Treaty Room - Treaty

PERSETUJUAN ANTARA
PKMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA.
DAN
PKMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM
MENGENAI PELAYARAN NIAGA _
Pemerintah Republik
Indonesia dan Pemerintah Republik
Sosialis Vietnam yang untuk selanjutnya disebut Para Pihak .
Berhasrat untuk memperkuat
hubungan persahabatan antara
Kedua Pihak dan mengembangkan ker jasama di bidang Pelayaran
Niaga dan meningkatkan efisiensi pelaksanaan Pelayaran Niaga
sesuai dengan prinsip kebersamaan dan saling menguntungkan .

TELAH MENYETUJUI SEBAGAI BERIKUT
Pasal L
Dalam Persetujuan ini
{a) Istilah " Kapal dari salah satu Pihak" berarti
kapalkapal Ni aga yang berlayar dengan bendera kebangsaan dan
didaftarkan di salah satu Pihak.

(b) Istilah "Awak Kapal" berarti mereka yang bekerja di
kapal dari salah satu Pihak . dan memegang dokumendokumen jati-diri
yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang dari Pihak tersebut aeperti tercantum dalam
pasal 9 dari Persetujuan ini dan yang nama-namanya
termasuk dalam daftar awak kapal tersebut .
(c ) Istilah "Penumpang" berarti orang-orang yang berada di
kapal dari salah satu Pihak yang tidak dipekerjakan
atau terikat dalam setiap bidang tugas di atas kapal dan
yang nama-namanya tercantum dalam daftar penumpang kapal
tersebut _
{d ) Istilah "Pejabat yang berwenang" berarti badan atau perwakilan yang ditunjuk dari masing-masing Pihak yang
bertanggung jawab untuk urusan administraai Pelayaran
Niaga dan fungsi-fungsi lain yang terkait .
(e ) Istilah "Wilayah" berarti :
Dalam kaitan dengan Republik Indonesia, wilayah dari
Republik Indonesia aebagaimana tercantum dalam perundang-undangannya dan daerah yang berbatasan dimana
Negara Republik Indonesia mempunyai ォ・、。オャエョセ@
hak-hak
berdaulat dan yurisdiksi aeauai dengan ketentuan konvensi Perserikatan Bangsa-Bangaa tentang hukum laut tahun

1982 .

Dalam kai tan dengan Republik Soaialis Vietnam, wilayah
dan perairan yang berbatasan dimana Republik Sosialis
Vietnam mempunyai kedaulatan
atau yurisdiksi sesuai
dengan hukum internasional .

Pasal 2 .
Kapal-kapal dari masing-masing Pihak harua berlayar antara
pelabuhan-pelabuhan tertentu dari Para
Pihak yang terbuka
untuk Negara-negara asing dan dalam rangka
melaksanakan
pelayanan pengangkutan penumpang
dan barang {yang untuk
selanjutnya
disebut
"pelayanan
pengangk:utan

yang
disepakati") antara kedua Negara_
Pasal 3 _
Kapal-kapal charter berbendera negara ketiga dapat diterima
oleh
Pihak
lain
selama
dioperasikan
oleh
perusahaan
pelayaran dari masing-masing Pihak diperbblehkan pula untuk
berperan
serta
dalam
''pelayanan
pengangkutan
yang
disepakati "_
Pasal 4 _

Para Pihak harus menghindari : o sesuai dengan
hukum dan
peraturan perundang-undangan masing-masing, setiap tindakan
diskriminasi terhadap kapal-kapal Pihak lain yang berkaitan
dengan pelayanan pengangkutan yang disepakat i antara kedua
Negara_
Pasal 5 .
(a ) Masing-masing Piha.k harus memberikan perlakuan yang sama terhadap
kapal- kapal Pihak lain,
sebagaimana
perlakuan terhadap negara--negara lain,. di pelabuhan-,
pelabuhan yang terbuka untuk Negara asing dengan
memperhatikan peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku di masing-masing Piha.k_
(b ) Perlakuan yang sama untuk negara lain seperti tercantum
dalam paragraf
(a)
dar i
pasal
ini berlaku untuk

