Penerapan model pembelajaran cooperative teknik think pair square (Tps) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih kelas VIII H di Mts pembangunan uin Jakarta

(1)

Skirpsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Gilang Ogi Saputra (1111011000016)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Kata kunci : Model Pembelajaran Cooperative Teknik Think Pair Square (Tps), Hasil Belajar, Fiqih

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Teknik Think Pair Square(Tps) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih kelas VIII H di MTs Pembangunan Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus, tiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus dihentikan ketika indikator keberhasilan, yakni semua siswa telah mencapai ketuntasan belajar yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran fiqih kelas VIII yaitu 78. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar Fiqih siswa pada setiap siklus. Peningkatan hasil belajar ditunjukan dengan rata-rata N-Gain pada siklus I sebesar 41% dan terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 79%, siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 56% pada silus I dan pada siklus II semua siswa telah mencapai ketuntaan belajar. Peningkatan hasil belajar dari siklus I ke II dikarenakan perbaikan dalam penerapan TPS setelah mengevaluasi kegiatan proses belajar dan hasil belajar. Dari hasil observasi pada proses pembelajaran, siswa meyukai pembelajaran Fiqih dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Square. Siswa menjadi lebih aktif dan proses pembelajaran menjadi menyenangkan. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran teknik Think Pair Square sangat efektif, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar Fiqih.


(6)

MTs Pembangunan Jakarta.

Keywords: The Cooperative Learning Model Technique Think Pair Square (Tps), Learning Result, Fiqh.

This study aims to indicate the Cooperative Learning Model Technique Think Pair Square, to improve the student learning result on fiqh subject class VIII H in Mts Pembangunan Jakarta. This study method is Classroom Active Research which includes from two cycle, each cycles encompass planning, implementation, observation, and reflection. Cycle is stopped when the success indicator, it is all students who have achieved mastery on learning which is assigned by the school for fiqh subject class VIII, is 78. The study results indicate any improvement on the student learning result on fiqh subject in every cycle. The improvement on student learning result indicated by the N-Gain average on cycle I is 41% and there is any improvement on cycle II become 79%, the student who achieved the mastery on learning is 56% on cycle I and cycle II. All students have achieved mastery on learning. From the observation result on the learning process, students like the fiqh subject by using cooperative learning techniques Think Pair Square. Students become more active and the learning process became enjoyable. It can be conclude that learning by using model learning technique Think Pair Square is very effective, so it can improve the learning result on fiqh subject.


(7)

ii

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Rabb semesta alam yang selalu memberikan rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Teknik Think Pair Square (Tps) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih kelas VIII H di MTs Pembangunan Jakarta. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, para tabi’in, dan kepada seluruh umatnya. (Amin). Semoga kita mendapatkan syafaatnya nanti di yaumul akhir.

Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan kami sangat terbatas, sehingga banyak kekurangan dalam skripsi ini, dan masih jauh dari kesempurnaan. Namun dengan adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi terselesaikan. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 3. Ibu Marhamah Saleh, Lc, MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Bapak Drs. H. Ghufron Ihsan, MA., selaku dosen pembimbing yang dengan tulus ikhlas dan dengan segala kesabarannya telah memberikan bimbingan sehiingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan membimbiing penulis selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Pimpinan pepustakaan, para staf dan para karyawan, baik perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kemudahan dalam penggunaan sarana perpustakaan.

7. Orang tua tercinta , ayahanda Kusnodo dan ibuda Khayati yang dengan penuh kasih sayang dan perhatiannya yang tulus, serta dengan kesabaran selalu memberikan dorongan baik


(8)

(9)

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQOSAH

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL, GRAFIK DAN GAMBAR... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS... 6

A. Landasan Teori ... 6

1. Pembelajaran Kooperatif ... 6

a. Hakikat dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 6

b. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif ... 11

2. Teknik PembelajaranThink Pair Square... 14

a. Hakikat Teknik PembelajaranThink Pair Square... 14

b. Keunggulan Teknik PembelajaranThink Pair Square... 17

c. Langkah-langkah Teknik PembelajaranThink Pair Square... 17

3. Hasil Belajar ... 19

a. Hakikat dan Urgensi Hasil Belajar ... 19

b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 20

4. Pembelajaran Fiqih di MTs ... 21

a. Hakikat dan Urgensi Pembelajaran Fiqih di MTs ... 21

b. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih di MTs kelas VIII ... 23


(10)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 28

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 28

C. Subjek Penelitian ... 30

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 31

E. Tahap Intervensi Tindakan ... 31

F. Hasil Intervensi yang Diharapkan ... 34

G. Data dan Sumber Data ... 34

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 34

I. Teknik Pengumpulan Data ... 35

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ... 36

K. Teknik Analisis Data dan Interprestasi Data ... 39

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN... 41

A. Kondisi Obyektif Sasaran Penelitian ... 41

B. Deskripsi Data Hasil pengamatan Efek/Hasil Intervensi Tindakan ... 49

C. Analisis Data Hasil Belajar ... 53

D. Interprestasi Hasil Analisis ... 60

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

BAB V PENUTUP... 76

A. Kesimpulan... 76

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA... 78


(11)

Tabel : 4.3 Hasil Belajar Siswa Mapel Fiqih Siklus I... 54

Tabel : 4.4 Hasil Belajar Siswa Mapel Fiqih Siklus II... 57

Tabel : 4.5 Skor Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II... 60

Tabel : 4.6 Aktivitas Siswa Siklus I... 63

Tabel : 4.7 Aktivitas Guru Siklus I ... 64

Tabel : 4.8 Aktivitas Siswa Siklus II ... 70

Tabel : 4.9 Aktivitas Guru Siklus II... 71

Grafik 4.1 Hasil Belajar Siklus I... 56

Gambar 2.1 Langakah-langkah Pembelajaran Think Pair Square ... 18

Gambar 3.1 Siklus PTK... 29


(12)

Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I ... 95

Lampiran 4 Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I... 96

Lampiran 5 Hasil Belajar Siklus I... 99

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Silus II ... 101

Lampiran.7 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II... 113

Lampiran 8 Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II ... 114

Lampiran 9 Hasil Belajar Siklus II... 116

Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 118

Lampiran 11 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I... 120

Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II... 123

Lampiran 13 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 125

Lampiran 14 Catatan Lapangan Siklus I... 127

Lampiran 15 Catatan Lapangan Siklus II... 128

Lampiran 16 Hasil Wawancara Siswa ... 129

Lampiran 17 Hasil Wawancara Guru... 133

Lampiran 18 Materi Pembelajaran... 134

Lampiran 19 Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Butir Soal ... 134


(13)

1

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan suatu negara. Dalam agamapun pendidikan merupakan kewajiban yang harus ditempuh agar manusia memperoleh derajat yang tinggi dihadapan Allah SWT. seperti dalam firman-Nya :

……































Artinya : “….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(Al- Mujadillah (58): 11)1

Ayat diatas menunjukkan bahwa orang berilmu akan diberikan derajat yang tinggi dihadapan Allah, karena orang yang memiliki ilmu akan memanfaatkan ilmunya bagi dirinya sendiri dan orang lain. orang yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan luas akan dihormati oleh orang lain, diberi kepercayaan untuk mengendalikan atau mengelola apa saja yang terjadi dalam kehidupan ini. Ini artinya tingkatan orang yang beriman dan berilmu lebih tinggi di banding orang yang tidak berilmu. Akan tetapi perlu diingat bahwa orang yang beriman, tetapi tidak berilmu, dia akan lemah. Oleh karena itu, keimanan seseorang yang tidak didasari atas ilmu pengetahuan tidak akan kuat. Begitu juga sebaliknya, orang yang berilmu, tetapi tidak beriman, ia akan tersesat. Karena ilmu yang dimiliki bisa jadi tidak untuk kebaikan sesama.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu juga bertujuan untuk

1

Departemen Agama RI, Al-Qur’an danterjemahnya, (Jakarta : Proyek pengadaan kitab Suci Al-Qur’an, 1984), h.109


(14)

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.2

Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.

Peningkatan kualitas pendidikan dicerminkan oleh hasil belajar siswa, sedangkan keberhasilan atau hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang bagus. Keberhasilan untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu adanya pengembangan dan pembaharuan bidang pendidikan anatara lain adalah pembaharuan model pembelajaran. Model pembelajaran tersebut hendaknya mendukung tercapainya pengajaran yaitu agar siswa dapat berpikir aktif dan diberi kesempatan untuk mencoba dalam berbagai kegiatan belajar.

