Analisis Potensial Kawasan Perumahan Dan Permukiman Di Kecamatan Lahomi Kabupaten Nias Barat Dengan Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lahomi yang merupakan ibukota

Kabupaten Nias Barat, Provinsi Sumatera Utara dan waktu pelaksanaan penelitian
dimulai pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan Juni 2016
3.2

Jenis Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini metode yang digunakan adalah metode

penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Secara deskriptif kondisi fisik
alam, seperti kelerengan, wilayah rawan bencana, penggunaan lahan dan
infrastruktur dapat diketahui pengaruhnya terhadap kawasan perumahan dan
permukiman. Pendekatan kuantitatif dimaksudkan untuk membandingkan kondisi
eksisting di lokasi penelitian berdasarkan karakteristik lahannya dengan standar
atau syarat yang telah ditetapkan yang didapat dari kajian teori yang telah dibahas

sebelumnya dengan pemberian bobot dan skor setiap parameter guna
memudahkan dalam analisa numerik sehingga dapat menggambarkan lokasi
potensial kawasan perumahan dan permukiman di Kecamatan Lahomi, Kabupaten
Nias Barat yang akan dikembangkan di masa yang akan datang.
3.3

Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data yang

berhubungan dengan parameter penentu lokasi perumahan dan permukiman
sebagaimana dalam Tabel 3.1 di bawah ini :
27

Universitas Sumatera Utara

No

Tabel 3.1 Jenis dan sumber data
Parameter
Kebutuhan Data

Sumber Data

1

Aksesbilitas

Peta Jaringan Jalan

- BAPPEDA Provinsi SU,
- BAPPEDA Kab. Nias
Barat
- Dinas TARUKIM Prov.
SU
- Dinas PU Kab. Nias Barat

2.

Kemiringan
Lereng


Peta Topografi

- BAPPEDA Provinsi SU,
- BAPPEDA Kab. Nias
Barat
- Dinas TARUKIM Prov.
SU
- Dinas PU Kab. Nias Barat

3.

Kerawanan
Bencana

-

-

Peta
Rawan - BAPPEDA Provinsi SU,

banjir
- BAPPEDA Kab. Nias
Peta
Rawan
Barat
Longsor
- Dinas TARUKIM Prov.
SU
- Dinas PU Kab. Nias Barat
- BWS Prov. SU

4.

Perubahan lahan

5

Daya
tanah


6.

Ketersediaan Air

-

Peta Sungai

- BAPPEDA Provinsi SU,
- BAPPEDA Kab. Nias
Barat
- BWS Prov. SU
- Dinas PU Kab. Nias Barat

7.

Pelayanan Umum

-


Point Pasar,
Puskesmas
Kantor
Pemerintahan

Data diambil langsung di
lokasi
penelitian
meggunakan Alat GPS

dukung -

Peta
Penggunaan
Lahan

Peta
Tanah

- BAPPEDA Provinsi SU,

- BAPPEDA Kab. Nias
Barat
- Dinas TARUKIM Prov.
SU
- Dinas PU Kab. Nias Barat

Jenis - BAPPEDA Provinsi SU,
- BAPPEDA Kab. Nias
Barat
- Dinas TARUKIM Prov.
SU
- Dinas PU Kab. Nias Barat

Sumber : Analisis (2016)

3.4

Metode Analisis Data

Universitas Sumatera Utara


Dalam penelitian ini langkah - langkah yang dilakukan menganalisis data
dapat digambarkan pada diagram alir pada Gambar 3.1 berikut ini :
Daya dukung
Tanah
- Peta Jenis
Tanah

Ketersediaan
Air

Kemiringan
Lereng

Aksesbilitas

Perubahan
Lahan

Kerawanan

Bencana

Fasilitas
Layanan Umum

Peta Sungai

Peta
Topografi

Peta Jaringan
Jalan

Peta
Penggunaan
Lahan

Peta Rawan
Banjir


Point Pasar,
Kantor
Pemerintah,
sekolah dan
Puskesmas

Peta Kelas
Lereng

Proses
buffering

Proses
buffering

Proses
buffering

Klasifikasi Peta
Parameter

Pembobotan dengan Metode AHP
(Analytic Hierarchy Process)
Proses Skoring
Overlay Peta
Parameter
Lokasi Terpilih

Survey
Lapangan

Kesesuaian
(Validasi)

Tidak

Ya
Peta Potensi Kawasan
Pengembangan Perumahan
dan Permukiman

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian
3.4.1 Pengklasifikasin dan pembobotan parameter
Untuk menentukan seberapa besar pengaruh suatu parameter terhadap
parameter lainnya dalam menentukan lokasi potensial kawasan perumahan dan

Universitas Sumatera Utara

permukiman menggunakan Motode AHP (metode perbandingan berpasangan
antara parameter) yang selanjutnya disebut dengan bobot parameter.
Berkaitan dengan pembobotan parameter untuk menentukan tingkat
kepentingan atau pengaruh antara parameter, dengan meminta pendapat dari ahli
teknis yang membidangi tata ruang yaitu tenaga ahli dari Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Nias Barat dan Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Nias Barat atau instansi lain yang berkaitan dengan tata ruang wilayah,
yang disampaikan dalam bentuk kuisioner.
Pembagian bobot setiap aspek fisik masing-masing parameter dilakukan
berdasarkan tingkat peranan atau kepentingan aspek fisik lahan tersebut. Semakin
tinggi nilainya berarti semakin tinggi tingkat kepentingan atau perannya terhadap
penggunaan lahan untuk perumahan dan permukiman. Berdasarkan jumlah nilai
akhir dari suatu aspek fisik dapat dicari interval kelas dan bobot masing masing
Menurut Effendi, (1987) dalam Khadiyanto (2005) pembagian interval
kelas dan pembagian skor dari kelas masing-masing aspek fisik lahan dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus berikut ini :

dimana,

I = Lebar Interval,

�=




R = Jarak Interval,
N = Jumlah Interval
Diagram hirarki pembobotan parameter dan aspek fisik yang menetukan
parameter dengan menggunakan metode AHP dapat digambarkan pada Gambar
3.2 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara

100%
Kawasan Perumahan dan
Permukiman

Bobot (%)
Aksesbilitas

Bobot (%)
Pasar

Bobot (%)
Layanan
Umum

Bobot (%)
Kantor
Pemerintah

Bobot (%)
Ketersediaan
Air

Bobot (%)
Perubahan
Lahan

Bobot (%)
Kemiringan
Lereng

Bobot (%)
Puskesmas

Bobot (%)
Kerawanan
Bencana

Bobot (%)
Daya
dukung
tanah

Bobot (%)
Banjir

Gambar 3.2 Diagram hirarki pembobotan

1. Aksesbilitas
Kemudahan dalam mencapai lokasi perumahan dan permukiman
merupakan faktor yang sangat penting untuk penentuan lokasi permumahan dan
permukiman. askses yang bagus dan mudah ditempuh menjadi daya tarik bagi
masyarakat untuk mendirikan bangunan tempat tinggal.
Aksesbilitas dinilai dari jarak ke jalan utama yang dibagi dalam 4 (empat)
kelas dengan tingkat kepentingannya/pengaruhnya yaitu sangat sesuai, sesuai,
kurang sesuai dan tidak sesuai. Lebar interval masing-masing kelas diambil dari
jarak terjauh dibagi dengan jumlah kelas. Dan pembobotan masing-masing kelas
bedasarkan pada tingkat kepentingannya atau kesesuaiannya.
Pembobot masing-masing kelas berdasarkan tingkat kepentingannya atau
kesesuaiannya dimana semakin dekat akses jalan untuk kawasan perumahan dan
permukiman maka semakin tinggi bobotnya.