persyaratan-persyaratan
kepabeanan,.
pelaksanaan
pungutan-pungutan dan biaya kepelabuhanan ., kebebasan
untuk memasuki dan menggunakan
pelabuhan beserta semua
fasilitas yang berkaitan dengan pelayanan terhadap
pelayaran niaga seperti penggunaan truk, gudang-gudang,
gudang untuk bongkar muat
kontainer berkenaan
dengan
kapal-kapal dan muatannya _ Terutama,.
perlakuan ini
dimaksudkan untuk alokasi tambat di de:r:-maga,. fasilitas
muat dan bongkar dan pelayanan kepelabuhanan.
Pasal 6 _
Ketentuan-ketentuan dar i Persetujuan ini tidak berlaku untuk
angkutan dalam negeri_
Bilamana kapal-kapal dari satu Pihak berlayar ke Pihak yang
lain untuk membongkar barang dan/atau menurunkan penumpang

dari luar negeri atau muat barang dan/atau menaikkan penumpang
untuk tujuan negara lain , hal itu bukan dikategorikan
sebagai angkutan dalam negeri _

1• - .--

r

..-

Paaal 7 _
(a) Para Pihak harus saling mengakui kebangsaan kapalkapal berdasarkan aertif ikat atau pendaftaran yang
diterbitkan oleh pejabat berwenang dari masing-masing
Pihak yang mengibarkan bendera セ・ァ。イョケ@
di kapal _
(b ) Para Pihak harus saling mengakui surat ukur yang sah
dan dokumen-dokumen kapal lainnya yang diterbitkan oleh
pejabat berwenang dari masing-masing Pihak_
Paaal 8 .
Masing-masing Pihak harus mengakui 、ッォオュセョ@

jati-diri ' dari
awak kapal yang diterbitkan oleh pejabat berwenang dari
Pihak lainnya
aeperti Buku Pelaut atau ··seaman Service
Book" atau Paspor Pelaut _ Bilamana ada perubahan dokumen
jati-diri oleh salah satu Pihak,. terjadinya
perubahan
teraebut wajib diberitahukan kepada Pihak lainnya _
Pasal g_
(a ) Para awak kapal bila tinggal . di pelabuhan atau perairan dari Pihak lain harus memperhatikan peraturan dan
perundang-undangan
yang
berlaku
dari
Pihak
lain
tersebut _
Awak kapal harus diijinkan untuk menghubungi pejabat
konsuler atau perwakilan diplomatik mereka untuk menyelesaikan setiap persyaratan-persyaratan yang diperlukan _
·

(b) Para awak kapal dari kapal-kapal
masing-masing Pihak
secara timbal balik harus diijinkan turun ke darat
selama kapalnya berlabuh di pelabuhan Pihak lain aeauai
dengan peraturan dan perundang-undangan nasionalnya _
(c) Para awak kapal dari kapal-kapal salah satu Pihak yang
memerlukan perawatan ·kesehatan harus diijinkan untuk
tinggal di wilayah
Pihak lainnya selama waktu yang
diperlukan untuk perawatan sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan Pihak lain itu _
( d) Para awak kapal dari kapal-kapal masing-masing Pihak boleh
memasuki
wilayah
atau
melcikukan
perjalanan
melintasi
wilayah
Pihak

lain
untuk
maksud
menggabungkan diri ke kapal, pemulangan atau untuk
alasan lain yang dapat diterima oleh pejabat berwenang
dari Pihak lain
setelah menyelesaikan persyaratanpersyaratan yang diperlukan sesuai dengan.peraturan dan
perundang-undangan nasional yang ber laku di Pihak lain
エ・イウ「オ

セ@

(e) Masing-masing Piha.k berhak untuk menolak setiap awak kapal yang memasuki wilayah · Piha.k lain sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan Negaranya,. walaupun
mereka membawa dokumen jati-diri awak kapal sebagaimana disebutkan dalam Pasal 8 _

