PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR TEKNIK PEMESINAN BUBUT MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) KELAS XI SMK TAHUN PELAJARAN 2014 2015 | Rahmawati | Jurnal Nosel 8108 17001 1 SM
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR
TEKNIK PEMESINAN BUBUT MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) KELAS XI SMK
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Dyah Ayuk Rahmawati, Indah Widiastuti, Budi Harjanto
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin FKIP Universitas Sebelas Maret
Kampus V UNS Pabelan Jl. Ahmad Yani Nomor 200, Surakarta, Telp./Fax 0271 718419
email: dyahayukrahmawati@rocketmail.com
Abstract
This research is a Classroom Action Research which conducted in two cycles. Each cycle
consists of planning, action, observation, and reflection stage. The research was conducted class XI
Mechanical Engineering academic year 2014/2015. Data obtained through field observations,
interviews, achievement test (pre-test cycle, the first cycle and second cycle) and documentation.
This study uses comparative descriptive data analysis techniques. It shows that the implementation
of cooperative learning model Think Pair Share (TPS) improves the student critical thinking skills
and learning outcomes at class XI Mechanical Engineering academic year of 2014/2015 in the
subjects of Lathe Machining. In the pre-cycle stage where conventional method was used, it is
found that the critical thinking skills and learning outcomes is quite low. When the cooperative
learning model Think Pair Share (TPS) was applied, the student critical thinking skills and student
learning outcomes increase eventhough it was still under the research target of 70% on each of the
indicators of critical thinking skills and a minimum of 70% of students completed the minimum
mastery criteria (≥75). The target value of critical thinking skills and learning outcomes in the
second cycle until been reached the intended target. An increase in the percentage of students who
passed the minimum mastery criteria of pre-cycle of 34.375% to 78.125% in the second cycle or an
increase of 43.75%.
Keywords : cooperative learning model, Think Pair Share (TPS), critical thinking skills, learning
outcomes
PENDAHULUAN
SMK adalah satu lembaga pendidikan
adalah
perbaikan
kualitas
kegiatan
kejuruan tingkat menengah memiliki delapan
pembelajaran yaitu dengan adanya proses
tujuan sekolah, yang tiga diantaranya yaitu
pembelajaran
pertama, menyiapkan peserta didik yang
pembelajaran yang sesuai.
yang
menerapkan
model
cakap, mampu memahami dan menerapkan
Mata Pelajaran Teknik Pemesinan
budi pekerti luhur, kedua menyiapkan peserta
Bubut kelas XI mencakup teori pemesinan
didik
untuk
bubut untuk menunjang penguasaan dan
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
pemahaman siswa jurusan Teknik Mesin di
lebih tinggi, dan ketiga menyiapkan dan
SMK. Dalam hal ini keterampilan berpikir
melaksanakan kegiatan rekayasa teknologi.
kritis siswa sangat berpengaruh karena siswa
Salah satu usaha yang harus ditempuh SMK
akan dituntut lebih aktif berpikir dan bernalar
untuk mencapai tujuan sekolah tersebut
serta mengungkapkan segala ide ataupun
agar
mampu
bersaing
1
gagasan
dalam
menghadapi
suatu
Pelajaran 2014/2015. Rata-rata ketuntasan
permasalahan, dan pada akhirnya akan
individu ketuntasan klasikal pada Ulangan
berpengaruh pada hasil belajar siswa kelas
Tengah Semeseter Gasal hanya 33,33% pada
XI pada mata pelajaran Teknik Pemesinan
nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
Bubut. Oleh karena itu, dalam kegiatan
75.
pembelajaran Teknik Pemesinan Bubut kelas
Beberapa kemungkinan permasalahan
XI, guru seharusnya mampu menerapkan
tersebut muncul antara lain disebabkan oleh
metode
mampu
rendahnya pemahaman siswa terhadap materi
mampu
yang diajarkan. Pembelajaran yang pada
memahami materi yang disampaikan guru,
umumnya dilaksanakan oleh guru cenderung
dan memecahkan suatu permasalahan dengan
menerapkan metode konvensional. Disini
baik dan kritis. Maka dari itu, suatu kegiatan
siswa hanya menerima pengetahuan dari guru
pembelajaran
tanpa
pembelajaran
memotivasi
siswa
yang
untuk
aktif,
diperlukan
suatu
model
pembelajaran yang inovatif.
Berdasarkan
ada
proses
mengidentifikasi
kesimpulan, mengidentifikasi alasan yang
pengamatan
peneliti
dinyatakan,
meresume,
membangun
bersama rekan-rekan yang dilakukan pada
keterampilan dasar, serta bekerja sama dalam
saat
memutuskan
pelaksanakan
Praktek
Pengalaman
atau
memecahkan
suatu
Lapangan (PPL) di salah satu SMK terlihat
masalah. Sehingga siswa kurang terlatih
bahwa keterampilan berpikir kritis siswa
untuk
pada Mata Pelajaran Teknik Pemesinan
sebagai wujud berpikir kritis.
Bubut
masih
daya
nalarnya
Rendahnya
Siswa perlu pembiasaan berpikir kritis
keterampilan berpikir kritis ditunjukkan oleh:
untuk memahami materi, sehingga siswa
(1)
dalam
nantinya
akan
pembelajaran, (2) siswa kurang mampu
berbagai
sumber, tidak asal
memecahkan suatu permasalahan dengan
pertanyaan dan terjadinya peningkatan hasil
baik
belajar siswa. Untuk itu diperlukan model
siswa
dan
pertanyaan,
rendah.
mengembangkan
cenderung
cenderung
asal
menjawab
pembelajaran
mencari
kebenaran
dari
menjawab
belum
pembelajaran yang mampu meningkatkan
mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar
keterampilan berpikir kritis siswa, sehingga
siswa. Model pembelajaran yang dirasa
siswa kurang dilatih untuk mengembangkan
cocok yaitu model pembelajaran kooperatif
keterampilan berpikir kritis.
tipe
berorientasi
(3)
pasif
untuk
Think
Pair
Share
(TPS).
Model
Hasil belajar siswa yang masih rendah
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
terlihat dari belum tercapainya ketuntasan
Share (TPS) secara langsung mendorong
individu dan ketuntasan klasikal pada hasil
siswa untuk berpikir baik secara individu
Ulangan Tengah Semester Gasal Tahun
maupun
2
berpasangan
sehingga
mampu
memiliki
keterampilan
berpikir
Menurut
kritis
Piaget
dan
Vygotsky
terhadap informasi yang didapat. Dalam
Sugiyanto,
2009),
penerapan model pembelajaran kooperatif
kooperatif
(cooperative
tipe Think Pair Share (TPS), siswa dapat
strategi yang digunakan untuk proses belajar,
memahami suatu materi secara berkelompok
di mana siswa akan lebih mudah menemukan
dan saling membantu antara satu dengan
secara komprehensif konsep-konsep yang
yang lainnya. Hal ini bertujuan untuk
sulit jika mereka mendiskusikannya dengan
menciptakan suatu semangat berpikir yang
siswa yang lain tentang masalah yang
mendorong
dihadapi.
siswa
untuk
bertanya
dan
model
(dalam
pembelajaran
learning)
yaitu
mengkaji pemikiran mereka sendiri untuk
Menurut Kagan dalam Eggen, dan
memastikan tidak terjadi logika yang tidak
Kauchak (2012:134) menyatakan bahwa
konsisten
model pembelajaran kooperatif tipe Think
maupun
diharapkan
hasil
keliru.
belajar
Sehingga
siswa
bisa
Pair
meningkat.
Share
(TPS)
merupakan
strategi
kelompok yang meminta siswa individual di
Rumusan masalah dalam penelitian
dalam pasangan belajar untuk menjawab
tindakan kelas ini adalah apakah penerapan
pertanyaan guru baru kemudian berbagi
model pembelajaran kooperatif tipe Think
jawaban dengan siswa lain. Menurut Huda
Pair
meningkatan
(2013: 132-136) bahwa model pembelajaran
keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat
belajar siswa pada mata pelajaran Teknik
memberi siswa waktu yang lebih banyak
Pemesinan Bubut di kelas XI Teknik Mesin?.
untuk berpikir, memungkinkan siswa untuk
Share
(TPS)
dapat
Menurut Winataputra dalam Sugiyanto
bekerja
secara
mandiri
dan
kelompok,
(2009:3), model pembelajaran merupakan
mampu mengoptimalkan partisipasi siswa
kerangka konseptual yang menggambarkan
sedikitnya delapan kali lebih banyak, serta
prosedur
dalam
dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
dan tingkatan kelas Pada intinya, model
mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
sebagai pedoman dalam perancanaan dan
Share (TPS) merupakan model pembelajaran
pelaksanakan
yang menuntut siswa untuk tidak hanya
Menurut
yang
sistematis
kegiatan
Sugiyanto
pembelajaran.
