Kajian Pengelolaan Sampah di Kawasan Perkotaan Lahomi Kabupaten Nias Barat
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya
dan seluruh masyarakat Indonesia yang memberikan kemajuan baik secara
lahiriah seperti sandang, pangan, perumahan, dan secara batiniah seperti
pendidikan dan kesehatan, serta perbaikan kehidupan sosial yang berkeadilan.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang telah melaksanakan
pembangunan disegala sektor untuk memenuhi hakekat pembangunan yang
sebenarnya. Pada pelaksanaanya diperlukan pengelolaan sumber daya alam di
daratan, laut dan udara secara terpadu oleh sumber daya manusia yang
menerapkan pola pembangunan yang berkelanjutan (Salim, 1986).
Pengelolaan
lingkungan
hidup
bertujuan
menunjang
terlaksananya
pembangunan berwawasan lingkungan melalui pengendalian pemanfaatan sumber
daya alam secara bijaksana. Perencanaan kegiatan pembangunan harus
memperkirakan perubahan rona lingkungan akibat pembentukan suatu kondisi
yang merugikan akibat diselenggarakannya pembangunan (Sulistyowati, 2006).
Semakin meningkatnya laju pembangunan menimbulkan dampak yang tidak dapat
dihindarkan terhadap kualitas lingkungan. Dampak adalah suatu perubahan yang
terjadi sebagai akibat suatu aktivitas yang dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik
maupun biologi (Soemarwoto, 1994).
Ruang tempat manusia tinggal dan beraktifitas dalam upaya meningkatkan
kualitas hidupnya menyediakan sumber daya alam yang siap diolah. Proses
1
Universitas Sumatera Utara
2
produksi dan konsumsi sumber daya akan menghasilkan bahan buangan yang
berupa sampah yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Peningkatan
jumlah penduduk suatu perkotaan akan menghasilkan volume sampah yang
semakin bertambah dengan beragam jenis sesuai dengan aktivitas manusia. Tanpa
metode pengelolaan yang benar maka sampah akan menimbulkan permasalahan
lingkungan yang kompleks. Sampah yang membusuk akan mencemari tanah dan
udara serta menyebabkan kesehatan menurun dan mengurangi nilai - nilai estetika
(Setiyono et al, 2002).
Kabupaten Nias Barat terdiri dari 8 kecamatan dengan total luas wilayah
544,09 km2, jumlah penduduk 79.876 jiwa dengan kepadatan penduduk 146,81
jiwa/km2 pada tahun 2014. Lahomi sebagai ibukota Kabupaten Nias Barat
merupakan pusat pelayanan pemerintahan dan juga kegiatan ekonomi. Struktur
ruang Kabupaten Nias Barat yang meliputi sistem perkotaan terdiri dari jenjang
pusat - pusat pelayanan. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Nias Barat
Nomor 12 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Nias Barat Tahun 2014 - 2034, bahwa pusat kegiatan lokal yang berfungsi
melayani kegiatan skala kabupaten mencakup kawasan perkotaan Lahomi. Pada
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Daerah Ibukota Kabupaten Nias Barat,
ruang lingkup administrasi wilayah perkotaan mencakup Desa Onolimbu, Desa
Sisobambowo dan Desa Simaeasi.
Pengelolaan persampahan secara umum di Kabupaten Nias Barat dan
khususnya di kawasan perkotaan Lahomi masih dilakukan dengan konsep buang,
bakar dan timbun pada lahan yang tidak termanfaatkan. Perlakuan masyarakat
terhadap sampah organik yang mudah membusuk (degradable) adalah dibuang
Universitas Sumatera Utara
3
dan ada juga yang menjadikan sebagai makanan ternak, sedangkan sampah yang
tidak mudah membusuk (non degradable) akan lebih mudah dibakar pada lahan
sekitar rumah. Sarana dan prasarana persampahan yang tersedia berupa tong
sampah organik dan non organik terbatas hanya pada beberapa perkantoran.
Keberadaan Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah dan Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang belum tersedia, dan hal ini berpengaruh
terhadap perilaku masyarakat untuk semakin menerapkan konsep buang ke
sungai, bakar dan timbun pada lahan yang belum dimanfaatkan. Penanganan
permasalahan sampah seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah daerah
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pembangunan kawasan
perkantoran dan pemukiman.
Perlakuan pembuangan sampah merupakan kegiatan yang terjadi terus menerus selama aktivitas manusia terus berlangsung, oleh karena itu diperlukan
sistem pengelolaan sampah yang baik. Sementara itu, penanganan sampah
perkotaan
mengalami kesulitan dalam hal pengumpulan sampah dan upaya
mendapatkan tempat atau lahan yang benar-benar aman (Soerjani et al, 1987).