Pasal 10 .
(a) Bilamana kapal-kapal dari masing-masing Pihak dalam pelayaran mengalami kecelakaan di wilayah perairan
atau
di pelabuhan-pelabuhan Pihak lain , ma.ka Pihak yang

disebut tera.khir ini wajib memberi segala bantuan yang
memungkinkan kepada kapal-kapal, awak kapal , barang dan
penumpangnya_
(b ) Bilamana muatan dan
harta benda lainnya dibongkar
atau diselamatkan dari kapal yang mengalami kecelakaan
perlu disimpan sementara di wilayah Pihak lain, maka
fasilitas yang diperlukan dan muatan serta harta benda
tersebut harus dibebaskan dari
semua pajak-pajak ,
sepanjang hal itu tidak dit ujukan
untuk konsumsi atau
penggunaan di wilayah Pihak lain .
( c ·) Masing-masing Pihak harus segera memberitahu pejabat
konsuler, atau j ika
tidak ada perwakilan diplomatik,
dari Pihak lain apabila satu dari kapal-kapal Pihak lain
tersebut dalam keadaan bahaya, dan memberitahu mereka
atas tindakan yang telah diambil untuk penyelamatan dan
perlindungan terhadap awak kapal,

penumpang kapal,
muatan dan perbekalan kapal_
Pasal lL
Pendapatan yang diperoleh dari jasa pelayaran niaga atau
yang berkaitan dengan jasa-jasa lain yang diberikan oleh
salah satu Piha.k kepada Pihak lain harus dibayar dengan mata
uang yang dapat dipertukarkan dengan bebas dan yang dapat
diterima oleh kedua Pihak.
Pendapatan semacam itu dapat diguna.kan untuk pembayaranpembayaran di wilayah
Piha.k
tersebut atau dapat dengan
bebas dikirimkan dari negara tersebut . ·
Pasal 12 _
Para Pihak harus menerima , dalam batas-batas yang sesuai
dengan peraturan dan perundang-undangan mereka ,
semua
tindakan--tinda.kan
yang
layak
untuk
memudahkan
dan
mempercepat
perjalanan
kapal-kapal ,
serta
mencegah
kelambatan-kelambatan
yang
tidak
perlu ,
dan
untuk
mempercepat serta menyederhanakan pelayanan kepabeanan dan
persyaratan-persyaratan
lairinya
yang
diperlukan
di
pe1abuhan_
Pasal 13.
Ketentuan-ketentuan dari Persetujuan ini tidak membatasi ha.k
masing-masing Pihak untuk mengambil tindakan-tinda.kan per-lindungan demi keamanan dan keaehatan umum atau pencegahan
terhadap penyakit menular dan pest yang terdapat pada binatang dan tanam-tanaman .

Paaal 14 _
Muatan yang diangkut melalui laut dari Kedua Pihak pada
prinaipnya harua dila.kaana.kan oleh kapal-kapal dari Kedua
Pihak . Kapal-kapal dari Kedua Pihak mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam pengangkutan muatan dan barang-barang
perdagangan masing- maaing Pihak yang diangkut melalui laut _
Pasal 15 .
Dalam rangka pelaksanaan Persetujuan ini Kedua Pihak waj ib
mendesak perusahaan pelayaran nasionalnya untuk mengadakan
pengaturan dalam pengangkutan muatan yang diang]rut melalui
laut , antara perusahaan pelayaran naaional dari Kedua Pihak .
Pasal 16.
Salah
satu
Pihak
dapat
mengajukan
permintaan
untuk
menyelenggarakan konsultasi mengenai setiap persoalan yang
disetujui oleh Kedua Pihak untuk dibahas.
Pasal
QW

セ@

(a ) Para Piha.k harus mengembangkan secara aktif kemajuan hubungan ekonomi dan
perdagangan antara Kedua Pihak
melalui kerjasama Pelayaran Niaga .
(b ) Para Pihak menyetujui bahwa kondisi yang laya.k akan di
berikan kepada perusahaan pelayaran dari masing-masing
Pihak untuk mendirikan kantor-kantor perwakilan mereka
di wilayah Pihak lain .
Pasal 18.
Perselisihan yang timbul berkenaan dengan penafsiran atau
pelakaanaan dari Persetujuan ini harus diselesaikan secara
baik
melalui
konsultaai-konsultasi
dan
perundingan
diplomatik antara Para Pihak .
Pasal 19.
(a) Persetujuan ini mulai berlaku pada tcinggal pemberitahuan
terakhir oleh salah aatu Pihak bahwa Piha.knya telah
memenuhi prosedur-prosedur hukum yang berlaku.
(b ) Persetujuan ini akan tetap berlaku untuk jangka waktu 5
tahun. dan a.kan terus berlaku un.tuk jangka wa.ktu 5 tahun.
berikutnya dan seterusnya kecuali salah satu Pihak
memberitahukan secara tertulis untuk mengakhiri Peraetujuan ini 6 bulan sebelum Persetujuan ini diakhiri .
(c ) Persetujuan ini dapat diubah aetiap saat
perlu berdasarkan kesepakatan beraama.

jika

dianggap

SEBAGAI BUKTI , yang bertanda tangan di bawah in1 yang
diberi kuasa oleh Pemerintah masing-masing, telah menandatangani Persetujuan ini _

Dibuat di Jakarta pada tanggal 25 Oktober 1991, dalam
rangkap dua, dala.m bahasa Indonesia , bahasa Vietnam dan
bahasa Inggris,. semua naskahnya mempunyai kekuatan hukum
yang sama _
Dalam hal terdapat perbedaan penafsiran
naskah
dalam
bahasa Inggris akan dipergunakan_
11

Untuk Pemerintah Republik
Indonesia

Signed
セprawio

⦅@

Signed

------Menter i Koordinator
Ekonomi , Keuangan, Industri
dan Pengawasan Pembangunan _


M Mセ

Untuk Pemerintah Republik
Sosialis Vietnam

TRAN DUC LUONG



Wakil Perdana Menteri

.
HIEP DINH VAN TAI BIEN THUONG MAI
GIUA
CHINH PHU NUOC CONG HOA INDONESIA
VA
CHINH PHU NUOC CONG HOA XA HOI
CHU NGHIA VIET NAM

Chinh phu nu6e Cong boa Indonesia va Chinh phu nude Cong
hoa
hoi ehu nghla Viet nam. dudi day dude goi la eae ben.

xa

Vdi long mong mu5n tang eudng quan ィセ@
huu nghi giiia hai
nude, thuc day SU hop tac trong llnh VUC van tai 「ゥセョ@
thudng ュセゥ@
va nang cao hieu qua ィッセエ@
dong eua llnh vuc nay
tren Cd sd nguyen エセ・@
blnh dAng, cung c6 ldi;

VA CUNG THOA THUAN NHU SAU:
f)iE;u 1

Trong ban Hiep dinh nay:
(a) tィオセエ@
ngli ""Tau bir;n cua ュセゥ@
Cd Va dang ky tai nUdC do:

ben ·· la

tau buon mang

(b) Thuat ngli "Thuyein vien" la nguoi lam viec tren tau
cua m5i ben . c6 gi&y td tuy than do cae nha chuc trach c6
エィセュ@
quyen eua m6i ben cap ghi trong dieu 9 cua Hiep dinh
nay va e6 ten trong danh saeh エィオケセョ@
vien.

.

Thuat ngu "HB.nh khach " ia nhung ngUdi do tau cua
mo1 ben chuyen chd,
co trong danh sach hanh khach cua tau
.. bg{t
khemg th am gia
vao
c16' khong do tau d6 tu yen dung ィッセ」@
ell cong カゥセ」@
nao tr en tau .
( c)

セN@

7

A.7

(d) Thuat ngli " Nha chu c trach c6 th&i quyein " la co quan
Nha nude duoc cac ben chl dinh chiu trach nhiem quan ly cong
tac van tai 「ゥセョ@
thUdng ュセゥ@
va cac chtic nang khac lien guan;

)

- 2 -

(e) Thuat ngii "LB.nh the>"
- D5i v6i Cong boa Indonesia: La lanh th5 duQc xac
dinh theo lu&t cua nu6c Cong hoa Indonesia va vung lan
can ma b d6 nu6c Cong hoa Indonesia c6 chu quyen , quyen
khoan cua cemg
chu quyen hoac quyen tai phan theo cac 、ゥセオ@
u6c cua Lien ィ ゥセー@
qucic カセ@
l uq.t bie;n 1982.
A'

A\

- D5i v6i Cong boa xa boi chu nghia Viet nam: la "Lanh
th6" va vung nubc lan can ma b do nubc Cong hoa xa hoi chu
nghla
v ゥ セエ@
nam
c6,. _, chu,., アオケセョ@
ィッセ」@
quyen tai phan phu hdp
,
,...
,
voi ャオセエ@
phap Quoc te .
ヲ^ゥセオ@

2
,.,

Tau 「ゥセョ@
cua mbi ben c6 エィセ@
qua ャセゥ@
giua mot so cang
ョィセエ@
dinh md cho qubc エセ@
cua hai ben 、セ@
chuyen cho hanh
khach va hang h6a cua hai nubc (duoi day g9 i
la v€m tai
thoa thuan)
dゥセオ@

」ィセー@
エィ。」

3

Tau chd thue treo Cd cua nu6c thu 。セ@「
duoc phia ben kia
thu&n va do cac cong ty v &n tai 「ゥセョ@
cua m6i ben khai
セ@ cung duoc phep tham gia van tai thoa thu&n.
dゥセオ@

4

M6i ben, can cu theo luat phap va cac qui dinh
tung nude, khong duoc エ ゥ セョ@
hanh cac bien phap phan
d5i XU v6i tau thuyen cua ben kia khi tham gia vao van
thoa thuan cua hai nu6c .
dゥセオ@

'
cua
「ゥセエ@

tai

5

(a) M5i ben danh chei do "Tcii 「オ @セ qu cic " cho ben k i a tai
cac cang 「ゥセョ@
quoc エセ@
vbi sv tuan thu 、セケ@
du lu&t phap va
cac qui dinh cua nubc d6 .
(b) cィセ@
do "T5i hue qu5c" duoc qui dinh trong phgln (a)
CUa dieu khoan nay s e ap dung dbi Vdi cセ@
thu tuc hai quan,
cac
phi , cang phi, ra vao cang エセ@
do va SU dvng cang
cung nhU dbi Vdi cac エィゥセ@
bi danh Cho dich VV van tai

le

- 3 -

bie;n nhu :
xe taL kho hang, bg;n bai container·, d5i voi
tau va cac hang hoa chuyen chd . Dae biet,
ch§ do nay chu
ケセオ@
de cap 、セョ@
viec danh cau 「セョ
セ@
cac phUdng tien b5c クセー@
va dich カセ@
エセゥ@
cang.
ャ^ゥセオ@

Cac dieu khoan cua hゥセー@
vbi カゥセ」@
カセョ@
tai nQi dia.

6

dinh nay se kh6ng

ap dung d6i

,

dd
Tuy nhien, khi cac tau cua m9t ben ae;n ben kia 、セ@

hang nhap vao va (hoac ) tra khach tu nu6c ngoai hay bbc
,
hang di va (hoac ) nh&n khach d i toi cac nuoc khac thi
,. .
khong duoc coi ia. van tai nQ l. dia.
ャ^ゥセオ@

7

(a) Cac ben thua ョィセ@
qu5c tich cua tau tren Cd Sd cac
chting nhan hoac ァゥセケ@
dang ky do cac Cd quan chtlc
trach CO エィセュ@
quyen cua ben kia 」セー@
cha tau mang Cd CUa
mlnh.
(b) Cac ben se cung cong nhan ァゥセケ@
chung nhan dung
tich Va cac ァゥセケ@
td lien quan khac CUa tau do cac Cd quan
chtic trach c6 tham アオケセョ@
cua m5i ben 」セーN@
ァゥセケ@

ャ^ゥセオ@

Mbi ben thtla nhan
quan chtic trach c6 エィセュ@
thuyen vien (Seaman's
(Seaman's service Book)
Passport) .

B

gi&y td CUa thuyen Vien do cac Cd
quyen cua phia ben kia c&p nhu: s5
Book ) hoac Sb cong vu thuyen vien
hay Ho chieu thuyen vien if;u 15
De; thi hanh Hiep dinh nay, hai ben se don d5c cac c6ng
ty エセオ@
「ゥセョ@
qu5c gia cua hai nude s6m di 、セョ@
cac thoa
thuan tay doi ve viec van 」ィオケセョ@
hang hoa 「セョァ@
du6ng bien .

- 6 -

f>ieiu 16
cac ben deu
trao dbi 「セエ@
ky
phan.

c6 エィセ@
yeu cau trieu セー@エ
cac cuoc hop de;
v&n de nao ma ca hai ben 、セオ@
d6ng ii dam

f>ieiu 17
Cac ben se tich CUC thuc 、セケ@
phat エイゥセョ@
cac m5i
quan
kinh エセ@
va thUdng ュセゥ@
thong qua SU hop tac trong
llnh vuc van tai 「ゥセョ@
thUdng ュセゥ@
giUa hai nuoc .
a.

he

b. Cac ben thoa thuan ウセ@
teo 、ゥセオ@
kien thu&n ldi cho
cac Cong ty van tai 「ゥセョ@
CUa mbi ben thiet lap cac Cd quan
dai dien tren lanh th5 cua nhau.

f>iEiu 18

セ@

Nhung 「セエ@
、セョァ@
dung Hiep dinh
thUdng hUu nghi
ben.

lien quan t6i viec giai thich ィッセ」@
ap
nay se duQc giai アオケセエ@
thong qua hiep
va dam phan qua duong ョァッセゥ@
giao cua cac

f>ieiu 19
a. Hiep dinh nay c6 hieu ャセ・@
ォセ@
tti ngay ョィセ@
thong bao cub i cung cua cac ben sau khi cac thu
ly da dude hoan エセN@
エセ」@

dude
phap

b. Hiep dinh nay c6 hieu ャセ」@
trong thdi hen 5 nam ke;
L@ tru phi mot trong hai ben thong bao cho phia ben kia
「セョァ@
van"ban v dinh chfun dut Hiep dinh nay 6 thang truoc
khi ィセエ@
han Hiep dinh.
ョセオ@

エゥセー

c. Hiep dinh nay e6 エィセ@
hai ben thay セョ@」
エィゥセ

duoc sua d5i ·vao b!t ky luc
N@

nao

- 7 -

ュセゥ@

DE LAM BANG , nhung nguoi c6 ten duo i clay duoc Chinh
cac ben uy quyen cla ky ten vao ban Hiep clinh nay .

phu

Lam エセゥ@
Jakarta ngay 25 thang 10 nam 1991 , thanh 2 ban,
van ban ! Am 「セョァ@
エゥセョァ@
Indonesia , エゥセョァ@
Vi et vA エゥセョァ@
Anh, エセ@
ca cac v an ban 「セョァ@
cac thu エゥセョァ@
c6 gia tri nhu
nhau . Neu c6 sv ィゥセオ@
khac nhau trong viec gia i
thich thi
ャセケ@
van ban tieng Anh 」ャセ@
」ャセゥ@
」ィゥセオ
N@

Thay me.t
Chinh phu nuoc Cong hoa
Indonesia

Signed

Radius Prawiro
Bo truong ph5i hQp cac van de
Kinh エセL@
TAi chinh, Cong ョァィゥセー@
va giam sat phat エイゥセョ@

Thay ュセ エ@
Chinh phu nuoc Cong boa
Xa hoi chu nghla Viet nam

Signed

Tr&i Due Luong
Pho Chu tj.ch
Hoi 、セョァ@
B9 truong

AGREEMENT BETWEEN
THE GOVERNMENT OF THE
REPUBLIC OF INDONESIA
AND
THE GOVERNMENT OF THE
SOCIALIST REPUBLIC OF VIETNAM
ON
MARITIME MERCHANT SHIPPING

The Government of the Republic of Indonesia and the Government of
the Socialist Republic of Vietnam hereinafter referred to as the
Parties.
Desirous of strengthening the friendly relations between the
Parties and promoting cooperation in the field of maritime
merchant shipping and improving efficiency of maritime merchant
shipping in accordance with the principle of equality and mutual
benefit.

HAVE AGREED AS FOLLOWS
Article 1
For the purpose of this Agreement
(a)

The term "Vessel of either Party" means merchant vessels
flying the national flag of and registered in either Party;

H「セ@

The term "Crew members" means those who are working on board
a vessel of either Party and hold identity documents issued
by the competent authority of that Party as proVlded in
Article 9 of this Agreement and whose names are included in
the crew list of the vessel;

(c)

The term "Passengers" means those persons carried in the
vessel of either Party who are not employed or engaged in
any capacity on board that vessel and whose names are
included in the passenger list of that vessel;

(d)

The
term "Competent authority" means
the
designated
government agency or agencies of either Party responsible
for administration of maritime merchant shipping and its
related functions.

(e)

The term "territory" means
In respect of the Republic of Indonesia, the territory
of the Republic of Indonesia as defined in its laws and
the adjacent areas over which the Republic of Indonesia·
has sovereignty, sovereign rights or jurisdiction in
accordance with the provisions of the United Nations
Convention on the Law of the Sea 1982.

- 2 -

In respect of the Socialist Republic of Vietnam,
"territory"
and adjacent waters over
which
Socialist Republic
of Vietnam has sovereignty
jurisdiction in accordance with international law.

the
the
or

Article 2
Vessels of either Party shall sail between certain ports of the
Parties which are open to foreign countries and engage in
passenger
and cargo services (hereinafter called the "agreed
services") between the two countries.
Article 3
Chartered vessels flying the flag of third countries , acceptable
to the other Party, as far as operated by shipping enterprises of
either Party shall also be allowed to participate in the agreed
services.
Article 4
Each Party shall refrain, in accordance with their respective
laws and regulations, from any discriminatory measures against
the vessels of the other Party in respect of the agreed services
between the two countries.
Article 5
(a)

Each Party shall grant to vessels of the other Party the
most-favoured-nation treatment at its porte open to foreign
countries•
with due respects to the laws and regulations
applied in each Party.

(b)

The most-favoured-nation treatment as provided in paragraph
(a) of this·Article applies to customs formalities, the
levying of charges and port dues, freedom of access to and
the use of the ports as well as all facilities afforded to
shipping services such as trucking, warehousing, container
freight stations in respect of vessels and cargo.
In particular, this refers to the allocations of berths at
piers, loading and unloading facilities and port services:
Article 6

The provisions of the present Agreement shall not apply to
cabotage.
When vessels of one Party sail to another for discharging inward
cargo and/or disembarking passengers from abroad or loading
outward cargo and/or embarking passengers for foreign countries,
it shall not be regarded as cabotage.

- 3 -

Article 7
(a)

The Parties shall mutually recognize the nationality of
vessels on the basis of the certificate or registry duly
issued by the competent authorities of either Party whose
flag the vessel flies.

( b)

The Parties shall mutually recognize the tonnage certificate
and other ship documents duly issued by the competent
authorities of either Party.
Article 8

Each Party shall recognize the identity document of the crew
members duly issued by the competent authorities of the other
Parties such as the Seaman s Book or Seaman s Service Book or
s・。ュョセウ@
Passport. Should any change in the identity document of
the Party occur such change shall be communicated to the other
Party.
1

1

Article 9
(a)

The crew members when staying in the ports or waters of the
other
Party shall
observe the applicable
laws
and
regulations of that Party.
The crew members shall be allowed to contact with their
consular officials or their diplomatic representatives for
settling any necessary formalities.

(b)

Crew members of vessels of either Party shall reciprocally
be permitted to go ashore during the period of stay of their
vessels in the ports of the other Party in accordance with
its national laws and regulations.

(c)

Crew members of vessels of either Party requiring medical
treatment shall be allowed to remain in the territory of the
other Party for the period of time necessary for such
treatment in accordance with the laws and regulations of
that Party.

(d)

Crew members of vessels of either Party may enter the
territory or travel through territory of the other Party for
the purposes of joining vessels, repatriation or any other
reason acceptable to the competent authorities of the other
Party after complet'ihg 'necessary·· formalities in accordance
with the national laws· and regulations of .. that ... Party.

(e)

Either Party has the right to refuse any crew members
entering its territory in accordance with its laws and
regulations,
eventhough they hold crew members identity
documents mentioned in Article 8.

Mセ@

--- -

- 4 -

Article 10
(a)

Should vessels of either Party be involved in shipping
casualties in the territorial waters or ports of the other
Party, the latter shall give all possible assistance to the
vessels, crew members, cargoes and passengers.

( b)

Where the cargo and other properties discharged or rescued
from the vessel involved in such shipping casualties need
to be temporarily stored in the territory of the other
Party,
the necessary facilities and such
cargo
and
properties shall be exempted from all taxes, insofar as it
is not released for consumption or use in the territory of
the other Party.

( c)

Each Party shall promptly notify the consular officials, or
in their absence the diplomatic representatives, of the
other Party when one of its vessels is in distress, and
inform them of measures taken for the rescue and protection
of the crew members, passengers, vessel, cargo and stores.
Article 11

The proceeds accruing from shipping services or other related
services rendered by one Party to other Party shall be effected
in freely convertible currencies mutually accepted by both
Parties.' Such proceeds can be used for making payments in the
territory of that Party or be freely remitted from that country.
Article 12
The Parties shall adopt, within the limits of their laws and
regulations, all appropriate measures to facilitate and expedite
the turn-round of vessels, to prevent unnecessary delays, and to
expedite and simplify customs and other formalities required at
ports.
Article 13
The provisions of this Agreement shall not limit the right of
either Party to take measures for the protection of ᄋゥセウ@
security
and public health · ··OI' t'fle· prevention.of disease and pest in
animals and plants.
Article 14
Bilateral seaborne cargo between both Parties shall, in principle
be carried by vessels of both Parties.
Vessels of both Parties have equal rights and opportunities in
the carriage . of Bilateral Seaborne cargo and Seaborne Trade cargo
between either Party.

.

·-

--- - -

--·- --

- - - - -- --

-- -·- · - - - - -

- 5 -

Article 15
In order to implement this Agreement both Parties shall urge
national shipping lines to enter into a bilateral arrangement on
the carriage of seaborne cargo.
Article 16
Either Party may request that a consultation be
matter which both Parties agree to discuss.

held

on

any

Article 17
(a)

The Parties shall actively promote the development of the
economic and trade relationship between the Parties through
merchant shipping cooperation .

(b)

The Parties agree that favourable conditions will be given to
the shipping lines of either Party for the establishment of
their representative offices in the territory of the
other
Party.
Article 18

Disputes concerning the interpretation or implementation of this
Agreement shall be settled amicably through consultations and
diplomatic negotiations between the Parties.
Article 19
(a)

This Agreement shall enter into force on the date of the last
notification by either Party that it has completed necessary
legal procedures.

(b)

This Agreement shall remain in force for a period of five
years and shall continue in force thereafter .for another
period
of five years and so forth unless either Party
notifies in writing of its intention to terminate this
Agreement six セッョエィウ@
before the expiration of this Agreement.

(c)

This Agreement ..·· may· be amended at.any . エNゥュ・セ@
necessary ., by mu,tµal . c.o nse.nt.

if

J_t;..

..pNセjョウ@

-

6 -

IN WITNESS WHEREOF, the undersigned duly authorized thereto
their respective Governments, have signed this Agreement.

by

Done at Jakarta on 25th October 1991, in duplicate,
in the
Indonesian, Vietnamese and English languanges, all texts being
equally authentic.
In case of divergence of interpretation, the
English text shall prevail.

For the Government of the
Republic of Indonesia

Signed

For the Government of the
Socialist Republic of Vietnam

Signed

RADIUS PRAWIRO

TRAN DUC LUONG

Coordinating Minister for
Economic, Financial, Industrial
Affairs, and for the
Supervision of Development

Vice Chairman of the
Council of Ministers