(2009:
model
berpikir dan memecahkan masalah atau
pembelajaran kooperatif adalah pendekatan
pertanyaan dari guru secara individual namun
pembelajaran
pada
diharapkan untuk dapat bekerja sama secara
penggunaan kelompok kecil siswa untuk
kelompok dengan menunjukkan partisipasi
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
mereka kepada siswa lain.
yang
belajar untuk mencapai
37),
berfokus
tujuan belajar.
3
Model pembelajaran kooperatif tipe
permasalahan tersebut melalui gabungan
Think Pair Share (TPS) terdiri dari 3 tahapan
informasi
yaitu tahap (1) Berpikir (think), siswa untuk
terpercaya.
memikirkan pertanyaan yang diajukan oleh
dalam proses pembelajaran sangat penting
guru secara mandiri. (2) Berpasangan (pair),
dalam upaya mengembangkan potensi siswa.
para siswa berpasangan dan mendiskusikan
Indikator keterampilan berpikir kritis
mengenai apa yang telah dipikirkan maupun
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
diperoleh. (3) Berbagi (share), siswa berbagi
sembilan indikator yang dikembangkan oleh
atau
secara
Ennis tersebut. Berikut 9 indikator yang
keseluruhan mengenai hasil diskusi mereka.
digunakan : (1) memfokuskan pertanyaan,
Pada intinya, model pembelajaran kooperatif
(2) menganalisis argumen, (3) bertanya dan
tipe Think Pair Share (TPS) menggunakan
menjawab
metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan
pertanyaan
dengan diskusi pleno.
mempertimbangkan
bekerjasama
dengan
kelas
Menurut Eggen, dan Kauckak (2012:
dari
beberapa
sumber
yang
Keterampilan
berpikir
kritis
pertanyaan
yang
sumber,
(5)
klarifikasi
menantang,
kredibilitas
mengobservasi
dan
(4)
suatu
dan
119) mendefinisikan bahwa berpikir kritis
mempertimbangkan
merupakan kemampuan dan kecenderungan
mendefinisikan
seseorang dalam membuat dan melakukan
mempertimbangkan definisi, (7) membuat
asesmen terhadap kesimpulan berdasarkan
dan dan mempertimbangkan nilai keputusan,
bukti. Menurut Glaser bahwa berpikir kritis
(8)
sebagai sikap berpikir mendalam tentang
berinteraksi dengan orang lain.
permasalahan, pengetahuan tentang metode
observasi,
istilah
memutuskan
Belajar
hasil
suatu
merupakan
(6)
dan
tindakan,
aktivitas
(9)
yang
pemeriksaan dan penalaran yang logis serta
dilakukan seseorang untuk mendapatkan
terampil dalam penerapannya. Berpikir kritis
perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-
menuntut upaya keras untuk memeriksa bukti
pelatihan
pendukung dan kesimpulan lanjutan yang
Hasil belajar merupakan tujuan akhir yang
diakibatkannya (Fisher, 2009: 3).
ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan
Keterampilan berpikir kritis merupakan
keterampilan
berpikir
yang
atau
pengalaman-pengalaman.
pembelajaran. Menurut Wahidmurni, dkk.
melibatkan
(2010: 18) menyatakan bahwa seseorang
proses kognitif dan memotivasi siswa untuk
dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar
berpikir reflektif untuk memecahkan suatu
apabila ia mampu menunjukkan adanya
masalah. Keterampilan berpikir kritis mampu
perubahan tingkah laku dalam dirinya.
melatih diri seseorang dalam mengenali
Perubahan hasil belajar pada individu siswa
permasalahan, mengatasi permasalah, dan
dapat
mengambil keputusan dalam pemecahan
kemampuan berpikir. Seorang guru yang
4
ditandai
dengan
perubahan
mampu
mengembangkan
peneliti
model
bertindak
sebagai
materi
guru
yang
pembelajaran yang terarah pada latihan
menyampaikan
pembelajaran.
.
berpikir kritis siswa akan sangat mendukung
Observasi dilakukan observer berdasarkan
perubahan kemampuan berpikir siswa yang
instrument lembar observasi yang telah
ditunjukkan dari hasil belajar siswa tersebut.
dibuat peneliti. Observasi dilakukan untuk
(Annurahman: 2009: 38).
mengamati hasil keterampilan berpikir kritis
siswa di serta observasi terhadap kemampuan
guru dalam menyampaikan peneliti. 4)
METODE PENELITIAN
Langkah
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan
Refleksi
(Reflection)
meliputi:
terdirip dari pra siklus, siklus I, dan siklus II.
peneliti menganalisis hasil tes hasil belajar
Prosedur penelitian tindakan kelas yang
maupun
dilaksanakan
keterampilan berpikir kritis siswa yang masih
meliputi:
(1)
Perencanaan
angket
dan
hasil
(Planning), (2) Pelaksanaan tindakan kelas
menggunakan
(Action), (3) Pengamatan (Observation), (4)
konvensional. Sebagai data penunjang maka
Refleksi (Reflection). 1) Langkah yang
dilakukan
wawancara
terhadap
guru
dilakukan pada tahap perencanaan (planning)
kemudian
dilakukan
analisis
hasil
adalah mempersiapkan Rencana Pelaksanaan
wawancara.
Pembelajaran
permasalahan
(RPP),
untuk
pembelajaran
didiskusikan
mempersiapkan
Subjek dalam penelitian ini adalah
dalam
siswa
lembar
Teknik
Mesin
yang
rata-rata kelas 65,8 dengan jumlah 2 siswa
yang hanya lulus KKM, serta dengan jumlah
2) Langkah Tindakan (Action) yaitu guru
siswa yang genap yaitu 32 siswa yang
melaksanakan rencana pembelajaran yang
seluruhnya
telah dirancang. Pada tahap pra siklus guru
putra
sehingga
sangat
memungkinkan untuk membentk kelompok
menerapkan metode konvensional. Pada
secara berpasangan.
siklus I dan siklus II guru melaksanakan
Teknik
pembelajaran dengan menerapkan model
pengumpulan
data
yang
digunakan meliputi wawancara, observasi,
pembelajaran Think Pair Share (TPS) sesuai
angket, tes, dan dokumentasi. Sedangkan alat
dengan yang telah direncanakan dalam RPP.
pengumpulan data penelitian ini yaitu lembar
3) Langkah Pengamatan (Observation) dalam
observasi, lembar tes, lembar angket, dan
penelitian ini dilakukan oleh guru mata
wawancara.
pelajaran Teknik pemesinan dan teman
penelitian
XI
semester gasal siswa rendah yaitu dengan
dan alat pembelajaran yang akan digunakan.
Dalam
kelas
memperoleh hasil nilai ulangan tengah
lembar wawancara, mempersiapkan media
peneliti.
pembelajaran
menyiapkan
observasi, angket, soal tes hasil belajar dan
sejawat
metode
observasi
Validitas
lembar
tes
dan
menggunakan expert judgment. Sedangkan
ini,
5
validitas
lembar
menggunakan
uji
observasi
validitas
dan
isi
angket
P=
%
(content
validity) dan validitas konstruk (contruct
Keterangan:
validity). Lembar angket dilakukan uji coba
P
terlebih
∑x = jumlah siswa yang mendapatkan nilai
dahulu
untuk
mendapatkan
= presentase
≥ KKM
instrumen yang valid.
N = jumlah siswa seluruhnya.
