PERAN ORANG TUA DAN MASYARAKAT DALAM MENGATASI KENAKALAN ANAK (Studi Kasus di Dukuh Gorongan, Kelurahan Donohudan, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah) | PURNAMASARI | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 4009 8917 1 SM
PERAN ORANG TUA DAN MASYARAKAT DALAM MENGATASI
KENAKALAN ANAK
(Studi Kasus di Dukuh Gorongan, Kelurahan Donohudan, Kecamatan
Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah)
Erna Purnamasari
K8410021
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui bentuk pendidikan
yang diberikan orang tua untuk membentengi anak dari perilaku kenakalan, (2)
Untuk mengetahui strategi masyarakat dalam mengatasi kenakalan anak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan jenis
penelitian studi kasus tunggal terpancang. Jenis data yang digunakan adalah data
primer dan sekunder. Sumber data diperoleh dari informan, peristiwa atau
aktivitas serta dokumen dan arsip. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara
mendalam, observasi dan pengumpulan dokumentasi. Teknik analisis data
menggunakan model analisis interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) orang tua menerapkan pola
asuh permisif sebagai bentuk pendidikan kepada anak. Pola asuh permisif ditandai
adanya pembiaran terhadap perilaku anak, (2) berdasarkan analisis teori
Durkheim, masyarakat Dukuh Gorongan menggunakan pendekatan kekeluargaan
untuk mengatasi perilaku kenakalan anak. Pendekatan kekeluargaan adalah salah
satu bentuk sanksi represif yang diterapkan oleh masyarakat Dukuh Gorongan
yang organis.
Kata kunci: kenakalan anak, pola asuh, orang tua, masyarakat organis, sanksi
represif.
ABSTRACT
The objectives of research are: (1) To find out form of education given
by parents to shield their children from delinquency behavior, (2) To find out the
strategies of communities to resolve the juvenile delinquency.
This research used descriptive qualitative approach with case study
research of single embedded. The types of data used were primary and secondary
data. The sources of data was obtained from informants, events or activities,
documents and archives. The sampling technique in this research was purposive
sampling. The techniques of collecting data were in-dept interview, observation
and collecting documentation. The technique of analyzing data used interactive
model of analysis.
The result of research showed that: (1) parents applying permissive
parenting as a form of education for children. Permissive parenting characterized
by the omission of the child's behavior, (2) based on analysis of Durkheim's
theory, hamlet community Gorongan using a family approach to resolve the
delinquency behavior. Family approach is one form of repressive sanction that
applied by the organic community Gorongan Hamlet.
Key words: juvenile delinquency, parenting, parents, organis society, repressive
sanction.
dilakukan oleh anak biasa disebut dengan
PENDAHULUAN
Berdasarkan
Undang-Undang
kenakalan anak. Perilaku kenakalan anak
23
Tahun
2002
tentang
dimaknai sebagai perilaku yang tidak
Perlindungan
Anak,
anak
adalah
sesuai dengan norma-norma yang hidup di
Nomor
seseorang yang belum berusia 18 tahun.
tengah masyarakat (Sarwirini, 2011).
Sensus penduduk Badan Pusat Statistik
Perilaku kenakalan anak dapat
(BPS) pada tahun 2010 menunjukkan
dengan mudah ditemui di berbagai tempat
bahwa 34,20% penduduk Indonesia yaitu
dalam masyarakat. Berdasarkan observasi
sebanyak 81,4 juta jiwa adalah penduduk
awal, kenakalan anak di Dukuh Gorongan
berusia anak. Pada tahun 2011, jumlah
lebih banyak berwujud pelanggaran norma
hampir sama juga ditunjukkan data dari
masyarakat daripada pelanggaran norma
Kementerian Pemberdayaan Perempuan &
hukum, meskipun juga terdapat beberapa
Perlindungan
yaitu
kasus yang dilimpahkan ke kepolisian.
sebanyak 33,9% atau 82,5 juta jiwa
Kenakalan anak di Dukuh Gorongan
penduduk Indonesia berusia anak. Dalam
antara lain membolos sekolah, tawuran,
dua tahun berturut-turut diketahui bahwa 1
keluyuran, mabuk-mabukan, mencuri serta
dari 3 orang penduduk Indonesia adalah
bergabung dengan geng yang memberikan
penduduk usia anak.
pengaruh buruk bagi anak.
Jumlah
sepertiga
Anak
(KPP&PA)
anak
penduduk
yang
Semakin lama, masalah kenakalan
mencapai
Indonesia
dapat
anak dirasakan semakin meningkat baik
menguntungkan Negara dalam hal sosial
secara
budaya,
dan
(Sudarsono, 2004: 84). Meningkatnya
pembangunan jika dapat dimanfaatkan
perilaku kenakalan anak tidak terlepas dari
secara optimal. Namun jika tidak diiringi
peran orang tua dan masyarakat dalam
dengan peningkatan kualitas anak, maka
membimbing dan mengarahkan anak.
akan memicu lahirnya penyimpangan
Keluarga
sosial.
utama sangat memengaruhi perkembangan
ekonomi,
Penyimpangan
politik
sosial
yang
kualitatif
sebagai
maupun
tempat
kuantitatif
pengasuhan
seorang anak. Perkembangan perilaku
penelitian adalah studi kasus tunggal
anak akan dapat dicapai secara optimal
terpancang dengan menetapkan satu lokasi
jika keluarga mampu menciptakan situasi
dan tertuju pada satu sasaran yaitu di
yang kondusif dan mendukung melalui
Dukuh Gorongan, Kelurahan Donohudan,
penerapan pola asuh yang sesuai bagi anak
Kecamatan
serta sesuai dengan perkembangan zaman
Boyolali, Jawa Tengah. Kasus adalah hal
yang terus berubah (Junaedi dkk, 2013:
yang spesifik (Denzin, 2009: 300). Kasus
12).
yang diangkat dalam penelitian hanya
Ngemplak,
Kabupaten
lingkungan
ditemukan di Dukuh Gorongan yaitu
masyarakat memegang peranan penting
berkaitan dengan keterlibatan anak dalam
dalam perkembangan anak (Simandjuntak,
Geng
1983). Masyarakat memiliki pengaruh
timbulnya kenakalan anak.
Setelah
keluarga,
Gondhez’s
sebagai
penyebab
Penelitian dilakukan dalam waktu
besar terhadap kenakalan anak. Peran
melakukan
6 (enam) bulan dari bulan Desember 2013
pengendalian terhadap individu agar dapat
hingga Mei 2014. Jenis data yang
berperilaku sesuai dengan norma dan nilai
digunakan adalah data primer melalui
yang telah disepakati bersama. Jika norma
wawancara dan data sekunder melalui
dan nilai dalam masyarakat tidak dapat
observasi. Data wawancara digunakan
menentukan bagaimana ganjaran atau
untuk memperoleh informasi tentang pola
penghargaan
asuh orang tua, jenis kenakalan anak, dan
masyarakat
individu,
adalah
didistribusikan
maka
kehilangan
individu.
kepada
masyarakat
strategi
masyarakat
dalam
mengatasi
atas
perilaku
kenakalan anak. Data observasi digunakan
adalah
lahirnya
untuk menegaskan maupun mengecek
pengendali
Akibatnya
telah
berbagai bentuk penyimpangan, salah
kembali data wawancara.
Sumber data dalam penelitian
satunya yaitu kenakalan anak.
adalah informan, peristiwa atau aktivitas,
serta dokumen atau arsip.
METODE
Informan
Penelitian ini adalah penelitian
meliputi anak usia 11-18 tahun, orang tua
kualitatif. Dengan penelitian kualitatif,
dari anak berusia 11-18 tahun, serta
peneliti dapat menangkap makna dari
masyarakat Dukuh Gorongan. Peristiwa
pernyataan
dan
informan
sehingga
dapat
aktivitas
yang
diamati
meliputi
diperoleh pemahaman yang komprehensif
interaksi orang tua dengan anak, perilaku
mengenai peran orang tua dan masyarakat
kenakalan anak, serta respon masyarakat
dalam mengatasi kenakalan anak. Jenis
terhadap kenakalan anak. Dokumen yang
digunakan berupa surat pernyataan hasil
perilaku terhadap anak sehingga perilaku
musyawarah masyarakat Dukuh Gorongan
kenakalan anak di Dukuh Gorongan
dalam mengatasi kenakalan anak.
dianggap
Teknik
sampling
dalam
sebagai
Pembiaran
sebuah
kewajaran.
anak
disebabkan
perilaku
penelitian ini adalah purposive sampling
adanya
dengan cara memilih informan yang
pengasuhan karena tingkat pendidikan
dianggap mengetahui permasalahan yang
orang tua yang rendah. Pendidikan orang
diteliti
dapat
tua adalah tamat SMP, tamat SD dan tidak
dipercaya untuk menjadi sumber data
pernah menempuh pendidikan formal.
yang baik. Pengumpulan data dilakukan
Orang
melalui wawancara mendalam, observasi
mengasuh adalah memenuhi kebutuhan
dan mencatat dokumen.
material
secara
mendalam
dan
Validitas data diperoleh dengan
persepsi
tua
yang
memiliki
anak.
salah
persepsi
Sehingga
tentang
bahwa
orang
tua
menghabiskan sebagian besar waktunya
melakukan triangulasi sumber atau data
untuk
dan triangulasi metode. Triangulasi data
memenuhi kebutuhan tersebut. Bapak
dilakukan dengan mengecek dua atau
Supardi bekerja sebagai sopir armada es
lebih informan yang berbeda mengenai
batu dari pukul 05.30 hingga 18.00 WIB.
data yang sama yaitu antara informan
Ibu Sutarmi bekerja sebagai penjual
kunci
pendukung.
makanan keliling dari pukul 05.30 hingga
Triangulasi metode dilakukan dengan
14.00 dan suami bekerja sebagai sopir bus
membandingkan data wawancara dengan
karyawan pabrik dari pukul 04.30 hingga
data observasi.
18.00 WIB. Ibu Suratmi bekerja sebagai
dan
informan
Penelitian
teknik
analisis
ini
data
menggunakan
model
analisis
interaktif yang dimulai dari pengumpulan
bekerja
mencari
uang
guna
ibu rumah tangga dan suami bekerja
sebagai tukang kayu dari pukul 07.00
hingga 18.00 WIB.
data melalui wawancara, observasi dan
Kesibukan bekerja membuat orang
mencatat dokumen. Data yang terkumpul
tua tidak memiliki waktu yang cukup
lalu direduksi. Setelah direduksi, data-data
untuk berinteraksi dan berkomunikasi
disajikan dalam bentuk narasi lalu ditarik
dengan anak. Sehingga orang tua kurang
suatu kesimpulan.
mengetahui tumbuh kembang anak.
Informan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa orang tua melakukan pembiaran
Wiwik
merasa
tidak
memperoleh kasih sayang dan perhatian
dari ayahnya karena kurang tercukupinya
intensitas
waktu
bersama.
Akibatnya
adalah Wiwik mencari perhatian dengan
dapat ditiru oleh anak. Saat Dika tidak
cara melanggar berbagai peraturan baik di
menjalankan sholat, Ibu Suratmi berusaha
lingkungan rumah, masyarakat maupun
untuk menegurnya namun tidak pernah
sekolah. Pelanggaran dilakukan Wiwik
diperhatikan oleh Dika. Ibu Suratmi tidak
tanpa sepengetahuan sang ayah, karena
memberikan upaya lanjutan agar Dika mau
ayahnya
rumah.
menjalankan sholat karena menurut Ibu
Kesibukan Ibu Sutarmi dan suami juga
Suratmi, yang terpenting adalah ia telah
menimbulkan pembiaran perilaku terhadap
memberikan
anak. Ibu Sutarmi dan suami menyerahkan
diperhatikan Dika atau tidak.
jarang
berada
di
teguran,
entah
itu
pengawasan perilaku Cyndi kepada anak
Perilaku kenakalan anak di Dukuh
keduanya yaitu Bustar, sedangkan perilaku
Gorongan dipengaruhi oleh keberadaan
Bustar tidak mendapatkan pengawasan
orang
dari siapa pun. Bustar membebaskan
mendanai aktivitas berkumpul disertai
perilaku Cyndi karena Bustar merasa
mabuk-mabukan.
bahwa perilakunya juga dibebaskan oleh
adalah Darta, Joko dan Widi. Orang tua,
orang tua. Hal serupa juga terjadi di
seperti Ibu Suratmi, membiarkan Dika
keluarga Ibu Suratmi. Kesibukan suami
bergaul dengan ketiga orang tersebut
Ibu Suratmi bekerja membuat ia tidak
karena adanya rasa segan dan takut. Rasa
mengetahui aktivitas Dika sehari-hari. Hal
segan ditujukan kepada Darta dan Joko
ini
adanya
yang sering berkontribusi dalam setiap
keterbukaan dari Ibu Suratmi sebagai ibu
acara di Dukuh Gorongan dengan modal
rumah tangga yang mengetahui perilaku
yang mereka miliki. Rasa takut ditujukan
kenakalan Dika, sehingga sang suami
kepada Widi. Larangan
menganggap bahwa perilaku Dika baik-
kepada Dika untuk bergaul dengan Widi
baik saja dan tidak menyimpang.
dapat menimbulkan kesalahpahaman pada
ditambah
dengan
tidak
Selain itu, orang tua juga tidak
pihak
yang
Widi,
memiliki
Orang-orang
sehingga
menampilkan keteladanan yang baik bagi
melakukan
anak. Ibu Suratmi menyuruh Dika untuk
terhadap Ibu Suratmi.
tersebut
memicu
Widi
fisik
di
Dukuh
dibedakan
menjadi
sendiri tidak melaksanakannya. Demikian
Gorongan
juga Bapak Supardi yang menegur Wiwik
kenakalan anak yang biasa terjadi di
untuk sholat, namun Bapak Supardi juga
Dukuh Gorongan dan kenakalan anak yang
tidak menjalankan sholat. Orang tua tidak
masuk ke ranah kepolisian. Perbedaan
memberikan
jenis
keteladanan
positif
yang
dapat
anak
untuk
Ibu Suratmi
ancaman-ancaman
Kenakalan
menjalankan sholat, namun Ibu Suratmi
modal
kenakalan
berpengaruh
pada
perbedaan
strategi
masyarakat
untuk
Lokasi mabuk-mabukan di antaranya yaitu
di
mengatasinya.
sepanjang
jalan
Wisma
Haji
Kenakalan anak yang biasa terjadi
Donohudan, di pos ronda RT. 02, di pos
di Dukuh Gorongan mencakup perilaku
ronda RT. 03, di teras rumah Widi, di teras
membolos sekolah, pulang larut malam
rumah Joko dan di teras rumah Ibu
serta aktivitas mabuk-mabukan. Perilaku
Dalinem.
membolos dilakukan Ervan dan Bowo.
Saat menjumpai Bowo sedang
Bowo sering membolos sekolah hingga
mabuk-mabukan di sepanjang jalan Wisma
mendapatkan
pihak
Haji Donohudan, tindakan yang dilakukan
sekolah sebanyak 4 kali. Ibu Dalinem
warga yaitu memulangkan Bowo ke rumah
berpendapat
Bowo
dengan tujuan agar keluarga mengetahui
yang
terlalu
perilaku Bowo di luar rumah sehingga
sehingga
Bowo
keluarga dapat mengambil tindakan untuk
disebabkan
memanjakan
kunjungan
bahwa
orang
dari
perilaku
tua
anak
mengatasinya.
berperilaku sesuka hati.
Selanjutnya
terdapat
Untuk perilaku mabuk-mabukan
perilaku
pulang larut malam. Perilaku ini dilakukan
yang
oleh Wiwik yang pulang pukul 02.30 dini
rumahnya, Ibu Dalinem menyatakan tidak
hari saat perayaan malam tahun baru, lalu
pernah memberikan teguran. Selain Ibu
Dika setiap hari pulang antara pukul 02.00
Dalinem, masyarakat juga tidak berani
– 04.00 dini hari, serta Bustar yang sering
untuk menegur atau membubarkan. Orang
pulang pukul 06.00 pagi karena pergi ke
tua dari anak yang mabuk-mabukan pun
rumah teman sekolahnya. Sanksi yang
tidak ada yang datang untuk menegur
diberikan masyarakat menurut Wiwik
anaknya. Menurut Ibu Dalinem, salah satu
adalah adanya perbincangan kasak-kusuk
alasan anak sering mabuk-mabukan adalah
dari tetangga. Kasak-kusuk itu lama-
adanya kebebasan serta tidak adanya
kelamaan terdengar oleh keluarga, lalu
tuntunan dari orang tua mereka.
Wiwik akan dimarahi oleh keluarganya.
Di Dukuh Gorongan juga sering
sering
dilaksanakan
Aktivitas
berdampak
pada
di
teras
mabuk-mabukan
munculnya
perilaku
diadakan aktivitas mabuk-mabukan yang
kenakalan lain, yaitu mencuri. Ketika tidak
melibatkan hampir semua anak laki-laki.
ada dana dari Joko dan Darta, anak tidak
Informan Sami menyebutkan anak laki-
bisa melakukan aktivitas mabuk-mabukan
laki usia sekolah yang sering terlibat pesta
karena tidak ada uang untuk membeli
minuman keras adalah Usman, Didit,
minuman keras. