Hubungan Anemia dan Kadar Vascular Endothelial Growth Factor A (VEGFA) pada Neonatus Chapter III V
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain
Desain penelitian ini adalah Cross Sectional untuk menganalisis hubungan
anemia dengan kadar VEGFA pada neonatus
3.2. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di unit Perinatologi di RSUP H. Adam Malik Medan
mulai Februari 2015 sampai Juni 2015.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi target adalah neonatus yang mengalami anemia dan tidak anemia.
Populasi terjangkau adalah populasi target yang berusia 0 sampai 28 hari
selama bulan Februari 2015 sampai Juni 2015. Sampel adalah populasi
terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.4. Perkiraan Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel untuk
penelitian satu populasi. Rumus besar sampel yang digunakan:36
Universitas Sumatera Utara
n=
Zα ��. (1 − ��) + Zβ
Pa - Po
��. (1 − ��)
2
n
= jumlah sampel minimum
Z
= kesalahan tipe I, ditetapkan 5 %, sehingga Z = 1,96
Zβ
= kesalahan tipe II, ditetapkan 20%, sehingga Zβ = 0.842
Po
= prevalensi anemia pada neonatus (kepustakaan) = (0,425)3
Pa
= perkiraan proporsi di populasi
Pa-Po
= perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi
(prevalensi judgement = 0,2)
Dengan menggunakan rumus di atas didapat besar sampel sebanyak
47 orang.
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.5.1. Kriteria Inklusi
1. Bayi usia 0 sampai 28 hari
2. Diagnosis anemia neonatus berdasarkan pemeriksaan hemoglobin
3. Bayi belum mendapat transfusi eritrosit.
Universitas Sumatera Utara
3.5.2. Kriteria Eksklusi
1. Bayi yang menderita penyakit jantung sianotik
2. Bayi yang menderita asfiksia berat
3.6. Persetujuan / Informed Consent
Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah
dilakukan penjelasan terlebih dahulu untuk pemeriksaan darah neonatus.
3.7. Etika Penelitian
Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Kesehatan dari Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian
3.8.1 Subjek
Subjek
dikumpulkan
secara
consecutive
sampling,
setelah
sebelumnya dilakukan penjelasan mengikuti penelitian kepada orang
tua subjek dan orangtua subjek telah menandatangani lembar
persetujuan setelah penjelasan.
3.8.2 Pemeriksaan sampel darah
1. Sampel darah diambil dari
vena inguinalis dengan terlebih dahulu
dilakukan tindakan aseptik dengan alkohol 70% dan dibiarkan kering.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengambilan darah sebanyak 5 cc dengan menggunakan dispossible
syringe 5cc kemudian dibagi atas 2 bagian:
a. 3 cc darah untuk pemeriksaan hemoglobin.
b. 2 cc darah tanpa antikoagulan dan diambil serumnya untuk
pemeriksaan VEGFA
Cara Kerja pemeriksaan hemoglobin37:
1. Sampel
Darah diambil dari pasien dengan
menggunakan
Vacutainer Tubes.
2. Tombol
utama
hematology
analyzer
(sysmex
XT
4000i)
dinyalakan dan secara otomatis alat akan melakukan start up
sampai layar menampilkan tulisan ready.
3. Siapkan bahan pemeriksaan ( darah EDTA)
4. Tempelkan alat penghisap sampai dasar tabung kemudian tekan
sampel bar sampai jarum masuk kembali dan melakukan
pemeriksaan
5. Alat akan memproses sampel selama satu menit dan hasil
pemeriksaan akan tampak pada monitor komputer dan dapat di
cetak
Universitas Sumatera Utara
Cara Kerja pemeriksaan VEGFA37:
1. Sampel
darah
diambil
dari
pasien
dengan
menggunakan
Vacutainer Tubes.
2. Sampel tanpa antikoagulan dibiarkan membeku pada suhu
ruangan,
selanjutnya disentrifus dengan alat sentrifugasi 5702
kecepatan 3000 rpm selama 15 menit
3. Dipisahkan serumnya, dan disimpan pada suhu -70, setelah itu
kadar VEGFA diukur dengan prosedur pemeriksaan Enzyme-Link
Immunoabsorbent Assay (ELISA) dengan menggunakan mesin
ChemWell seri 9210 dan menggunakan
Human VEGFA kit
produksi Abnova.
4. Tambahkan 100 µl standar atau sampel ke tiap-tiap sumur,
kemudian inkubasi selama 2 jam pada suhu 370C
5. Buang cairan dalam tiap-tiap sumur, jangan dicuci
6. Tambahkan 100 µl Biotin-antibodi (1 kali) pada tiap-tiap sumur,
kemudian
inkubasi selama 1 jam pada suhu 370C
7. Aspirasi dan cuci sebanyak 3 kali.
8. Tambahkan 100 µl HRP-avidin (1 kali) pada tiap-tiap sumur,
kemudian inkubasi selama 1 jam pada suhu 370C
9. Aspirasi dan cuci sebanyak 5 kali.
Universitas Sumatera Utara
10. Tambahkan 90 µl TMB substrat pada tiap-tiap sumur, kemudian
inkubasi selama 15 sampai 30 menit pada suhu 37 0C, lindungi dari
cahaya.
11. Tambahkan 50 µl cairan penghenti pada tiap-tiap sumur, kemudian
dilakukan pembacaan pada panjang gelombang 450 nm selama 5
menit.
Universitas Sumatera Utara
3.8.2 Alur Penelitian
Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi
Pemeriksaan hemoglobin dan VEGFA
Anemia
dan
VEGFA
tinggi
Anemia
dan
VEGFA
rendah
Tidak
Anemia dan
VEGFA
tinggi
Tidak
Anemia dan
VEGFA
rendah
Gambar 3.1. Alur penelitian
Universitas Sumatera Utara
3.9. Identifikasi Variabel
Variabel bebas
Anemia
Skala
Nominal dikotomik
Variabel tergantung
Skala
VEGF
Nominal dikotomik
3.10. Definisi Operasional
1. Neonatus adalah Bayi usia 0 sampai 28 hari.38
2. Usia kehamilan adalah masa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan
saat kelahiran, dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT). Bila HPHT
tidak ingat dapat diketahui melalui pemeriksaan New Ballard Score.38
3. Neonatus cukup bulan (aterm) adalah bayi yang dilahirkan dengan usia
kehamilan 37-42 minggu.38
4. Neonatus kurang bulan (prematur) adalah bayi yang dilahirkan dengan
usia kehamilan < 37 minggu.38
5. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu satu jam
pertama setelah lahir. Pengukuran ini dilakukan ditempat fasilitas
kesehatan sedangkan bayi yang lahir dirumah, waktu pengukuran berat
badan dapat dilakukan dalm waktu 24 jam.38
Universitas Sumatera Utara
6. Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir <
2500 gram tanpa memandang masa gestasi.38
7. Bayi berat lahir normal adalah bayi yang dilahirkan dengan berat > 2500
gram – 4000 gram.38
8. Bayi berat lahir lebih adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000
gram.38
9. Anemia neonatus adalah kadar hemoglobin dibawah rata-rata kadar
hemoglobin menurut usia neonatus. Pada neonatus cukup bulan kadar
hemoglobin normal berkisar 11,0 g/dl - 14,9 g/dl. pada neonatus kurang
bulan kadar hemoglobin normal berkisar 19,1 – 21,2 g/dl. Pada penelitian
ini ditetapkan nilai cut off point hemoglobin untuk anemia pada neonatus
adalah < 10 g/dl.4
10.Hipoksia jaringan adalah berkurangnya jumlah oksigen pada jaringan
tubuh.5
11.Titik potong (cut off point) pemeriksaan kadar VEGF pada anemia
neonatus adalah batas nilai kadar VEGF yang menunjukkan terjadinya
hipoksia jaringan pada anemia neonatus yaitu > 140 pg/ml. 10 Dikatakan
VEGF tinggi bila kadar VEGF > 140 pg/ml dan dikatakan VEGF rendah
bila kadar VEGF < 140 pg/ml.
12.Penyakit Jantung Bawaan Sianotik merupakan abnormalitas penyesuaian
pembentukan dari jantung atau pembuluh darah yang terbentuk selama
Universitas Sumatera Utara
kehidupan fetus, ditandai dengan berkurangnya jumlah oksigen di darah
arteri dan warna kulit kebiruan yaitu Tetralogi Fallot (TOF), Transposisi
Arteri Besar sekitar, Double Outlet Right Ventricle (DORV), Atresia
Trikuspid, Hypoplastic Left Heart Syndrome (HLHS), Ebstein's Anomaly,
Persistent Truncus Arteriosus, Single Ventricle, Total Anomalous
Pulmonary Venous Return (TAPVR).39
13.Asfiksia pada neonatus adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
hipoksemia,
hiperkarbia,
dan
asidosis.
Asfiksia
pada
neonatus
menunjukkan karakteristik asidemia metabolik atau campuran yang jelas
yaitu pH < 7 pada sampel darah arteri umbilikal, nilai APGAR 0-3 pada
menit ke-5, manifestasi neurologi (kejang, hipotonia), disfungsi sistem
multiorgan.40
3.11. Pengolahan dan Analisa Data
Desain analitik dipakai untuk menganalisis variabel yang diduga berperan. Uji
statistik yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji Chi square dan dilakukan
penghitungan Rasio Prevalens (RP). Data yang terkumpul diolah, dianalisis
dan disajikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan perangkat lunak
SPSS versi 19.0 dengan tingkat kemaknaan P < 0.05.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4. HASIL
Penelitian dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Subjek penelitian
sebanyak 54 neonatus yang dirawat di unit neonatolgi. Karakteristik dasar
subjek penelitian dapat dilihat pada tabel.4.1
Tabel 4.1. Karakteristik subjek penelitian
Anemia
VEGFA
Rendah
n=20
Karakteristik
Ya
n=30
Tidak
n=24
Tinggi
n=34
Usia (hari) rata-rata (SB)
Usia Gestasi ( minggu)
Kurang bulan (< 37 minggu )
14,40 (8,72)
4,80 (6,57)
10,70 (8,23)
7,90 (9,58)
12
7
12
7
Cukup bulan ( ≥ 37 minggu )
18
17
22
13
Jenis Kelamin, n
Laik-Laki
16
11
20
8
Perempuan
14
13
14
12
Berat Badan (gram) rata-rata
(SB)
2327,30
(948,30)
Berat Bayi Lahir (gram), n
< 2500
18
10
12
Jenis persalinan, n
Spontan
2453,00
(953,89)
360,89
(387,00)
450,02
(425,11)
544,38
(428,03)
335,07
(389,32)
2519,5
(689,47)
-
17
11
14
17
9
337,82
(336,21)
505,73
(469,00)
14
14
17
11
Operasi saesar
16
10
17
Hemoglobin (g/dl) rata-rata (SB)
Anemia, n
Ya
Tidak
8,45 (2,52)
13,93 (2,33)
9,3 (2,30)
-
-
28
6
≥ 2500
2665,80
(707,32)
Rata-rata
(pg/ml)
342,13
(365,15)
9
490,73
(448,07)
14,3 (3,25)
2
18
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 menunjukkan karakteristik sampel penelitian berupa usia
gestasi, jenis kelamin, berat badan lahir, jenis persalinan dan kadar
hemoglobin. Hasil penelitian ini dikelompokkan menjadi kelompok neonatus
yang menderita anemia yaitu sampel dengan kadar hemoglobin < 10 gr/dl
dan kelompok neonatus yang tidak menderita anemia yaitu sampel dengan
kadar hemoglobin > 10 g/dl. Dari 54 neonatus yang diperiksa didapatkan usia
rata-rata kelompok neonatus yang menderita anemia adalah 14,4 hari,
terdapat neonatus dengan usia gestasi > 37 minggu lebih banyak yaitu 18
neonatus, jenis kelamin laki-laki lebih bayak yaitu 16 neonatus, berat badan
lahir < 2500 gram lebih banyak yaitu 18 neonatus dan jenis persalinan
dengan operasi caesar lebih banyak yaitu 16 neonatus. Kadar hemoglobin
rata-rata neonatus yang menderita anemia adalah 8,45 gram/dl.
Hasil penelitian ini juga dikelompokkan menjadi kelompok neonatus
dengan VEGFA tinggi yaitu sampel dengan kadar VEGFA > 140 pg/ml dan
kelompok VEGFA rendah yaitu sampel dengan kadar VEGFA < 140 pg/ml.
Dari 54 neonatus yang diperiksa, rata-rata usia neonatus dengan VEGFA
tinggi adalah 10.7 hari, sedangkan pada neonatus dengan VEGFA rendah
berusia rata-rata 7.9 hari, 34 neonatus dengan VEGFA tinggi dan 20
neonatus dengan VEGFA rendah. Responden sebagian besar dengan usia
gestasi lebih dari 37 minggu yaitu 22 neonatus dengan VEGFA tinggi dan
13 orang bayi dengan VEGFA rendah
Universitas Sumatera Utara
Pada kelompok neonatus dengan VEGFA tinggi, jenis kelamin laki-laki
lebih banyak yaitu 20 neonatus. Sedangkan pada kelompok neonatus
dengan VEGFA rendah jenis kelamin perempuan
lebih banyak yaitu 12
neonatus. Berat badan rata-rata lebih tinggi pada neonatus dengan VEGFA
rendah. Pada kelompok neonatus dengan VEGFA tingg berat badan lahir ≥
2500 gram sama banyak dengan berat badan < 2500 gram yaitu 17 neonatus
sedangkan pada kelompok neonatus dengan VEGFA rendah, berat badan
lahir < 2500 gram lebih banyak yaitu 11 neonatus.
Pada kelompok neonatus dengan VEGFA tinggi jenis persalinan tidak
berbeda antara kelahiran spontan dan operasi caesar, sedangkan pada
kelompok dengan VEGFA rendah, jenis persalinan spontan lebih banyak
yaitu 11 persalinan dan persalinan operasi caesar sebanyak 9 persalinan.
Kadar rata-rata hemoglobin pada neonatus dengan VEGFA rendah jauh lebih
rendah yaitu 9.3 g/dL dibandingkan pada neonatus dengan VEGFA rendah
yaitu 14.3 g/dL. Pada kelompok neonatus dengan VEGFA tinggi, terdapat 28
neonatus yang menderita anemia dan 6 neonatus tidak menderita anemia.
Sedangkan pada kelompok neonatus dengan VEGFA rendah terdapat 2
neonatus yang menderita anemia dan 18 neonatus yang tidak menderita
anemia.
Pada penelitian ini didapatkan perbedaan kadar VEGFA rata-rata
berdasarkan usia gestasi, jenis kelamin, berat badan lahir dan jenis
Universitas Sumatera Utara
persalinan neonatus. Pada neonatus cukup bulan didapatkan kadar rata-rata
VEGFA yaitu 450,02 pg/ml lebih tinggi dari kadar rata-rata VEGFA pada
neonatus kurang bulan yaitu 360,89 pq/ml yaitu. Pada neonatus dengan jenis
kelamin laki-laki didapatkan kadar rata-rata VEGFA yaitu 544,38 pg/ml lebih
tinggi dari kadar VEGFA rata-rata dengan jenis kelamin perempuan yaitu
335,07 pq/ml. Pada neonatus dengan berat badan lahir > 2500 gram kadar
VEGFA rata-rata yaitu 505,73 pg/ml lebih tinggi dari kadar VEGFA rata-rata
dengan neonatus dengan berat badan < 2500 gram yaitu 337,82 pg/ml. Pada
neonatus dengan persalinan dengan operasi caesar didapatkan kadar ratarata VEGFA yaitu 490,73 pg/ml lebih tinggi dari kadar rata-rata VEGFA
dengan persalinan normal yaitu 342,13 pg/ml.
Tabel 4.2. Hubungan antara anemia dengan VEGFA pada neonatus
VEGFA
Tinggi
28
VEGFA
Rendah
2
Total
Tidak anemia
6
18
24
Total
34
20
54
Anemia
*Uji Chi Square
30
RP
95% CI
P*
3,733
1,855 -
< 0.001
7,514
RP = Rasio Prevalens
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 menunjukan
hubungan
antara anemia dengan VEGFA
dengan uji Chi Square. Rasio prevalens adalah perbandinga prevalensi
neonatus dengan VEGFA tinggi yang menderita anemia dengan prevalensi
neonatus dengan VEGFA tinggi yang tidak menderita anemia. Rasio
prevalensi pada penelitian ini adalah 28/30 dibagi 6/24 yaitu 3,733. Dari hasil
analisis dijumpai hubungan yang bermakna secara statistika antara anemia
dan VEGFA, RP=3,733 dan P=0.001.
Universitas Sumatera Utara
BAB. 5 PEMBAHASAN
Penelitian
ini
mendapatkan
30
neonatus
(55%)
menderita
anemia
berdasarkan hasil pemeriksaan hemoglobin dari 54 neonatus sebagai sampel
penelitian.
Dalam penelitian ini terdapat usia gestasi yang bervariasi pada
sampel penelitian dan yang paling banyak menderita anemia yaitu usia
gestasi lebih dari 37 minggu sebanyak 18 neonatus.
Penelitian ini mendapatkan 34 neonatus mengalami peningkatan
kadar VEGFA diatas kadar normal dan 28 neonatus diantaranya adalah
neonatus yang menderita anemia. Pada penelitian yang dilakukan di Berlin
tahun 2004 pada 109 neonatus yang menderita anemia didapatkan
peningkatan kadar VEGFA pada 75 neonatus.10
Penelitian ini mendapatkan kadar rata-rata VEGFA 360,89 pg/ml
pada neonatus kurang bulan, lebih rendah dibandingkan kadar rata-rata
VEGFA pada neonatus cukup bulan yaitu 450,02 pg/ml. Pada penelitian yang
dilakukan di Finlandia tahun 1996 pada pada 28 neonatus kurang bulan dan
24 neonatus cukup bulan juga didapatkan kadar VEGFA rata-rata lebih tinggi
pada neonatus cukup bulan.41 Peningkatan kadar VEGFA pada neonatus
cukup bulan ini terjadi setelah lahir disertai dengan meningkatnya angiogenin.
Angiogenin adalah suatu stimulator angiogenesis yang kuat yang terbentuk
Universitas Sumatera Utara
dari polipeptida dengan berat molekul 14 kD dan merupakan suatu homolog
dari pancreatic RNase.41
Kadar VEGFA meningkat dengan bertambahnya berat badan
neonatus. Neonatus dengan kadar VEGFA yang rendah setelah lahir dapat
mengalami gangguan pertumbuhan setelah lahir karena berkurangnya
kapasitas jaringan adipose yang penting untuk pertambahan berat badan dan
pertumbuhan linier.42 Pada penelitian ini, kadar rata-rata VEGFA
pada
neonatus dengan berat badan < 2500 gram adalah 337,82 pg/ml lebih rendah
dibandingkan dengan kadar VEGFA pada neonatus dengan berat badan
>2500 gram yaitu 505,73 pg/ml. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tentang
kadar VEGFA yang dilakukan di Chicago tahun 2014 pada 123 neonatus
dimana pada neonatus dengan berat badan lahir > 2500 gram dijumpai kadar
VEGFA yang lebih tinggi.42
Kadar VEGFA tidak dipengaruhi oleh cara persalinan (persalianan
normal atau operasi caesar).43 Namun demikian pada persalinan dengan
operasi caesar sering didapatkan peningkatan kadar VEGFA. Hal ini karena
pada persalinan dengan operasi caesar sering disebabkan oleh berbagai
komplikasi kehamilan yang dapat mengakibatkan distress pernafasan pada
neonatus. Distres pernafasan ini dapat menyebabkan hipoksia sehingga
terjadi peningkatan kadar VEGFA. Pada penelitian ini didapatkan kadar ratarata VEGFA pada neonatus dengan persalinan operasi caesar adalah 490,73
Universitas Sumatera Utara
pg/ml lebih tinggi dibanding kadar VEGFA pada neonatus dengan persalinan
normal yaitu 374,13 pg/ml. Pada penelitian yang dilakukan di Ahena tahun
1997 pada 17 neonatus dengan persalinan normal dan 13 neonatus dengan
operasi caesar didapatkan kadar VEGFA yang tidak berbeda antara
neonatus yang lahir dengan cara
operasi caesar dan cara persalinan
normal.43
Meskipun beberapa hal dapat berperan dalam meningkatkan regulasi
gen VEGF, hipoksia menjadi bagian paling penting dalam regulasi gen
VEGF.31 Pada penelitian ini didapatkan 28 neonatus yang menderita anemia
disertai dengan peningkatan kadar VEGFA yang disebabkan telah terjadi
hipoksia jaringan.
Androgen adalah salah satu faktor yang menentukan perbedaan
jenis kelamin terhadap respon pada gen VEGF. Pada penelitian in vitro dan
in vivo telah membuktikan bahwa androgen dapat meningkatkan regulasi
ekspresi gen VEGF, dimana ablasi androgen dapat menghambat ekspresi
VEGF. Sebaliknya pada estrogen mengurangi ekspresi VEGF. 44 Penelitian ini
didapatkan kadar rata-rata VEGFA pada neonatus berjenis kelamin laki-laki
adalah 544,38 pg/ml lebih tinggi dibandingkan dengan kadar rata-rata
VEGFA pada neonatus berjenis kelamin perempuan yaitu 335,07 pg/ml
VEGFA memiliki 5 isoform yang dihasilkan oleh sel non tumor yang
memiliki respon pada keadaan hipoksia dan inflamasi dan juga dihasilkan
Universitas Sumatera Utara
oleh sel tumor dalam konsentrasi tinggi.33 VEGFA / vascular permeability
factor pertama kali diidentifikasi sebagai stimulator yang kuat permeabilitas
sel endotel, yang meningkatkan proliferasi. migrasi dan ketahanan hidup sel
endotel. Selain itu VEGFA juga memiliki peranan dalam proses inflamasi dan
koagulasi, sebagai contoh pada lingkungan in vitro VEGF memicu ekspresi
adhesi molekul sel (E-selectin, intrascellular adhesion molecul 1 [ICAM-1],
dan vascular cell adhesion molecul-1[VICAM-1] ) pada sel endotel dan
meningkatkan adhesi sel leukosit.45 Penelitian ini mendapatkan 6 neonatus
yang tidak menderita anemia tetapi mengalami peningkatan kadar VEGFA
diatas nilai normal atau VEGFA tinggi. Hal ini disebabkan 6 neonatus dengan
VEGFA tinggi tersebut memiliki diagnosis dasar sangkaan sepsis dengan
neonatal pneumonia, ikterik neonatorum, pasca operasi atresia ani.
Anemia pada neonatus dapat menjadi suatu peristiwa akut yang
mengancam kehidupan neonatus.3 Anemia ini jika tidak ditatalaksana dengan
tepat dan adekuat akan memberikan komplikasi terhadap neonatus seperti
kolaps kardiovaskuler sampai dengan gagal nafas. Transfusi eritrosit masih
merupakan terapi yang utama dalam penatalaksanaan anemia neonatus.
Keputusan untuk memberikan transfusi eritrosit harus dipertimbangkan
secara seksama mengingat komplikasi yang mungkin timbul seperti grafversus-host disease, hemolisis, penyebaran infeksi, gangguan asam basa
dan elektrolit, gangguan eritropoiesis, transfusion acute related acute lung
Universitas Sumatera Utara
injury (TRALI) dan imunosupresi.4 Tujuan transfusi eritrosit adalah untuk
memperbaiki dan mencegah hipoksia jaringan.46 Penelitian ini didapatkan
kesimpulan terdapat hubungan antara anemia dan kadar VEGFA pada
neonatus. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk
memulai transfusi eritrosit pada neonatus yang menderita anemia.
Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan antara lain
cross sectional yang menilai hubungan dalam satu waktu sehingga tidak
dapat menilai hubungan sebab akibat dalam waktu yang lama dan. Selain itu
keterbatasan
penelitian
adalah
dalam
metode
pengumpulan
dan
pemeriksaan sampel. Pada penelitian ini sampel yang telah dikumpulkan,
disimpan sampai memenuhi jumlah yang ditentukan kemudian diolah.
Penyimpanan sampel dalam waktu yang lama akan mempengaruhi hasil
pemeriksaan.
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
serum.
Pengukuran kadar VEGFA dalam serum akan memberikan hasil yang lebih
tinggi dibandingkan dengan menggunakan plasma, disebabkan pelepasan
VEGFA dalam trombosit ketika terjadi proses pembekuan darah.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Pada penelitian ini terdapat hubungan antara anemia dan kadar VEGFA
pada neonatus.
6.2. SARAN
Perlu dilakukan penatalaksanaan secara komprehensif pada neonatus cukup
bulan dan kuramg bulan yang dirawat di unit neonatologi Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan agar tidak menderita anemia karena anemia
dapat menyebabkan hipoksia jaringan.