Lembar observasi terdiri dari lembar
Indikator keberhasilan penelitian ini
observasi guru dan observasi keterampilan
dalam
adalah memperoleh minimal 70% pada rata-
mengikuti pembelajaran dengan berpedoman
rata masing-masing indikator keterampilan
pada lembar amatan. Lembar angket berupa
berpikir kritis siswa pada mata pelajaran
angket keterampilan berpikir kritis siswa
Teknik Pemesinan Bubut dan Minimal 70%
untuk mengamati kegiatan siswa
dalam
siswa tuntas KKM atau mendapatkan nilai
proses
dapat
berpikir
berpikir
kritis
pembelajaran
siswa
sehingga
75.
diketahui apakah proses pembelajaran dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN
meningkatkan keterampilan berpikir kritis
siswa. Tes yang digunakan dalam penelitian
Pada pembahasan ini akan disajikan
ini adalah tes tertulis yang essay untuk
bagaimana hasil penelitian tindakan kelas
mengetahui adanya peningkatan hasil belajar
yang telah dilakukan terdiri dari pra siklus,
siswa. Tipe tes yang digunakan dalam
siklus I, dan siklus II.
penelitian ini adalah tipe subjektif bentuk
penelitian dapat disajikan sebagai berikut:
Adapun hasil
Hasil dari pengamatan guru terbukti
uraian (essay).
angket
mengalami peningkatan dari 3,54% dengan
dihitung nilai rata-rata setiap siklusnya
kategori sangat baik pada siklus I menjadi
menggunakan rumus :
3,97% dengan kategori sangat baik pada
Data
hasil
observasi
dan
siklus II. Hasil pengamatan guru digunakan
Rata - rata =
x 100 %
sebagai acuan refleksi.
Sedangkan perhitungan hasil tes untuk
Perbandingan hasil dari pengamatan
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil
menggunakan rumus sebagai berikut:
perhitungan angket pada setiap siklusnya
didapatkan hasil sebagai berikut.
6
Tabel 1. Perbandingan
ikir Kritis Siswa Pra
gan Hasil Observasi Keterampilan Berpiki
Siklus, Sikluss I dan Siklus II
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Indikator Keterampilan Ber
Berpikir Kritis Siswa
Memfokuskan pertanyaan
an
Menganalisis argumen
Bertanya dan menjawabb pe
pertanyaan klarifikasi
dan pertanyaan yang mena
menantang
nantang
Mempertimbangkan kredibi
kredibilitas
dibilitas suatu sumber
Mengobservasi dan mempe
mempertimbangkan
pertimbangkan hasil
observasi
Mendefinisikan istilahh dan m
mempertimbangkan
definisi
Membuat dan dan memper
mempertimbangkan
pertimbangkan nilai
keputusan
Memutuskan suatu tindaka
tindakan
kan
Berinteraksi dengan orang
ng llain
Rata-rata
Kriteria
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pra
Siklus
41,80%
44,14%
45,70%
Siklus
us I
Siklus II
Target
60,16%
61,33%
58,98%
74,61%
72,66%
74,61%
70%
70%
70%
36,33%
45,31%
54,30%
56,64%
70,31%
71,09%
70%
70%
43,75%
57,81%
71,88%
70%
42,58%
55,08%
71,48%
70%
42,19%
39,84%
42,40%
Cukup
55,47%
64,84%
58,29%
Cukup
70,70%
80,47%
73,09%
Baik
70%
70%
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Target
Diagram 1. Grafikk Per
Perbandingan Hasil Observasi Keterampilann ber
berpikir kritis Siswa
pada Pra Sikl
iklus, Siklus I dan Siklus II
7
Tabel 2. Perbandingan
ritis Siswa Pra Siklus,
gan Hasil Angket Keterampilan berpikir krit
Siklus I dan Sikl
iklus II
No
Indikator Keterampilann Be
Berpikir Kritis Siswa
1
2
3
Memfokuskan pertanyaan
an
Menganalisis argumen
Bertanya dan menjawabb pe
pertanyaan
klarifikasi dan pertanyaan
an yang menantang
Mempertimbangkan kredibi
kredibilitas
dibilitas suatu sumber
Mengobservasi dan mempe
mempertimbangkan
mpertimbangkan hasil
observasi
Mendefinisikan istilahh dan
mempertimbangkan defini
definisi
inisi
Membuat dan dan memper
mempertimbangkan
pertimbangkan nilai
keputusan
Memutuskan suatu tindaka
tindakan
ndakan
Berinteraksi dengan orang
ng lain
Rata-rata
Kriteria
4
5
6
7
8
9
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pra
Siklus
56,25 %
65,63%
65,68%
Siklus
us I
Siklus II
Target
65,43%
75,39%
68,49%
70,70 %
77,15%
71,35%
70%
70%
70%
61,33%
57,03%
69,92%
64,84%
76,35%
71,09%
70%
70%
57,03%
65,36%
70,31%
70%
57,55%
67,71%
70,05%
70%
57,03%
55,72%
58,84%
Cukup
68,36%
75,26%
68,97%
Baik
72,27%
79,17 %
73,16%
Baik
70%
70%
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Target
Diagram 2. Grafik Perbandi
ndingan Hasil Angket Keterampilan berpikir kr
kritis Siswa pada
Data/
ata/Penelitian Awal, Siklus I dan Siklus I
Peningkatan ini seiring denga
dengan peningkatan tes hasil belajar siswa ya
yang bisa dilihat pada
Tabel 3 dan ditunjukkan pada Dia
iagram 3 berikut.
8
Tab
Tabel 3. Hasil Peningkatan Hasil Belajar
No
1
2
3
Rekap
Hasil Tes
Jumlah siswa yang
tuntas
Jumlah siswa yang
tidak tuntas
Pra
S
Siklus
%
Siklus
I
%
Siklus
II
%
11
34,375 %
17
53,125%
25
78,125%
21
65,625 %
15
46,875%
7
21,875%
Rata-rata Tes (Kelas)
67,12
73,78
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
78,06
Pra
ra S
Siklus
Siklu
iklus I
Siklu
iklus II
Targ
arget
Pr
Presentase Hasil Belajar Siswa yang
Tuntas
Diagram 3. Grafik
afik P
Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari Praa S
Siklus ke Siklus I dan
dari Siklus I ke Siklus II
Berdasarkan diagram I di atas, dapat
keterampilan berpikir se
sebesar 58,29% dengan
dilihat peningkatan keterampil
pilan berpikir
kriteria cukup. Pada has
hasil observasi siklus II
kritis siswa mulai dari pra siklus,
klus, ke siklus I,
menunjukkan
dan siklus II pada hasil observa
observasi. Kondisi
keterampilan berpikir kr
kritis pra siklus sebesar
siswa
73,09% dengan kriteria
ia bbaik.
pada
pra
siklus
m
menunjukkan
keterampilan berpikir kritiss si
siswa masih
nilai
presentase
rata-rata
Berdasarkan diagr
agram II di atas, dapat
hasi
hasil
observasi
dilihat peningkatan ke
keterampilan berpikir
presentase
ntase
rata-rata
kritis siswa mulai darii pr
pra siklus, siklus I, dan
keterampilan berpikir kritis praa si
siklus sebesar
siklus II pada hasil angk
ngket. Pada hasil angket
42,40% dengan kriteria cukup.. K
Kondisi siswa
menunjukkan
pada siklus I menunjukkann ke
keterampilan
keterampilan berpikir kr
kritis pra siklus sebesar
berpikir kritis siswa siklus
us I mengalami
sebesar 58,84% dengan
an kriteria cukup. Hasil
peningkatan dari pra siklus, meski
eskipun target
angket keterampilan berp
berpikir kritis siswa pada
belum tercapai. Pada hasil obser
observasi siklus I
siklus I mengalami pe
peningkatan dari pra
menunjukkan
siklus
tergolong
rendah.
menunjukkan
nilai
nilai
Pada
presentase
ntase
rata-rata
9
menjadi
nilai
presentase
sebesa
besar
68,97%
rata-rata
dengan
kriteria baik. Pada hasil angket siklus I
kodisi akhir (siklus II) terjadi peningkatan
terdapat 2 indikator yang menunjukkan
hasil belajar siswa dari jumlah siswa yang
tercapainya target yaitu indikator nomor 2
tuntas 34,375% menjadi 78,125% atau terjadi
(menganalisis argument) dan indikator nomor
peningkatan sebesar 43,75 %.
