Analisis Potensial Kawasan Perumahan Dan Permukiman Di Kecamatan Lahomi Kabupaten Nias Barat Dengan Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis
ABSTRAK
Selain kebutuhan akan sandang dan pangan tempat tinggal merupakan kebutuhan
dasar (besic need), ini juga tercermin pada agenda pemerintah dalam penjabaran
Nawa Cita yaitu program sejuta rumah. Penggunaan lahan yang tidak terencana
akan berdampak pada kerusakan lingkungan dan mendatangkan ancaman bencana
pada keberlangsungan kehidupan manusia. Kecamatan Lahomi sebagai ibukota
Kabupaten Nias Barat perlu dilakukan pengaturan akan kawasan yang
diperuntukan untuk perumahan dan permukiman. Berdasarkan hal tersebut di atas
maka dengan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) diketahui tingkat
potensi kawasan perumahan dan permukiman terdapat lahan yang berpotensi
seluas 3.121,80 hektar, cukup berpotensi seluas 1.948,20 hektar dan kurang
berpotensi seluas 37,56 hektar dari 5.107,56 hektar luas wilayah Kecamatan
Lahomi, yang ditentukan oleh pengaruh ke-tujuh parameter yaitu aksesbilitas,
layanan umum, ketersediaan air, perubahan lahan, kemiringan lereng, kerawanan
bencana dan daya dukung tanah. Dengan menggunakan proses hirarki analitis
AHP (analystic hierarchy process) diketahui pengaruh ke-tujuh parameter
penentuan potensi kawasan perumahan dan permukiman yaitu aksesbilitas sebesar
23,14%; layanan Umum sebesar 7%; ketersediaan air sebesar 9,03%; perubahan
lahan sebesar 9,87%; kemiringan lereng sebesar 15,14%; kerawanan bencana
sebesar 28,63% dan daya dukung tanah sebesar 7,19%. Yang menjadi priotitas
pengembangan kawasan perumahan dan permukiman di Kecamatan Lahomi
terdapat pada kawasan berpotensi seluas 2.893,01 hektar.
Kata Kunci : Sistem Informasi Geografis, Analystic Hierarchy Process, Kawasan
Perumahan dan Permukiman.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
In addition to the need for food and clothing shelter is a basic need (Besic need),
this is also reflected in the government's agenda in the elaboration of Nawa Cita
ie one million housing program. Land use is not planned to have an impact on
environmental degradation and threats to bring disaster on the sustainability of
human life. Subdistrict Lahömi as the capital of West Nias necessary
arrangements will be areas designated for housing and settlement. Based on the
above it is the utilization of Geographic Information Systems (GIS) to determine
the level of potential residential areas and settlements are potential land area of
3121.80 hectares, quite a potential area of 1948.20 hectares and less potentially
measuring 37.56 hectares of 5107.56 Subdistrict Lahömi hectare, which is
determined by the influence of all seven parameters, namely accessibility, public
services, the availability of water, land use change, slope, disaster vulnerability
and the carrying capacity of the land. By using the analytic hierarchy process
(AHP analystic hierarchy process) known to influence all seven parameters
determination of potential residential areas and settlements that accessibility of
23.14%; Public services 7%; the availability of water of 9.03%; land use changes
amounted to 9.87%; slope of 15.14%; vulnerability to disasters is 28.63% and the
soil bearing capacity of 7.19%. Which became priotitas development of
residential areas and settlements in the District Lahömi contained in an area of
2893.01 hectares of potential area.
Keywords: Geographic Information System, Analystic Hierarchy Process,
Housing and Settlement Region.
Universitas Sumatera Utara
Selain kebutuhan akan sandang dan pangan tempat tinggal merupakan kebutuhan
dasar (besic need), ini juga tercermin pada agenda pemerintah dalam penjabaran
Nawa Cita yaitu program sejuta rumah. Penggunaan lahan yang tidak terencana
akan berdampak pada kerusakan lingkungan dan mendatangkan ancaman bencana
pada keberlangsungan kehidupan manusia. Kecamatan Lahomi sebagai ibukota
Kabupaten Nias Barat perlu dilakukan pengaturan akan kawasan yang
diperuntukan untuk perumahan dan permukiman. Berdasarkan hal tersebut di atas
maka dengan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) diketahui tingkat
potensi kawasan perumahan dan permukiman terdapat lahan yang berpotensi
seluas 3.121,80 hektar, cukup berpotensi seluas 1.948,20 hektar dan kurang
berpotensi seluas 37,56 hektar dari 5.107,56 hektar luas wilayah Kecamatan
Lahomi, yang ditentukan oleh pengaruh ke-tujuh parameter yaitu aksesbilitas,
layanan umum, ketersediaan air, perubahan lahan, kemiringan lereng, kerawanan
bencana dan daya dukung tanah. Dengan menggunakan proses hirarki analitis
AHP (analystic hierarchy process) diketahui pengaruh ke-tujuh parameter
penentuan potensi kawasan perumahan dan permukiman yaitu aksesbilitas sebesar
23,14%; layanan Umum sebesar 7%; ketersediaan air sebesar 9,03%; perubahan
lahan sebesar 9,87%; kemiringan lereng sebesar 15,14%; kerawanan bencana
sebesar 28,63% dan daya dukung tanah sebesar 7,19%. Yang menjadi priotitas
pengembangan kawasan perumahan dan permukiman di Kecamatan Lahomi
terdapat pada kawasan berpotensi seluas 2.893,01 hektar.
Kata Kunci : Sistem Informasi Geografis, Analystic Hierarchy Process, Kawasan
Perumahan dan Permukiman.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
In addition to the need for food and clothing shelter is a basic need (Besic need),
this is also reflected in the government's agenda in the elaboration of Nawa Cita
ie one million housing program. Land use is not planned to have an impact on
environmental degradation and threats to bring disaster on the sustainability of
human life. Subdistrict Lahömi as the capital of West Nias necessary
arrangements will be areas designated for housing and settlement. Based on the
above it is the utilization of Geographic Information Systems (GIS) to determine
the level of potential residential areas and settlements are potential land area of
3121.80 hectares, quite a potential area of 1948.20 hectares and less potentially
measuring 37.56 hectares of 5107.56 Subdistrict Lahömi hectare, which is
determined by the influence of all seven parameters, namely accessibility, public
services, the availability of water, land use change, slope, disaster vulnerability
and the carrying capacity of the land. By using the analytic hierarchy process
(AHP analystic hierarchy process) known to influence all seven parameters
determination of potential residential areas and settlements that accessibility of
23.14%; Public services 7%; the availability of water of 9.03%; land use changes
amounted to 9.87%; slope of 15.14%; vulnerability to disasters is 28.63% and the
soil bearing capacity of 7.19%. Which became priotitas development of
residential areas and settlements in the District Lahömi contained in an area of
2893.01 hectares of potential area.
Keywords: Geographic Information System, Analystic Hierarchy Process,
Housing and Settlement Region.
Universitas Sumatera Utara