Universitas Sumatera Utara
3.1. Desain
Desain penelitian ini adalah Cross Sectional untuk menganalisis hubungan
anemia dengan kadar VEGFA pada neonatus
3.2. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di unit Perinatologi di RSUP H. Adam Malik Medan
mulai Februari 2015 sampai Juni 2015.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi target adalah neonatus yang mengalami anemia dan tidak anemia.
Populasi terjangkau adalah populasi target yang berusia 0 sampai 28 hari
selama bulan Februari 2015 sampai Juni 2015. Sampel adalah populasi
terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.4. Perkiraan Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel untuk
penelitian satu populasi. Rumus besar sampel yang digunakan:36
Universitas Sumatera Utara
n=
Zα ��. (1 − ��) + Zβ
Pa - Po
��. (1 − ��)
2
n
= jumlah sampel minimum
Z
= kesalahan tipe I, ditetapkan 5 %, sehingga Z = 1,96
Zβ
= kesalahan tipe II, ditetapkan 20%, sehingga Zβ = 0.842
Po
= prevalensi anemia pada neonatus (kepustakaan) = (0,425)3
Pa
= perkiraan proporsi di populasi
Pa-Po
= perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi
(prevalensi judgement = 0,2)
Dengan menggunakan rumus di atas didapat besar sampel sebanyak
47 orang.
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.5.1. Kriteria Inklusi
1. Bayi usia 0 sampai 28 hari
2. Diagnosis anemia neonatus berdasarkan pemeriksaan hemoglobin
3. Bayi belum mendapat transfusi eritrosit.
Universitas Sumatera Utara
3.5.2. Kriteria Eksklusi
1. Bayi yang menderita penyakit jantung sianotik
2. Bayi yang menderita asfiksia berat
3.6. Persetujuan / Informed Consent
Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah
dilakukan penjelasan terlebih dahulu untuk pemeriksaan darah neonatus.
3.7. Etika Penelitian
Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Kesehatan dari Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian
3.8.1 Subjek
Subjek
dikumpulkan
secara
consecutive
sampling,
setelah
sebelumnya dilakukan penjelasan mengikuti penelitian kepada orang
tua subjek dan orangtua subjek telah menandatangani lembar
persetujuan setelah penjelasan.
3.8.2 Pemeriksaan sampel darah
1. Sampel darah diambil dari
vena inguinalis dengan terlebih dahulu
dilakukan tindakan aseptik dengan alkohol 70% dan dibiarkan kering.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengambilan darah sebanyak 5 cc dengan menggunakan dispossible
syringe 5cc kemudian dibagi atas 2 bagian:
a. 3 cc darah untuk pemeriksaan hemoglobin.
b. 2 cc darah tanpa antikoagulan dan diambil serumnya untuk
pemeriksaan VEGFA
Cara Kerja pemeriksaan hemoglobin37:
1. Sampel
Darah diambil dari pasien dengan
menggunakan
Vacutainer Tubes.
2. Tombol
utama
hematology
analyzer
(sysmex
XT
4000i)
dinyalakan dan secara otomatis alat akan melakukan start up
sampai layar menampilkan tulisan ready.
3. Siapkan bahan pemeriksaan ( darah EDTA)
4. Tempelkan alat penghisap sampai dasar tabung kemudian tekan
sampel bar sampai jarum masuk kembali dan melakukan
pemeriksaan
5. Alat akan memproses sampel selama satu menit dan hasil
pemeriksaan akan tampak pada monitor komputer dan dapat di
cetak
Universitas Sumatera Utara
Cara Kerja pemeriksaan VEGFA37:
1. Sampel
darah
diambil
dari
pasien
dengan
menggunakan
Vacutainer Tubes.
2. Sampel tanpa antikoagulan dibiarkan membeku pada suhu
ruangan,
selanjutnya disentrifus dengan alat sentrifugasi 5702
kecepatan 3000 rpm selama 15 menit
3. Dipisahkan serumnya, dan disimpan pada suhu -70, setelah itu
kadar VEGFA diukur dengan prosedur pemeriksaan Enzyme-Link
Immunoabsorbent Assay (ELISA) dengan menggunakan mesin
ChemWell seri 9210 dan menggunakan
Human VEGFA kit
produksi Abnova.
4. Tambahkan 100 µl standar atau sampel ke tiap-tiap sumur,
kemudian inkubasi selama 2 jam pada suhu 370C
5. Buang cairan dalam tiap-tiap sumur, jangan dicuci
6. Tambahkan 100 µl Biotin-antibodi (1 kali) pada tiap-tiap sumur,
kemudian
inkubasi selama 1 jam pada suhu 370C
7. Aspirasi dan cuci sebanyak 3 kali.
8. Tambahkan 100 µl HRP-avidin (1 kali) pada tiap-tiap sumur,
kemudian inkubasi selama 1 jam pada suhu 370C
9. Aspirasi dan cuci sebanyak 5 kali.
Universitas Sumatera Utara
10. Tambahkan 90 µl TMB substrat pada tiap-tiap sumur, kemudian
inkubasi selama 15 sampai 30 menit pada suhu 37 0C, lindungi dari
cahaya.
11. Tambahkan 50 µl cairan penghenti pada tiap-tiap sumur, kemudian
dilakukan pembacaan pada panjang gelombang 450 nm selama 5
menit.
Universitas Sumatera Utara
3.8.2 Alur Penelitian
Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi
Pemeriksaan hemoglobin dan VEGFA
Anemia
dan
VEGFA
tinggi
Anemia
dan
VEGFA
rendah
Tidak
Anemia dan
VEGFA
tinggi
Tidak
Anemia dan
VEGFA
rendah
Gambar 3.1. Alur penelitian
Universitas Sumatera Utara
3.9. Identifikasi Variabel
Variabel bebas
Anemia
Skala
Nominal dikotomik
Variabel tergantung
Skala
VEGF
Nominal dikotomik
3.10. Definisi Operasional
1. Neonatus adalah Bayi usia 0 sampai 28 hari.38
2. Usia kehamilan adalah masa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan
saat kelahiran, dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT). Bila HPHT
tidak ingat dapat diketahui melalui pemeriksaan New Ballard Score.38
3. Neonatus cukup bulan (aterm) adalah bayi yang dilahirkan dengan usia
kehamilan 37-42 minggu.38
4. Neonatus kurang bulan (prematur) adalah bayi yang dilahirkan dengan
usia kehamilan < 37 minggu.38
5. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu satu jam
pertama setelah lahir. Pengukuran ini dilakukan ditempat fasilitas
kesehatan sedangkan bayi yang lahir dirumah, waktu pengukuran berat
badan dapat dilakukan dalm waktu 24 jam.38
Universitas Sumatera Utara
6. Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir <
2500 gram tanpa memandang masa gestasi.38
7. Bayi berat lahir normal adalah bayi yang dilahirkan dengan berat > 2500
gram – 4000 gram.38
8. Bayi berat lahir lebih adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000
gram.38
9. Anemia neonatus adalah kadar hemoglobin dibawah rata-rata kadar
hemoglobin menurut usia neonatus. Pada neonatus cukup bulan kadar
hemoglobin normal berkisar 11,0 g/dl - 14,9 g/dl. pada neonatus kurang
bulan kadar hemoglobin normal berkisar 19,1 – 21,2 g/dl. Pada penelitian
ini ditetapkan nilai cut off point hemoglobin untuk anemia pada neonatus
adalah < 10 g/dl.4
10.Hipoksia jaringan adalah berkurangnya jumlah oksigen pada jaringan
tubuh.5
11.Titik potong (cut off point) pemeriksaan kadar VEGF pada anemia
neonatus adalah batas nilai kadar VEGF yang menunjukkan terjadinya
hipoksia jaringan pada anemia neonatus yaitu > 140 pg/ml. 10 Dikatakan
VEGF tinggi bila kadar VEGF > 140 pg/ml dan dikatakan VEGF rendah
bila kadar VEGF < 140 pg/ml.
12.Penyakit Jantung Bawaan Sianotik merupakan abnormalitas penyesuaian
pembentukan dari jantung atau pembuluh darah yang terbentuk selama
Universitas Sumatera Utara
kehidupan fetus, ditandai dengan berkurangnya jumlah oksigen di darah
arteri dan warna kulit kebiruan yaitu Tetralogi Fallot (TOF), Transposisi
Arteri Besar sekitar, Double Outlet Right Ventricle (DORV), Atresia
Trikuspid, Hypoplastic Left Heart Syndrome (HLHS), Ebstein's Anomaly,
Persistent Truncus Arteriosus, Single Ventricle, Total Anomalous
Pulmonary Venous Return (TAPVR).39
13.Asfiksia pada neonatus adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
hipoksemia,
hiperkarbia,
dan
asidosis.
Asfiksia
pada
neonatus
menunjukkan karakteristik asidemia metabolik atau campuran yang jelas
yaitu pH < 7 pada sampel darah arteri umbilikal, nilai APGAR 0-3 pada
menit ke-5, manifestasi neurologi (kejang, hipotonia), disfungsi sistem
multiorgan.40
3.11. Pengolahan dan Analisa Data
Desain analitik dipakai untuk menganalisis variabel yang diduga berperan. Uji
statistik yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji Chi square dan dilakukan
penghitungan Rasio Prevalens (RP). Data yang terkumpul diolah, dianalisis
dan disajikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan perangkat lunak
SPSS versi 19.0 dengan tingkat kemaknaan P < 0.05.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4. HASIL
Penelitian dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Subjek penelitian
sebanyak 54 neonatus yang dirawat di unit neonatolgi. Karakteristik dasar
subjek penelitian dapat dilihat pada tabel.4.1
Tabel 4.1. Karakteristik subjek penelitian
Anemia
VEGFA
Rendah
n=20
Karakteristik
Ya
n=30
Tidak
n=24
Tinggi
n=34
Usia (hari) rata-rata (SB)
Usia Gestasi ( minggu)
Kurang bulan (< 37 minggu )
14,40 (8,72)
4,80 (6,57)
10,70 (8,23)
7,90 (9,58)
12
7
12
7
Cukup bulan ( ≥ 37 minggu )
18
17
22
13
Jenis Kelamin, n
Laik-Laki
16
11
20
8
Perempuan
14
13
14
12
Berat Badan (gram) rata-rata
(SB)
2327,30
(948,30)
Berat Bayi Lahir (gram), n
< 2500
18
10
12
Jenis persalinan, n
Spontan
2453,00
(953,89)
360,89
(387,00)
450,02
(425,11)
544,38
(428,03)
335,07
(389,32)
2519,5
(689,47)
-
17
11
14
17
9
337,82
(336,21)
505,73
(469,00)
14
14
17
11
Operasi saesar
16
10
17
Hemoglobin (g/dl) rata-rata (SB)
Anemia, n
Ya
Tidak
8,45 (2,52)
13,93 (2,33)
9,3 (2,30)
-
-
28
6
≥ 2500
2665,80
(707,32)
Rata-rata
(pg/ml)
342,13
(365,15)
9
490,73
(448,07)
14,3 (3,25)
2
18
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 menunjukkan karakteristik sampel penelitian berupa usia
gestasi, jenis kelamin, berat badan lahir, jenis persalinan dan kadar
hemoglobin. Hasil penelitian ini dikelompokkan menjadi kelompok neonatus
yang menderita anemia yaitu sampel dengan kadar hemoglobin < 10 gr/dl
dan kelompok neonatus yang tidak menderita anemia yaitu sampel dengan
kadar hemoglobin > 10 g/dl. Dari 54 neonatus yang diperiksa didapatkan usia
rata-rata kelompok neonatus yang menderita anemia adalah 14,4 hari,
terdapat neonatus dengan usia gestasi > 37 minggu lebih banyak yaitu 18
neonatus, jenis kelamin laki-laki lebih bayak yaitu 16 neonatus, berat badan
lahir < 2500 gram lebih banyak yaitu 18 neonatus dan jenis persalinan
dengan operasi caesar lebih banyak yaitu 16 neonatus. Kadar hemoglobin
rata-rata neonatus yang menderita anemia adalah 8,45 gram/dl.
Hasil penelitian ini juga dikelompokkan menjadi kelompok neonatus
dengan VEGFA tinggi yaitu sampel dengan kadar VEGFA > 140 pg/ml dan
kelompok VEGFA rendah yaitu sampel dengan kadar VEGFA < 140 pg/ml.
Dari 54 neonatus yang diperiksa, rata-rata usia neonatus dengan VEGFA
tinggi adalah 10.7 hari, sedangkan pada neonatus dengan VEGFA rendah
berusia rata-rata 7.9 hari, 34 neonatus dengan VEGFA tinggi dan 20
neonatus dengan VEGFA rendah. Responden sebagian besar dengan usia
gestasi lebih dari 37 minggu yaitu 22 neonatus dengan VEGFA tinggi dan
13 orang bayi dengan VEGFA rendah
Universitas Sumatera Utara
Pada kelompok neonatus dengan VEGFA tinggi, jenis kelamin laki-laki
lebih banyak yaitu 20 neonatus. Sedangkan pada kelompok neonatus
dengan VEGFA rendah jenis kelamin perempuan
lebih banyak yaitu 12
neonatus. Berat badan rata-rata lebih tinggi pada neonatus dengan VEGFA
rendah. Pada kelompok neonatus dengan VEGFA tingg berat badan lahir ≥
2500 gram sama banyak dengan berat badan < 2500 gram yaitu 17 neonatus
sedangkan pada kelompok neonatus dengan VEGFA rendah, berat badan
lahir < 2500 gram lebih banyak yaitu 11 neonatus.
Pada kelompok neonatus dengan VEGFA tinggi jenis persalinan tidak
berbeda antara kelahiran spontan dan operasi caesar, sedangkan pada
kelompok dengan VEGFA rendah, jenis persalinan spontan lebih banyak
yaitu 11 persalinan dan persalinan operasi caesar sebanyak 9 persalinan.
Kadar rata-rata hemoglobin pada neonatus dengan VEGFA rendah jauh lebih
rendah yaitu 9.3 g/dL dibandingkan pada neonatus dengan VEGFA rendah
yaitu 14.3 g/dL. Pada kelompok neonatus dengan VEGFA tinggi, terdapat 28
neonatus yang menderita anemia dan 6 neonatus tidak menderita anemia.
Sedangkan pada kelompok neonatus dengan VEGFA rendah terdapat 2
neonatus yang menderita anemia dan 18 neonatus yang tidak menderita
anemia.
Pada penelitian ini didapatkan perbedaan kadar VEGFA rata-rata
berdasarkan usia gestasi, jenis kelamin, berat badan lahir dan jenis
Universitas Sumatera Utara
persalinan neonatus. Pada neonatus cukup bulan didapatkan kadar rata-rata
VEGFA yaitu 450,02 pg/ml lebih tinggi dari kadar rata-rata VEGFA pada
neonatus kurang bulan yaitu 360,89 pq/ml yaitu. Pada neonatus dengan jenis
kelamin laki-laki didapatkan kadar rata-rata VEGFA yaitu 544,38 pg/ml lebih
tinggi dari kadar VEGFA rata-rata dengan jenis kelamin perempuan yaitu
335,07 pq/ml. Pada neonatus dengan berat badan lahir > 2500 gram kadar
VEGFA rata-rata yaitu 505,73 pg/ml lebih tinggi dari kadar VEGFA rata-rata
dengan neonatus dengan berat badan < 2500 gram yaitu 337,82 pg/ml. Pada
neonatus dengan persalinan dengan operasi caesar didapatkan kadar ratarata VEGFA yaitu 490,73 pg/ml lebih tinggi dari kadar rata-rata VEGFA
dengan persalinan normal yaitu 342,13 pg/ml.
Tabel 4.2. Hubungan antara anemia dengan VEGFA pada neonatus
VEGFA
Tinggi
28
VEGFA
Rendah
2
Total
Tidak anemia
6
18
24
Total
34
20
54
Anemia
*Uji Chi Square
30
RP
95% CI
P*
3,733
1,855 -
< 0.001
7,514
RP = Rasio Prevalens
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 menunjukan
hubungan
antara anemia dengan VEGFA
dengan uji Chi Square. Rasio prevalens adalah perbandinga prevalensi
neonatus dengan VEGFA tinggi yang menderita anemia dengan prevalensi
neonatus dengan VEGFA tinggi yang tidak menderita anemia. Rasio
prevalensi pada penelitian ini adalah 28/30 dibagi 6/24 yaitu 3,733. Dari hasil
analisis dijumpai hubungan yang bermakna secara statistika antara anemia
dan VEGFA, RP=3,733 dan P=0.001.
Universitas Sumatera Utara
BAB. 5 PEMBAHASAN
Penelitian
ini
mendapatkan
30
neonatus
(55%)
menderita
anemia
berdasarkan hasil pemeriksaan hemoglobin dari 54 neonatus sebagai sampel
penelitian.
Dalam penelitian ini terdapat usia gestasi yang bervariasi pada
sampel penelitian dan yang paling banyak menderita anemia yaitu usia
gestasi lebih dari 37 minggu sebanyak 18 neonatus.
Penelitian ini mendapatkan 34 neonatus mengalami peningkatan
kadar VEGFA diatas kadar normal dan 28 neonatus diantaranya adalah
neonatus yang menderita anemia. Pada penelitian yang dilakukan di Berlin
tahun 2004 pada 109 neonatus yang menderita anemia didapatkan
peningkatan kadar VEGFA pada 75 neonatus.10
Penelitian ini mendapatkan kadar rata-rata VEGFA 360,89 pg/ml
pada neonatus kurang bulan, lebih rendah dibandingkan kadar rata-rata
VEGFA pada neonatus cukup bulan yaitu 450,02 pg/ml. Pada penelitian yang
dilakukan di Finlandia tahun 1996 pada pada 28 neonatus kurang bulan dan
24 neonatus cukup bulan juga didapatkan kadar VEGFA rata-rata lebih tinggi
pada neonatus cukup bulan.41 Peningkatan kadar VEGFA pada neonatus
cukup bulan ini terjadi setelah lahir disertai dengan meningkatnya angiogenin.
Angiogenin adalah suatu stimulator angiogenesis yang kuat yang terbentuk
Universitas Sumatera Utara
dari polipeptida dengan berat molekul 14 kD dan merupakan suatu homolog
dari pancreatic RNase.41
Kadar VEGFA meningkat dengan bertambahnya berat badan
neonatus. Neonatus dengan kadar VEGFA yang rendah setelah lahir dapat
mengalami gangguan pertumbuhan setelah lahir karena berkurangnya
kapasitas jaringan adipose yang penting untuk pertambahan berat badan dan
pertumbuhan linier.42 Pada penelitian ini, kadar rata-rata VEGFA
pada
neonatus dengan berat badan < 2500 gram adalah 337,82 pg/ml lebih rendah
dibandingkan dengan kadar VEGFA pada neonatus dengan berat badan
>2500 gram yaitu 505,73 pg/ml. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tentang
kadar VEGFA yang dilakukan di Chicago tahun 2014 pada 123 neonatus
dimana pada neonatus dengan berat badan lahir > 2500 gram dijumpai kadar
VEGFA yang lebih tinggi.42
Kadar VEGFA tidak dipengaruhi oleh cara persalinan (persalianan
normal atau operasi caesar).43 Namun demikian pada persalinan dengan
operasi caesar sering didapatkan peningkatan kadar VEGFA. Hal ini karena
pada persalinan dengan operasi caesar sering disebabkan oleh berbagai
komplikasi kehamilan yang dapat mengakibatkan distress pernafasan pada
neonatus. Distres pernafasan ini dapat menyebabkan hipoksia sehingga
terjadi peningkatan kadar VEGFA. Pada penelitian ini didapatkan kadar ratarata VEGFA pada neonatus dengan persalinan operasi caesar adalah 490,73
Universitas Sumatera Utara
pg/ml lebih tinggi dibanding kadar VEGFA pada neonatus dengan persalinan
normal yaitu 374,13 pg/ml. Pada penelitian yang dilakukan di Ahena tahun
1997 pada 17 neonatus dengan persalinan normal dan 13 neonatus dengan
operasi caesar didapatkan kadar VEGFA yang tidak berbeda antara
neonatus yang lahir dengan cara
operasi caesar dan cara persalinan
normal.43
Meskipun beberapa hal dapat berperan dalam meningkatkan regulasi
gen VEGF, hipoksia menjadi bagian paling penting dalam regulasi gen
VEGF.31 Pada penelitian ini didapatkan 28 neonatus yang menderita anemia
disertai dengan peningkatan kadar VEGFA yang disebabkan telah terjadi
hipoksia jaringan.
Androgen adalah salah satu faktor yang menentukan perbedaan
jenis kelamin terhadap respon pada gen VEGF. Pada penelitian in vitro dan
in vivo telah membuktikan bahwa androgen dapat meningkatkan regulasi
ekspresi gen VEGF, dimana ablasi androgen dapat menghambat ekspresi
VEGF. Sebaliknya pada estrogen mengurangi ekspresi VEGF. 44 Penelitian ini
didapatkan kadar rata-rata VEGFA pada neonatus berjenis kelamin laki-laki
adalah 544,38 pg/ml lebih tinggi dibandingkan dengan kadar rata-rata
VEGFA pada neonatus berjenis kelamin perempuan yaitu 335,07 pg/ml
VEGFA memiliki 5 isoform yang dihasilkan oleh sel non tumor yang
memiliki respon pada keadaan hipoksia dan inflamasi dan juga dihasilkan
Universitas Sumatera Utara
oleh sel tumor dalam konsentrasi tinggi.33 VEGFA / vascular permeability
factor pertama kali diidentifikasi sebagai stimulator yang kuat permeabilitas
sel endotel, yang meningkatkan proliferasi. migrasi dan ketahanan hidup sel
endotel. Selain itu VEGFA juga memiliki peranan dalam proses inflamasi dan
koagulasi, sebagai contoh pada lingkungan in vitro VEGF memicu ekspresi
adhesi molekul sel (E-selectin, intrascellular adhesion molecul 1 [ICAM-1],
dan vascular cell adhesion molecul-1[VICAM-1] ) pada sel endotel dan
meningkatkan adhesi sel leukosit.45 Penelitian ini mendapatkan 6 neonatus
yang tidak menderita anemia tetapi mengalami peningkatan kadar VEGFA
diatas nilai normal atau VEGFA tinggi. Hal ini disebabkan 6 neonatus dengan
VEGFA tinggi tersebut memiliki diagnosis dasar sangkaan sepsis dengan
neonatal pneumonia, ikterik neonatorum, pasca operasi atresia ani.
Anemia pada neonatus dapat menjadi suatu peristiwa akut yang
mengancam kehidupan neonatus.3 Anemia ini jika tidak ditatalaksana dengan
tepat dan adekuat akan memberikan komplikasi terhadap neonatus seperti
kolaps kardiovaskuler sampai dengan gagal nafas. Transfusi eritrosit masih
merupakan terapi yang utama dalam penatalaksanaan anemia neonatus.
Keputusan untuk memberikan transfusi eritrosit harus dipertimbangkan
secara seksama mengingat komplikasi yang mungkin timbul seperti grafversus-host disease, hemolisis, penyebaran infeksi, gangguan asam basa
dan elektrolit, gangguan eritropoiesis, transfusion acute related acute lung
Universitas Sumatera Utara
injury (TRALI) dan imunosupresi.4 Tujuan transfusi eritrosit adalah untuk
memperbaiki dan mencegah hipoksia jaringan.46 Penelitian ini didapatkan
kesimpulan terdapat hubungan antara anemia dan kadar VEGFA pada
neonatus. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk
memulai transfusi eritrosit pada neonatus yang menderita anemia.
Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan antara lain
cross sectional yang menilai hubungan dalam satu waktu sehingga tidak
dapat menilai hubungan sebab akibat dalam waktu yang lama dan. Selain itu
keterbatasan
penelitian
adalah
dalam
metode
pengumpulan
dan
pemeriksaan sampel. Pada penelitian ini sampel yang telah dikumpulkan,
disimpan sampai memenuhi jumlah yang ditentukan kemudian diolah.
Penyimpanan sampel dalam waktu yang lama akan mempengaruhi hasil
pemeriksaan.
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
serum.
Pengukuran kadar VEGFA dalam serum akan memberikan hasil yang lebih
tinggi dibandingkan dengan menggunakan plasma, disebabkan pelepasan
VEGFA dalam trombosit ketika terjadi proses pembekuan darah.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Pada penelitian ini terdapat hubungan antara anemia dan kadar VEGFA
pada neonatus.
6.2. SARAN
Perlu dilakukan penatalaksanaan secara komprehensif pada neonatus cukup
bulan dan kuramg bulan yang dirawat di unit neonatologi Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan agar tidak menderita anemia karena anemia
dapat menyebabkan hipoksia jaringan.
Universitas Sumatera Utara