Salah satu pelajaran yang dilaksanakan pada tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) adalah mata pelajaran fiqih. Mempelajari ilmu fiqih berguna dalam memberi pemahaman tentang berbagai aturan secara mendalam. Dengan itu orang akan tahu aturan-aturan secara rinci mengenai kewajiban dan tanggung jawab terhadap tuhannya, hak dan kewajiban dalam rumah tangga dan dalam kehidupan bermasyarakat; juga mengetahui tatacara shalat, zakat, puasa haji dan ibadah laianya. Selain itu ilmu fiqih juga berguna sebagai patokan untuk bersikap dalam menjalani hidup. Artinya, seseorang akan mengetahui perbuatan yang wajib,sunah,mubah,makruh dan haram.3

2

Undang-undang RI. no. 20 tahun 2003. Tentang Pendidikan nasional, (Bandung: Citra umbara), h, 5

3

H.A.Djazuli,Ilmu Fiqih Penggalian Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 31


(15)

Dalam realita, pembelajaran fiqih di madrasah masih didominasi dengan cara atau model pembelajaran tradisional yaitu ceramah. Model tersebut dinilai membosankan bagi para siswa di madrasah, karena dalam model pembelajaran fiqih masih banyak menekankan pada aspek penalaran atau hapalan. Menghapal tentu ada gunanya, namun kalau kemudian menjadi dominan dan seluruh materi harus dihafal, maka akan melahirkan anak-anak didik yang kurang kreatif dan tidak berani mengungkapakan pendapatnya sendiri. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kemudian siswa menjadi malas dan kurang bersemangat dalam pelajaran ini. Hal ini tentunya yang menyebabkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih rendah. Selain itu pelajaran fiqih juga kurang dianggap penting disbanding pelajaran yang lain, seperti pelajaran yang diikut sertakan di ujian.

Sebagaimana dialami dalam satu kelas, terdiri dari siswa yang berlainan satu dengan yang lainya. Mereka berbeda dalam hal bakat, pengalaman, kecerdasan, dan motivasi belajar. Bagi siswa yang memiliki kecerdasan rendah akan mengalami kesulitan ketika diberikan suatu masalah untuk diselesaikan. Berbeda halnya dengan siswa yang pandai, dalam mengerjakan permasalahan yang diberikan guru tidak akan terlalu kesulitan. Untuk itu diperlukan model yang didalamnya terdapat kerjasama antar siswa, agar yang pandai bisa memberi pengalaman belajarnya kepada yang kurang pandai dan sebaliknya bagi siswa yang kurang pandai bisa bertanya kepada siswa yang pandai.

Untuk itu diperlukan solusi pembelajaran yang tepat, agar siswa aktif dan mampu mengembangkan pikiranya terhadap materi yang dipelajari, serta solusi pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih baik bagi siswa, agar hasil belajar fiqih mengalami peningkatan, salah satunya dengan menggunakan pembelajaran cooperative teknik think pair square. Think pair square adalah suatu model pembelajaran yang membuat siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih baik, dimana siswa saling bertukar pendapat,


(16)

saling berpikir kritis, dan saling membantu permasalah yang sedang dibahas pada pelajaran fiqih. sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fiqih.

Teknik think pair square adalah struktur kegiatan pembelajaran gotong-royong dengan memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan siswa lain. Dalam pengelompokanya siswa-siswa dipasangkan secara heterogen baik dari segi kemampuan akademik, maupun kelamin.4

Dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat dan melakukan penelitian terhadap masalah ini dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Teknik Think Pair Square (Tps) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih kelas VIII H di Mts Pembangunan UIN Jakarta

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan adanya beberapa masalah sebagai berikut;

1. Hasil belajar fiqih yang masih rendah

2. Metode yang digunakan guru masih menggunakan metode tradisional 3. Pembelajaran masih berpusat pada guru (Teacher Center)

4. Kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran fiqih

C. Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan penelitian dan tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda, Penelitian ini memfokuskan pada masalah Penerapan model pembelajaran cooperativeteknik think pair squaredalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII H di MTs Pembangunan UIN Jakarta.

4

Anita Lie,Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang


(17)

D. Perumusan Masalah

Penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Apakah penerapan model pembelajaran cooperative teknik think pair square dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII H di MTs Pembangunan UIN Jakarta?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran cooperative teknik think pair square dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII H di MTs Pembangunan UIN Jakarta.

F. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharap bermanfaat bagi ;

1. Bagi guru Fiqih dapat menjadikan model pembelajaran cooperativeteknik think pair square sebagai salah satu alternative untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan efektif.

2. Bagi siswa dapat memberikan motivasi, keaktifan dalam belajar dan meningkatkan interaksi social dengan siswa lain dalam kegiatan pembelajaran.

3. Bagi penulis agar dapat menambah pengetahuan tentang model kooperatif thiks pair squaredalam meningkatkan hasil belajar dan dapat menerapkan dalam proses belajar mengajar dengan baik.


(18)

6 A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Kooperatif

a. Hakikat dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Kooperatif mengandung pengertian bekerja dalam mencapai tujuan bersama. Dalam pengertian kooperatif terjadi pencapaian tujuan secara bersama-sama yang sifatnya merata dan menguntungkan setiap

anggota kelompoknya. “Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai dengan 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen”1. Keberhasilan dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individu maupun secara kelompok.

Selain itu, menurut Slavin (Pakar dan pengembang pembelajaran kooperatif), sebagaimana dikutip oleh Tukiran,dkk. mengatakan Kooperatif Learning atau pembelajaran kooperatif yaitu “In cooperative learning methods, student work together in four member team to master material initially presented by the teacher.”2 Dari penjelasan tersebut dapat dikemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model

1

Abdul Majid,Strategi Pembelajaran,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013 ) h. 174

2

Tukiran Taniredja.dkk,Model-Model Pembelajaran Inovatif dan


(19)

pembelajaran dimana peserta didik belajar dalam kelompok kecil, saling bekerja sama, dimana anggotanya terdiri dari 4-6 orang.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran gotong royong, yaitu system pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas terstrutur. Dapat dikatakan pembelajaran kooperatif dapat berjalan jika sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja sama secara terarah untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.3Dalam pembelajaran kooperatif ini siswa bukan saja mendapat pengetahuan dari guru saja, akan tetapi siwa juga mendapat pengetahuan dari rekan siwa lainya yang saling mengajar.

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara homogen. Pembagian kelompok homogen cenderung siswa merasa tidak adil, sehingga menyebabkan suasana belajar yang kurang kondusif. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang berincikan : memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti, fakta, keterampilan, nilai,konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, serta pengetahuan, nilai dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. keaktifan siswa sangat membantu untuk meningkatkan nilai akademis sosial.4

Pembentukan kelompok pada pembelajaran kooperatif adalah heterogen untuk memaksimalkan keberagaman siswa dalam kelas.

3

Anita Lie,Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di

Ruang Kelas,(Jakarta: Grasindo, 2014), h. 12

4

Agus Suprijono,Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM,


(20)

Kelompok heterogen adalah cermin dari kelas, termasuk anak laki-laki maupun perempuan yang pintar, sedang dan lemah dengan perbedaan etnisitas dan bahasa. Keberagaman tingkat pencapaian memaksimallkan pengajaran sejawat dan berguna sebagai bantuan untuk pengelolaan kelas.5

Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Made

Wena adalah “ Saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, tanggung jawab individu untuk mencapai keberhasilan kelompok dan keterampilan menjalin hubungan antarpribadi”6.

Johnson dan Sutton yang dikutip oleh Trianto mengemukakan terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu :

Pertama, saling ketergantugan yang bersifat positif antar siswa. Dalam belajar kooperatif setiap siswa merasa sedang berkerja bersama dalam mencapai tujuan belajar. Setiap siswa tidak akan sukses jika semua anggotanya tidak sukses. Siswa juga akan merasa menjadi anggota kelompok jika ia ikut andil dalam suksesnya kelompok tersebut.

Kedua, interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, akan terjadi dalam hal siswa akan membantu siswa lain dalam mengerjakan tugas yang diberikan dan untuk sukses dalam kelompok. Saling membantu dalam kelompok terjadi karena kegagalan yang dialami seseorang yang akan memperngaruhi suksesnya kelompok. Interaksi dalam pembelajaran kooperatif adalah dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.

Ketiga, Tanggung jawab individual. tanggung jawab individual terjadi ketika siswa membantu siswa lain dan juga pada pertanggung jawaban siswa terhadap kelompok tersebut, siswa bukan hanya ikut

5

Shlomo sharan, The Handbook ofCooperative Learning: Inovsi Pengajaran dan

Pembelajaran untuk Mengacu Keberhasilan Siswa di Kelas,(Yogyakarta:Istana Media),

h. 171

6

Made Wena, Strategi pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi askar, 2009), h. 191


(21)

sebagai anggota, akan tetapi harus berpartisipasi dalam kelompok tersebut.

Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain siswa dituntut memahami dan mempelajari yang sedang dibahas, siswa juga dituntut bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dan bagaimana caranya mengungkapkan ide dalam kelompok.

Kelima, Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok akan terjadi jika saling anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan kelompoknya.7

Jadi pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang di dalamnya terdapat kerjasama antar anggota kelompok yang memiliki karakteristik dan kemampuan berbeda-beda untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan. Dalam pembelajran kooperatif tidak hanya belajar kelompok, tetapi ada tanggung jawab yang bersifat kooperatif sehingga terjadi interaksi aktif antar anggota kelompok untuk memahami mata pelajaran. Dalam pembeajaran kooperatif diskusi dan komunikasi dikembangkan, hal ini bertujuan agar peserta didik saling bertukar pikiran, berpikir kritis dan saling menyampaikan pendapat, saling membantu masalah yang sedang dibahas dan saling menilai kemampuan antar individu ataupun kelompok.

Menurut Rusman “Model pemebelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan social.”8

7

Trianto.S.Pd,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana), h. 60

8

Rusman,Model-Model Pembelajaran Pengembangan Profesionaisme Guru ,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 209


(22)

Pada pembelajaran kooperatif ini siswa dibagi menjadi kelompok kecil dimana didalamnya siswa yang memiliki keberagaman yang tidak sama dituntut bekerjasama, saling membantu dan saling memberi ide-ide terhadap topik dan masalah yang sedang dibahas. Pembelajaran kooperatif juga memudahkan siswa dalam mengatasi materi-materi yang sulit.

Selain dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, pembelajaran kooperatif juga menuntut siswa agar menerima keragaman yang berbeda yang dimiliki anggota kelompok. Dalam kelompok yang telah dibagi secara heterogen akan mengelompokkan siswa secara acak, sehingga dalam setiap kelompok tidak semuanya laki-laki dan tidak semuanya perampuan, begitu juga dalam kelompok tidak semua anggotanya memiliki kemampuan akademik yang baik. Disinilah para siswa dituntut agar memahami siswa lain dalam kelompoknya agar mencapai tujuan belajar bersama. Pemahaman ini bisa berupa penilaian terhadap teman, menghargai pendapatnya, hingga menyampaikan ide dalam materi yang dijelaskan. Dalam pembelajaran kooperatif juga menguntungkan siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi dan yang rendah. Siswa yang memiliki kemampuan baik akan menjadi tutor siswa lain yang kemampuanya ada dibawahnya, sehingga siswa yang dibawah akan terbantu oleh tamanya. Siswa yang akademiknya tinggi akan memiliki tambahan pengalaman dan meningkatkan kemampuan akademiknya. Karena dalam menjadi tutor membutuhkan pemikiran lebih dalam tentang hubugan ide-ide yang terdapat dalam materi tertentu.

Keterampilan sosial juga dikembangkan dalam pembelajran kooperatif. Dalam kelompok belajar yang heterogen pastinya terdiri dari berbagai latar belakang yang berbeda sehingga dalam mencapai tujuan memerlukan keterampilan sosial. Keterampilan tersebut diantaranya yaitu


(23)

melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komonikasi antaranggota kelompok, sedang peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antaranggota kelompok selama kegiatan berlangsung.9

Pembelajaran Kooperatif mempunyai beberapa tujuan, diantaranya :

1) Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model pembelajaran kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.

2) Agar siswa dapat menerima teman-temanya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang.

3) Mengembangkan keterampilan social siswa; berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.10

b. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam model diantaranya yaitu :

1) Jigsaw

Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dkk, di Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh Slavin dkk di Universitas Jhon Hopkins. Pembelajaran kooperatif jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif yang menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil.

9

Ibid, h,210

10


(24)

Dalam terapan tipe jigsaw, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan lima atau enam kelompok belajar heterogen. Materi pelajaran diberikan pada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari bahan yang diberikan. Anggota dari kelompok yang lain mendapat tugas topik yang sama, yakni berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersbut.11

2) Student Team Achievement Division (STAD)

Student Team Achievement Division (STAD), merupakan model pembelajaran yang pertama kali dikembangkan oleh Robert Slavin dkk di Universitas John Hopkins.

Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin dan sukunya. Sang guru memberikan suatu pelajaran, dan kemudian siswa-siswa di dalam kelompok itu memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran itu. Selanjutnya, semua siswa menjalani kuis perorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak bisa saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang sebelumnya, dan nilai-nilai diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya. Nilai-nilai itu kemudian dijumlah untuk mendapatkan nilai kelompok, dan

11


(25)

kelompok yang bisa mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikasi atau hadiah-hadiah yang lainnya.12

3) Mencari Pasangan ( Make a Match)

Teknik belajar mengajar mencari pasangan (make a match) dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran.

4) Kepala Bernomor (Number Heads)

Teknik belajar mengajar kepala bernomor (Number Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

Tahapan pertama yaitu, siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor. Tahap kedua, guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakanya. Tahap ketiga, kelompok memastikan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabanya. Pada tahapan keempat guru memanggil salah satu nomor.13

5) Snowball Thorwing (Melempar Bola Salju)

Teknik Snowbal Thorwing merupaka metode pembelajaran kooperatif yang membuat siswa membuat dan menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui suatu permainan,

12

Shlomo sharan, op.cit, h.5

13


(26)

dengan permaian melempar kertas yang berisi soal yang telah dibuat siswa.14

6) Berpikir Berpasang Berempat (Think Pair Square)

Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain teknik ini adalah mongoptimalkan partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa yang maju dan membagikan hasilya untuk seluruh kelas, teknik berpikir berpasang berempat ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada para setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka pada orang lain.

2. Teknik Pembelajaran Think Pair Square a. Hakikat Pembelajaran Think Pair Square

Model pembelajaran kooperatif tipetink-pair-squaremerupakan modifikasi dari model pembelajaran kooperatif tipetink-pair-shareyang dikembangkan oleh Spencer Kangan pada tahun 1933. Think-Pair-Squarememberikan kesempatan kepada siswa mendiskusikan ide-ide dan memberikan suatu pengertian bagi mereka untuk melihat cara lain dalam menyelesaikan masalah. Jika sepasang siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, maka sepasang siswa yang lain dapat menjelaskan cara menjawabnya. Selanjutnya, jika permasalahan yang diajukan tidak memiliki suatu jawaban benar, maka dua pasang dapat mengkombinasikan hasil mereka dan membentuk suatu jawaban yang lebih menyeluruh.15

14

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Teori, (Bandung: Refika Aditama), h. 67

15


(27)

Dalam islam juga dijelaskan bahwa muslim dalam menyelesaikan masalah dianjurkan dengan mermusyawarah seperti dalam firman Allah di bawah ini:





































Artinya : “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka

menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.”

(Asy-Syuura 42: 38)16

Dalam ayat ini teranglah, bahwa urusan kaum Muslimin itu ialah dengan bermusyawarat (bermufakat, bertukar pikiran) antara sesamanya. Urusan negeri, perkumpulan, pendidikan, dan sebagainya, hendaklah dengan bermusyawarah lebih dahulu, sebelum memutuskan suatu keputusan. Denga jalan begini akan teraturlah urusan kaum Muslimin dan hiduplah mereka dengan aman dan damai.17

Dalam Islam mengibaratkan persaudaraan dan pertalian sesama muslim itu seperti satu bangunan, di mana struktur dan unsur bangunan itu saling membutuhkan dan melengkapi, sehingga menjadi sebuah bangunan yang kokoh, kuat dan bermanfaat lebih.

Rasulullah saw. bersabda:

:

16

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Jakarta : Proyek pengadaan kitab Suci Al-Qur’an, 1984), h.109

17


(28)

:

)

(

Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. dari Nabi Muhammad saw bersabda:

“Orang mukmin itu bagi mukmin lainnya seperti bangunan,

sebagiannya menguatkan sebagian yang lain. Kemudian Nabi Muhammad menggabungkan jari-jari tangannya. Ketika itu Nabi Muhammad duduk, tiba-tiba datang seorang lelaki meminta bantuan. Nabi hadapkan wajahnya kepada kami dan bersabda: Tolonglah dia, maka kamu akan mendapatkan pahala. Dan Allah menetapkan lewat lisan Nabi-Nya apa yang dikehendaki.” (H.R Imam Bukhari)18

Model pembelajaran kooperatif tipeThink-Pair-Squaredigunakan untuk meningkankan kemampuan berpikir, berkomunikasi, dan mendorong siswa untuk berbagi informasi dengan siswa lain. Dalam pembelajaran kooperatif tipeThink-Pair-Square membagi siswa ke dalam kelompok secara heterogen yang terdiri dari empat orang.