Maka pengelolaan sampah dapat dilakukan secara preventive, yaitu memanfaatkan
sampah salah satunya seperti usaha pengomposan. Disamping itu juga
pengurangan sampah secara reduce, reuse dan recycle (3R) perlu menjadi
diterapan sebagai upaya pemanfaatan sampah yang tidak mudah membusuk.
Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
mengamanatkan bahwa tugas pemerintah dan pemerintahan daerah memfasilitasi,
mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan, penanganan, dan
pemanfaatan sampah dan melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi
Universitas Sumatera Utara
4
penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah. Pada kondisi sekarang ini
di Kabupaten Nias Barat pemerintah daerah masih belum melaksanakan tugas
nya. Demikian juga kewenangan pemerintah untuk menetapkan kebijakan dan
strategi pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan nasional dan provinsi masih
belum terlaksana. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian tentang
pengelolaan sampah sebagai dasar untuk menyusun kebijakan dan strategi
pengelolaan sampah di daerah.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian meliputi pertanyaan - pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1.
Bagaimana komposisi sampah yang cepat membusuk (garbage) dan yang
tidak membusuk (rubbish) di wilayah perkotaan Lahomi Kabupaten Nias
Barat ?
2.
Apakah terdapat hubungan antara sistem demografi terhadap perilaku dan
pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah ?
3.
Bagaimana perilaku dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan
sampah?
4.
Bagaimana kebijakan pengelolaan sampah di wilayah perkotaan Lahomi
Kabupaten Nias Barat ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah :
1.
Mengetahui komposisi sampah yang cepat membusuk (garbage) dan yang
tidak membusuk (rubbish) di wilayah perkotaan Lahomi Kabupaten Nias
Barat.
Universitas Sumatera Utara
5
2.
Mengetahui hubungan demografi terhadap perilaku dan pengetahuan
masyarakat dalam pengelolaan sampah di wilayah perkotaan Lahomi
Kabupaten Nias Barat.
3.
Mengetahui perilaku dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah
di wilayah perkotaan Lahomi Kabupaten Nias Barat.
4.
Merumuskan rekomendasi pengelolaan sampah di Kabupaten Nias Barat.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.
Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk dapat menyusun
kebijakan pengelolaan sampah di wilayah Kabupaten Nias Barat.
2.
Sebagai bahan kepustakaan bagi penelitian selanjutnya untuk pengembangan
pengelolaan persampahan.
3.
Sebagai upaya pelestarian lingkungan dalam rangka pembangunan yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya
dan seluruh masyarakat Indonesia yang memberikan kemajuan baik secara
lahiriah seperti sandang, pangan, perumahan, dan secara batiniah seperti
pendidikan dan kesehatan, serta perbaikan kehidupan sosial yang berkeadilan.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang telah melaksanakan
pembangunan disegala sektor untuk memenuhi hakekat pembangunan yang
sebenarnya. Pada pelaksanaanya diperlukan pengelolaan sumber daya alam di
daratan, laut dan udara secara terpadu oleh sumber daya manusia yang
menerapkan pola pembangunan yang berkelanjutan (Salim, 1986).
Pengelolaan
lingkungan
hidup
bertujuan
menunjang
terlaksananya
pembangunan berwawasan lingkungan melalui pengendalian pemanfaatan sumber
daya alam secara bijaksana. Perencanaan kegiatan pembangunan harus
memperkirakan perubahan rona lingkungan akibat pembentukan suatu kondisi
yang merugikan akibat diselenggarakannya pembangunan (Sulistyowati, 2006).
Semakin meningkatnya laju pembangunan menimbulkan dampak yang tidak dapat
dihindarkan terhadap kualitas lingkungan. Dampak adalah suatu perubahan yang
terjadi sebagai akibat suatu aktivitas yang dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik
maupun biologi (Soemarwoto, 1994).
Ruang tempat manusia tinggal dan beraktifitas dalam upaya meningkatkan
kualitas hidupnya menyediakan sumber daya alam yang siap diolah. Proses
1
Universitas Sumatera Utara
2
produksi dan konsumsi sumber daya akan menghasilkan bahan buangan yang
berupa sampah yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Peningkatan
jumlah penduduk suatu perkotaan akan menghasilkan volume sampah yang
semakin bertambah dengan beragam jenis sesuai dengan aktivitas manusia. Tanpa
metode pengelolaan yang benar maka sampah akan menimbulkan permasalahan
lingkungan yang kompleks. Sampah yang membusuk akan mencemari tanah dan
udara serta menyebabkan kesehatan menurun dan mengurangi nilai - nilai estetika
(Setiyono et al, 2002).
