru muncul.

P Kendala apa saja yang dialami gerakan Islam pada masa Orde Baru? N Kebijakan pemerintah yang sangat ototeriter yang menakuti-menakuti

gerakan Islam lainnya dengan kekuatan ABRI nya, dan pereturan-peraturan represif yang membuat kelompok islam sulit untuk bergerak. P Adakah Peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah sebagai

bentuk represif terhadap kelompok Islam?

N tentunya pada saat itu banyak sekali peraturan yang gak sesuai dengan pedoman kita, contohnya aja ini peraturan tentang perkawainan, hak waris. Yang lainnya itu seperti peraturan yang dibuat pemerintah yang bisa dikatakan tidak pro dengan kelompok Islam adalaha peraturan yang dikeluarkan kemendikbud yaitu SK 052 mengenai penyeragaman sekolah. Kalau untuk pengajian saat itu termasuk dihalangi-halangi, karna pada saat iu, kalau ada yang berkumpul 3 orang atau lebih itukan di curigai, makanya kalau mau pengajian itu, ya kami harus sembunyi-sembunyi. Jadi mau pergi ke pengajian itu saya sama kawan-kawan itu naik sadako yang sama tapi kami turun itu di tempat yang beda-beda padahal rumah yang dituju itu sama. Misalnya saya turun dulu, gak jauh dari situ nanti kawan saya turun. Nah kalau dah sampai dirumah kami masuk rumah itu pun satu satu sambil bawa sendal ke dalam, biar gak kelihatan banyak orang di rumah itu. Ntar mau pulang juga gitu, keluarnya tu satu-satu dari rumah.

P pola-pola apa yang dilakukan oleh Tarbiyah pada saat itu dalam memperjuangkan Jilbab,bu?

N Yang dilakukan membanguan hubungan yang baik antara siswi-sisiwi, guru agama dalam membina adek-adek rohis di SMP dan SMA. Sehingga pada akhir 1989 dimana gerakan-gerakan Islam seperti PII


(14)

dan anggota Tarbiyah, bahkan ada PII yang tertarbiyahkan. Sampai pada akhir 1989 MUI MUNAS dan merekomendasikannya perlunya perbaikan seragam sekolah dan dikeluarkan sk baru no100/c/91. Dan pada saat itu MUI pun juga melakukan koordinasi dengan mendikbud, dan sepakatan untuk menggunakan pada saat itu peraturannya masih dibolehkan menggunakan kerudung yang harus memperlihatkan telinga untuk pas poto ijazah. Tapi untuk awal itu merupakan sesuatu yang baik. Lalu di keluarkan lah peratuarann 4277/D/T/91 mengenai permohonan mengenakan kerudung/ Jilbab yang menutupi telinga dalam pas poto.

P Adakah contoh kasus dari pelarangan Jilbab yang Ibu ketahui?

N Ada seorang Mutarabbi saya , dia itu siswi bernama Riris sekolah di SMA N1 Tebing Tinggi yang pada masa Orba dia tetap gigih untuk menggunakan Jilbab, walaupun berbagai hukuman diterimanya, dari hormat kepada bendera dijemur dilapangan, tugas nya tidak diperiksa sampai pada harus dikeluarkan dari sekolah negri, tapi Riri ini tidak menyerah. Sampai akhirnya guru agama melihat kekuatan hatinya untuk menggunakan Jilbab. Dan guru agama menanyakan kamu menggunakan Jilbab dari hati atau kamu masuk gerakan apa? Kalau kamu dari hati ya sudah kamu boleh menggunakana Jilbab. Tapi kalau kamu menggunakan Jilbab karna masuk gerakan tertentu sebaiknya kamu tidak menggunakan Jilbab. Pada saat itu guru-guru agama pun terintimidasi dengan kebijakan pemerintah dan ABRI yang menakuti-menakuti guru agama. Tapi karna guru agama itu melihat bahwa Riris ini makai Jilbab memang dari hatinya ya dia diperbolehkan pakai Jilbab, tapi Jilbab yang di pakainya itu warna Hitam.

P Kenapa harus menggunakan Jilbab warna hitam bu?

N Ya kan pas upacara jadi gak terlalu mencolok dengan yang lainnya, disuruh pakai Jilbab hitam biar sama dengan warna rambut, kan warna rambut warna hitam. Jadi gak nampak kali bedanya. Itu tidak hanya di sekolah aja di dunia pekerjaan juga iya, dimana pada saat saya melamar pekerjaan di sebuah perusahaan pemerintah (BUMN) maupun kantor pemerintah itu sangat sulit bagi saya, yang pada saat itu sudah menggunakan Jilbab. Saya juga pernah merasakan saat mau masuk bekerja ke pemerintahan, saya itu sering di tolak, itu yang kebanyakan itu orang yang buka Jilbablah yang sering di terima, itu gak hanya di kantor pemerintah, tapi di mana aja, dikantor-kantor mana aja itu. Dan lagi pula jilbab pada saat itu merupakan sesuatu yang ekstrim dan menakuti bahkan ada yang bilang sebagai “hantu”.


(15)

Wawancara dengan Ibu Siti Aminah./wira usaha selaku anggota DPRD Medan dari PKS

Tempat : Jalan Kasmala no 6 komp. Kejaksaan Medan Tuntungan Waktu : Jumat, 24 Febuari 2017, Pukul 11.00-12.00WIB

Keterangan:

P : Penulis N : Narasumber

P Bagaimanakah perjuangan Jilbab yang dilakukan oleh Tarbiyah? N Kalau perjuangan khususnya tentu tidak ada, apalagi pada saat itu

tarbiyah merupakan gerakan yang baru tumbuh dan berkembang. Tarbiyah bukanlah segala-segalanya, tapi segala- sagalanya ada dalam tarbiyah, maupun politik sosial, ekonomi, teknologi, ini yang kita ingin terapkan. Kita sebagai orang beriman jauh lebih diutamakan karna semua milik Allah. Karna Allah telah menyempurnakan agama Islam, jadi saat aturan Allah mengenai aurat itu sudah menjadi suatu ketentuan allah. Jilbaber dan Jilbab terjun kepolitik dalam buku Al-islam. Seperti bangunan ada pondasi itu adalah aqidah, saat paling lama buat pondasi karna pondasi yang menentukan kita mau buat rumah seperti apa, begitu pula dengan agama. Penanaman aqidah membutuhkan waktu yang lama untuk menentukan arah dakwah , diharus dipagari oleh jihad, mau gak mau itulah yang ingin kita banguna. Perjuangan dengan Jilbab ini, Bagian yang sangat kecil, politik sangat berkaitan dengan kekuasaa. Kalau kita tidak punya kekuasaan bagaimana kita menerapkan aturan-aturan allah. Jadi bukan Cuma Jilbab aja yang kita perjuangkan. Samil watakamilah “sudah lengkap dan sempurnalah. Itulah Islam.

P Bagaimanakah pelarangan Jilbab yang terjadi kepada Riris bu?

N Itukan udah lama banget tahun 1991 atau 1992, di dibolehkan syari’i warna hitam, dulu saya menjadi murabbi. Dan juga ngisi kajian di sma 1 dan sma 2. Riris sekolah di SMA N1 Tebing Tinggi.

P Pada saat riris menggunakan Jilbab, ibu juga ikut untuk membantuk menkonfirmasinya dengan guru agama, bu?

N Itu dilakukan sama riris sendiri beserta keluarga. Ibu riris merupakan guru agama dan ayahnya pegawai pada inalum. Pada saat itu kita memberikan dukungan dari dalamnya, kita gak datang kesana, karna malah heran nantinya kalau kita datang kesana. Apalagi zaman dulu kan. Karna waktu itu kami ngajipun di rumah dia meskpiun kadang bergilir. Karna mamak dari Riris yang minta Liqo di rumah beliau karna beliau ingin dengar juga. Jadi keluarganya ikut


(16)

mendukung. Makanya pada saat itu yang datang ke sekolah itu ibunya yang datang ke sekolah dan menegaskannya bahwa anaknya menggunakan Jilbab untuk menegakan syartiat Islam. Saya memberi dukungan untuk Riris dan orang tua dari luar, nanti malahan heran orang kalau saya datang kesana.

P Berarti bu, kalau untuk kajian keputrian itu baru kak riris yang menggunakan Jilbab, bu?

N kalau dia liqo dirumah ke rumah bukan dari sekolahan. P Pada saat kegiatan keputrian dihadiri oleh berapa siswi bu?

N 15 sampai 20, itu terkadang orangnya bertukaran, makanya itu beda dengan liqo-an. Riris itu uda jadi liqoad. Tapi yang didalam kajian keputrian di SMA N1 dan SMA N2 tebing tinggi, ini udah ada yang mengikuti liqo. Dia inilah yang pertama kalinya menggunakan Jilbab. Dia yang termasuk melobi sama guru agamanya, makanya kita kebanyakan sebagai main diluar, mereka yang udak liqo tetap ikut pengajian di keputrian supaya mengajak teman-temannya Ada,

P Dari kajian keputrian yang telah dibuat, berapa jumlah siswi yang telah menggunakan Jilbab, bu?

N Paling ada dua orang dari 20 orang. Perkembangan Jilbab cepat gak terlalu lama, karena mereka yang kepo dengan Jilbab.

P Apakah ibu berperan dalam pembentukan Kajian Keputrian di SMA N1 dan SMA N2 Tebing Tinggi,?