Kelompok yang terdiri dari empat orang adalah yang ideal. Kelompok ini memungkinkan untuk melakukan kerja berpasangan, yang menggandakan partisipasi dan membuka kesempatan berkomunikasi dua kali lebih banyak dibandingkan kelompok yang beranggotakan tiga orang. Kelompok yang beranggotakan lebih dari empat akan menungkinkan kurangnya partisipasi yang cukup dari anggotanya dan susah diatur. Sedangkan apabila kelompok beranggotakan tiga orang akan menimbulkan satu pasangan dan satu anggota tersaing.19

18

Shahih Bukhori, Juz 18 no 5567

19


(29)

b. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Square

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Squarememiliki keunggulan diantaranya adalah:

1) Optimalisasi partisipisasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan memberi kesempatan kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada siswa lain.

2) Siswa dapat meningkatkan motivasi dan mendapatkan rancangan untuk berpikir, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam menguji ide dan pemahamannya sendiri. 3) Siswa akan lebih banyak berdiskusi, baik pada saat berpasangan,

dalam kelompok berempat, maupun dalam diskusi kelas, sehingga akan lebih banyak ide yang dikeluarkan siswa dan akan lebih mudah dalam merekonstruksi pengetahuannya.

4) Setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi dengan siswa yang lebih pintar ataupun dengan siswa yang lebih lemah. 5) Dalam kelompok berempat, guru lebih mudah membagi siswa

untuk berpasangan.

6) Dominasi guru dalam pembelajaran semakin berkurang. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa untuk berusaha mengerjakan tugas dengan baik.20

c. Langkah-langkah Teknik PembelajaranThink Pair Square

Menurut Lie langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe Think-Pair-Square adalah sebagai berikut.21

20

Anita Lie,op.cit, h. 57

21


(30)

Gambar 2.1

Langakah-langkah Pembelajaran Think Pair Square

Keterangan :

S1,S2,S3,S4–S16 = Siswa

G = Guru

= Interakasi

Tahap I: Pendahuluan

Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan empat siswa.

Guru memberikan tugas atau masalah tentang materi yang dibahas kepada setiap kelompok yang telah dibagi


(31)

Tahap II:Think (berpikir sendiri)

Setiap siswa memikirkan jawaban masing-masing dan mengerjakan secara mandiri tugas atau masalah yang telah diberikan guru, meskipun dalam kelompok ada empat siswa.

Tahap III :Pair (Berpasangan)

Guru meminta siswa agar berpasang-pasangan dengan seorang siswa yang ada dalam kelompok berempat, agar saling mendiskusikan ide-ide yang telah didapat setelah memikirkan sendiri.

Tahap IV :Square (Berempat)

Kedua pasangan dalam kelompok berempat saling bertemu dan saling berdiskusi. Setiap siswa berkesempatan mebagikan hasil kerja dan pemikiranya baik hasil sendiri, maupun hasil setelah berdiskusi pada tahappair(berpasangan).

3. Hasil Belajar

a. Hakikat dan Urgensi Hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Horward Kingsley sebagaimana yang telah dikutip oleh Nana membagi tiga macam hasil belajar, yaitu : (a) Keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan keterampilan, (c) sikap dan cita-cita.22

Hasil belajar adalah suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri peserta didik. Hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk, yakni: Pertama peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang diinginkan. Kedua, mereka mendapatkan perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik

22

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009), h. 22


(32)

setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi kesenjangan antara penampilan perilaku yang sekarang dengan perilaku yang diinginkan. Kesinambungan tersebut merupakan dinamika proses belajar sepanjang hayat dan pendidikan yang berkesinambungan.23

Menurut Benyamin Bloom sebagaimana dikutip Nana, hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu :

1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,sintesis,dan evauasi.

2) Ranah afektif berkenaan dengan sifat yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Yakni gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.24

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil atau kemampuan yang diperoleh atau dicapai oleh siswa yang diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengalaman belajar. Hasil belajar diperoleh dari kegiatan penilaian dan yang diharapkan adanya perubahan tingkah laku.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berikut faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar, diantaranya yaitu :

1) Faktor Internal

23

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah,(Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009), h. 208

24


(33)

a) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan yang lemah dan capek, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya semua akan membantu dalam proses dan hasil belajar. b) Faktor Psikologis

Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi yang berbeda-beda. Beberapa faktor psikologis diantaranya meliputi intelegensi, perhatian, minat, dan bakat, motif. Motivasi, kognitif dan daya nalar.

2) Faktor Eksternal a) Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat pula berupa lingkungan sosial.

b) Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Seperti kurikulum, sarana, fasilitas dan guru.25

4. Pembelajaran Fiqih di MTs

a. Hakikat dan Urgensi Pembelajaran Fiqih

Mata pelajaran fiqih adalah salah satu bagian dari Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang Fiqih ibadah dan muamalah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan taharah, shalat, puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan ibadah haji,

25

Yudhi Munadi,Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru,(Jakarta : PT. Gaung Persada Press, 2008), h. 32


(34)

serta ketentuan tentang makanan dan minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.

Adapun menurut bahasa fiqih berarti “faham yang mendalam, mengetahui batinnya sampai kedalam. Secara istilah fiqih adalah ilmu tentang hukum-hukum syar’I yang bersifat amaliyah, yang digali dan dikemukan dari dalil-dalil yang tafshili.”26.

Adapun menurut istilah, kata fiqih adalah ilmu halal dan haram, ilmu syariat dan hukum sebagaimana dikemukakan oleh Al-Kassani yang dikutip oleh Sapiudin.27

Dalam peristilahan syar’i, ilmu fiqih dimaksudkan sebagai ilmu yang berbicara tentang hukum-hukum syar’i amali (praktis) yang penetapannya diupayakan melalui pemahaman yang mendalam terhadap dalil-dalilnya yang terperinci dalam nash (Alquran dan Hadist).

Hukum syar’i yang dimaksud dalam definisi diatas adalah segala perbuatan yang diberi hukumnya itu sendiri dan diambil dari syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Adapun kata ‘amali dalam definisi ini dimaksudkan sebagai penjelasan bahwa yang menjadi obyek kajian ilmu ini hanya berkaitan dengan perbuatan (‘amaliyah) mukallaf dan tidak termasuk keyakinan atau iktikad (‘aqidah) dari mukallaf itu. Sedangkan dalil-dalil terperinci (al-tafshili) maksudnya adalah dalil-dalil yang terdapat dan terpapar dalamnashdi mana satu persatunya menunjuk pada satu hukum.28

Dasar yang mendorong manusia untuk mempelajari ilmu fiqih menurut Nazar Bakry diantaranya sebagai berikut :

1) Untuk mencari kefaham dan pengertian tentang ajaran Islam.

26

Zurinal.Z,&Aminudin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah,2008). H.5

27

Sapiudin Shidiq,Ushul Fiqh),(Jakarta: Kencana,2011), h,4

28

Alaidin Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 2


(35)

2) Untuk mempelajari hukum-hukum Islam yang berhubungan dengan kehidupan manusia.

3) Memperdalam pengetahuan dalam hukum-hukum agama dalam bidang ibadat dan mu’amalat.29

b. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih di MTs

Ruang lingkup fikih di Madrasah Tsanawiyah meliputi aturan dan ketentuan tentang pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia dengan sesama manusia. Adapun ruang lingkup mata pelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah di kelas meliputi : 1) Aspek fikih ibadah meliputi: ketentuan dan tatacara taharah, salat fardu, salat sunnah, dan salat dalam keadaan darurat, sujud, azan dan iqamah, berzikir dan berdoa setelah salat, puasa, zakat, haji dan umrah, kurban dan akikah, makanan, perawatan jenazah, dan ziarah kubur.

2) Aspek fikih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual beli, qirad, riba, pinjam- meminjam, utang piutang, gadai, dan borg serta upah.30

c. Metode Pembelajaran dalam Mengajarkan Fiqih di MTs

Selama ini metode yang diterapkan dalam pembelajaran fiqih di MTs diantaranya yaitu :

1) Metode Ceramah

Yang dimaksud dengan metode ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap murid di dalam kelas.

29

Nazar Bakry,Fiqih dan Ushul Fiqih,(Jakarta:Rajawali Pers), h.5

30

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Ara Di Madrasah. Hal 53


(36)

Peranan murid dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti serta mencatat pokok penting yang dikemukakan oleh guru.31 2) Metode Tanya jawab

Metode Tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah antara guru dan siswa. Guru bertanya dan siswa menjawab, atau siswa bertanya guru menjawab.32

Dalam metode Tanya jawab guru pada umumnya berusaha menanyakan apakah siswa telah mengetahui fakta tertentu yang sudah diajarkan, atau apakah proses pemikiran yang dipakai oleh siswa. 3) Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Untuk mendapatkan hal yang disepakati, tentunya masing-masing menghilangkan perasaan subjektivitas dan emosionalitas yang akan mengurangi bobot pikir dan pertimbangan akal yang semestinya.33

4) Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Demonstrasi adalah salah satu tehnik mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau siswa sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tetntang suatu proses atau cara melakukan sesuatu.

5) Metode Pemberian tugas

31

Winarno Surachmad,Metodologi Pengajaran Nasional,(Bandung: C.V. JEMMARS)hal 76

32

R. Ibrahim,dkk,Perencanaan Pengajaran, (Jakarta:PT rineka cipta), hal. 106

33

Abdul Majid,Perencanaan Pembalajaran, (Bandung: PT remaja Rosdakarya,2012), hal. 141


(37)

Metode ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada siswa melakukan tugas / kegiatan yang berhubungan dengan pelajaran,seperti mengerjakan soal-soal, mengumpulkan kliping, dan sebagainya. Metode ini dapat dilakukan dalam bentuk tugas/kegiatan individual ataupun kerja kelompok dan dapat merupakan unsur penting dalam pendekatan pemecahan masalah atauproblemsolving34

6) Metode sosiodrama dan bermain peran

Metode sosiodrama dan bermain peran adalah dua metode yang dapat dikatakan bersamaan dan dalam pemakaianya sering disilih-gantikan. Sosiodrama artinya mendramatisasikan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial. Sedangkan bermain peran menekankan kenyataan di mana siswa diturut sertakan dalam memainkan peran di dalam mendramatisasikan masalah-masalah hubungan sosial.35

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Peningkatan Hasil Belajar siswa melalui model pembelajaran Cooperative Learning teknik Think Pair Square pada mata pelajaran IPS, oleh Damroh (809018300459), Progam Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah jurusan kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Jakarta, Tahun 2013. Penerapan model pembelajaran Cooperative Learning teknik Think Pair Square dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa MI Idzotun Nasyiien Pulo Gebang, Jakarta Timur sebesar 18 %. Hasil siklus 1 sebesar 49%, meningkat pada siklus ke II sebesar 67%. Dalam penelitian ini menekankan pada hasil belajar IPS kelas III dengan mengggunakan model pembelajaran Cooperative Learning teknik Think Pair Square.

34

R. Ibrahim,dkk,op.cit,hal106

35

Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional,(Bandung: C.V. JEMMARS), hal 101


(38)

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square (Berpikir-berpasangan-berempat) dalam pembelajaran matematika siswa kelas VII SMPN 1 Bayang tahun pelajaran 2011/2012. oleh Mardaweni,Nilawesti,dan zulfaneti, Progam Studi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Sumatera Barat, tahun 2011/2012. Penelitian tersebut menunjukan hasil matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square sebesar 77,33. Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa menggunakan metode konvensional sebesar 64,33. Dengan hasil ini menunjukan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square lebih baik dari pada penggunaan metode konvensional pada matapelajaran matematika. Dalam penelitian ini menekankan pada bagaimana penerapan model Cooperative Learning teknik Think Pair Square dalam pembelajaran kelas VII dan perbedaannya dengan hasil belajar yang menggunakan metode konvensional.

3. Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair square (Tpsq) disertai dengan lembar kerja kartun terhadap pemahaman konsep sistematis siswa kelas VIII SMPN 34 Padang. Oleh Vebri Minta, Sefna Rismen dan Lita Lovia, Progam Studi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Sumatera Barat, Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square (TPSq) disertai lembaran kerja lebih baik dari pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional. Dalam penelitian ini menekankan pada pemahanan konsep sistematis siswa kelas VIII dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning teknik Think Pair Square disertai dengan lembar kerja kartun.


(39)

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran fiqih di Mts bertujuan untuk mengetahui dan memahami pokok-pokok ajaran Islam dan mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah dan dengan sesama manusia. Pelajaran Fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, ataupun lingkungannya.

Dalam proses pembelajaran di kelas sangat menentukan hasil yang akan diperoleh. Upaya meningkatkan keaktifan belajar pada pembelajaran fiqih perlu diperhatikan sehingga proses pembelajaran yang dilakukan harus diupayakan dan mampu menuntun siswa untuk dapat berpikir kreatif, membentuk sikap positif, memecahkan masalah dan memungkinkan siswa untuk mengorganisasikan belajarnya sendiri, sehingga akhirnya siswa dapat memahami koonsep Fiqih secara benar dan utuh serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu juga siswa tidak hanya di diberi materi dari buku saja melainkan siswa dapat bertukar pendapat dengan siswa lain terhadap masalah yang sedang dibahas. Menurut Penulis, strategi yang mampu menjadikan siswa menjadi kritis, kreatif dan mampu memahami permasalahan serta terjadi interaksi dan tukar pendapat dalam suatu masalah pembelajaran yaitu dengan menggunakan salah satu Model kooperatif yaitu dengan teknikthink pair square.

D. Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis penelitian ini adalah terdapat peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif teknikthink pair square pada mata pelajaran Fiqih kelas VIII H di MTs Pembangunan Jakarta.


(40)

28

Penelitian ini dilaksanakan di MTs. Pembangunan Jakarta. Adapun pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2015

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Metode penelitian ini dilakukan pada pelajaran Fiqih dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknikthink pair square.

2. Rancangan Siklus penelitian

Model penelitian tindakan kelas (PTK) yang digunakan dalam penelitian ini adalah merujuk pada model yang dikembangkan olehKemmis & Mc. Tagart.Model penelitian ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan olehKurt Lewin.

Penelitian ini yang telah dikutip oleh Suharismi Arikunto, digambarkan dalam bagan di bawah ini:


(41)

Gambar 3.1 Siklus PTK

Model PTK yang dikemukakan Kemmis & Mc. Tagart terdiri atas empat komponen, yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen yang berupa uraian tersebut dipandang satu siklus. Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua siklus, dimana tiap-tiap siklus terdiri atas empat tahap, yakni: Perencanaan (Planning), Pelaksanaan/Tindakan (Acting), Pengamatan (Observing), dan refleksi (Reflecting).1

a. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Penelitian membuat rencana dan skenario pembelajaran yang akan disajikan dalam materi penelitian, lembar kerja siswa serta menyiapkan media pembelajaran. Selain itu pada

1


(42)

tahap ini juga peneliti menyiapkan instrument penelitian yang terdiri dari soal yang harus dijawab oleh siswa dan lembar observasi.

b. Tindakan (Acting)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalam melaksanakan rencana dan scenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. c. Pengamatan (Observing)

Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berlangsung. Peneliti yang dibantu observer mengamati segala aktivitas selama proses pembelajaran. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, mengenali, dan mendokumentasikan semua gejala atau indicator dari proses, hasil tindakan terencana maupun efek sampingnya.

d. Refleksi (Reflecting)

Kegiatan refleksi diakukan ketika peneliti sudah selesai malakukan tindakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama oleh peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Refleksi ini dilakukan untuk memperoleh masukan bagi rencana tindakan siklus berikutnya.

C. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII MTs Madrasah Pembangunan, UIN Jakarta, yang berjumlah 32 siswa pada tahun ajaran 2014/2015.


(43)

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai perencana dan pelaksana kegiatan penelitian. Peneliti membuat rencana kegiatan, melaksanakan kegiatan, melakukan pengamatan, mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian. Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh seorang guru sebagai mitra koloborasi (kolobolator). Guru tersebut adalah guru yang mengajar mata pelajaran fiqih yang bertindak sebagai observer (pengamat).

E. Tahap Intervensi Tindakan

Tahap penelitian ini dimulai dengan tahap pra penelitian yang dilanjutkan dengan siklus I. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I dilanjutkan ke siklus II dan seterusnya jika diperlukan.

Adapu tahapanya sebagai berikut: 1. Tahap Pra Penelitian

Peneliti merencanakan kegiatan penelitian tindakan kelas dengan menentukan kegiatan serta model pembelajaran yang dilaksanakan. Pada perencanaan awal ini, guru mengidentifikasi masalah yang terjadi di kelas serta menentukan tindakan penyelesaian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknikThink Pair Square(TPS).

2. Tahap Penelitian Siklus I a. Perencanaan (Planning)

1) Menyiapkan kelas tempat penelitian 2) Membuat rencana pembelajaran (RPP) 3) Menyiapkan materi ajar

4) Menyiapkan media pembelajaran

5) Menyiapkan lembar observasi kegiatan siswa, kegiatan guru, dan kegiatan pembelajaran.


(44)

6) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) 7) Menyiapkan instrument tes

8) Melakukan uji tes

9) Menyiapkan alat dokumentasi b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

1) PemberianPre testdi awal pembelajaran

2) Menyampaikan langkah-langkah model pembelajaran kooperati tipe TPS

3) Melaksanakan proses belajar mengajar

4) Melaksanaan pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Square (TPS)

5) Pemberian soal Post test dilaksanakan diakhir kegiatan belajar mengajar.

c. Observasi (Observation)

Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan yang terdiri dari observasi terhadap siswa dan guru, mencatat semua hal yang terjadi selama proses pembelajaran dengan cara:

1) Melakukan pengamatan terhadap penerapan pembelajaran tipe think pair square(TPS)

2) Mencatat perubahan yang terjadi

3) Berdiskusi dengan guru koloborator membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran,

d. Refleksi (Reflekting)

Peneliti mengadakan refleksi untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa terhadap peneliti yang telah dilaksanakan sebagai pedoman atau acuan dalam pelaksanaan siklus berikutnya. 3. Tahap Penelitian Siklus II


(45)

1) Hasil refleksi siklus I dievaluasi, didiskusikan dengan guru fiqih, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya.

2) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran siklus I

3) Merancang rencana perbaikan berdasarkan refleksi siklus I. b. Pelaksanaan tindakan (Acting)

1) PemberianPre testdi awal pembelajaran

2) Menyampaikan langkah-langkah model pembelajaran kooperati tipe TPS

3) Pemberian motivasi belajar kepada siswa 4) Melaksanakan proses belajar mengajar

5) Penggunaan dan Pemaksimalkan media belajar

6) Proses penerapan pelaksanaan pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Square(TPS)

7) Pemberian soal Post test dilaksanakan diakhir kegatan belajar mengajar.

c. Observasi (Observation)

1) Melakukan pengamatan terhadap penerapan pembelajaran teknikthink pair square(TPS).

2) Mencatat perubahan yang terjadi.

3) Berdiskusi dengan guru koloborator membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran,

d. Refleksi (Reflecting)

Peneliti mengadakan refleksi untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa terhadap penelitian yang telah dilaksanakan sebagai pedoman atau acuan dalam pelaksanaan siklus berikutnya.


(46)

F. Hasil Intervensi yang Diharapkan

Hasil intervesi yang diharapkan dari peneitian tindakan kelas (PTK) ini adalah peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di Mts Pembangunan UIN Jakarta, setelah mengalami pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Sedang yang menjadi indicator keberhasilan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa telah mencapai Standar Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan sekolah untuk mata pelajaran Fiqih yaitu 78.00.

G. Data dan Sumber Data

1. Data Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis data yaitu data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.

Data kuantitatif berupa nilai hasil pre test dan post test. Adapun data kualitatif berupa hasil observasi proses pembelajaran, hasil wawancara terhadap guru dan siswa dan dokumentasi ( berupa foto kegiatan pembelajaran).

2. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari guru kelas dan siswa.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu: 1. Instrumen Tes

Tes tertulis ini berupa tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Tes awal (pretest) adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Sedangkan tes akhir (posttest) adalah tes yang dilaksanakan diakhiri siklus tujuannya


(47)

untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Soal tes merupakan bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting yang telah diajarkan kepada para peserta didik. Naskah tes akhir ini dibuat sama dengan naskah tes awal.

2. Instrumen Non Tes

Dalam instrumen non tes yang digunakan adalah: a. Lembar observasi

Lembar observasi ini terdiri dari tiga yaitu lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas aktivitas guru. Lembar observasi digunakan untuk mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai aktivitas belajar siswa, aktifitas guru dan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik TPS. b. Catatan lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mengamati seluruh kegiatan dalam proses pembelajaran berlangsung. Berbagai hasil pengamatan tentang aspek pembelajaran di kelas yang meliputi kegiatan siswa, kegiatan guru, dan kegiatan pembelajaran yang perlu dicatat.

c. Pedoman wawancara

Wawancara adalah tanya jawab lisan dua orang atau lebih secara berlangsung. Wawancara pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan tindakan kelas. Wawancara dilakukan diakhir siklus.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara terhadap murid dan guru, observasi terhadap aktivitas siswa, aktivitas guru, aktivitas proses pembelajaran, dan catatan lapangan serta merekapulasi nilai hasil belajar yang diperoleh siswa dari tes pada setiap akhir siklus. Setelah semua data terkumpul peneliti bersama


(48)

koloborator melakukan analisis dan evaluasi data utnuk membuat kesimpulan mengenai peningkatan hasil belajar siswa serta kelebihan dan kekurangan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksankan untuk membuat tindakan pada siklus berikutnya.

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan

Pada penelitian ini peneliti menggunakan instrument tes. Sebelum soal tes disajikan sebagai instrument penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden, yaitu orang-orang di luar sampel (subjek) yang telah ditetapkan. Dalam hal ini peneliti mengujicobakan soal yang telah dibuat pada kelas yang telah mempelajari materi yang akan diajarkan. Tes uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrument tersebut dapat memenuhi syarat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Dalam penelitian ini, untuk menguji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda butir instrument tes.

1. Validitas instrumen

Validasi adalah suatu proses yang dilakukan oleh peneliti atau pengguna instrumen untuk mengumpulkan data secara empiris untuk mendukung suatu kesimpulan yang dihasilkan oleh skor instrumen.

Keterangan :

rpbis : Koefisien Korelasi point biserial

Mp : Mean skor dari skor-skor yang menjawab betul item yang dicari


(49)

Mt : Mean skor total (skor rata-rata dari semua peserta tes) St : Standar deviasi skor total

p : Proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut

q : I–p

2. Reliabilitas instrumen

“Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu tes dikatakan reliable jika selalu memberikan hasil yang sama jika

diujikan pada waktu dan kesempatan yang berbeda.”2 Dalam hal ini menggunakan formula Kuder Richardson 20 (KR-20).

R1t=

Keterangan :

S : Standar deviasi dari tes

R1t : Reliabilitas secara keseluruhan

p : Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)

∑ pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q n : banyaknya item

3. Taraf kesukaran

Untuk mengetahui taraf kesukaran soal dari suatu tes dapat digunakan rumus sebagai berikut:

2


(50)

P =

Keterangan :

P : Tingkat kesukaran soal

B : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS : jumlah seluruh siswa peserta test

Kriteria Kesukaran 0,0 - 0,25 : Sukar 0,26 - 0,75 : Sedang 0,76–1,00 : Mudah 4. Daya pembeda

Rumus untuk menganalisis daya pembeda adalah:

=

Keterangan :

DP : daya pembeda

BA : jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal kelompok atas

BB : jumlah siswa yang menjawab benar pada butir bawah JA : banyaknya siswa pada kelompok atas

JB : banyaknya siswa pada kelompok bawah

Kriteria soal-soal berdasarkan daya pembeda sebagai berikut : 0,00≤ DP ≤ 0,20 daya pembedanya jelek.

0,21≤ DP ≤ 0,40 daya pembedanya cukup

0,41≤ DP ≤ 0,70 daya pemebdanya baik


(51)

K. Teknik Analisis Data dan Interprestasi Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan teknik analisis data, yaitu peneliti memberi uraian mengenai hasil penelitian. Manganalisis data merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya orang yang meneliti, tetapi juga orang yang ingin mengetahui hasil penelitian. Data yang didapat berupa hasil belajar siswa pada ranah kognitif, lembar observasi kegiatan siswa, kegiatan guru, kegiatan proses pembelajaran, dan catatan lapangan mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif teknik TPS.

Dalam menganalisis data hasil belajar pada aspek kognitif atau penguasaan konsep menggunakan analisis deskritif dari setiap siklus menggunakan gain skor. Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest, gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran yang dilakukan guru. Untuk mengetahui selisih nilai tersebut, menggunakan Normalizet Gain.

N–Gain =

Dengan katagori:

G tinggi : nilai (g) > 0,70 G sedang : 0,70 > (g) > 0,30 G sedang : nilai (g) < 0,30

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Sebagaimana yang telah dikemukakan di awal, bahwa penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang memiliki tahapan-tahapan dalam siklusnya. Tahapan tersebut meliputi perencanaan


(52)

(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Sedangkan prosedur pelaksanaan perbaikan apabila setelah tindakan siklus I selesai dilakukan dan belum terjadi peningkatan hasil belajar siswa, maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya pada siklus II sebagai perbaikan pembelajaran. Jika hasil penelitian telah mencukupi indikator keberhasilan maka dicukupkan dan dianggap penelitian tindakan kelas berhasil dilaksanakan.


(53)

41

1. Sejarah Singkat MTs Pembangunan UIN Jakarta

Madrasah Pembangunan lahir berawal dari keinginan tokoh-tokoh di Departemen Agama dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan adanya pendidikan Islam yang representatif. Pada awal tahun 1972, Panitia Pembangunan Gedung Madrasah Komprehensif dibentuk oleh Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. H.M. Toha Yahya Omar (alm).

Bulan Juni 1972, bertepatan dengan Lustrum III IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dimulai pembangunan gedung madrasah yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Agama RI pada masa itu, yaitu Prof. H.A. Mukti Ali dan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah.

Tanggal 17 November 1973, gedung madrasah diserahterimakan dari Pimpinan Bagian Proyek Pembinaan Bantuan Untuk Madrasah Swasta Pemda DKI Jakarta kepada IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.1

Tahun 1974, pertama kali Madrasah Pembangunan membuka tingkat Ibtidaiyah. Jumlah muridnya baru 58 orang, terdiri dari Kelas I: 43 orang, Kelas II: 8 orang, dan Kelas III: 7 orang. Permulaan kegiatan belajar mengajar dimulai pada tanggal 7 Januari 1974. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai"Hari Kelahiran"Madrasah Pembangunan.

Pada awal tahun 1977, Madrasah Pembangunan membuka tingkat Tsanawiyah. Siswa angkatan pertama berjumlah 19 orang. Bulan Juli 1991, dibuka kelas jauh tingkat Ibtidaiyah di Pamulang, bekerja sama dengan Yayasan Al Hidayah sebagai penyedia lahan.

1


(54)

Sesuai dengan keputusan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sejak awal September 1974 pembinaan Madrasah Pembangunan dilaksanakan oleh Tim Pembinaan yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Tarbiyah. Tugas tim ini di antaranya adalah menyiapkan Madrasah Pembangunan sebagai 'madrasah laboratorium' Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada tahun 1978, Madrasah Pembangunan ditetapkan sebagaiMadrasah Pilot Proyek Percontohanoleh Departemen Agama RI melalui Surat Keputusan Dirjen Bimas Islam Depag RI Nomor: Kep/D/03/1978. Berdasarkan keputusan tersebut, kemudian diselenggarakan kegiatan penataran penulisan modul dan uji coba pembelajaran dengan sistem modul. Empat modul bidang studi Alquran Hadits, Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, dan Matematika telah diujicobakan sampai dengan tahun 1985.

Mulai tahun 1988, berdasarkan Surat Keputusan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 06 Tahun 2008, wewenang pembinaan dan pengelolaan Madrasah Pembangunan dilipahkan kepada Yayasan Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengembanan sebagai 'madrasah laboratorium' dilaksanakan bersama-sama dengan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tahun Pelajaran 1991/1992 Madrasah Pembangunan membuka tingkat Aliyah. Siswa yang diterima pertama kali sebanyak 32 orang terdiri dari 10 laki-laki dan 22 perempuan. setelah empat tahun berjalan, berkenaan dengan kebijakan pemerintah dalam hal pendidikan (khususnya Madrasah Aliyah), pada Tahun Pelajaran 1995/1996 MA Pembangunan tidak menerima pendaftaran siswa baru lagi. Tahun 1996/1997, sebanyak 31 orang siswa terakhir lulus dari MA Pembangunan IAIN Jakarta.

Seiring dengan perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, sejak tahun 2002


(55)

Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta mengikuti perubahan nama menjadiMadrasah Pembangunan UIN Jakarta.

Tahun Pelajaran 2006/2007 atas dorongan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan banyaknya permintaan masyarakat, Madrasah Pembangunan UIN Jakarta kembali membuka tingkat Aliyan. Jumlah siswa pertama yang diterima adalah 47 siswa terbagi dalam 2 rombongan belajar. Setelah tiga tahun berjalan, akhir tahun 2009 Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta telah diakreditasi dengan hasilgrade AkategoriSangat Memuaskan.

Tahun 2008 Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta ditetapkan sebagaiMadrasah Standar Nasionaloleh Kanwil Departemen Agama Provinsi DKI Jakarta dengan nomor: Kw.09.4/4/5/HK.005/2081/20082

2. Visi dan Misi MTs Pembangunan UIN Jakarta a. Visi

Menjadi lembaga pendidikan dasar dan menengah yang unggul dan terkemuka dalam pembinaan keislaman, keilmuan dan keindonesiaan, dengan mengapresiasi potensi peserta didik serta perkembangan era global.

b. Misi

1) Menyelenggarakan pendidikan dasar dan menengah yang akan melahirkan lulusan beriman dan bertaqwa serta memiliki kemampuan kompetitif dan keunggulan komparatif;

2) Melakukan pembinaan kesehatan fisik sehingga terbentuk keseimbangan antara kekuatan keilmuan dengan perkembangan jasmani peserta didik serta dapat melahirkan lulusan yang cerdas, kuat dan sehat;

2


(56)

3) Melakukan inovasi kurikulum dengan aksentuasi pada pembinaan keislaman, sains dan teknologi serta apresiatif terhadap kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian Indonesia;

4) Melakukan pembinaan tenaga pendidik sebagai tenaga professional yang menguasai aspek keilmuan, keterampilan mengajar, kepribadian pedagogis serta komunikasi global yang dijiwai akhlak mulia;

5) Melakukan pembinaan tenaga kependidikan yang profesional, yang menguasai bidang ilmu yang mendukung tugasnya, etos kerja yang tinggi, serta kepribadaian yang Islami.

6) Mengupayakan tersedianya sarana prasarana dan fasilitas belajar mengajar yang dapat memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk dapat mengikuti kegiatan belajar seluas-luasnya, sehingga madrasah benar-benar berfungsi sebagai pusat pembelajaran.3

3. Sturktur Organisasi

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan memerlukan adanya organisasi yang baik agar kegiatan sekolah berjalan lancar sesuai dengan tujuannya. Struktur organisasi MTs Pembangunan UIN Jakarta dapat dilihat pada gambar berikut:

3


(57)

Gambar 4.1

STRUKTUR ORGANISASI MTS PEMBANGUNAN UIN JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Sumber Data: TU MP Uin Jakarta

4. Keadaan Guru dan Karyawan

Pada tahun ajaran 2014/2015 jumlah guru di MTs Pembangunan UIN Jakarta sebanyak orang yang terdiri dari guru laki-laki dan guru perempuan. Untuk lebih jelas mengenai data guru dan karyawan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel : 4.1

Keadaan Guru dan Karyawan MTs Pembangunan UIN Jakarta

No NPPM Nama Pelajaran Jabatan

1 100.081 Drs. M. Fuad Bahasa Indonesia Guru 2 100.120 Dra. Hj. Rini

Machdarini

IPA Biologi Guru

3 100.136 Drs. Syukri A. Gani Bahasa Inggris Kepala Sekolah

4 100.158 Dra. Retno RPL. BK, PLKJ Guru

5 100.175 Mardi, MA. Bahasa Arab Wali Kelas IX-A

6 100.178 Drs. Miran IPS Sejarah Wakabid Kesiswaan


(58)

8 100.234 Umi Prastyaningsih, ST.

IPA Fisika Wali Kelas IX-B 9 100.235 H. Djamaluddin,

S.Pd.

Matematika Guru

10 100.236 Drs. Misro Sholih Aqidah Akhlak, Fiqih

Wali Kelas IX-C 11 100.240 Momon

Mujiburahman. MA

Bahasa Arab Kepala Laboratorium 12 100.256 Yayah Robiah, S.Pd. Bahasa Inggris Wali Kelas IX-H 13 100.257 Romli, S.Ag. Al-Quran Hadits,

Fiqih

Wali Kelas VIII-E 14 100.267 Hernawati, S.Pd. Bahasa Indonesia Guru

15 100.274 Ali Ahmad, S.Pd. Bahasa Indonesia Wali Kelas IX-D 16 100.279 Abdul Mutaqin, S.Ag. Aqidah Akhlak,

Sejarah

Kebudayaan Islam

Wali Kelas VIII-A

17 100.289 Nia Kurniawan, S.Pd. Penjaskes Wali Kelas VIII-B 18 100.292 Saroni, S.Pd. Penjaskes Wali Kelas IX E 19 100.294 Wildah, S.Pd. Matematika Wali Kelas VIII-C 20 100.296 Wiwin Wiwitri, S.Pd. Bahasa Inggris Wali Kelas IX-G 21 100.305 Agus Wahyudi, ST Matematika Wali Kelas VII-D 22 100.306 Fitriyanti, ST Matematika Guru

23 100.322 Aqsol Aziz, S.Pd.I Fiqih Guru

24 100.324 Yayah Zakiah, S.Pd. IPA Biologi Wali Kelas VIII-H 25 100.339 Ratih Nurul Annisa,

S.Pd.

PKn Wali Kelas VII-C

26 100.350 Tajul Arif, S.Si. Matematika Wali Kelas IX-F 27 100.363 Ahmad Sandy Rizani,

S.Pd.