9 (berinteraksi dengan orang lain). Pada hasil
Penelitian
ini
dapat
disimpulkan
angket siklus II menunjukkan nilai presentase
berhasil
rata-rata keterampilan berpikir kritis sebesar
keterampilan berpikir kritis belajar siswa yang
73,16% dengan kriteria baik pada siklus II.
diamati dan hasil belajar yang diukur telah
Terjadi peningkatan setiap siklusnya yang
mencapai
ditunjukkan dari nilai presentase keterampilan
Pembelajaran dengan model pembelajaran
berpikir kritis pra siklus sebesar 58,84%
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), dapat
dengan kriteria baik menjadi 68,97% dengan
membiasakan siswa untuk berpikir lebih kritis
kriteria baik pada siklus I, dan meningkat lagi
dalam menyelesaikan permasalahan maupun
menjadi 73,16% dengan kriteria baik pada
memaparkan hasil diskusi kelompok. Dengan
siklus II. Berdasarkan hasil observasi dan
demikian dapat diketahui bahwa model
hasil angket tersebut dapat disimpulkan
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
terjadi peningkatan keterampilan berpikir
Share (TPS) dapat digunakan sebagai salah
kritis siswa dari pra siklus ke siklus I dan
satu upaya untuk meningkatkan keterampilan
siklus I ke siklus II yang ditunjukkan dari
berpikir kritis terhadap pelajaran Teknik
peningkatan nilai presentase pada masing-
Pemesinan Bubut Kelas XI.
karena
masing-masing indikator
target
yang
ditetapkan.
masing indikator serta tercapainya target yang
telah ditentukan.
KESIMPULAN
Berdasarkan diagram III menunjukkan
Berdasarkan hasil analisis data dan
peningkatan hasil belajar siswa. Pada kondisi
pembahasan dapat disimpulkan 1) Penerapan
pra siklus nilai rata-rata hasil belajar 67,12
model pembelajaran kooperatif tipe Think
dengan jumlah siswa yang tuntas hanya 11
Pair
orang (34,375%), dan 21 orang lainnya
keterampilan berpikir kritis siswa pada mata
(65,625%) tidak tuntas. Pada siklus I, nilai
pelajaran Teknik Pemesinan Bubut di kelas
rata-rata hasil belajar 73,78 dengan jumlah
XI Teknik Mesin . Hal ini ditunjukkan pada
siswa yang tuntas 11 orang (34,375%), dan 21
peningkatan hasil observasi dan angket
orang lainnya (65,625%) tidak tuntas. Pada
keterampilan berpikir kritis siswa setiap
siklus II, nilai rata-rata hasil belajar 78,06
siklusnya
dengan jumlah siswa yang tuntas 25 orang
indikator kerja yang telah ditentukan yaitu
(78,125%) dan 3 orang yang tidak tuntas
minimal 70% pada masing-masing indikator.
(21,875%). Dari kondisi awal (pra siklus) ke
2) Penerapan model pembelajaran kooperatif
10
Share
(TPS)
ditunjukkan
dapat
dari
meningkatan
tercapainya
tipe
Think
Pair
Share
(TPS)
Baharudin, dan Wahyuni, E.W. (2010). Teori
Belajar
dan
Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Elder, Linda. (2007). Our Concept of Critical
Thinking. Foundation for Critical
Thinking. Diakses pada tanggal 17
Januari
2015
melalui
http://www.criticalthinking.org
dapat
meningkatan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Teknik Pemesinan Bubut di kelas
XI Teknik Mesin dengan adanya peningkatan
presentase siswa yang tuntas KKM dari
jumlah siswa yang tuntas 34,375% menjadi
Fisher, Alec. (2009). Berpikir Kritis Sebuah
Pengantar.
Jakarta:
Penerbit
Erlangga.
78,125% atau terjadi peningkatan sebesar
43,75%.
berpikir kritis terhadap guru pada saat
Herianingtias, Nur L R. (2015). Implementasi
Pendekatan
Saintifik
Melalui
Discovery
Learning
dalam
Peningkatan Keterampilan Berpikir
Kritis Pembelajaran IPA di Kelas IV
SD Negeri 1 Kebumen Tahun Ajaran
2014/2015. Diakses pada tanggal 10
Januari
2014,
dari
http://digilib.uns.ac.id
Herlina, Fitrihidajati, dkk. (2010). Penerapan
Perangkat Pembelajaran Biologi
Berbasis Kooperatif Tipe Think Pair
Share (TPS) untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis
di
SMA Sejahtera Surabaya. Diakses
pada tanggal 10 Januari 2014, dari .
http://download.portalgaruda.org
menyajikan
Huda,
SARAN
1. Guru hendaknya dapat menyajikan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) dengan baik mulai dari
persiapan sampai evaluasi, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa
pada
mata pelajaran Teknik Pemesinan Bubut.
2. Dalam pembelajaran, siswa hendaknya
dapat memberikan respon yang baik serta
materi
pelajaran
Teknik
Pemesinan Bubut sehingga siswa dapat
Kauchak, Don, dan Eggen Paul. 2012.
Strategi dan Model Pembelajaran:
Mengajar Konten dan Keterampilan
Berpikir Terjemah Satrio Wahono.
Jakarta: PT. Indeks.
menguasai dan memahami materi yang
disampaikan oleh guru.
3. Hendaknya penelitian ini dapat digunakan
sebagai
acuan
penelitian
Miftahul.
(2013).
Cooperative
Learning. Jakarta: Pustaka Pelajar.
selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Kurniasari, Yuyun. (2014). Pengaruh
Pembelajaran
IPS
Terpadu
Terhadap Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Bermakna pada
Siswa. Diakses pada tanggal 10
Januari
2014,
dari
http://repository.upi.edu
Annurahman.
(2009).
Belajar
dan
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan Jakarta: Bumi
Aksara.
Kusaeri, dan Suprananto. (2012). Pengukuran
dan
Penilaian
Pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Murti, Bisma. (2010). Berpikir Kritis. Diakses
pada tanggal 10 Januari 2014, dari
dengan mengaitkan
aspek-aspek
yang
belum diungkap.
11
http://www.scribd.com/doc/3793297
3/Berpikir-Kritis-Prof-Bhisma-Murti
Share) Pada Kelas XI IPS 5 SMA
Negeri 2 Surakarta. Skripsi Tidak
Dipublikasikan. Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
Wahidmurni,
dkk.
(2010).
Evaluasi
Pembelajaran (Kompetensi dan
Praktik).Yogyakarta: Nuha Litera.
Widarti, A. (2007). Efektifitas Penggunaan
Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think-Pair-Share Terhadap
Hasil Belajar Bahasan Segi Empat
Pada Siswa kelas VII Semester 2.
Diakses pada tanggal 10 Januari
2014,
dari
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/cgibin/library
Winataputra, dkk. (2011). Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Permitasari, Febri, dkk. (2012). Penerapan
Model Pembelajaran Think Pair
Share
Berbasis
Keterampilan
Berpikir Kritis untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas VII-F
SMP N 18 Malang. Diakses pada
tanggal 1 Januari 2014, dari
http://jurnal-online.um.ac.id
Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riduwan. (2010). Dasar-dasar Statistika.
Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. (2009). Strategi Pembelajaran
Berorientasi
Standar
Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sardiman A.M. (2010). Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rajawali Pers.
Siburian, Tiur Asih. (2013). Improving
Students’ Achievement On Writing
Descriptive Text Through Think Pair
Share. Diakses pada tanggal 24
Januari
2014,
dari
http://digilib.unimed.ac.id
Siregar, Syofian. (2013). Statistika Deskriptif
untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali
Pers.
Sugiyanto.
(2009).
Model-Model
Pembelajaran Inovatif. Surakarta:
Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13
FKIP UNS Surakarta.
Sugiarto, Dino, dan Sumarsono, Puji. (2014).
The Implementation of Think-PairShare Model to Improve Students’
Ability In Reading Narrative Texts”.
Diakses pada tanggal 24 Januari
2014,
dari
http://ijee.org/yahoo_site_admin/asse
ts/docs/21.184151514.pdf
Suyono, dan Hariyanto. (2011). Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Trianto. (2010). Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom
Action
Research).
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Triyastuti, Tutut Febri. (2010). Upaya
Peningkatan Hasil Belajar Ekonomi
Akutansi Dengan Pembelajaran
Kooperatif Tipe TPS (Think Pair
12
TEKNIK PEMESINAN BUBUT MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) KELAS XI SMK
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Dyah Ayuk Rahmawati, Indah Widiastuti, Budi Harjanto
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin FKIP Universitas Sebelas Maret
Kampus V UNS Pabelan Jl. Ahmad Yani Nomor 200, Surakarta, Telp./Fax 0271 718419
email: dyahayukrahmawati@rocketmail.com
Abstract
This research is a Classroom Action Research which conducted in two cycles. Each cycle
consists of planning, action, observation, and reflection stage. The research was conducted class XI
Mechanical Engineering academic year 2014/2015. Data obtained through field observations,
interviews, achievement test (pre-test cycle, the first cycle and second cycle) and documentation.
This study uses comparative descriptive data analysis techniques. It shows that the implementation
of cooperative learning model Think Pair Share (TPS) improves the student critical thinking skills
and learning outcomes at class XI Mechanical Engineering academic year of 2014/2015 in the
subjects of Lathe Machining. In the pre-cycle stage where conventional method was used, it is
found that the critical thinking skills and learning outcomes is quite low. When the cooperative
learning model Think Pair Share (TPS) was applied, the student critical thinking skills and student
learning outcomes increase eventhough it was still under the research target of 70% on each of the
indicators of critical thinking skills and a minimum of 70% of students completed the minimum
mastery criteria (≥75). The target value of critical thinking skills and learning outcomes in the
second cycle until been reached the intended target. An increase in the percentage of students who
passed the minimum mastery criteria of pre-cycle of 34.375% to 78.125% in the second cycle or an
increase of 43.75%.
Keywords : cooperative learning model, Think Pair Share (TPS), critical thinking skills, learning
outcomes
PENDAHULUAN
SMK adalah satu lembaga pendidikan
adalah
perbaikan
kualitas
kegiatan
kejuruan tingkat menengah memiliki delapan
pembelajaran yaitu dengan adanya proses
tujuan sekolah, yang tiga diantaranya yaitu
pembelajaran
pertama, menyiapkan peserta didik yang
pembelajaran yang sesuai.
yang
menerapkan
model
cakap, mampu memahami dan menerapkan
Mata Pelajaran Teknik Pemesinan
budi pekerti luhur, kedua menyiapkan peserta
Bubut kelas XI mencakup teori pemesinan
didik
untuk
bubut untuk menunjang penguasaan dan
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
pemahaman siswa jurusan Teknik Mesin di
lebih tinggi, dan ketiga menyiapkan dan
SMK. Dalam hal ini keterampilan berpikir
melaksanakan kegiatan rekayasa teknologi.
kritis siswa sangat berpengaruh karena siswa
Salah satu usaha yang harus ditempuh SMK
akan dituntut lebih aktif berpikir dan bernalar
untuk mencapai tujuan sekolah tersebut
serta mengungkapkan segala ide ataupun
agar
mampu
bersaing
1
gagasan
dalam
menghadapi
suatu
Pelajaran 2014/2015. Rata-rata ketuntasan
permasalahan, dan pada akhirnya akan
individu ketuntasan klasikal pada Ulangan
berpengaruh pada hasil belajar siswa kelas
Tengah Semeseter Gasal hanya 33,33% pada
XI pada mata pelajaran Teknik Pemesinan
nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
Bubut. Oleh karena itu, dalam kegiatan
75.
pembelajaran Teknik Pemesinan Bubut kelas
Beberapa kemungkinan permasalahan
XI, guru seharusnya mampu menerapkan
tersebut muncul antara lain disebabkan oleh
metode
mampu
rendahnya pemahaman siswa terhadap materi
mampu
yang diajarkan. Pembelajaran yang pada
memahami materi yang disampaikan guru,
umumnya dilaksanakan oleh guru cenderung
dan memecahkan suatu permasalahan dengan
menerapkan metode konvensional. Disini
baik dan kritis. Maka dari itu, suatu kegiatan
siswa hanya menerima pengetahuan dari guru
pembelajaran
tanpa
pembelajaran
memotivasi
siswa
yang
untuk
aktif,
diperlukan
suatu
model
pembelajaran yang inovatif.
Berdasarkan
ada
proses
mengidentifikasi
kesimpulan, mengidentifikasi alasan yang
pengamatan
peneliti
dinyatakan,
meresume,
membangun
bersama rekan-rekan yang dilakukan pada
keterampilan dasar, serta bekerja sama dalam
saat
memutuskan
pelaksanakan
Praktek
Pengalaman
atau
memecahkan
suatu
Lapangan (PPL) di salah satu SMK terlihat
masalah. Sehingga siswa kurang terlatih
bahwa keterampilan berpikir kritis siswa
untuk
pada Mata Pelajaran Teknik Pemesinan
sebagai wujud berpikir kritis.
Bubut
masih
daya
nalarnya
Rendahnya
Siswa perlu pembiasaan berpikir kritis
keterampilan berpikir kritis ditunjukkan oleh:
untuk memahami materi, sehingga siswa
(1)
dalam
nantinya
akan
pembelajaran, (2) siswa kurang mampu
berbagai
sumber, tidak asal
memecahkan suatu permasalahan dengan
pertanyaan dan terjadinya peningkatan hasil
baik
belajar siswa. Untuk itu diperlukan model
siswa
dan
pertanyaan,
rendah.
mengembangkan
cenderung
cenderung
asal
menjawab
pembelajaran
mencari
kebenaran
dari
menjawab
belum
pembelajaran yang mampu meningkatkan
mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar
keterampilan berpikir kritis siswa, sehingga
siswa. Model pembelajaran yang dirasa
siswa kurang dilatih untuk mengembangkan
cocok yaitu model pembelajaran kooperatif
keterampilan berpikir kritis.
tipe
berorientasi
(3)
pasif
untuk
Think
Pair
Share
(TPS).
Model
Hasil belajar siswa yang masih rendah
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
terlihat dari belum tercapainya ketuntasan
Share (TPS) secara langsung mendorong
individu dan ketuntasan klasikal pada hasil
siswa untuk berpikir baik secara individu
Ulangan Tengah Semester Gasal Tahun
maupun
2
berpasangan
sehingga
mampu
memiliki
keterampilan
berpikir
Menurut
kritis
Piaget
dan
Vygotsky
terhadap informasi yang didapat. Dalam
Sugiyanto,
2009),
penerapan model pembelajaran kooperatif
kooperatif
(cooperative
tipe Think Pair Share (TPS), siswa dapat
strategi yang digunakan untuk proses belajar,
memahami suatu materi secara berkelompok
di mana siswa akan lebih mudah menemukan
dan saling membantu antara satu dengan
secara komprehensif konsep-konsep yang
yang lainnya. Hal ini bertujuan untuk
sulit jika mereka mendiskusikannya dengan
menciptakan suatu semangat berpikir yang
siswa yang lain tentang masalah yang
mendorong
dihadapi.
siswa
untuk
bertanya
dan
model
(dalam
pembelajaran
learning)
yaitu
mengkaji pemikiran mereka sendiri untuk
Menurut Kagan dalam Eggen, dan
memastikan tidak terjadi logika yang tidak
Kauchak (2012:134) menyatakan bahwa
konsisten
model pembelajaran kooperatif tipe Think
maupun
diharapkan
hasil
keliru.
belajar
Sehingga
siswa
bisa
Pair
meningkat.
Share
(TPS)
merupakan
strategi
kelompok yang meminta siswa individual di
Rumusan masalah dalam penelitian
dalam pasangan belajar untuk menjawab
tindakan kelas ini adalah apakah penerapan
pertanyaan guru baru kemudian berbagi
model pembelajaran kooperatif tipe Think
jawaban dengan siswa lain. Menurut Huda
Pair
meningkatan
(2013: 132-136) bahwa model pembelajaran
keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat
belajar siswa pada mata pelajaran Teknik
memberi siswa waktu yang lebih banyak
Pemesinan Bubut di kelas XI Teknik Mesin?.
untuk berpikir, memungkinkan siswa untuk
Share
(TPS)
dapat
Menurut Winataputra dalam Sugiyanto
bekerja
secara
mandiri
dan
kelompok,
(2009:3), model pembelajaran merupakan
mampu mengoptimalkan partisipasi siswa
kerangka konseptual yang menggambarkan
sedikitnya delapan kali lebih banyak, serta
prosedur
dalam
dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
dan tingkatan kelas Pada intinya, model
mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
sebagai pedoman dalam perancanaan dan
Share (TPS) merupakan model pembelajaran
pelaksanakan
yang menuntut siswa untuk tidak hanya
Menurut
yang
sistematis
kegiatan
Sugiyanto
pembelajaran.
(2009:
model
berpikir dan memecahkan masalah atau
pembelajaran kooperatif adalah pendekatan
pertanyaan dari guru secara individual namun
pembelajaran
pada
diharapkan untuk dapat bekerja sama secara
penggunaan kelompok kecil siswa untuk
kelompok dengan menunjukkan partisipasi
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
mereka kepada siswa lain.
yang
belajar untuk mencapai
37),
berfokus
tujuan belajar.
3
Model pembelajaran kooperatif tipe
permasalahan tersebut melalui gabungan
Think Pair Share (TPS) terdiri dari 3 tahapan
informasi
yaitu tahap (1) Berpikir (think), siswa untuk
terpercaya.
memikirkan pertanyaan yang diajukan oleh
dalam proses pembelajaran sangat penting
guru secara mandiri. (2) Berpasangan (pair),
dalam upaya mengembangkan potensi siswa.
para siswa berpasangan dan mendiskusikan
Indikator keterampilan berpikir kritis
mengenai apa yang telah dipikirkan maupun
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
diperoleh. (3) Berbagi (share), siswa berbagi
sembilan indikator yang dikembangkan oleh
atau
secara
Ennis tersebut. Berikut 9 indikator yang
keseluruhan mengenai hasil diskusi mereka.
digunakan : (1) memfokuskan pertanyaan,
Pada intinya, model pembelajaran kooperatif
(2) menganalisis argumen, (3) bertanya dan
tipe Think Pair Share (TPS) menggunakan
menjawab
metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan
pertanyaan
dengan diskusi pleno.
mempertimbangkan
bekerjasama
dengan
kelas
Menurut Eggen, dan Kauckak (2012:
dari
beberapa
sumber
yang
Keterampilan
berpikir
kritis
pertanyaan
yang
sumber,
(5)
klarifikasi
menantang,
kredibilitas
mengobservasi
dan
(4)
suatu
dan
119) mendefinisikan bahwa berpikir kritis
mempertimbangkan
merupakan kemampuan dan kecenderungan
mendefinisikan
seseorang dalam membuat dan melakukan
mempertimbangkan definisi, (7) membuat
asesmen terhadap kesimpulan berdasarkan
dan dan mempertimbangkan nilai keputusan,
bukti. Menurut Glaser bahwa berpikir kritis
(8)
sebagai sikap berpikir mendalam tentang
berinteraksi dengan orang lain.
permasalahan, pengetahuan tentang metode
observasi,
istilah
memutuskan
Belajar
hasil
suatu
merupakan
(6)
dan
tindakan,
aktivitas
(9)
yang
pemeriksaan dan penalaran yang logis serta
dilakukan seseorang untuk mendapatkan
terampil dalam penerapannya. Berpikir kritis
perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-
menuntut upaya keras untuk memeriksa bukti
pelatihan
pendukung dan kesimpulan lanjutan yang
Hasil belajar merupakan tujuan akhir yang
diakibatkannya (Fisher, 2009: 3).
ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan
Keterampilan berpikir kritis merupakan
keterampilan
berpikir
yang
atau
pengalaman-pengalaman.
pembelajaran. Menurut Wahidmurni, dkk.
melibatkan
(2010: 18) menyatakan bahwa seseorang
proses kognitif dan memotivasi siswa untuk
dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar
berpikir reflektif untuk memecahkan suatu
apabila ia mampu menunjukkan adanya
masalah. Keterampilan berpikir kritis mampu
perubahan tingkah laku dalam dirinya.
melatih diri seseorang dalam mengenali
Perubahan hasil belajar pada individu siswa
permasalahan, mengatasi permasalah, dan
dapat
mengambil keputusan dalam pemecahan
kemampuan berpikir. Seorang guru yang
4
ditandai
dengan
perubahan
mampu
mengembangkan
peneliti
model
bertindak
sebagai
materi
guru
yang
pembelajaran yang terarah pada latihan
menyampaikan
pembelajaran.
.
berpikir kritis siswa akan sangat mendukung
Observasi dilakukan observer berdasarkan
perubahan kemampuan berpikir siswa yang
instrument lembar observasi yang telah
ditunjukkan dari hasil belajar siswa tersebut.
dibuat peneliti. Observasi dilakukan untuk
(Annurahman: 2009: 38).
mengamati hasil keterampilan berpikir kritis
siswa di serta observasi terhadap kemampuan
guru dalam menyampaikan peneliti. 4)
METODE PENELITIAN
Langkah
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan
Refleksi
(Reflection)
meliputi:
terdirip dari pra siklus, siklus I, dan siklus II.
peneliti menganalisis hasil tes hasil belajar
Prosedur penelitian tindakan kelas yang
maupun
dilaksanakan
keterampilan berpikir kritis siswa yang masih
meliputi:
(1)
Perencanaan
angket
dan
hasil
(Planning), (2) Pelaksanaan tindakan kelas
menggunakan
(Action), (3) Pengamatan (Observation), (4)
konvensional. Sebagai data penunjang maka
Refleksi (Reflection). 1) Langkah yang
dilakukan
wawancara
terhadap
guru
dilakukan pada tahap perencanaan (planning)
kemudian
dilakukan
analisis
hasil
adalah mempersiapkan Rencana Pelaksanaan
wawancara.
Pembelajaran
permasalahan
(RPP),
untuk
pembelajaran
didiskusikan
mempersiapkan
Subjek dalam penelitian ini adalah
dalam
siswa
lembar
Teknik
Mesin
yang
rata-rata kelas 65,8 dengan jumlah 2 siswa
yang hanya lulus KKM, serta dengan jumlah
2) Langkah Tindakan (Action) yaitu guru
siswa yang genap yaitu 32 siswa yang
melaksanakan rencana pembelajaran yang
seluruhnya
telah dirancang. Pada tahap pra siklus guru
putra
sehingga
sangat
memungkinkan untuk membentk kelompok
menerapkan metode konvensional. Pada
secara berpasangan.
siklus I dan siklus II guru melaksanakan
Teknik
pembelajaran dengan menerapkan model
pengumpulan
data
yang
digunakan meliputi wawancara, observasi,
pembelajaran Think Pair Share (TPS) sesuai
angket, tes, dan dokumentasi. Sedangkan alat
dengan yang telah direncanakan dalam RPP.
pengumpulan data penelitian ini yaitu lembar
3) Langkah Pengamatan (Observation) dalam
observasi, lembar tes, lembar angket, dan
penelitian ini dilakukan oleh guru mata
wawancara.
pelajaran Teknik pemesinan dan teman
penelitian
XI
semester gasal siswa rendah yaitu dengan
dan alat pembelajaran yang akan digunakan.
Dalam
kelas
memperoleh hasil nilai ulangan tengah
lembar wawancara, mempersiapkan media
peneliti.
pembelajaran
menyiapkan
observasi, angket, soal tes hasil belajar dan
sejawat
metode
observasi
Validitas
lembar
tes
dan
menggunakan expert judgment. Sedangkan
ini,
5
validitas
lembar
menggunakan
uji
observasi
validitas
dan
isi
angket
P=
%
(content
validity) dan validitas konstruk (contruct
Keterangan:
validity). Lembar angket dilakukan uji coba
P
terlebih
∑x = jumlah siswa yang mendapatkan nilai
dahulu
untuk
mendapatkan
= presentase
≥ KKM
instrumen yang valid.
N = jumlah siswa seluruhnya.
Lembar observasi terdiri dari lembar
Indikator keberhasilan penelitian ini
observasi guru dan observasi keterampilan
dalam
adalah memperoleh minimal 70% pada rata-
mengikuti pembelajaran dengan berpedoman
rata masing-masing indikator keterampilan
pada lembar amatan. Lembar angket berupa
berpikir kritis siswa pada mata pelajaran
angket keterampilan berpikir kritis siswa
Teknik Pemesinan Bubut dan Minimal 70%
untuk mengamati kegiatan siswa
dalam
siswa tuntas KKM atau mendapatkan nilai
proses
dapat
berpikir
berpikir
kritis
pembelajaran
siswa
sehingga
75.
diketahui apakah proses pembelajaran dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN
meningkatkan keterampilan berpikir kritis
siswa. Tes yang digunakan dalam penelitian
Pada pembahasan ini akan disajikan
ini adalah tes tertulis yang essay untuk
bagaimana hasil penelitian tindakan kelas
mengetahui adanya peningkatan hasil belajar
yang telah dilakukan terdiri dari pra siklus,
siswa. Tipe tes yang digunakan dalam
siklus I, dan siklus II.
penelitian ini adalah tipe subjektif bentuk
penelitian dapat disajikan sebagai berikut:
Adapun hasil
Hasil dari pengamatan guru terbukti
uraian (essay).
angket
mengalami peningkatan dari 3,54% dengan
dihitung nilai rata-rata setiap siklusnya
kategori sangat baik pada siklus I menjadi
menggunakan rumus :
3,97% dengan kategori sangat baik pada
Data
hasil
observasi
dan
siklus II. Hasil pengamatan guru digunakan
Rata - rata =
x 100 %
sebagai acuan refleksi.
Sedangkan perhitungan hasil tes untuk
Perbandingan hasil dari pengamatan
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil
menggunakan rumus sebagai berikut:
perhitungan angket pada setiap siklusnya
didapatkan hasil sebagai berikut.
6
Tabel 1. Perbandingan
ikir Kritis Siswa Pra
gan Hasil Observasi Keterampilan Berpiki
Siklus, Sikluss I dan Siklus II
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Indikator Keterampilan Ber
Berpikir Kritis Siswa
Memfokuskan pertanyaan
an
Menganalisis argumen
Bertanya dan menjawabb pe
pertanyaan klarifikasi
dan pertanyaan yang mena
menantang
nantang
Mempertimbangkan kredibi
kredibilitas
dibilitas suatu sumber
Mengobservasi dan mempe
mempertimbangkan
pertimbangkan hasil
observasi
Mendefinisikan istilahh dan m
mempertimbangkan
definisi
Membuat dan dan memper
mempertimbangkan
pertimbangkan nilai
keputusan
Memutuskan suatu tindaka
tindakan
kan
Berinteraksi dengan orang
ng llain
Rata-rata
Kriteria
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pra
Siklus
41,80%
44,14%
45,70%
Siklus
us I
Siklus II
Target
60,16%
61,33%
58,98%
74,61%
72,66%
74,61%
70%
70%
70%
36,33%
45,31%
54,30%
56,64%
70,31%
71,09%
70%
70%
43,75%
57,81%
71,88%
70%
42,58%
55,08%
71,48%
70%
42,19%
39,84%
42,40%
Cukup
55,47%
64,84%
58,29%
Cukup
70,70%
80,47%
73,09%
Baik
70%
70%
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Target
Diagram 1. Grafikk Per
Perbandingan Hasil Observasi Keterampilann ber
berpikir kritis Siswa
pada Pra Sikl
iklus, Siklus I dan Siklus II
7
Tabel 2. Perbandingan
ritis Siswa Pra Siklus,
gan Hasil Angket Keterampilan berpikir krit
Siklus I dan Sikl
iklus II
No
Indikator Keterampilann Be
Berpikir Kritis Siswa
1
2
3
Memfokuskan pertanyaan
an
Menganalisis argumen
Bertanya dan menjawabb pe
pertanyaan
klarifikasi dan pertanyaan
an yang menantang
Mempertimbangkan kredibi
kredibilitas
dibilitas suatu sumber
Mengobservasi dan mempe
mempertimbangkan
mpertimbangkan hasil
observasi
Mendefinisikan istilahh dan
mempertimbangkan defini
definisi
inisi
Membuat dan dan memper
mempertimbangkan
pertimbangkan nilai
keputusan
Memutuskan suatu tindaka
tindakan
ndakan
Berinteraksi dengan orang
ng lain
Rata-rata
Kriteria
4
5
6
7
8
9
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pra
Siklus
56,25 %
65,63%
65,68%
Siklus
us I
Siklus II
Target
65,43%
75,39%
68,49%
70,70 %
77,15%
71,35%
70%
70%
70%
61,33%
57,03%
69,92%
64,84%
76,35%
71,09%
70%
70%
57,03%
65,36%
70,31%
70%
57,55%
67,71%
70,05%
70%
57,03%
55,72%
58,84%
Cukup
68,36%
75,26%
68,97%
Baik
72,27%
79,17 %
73,16%
Baik
70%
70%
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Target
Diagram 2. Grafik Perbandi
ndingan Hasil Angket Keterampilan berpikir kr
kritis Siswa pada
Data/
ata/Penelitian Awal, Siklus I dan Siklus I
Peningkatan ini seiring denga
dengan peningkatan tes hasil belajar siswa ya
yang bisa dilihat pada
Tabel 3 dan ditunjukkan pada Dia
iagram 3 berikut.
8
Tab
Tabel 3. Hasil Peningkatan Hasil Belajar
No
1
2
3
Rekap
Hasil Tes
Jumlah siswa yang
tuntas
Jumlah siswa yang
tidak tuntas
Pra
S
Siklus
%
Siklus
I
%
Siklus
II
%
11
34,375 %
17
53,125%
25
78,125%
21
65,625 %
15
46,875%
7
21,875%
Rata-rata Tes (Kelas)
67,12
73,78
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
78,06
Pra
ra S
Siklus
Siklu
iklus I
Siklu
iklus II
Targ
arget
Pr
Presentase Hasil Belajar Siswa yang
Tuntas
Diagram 3. Grafik
afik P
Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari Praa S
Siklus ke Siklus I dan
dari Siklus I ke Siklus II
Berdasarkan diagram I di atas, dapat
keterampilan berpikir se
sebesar 58,29% dengan
dilihat peningkatan keterampil
pilan berpikir
kriteria cukup. Pada has
hasil observasi siklus II
kritis siswa mulai dari pra siklus,
klus, ke siklus I,
menunjukkan
dan siklus II pada hasil observa
observasi. Kondisi
keterampilan berpikir kr
kritis pra siklus sebesar
siswa
73,09% dengan kriteria
ia bbaik.
pada
pra
siklus
m
menunjukkan
keterampilan berpikir kritiss si
siswa masih
nilai
presentase
rata-rata
Berdasarkan diagr
agram II di atas, dapat
hasi
hasil
observasi
dilihat peningkatan ke
keterampilan berpikir
presentase
ntase
rata-rata
kritis siswa mulai darii pr
pra siklus, siklus I, dan
keterampilan berpikir kritis praa si
siklus sebesar
siklus II pada hasil angk
ngket. Pada hasil angket
42,40% dengan kriteria cukup.. K
Kondisi siswa
menunjukkan
pada siklus I menunjukkann ke
keterampilan
keterampilan berpikir kr
kritis pra siklus sebesar
berpikir kritis siswa siklus
us I mengalami
sebesar 58,84% dengan
an kriteria cukup. Hasil
peningkatan dari pra siklus, meski
eskipun target
angket keterampilan berp
berpikir kritis siswa pada
belum tercapai. Pada hasil obser
observasi siklus I
siklus I mengalami pe
peningkatan dari pra
menunjukkan
siklus
tergolong
rendah.
menunjukkan
nilai
nilai
Pada
presentase
ntase
rata-rata
9
menjadi
nilai
presentase
sebesa
besar
68,97%
rata-rata
dengan
kriteria baik. Pada hasil angket siklus I
kodisi akhir (siklus II) terjadi peningkatan
terdapat 2 indikator yang menunjukkan
hasil belajar siswa dari jumlah siswa yang
tercapainya target yaitu indikator nomor 2
tuntas 34,375% menjadi 78,125% atau terjadi
(menganalisis argument) dan indikator nomor
peningkatan sebesar 43,75 %.