N Jadi bukan kita langsung ke guru agama, dan kepala sekolah itu karena itu tentunya akan membuat mereka lebih mengehrankan lagi dengan kita, malah-malah kita dituduh grakan radikal. Jadi dari adek-adek yang sudah ikut halaqah, mereka mendatangi guru agama agar membuat kajian setiap jumat pada waktu shalat jumat. Guru agama inilah yang memperbincangkan dengan kepala sekolah, dan akhirnya di bentuklah kajian keputrian. Nah yang menjadi pemateri itu dari kader-kader Tarbiyah.

Pada awalnya itu kami melakukan Dari ada tarbiyah fardiyah kepada adek binaan, ini akan terlihat dari sikap kita, bagaimana sikap kita akan mempengaruhi kedekatan dengan adek binaan. Sikap dan tingkah laku kita ini bisa menjadi berdakwah bagi orang disekitar kita, tanpa harus memberikan materi-materi yang berat. Selain itu di dakwah fardiyah ini, kita harus punya target dalamm mencapai tujuan dalam dakwah ini. Dakwah fardiyah ini sampai sekarang harus kita lakukan, apalagi zaman dulu. Kalau kita berdakwah secara langsung itukan berat. Tarok dulu majalah kita, atau buletin, mereka baca, yang akhirnya mereka tergugah hatinya. Dakwah fardiyah ini kan punya target di kantor-kantor dan instansi. Dari dakwah fardiyah ini terkumpul 4-5 orang dibentuklah menjadi kelompok halaqah, dari kelompok ini nantinya akan menghasilkan 5x5 harus merekut orang lain, ya ini seperti MLM. Dari halaqah ini, yang membawanya ke


(17)

sekolah, harus punya target. Punya binaan. Cepatnya berkembang. P Pada saat itu siapakah nama guru yang menjadi guru agama di SMA

N2 Tebing tinggi bu?

N Nama guru agamnya di SMA 2 itu bernama Pak Karim, sebenarnya saya dengan beliau saudara. Jadi pada saat itu ayah saya anggota dewan, alhamdulillah dengan ada jaringan itu, jadi saya mudah untuk ngisi di sekolah-sekolah karena orang dah mengenal abah saya.kita dekati sama saudara siapa yang kita kenal.

P Siapakah Nama-nama adek binaan ibu pada saat itu, bu?

N Susayanti, aisyah, Santi dan SMA 2 yang lainnya lagi itu dari sekolah lain yang saya gabungin dengan SMA N2 Tebing tingi.

P Hambatan dalam memperjuangkan Jilbab dalam mengisi kajian keputrian apa yang dialami, bu?

N Kalau hambatan gak begitu kali, karna udah ada jadwal tapi Cuma itu kita gak bisa flugar kali, ya kita bahas tentang muslimah, dan penekanan kita pada aqidah. Jadi pada saat itu, juga mengajarkan tahsin dan guru-guru yang negatif awalnya dengan kegiatan ini, akhirnya mereka merasa terbantu dengan adanya genda ini. Karna kita juga mengajarkan tajwid, al-quran, itulah cara-cara rekrutmen . Dan cara mendekatkan, dalam sebulan 3 kali kita tahsin satu kali kita ngasih materi-materi tentang keakhwatan. Riris ini kenapa harus memperjuangkan Jilbab sendiri, karna rasa cintanya sama allah telah tertanam, jadi memperjuangkan Jilbab semangat. Makanya kenalkan dekat dia kepada allah. Fiquad dakwah yang diajarkan rasulullah harus semua.

Selain itu hambatan saya karna orang tua, karna pada saat itu abah saya bersebrangan dengan saya, beliau tidak membolehkan saya untuk ikut kegiatan halaqah, bahkan abah saya mengatakan kalau saya ikut aliran ntah apa-apa. Sebenarnya saya melihat ini lebih kepada faktor psikologis, karna kan sebelum masuk tarbiyah, saya kan menanya soal agama sama abah, tetapi setelah masuk tarbiyah dan banyak baca jadi jarang nanya-nanya lagi sama abah. Apalagi pakaian saya itu Jilbab panjang. Dan abah saya masuk partai penguasa pada saat itu, jadi ya... gitu...ada sedikit hambatannya.

P Bagaimanakah perkembangan Tarbiyah di Kota Medan, bu?

N Tarbiyah dulu masuknya ke medan tahun 1989-an itu dari mesjid Dakwah USU, tarbiyah menyentuh dari hati. Awalnya tarbiyah uncul dari Mesjid Salman ITB, bahkan mereka buat kaset dan buletin, makanya kami minta buletin yang mau di sebarkan nantinya di sekolah-sekolah itu dari Salman. Saya sering memberikan majalah, potocopian, tabloid, mereka semua nagis.


(18)

Wawancara ke 5

Wawancara dengan Ibu Siti Hajar./ selaku anggota Korwil PW PII pada tahun 1984

Tempat : Tanjung Anom

Waktu : Minggu, 5 Febuari. Pukul 19.05-19.40 WIB Keterangan:

P : Penulis N : Narasumber

P Pola-pola atau usaha-usaha apa yang dilakukan oleh gerakan ibu dalam memperjuangkan penggunaan Jilbab?

N Untuk anak –anak itu usaha penanam Jilbab di targertkan, awalnya orang tidak peduli tentang Jilbab, Sebelumnya, usaha usahanya di traininglah termasuk umi, di tanamkan sekali, sebelumnya kan belum ada di sekolah umum yang berjilbab, di pengurus wilayah 83-84 dari pusat PII buatlah training-training Jilbab untuk di masyarakatka. Training ini kan diisi oleh kakak dari Jakarta yang dari Perguruan Tinggi yang favorite juga. Ditrainingkan ada sesion aqidah nanti ada sesi tanya jawab barulah dimasukkan tentang Jilbab dengan ada penekananya surat An-nur dan surat Al-hazab menanamkan Jilbab, kalau anak PII memang berjilbab. Juga nantinya di training ini kan di Follo up di buatlah ta’lim-ta’lim, trus juga kami juga ada buat selebaran contohnya masa kami itu di buat brosur di tebarkan-tebarkan usahanya. Kalau usaha lainya apa ya, di ta’limlah pendalaman mengenai Jilbab. Kalau umi sendiri sama teman-teman juga ada bikin Jilbab yang praktis lalu umi jual ke kampus sama teman-teman.

P Siapa yang menjadi peserta trainingnya umi?

N peserta banyak yang mau, biasanya itu dari SMP, ada tapi yang banyak SMA sederajatnya, di wilayah pun mahasiswa pun ada,

P Biasanya Umi ynag ikut training itu berapa orang jumlahnya umi? N Kalau yang ikut training dulukan jumlahnya banyak sampai ratusan,

biasanya tu satu kelas itu ada 30 orang, kelas yang biasa di pakai itu ada 4kelas, tapi kalau di wilayah itu sampai 8 kelas juga. Gak seperti sekarang susah cari orang untuk ikut training. Selain itu juga ada alternatif training juga, seperti GAS itukan gerakan amal shalel, Usroh, Syiam,

P Itu kegiatan lainnya atau sama dengan Training itu bu?

N Sebenarnya itu Cuma beda namanya aja. Itukan alternatif karena asas tunggal jadi pada saat penerapan asas tunggal, kan PII menolak asas tunggal. Jadi PII ini dilarang, ya kami melakukan kegiatan


(19)

sembunyi-sembunyilah. Saat itu training-training dilarang. Yah, dibuatlah namanya GAS, USRO sama Syiam ini. Sebenarnya ini pertemuan pengajian-pengajian namanya beda tapi bobotnya atau muatanya sama untuk pengkaderan juga.

P Apakah hasil out put yang diproleh saat memperjuangakam Jilbab? N Kalau di bilang hasilnya, ya pasti ada, contohnya di perapat yang

sekolah-sekolah umumnyakan belum ada yang menggunakan Jilbab, jadi setelah seminggu mereka di training, ya mereka terbiasa jadinya menggunakan Jilbab. Walaupun ke sekolah belum banyak yang mau menggunakan Jilbab, tapi kalau ke pengajian-pengajian semakin banyak yang menggunakan Jilbab. Nah dari teman yang ikut training ini pakai Jilbab, teman-teman yang lain yang gak ikut training jadi termotivasi juga untuk menggunakan Jilbab. Jadi memasyarakatkan Jilbablah.

P Umi, adakah contoh kasus pelarangan Jilbab, yang umi ketahui?

N Kalau contoh kasusnya umi gak pala tau, kan pada saat itu di sini masih baru menyemarakan semangat Jilbab, yang umi bilang tadi memasyarakat Jilbab. Jadi belum ada, lagi pula itukan tahun 84 setelah 86 umi gak terlalu aktif di PII lagi, jadi umi gak tau juga.

P Adakah hambatan yang dialami selama memperjuangkan Jilbab? N Kalau hambatan mungkin yang ada komplain, dari orang tuanya di

anggap orang tuanya yang sudah berjilbab kemana-mana itu masuk gerakan radial dan aneh, padahal mamaknya itu seorang yang taat,ustadz, tapi hanya mengasih pakai Jilbab hanya ke PII saja, dilarang juga kemana-mana berjilbab. Sama di masyarakatkan belum ada yang memakai Jilbab, jadi yang pakai Jilbab sering di ejek “jahula, jahula”


(20)

Wawancara ke 6

Wawancara dengan Ibu i./ selaku seketaris Pimpinan Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PW PII)

Tempat : SMK SWASTA PAB Helvetia.

Waktu : Selasa, 21 Febuari 2017. Pukul 11.05-11.35 WIB Keterangan:

P : Penulis N : Narasumber

P Bagaimanakah hubungan pemerintah Orde Baru dengan kelompok Islam pada masa Orde Baru?

N Ya, waktu itu kan tahun 80-an, pemerintah Orde Baru berusaha supaya ormas itu satu, terutama asasnya, jadi dibentuklah UU keormasan, UU Keormasan inilah yang dipaksakan agar dijadikan pedoman sehingga asasnya yang semula itu memilik asas yang berbeda ada yang Islam dan lainnya. Dan mereka harus merubahnya dan taat dengan pancasila. Jadi sifatnya menyesuaikan diri dengan Undang-undang. Hanya memang ada beberapa organisasi yang tidak mematuhi itu, diantaranya ya PII. Jadi komunikasinya Cuma satu arah dari pemerintah.

P Adakah peraturan yang dibuat oleh pemerintah sebagai bentuk represif terhadap kelompok Islam,pak?

N Mereka mengatakan itu tidak menghambat tapikan kita, asas itu kan menentukan. Ketika asas itu dipaksakan mesti pancasila ya akhirnya menjadi gerakan kita panas. Jadi kita tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi ketika daedline itu PII tidak menyetujui dengan asas tunggal. Karna PII tidak menerima, akhirnya PII melakukan kegiatan, akhirnya ya terhambatlah, ketika terhambat untuk bisa mengadakan training, kegiatan lainnya. 10 tahun PII Tiarap pada saat itu. Tidak bisa mengadakan kegiatan itu.

P Bagaimanakah PII memperjuangkan dalam memasyarakatkan Jilbab?

N Kegiatan yang kita lakukan dalam memasyarakat Jilbab selain training, ladreship training. Kita ada kegiatan Usroh, kelompok-kelompok kecil. Sebelum training LBT diadakan 7 hari ada kegiatan Pra Bhatra atau Pra LBT diadakan 2 hari, satu diantara kita mensosialisasikan Jilbab. Anak-anak pada saat pergi kesekolah menggunakan Jilbab, tapi didepan gerbang dibukanya lagi Jilbabnya, begitu pula pada saat pulang baru dipakainya lagi. Sampai seperti itu dulu hambatannya. Yang diikuti oleh siswa-siwa, walaupun ada


(21)

mahasiswa juga.

P Jadi pak, didalam kegiatan training inilah baru dimasukkannya materi-materi Jilbab ya, pak?

N Ya, ada satu materi didalam kegiatan Ladership Basic Training, itu namanya materi Dinul Islam, dimateri ini kita memperlihatkan mengenai Islam secara kaffah, nah disitulah dimasukan materi pertama mengenai penyadaran tentang Jilbab. Nanti ada materi tentang Fiqun Nisa’ didalam materi ini memantapkan lagi anak-anak yang terutama perempuan mengenai Jilbab. Dari training-training ini nanti dibentuklah Ta’lim sebagai bentuk Follow UP.

P Hambatan –hambata apa yang dialami PII dalam memperjuangkan Jilbab, pak?

N Di tubuh PII justru tidak ada, kita berhadapan sama pandangan orang terhadap Jilbab masi asing, tahun 80-an itu, ada 16 orang penumpangnya 11 diantara perempuan hanya 1 yang menggunakan Jilbab. Karena Kesadaran masyarakat masih minim pada saat itu. P Apakah hasil yang diperoleh dari PII dalam memperjuangkan Jilbab,

pak?

N Kalau jumlahnya sikit lah ya, ada nampak. Karena PII bersifat pelajar ya dikalangang pelajar aja yang nampak. Dan sangat disayangkan untuk di lingkungan masyarakat pada saat itu, belum bisa terlalu banyak mempengaruhi masyarakat untuk menggunakan Jilbab. Tapi kalau sesama pelajar itu kelihatan, kader-kader PII menjadi panutan bagi teman lainnya.


(22)

Wawancara ke 7

Wawancara dengan Ibu Suryah Nisa./selaku korban dalam pelarangan Jilbab pada masa Orde Baru

Tempat : Jalan Balai Umum Gang Pisang tembung.

Waktu : Selasa, 7 Febuari 20117 pada pukul 14.40-15.35WIB Keterangan:

P : Penulis N : Narasumber

P Bagimana Awal mula dari pelarangan Jilbab yang Ibu rasakan?

N Kan umi dari sekolah umum di Sekolah Menengah Ekonomi pematang siantar, jadi disekolah tidak dibenarkan untuk berpakaian muslimah. Minta izin sama kepala sekolah tapi tidak di izinkan, jadi dari tahun pertama di sekolah belum diizinka, kabarnya kalau satu orang tidak dibenarkan kalau banyak dibenarkan, jadi berkumpullah ada sepuluh orang, tapi ternyata di kasi tausiyah aja. Kepala sekolah bilang tidak usah dululah. Jadi kita ingin menggunakan Jilbab bukan karna ada yang nyuruh pakai Jilbab tapi karna ada panggilan dari hati. Jadi tidak bisa dikatakan tidak, walupun harus bersembunyi-sembuyi tidak mengajak kawan-kawan karna kawan kawan tidak berani. Jadi umi sendrilah yang pakai Jilbab. Dari rumah pakai Jilbab, sampai di lokal ganti bajunya itu, Cuma rok aja di ganti dengan Jilbab di buka. Pada satu hari Umi pernah terlupa membawa roknya, dari guru-guru yang tidak senang, tapi Umi tidak meneruskan lagi karna lupa ya, umi ke sekolah seperti biasanya, sampai di lokal umi ganti dan yang menjaga itu teman umi orang kristen.

Ternyata tanpa umi sadar, ada yang memperhatikan umi, pas umi pulang dia menyampari umi, orang yang itu kakak kelas. Saat Umi masuk kelas dua, diakan kelas tiga, ternyata dia udah mempersiapkan baju sekolah itu dah lengkap, dan dia berniat membagikan pakaian yang lengakap itu sama siapa yang mau. Umi, padahal gak pernah tau dengan kakak kelas itu. Suatu hari datang kakak itu dia ngajak umilah,dia bilang kenapa kita gak pakai Jilbab ke sekolah aja dan dia juga bilang, ini paggilan dihatinya dia mengatakan gak mungkin di tunda lagi. Jadi umi bilang, kalau memang mau, yaudah sekalian sama-sama, ada satu lagi teman umi. Yang satu angkatan dengan umi, umi panggilla dia. Bertigalah kami, berencana besoknya, tapi kami berencana memberitahu kepala sekolah baru pakai Jilbab, tapi


(23)

tau-taunya kepala sekolah tidak bisa di jumpai, ada dua kali kami mau jumpai kepala sekolah, tapi kepala sekolah tidak bisa di jumpai, akhirmya umi bilanglah “kalau kita tidak beraksi pasti tidak ada reaksi”. Kalau kita melakukan langsung memakai Jilbab, pasti kita akan tau reaksi mereka seperti apa penolakan atau menerima.

Kita sepakatlah besoknya memakai busana muslimah jangan ada yang tidak ya. Kami sepakat akan menggunakan Jilbab dari besok kita bismillah sampai seterusnya ya. Jadi teman umi yang dua itu bersepakat. Besoknya umi masuk dan baris, awalnya tidak ada yang pakai busana muslimah. Pas baris itu jadi kami bertiga mencolok sendiri. Seketikalah pas itu jadi rami, hebolah sampai ada yang bilang ada apa itu. Tapi kami hanya yakin pada saat baris tidak mungkin di lucuti pakain, yang perlu ditahan telinga kita dan mulut kita tidak usah membantah sedikit apa yang mereka bilang. Denga aksi diam lah kami, jadi pas baris itu langsung ributlah,trus ditengok sama guru yang Islam. GuruIslam meresa tersudutkan lalu kami di panggil kenapa berpakain yang tidak dizinkan, apakah di rumah berbusana muslimah, kalian ini masuk gerakakan apa, kenapa kalian berani sekali, banyaklah pertanyaan yang di lontakran guru islam ini.

Setelah itu, kepala sekolah langsung jumpai dijalan bukan disuruh ke kantor, gak lama kami di panggillah ke kantor. Ditanyain semuanya, mungkin dia agak curiga ada gerakan apa, ternyata kami tidak punya pengajian apa-apa, sebelumnya tarbiyah kan belum ada disitu, jadi kami secara pribadi menggunakan Jilbab karna dari hati, sehingga allah mempertemukanlah hati-hati ini. Jadi setelah kepala sekolah menanyakan semua, akhirnya sudah nyerah dia tidak bisa menghalangi kami, dia lihatnya kami ini betul-betul dari hati nurani, dia bilang karna saya tidak memahami itu,kalian boleh menggunakan Jilbab, tapi ada satu syaratnya kalian jangan mengajak teman teman kalian, karna sekolah kita sekolah teladan dan percontohan, agak khawatir kepala sekolah pada saat itu, sampai-sampai beliau bilang kalau ada pengawasan yang datang, muka kalian jangan sampai kelihatan.

Tiga bulan umi makai Jilbab, umi lupa tanggal berapa itu. Setelah nya masuk ramadhan, tahun 1990 begitu ada pesantren kilat sekolah, maka yang berbusana makin bertamabah banyak seperti jamur yang tumbuh, sebelum itu banyak teror yang kami terima, kami rata-rata siswa yang berprestai di kelas, kami tidak ikut peraturan, sehingga prestasi itu tidak kami dapatkan lagi, nilai-nilai kami turun. Walaupun kami melaksanakan ujian, tapi tetap saja itu sepertinya tidak di periksa. Tapi kami tidak takut, walaupun nilai kami jelek, terutama olahraga dapat 5, karna kami tidak mau olahraga kalau senam umi masih mau, tapi kalau udah berenang kami gak mau.


(24)

bilang begini “dia tidak mau mengajar, sampai ada orang yang berpakain berbeda keluar dari kelas ini”. Karna kak senior ini sering keluar dia akhirnya mengadu sama umi. Pada saat itu umi gak tau kenapa, umi merasa tidak ada ketakutan sama sekali. Umi akhirnya bilang, menghadap kepala sekolah, karna kepala sekolah pernah bilang jika ada dapat kendala dengan menggunakan Jilbab ini, nanti bilang aja sama bapak. Jadi setelah umi menemui kepala sekolah, gak lama setelah itu, semua guru di panggil untuk mendatangi sepertinya surat laporan yang harus ditandatangani seluruh guru, karna saat mendatangi itu, guru-guru itu langsung lihat muka umi, mereka langsung cemberut. Begitu tamat kepala sekolah langsung dipindahkan, yang jelas pada saat itu kepala sekolah sangat membantu dalam kendala yang kami hadapi.

P Siapakah yang membentuk kegiatan keputrian di sekolah ibu?

N kami bentuk sendiri dengan bimbingan guru agama, jadi pengajian keputrian ini, kami bentuk bersama-sama dengan guru agama. Yang laki-lakinya melindungi. Sampai nilai mereka juga diancam, tapi orang-orang Islam ini menyatu, bahkan ketika bertemu dan mengucapkan salam, dan ustad suriyanda satu angkatan, dan ustad latif pada saat senior yang ngasih spirit, sebelumnya. Akhirnya terbentuk Fikroh tarbiyah dibentuk sendiri.

Sebelum udah ada PHBI itu kan tingkat umum, sebulan sekali ada perwiritan setiap hari jumat, ada yang ngisi tausiyah, jadi gak ada yang berbusana muslimah, jadi penguatannya itu, kita bergerak, nanti ada ceramah, kemudian di samping itu ibu mengikuti pengajian tarbiyah, menggerakan keputrian di sekolah, murabbi panggilan dari luar. Kelas tiga ibu kenal ada akhwat dan itu lagi pulang kampung jadi sosok dari kakak itu,dengan begitu lebih dekat lagi pada Islam, pencarian ilmu yang kita dapatkan belum seberapa, pribadi kita jadi kuat lagi, bukan dia yang datangi tapi ibu yang mendatanginya. Jika engkau menolong agama Allah. Maka Allah akan menolong kita. Waktu sama kak erni di serah terima, pengajian yang awalnya itu akhwat belum ada ikhwan. P Apakah ada kendala yang dihadapi saat menggunakan Jilbab, bu? N Kendala wakitu pakain itu dicicil kan kita bukan dari keluraga yang


(25)

Wawancara ke 8

Wawancara dengan alwi alatas selaku penulis buku “Revolusi Jilbab : kasus pelarangan Jilbab di SMA Negri se-Jabotabek tahun 1982-1991”

Keterangan:

P : Penulis N : Narasumber

P Bagaimanakah kronologi dari pelarangan Jilbab pada masa Orde Baru pak?

N Itu bermula dari mulai munculnya semangat berjilbab di sebagain siswi-siswi sekolah negri. Dulu tidak ada yang pakai Jilbab di sekolah umum negri, adanya di pesantren atau madrasah. Pemerintah dan birokrasi termasuk guru-guru dan pejabat sekolah negri juga masih cendrung apatis, dikatakan, cenderung memusuhi, terhadap hal-hal yang berbau Islam. Pemerintah melalui Dikdasmen (pendidikan dasar dan menegah) di kemendikbud kemudian mengeluarkan peraturan sergam nasional yang bersifat wajib dan tidak mengakomodir Jilbab di dalamnya. Itu kemudian dijadikan dasar untuk melarang penggunaan Jilbab. Sejak itu terjadi konflik. Siswi-siswi yang mulai tumbuh kesadaran beragamanya tetap bertahan dengan pakaian Jilbabnya, sementara sekolah menekan mereka untuk ikut dengan peraturan. Banyak yang akhirnya dikeluarkan dari sekolah. Peraturan sekolah itu dikeluarkan pada tahun 1982.

Pada akhirnya tahun 1980-an, terutama awal 1990-an sikap Orde Baru terhadap Islam mulai berubah, lebih ramah. Tahun 1991 akhirnya keluar peraturan baru tentang seragam sekolah yang mengakomodir Jilbab atau pakaian yang menutup aurat sebagai salah satu bentuk peraturan tentang seragam sekolah yang mengakomodir Jilbab atau pakaian yang menutup aurat sebagai salah satu bentuk seragam sekolah. Setelah itu Jilbab dibolehkan di sekolah negri. Tetapi sikap antipati sebagian pihak didunia pendidikan belum sepenuhnya hilang. Mereka yang lulus SMA masih diharuskan membuka telinganya saat diambil foto untuk ijazah. Baru beberapa tahun setelah itu hal-hal semacam ini hilang dan tak lagi di permasalahkan.

P Pak, gerakan-gerakan Islam apa saja yang ikut dalam memperjuangkan Jilbab pada saat itu, pak?

N Yang saya ketahui adalah PII , Mesjid Salman ITB dan juga gerakan tarbiyah (cikal bakal PKS).

P Kalau dari gerakan tarbiyah sendiri pak, berkontribusi dalam bentuk apa pak?


(26)

kalangan tarbiyah. Itu setidaknya yang saya dapati selama penlitian dan juga melalui pengamatan pribadi. Dakwah aktivis tarbiyah termasuk yang muncul dan berkembang di sekolah-sekolah negri ketika itu. Mereka memahami Jilbab hal yang wajib. Pelajar muslimah yang bersentuhan dengan dakwah ini akhirnya pakai Jilbab di sekolah dengan resiko di panggil pihak sekolah dan dikeluarkan.

P Adakah contoh kasus pelarangan Jilbab terjadi dari gerakan tarbiyah pak?

N Sebetulnya menunjukan secara langsung kasus pelaranagn Jilbab dengan gerakan tarbiyah tidak mudah, karena ketika itu merekakan belum bersifat terbuka. Saya sendiri dulu terlibat dalam tarbiyah, walaupun sekarang tidak lagi. Saya masuk SMA 68 di salemba, Jakarta Pusat pada tahun 1990, hanya sekitar 6 bulan sebelum Jilbab diijinkan disekolah. Senior-senior yang mengurusi siswi-siswi muslimah yang terkena kasus Jilbab adalah dari kalangan tarbiyah. Sebagaimana rohis-rohis yang berkembang di sekolah-sekolah negri ketika itu juga umumnya dari kalangan tarbiyah.

P Pak, terkait perubahan SK pencabutan larangan Jilbab, apakah ada peran dari PII pak?

N PII Jakarta termasuk berperan dalam mendorong siswi-siswi muslim di Jakarta untuk mengenakan Jilbab.

P Bagaimana bentuk dari peran yang dilakukan oleh gerakan PII, pak? N Mereka rutin melakukan kaderisasi ke anak-anak SMA. dalam

kaderisasi ketika itu mereka antra lain menekankan tentang wajibnya Jilbab. Saya dapatkan info ini dari bapak Zainal Muttaqin yang ketika itu merupakan pemimpin PII Jakarta.

P Apa yang menjadi ketakutan bagi pemerintah pada saat itu dengan adanya penggunaan Jilbab yang semakin banyak, pak?

N Ketika itu sikap pemerintah Orde Baru memang tidak ramah terhadap Islam. Munculnya aspirasi Islam, termasuk dalam bentuk pengunaan Jilbab di sekolah negri, dilihat dengan curiga. Di tingkat sekolah juga banyak yang belum paham tentang wajibnya Jilbab, sehingga tidak sedikit guru yang ikut memusuhi siswi yang mengunakan Jilbab dengan alasan peraturan sekolah.

P Apakah pada saat itu, pemerintah terancam dengan banyaknya muslimah menggunakan Jilbab pak?

N Kelihatannya begitu. Jilbab dilihat sebagai representasi Islam garis keras, radikal, anti pancasila. Ketika itu suasana memang masih panas terkait asas tunggal pancasila. Muslim sering menjadi sasaran kecurigaan pemerintah dan di anggap memusuhi pancasila, sehingga simbol-simbol Islam tertentu. Termasuk Jilbab, serta menguatnya aspirasi Islam di lihat sebagai ancaman bagi pemerintah.


(27)

Wawancara ke 9

Wawancara dengan Dra.Ir.Masri Sitanggang merupakan perwakilan MUI Sumatra Utara juga sebagai kader HMI dan Seketaris Dewan Dakwah Islamiyah Sumatra Utara pada tahun 1989.

Tempat : Kantor Majelis Ulama Indonesia Sumatra Utara Waktu : Rabu, 01 Maret 2017 pada pukul 17.00-17.45WIB Keterangan:

P : Penulis N : Narasumber

P Bagaimanakan kronologi pelarangan Jilbab di Indonesia pak?

N Persoalan munculnya pro kontra soalnya dimulai dengan maraknya pengkajian-pengkajian dikampus-kampus itu disekitar diakhhir tahun 1970-an kemudian diawal tahun 1980-an keatas. Nah kemudian pada saat itu, adek-adek mahasiswa yang sudah melakukan aktivitas pengajian keislaman muncul kesadaran untuk menutup aurat yang kita kenal dengan Jilbab, yang pada masa itu belum ada yang berjilbab, apalagi pelajar SMA dan SMP, dan ini menjadi sesuatu yang trend kemudian orang sudah mulai pakai, orang pun dulu kalau menggunakan kerudung atau selendang itu kalau di sudah tua, nenek. Nah bagi orang yang melihat penggunaan Jilbab ini kan aneh sehingga, ini terjadi dikalangan pihak-pihak yang tidak menerima karena belum memahami Islam dan dicurigai sebagai gerakan radikal. Terutama di kalangan pemerintah ini resistensinya penolakannya kuat, mahasiswa dan pelajar itu diingatkan untuk tidak memakai bahkan di beberapa daerah di Jakarta “dipulangkan kerumah” artinya gak boleh sekolah. Nah kemudian banyak orang yang dari rumah kesekolah pakai Jilbab dan selama disekolah dia membuka Jilbabnya. Ini karena penanaman keislaman yang mulai baik. Kasus ini banyak muncul dan terjadilah polemik..

P Bagaimanakan peran serta tanggapan MUI terkait permasalahan ini pak?

N Majelis ulama pada masa itu ketua MUI pada tahun 1982 yang bernama bernama K.H Syukri Ghazali memberikan greenland yah memang begitu berislam tapi ada juga para ulama-ulama yang kemudian memberikan pemahaman yang lunak dalam artian “tidak wajib” karena dianggap budaya arab. Terpecahlah dia. Tetapi posisi majelis ulama jelas setuju dengan penguunan Jilbab itu. Tokoh-tokoh ulamanya yaitu Nurkholis Majid, abdurahman wahid, Qurasyhab yang mengatakan tidak wajib. Tapi yang diluar itu, menyatakan wajib.


(28)

P Organisasi manakah, menurut bapak ikut dalam memperjuangkan Jilbab pada masa itu pak?

N Gerakan ini dimulai dari gerakan salman bandung ITB, LMD (Latihan Mujahid Dakwah), tokohnya Imanuddin sendiri adalah kader dari Bapak Muhamat Natsir dari Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, dari DDII melakukan pengkaderan di Mesjid Salman Bandung, Mesjid Salman Bandung melakukan training-training lalu masuk ke kampus-kampus lain. Disini juga peran dari adek-adek HMI, sangat besar, karna yang ikut LMD dan aktif dikampus-kampus berasal dari kader HMI, jadi posisi HMI jelas salah satunya tentang Jilbab pada masa tu, lalu masuk ditahun 1983 masih hangatnya kasus pemulangan pelajar, Di USU ada Bina mahasiswa Mesjid Dakwah USU, yang melakukan pengkaderan dengan nama Studi Islam Intensif, tapi di USU mendapat sambutan sangat bagus, malah waktu itu rektornya Pak A.P. Parlindungan yang memberikan Jilbab, setiap mahasiswa yang mengambil mata kuliah agama di USU wajib masuk pelatihan 3 hari 3 malam. Habis training oleh pak A.P. Parlindungan memberikan Jilbab, tapi kemudian dibolehkan. Sehingga dulu, saya yang termasuk memberikan pelatihan sama mereka, mereka melaporkan apa persoalannya. Termasuk HMI. Kalau PII pada masa itu sampai di tahun 85 PII jalan, tapi diyahun 83-an PII stagnan karna bergerak di bawa tanagh, karna PII tidakmenerima asas tunggal pancasila sehingga PII tidak seleluasa HMI.

P Pada saat itu, menurut bapak, hambatan apa saja dalam memperjungkan Jilbab?

N Misalnya orang tuanya sendiri, pertama dikhawatirkan tidak dapat kerja karena pada masa itu tidak ada yang berjilbab, begitula posisi umat Islam pada saat itu yang memunculkan atau menampkan identitas saja sangat sulit. Payah nanti dapat kerja, dan payah dapat jodoh, saya melakukan konsultasi, kita yakinkan tidak begitu. Yang kedua, tidak benar bahwa, kalau kita tidak berjilbab payah dapat jodoh, itu tidak benar. Adalagi yang unik, dari rumah gak berjilbab, alasan lainya yang unik, karna ibu mereka mengatakan saya saja yang sudah tua tidak pakai Jilbab, tidak berani pakai Jilbab. Jadi seolah-olah beban pakai Jilbab ini luar biasa. Tapi possisi aya berbeda, ayah lebih mendukung ketimbang ibu. Kemudian cara lain dari instansi adalah waktu melakuka pelatihan di tingkat SMA dan ada juga memang sekolah-sekolah yang melakukan hambatan, kita coba menemui kepala sekolah untuk mengumpulkan dalil.

P Kegiatan studi Islam intesif di buat oleh siapa y pak?

N Jadi yang mengelola studi Islam intensif itu kader-kader HMI termasuk saya, tapi SII punya kurikulum tersendiri, kita khusus mentraining berdasarkan dalil-dalil Al-quran semangat berislam dan mengamalkan Islam. Sedangkan di HMI mempunyai jenjang training


(29)

tersendiri. Karna isu Jilbab ni sudah membaik, kemudian salah satu dalam pesan di HMI juga menanamkan tentang Jilbab itu yang dilakukan oleh anggota-anggotanya. Yang disebut mesjid kampus ini kan diluar anggota-anggota HMI. Selain itu kader-kader HMI banyak yang mengikuti kegiatan training di Salman dan menyebarlah dikampus-kampus.

P Kalau dari MUI sendiri ada mengeluarakan suatu kebijakan terkait dengan kasus pelarangan Jilbab ini pak?

N Kalau fatwa, MUI tidak mengeluarkannya, karna itu sifatnya sudah jelas merupakan suatu kewajiban yang udah ada di dalam Al-quran surat Al-ahzab dan An-nur, dan tidak harus pertanyakan lagi.”

P Bagaimanakah sikapa MUI Sumatra Uara terkait pelaranga Jilbab, pak?

N MUI Sumtra Utara sama, tapi dia tidak secara formal dalam berpendapat, memang ada sebagian ulama yang bertimbang-timbanglah karna pada saat itu umat Islam merasa diawasi, kira-kira begitu. Kalau kita bandingkan pada masa itu. Jadi dulu yang berperan itu Dewan dakwah di pusat dibawah kepemimpinan M.Natrsir melakukan pembinaan kepada Imanuddin. Beberapa kawan-kawannya membangun pelatihan-pelatihan di Mesjid Salman. Banyak yang aktif di training –training di mesjid salman lalu menyebarlah di mana-mana. Dimedan juga ada Dewan Dakwah Islamiyah, kebutulan pada saat itu saya menjadi seketaris Dekwan Dakwan Islamiyah Sumatra Utara. Makanya dibangunlah di USU. Di USU menjadi pusat pelatihan, dulunya itu ada namanya training-training tiga hari tiga malam setiap mahasiswa yang mengambil mata kuliah agama wajib mengikuti ini nanti dikasi nilai. Kalau gak ikut gak ada nilainya. Untuk kelulusan. Kita bekerja sama dengan Dosen agama, dan saya pada saat itu merupakan asisten doesen agama itulah kita rancang kegiatan ini. Jadi prinsipnya kalau dulu matakuliah lainnya ada laboraturiumnya, kenapa matakuliah agama tidak? Jadi inilah yang menjadi laboraturium inilah kita buat.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Abdul,wahib. 2007. Gerakan Sosial Studi Kasus Beberapa Perlawanan.Yogyakarta: pustaka belajar.

Alfian, Alfan. 2013. HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) 1963-1966 Menegakkan

Pancasila Di Tengah Prahara. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Al-bana, Hasan. 2008. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin. (Solo: Era Inntermedia).

Ahmad, Al-Ghifar, Abu. 2005. Jilbab Seksi. Bandung: Media Qalbu.

Ahmad,Jahrah A.1994. Wahai Putriku Tutuplah Auratmu. Jakarta: Granada Nadia.

Al-Hawani, Aba Firdaus. 1995. Selamatkan Dirimu Dari Tabarruj. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Asshiddiqie, Jimly Dan Hafid Abbas. 2005. Hak Asasi Manusia Dalam

Konstutusi Indonesia. Jakarta: Prenada Media.

Damsar. 2010. Pengantar Sosiologi Politik Edisi Revisi. Jakarta : Kencana Perdana

Depdiknas. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Hanan, Djayadi. 2006. Gerakkkan Pelajar Islam Dibawah Bayang-Baynag

Negara. Jakarta: UII Press.

Kleden, Marianus. 2009. Hak Asasi Dalam Masyarakat Komunal. Yogyakarta: Lamrea.

Noer, Delia.1988. Gerakan Moderen Islam Di Indonesia 1900-1942. Jakarta :LP3ES.

Miles Dan Gabermas. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.


(31)

Suminto, Husnul Aqib. 1986. Politik Islam Hindia Belanda. Jakarta: LP3ES. Sumanto.1995. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan. Yogyakarta : Andi

Offset

Syamsuddin, Din. 2001. Islam Dan Politik Era Orde Baru. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu

Thaba, Abdul Azis. 1996. Islam Dan Negara Dalam Politik Orde Baru. Jakarta: Gema Insani Press.

Thamrin, Moh.Husein Dan Ma’roov. 1998. Pilar-Pilar Dasar Gerakan Pii. Jakarta : Karsa Cipta Jaya.

Wahib, Abdul. 2007. Gerakan Sosial Studi Kasus Beberapa Perlawanan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

ARTIKEL

Ishlah. 1996. Kemerdekaan Dan Jejak Umat Islam. Edisi 64 Tahun.

. 1996. Dinamika Politik Umat Islam di Era Orde Baru.edisi khusus tahun III,

Majalah Aliran Baroe No.36 Tahun Juli 1491 Didalam Artikel Jejak Islam Diakses Melalu

Sabili. Antara soharto dan umat Islam. No 4 tahun.VII. 11 Agustus 1999/ 29 rabi’ul Tsani 1420.

. juli 2004.ketika Soharto Ijo Royo-Royo. Edisi khusus

KORAN

Bactiar. Jumat, 2 November 1992.Telitti Oknum Guru Yang Larang Siswi


(32)

JURNAL

Daud, Fathonah K. 2013.Jilbab, Hijab Dan Aurat Perempuan (Antara Tafsiran

Klasik, Tafsir Kontemporer, Dan Pandangan Muslim Feminis. Jurnal

Al-Hikmah Studi Keislaman, Volume 3 No 1. Hal. 6.

Istiani, Ade Nur. 2015.Konstruksi Makna Hijab Fashion Bagi Moslemfashion

Blogger. Jurnal Kajian Jurusan Komunikasi. Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung : Lampug, Volume 3, No. 1.

Khalikin, Ahsanul. Ikhwanul Muslimin Dan Gerakan Tarbiyah Di Banten Dan

Kota Batam. Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 11.

Sholeh. Febrian Taufiq.2015. Manhaj Tarbiyah Dalam Pendidikan Politik Kader

Partai Keadilan Sejahtera (Pks) .Jurnal Salam. Volume 18 No. 1

Halaman 1-183, Malang.

Tahir, Masnun Dan Zusiana E Triantini.2014. Menakar Kontekstualisasi Konsep

Jilbab Dalam Islam. Jurnal Qawwam. Volume 8 Nomor 1 : Pusat Studi

Gender Dan Anak (Psga) Iain Mataram.

Rubaidi. Juni 2011.Variasi Gerakan Radikal Islam Di Indonesia.Analisis. Volume Xi, Nomor 1.

Wiratraman, Herlambang Perdana. 1 Januari 2005.Konstitusionalisme & Hak-Hak

Asasi Manusia Konsepsi Tanggung Jawab Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum Yuridika Vol. 20, No. I .

INTERNET

Sara, Mantofani. 2013.Hijab Indonesia:Sejarah Yang Terlupakan. Diakses MelaluiHttp://Theisgender.Com/Hijab_Indonesia_Sejarah_Yang_Terlupa kan, Pada Tanggal 25 Oktober 2016.

Hamka. Ayahku.1982.(Jakarta:Umminda,)[Ebook].Ha1.9. Lihat Di akses melalui 2016.

Data-data kasus pelanggaran HAM Semasa Orde Baru diakses melalui:


(33)

Maenati, Intan. 2014. Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap

Pelarangan Jilbab Di Sekolah Negri Tahun 1982-1991..[Skripsi].

Diakses pada tanggal 29 Oktober 2016 pada pukul 14.00 WIB di

Alatas, Alwi. 2001. Kasus Jilbab di Sekolah-sekolah Negri di Indonesia Tahun

1982-1991. pada Senin, 24 Oktober 2016 pukul 09.00 WIB. Diakses

melalui

Ghofar, Abdul, Skripsi Tentang Revolusi Islam Iran,(Uin Sunan Ampel

Surabay,1989),Lihat Di Digilib.Uinsby.Ac.Id Diakses Kamis,13 Oktober

2016 Pukul 21.00 Wib

Abdurahman. 2013. Gerakan Tarbiyah 1980-2010: Respon Ormas Islam

Terhadap Gerakan Islam Transnasional.[Tesis]. Depok: Univesitas

Indonesia.Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Diakses melalui


(34)

BAB III

Analisis Pola Gerakan Islam dalam Memperjuangkan

Jilbab

A. Hubungan Pemerintah Orde Baru Dengan Kelompok Islam.

Sebuah sistem pemerintahan yang baik pada suatu negara, harus adanya komunikasi yang baik pula dari setiap elemen-elemen di dalam membangun hubungan satu sama yang lain, termasuk kepada kelompok-kelompok yang bersifat mengawasi pemerintah dalam menjalankan kekuasaan guna mewujudkan cita-cita negara tersebut. Kelompok-kelompok ini terdiri dari gerakan-gerakan sosial, politik maupun agama yang hadir ditengah-tengah susunan sistem pemerintah yang telah dibangun. Gerakan-gerakan sosial ini lahir dan muncul dikarenakan berbagai hal dan tentunya mempunyai tujuan. Didalam mekanisme gerakan sosial dikemukan oleh Peter Eisinger terdapat Political Opportunity Structure (POS) yang menjelaskan gerakan sosial terjadi disebabkan oleh tingkat akses terhadap lembaga-lembaga politik mengalami keterpurukan sehingga gerakan tersebut menginginkan perubahan dan struktur politik serta situasi ini dilihat sebagai kesempatan.132

Teori yang dikemukan oleh Peter Eisinger juga pernah dialami oleh Indonesia, pada saat penghujung kekuasaan rezim Orde Lama yang semakin terpuruk, keseimbangan politik sedang tercerai berai dan adanya perlawan-perlawan yang dilakukan oleh PKI. Sehingga pada tanggal 4 Oktober 1966 dilakukan rapat umum yang dihadirkan oleh Partai Politik dan Organisasi Masyarakat. Dalam rapat tersebut dikeluarkan kesepakatan salah satu diantaranya 132

Abdul wahib. 2007. Gerakan sosial studi kasus beberapa perlawanan. Yogyakarta: pustaka belajar. Hal. 3.


(35)

diresmikan suatu gerakan yang baru lahir yaitu Kesatuan Aksi Pengganyangan (KAP) Gesatapu/PKI, yang tergabung didalamnya adalah gerakan-gerakan Islam seperti NU, Muhamadiyah, Generasi Muda Islam, sekber Golkar dam PSII.133

Lahirnya Orde Baru membawa harapan besar dan semangat baru untuk kelompok-kelompok Islam terkhususnya, karena telah berjuang dalam melawan PKI maupun ketertindasan dari penguasa terdahulu. Akan tetapi dalam kenyataanya, harapan dari kelompok Islam menjadi sirna karena keinginan dari kelompok Islam bertubrukan dengan strategi pembangunan Orde Baru yaitu marginalisasi peran partai-partai politik dan melarang adanya pembicaraan masalah-masalah ideologi (selain pancasila), terutama bersifat keagamaan.

Selain itu juga lahirnya Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) yang terdiri dari kelompok-kelompok Islam dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Gerakan KAP Gestapu dan KAMI yang bersatu untuk melahirkan sistem pemeritahan yang baru yaitu masa Orde Baru.

134

Pada awal hubungan yang terbangun antara kelompok Islam dengan Rezim Soharto dikenal dengan hubungan bersifat reprsif terjadi pada awal pemerintah Orde Baru.

Pada suatu masa umat Islam dianggap sebagai ancaman terhadap kekuasaan pemerintah Orde Baru dan dipenghujung masa pemerintahan Orde Baru, umat Islam dijadikan mitra untuk menjaga kestabilitas negara pada saat kekuatan-kekuatan lain diluar Islam mendesak pemerintah.

A.1. Hubungan Bersifat Represif

135

133

Abdul azis thaba.Op.cit. Hal. 241. 134

Ibid.Hal. 240.

135

Bersifat represif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan menekan, mengekang, menahan, menghambat atau menindas

Pada masa awal kepemimpinan Soeharto terlihat bagaimana Soeharto ingin menjauhkan umat Islam dari kancah politik dikarenakan Islam ditakuti akan menghambat proses pembangunan yang telah dirancang sedemikian rupa oleh Soeharto dengan para antek-anteknya. Hubungan


(36)

yang terjalin pada awal masa pemerintahan Soharto tidak begitu harmonis, hal ini diperjelas oleh pernyataan oleh Pak Ahmad Taufan dalam wawancara:

“Pada tahun 1980 an awal itu, situasi hubungan politik antara pemerintah Orde Baru dengan kelompok Islam belum harmonis. Masih situasi melanjutkan situasi politik tahun 1970-an, walaupun aneh sebetulnya, pada saat situasi politik menjatuhkan sokarno itu, Kelompok Islam paling didepan. Kelompok Islam dengan Soeharto dulunya berkoloborasi....”136

“ ...memang pada masa Orde Baru kelompok-kelompok Islam inikan mendapat perhatian spasial dari pemerintah. Dia itu dijaga sekali supaya kelompok Islam ini tidak bertindak diluar apa yang tidak diingikan pemerintah....”.