IPA–Fisika Wali Kelas VIII-G 28 100.368 Desy Ayu Ningrum,

S.Psi

BK, PLKJ Guru

29 100.369 Purwainingsih, S.Pd. Bahasa Indonesia Wali Kelas VII-E 30 100.370 Dry Muharma, S.Pd. IPS Sejarah dan

Geografi

Wali Kelas VII-B 31 100.371 Maulidati Sabat, S.Pd IPS Geografi dan

Ekonomi


(59)

32 100.372 Ana Ianah, S.Psi BK, PLKJ Guru 33 100.386 Nur Alfi Laili, S.Pd. IPS Sejarah dan

Geografi

Wali Kelas VIII-D 34 100.398 Jaenal Mutaqin,

S.Pd.I.

Al-Quran Hadits, Sejarah

Kebudayaan Islam

Wali Kelas VII-A

35 100.399 Hikmah Lesatari, S.Pd.

Bahasa Inggris Wali Kelas VII-F 36 100.400 Sari Mubaroh, S.Pd. Bahasa Inggris Wali Kelas VII-H 37 100.171 Drs. Hamdani Nizan Bahasa Arab Kepala Perpustakaan 38 K-003 Sodikin, S.Kom. TIK/Komputer Guru

39 K-002 Elfa Sofiah, S.Pd. IPA Fisika Guru 40 100.110 Drs. H. Cecep

Khaerudin, MA

Bahasa Arab Guru

41 100.107 Drs. H. Agus Salim, M.Pd.

Matematika Wakabid Kurikulum 42 K-004 Tabkang Inayatullah,

S.Kom

TIK/Komputer Guru 43 K-005 Prayogi Anggoro,

S.Pd.

Seni Budaya dan Keterampilan

Guru 44 K-006 Khaironi Agustini,

S.Pd.I.

Al-Quran Hadits, Fiqih

Guru 45 K-001 Alifia, S.Pd.I. Aqidah Akhlak,

SKI

Guru 46 100.066 H. Darul Janin, S.Ag. Matematika Guru

47 100.154 Drs. Rusli, M.Pd. IPS Ekonomi Wakil Direktur

Sumber Data: TU MP Uin Jakarta

5. Keadaan Siswa

Data terakhir peserta didik MTs Pembangunan UIN Jakarta tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 757 orang, terdiri dari 390 orang laki-laki dan 367 perempuan, sebagaimana yang terlihat pada tabel berikut ini:


(60)

Tabel : 4.1

Keadaan Siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta

Kelas

Jenis Kelamin

Jumlah

Laki-laki Perempuan

7a 17 15 32

7b 16 16 32

7c 14 19 33

7d 17 15 32

7e 19 13 32

7f 18 13 31

7g 15 16 31

7h 15 17 32

Jumlah 131 124 255

8a 17 13 30

8b 16 15 31

8c 16 16 32

8d 15 15 30

8e 20 12 32

8f 16 16 32

8g 16 16 32

8h 16 16 32

Jumlah 132 119 251

9a 18 14 32

9b 18 13 31

9c 17 14 31

9d 17 14 31

9e 17 14 31

9f 13 19 32

9g 14 18 32

9h 13 18 31

Jumlah 127 124 251

JUMLAH KESELURUHAN SISWA

Kelas

Laki-laki Perempuan Jumlah

7 131 124 255

8 132 119 251


(61)

TOTAL 390 367 757 Sumber Data: TU MP Uin Jakarta

6. Keadaan Sarana dan Prasarana

Untuk menunjang kelancaran proses pembelajaran di MTs Pembangunan UIN Jakarta, tersedia sarana dan prasarana sebagaiberikut:

a. Gedung milik sendiri b. Ruang belajar ber-AC c. Perpustakaan

d. Laboratorium

e. Bimbingan dan Konseling

f. Ekstrakurikuler dengan pembimbing profesional g. Masjid

h. Lapangan futsal i. Lapangan basket j. Aula

k. Lapangan parkir l. Free akses internet m. Taman4

B. Deskripsi Data Hasil pengamatan Efek/Hasil Intervensi Tindakan

Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas VIII H MTs Pembangunan UIN Jakarta sebanyak 32 siswa. Penelitian ini dilakikan penelitian pendahuluan ( pra penelitian) pada pembelajaran Fiqih di kelas VIII H MTs Pembangunan UIN Jakarta. Kegiatan ini dilakukan sebelum peneliti melakukan proses pembelajaran. Kegiatan pada penelitian ini yaitu observasi dengan mengamati pembelajaran di kelas dan melakukan diskusi dengan guru Fiqih tersebut. Dan guru fiqih tersebut akan berperan sebagai kolaborator dan observer dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar Fiqih siswa serta kendala yang dialami ketika proses pembelajaran terjadi.

4


(62)

Berdasarkan observasi dan diskusi peneliti dan guru koloborator diperoleh informasi sebagai berikut :

1. Sebagian siswa masih banyak yang kurang fokus pada saat pembelajaran fiqih 2. Metode yang diterapkan guru menggunakan metode ceramah, diskusi, Tanya

jawab dan pemberian tugas (Hafalan-hafalan).

3. Minat baca siswa dalam pelajaran fiqih sangat kurang.

4. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran fiqih, sehingga banyak siswa yang berbicara sendiri dalam kelas.

5. Kurangnya keterlibatan siswa pada proses pembelajaran.

Berdasarkan masalah-masalah tersebut di atas maka peneliti mencoba menerapkan metode pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Square (TPS). Oleh sebab itu, objek penelitian tindakan ini adalah model pembelajaran kooperatif teknik TPS dan hasil belajar Fiqih siswa. Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Pada tahap perencanaan, peneliti bersama guru yang juga megajar mata pelajaran fiqih, merencanakan tindakan berdasarkan hasil identifikasi awal terhadap prose pembelajaran fiqih dalam rangka meningkatkan hasil belajar fiqih siswa. Sebelum melakukan tindakan, pada tahap ini peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan media video dan gambar sebagai media pembelajaran, menyiapkan LKS, menyiapkan instrument hasil belajar, lembar observasi aktifitas siswa, aktifitas guru, kegiatan pembelajaran, catatan lapangan dan melakukan uji instrumen.

Selanjutnya adalah tahap pelaksanaan tindakan. Tindakan dilakukan bertujuan untuk memperbaiki keadaan proses pembelajaran fiqih. Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, dalam satu siklus terdiri dari dua kali pertemuan.

Pada siklus pertama, peneliti yang bertindak sebagai guru melalui proses pembelajaran dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, kemudian guru memberikan soal pretest kepada siswa yang harus mereka kerjakan sebelum guru menjelaskan mata pelajaran. Pretest diberikan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana


(1)

z {YA PEMBEDA

============ Jumlah Subyek= 30 Klp atas/bawah(n)= 8 Butir Soal= 40

Nama berkas: D:\DATA KULIAH\SKRIPSI\DATA\UJI VALIDASI TES.ANA No Butir Kel. Atas Kel. Bawah Beda Indeks DP (%)

1 7 6 1 12,50 2 7 1 6 75,00 3 8 5 3 37,50 4 3 0 3 37,50 5 6 3 3 37,50 6 3 1 2 25,00 7 8 8 0 0,00 8 2 1 1 12,50 9 5 2 3 37,50 10 3 0 3 37,50 11 8 6 2 25,00 12 7 3 4 50,00 13 0 0 0 0,00 14 7 7 0 0,00 15 7 4 3 37,50 16 8 6 2 25,00 17 5 1 4 50,00 18 3 3 0 0,00 19 2 0 2 25,00 20 6 4 2 25,00 21 7 7 0 0,00 22 7 4 3 37,50 23 8 7 1 12,50 24 7 4 3 37,50 25 8 8 0 0,00 26 5 2 3 37,50 27 7 2 5 62,50 28 8 6 2 25,00 29 6 1 5 62,50 30 3 0 3 37,50 31 5 1 4 50,00 32 8 8 0 0,00 33 4 3 1 12,50 34 6 0 6 75,00 35 8 6 2 25,00 36 7 6 1 12,50 37 8 8 0 0,00 38 8 7 1 12,50 39 7 8 -1 -12,50 40 8 5 3 37,50


(2)

Lampiran 20

DOKUMENTASI PENEITIAN

MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Observasi pembelajran fiqih di MTs Pembangunan UIN Jakarta

Proses pembelajaran di kelas 8f, guru menyampaikan materi pembelajaran


(3)

Siswa antusian dalam penerapan model pembelajaran cooperatif teknik

Think Pair Square

Siswa menerapkan TPS, mengerjakan LKS sendiri kemudian, berpasang dengan temanya

untuk didiskusikan sebelum mendiskusikan dalam kelompok


(4)

(5)

(6)