Universitas Sumatera Utara

2. Jarak terhadap pusat perdagangan dan layanan umum
Untuk mendukung kehidupan perekonomian dan aktivitas masyarakat
guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan perumahan dan
permukiman harus didukung oleh fasilitas pelayanan umum. Analisis terhadap
parameter ini dinilai dari jarak ke pasar, sekolah, kantor pemerintahan dan
Puskesmas.
Untuk menentukan seberapa besar tingkat pengaruh keberadaan pasar,
sekolah, kantor pemerintahan dan puskesmas terhadap penentuan lokasi
perumahan dan permukiman yang selanjutnya disebut sebagai subparameter
layanan umum dilakukan dengan menggunakan metode AHP.
Pada pengklasifikasian dan pemberian bobot pada subparameter ini
didasarkan pada tingkat kesesuaiannya dimana lahan yang semakin dekat dengan
layanan umum, sarana dan fasilitas lingkungan semakin sesuai untuk
pengembangan kawasan perumahan dan permukiman.
Menurut Sadana (2014), sarana lingkungan yang menjadi keperluan
masyarakat dilingkungan permukiman diantaranya adalah sarana pendidikan,
sarana kesehatan dan sarana perdagangan dan niaga, dengan jenis dan standar
sebagaimana dalam Tabel 3.2, Tabel 3.3, dan Tabel 3.4 di bawah ini :
Tabel 3.2 Standar kebutuhan sarana pendidikan
No.
1
2.
3.
4.
5

Jenis Sarana Pendidikan
Taman Kanak-kanak
Sekolah Dasar
SLTP
SLTA
Taman Baca

Radius
Pencapaian (m)
500
1.000
1.000
3.000
1.000

Sumber : Sadana (2014)

Tabel 3.3 Standar kebutuhan sarana kesehatan

Universitas Sumatera Utara

No.
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jenis Sarana Kesehatan
Posyandu
Balai Pengobatan Warga
BKIA/Klinik Bersalin
Puskesmas Pembantu dan Balai
Pengobatan Lingkungan
Puskesmas dan Balai Pengobatan
Tempat Prakter Dokter
Apotik / Rumah Obat

Radius
Pencapaian (m)
500
1.000
4.000
1.500
3.000
1.500
1.500

Sumber : Sadana (2014)

Tabel 3.4 Standar kebutuhan sarana perdagangan dan niaga
No.

Jenis Sarana Kesehatan

1.
2.
3.

Toko dan Warung
Pertokoan
Pusat Pertokoan dan Pasar Lingkungan

4.

Pusat Perbelanjaan dan Niaga (toko,
pasar, bank, kantor)

Radius
Pencapaian (m)
300
2.000
-

Sumber : Sadana (2014)

3. Kerawanan bencana
Sebagai Kawasan perumahan dan permukiman yang fungsinya sebagai
kawasan tempat tinggal harus menyediakan lingkungan yang sehat dan bebas dari
ancaman bencana alam. Aspek ancaman bencana dalam penelitian ini mencakup
bencana alam banjir.
Pengklasifikasian pada parameter kerawanan bencana dibagi menjadi kelas
rawan dan tidak rawan bencana dan pembobotannya disesuaikan dengan tingkat
kesesuaiannya terhadap penentuan kawasan perumahan dan permukiman.
4. Perubahan lahan
Dalam penentuan lokasi kawasan permukiman yang dapat diubah menjadi
lahan terbangun, terlebih dahulu mengetahui penggunaan lahan sebelumnya agar
tidak terjadi eksploitasi lahan yang berlebihan.

Universitas Sumatera Utara

Pengklasifikasian perubahan lahan dibagi berdasarkan fungsi dan
penggunaannya, dimana pemilihan kawasan perumahan dan permukiman
meminimalisi dan menghindari penggunaan lahan pertanian penduduk.
Pemberian bobot pada kelas masing-masing berdasarkan tingkat
kepentingan atau kesesuaiannya dimana kawasan yang tidak mengalami
perubahan fungsi diberikan bobot tertinggi sedangkan apabila merubah fungsi
atau penggunaannya maka diberi bobot terendah.
5. Kemiringan lereng
Faktor kemiringan lereng merupakan faktor terpenting dalam memilih
lokasi lahan perumahan dan permukiman. kawasan yang semakin curam selain
ancaman akan terjadinya longsor, berdampak pada pemilihan jenis konstruksi
bangunan yang lebih mahal dan tidak ekonomis.
Pada penelitian ini, parameter kemiringan lereng dibagi dalam 5 (lima)
kelas. Lebar interval masing-masing kelas diambil dari pembagian kemiringan
lereng maksimal (25%). Pembobotan masing-masing kelas disesuaikan dengan
tingkat kepentingan atau pengaruhnya dimana kondisi lahan yang semakin datar
semakin sesuai untuk kawasan permukiman.
6. Ketersediaan air
Faktor ketersediaan air untuk kawasan perumahan dan permukiman
merupakan kebutuhan vital dalam kehidupan dan mendukung aktivitas
masyarakat di kawasan tersebut.
Parameter ketersediaan air dinilai dari jarak ke sumber air, dimana
kawasan yang semakin dekat dengan sumber air semakin sesuai untuk
dikembangkan menjadi kawasan perumahan dan permukiman.

Universitas Sumatera Utara

Pengklasifikasian parameter ini dibagi menjadi 4 (empat) kelas dimana
lebar intervalnya diambil dari pembagian antara jarak terjauh atau terluar dibagi
jumlah kelas dengan tingkat kepentingan yaitu sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai
dan tidak sesuai.
7. Daya dukung tanah
Daya dukung tanah merupakan faktor terpenting berkaitan dengan proses
pembanguan pondasi rumah. Tanah yang kuat akan memberi dukungan terhadap
keutuhan banguan yang ada di atasnya. Daya dukung tanah ini dilihat dari jenis
tanah di kawasan permukiman.
Pemberian

bobot

masing-masing

kelas

berdasarkan

tingkat

kepentingannya dimana semakin sesuai untuk kawasan perumahan dan
permukiman maka bobotnya akan semakin tinggi.
3.4.2 Tumpang susun (overlay)
Tumpang susun (overlay) suatu data grafis adalah menggabungkan dua
atau lebih data grafis untuk memperoleh data grafis baru yang memiliki satuan
pemetaan (unit pemetaan baru).
Dengan Sisitem Informasi Geografis menganalisis kesesuaian lahan untuk
kawasan perumahan dan permukiman, tumpang susun dilakukan untuk
menggabungkan peta parameter sehingga diperoleh peta parameter berklasifikasi
sesuai dengan tingkat pengaruhnya terhadap kesesuain lahan perumahan dan
permukiman.
3.4.3 Proses Buffering
Buffering adalah proses pembentukan polygon dan atau zone dengan jarak
tertentu dari data spasial yang menjadi masukannya. Data spasial titik akan

Universitas Sumatera Utara

menghasilkan data spasial baru yang berupa lingkaran-lingkaran yang
mengelilingi titik pusatnya. Untuk data spasial garis akan menghasilkan data
spasial baru yang berupa polygon - polygon yang melingkupi garis-garis.
Proses Buffering dalam penelitian adalah untuk mendapatkan zone dalam
jarak tertentu dari puskesmas dan jaringan jalan sehingga didapatkan peta sesuai
dengan klasifikasinya.
3.4.4 Penentuan potensial kawasan perumahan dan permukiman
Pemetaan

kesesuaian

lahan

untuk

menentukan

lokasi

potensial

pengembangan kawasan perumahan dan permukiman dilakukan dengan mengoverlay-kan peta-peta parameter dan subparameter, setelah terlebih dahulu
dilakukan pengklasifikasi peta parameter proses skoring berdasarkan tingkat
kepentingannya atau pengaruhnya terhadap kesesuaian akan kawasan perumahan
dan permukiman.
Dalam pengambilan keputusan dilakukan dengan proses skoring atau
pemberian nilai berdasarkan akumulasi skor dari masing-masing parameter dan
subparameter sehingga diperoleh skor kumulatif kawasan tertentu.
Pada penelitian ini pengklasifikasi potensial kawasan perumahan dan
permukiman dibagi menjadi 4 (empat) kelas yaitu kelas berpotensi, cukup
berpotensi, kurang berpotensi dan tidak berpotensi.
3.4.5 Kawasan Prioritas Pengembangan perumahan dan permukiman
Penentuan kawasan prioritas pengembangan perumahan dan permukiman
dengan memilih lokasi yang paling berpotensi yaitu kawasan yang aman dari
bencana, sehat dan mempunyai akses serta sarana dan fasilitas lainnya.
3.5

Pengolahan dan penyajian data

Universitas Sumatera Utara

Pengolahan data dalam penelitian ini dengan menggunakan :
1.

Model matematis SIG yang digunakan yaitu metode overlay dan buffering.
Tiap objek dari faktor fisik dasar pada peta dikonversi kedalam bentuk nilai
tertentu sehingga memudahkan menganalisa secara numerik. Proses analisis
ini memanfaatkan perangkat lunak Ilwis atau ArcGis.

2.

AHP (Analytic Hierarchy Process) digunakan untuk mengetahui nilai
pengaruh masing-masing parameter yang diolah berdasarkan pendapat ahli.
Bentuk penyampaian data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Data peta, untuk menyajikan data yang dituangkan dalam prespektif spasial
yang digambarkan dalam bentuk peta
2. Data Gambar, untuk menyajikan data non numerik kedalam bentuk gambar
termasuk hasil dokumentasi di lokasi penelitian.
3. Data tabel, untuk menyajikan data numerik maupun data non numerik dalam
bentuk baris dan kolom.
3.6

Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Laptop 14”
b. GPS
c. Camera

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1.

Gambaran Umum Wilayah Penelitian

4.1.1.

Letak Geografis dan Pembagian Wilayah Administrasi
Kabupaten Nias Barat yang terbentuk pada tahun 2008 dengan

dikeluarkannya Undang-undang Nomor 46 Tahun 2008 tentang pembentukan
Kabupaten Nias Barat di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Nias Barat
memiliki 8 (delapan) kecamatan dengan luas wilayah daratan sebagai berikut :
Tabel 4.1 Jumlah dan luas kecamatan di kabupaten nias barat
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Kecamatan

Luas (Ha)

Persentase (%)

Lahõmi
Lõlõfitu Moi
Mandrehe
Mandrehe Barat
Mandrehe Utara
Moro’õ
Ulu Moro’õ
Sirombu

5.107,57
5.678,70
7.320,36
4.677,43
6.908,08
5.908,08
3.459,90
8.342,26

10,77
11,98
15,44
9,87
14,57
12,46
7,30
17,60

Jumlah

47.402,38

100,00

Sumber : Bappeda Kabupaten Nias barat, 2014

Secara administrasi Kabupaten Nias Barat mempunyai batas sebagai
berikut :


Sebelah Utara



Sebelah Selatan : Kecamatan LÕlÕwa’u Kabupaten Nias Selatan



Sebelah Timur

: Kecamatan BotomuzÕi Kabupaten Nias



Sebelah Barat

: Samudera Hindia

: Kecamatan Tugala Oyo Kabupaten Nias Utara

38

Universitas Sumatera Utara

Kecamatan Lahomi sebagai lokasi penelitian merupakan ibukota
Kabupaten Nias Barat terletak pada 0º 56' 16,8" - 1º 0' 50,4" Lintang Utara dan
97º 27' 46,8" - 97º 32' 56,4" Bujur Timur dapat dilihat pada Gambar 4.1.
4.1.2.

Kependudukan
Menurut BPS Kabupaten Nias dalam Buku Nias Barat Dalam Angka tahun

2012, 2013, 2014 dan 2015, jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Lahomi
tahun 2014 tercatat 7.789 jiwa, sementara pada tahun 2013 tercatat sejumlah
7.645 jiwa. Melihat kenyataannya Kecamatan Lahomi sebagai ibukota Kabupaten
Nias Barat dimana terdapat kantor pemerintahan kabupaten memiliki potensi
untuk terjadi perkembangan penduduk yang diikuti meningkatnya permintaan
akan tempat hunian khusunya bagi Pegawai Negeri Sipil.
Perkembangan penduduk Kabupaten Nias Barat menurut kecamatan dapat
dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2 Perkembangan penduduk Kabupaten Nias Barat menurut
kecamatan Tahun 2012-2014
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Nama Kecamatan
Sirombu
Lahomi
Ulu Moro’o
Lolofitu Moi
Mandrehe Utara
Mandrehe
Mandrehe Barat
Moro’o
Jumlah

Jumlah Penduduk pada tahun
2011
2012
2013
2014
9.565
9.582
9.599
9.781
7.620
7.630
7.645
7.789
7.738
7.749
7.764
7.911
13.801 13.824 13.849
9.567
7.994
8.007
8.021
8.173
18.873 18.902 18.936 19.293
7.453
7.464
7.479
7.620
9.528
9.543
9.561
9.742
82.572 82.701 82.854 79.876

Sumber : BPS Kabupaten Nias, (2012, 2013, 2014, 2015)

4.1.3.

Topografi
Kondisi wilayah Kecamatan Lahomi berada pada ketinggian 8 mdpl

sampai dengan 267 mdpl. Sebagian besar wilayah Kecamatan Lahomi berada

Universitas Sumatera Utara

pada ketinggian 50 mdpl – 100mdpl. Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.2
dan Tabel 4.3 di bawah ini :
Tabel 4.3 Ketinggian wilayah Kecamatan Lahomi
No.

Ketinggian (mdpl)

1.
2.
3.
4.

< 50
50 – 100
100 – 200
200 – 300
Jumlah

Luas
(Ha)
1.649,68
1.742,90
1.554,43
158,88
5.107,57

Persentase
(%)
32,31
34,14
30,44
3,11
100

Sumber : Bappeda Kabupaten Nias Barat, 2014

Berdasarkan data shapefile RTRW Nias Barat 2014 – 2034 dari Bappeda
Kabupaten Nias Barat, wilayah Kecamatan Lahomi merupakan daerah berbukit
dengan kemiringan 0% sampai dengan 40%, dapat terlihat pada Gambar 4.3,
kemiringan lerengnya dapat terbagi sebagaimana dalam Tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4 Kelerengan wilayah Kecamatan Lahomi
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah

Kemiringan
(%)
0–3
3–8
8 – 15
15 – 25
25 - 40

Luas (Ha)
489.63
814.74
2.473.07
1.308.75
21.38
5.107,57

Persentase
(%)
9,59
15,96
48,43
25,61
0,42
100,00

Sumber : Bappeda Kabupaten Nias Barat, 2014

4.1.4.

Jaringan Jalan
Infrastruktur jalan di Kabupaten Nias Barat sampai saat ini meliputi jalan

provinsi sepanjang 74,30 km dan jalan kabupaten sepanjang 377,52 km. Dan
panjang jalan yang melintasi wilayah Kecamatan Lahomi yaitu jalan provinsi
sepanjang 0,39 km dan jalan kabupaten sepanjang 67,45 km dengan kondisi 10
km beraspal/hotmix lebar 5 m dan 57,45 km perkerasan krikil/gravel lebar 3 m .
Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.4

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.1 Peta Administrasi

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.2 Peta Topografi

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.3 Peta Kelerengan

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.4 Peta Jalan

Universitas Sumatera Utara

4.1.5.

Penggunaan lahan
Berdasarkan RTRW Nias Barat 2014 – 2034 tergambar bahwa

penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Lahomi, sebagian besar di gunakan
untuk pertanian lahan kering sebesar 41,51% dan perkebunan sebesar 34,33% dari
luas wilayah Kecamatan Lahomi sedangkan permukiman hanya 0,77% dari luas
wilayah Kecamatan Lahomi. Lebih jelas seperti pada Gambar 4.5 dan Tabel 4.5 di
bawah ini :
Tabel 4.5 Penggunaan lahan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jenis Penggunaan
Permukiman
Semak Belukar
Sawah
Pertanian Lahan Kering
Perkebunan
Hutan
Badan Air
Jumlah

Luas
Persentase
(Ha)
(%)
39,15
0,77
240,26
4,70
258,89
5,07
2.120,10
41,51
1.753,52
34,33
672,45
13,17
23,21
0,45
5.107,58
100

Sumber : Bappeda Kabupaten Nias Barat, 2014

4.1.6.

Jenis tanah
Jenis tanah di Kabupaten Nias Barat umumnya didominasi oleh jenis tanah

Aluvial, Podsolik Merah Kuning dan sebagian kecil Hidromorfik Kelabu,
Regosol, Mediteran Merah Kuning dan Litosol yang menyebar secara random
(acak). Lapisan permukaan tanah di Kabupaten Nias Barat pada umumnya adalah
tanah lunak (soft soil). Jenis tanah lunak adalah tanah lanau yang halus dan mudah
tererosi. Di samping itu juga dijumpai jenis tanah lempung ekspansif serta pasir
halus. Jenis-jenis tanah seperti ini banyak dijumpai pada daerah bergelombang
sampai berbukit. Jenis tanah lempung ekspansif adalah salah satu jenis tanah
berbutir halus dengan ukuran koloidal yang terbentuk dari mineral ekspansif.

Universitas Sumatera Utara

Tanah lempung ini mempunyai sifat yang khas yaitu kandungan mineral ekspansif
menyebabkan mempunyai kapasitas pertukaran ion yang tinggi. Kondisi ini
mengakibatkan tanah lempung ini mempunyai potensi kembang susut apabila
terjadi peningkatan dan pengurangan kadar airnya.
Di wilayah Kecamatan Lahomi jenis tanah terdiri dari Alfisol, Histosol
dan Inceptisol, luasan dapat dilihat pada Gambar 4.6 dan Tabel 4.6 di bawah ini :
Tabel 4.6 Jenis tanah dan luasnya
No.

Jenis Tanah

1. Alfisol
2. Hitosol
3. Inceptosol
Jumlah

Luas (Ha)
3.268,54
133,16
1.705,87
5.107,57

Persentase
(%)
63,98
2,61
33,41
100,00

Sumber : Bappeda Kabupaten Nias Barat, 2014

4.1.7.

Sumber Air
Salah satu permasalahan di Kabupaten Nias Barat adalah air bersih dimana

sampai dengan saat ini belum ada perusahaan baik swasta maupun pemerintah
yang menyediakan air bersih untuk kebutuhan masyarakat. Pemakaian air untuk
kebutuhan air bersih di Kecamatan Lahomi sebagai kawasan ibukota Kabupaten
Nias Barat penduduk memperolehnya dengan memanfaatkan sungai dan air hujan
dengan menyediakan tampungan.
Sungai yang menjadi sumber air bersih di Kecamatan Lahomi berasal dari
Sungai Lahomi yang melintasi wilayah Kecamatan Lahomi sepanjang 19,90 km,
Sungai Bo’u sepanjang 1,85 km dan Sungai Ge’e sepanjang 1,04 km. Lebih jelas
sungai yang menjadi sumber air bersih di kawasan Kecamatan Lahomi dapat
dilihat pada Gambar 4.7

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.5

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.6

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.7

Universitas Sumatera Utara

4.1.8.

Layanan umum

4.1.8.1.

Fasilitas pendidikan

Fasilitas Pendidikan yang terdapat di wilayah Kecamatan Lahomi terdiri
dari TK sebanyak 1 (satu) sekolah, SD sebanyak 13 (tiga belas) sekolah, SMP
sebanyak 3 (tiga) sekolah, SMK sebanyak 1 (satu) sekolah dan SMA sebanyak 1
(satu) sekolah. Dari hasil tinjauan di lokasi penelitian dengan menggunakan GPS
maka letak sekolah dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan Lampiran-1
4.1.8.2.

Fasilitas kesehatan

Di wilayah Kecamatan Lahomi terdapat fasilitas kesehatan yaitu
Puskesmas sebanyak 1 (satu) unit yang terletak di desa Sitolubanua ibukota
Kecamatan Lahomi. Lebih jelas letak titik koordinat dapat dilihat pada Gambar
4.8 dan Tabel 4.7 berikut ini :
Tabel 4.7 Nama puskesmas dan letak koordinatnya
No.
Nama Fasilitas
Alamat
Titik Koordinat
1. Puskesmas Lahomi Desa Sitolubanua
97º 30’25,20” BT
Kecamatan Lahomi
00º 58’42,30” LU
Sumber : Hasil Survey (2016)

4.1.8.3.

Fasilitas perdagangan

Di wilayah Kecamatan Lahomi terdapat fasilitas perdagangan yaitu pekan
dan pasar sebanyak 2 (dua) lokasi yang beroperasi setiap hari. Lokasi
perdagangan ini merupakan tempat dimana masyarakat di wilayah ibukota
kabupaten mendapatkan kebutuhan sehari-hari. Letak dan titik koordinat dapat
dilihat pada Gambar 4.8 dan Tabel 4.8 berikut ini :
Tabel 4.8 Nama perdagangan dan letak koordinatnya
No.
1.
2.

Nama Fasilitas
Pekan Beringin
Pasar Beringin

Alamat
Desa Onolimbu
Kecamatan Lahomi
Desa Sitolubanua
Kecamatan Lahomi

Titik Koordinat
97º 29’25,02” BT
01º 00’33,60” LU
97º 30’07,20” BT
00º 58’58,80” LU

Sumber : Hasil Survey (2016)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.8 Peta Layanan Umum

Universitas Sumatera Utara

4.1.8.4.

Fasilitas Lainnya

Selain dari fasilitas sekolah, kesehatan dan perdagangan juga terdapat
Kawasan Perkantoran Pemerintah yaitu Kantor Bupati Nias Barat dan Kantor
Camat Lahomi. Keberadaan Perkantoran Pemerintah ini mengakibatkan terjadinya
peningkatan aksesbilitas dan mobilitas masyarakat serta permintaan akan hunian
baik dari Pegawai Negeri Negeri maupun masyarakat.
Dari hasil survey lapangan letak koordinat keberadaan kawasan
perkantoran pemerintahan Kabupaten Nias Barat lebih jelas dapat dilihat pada
Gambar 4.8 dan Tabel 4.9 di bawah ini :
Tabel 4.9 Nama kantor pemerintahan dan letak koordinatnya
No.
1.
2.

Nama Fasilitas
Kantor Bupati Nias
Barat
Kantor Camat
Lahomi

Alamat
Desa Onolimbu
Kecamatan Lahomi
Desa Sitolubanua
Kecamatan Lahomi

Titik Koordinat
97º 29’41,10” BT
00º 59’54,00” LU
97º 30’28,26” BT
00º 58’24,12” LU

Sumber : Hasil Survey (2016)

4.1.9. Kawasan Rawan Bencana
Identifikasi kawasan rawan bencana di wilayah Kecamatan Lahomi dan
dari data Bappeda Kabupaten Nias Barat terdapat kawasan rawan banjir yaitu di
sebagian daerah aliran Sungai Lahomi yang melintasi wilayah penelitian . Bahaya
banjir di daerah penelitian disebabkan oleh genangan air yang meluap dari Sungai
Lahomi. Bahaya banjir akan terjadi pada saat puncak musim hujan yang bisa
terjadi dua kali dalam sebulan, akan tetapi genangan air ini tidak berlangsung
lama yaitu hanya selama 1 (satu) hari. Kawasan dan luasan yang terkena dampak
bahaya banjir di wilayah Kecamatan Lahomi dapat dilihat pada Gambar 4.9 dan
Tabel 4.10 di bawah ini :

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.9 Rawan Bencana

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.10 Luas lahan rawan banjir di Kecamatan lahomi
No.
1.
2.

Lahan

Luas (ha)

Rawan Banjir
Tidak Rawan Banjir
Jumlah

130,75
4.976,82
5.107,57

Persentase
(%)
2,56
97,44
100

Sumber : Bappeda Kabupaten Nias Barat (2014) dan Hasil Survey (2016)

4.1.10. Kondisi perumahan dan permukiman
Perumahan penduduk di Kecamatan Lahomi dan Kabupaten Nias Barat,
pada umumnya mengikuti jaringan jalan dan cenderung membentuk kelompok
mendekati pusat-pusat kegiatan dapat terlihat pada Gambar 4.10
Kebijakan-kebijakan pemerintah Kabupaten Nias Barat khusunya di
kawasan perkotaan belum tertuju pada arahan peruntukan lokasi atau lahan
pengembangan permukiman. Hal ini teridentifikasi dengan banyaknya rumah
yang belum memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).

Gambar 4.10 Foto perkembangan permukiman di Kecamatan Lahomi
4.2.

Perhitungan bobot parameter
Untuk mendapatkan seberapa besar pengaruh masing-masing parameter

terhadap penentuan lokasi potensial untuk kawasan perumahan dan permukiman
di Kecamatan Lahomi dengan menggunakan alat analisis yaitu metode Analisis
Hierarchy Process (AHP).

Universitas Sumatera Utara

Dalam analisis dengan menggunakan metode AHP pada penelitian ini
dengan menggunakan pernyataan atau pendapat dari responden yaitu Kepala
Bappeda Kabupaten Nias Barat dan Kepala Bidang Tata Kota dan Tata Ruang.
Dari hasil analisis dan perhitungan dengan menggunakan metode AHP
diketahui bahwa proses perbandingan berpasangan sangat konsisten dengan nilai
Rasio Konsistensi (CR) = 0,057 pada Bappeda dan 0,050 pada Dinas PU atau
memenuhi syarat < 0,1 (saaty, 2010), hal ini menunjukan pernyataan atau
pendapat responden relatif konsisten. Bobot parameter diperoleh dari nilai bobot
rata-rata dari kedua responden di atas dan dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan
Gambar 4.11 di bawah ini :
Tabel 4.11 Hasil perhitungan bobot parameter
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Parameter
Rawan Bencana
Aksesbilitas
Kemiringan Lereng
Perubahan Lahan
Daya Dukung Tanah
Ketersediaan Air
Layanan Umum
Jumlah

Bobot
Bappeda
Dinas PU
0,26
0,31
0,24
0,23
0,15
0,15
0,13
0,07
0,06
0,08
0,07
0,11
0,09
0,05
1,0
1,0

Rata Rata
0,29
0,23
0,15
0,10
0,07
0,09
0,07
1,0

% Bobot
28,63
23,14
15,14
9,87
7,19
9,03
7,00
100,00

Sumber : Hasil Analisis, (2016)

Bobot Parameter
Rawan Bencana
9%
7%

Aksesbilitas

7%
29%

Kemiringan Lereng
Perubahan Lahan

10%

Daya Dukung Tanah
15%

23%

Ketersediaan Air
Layanan Umum

Gambar 4.11 Diagram hasil perhitungan bobot parameter

Universitas Sumatera Utara

Pada parameter layanan umum dimana terdapat subparameter yang
menjadi faktor penentu yaitu perdagangan, kantor pemerintahan, sekolah dan
puskesmas. Dengan menggunakan metode AHP dan dari pendapat responden
Bappeda dan Dinas PU Kabupaten Nias Barat yang mana memiliki nilai Rasio
Konsistensi (CR) 0,023 pada Bappeda dan 0,026 pada Dinas PU atau memenihi
syarat < 0,10 (saaty, 2010) yaitu pernyataan atau pendapat responden relatif
konsisten, sehingga bobot subprameter ini diperoleh sebagaimana pada Tabel
4.12. dan Gambar 4.12 di bawah ini :
Tabel 4.12 Hasil perhitungan bobot subparameter
No
1.
2.
3.
4.

Parameter
Perdagangan
Kantor Pemerintahan
Sekolah
Puskesmas
Jumlah

Bobot
Bappeda
Dinas PU
0,22
0,29
0,10
0,11
0,47
0,44
0,21
0,16
1,0
1,0

Rata Rata
0,25
0,10
0,46
0,19
1,0

% Bobot
25,15
10,20
45,78
18,86
100,00

Sumber : Hasil Analisis, (2016)

Bobot Subparameter
19%

25%
10%

46%

Pasar
Kantor Pemerintahan
Sekolah
Puskesmas

Gambar 4.12 Diagram hasil perhitungan bobot subparameter
Dari keseluruhan hasil perhitungan bobot parameter dan pendistribusian ke
bobot subparameter yang menjadi faktor penentun lokasi kawasan perumahan dan
permukiman di Kecamatan Lahomi dapat digambarkan pada Gambar 4.13 berikut
ini :

Universitas Sumatera Utara

100%
Kawasan Perumahan dan
Permukiman

23,14%
Aksesbilitas

7%
Layanan
Umum

0,71%
Kantor
Pemerintah

1,76%
Perdagangan

9,03%
Ketersediaan
Air

3,20%
Sekolah

9,87%
Perubahan
Lahan

1,32%
Puskesmas

15,14%
Kemiringan
Lereng

28,63%
Kerawanan
Bencana

7,19%
Daya
dukung
tanah

28,63%
Banjir

Gambar 4.13 Diagram bobot parameter dan subparameter

4.3.

Pembahasan

4.3.1. Pengklasifikasian dan skoring parameter
Untuk mendapatkan luasan sesuai dengan klasifikasi parameter dan
subparameter dilakukan dengan metode buffer menggunakan Aplikasi SIG,
dimana data yang digunakan yaitu data hasil survey dan data RTRW Kabupaten
Nias Barat dalam bentuk shapefile sehingga diperoleh peta-peta parameter dan
subparameter.
Pengklasifikasian dan skor masing-masing klasifikasi parameter dan
subparameter dapat sebagai berikut :
1. Rawan bencana
Kawasan yang terkena dampak banjir di Kecamatan Lahomi seluas 130,75
ha atau 2,56% dari luas wilayah Kecamatan Lahomi dan kawasan yang bebas
dampak banjir seluas 4.975,08 ha atau 97,44 % dari luas wilayah Kacamatan
Lahomi dan kawasan rawan banjir dapat dilihat pada Gambar 4.14.
Untuk kesesuaian pada kawasan perumahan dan permukiman dimana
kawasan terkena dampak banjir tidak sesuai untuk dijadikan kawasan perumahan

Universitas Sumatera Utara

dan permukiman sehingga bobot kelas adalah 0 (nol) dan sebaliknya untuk
kawasan yang aman terhadap ancaman banjir diberi bobot kelas = 100%,
selanjutnya dari bobot parameter kerawanan bencana (28,63%) didistribusikan ke
masing-masing kelas berdasarkan bobot kelas menjadi sebagai berikut :
Tabel 4.13 Kelas rawan banjir
No.
1.
2.

Kelas
Tidak rawan
Rawan

Jumlah

Luas (ha)

Identifikasi

4.976,82
130,75
5.107,57

Sesuai
Tidak sesuai

Tingkat
Kepentingan
1
0

Bobot
Kelas
100
0

Skor
28,63

0

Sumber : Hasil Analisis, (2016)

2. Aksesbilitas
Pada parameter ini data digunakan adalah akses jalan yang ada di wilayah
Kecamatan Lahomi dan sekitarnya yang dapat dilalui oleh kendaraan bermotor.
Dalam pembagian kelas parameter ini dengan membagi jarak terjauh ke
batas wilayah daerah penelitian sejauh 2.400 meter menjadi 4 (empat) kelas,
dengan proses buffer diperoleh luasan setiap kelas, dan pembagian bobot
parameter (23,14%) ke skor kelas didasarkan pada bobot kelas.
Letak atau kawasan kelas, besar luasan dan skor setiap kelas dapat dilihat
pada Gambar 4.15 dan Tabel 4.14 di bawah ini :
Tabel 4.14 Kelas jarak terhadap jalan
No.
1.
2.
3.
4.

Kelas (m)
0
600
1.200
1.800
Jumlah






600
1.200
1.800
2.400

Luas
(ha)
3.854,65
790,87
355,78
106,27
5.107,57

Identifikasi

Tingkat
Kepentingan

Sangat Sesuai
Sesuai
Kurang sesuai
Tidak sesuai

3
2
1
0

Bobot
Kelas
(%)
100
66,67
33,33
0

Skor
23,14
15,43
7,71
0

Sumber : Hasil Analisis, (2016)

Universitas Sumatera Utara

3. Kemiringan lereng
Dalam RTRW Kabupaten Nias Barat 2014-2034, dimana sebaran
kemiringan lereng di Kecamatan Lahomi terdiri 4 (empat kelas) dari 0-3% seluas
489,63 Ha, 3-8% seluas 814,74 Ha, 8-15% seluas 2.472,59 Ha, 15-25% seluas
1.307,49 Ha dan 25-40% seluas 21,38 Ha. Dan untuk kawasan permukiman
kelerengan lahan antara 0 – 25%. Untuk lebih jelas maka letak kawasan
kelerengan dapat dilihat pada Gambar 4.16.
Pemberian skor setiap kelas didasarkan pada bobot dan tingkat kesesuaian
kelas, lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.15 di bawah ini :
Tabel 4.15 Kelas kemiringan lereng
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Kelas
0
3
8
15





>

3%
8%
15%
25%
25%

Jumlah

Luas
(Ha)
489,63
814,74
2.473,07
1.308,75
21,38
5.107,57

Identifikasi

Tingkat
Kepentingan

Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai

4
3
2
1
0

Bobot
Kelas
(%)
100
75
50
25
0

Skor
15,14
11,36
7,57
3,79
0

Sumber : Hasil Analisis, (2016)

4. Perubahan lahan
Dari data Bappeda Kabupaten Nias Barat, teridentifikasi bahwa
penggunaan lahan di Kecamatan Lahomi terdiri dari Permukian, Semak Belukar,
Pertanian Lahan Kering, Perkebunan, Sawah, Badan Air dan Hutan.
Dilihat dari fungsi dan kegunaan lahan maka kelas perubahan lahan ini di
bagi menjadi 4 (empat) kelas dimana kawasan yang saat ini digunakan sebagai
permukiman dianggap sangat sesuai, semak belukar dianggap sesuai, pertanian
lahan kering, perkebunan, sawah dianggap kurang sesuai dan badan air, hutan
dianggap tidak sesuai dan tidak dapat dijadikan kawasan perumahan dan

Universitas Sumatera Utara

permukiman. Pembagian kawasan berdasarkan kelas dapat dilihat pada Gambar
4.17
Pemberian skor setiap kelas didasarkan pada bobot kelasnya atau tingkat
kepentingannya, lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.16
Tabel 4.16 Kelas perubahan lahan
No.
1.
2.
3.
4.

Luas
(ha)

Kelas
Permukiman
Semak Belukar
Pertanian Lahan
Kering, Perkebunan,
Sawah
Badan Air, Hutan
Jumlah

39,15
240,26
4.132,51
695,65
5.107,57

Identifikasi

Tingkat
Kepentingan

Sangat Sesuai
Sesuai

3
2

Bobot
Kelas
(%)
100
66,67

Kurang
Sesuai

1

33,33

3,29

Tidak sesuai

0

0

0

Skor
9,87
6,58

Sumber : Hasil Analisis, (2016)

5. Daya dukung tanah
Berdasarkan data yang ada di Bappeda Kabupaten Nias Barat dimana
Kecamatan Lahomi memiliki jenis tanah dengan ordo Inspectisol, Histosol dan
Alfisol. Ddilihat dari ciri-ciri dan pembentukannya maka guna mendukung
kekuatan pondasi bangunan jenis tanah yang sesuai sampai ke kurang sesuai
adalah Alfisol, Inspectisol dam Histosol. Pemberian skor setiap kelas disesuaikan
dengan tingkat kesesuaiannya dimana kelas sesuai diberi skor 7,19 dan kurang
sesuai diberi skor 0. Pembagian kelas, luasan dan skor setiap kelas dapat dilihat
pada Gambar 4.18 dan Tabel 4.17
Tabel 4.17 Kelas daya dukung tanah
No.
1.
2.

Kelas (jenis tanah)
Inspectisol, Alfisol
Histosol
Jumlah

Luas
(ha)
4974,41
133,16
5.107,57

Identifikasi

Tingkat
Kepentingan

Sesuai
Kurang Sesuai

1
0

Bobot
Kelas
(%)
100
0

Skor
7,19
0

Sumber : Hasil Analisis, (2016)

6. Ketersediaan air

Universitas Sumatera Utara

Selain mengharap turunnya air hujan, air dari sungai menjadi satu-satunya
harapan memenuhi kebutuhan akan air bersih di Kecamatan Lahomi.
Dalam penelitian ini untuk menentukan klasifikasi parameter ketersediaan
air yaitu dengan membagi 4 (empat) kelas jarak terjauh wilayah penelitian ke
sumber air yaitu Sungai Lahomi, Sungai Ge’e dan Sungai Bo’u. Jarak terjauh
berada pada radius 2.800 meter, maka pembagian kelas dan luas serta pembagian
skor dapat dilihat pada Gambar 4.19 dan Tabel 4.18 berikut ini :
Tabel 4.18 Kelas ketersediaan air
No.
1.
2.
3.
4.

Luas
(ha)

Kelas (m)
0 - 700
700 - 1.400
1.400 - 2.100
2.100 - 2.800
Jumlah

2.301,05
1.785,59
816,72
204,22
5.107,58

Identifikasi

Tingkat
Kepentingan

Sangat Sesuai
Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak sesuai

3
2
1
0

Bobot
Kelas
(%)
100
66,67
33,33
0

Skor
9,03
6,02
3,01
0

Sumber : Hasil Analisis, (2016)

7. Layanan umum
Sebagaimana ketersediaan layanan umum di Kecamatan Lahomi yang
menjadi faktor penentu pada Parameter ini adalah kemampuan akan pencapaian
terhadap

infrastruktur

Perdagangan,

Kantor

Pemerintahan,

Sekolah

dan

Puskesmas. Semakin dekat layanan umum di suatu wilayah maka akan semakin
baik dan sesuai untuk pengembangan kawasan perumahan dan permukiman.
Dari data yang diperoleh di wilayah penelitian dan menurut Sadana (2014)
yang menjelaskan tentang radius pencapaian sarana pendidikan, Sarana kesehatan,
Sarana perdagangan dan Niaga yang dibutuhkan pada kawasan peruntukan
permukiman serta melalui penggunaan analisis spasial dengan metode buffer,
diperoleh luasan pencapaian akan layanan umum sebagai berikut :
a. Layanan sekolah

Universitas Sumatera Utara

Layanan pencapaian fasilitas sekolah di wilayah Kecamatan Lahomi dapat
dilihat pada Tabel 4.19 berikut ini :
Tabel 4.19 Radius pencapaian sekolah
No.
1.
2.
3.
4.

Jenis
Layanan
TK
SD
SLTP
SLTA

Radius
Pencapaian (m)
500
1.000
1.000
3.000

Luas (ha)

Keterangan

78,51
2.457,79
942,25
2.945,58

Sumber : Hasil Analisis, (2016)

Dalam pengklasifikasian subparameter ini, kawasan yang memiliki sarana
sekolah berbagai tingkatan lebih banyak akan semakin sesuai dan diberi skor yang
paling tinggi. Untuk lebih jelas pembagian klasifikasi dan luasannya serta
pemberian skor untuk subparameter ini dapat dilihat pada Gambar 4.20 dan Tabel
4.20.
Tabel 4.20 Kelas ketersediaan layanan sekolah
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Kelas
(Pencapaian)

Luas
(ha)

4 Sekolah
3 Sekolah
2 Sekolah
1 Sekolah
Tidak ada sekolah
Jumlah

37,53
894,08
1.301,44
988,87
1.885,65
5.107,57

Identifikasi

Tingkat
Kepentingan

Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Kurang sesuai
Tidak sesuai

4
3
2
1
0

Bobot
Kelas
(%)
45,78
34,34
22,89
11,45
0

Skor
3,20
2,40
1,60
0,80
0

Sumber : Hasil Analisis, (2016)

b. Layanan perdagangan
Di Kecamatan Lahomi terdapat 2 (dua) lokasi kegiatan perdagangan yaitu
Pekan Beringin dan Pasar Beringin. Pada pengklasifikasian subparameter ini
ditentukan dengan menghitung jarang batas terluar wilayah penelitian dari lokasi
perdagangan dibagi menjadi 4 (empat) kelas.

Universitas Sumatera Utara

Pemberian skor kelas pada subparameter ini didasarkan pada tingkat
kesesuaiannya, dimana semakin dekat dengan pusat kegiatan perdagangan
semakin sesuai suatu wilayah untuk dikembangkan menjadi kawasan perumahan
dan permukiman. Untuk pengklasifikasian dan besaran luasan serta pemberian
skor setiap kelas dapat dilihat pada Gambar 4.21 dan Tabel 4.21 di bawah ini :
Tabel 4.21 Kelas ketersediaan layanan perdagangan
No.

Kelas (m)

Luas
(ha)

1.
2.
3.
4.

0 - 1.675
1.675 - 3.350
3.350 - 5.025
5.025 - 6.700
Jumlah

1.337,93
2.241,51
1.235,73
292,39
5.107,56

Identifikasi

Tingkat
Kepentingan

Sangat Sesuai
Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak sesuai

3
2
1
0

Bobot
Kelas
(%)
25,15
16,77
8,38
0

Skor
1,76
1,17
0,59
0

Sumber : Hasil Analisis, (2016)

c. Layanan kesehatan
Di Kecamatan Lahomi terdapat layanan kesehatan yaitu Puskesmas
Lahomi yang berada di Ibukota Kecamatan Lahomi dan menurut Sadana (2014)
bahwa radius pencapaian puskesmas ke kawasan permukiman berada sejauh 3.000
meter. Pengklasifikasian parameter ini dibagi menjadi 2 (dua) kelas yaitu radius 03.000 meter dan >3.000 meter. Pembagian kawasan menurut kelas, luasannya
serta pemberian skor setiap kelas dapat dilihat pada Gambar 4.22 dan Tabel 4.22
berikut ini :
Tabel 4.22 Kelas ketersediaan layanan kesehatan
No.

Kelas (m)

Luas
(ha)

1.
2.

0 - 3.000
> 3.000
Jumlah

2.825,85
2.281,72
5.107,57

Identifikasi

Tingkat
Kepentingan

Sesuai
Tidak sesuai

1
0

Bobot
Kelas
(%)
18,86
1

Skor
1,32
0

Sumber : Hasil Analisis, (2016)

Universitas Sumatera Utara

d. Layanan lainnya
Layanan lainnya dalam penelitian ini yang menjadi bagian dari parameter
penentuan lokasi dan mempengaruhi pengembagan kawasan perumahan dan
permukiman adalah keberadaan kantor pemeritah, dimana pada lokasi penelitian
terdapat

layanan

kantor

pemerintahan

tingkat

kabupaten

yaitu

Kantor

Pemerintahan Kabupaten Nias Nias Barat dalam satu kawasan dan kantor
pemerintahan tingkat kecamatan yaitu Kantor Camat Lahomi.
Pengklasifikasi subparameter ini dengan membagi 4 (empat) jarak batas
terjauh wilayah penelitian sehingga diperoleh radius setiap kelas sebesar 1.325
meter, dengan tingkatan kepentingan semakin dekat dengan kantor pemerintahan
semakin sesuai dan mendapatkan skor yang lebih tinggi. Lebih jelas
pengklasifikasian ini dapat dilihat pada Gambar 4.23 dan Tabel 4.23 berikut.
Tabel 4.23 Kelas ketersediaan layanan kantor pemerintahan
No.

Kelas (m)

Luas
(ha)

1.
2.
3.
4.

0 - 1.325
1.325 - 2.650
2.650 - 3.975
3.975 - 5.300
Jumlah

1.101,86
2.208,75
1.393,01
403,95
5.107,57

Identifikasi

Tingkat
Kepentingan

Sangat Sesuai
Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak sesuai

3
2
1
0

Bobot
Kelas
(%)
10,20
6,80
3,40
0

Skor
0,71
0,48
0,24
0

Sumber : Hasil Analisis, (2016)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.14

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.15

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.16

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.17

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.18

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.19

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.20

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.21

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.22

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.23

Universitas Sumatera Utara

4.3.2. Penentuan kawasan perumahan dan permukiman
Untuk menentukan tingkat atau kelas potensial suatu lahan dilakukan
dengan meng-overlay-kan peta - peta parameter menggunakan aplikasi ArcGIS
sehingga diperoleh skor akumulasi kawasan tertentu.
Pengklasifikasian potensial lahan perumahan dan permukiman dengan
berdasarkan pada skor, dimana skor tertinggi adalah 100 dan terendah adalah 0
serta jumlah kelas adalah 4 (empat) yaitu kelas berpotensi, cukup berpotensi,
kurang berpotensi dan tidak berpotensi. Lebar interval kelas dapat diperoleh
dengan menggunakan rumus I = R/N (Effendi, 1987 dalam Khadiyanto, 2005)
dimana I= lebar interval, R=jarak interval dan N= Jumlah Interval, sehingga
diperoleh I = (100-0)/4 =25 sehingga dapat ditentukan kelas yaitu kelas dengan
skor 0-25,00 dinyatakan tidak berpotensi, 25,01-50,0 dinyatakan kurang
berpotensi, 50,01-75,0 dinyatakan cukup berpotensi dan 75,01-100 dinyatakan
berpotensi.
Dari hasil overlay yang dilakukan terhadap peta-peta parameter dan
subparameter diperoleh pembagian kelas potensial wilayah penelitian berdasarkan
kelas akumulasi skor sebagaimana dalam Gambar 2.24 dan Tabel 4.24 di bawah
ini :
Tabel 4.24 Kelas potensial kawasan
No.
1.
2.
3.
4.

Kelas (Skor)
75,01
50,01
25,01
0

-

100
75,00
50,00
25,00

Klasifikasi
Berpotensi
Cukup Berpotensi
Kurang Berpotensi
Tidak Berpotensi

Jumlah

Luas (Ha)
3.121,80
1.948,20
37,56
0,00
5.107,56

Persentase
(%)
61,12
38,14
0,74
0,00

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.24

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil di atas menggambarkan bahwa wilayah Kecamatan
Lahomi memiliki lahan berpotensi untuk kawasan perumahan dan permukiman
seluas 3.121,80 Ha atau 61,12 % dan cukup berpotensi seluas 1.948,20 Ha atau
38,14 % dan kurang berpotensi seluas 37,56 Ha atau 0,74% dari wilayah

Kecamatan Lahomi.
Wilayah cukup berpotensi seluas 1.948,20 Ha memiliki faktor pembatas
yaitu tidak cukup ketersediaan layanan sekolah, sumber air yang cukup jauh,
akses jalan tidak cukup tersedia dan berada dalam kawasan banjir. Dan wilayah
kurang berpotensi seluas 37,56 Ha memiliki faktor pembatas utamanya
keterbatasan akan ketersediaan layanan sekolah, akses jalan dan kemiringan
lereng yang mencapai 15-25%.
Kawasan rawan banjir berada pada lahan cukup berpotensi, hal ini
dikarenakan skor akhir (akumulasi skor) dapat terkoreksi oleh parameter lain yaitu
kemiringan lereng yang relatif datar, dekat dengan aksesbilitas jalan, tersedia
sumber air dan dekat pusat layanan perdagangan.
Untuk pemilihan prioritas pengembangan kawasan perumahan dan
permukiman dengan mengutamakan pada kawasan bebas ancaman banjir, tidak
kawasan sempadan sungai dan hutan, yang diprioritaskan pada lahan berpotensi
seluas 2.8931,01 Ha dapat dilihat pada Gambar 4.25 dan Tabel 4.25 berikut ini :
Tabel 4.25 Lahan prioritas pada lahan potensial
No.

Klasifikasi

1.
2.
3.
4.

Berpotensi
Cukup Berpotensi
Kurang Berpotensi
Tidak Berpotensi

Luas Potensial (Ha)
3.121,80
1.948,20
37,56
0,00
5.107,56

Luas Prioritas (Ha)
2.893,01
2.893,01

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.25

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan
Dari hasil analisis spasial dengan menggunakan Sistem Informasi

Geografis untuk menentukan lokasi potensial pengmbangan kawasan perumahan
dan permukiman di Kecamatan Lahomi, maka diperoleh kesimpulan bahwa :
1.

Dengan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis diketahui tingkat potensi
lahan untuk dikembangkan menjadi kawasan perumahan dan permukiman,
terbagi menjadi :
-

Berpotensi, seluas 3.121,80 Ha atau 61,12% dari luas wilayah Kecamatan
Lahomi.

-

Cukup berpotensi, seluas 1.948,20 Ha atau 38,14% dari luas wilayah
Kecamatan Lahomi.

-

Kurang berpotensi, seluas 21,83 Ha atau 0,74% dari luas wilayah
Kecamatan Lahomi.

2.

Kawasan prioritas pengembangan perumahan dan permukiman di Kecamatan
Lahomi adalah seluas 2.893,01 Ha sebagaimana dalam Gambar 4.25

5.2.

Saran
Sesuai dengan hasil penelitian ini, mengingat pengembangan perumahan

dan permukiman barkaitan erat dengan pengembangan wilayah maka penulis
dapat memberikan saran pengembangan permukiman di Kecamatan Lahomi
menjadi terarah berdasarkan pada kesesuaian lahan yaitu sebagai berikut :

79

Universitas Sumatera Utara

1.

Pemerintah Kabupaten Nias Barat dalam menyusun Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) wilayah Kecamatan Lahomi, dimana untuk pemilihan lokasi
perumahan dan permukiman mengutamakan pada kawasan berpotensi di
seluas 2.893,01 Ha atau 56,64% dari luas wilayah Kecamatan Lahomi.
Kepemilikan lahan tersebut adalah milik masyarakat oleh sebab itu untuk
mengarahkan ke kawasan pengembangan permukiman, pemerintah daerah
perlu melakukan :
a.

Pemberian izin mendirikan bangunan pada lokasi/arahan pengembangan
permukiman.

b.

Melakukan peningkatan sarana dan fasilitas lingkungan serta perluasan
akses jalan di lahan yang berpotensi pengembangan kawasan
permukiman penduduk.

2.

Untuk pengembangan kawasan perumahan dan permukiman di Kecamatan
Lahomi, selain dari pemilihan lokasi lahan yang tepat, pemerintah daerah
menjamin akan pemenuhan standar pelayanan minimal untuk kawasan
permukiman penduduk. Bila dilihat kondisi saat ini maka layanan yang ada
dimana untuk pemenuhan kebutuhan penduduk akan sumber air bersih masih
berharap pada tampungan air hujan dan sungai, kualitas jalan sepanjang 57,45
km atau 85,17% dari panjang jalan yang ada dalam kondisi buruk (tanpa
perkerasan/beraspal), Balai Pengobatan BKA dan RS Bersalin belum tersedia.
Menurut Keputusan Menteri Kimpraswil No. 41/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya dan Keputusan Menteri
Kimpraswil No. 534/KPTS/M/2001 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum,

Universitas Sumatera Utara

dimana untuk memenuhi standar pelayanan minimal menjamin ketersediaan
air bersih dengan cakupan 55-75% penduduk terlayani dengan tingkat debit
pelayanan 60-220 lt/org/hari untuk permukiman di kawasan perkotaan;
Sarana layanan kesehatan 1 unit Balai Pengobatan untuk setiap 3.000 jiwa, 1
unit BKIA atau RS Bersalin untuk setiap 10.000-30.000 jiwa.
Pada Rencana Pembangunan Tenaga Kesehatan Tahun 2011-2025, dimana
pemerintah mengharapkan pada tahun 2019

rasio tenaga kesehatan per-

100,000 jiwa penduduk adalah Dokter Spesialis sebanyak 25 orang, Dokter
Umum sebanyak 96 orang, dokter gigi sebanyak 11 orang, Perawat sebanyak
158 orang, Bidan sebanyak 75 orang, Sanitarian sebanyak 30 orang, Tenaga
Gizi sebanyak 48 orang. Oleh sebab itu Pemerintah Daerah mempersiapkan
rencana, khususnya di wilayah Kecamatan Lahomi :
a. Menyediakan minimal 1 (unit) Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA)
b. Menyediakan 1 (satu) unit Balai Pengobatan
c. Menyediakan tenaga kesehatan yakni : tenaga Dokter Spesialis sebanyak
2 orang, Dokter Umum sebanyak 7 orang, Dokter gigi sebanyak 1 orang,
Perawat sebanyak 11 orang, Bidan sebanyak 6 orang, Sanitarian sebanyak
2 orang dan tenaga gizi 3 orang.
d. Pengadaan perusahaan penyedia sumber air bersih.
e. Perbaikan Jalan sepanjang 57,45 km menjadi berperkerasan Aspal.
3.

Pemerintah Kabupaten Nias Barat mengalokasikan anggaran dana setiap
tahunnya untuk pengembangan sarana dan fasilitas kawasan perumahan dan
permukiman.

Universitas Sumatera Utara