Selain itu, hubungan yang terjalin pada awalnya, Soeharto menjadikan kelompok Islam sebagai kelompok yang Istimewa dan mendapat perhatian khusus dari penguasa pada saat itu, sebagaimana yang di ungkapan Ibu Masdalifah:

137

“tentunya pada saat itu banyak sekali peraturan yang tidak sesuai dengan pedoman kita, contohnya peraturan tentang perkawainan, hak waris...”.

Pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Masdalifah terlihat bagaimana Untuk menjaga tujuan yang diinginkan pemerintah pada saat itu, pemerintah harus mengeluarkan berbagai macam peraturan–peraturan yang bersifat represif. Hal ini diperjelas oleh pernyataan Siti Aminah dalam wawancara yang mengatakan:

138

Pernyatan dari Ibu Siti Aminah mengenai peraturan perkawinan yang dimaksudkan itu, terdapat pada Rancangan Undang-undang perkawinan yang diajukan oleh pemerintah pada tanggal 16 Agustus 1973.139

136

Taufan Damanik. Wawancara pada hari Senin, tanggal 20 Febuari 2017 pukul 11.00- 11.35 WIB di Fisip USU.

137

Masdalifah. Wawacara pada hari Jum’at, 6 Januari 2017, Pukul 11.00-12.10 WIB. Di Fisip USU.

138

Siti Aminah. Wawancara pada hari Jumat, 20 Januari 2017, Pukul 13.00-13.30WIB. di jalan kejaksaan gang mala. No 61.Tembung

139

Sabili. Op.cit. Hal.21.

Didalam RUU perkawinan ini terdapat 9 butir yang bertententangan dengan ajaran Islam yaitu pasal 2 ayat 1, pasal 3 ayat 2, pasal 7 ayat 1, pasal 8 ayat c, pasal 10 ayat 2, pasal 11 ayat 2, pasal 13ayat 1 dan 2, pasal 37, pasal 46 ayat c dan d, pasal 62 ayat 2 dan pasal 62 ayat 9, RUU ini di buat tanpa dikonsultasikan lebih dulu dengan


(37)

umat Islam.140 Tetapi setelah terjadi lobbying antara tokoh-tokoh Islam dengan pejabat negara bahkan dengan presiden Soharto, hasil dari lobbying yang telah dilakukan adalah presiden memberikan jaminan bahwa beberapa pasal yang dianggap bertentangan dengan ajaran Islam akan dihapuskan.141

“ Pada saat dipimpin Bapak Daud Yusuf, beliau mengeluarkan kebijakan pada bulan puasa sekolah tidak diliburkan. Padahal tahun sebelumnya sekolah diliburkan satu bulan selama puasa...”

Disisi lain Soeharto dengan para pendukungnya di hampiri rasa cemas dan khawatir jika semangat keislaman yang terjadi pada masa lalu muncul kembali disaat Soeharto baru mencicipi manisnya kursi kekuasaan, sehingga Soeharto berusaha untuk membuat peraturan dengan berkerjasama dalam membentuk kebijakan-kebijakan yang menghambat perkembangan Umat Islam dilakukan di semua sendi-sendi pemerintahan, baik itu dari bidang keagamaan sendiri bahkan dalam bidang pendidikan. Didalam bidang pendidikan siswa-siswi pada bulan ramadhan diwajibkan untuk sekolah dengan kegiatan belajar mengajar seperti biasa dan dilarang untuk libur, peraturan ini di keluarkan oleh Mentri Kebudayaan dan Pendidikan pada saat itu di jabat oleh Daoed Josoef dengan dikeluarkannya SK No. 0211/U/1978. Peraturan ini diperkuat dengan pernyataan Bapak Ahmad Taufan dalam wawancara:

142

Kebijakan yang dikeluarkan oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Josoef adanya kebijakan mengintervensi kehidupan kampus dengan dikeluarkannya SK No. 0156/U/1978 mengenai Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) disusul dengan SK No. 0230/U/J/1980 tentang pedoman umum organisasi dan keanggotaan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK). Kebijakan-kebijakan ini dikeluarkan oleh pemerintah sebagai bentuk upaya untuk meredam aktivitas politik kampus, dimana mahasiswa dilarang untuk ikut berpolitik, kebebasan intelektual para mahasiswa dihambat dengan dalih stabilitas politik dan

.

140

Abdul azis thaba. Op.cit.Hal. 258. 141

Ibid. Hal.261.

142


(38)

pembangunan. Pernyataan ini diperkuat oleh Bu Wilda Andriani yang mengatakan:

“....karna ada peraturannya namanya itu NKK BKK menganai normalisasi kampus, jadi mahasiswa saat itu diarahkan untuk belajar, belajar dan ya belajar...”.143

“sesuai dengan peraturan pada saat itu, organisasi ekternal tidak boleh masuk, pada zaman NKK BKK.”

Kebijakan yang sering dikenal dengan NKK BKK ini sangat menghambat para mahasiswa untuk bisa menikmati gerakan-gerakan didalam maupun diluar kampus, termasuk gerakan-gerakan Islam juga sangat sulit untuk memasuki dunia kampus. Dengan kebijakan ini mahasiswa-mahasiswi Islam sangat sulit untuk menimba ilmu agama mengenai kajian-kajian Islam termasuk kajian-kajian mengenai kewajiban Jilbab yang tentunya tidak didapatkan oleh mahasiswi Muslim. Kebijakan mengenai NKK BKK juga di sampaikan oleh Bapak Ahmad Taufan sebagai berikut:

144

“mau pergi halaqah atau pengajian-pengajian itu sulit. Saya.masih teringat bagaimana kami harus mengisi halaqah-halaqah dari rumah ke rumah dengan sembunyi-sembunyi”.

Mahasiswi-mahasiswi muslim yang ingin mengikutipengajian-pengajian, mereka harus besembunyi-sembunyi pada awalnya. Seperti hal yang pernah dirasakan oleh Ibu Wilda Adriani yang mengatakan bahwa

145

143

Wilda Adriani.wawancara pada hari kamis, 8 Januari 2017, Pukul 14.50-15.45 WIB.di Tanjung Morawa.

144

Hasil wawancara bersama Bapak Ahmad Taufan.. 145

Halaqah merupakan suatu kelompok yang terdiri dari 8 sampai 10 orang yang dibina oleh satu orang yang disebut Murabbi, didalam kelompok ini membahas berbagai macam persoalan agama .Di saat melakukan pengajian halaqah ia harus bersembunyi-sembunyi untuk memasuki rumah tempat peretemun halaqah yang disepakati, memasukinya secara berganti-gantian, dengan membawa masuk sendal-sendal kedalam rumah supaya tidak dicurigai.

kejadian yang dialami oleh Ibu Wilda Adriani juga dirasakan oleh Ibu Siti Aminah sebagaimana pemaparan yang disampaikan beliau:


(39)

“....Kalau untuk pengajian saat itu termasuk dihalangi-halangi, karna pada saat itu, kalau ada yang berkumpul 3 orang atau lebih itu di curigai, makanya kalau mau pengajian itu, ya kami harus sembunyi-sembunyi. jadi mau pergi ke pengajian itu saya sama kawan-kawan itu naik sadako yang sama tapi kami turun itu di tempat yang beda-beda padahal rumah yang dituju itu sama”146

“Disisi lain pemerintah cukup represtif sehingga mengakibatkan dukungan politiknya kurang bagus....”.

Tidak hanya Ibu Wilda dan Ibu Siti Aminah yang beranggapan sikap pemerintah terhadap Islam bersifat repesif sama halnya yang disampaikan oleh Bapak Ahmad Taufan sebagai berikut:

147

“perempuan yang memakai Jilbab bahkan mereka sering mentertawai dengan sebutan “nenek lampir, nenek sihir” bahkan orang tua tidak membolehkan anaknya dekat dengan perempuan yang menggunakan Jilbab, mereka takut anak mereka akan diculik oleh perempuan yang menggunakan Jilbab.”

Penjelasan yang telah disampaikan oleh Ibu Wilda, Ibu Siti Aminah dan Pak Taufan memperjelas sifat represif dari pemerintahan saat itu. Sedangkan untuk Kajian mesjid yang dulunya intens dilakukan di daerah ITB tepatnya di Mesjid Salmam ITB. Didalam pengajian yang dilakukan di Mesjid Salman ITB adanya materi-materi yang membuat semangat para mahasiswa kembali, selain itu juga adanya materi mengenai kewajiban menggunakan Jilbab.

Semangat penggunaan Jilbab yang dilakukan oleh Mahasiswi maupun Pelajar di Bandung menyebar ke setiap daerah-daerah yang ada di Indonesia. Inilah yang menjadikan penggunaan Jilbab ditakuti bahkan dituduh sebagai afiliasi dari sebuah gerakan radikal yang akan menentang pemerintah. Jilbab pada saat itu dianggap menjadi sebuah busana yang sangat kolot, Kuno dan bahkan “labeling (julukan)” yang buruk selalu disematkan ke pada mereka, seperti Nenek sihir, Jahula, penculikan danlainnya. Seperti halnya yang di ungkapkan oleh Ibu Wilda,

148

146

Hasil wawancara bersama Siti Aminah.. 147

Hasil wawacara bersama Bapak Ahmad Taufan. 148


(40)

Pemberian “labelling” yang diterima oleh perempuan yang menggunakan Jilbab diperjelas oleh pernyataan Ibu Siti hajar dalam wawancara yang mengatakan,

“....di masyarakatakn belum ada yang memakai Jilbab, jadi yang pakai Jilbab sering di ejek “jahula, jahula”.149

Pada tahun 1982 Mentri Kebudayaan dan Pendidikan menghasilkan sebuah kebijakan dikeluarkannya sebuah kebijakan secara tersembunyi yang menyebabkan pelarangan penggunaan Jilbab baik di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, tempat bekerja bahkan ditengah masyarakat menjadikan busana Jilbab menjadi sesuatu yang merisaukan masyarakat. Memasuki tahun 1982 hingga tahun 1985, pada periode ini umat Islam dan pemerintah Orde Baru mulai saling memahami posisi masing-masing. Periode ini diawali dengan dikeluarkan kebijakan asas tunggal pancasila bagi Orsospol (organisasi sosial dan politik) ditujukan untuk semua ormas di Indonesia. Bagi umat Islam, gagasan asas tunggal menimbulkan masalah karena dikhawatirkan akan menghapuskan asas ciri Islam, dan menjadikan pancasila sebagai “agama baru”150

Pemerintah pada saat itu menerapkan asas tuggal pancasila dilandasi oleh trauma masalalu dengan jatuh bangunnya kabinet dalam sistem demokrasi, yang dikhawatirkan oleh pemerintah akan berdampak pada proses kerja pemerintah serta menganggu stabilitas politik dan keamanan Indonesia.

.

151

Reaksi umat Islam terhadap kebijakan asas tunggal bermacam-macam diantaranya ada menerima tanpa syarat, menerima karena terpaksa dan menolak sama sekali.152

“....dasar semua itu pancasila, yang menjadi problamatika adalah sebagian besar kelompok-kelompok Islam tidak menyetujui itu, karena biasanya yang menjadi acuan bagi kelompok Islam adalah Al-quran dan Hadist, tetapi ketika negara hadir dan

Pernyataan ini diperjelas oleh Ibu Masdalifah dalam wawancara yang mengatakan:

149

Siti Hajar. Wawancara pada hari Minggu, 5 Febuari. Pukul 19.05-19.40 WIB di tanjung Anom. 150

Ishlah. Dinamika Politik Umat Islam di Era Orde Baru.edisi khusus tahun III , 1996. Ha 33 151

Abdul azis.Opcit.hal.263. 152


(1)

Kata Pengantar

Skrispsi berjudul “Gerakan Islam Indonesia Dalam Memperjuangkan Penggunaan Jilbab Pada Masa Orde Baru (Studi Kasus:Organisasi kemahasiswaan Islam Sumatra Utara). Skripsi ini menjelaskan tentang pola dari Gerakan Organisasi kemahasiswaan Islam Sumatra Utara yaitu Himpunan Mahasiswa Islam, Pelajar Islam Indonesia dan Tarbiyah dalam memperjuangkan Jilbab pada masa Orde Baru dengan melakukan kegiatan seperti Training-trainng, kajian keputrian di sekolah-sekolah Negri dan memasyarakat Jilbab.

Dalam Skripsi ini diuraikan hubungan pemerintah Orde Baru dengan kelompok Islam pada saat itu, Pola gerakan yang dilakuakn oleh keriga gerakan ini dalam memasyarakat Jilbab dan adanya hambatan-hambatan yang dialami dari ketiga Gerakan Organisasi kemahasiswaan Islam Sumatra Utara dalam memasyarakat Jilbab. Penulis berharap saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan Skripsi ini sehingga lebih bermanfaat bagi penelitian selanjutnya. Karena keterbatasan waktu dan dana, maka penelitian ini jauh dari rasa memuaskan.

Alhamdulillah, atas syukur kepada Allah SWT, penulis diberikan rahmat berupa kesempatan dan kesehatan untuk menyelesaikan studi ini berupa penulisan Skripsi dari hasil penelitian yang dikerjakan, dari proses awal, tidak kurang dari enam bulan. Selawat dan salam penulis juga sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunann skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dengan adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Sumatra Utara Prof.Dr. Runtung.S.H.M.Hum.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Uinversitas Sumatra Utara Muryanto Amin, S.sos, M.Si.

3. Ketua Jurusan Departemen Ilmu Politik Warjio, SS.MA 4. Dra. Rosmery Sabri, M.A selaku dosen pembimbing akademik

5. Dra.T.Irmayani, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang memberikan arahan, saran dan motivasi.

6. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Uinversitas Sumatra Utara


(2)

7. Mamak Kesih dan Bapak Herman merupakan orang tua serta Lisa Lesatari (kakak) dan Lutfiyah Qasamah (adek) yang selalu memberi semangat, motivasi dan penghibur yang tiada hentinya.

8. Narasumber yang telah memberikan kesempatan waktu dan informasi dalam interview untuk penyelesain Skripsi ini yaitu, Bapak Ahmad Taufan Damanik, Bapak Satiman, Bapak Alwi Alatas, Bapak Masri Sitanggang, Bapak Darwis, Ibu Masdalifah, Ibu Wilda Andriani, Ibu Siti Aminah, Ibu Siti Hajar dan Ibu Suryah Nisa.

9. Kak Siti Nur’ani dan Bang Rudi Salam Sinaga yang senantiasa menjadi tempat berdiskusi.

10.Segenap kader UKMI AS-Siyasah tercinta, As-Siyasah’s 13 dan teman-teman Ilmu Politik 2013.

11.Sahabat-sahabatku Dina Yolanda, Desi, Sari, Amalia, Rizky Mardiyah, Nilam, Faridah Nafisah, Wahyuni Erwin, Kiki, Dina Wati, Putri, Indah, Afidatun, Mutiara, Riduan, Imam, Dedi Syahputra, dan Fahmi. Terimakasih telah memberikan warna untuk hidupku selama di Medan.

Medan, 14 Maret 2017


(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Abstrak... ii

Abstrack... iii

Halaman Pengesahan ... iv

Halaman Persetujuan... v

Halaman Pernyataan... vi

Lembar Persembahan... vii

Kata Pengantar... viii

Daftar Isi... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah... 10

C. Batasan Masalah... 10

D. Tujuan Penelitian... 11

E. Manfaat Penelitian... 11

F. Kerangka Teori... 11

F.1. Teori Gerakan Sosial... 11

F.2. Konsep Hak Asasi Manusia... 14

F.3. Jilbab... 17

G. Metode Penelitian... 20

G.1. Jenis Penelitian... 21

G.2. Teknik Pengumpulan Data... 21

G.3. Teknik Analisis Data... 22


(4)

BAB II SEJARAH JILBAB DI INDONESIA DAN SEJARAH HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM, PELAJAR ISLAM INDONESIA DAN TARBIYAH

A. Sejarah Jilbab di Indonesia... 24

B. Gerakan Islam Indonesia... 31

B.1. Himpunan Mahasiswa Islam ... 31

B.2. Tarbiyah... 35

B.3. pelajar Islam Indonesia... 41

BAB III ANALISIS POLA GERAKAN ISLAM DALAM MEMPERJUANGKAN JILBAB A. Hubungan Pemerintah Orde Baru dengan kelompok Islam... 50

A.1. Hubungan Bersifat Represif... 51

A.2. Hubungan Bersifat Akomodatif... 59

B. Hambatan-hambatan dalam memperjuangkan Jilbab... 62

B.1. peraturan Normalisasi kehidupan kampus badan koordinator Kampus... 62

B.2. Peraturan Asas Tunggal Pancasila... 62

B.3. pihak yang berkuasa... 64

B.4. Lingkungan Masyarakat... 69

B.5. Orang Tua... 70

C. Pola gerakan Islam dalam memperjuangkan Jilbab... 72

C.1. Himpunan mahasiswa islam... 73

C.2. Tarbiyah... 81

C.3. Pelajar islam indonesia... 88

D. peran majelis ulama dalam memperjuangkan jilbab... 93

E. Analisis teori... 94

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan... 97

B. Saran ... 98


(5)

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Transkip wawancara dengan Bapak Ahmad Taufan Damanik Lampiran 3. Transkip wawancara dengan Ibu Masdalifah

Lampiran 4. Transkip wawancara dengan Ibu Wilda Adriani Lampiran 5. Transkip wawancara dengan Ibu Siti Aminah Lampiran 6. Transkip wawancara dengan Ibu Siti Hajar Lampiran 7. Transkip wawancara dengan Bapak Samin Lampiran 8. Transkip wawancara dengan Ibu Suryah Nisa Lampiran 9. Transkip wawancara dengan Bapak Alwi Alatas Lampiram 10. Transkip wawancara dengan Bapak Masri Sitanggang Lampiran 11. Surat keputusan Departemen pendidikan dan kebudayaan

Direktorat Jendal pendidikan Tinggi No. 4277/D/T/91 Lampiran 12 Surat keputusan Departemen pendidikan dan kebudayaan


(6)

DAFTAR BAGAN

3.1 Pola Himpunan Mahasiswa Islam dalam memperjuangkan Jilbab... 77 3.2 Pola Tarbiyah dalam memperjuangkan Jilbab... 82 3.3 Pola Pelajar Islam Indonesia dalam memperjuangkan Jilbab... 86