9 (berinteraksi dengan orang lain). Pada hasil
Penelitian
ini
dapat
disimpulkan
angket siklus II menunjukkan nilai presentase
berhasil
rata-rata keterampilan berpikir kritis sebesar
keterampilan berpikir kritis belajar siswa yang
73,16% dengan kriteria baik pada siklus II.
diamati dan hasil belajar yang diukur telah
Terjadi peningkatan setiap siklusnya yang
mencapai
ditunjukkan dari nilai presentase keterampilan
Pembelajaran dengan model pembelajaran
berpikir kritis pra siklus sebesar 58,84%
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), dapat
dengan kriteria baik menjadi 68,97% dengan
membiasakan siswa untuk berpikir lebih kritis
kriteria baik pada siklus I, dan meningkat lagi
dalam menyelesaikan permasalahan maupun
menjadi 73,16% dengan kriteria baik pada
memaparkan hasil diskusi kelompok. Dengan
siklus II. Berdasarkan hasil observasi dan
demikian dapat diketahui bahwa model
hasil angket tersebut dapat disimpulkan
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
terjadi peningkatan keterampilan berpikir
Share (TPS) dapat digunakan sebagai salah
kritis siswa dari pra siklus ke siklus I dan
satu upaya untuk meningkatkan keterampilan
siklus I ke siklus II yang ditunjukkan dari
berpikir kritis terhadap pelajaran Teknik
peningkatan nilai presentase pada masing-
Pemesinan Bubut Kelas XI.
karena
masing-masing indikator
target
yang
ditetapkan.
masing indikator serta tercapainya target yang
telah ditentukan.
KESIMPULAN
Berdasarkan diagram III menunjukkan
Berdasarkan hasil analisis data dan
peningkatan hasil belajar siswa. Pada kondisi
pembahasan dapat disimpulkan 1) Penerapan
pra siklus nilai rata-rata hasil belajar 67,12
model pembelajaran kooperatif tipe Think
dengan jumlah siswa yang tuntas hanya 11
Pair
orang (34,375%), dan 21 orang lainnya
keterampilan berpikir kritis siswa pada mata
(65,625%) tidak tuntas. Pada siklus I, nilai
pelajaran Teknik Pemesinan Bubut di kelas
rata-rata hasil belajar 73,78 dengan jumlah
XI Teknik Mesin . Hal ini ditunjukkan pada
siswa yang tuntas 11 orang (34,375%), dan 21
peningkatan hasil observasi dan angket
orang lainnya (65,625%) tidak tuntas. Pada
keterampilan berpikir kritis siswa setiap
siklus II, nilai rata-rata hasil belajar 78,06
siklusnya
dengan jumlah siswa yang tuntas 25 orang
indikator kerja yang telah ditentukan yaitu
(78,125%) dan 3 orang yang tidak tuntas
minimal 70% pada masing-masing indikator.
(21,875%). Dari kondisi awal (pra siklus) ke
2) Penerapan model pembelajaran kooperatif
10
Share
(TPS)
ditunjukkan
dapat
dari
meningkatan
tercapainya
tipe
Think
Pair
Share
(TPS)
Baharudin, dan Wahyuni, E.W. (2010). Teori
Belajar
dan
Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Elder, Linda. (2007). Our Concept of Critical
Thinking. Foundation for Critical
Thinking. Diakses pada tanggal 17
Januari
2015
melalui
http://www.criticalthinking.org
dapat
meningkatan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Teknik Pemesinan Bubut di kelas
XI Teknik Mesin dengan adanya peningkatan
presentase siswa yang tuntas KKM dari
jumlah siswa yang tuntas 34,375% menjadi
Fisher, Alec. (2009). Berpikir Kritis Sebuah
Pengantar.
Jakarta:
Penerbit
Erlangga.
78,125% atau terjadi peningkatan sebesar
43,75%.
berpikir kritis terhadap guru pada saat
Herianingtias, Nur L R. (2015). Implementasi
Pendekatan
Saintifik
Melalui
Discovery
Learning
dalam
Peningkatan Keterampilan Berpikir
Kritis Pembelajaran IPA di Kelas IV
SD Negeri 1 Kebumen Tahun Ajaran
2014/2015. Diakses pada tanggal 10
Januari
2014,
dari
http://digilib.uns.ac.id
Herlina, Fitrihidajati, dkk. (2010). Penerapan
Perangkat Pembelajaran Biologi
Berbasis Kooperatif Tipe Think Pair
Share (TPS) untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis
di
SMA Sejahtera Surabaya. Diakses
pada tanggal 10 Januari 2014, dari .
http://download.portalgaruda.org
menyajikan
Huda,
SARAN
1. Guru hendaknya dapat menyajikan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) dengan baik mulai dari
persiapan sampai evaluasi, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa
pada
mata pelajaran Teknik Pemesinan Bubut.
2. Dalam pembelajaran, siswa hendaknya
dapat memberikan respon yang baik serta
materi
pelajaran
Teknik
Pemesinan Bubut sehingga siswa dapat
Kauchak, Don, dan Eggen Paul. 2012.
Strategi dan Model Pembelajaran:
Mengajar Konten dan Keterampilan
Berpikir Terjemah Satrio Wahono.
Jakarta: PT. Indeks.
menguasai dan memahami materi yang
disampaikan oleh guru.
3. Hendaknya penelitian ini dapat digunakan
sebagai
acuan
penelitian
Miftahul.
(2013).
Cooperative
Learning. Jakarta: Pustaka Pelajar.
selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Kurniasari, Yuyun. (2014). Pengaruh
Pembelajaran
IPS
Terpadu
Terhadap Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Bermakna pada
Siswa. Diakses pada tanggal 10
Januari
2014,
dari
http://repository.upi.edu
Annurahman.
(2009).
Belajar
dan
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan Jakarta: Bumi
Aksara.
Kusaeri, dan Suprananto. (2012). Pengukuran
dan
Penilaian
Pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Murti, Bisma. (2010). Berpikir Kritis. Diakses
pada tanggal 10 Januari 2014, dari
dengan mengaitkan
aspek-aspek
yang
belum diungkap.
11
http://www.scribd.com/doc/3793297
3/Berpikir-Kritis-Prof-Bhisma-Murti
Share) Pada Kelas XI IPS 5 SMA
Negeri 2 Surakarta. Skripsi Tidak
Dipublikasikan. Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
Wahidmurni,
dkk.
(2010).
Evaluasi
Pembelajaran (Kompetensi dan
Praktik).Yogyakarta: Nuha Litera.
Widarti, A. (2007). Efektifitas Penggunaan
Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think-Pair-Share Terhadap
Hasil Belajar Bahasan Segi Empat
Pada Siswa kelas VII Semester 2.
Diakses pada tanggal 10 Januari
2014,
dari
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/cgibin/library
Winataputra, dkk. (2011). Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Permitasari, Febri, dkk. (2012). Penerapan
Model Pembelajaran Think Pair
Share
Berbasis
Keterampilan
Berpikir Kritis untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas VII-F
SMP N 18 Malang. Diakses pada
tanggal 1 Januari 2014, dari
http://jurnal-online.um.ac.id
Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riduwan. (2010). Dasar-dasar Statistika.
Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. (2009). Strategi Pembelajaran
Berorientasi
Standar
Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sardiman A.M. (2010). Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rajawali Pers.
Siburian, Tiur Asih. (2013). Improving
Students’ Achievement On Writing
Descriptive Text Through Think Pair
Share. Diakses pada tanggal 24
Januari
2014,
dari
http://digilib.unimed.ac.id
Siregar, Syofian. (2013). Statistika Deskriptif
untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali
Pers.
Sugiyanto.
(2009).
Model-Model
Pembelajaran Inovatif. Surakarta:
Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13
FKIP UNS Surakarta.
Sugiarto, Dino, dan Sumarsono, Puji. (2014).
The Implementation of Think-PairShare Model to Improve Students’
Ability In Reading Narrative Texts”.
Diakses pada tanggal 24 Januari
2014,
dari
http://ijee.org/yahoo_site_admin/asse
ts/docs/21.184151514.pdf
Suyono, dan Hariyanto. (2011). Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Trianto. (2010). Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom
Action
Research).
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Triyastuti, Tutut Febri. (2010). Upaya
Peningkatan Hasil Belajar Ekonomi
Akutansi Dengan Pembelajaran
Kooperatif Tipe TPS (Think Pair
12