Kabupaten Nias Barat terdiri dari 8 kecamatan dengan total luas wilayah
544,09 km2, jumlah penduduk 79.876 jiwa dengan kepadatan penduduk 146,81
jiwa/km2 pada tahun 2014. Lahomi sebagai ibukota Kabupaten Nias Barat
merupakan pusat pelayanan pemerintahan dan juga kegiatan ekonomi. Struktur
ruang Kabupaten Nias Barat yang meliputi sistem perkotaan terdiri dari jenjang
pusat - pusat pelayanan. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Nias Barat
Nomor 12 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Nias Barat Tahun 2014 - 2034, bahwa pusat kegiatan lokal yang berfungsi
melayani kegiatan skala kabupaten mencakup kawasan perkotaan Lahomi. Pada
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Daerah Ibukota Kabupaten Nias Barat,
ruang lingkup administrasi wilayah perkotaan mencakup Desa Onolimbu, Desa
Sisobambowo dan Desa Simaeasi.
Pengelolaan persampahan secara umum di Kabupaten Nias Barat dan
khususnya di kawasan perkotaan Lahomi masih dilakukan dengan konsep buang,
bakar dan timbun pada lahan yang tidak termanfaatkan. Perlakuan masyarakat
terhadap sampah organik yang mudah membusuk (degradable) adalah dibuang
Universitas Sumatera Utara
3
dan ada juga yang menjadikan sebagai makanan ternak, sedangkan sampah yang
tidak mudah membusuk (non degradable) akan lebih mudah dibakar pada lahan
sekitar rumah. Sarana dan prasarana persampahan yang tersedia berupa tong
sampah organik dan non organik terbatas hanya pada beberapa perkantoran.
Keberadaan Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah dan Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang belum tersedia, dan hal ini berpengaruh
terhadap perilaku masyarakat untuk semakin menerapkan konsep buang ke
sungai, bakar dan timbun pada lahan yang belum dimanfaatkan. Penanganan
permasalahan sampah seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah daerah
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pembangunan kawasan
perkantoran dan pemukiman.
Perlakuan pembuangan sampah merupakan kegiatan yang terjadi terus menerus selama aktivitas manusia terus berlangsung, oleh karena itu diperlukan
sistem pengelolaan sampah yang baik. Sementara itu, penanganan sampah
perkotaan
mengalami kesulitan dalam hal pengumpulan sampah dan upaya
mendapatkan tempat atau lahan yang benar-benar aman (Soerjani et al, 1987).
Maka pengelolaan sampah dapat dilakukan secara preventive, yaitu memanfaatkan
sampah salah satunya seperti usaha pengomposan. Disamping itu juga
pengurangan sampah secara reduce, reuse dan recycle (3R) perlu menjadi
diterapan sebagai upaya pemanfaatan sampah yang tidak mudah membusuk.
Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
mengamanatkan bahwa tugas pemerintah dan pemerintahan daerah memfasilitasi,
mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan, penanganan, dan
pemanfaatan sampah dan melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi
Universitas Sumatera Utara
4
penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah. Pada kondisi sekarang ini
di Kabupaten Nias Barat pemerintah daerah masih belum melaksanakan tugas
nya. Demikian juga kewenangan pemerintah untuk menetapkan kebijakan dan
strategi pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan nasional dan provinsi masih
belum terlaksana. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian tentang
pengelolaan sampah sebagai dasar untuk menyusun kebijakan dan strategi
pengelolaan sampah di daerah.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian meliputi pertanyaan - pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1.
Bagaimana komposisi sampah yang cepat membusuk (garbage) dan yang
tidak membusuk (rubbish) di wilayah perkotaan Lahomi Kabupaten Nias
Barat ?
2.
Apakah terdapat hubungan antara sistem demografi terhadap perilaku dan
pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah ?
3.
Bagaimana perilaku dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan
sampah?
4.
Bagaimana kebijakan pengelolaan sampah di wilayah perkotaan Lahomi
Kabupaten Nias Barat ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah :
1.
Mengetahui komposisi sampah yang cepat membusuk (garbage) dan yang
tidak membusuk (rubbish) di wilayah perkotaan Lahomi Kabupaten Nias
Barat.
Universitas Sumatera Utara
5
2.
Mengetahui hubungan demografi terhadap perilaku dan pengetahuan
masyarakat dalam pengelolaan sampah di wilayah perkotaan Lahomi
Kabupaten Nias Barat.
3.
Mengetahui perilaku dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah
di wilayah perkotaan Lahomi Kabupaten Nias Barat.
4.
Merumuskan rekomendasi pengelolaan sampah di Kabupaten Nias Barat.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.
Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk dapat menyusun
kebijakan pengelolaan sampah di wilayah Kabupaten Nias Barat.
2.
Sebagai bahan kepustakaan bagi penelitian selanjutnya untuk pengembangan
pengelolaan persampahan.
3.
Sebagai upaya pelestarian lingkungan dalam rangka pembangunan yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Universitas Sumatera Utara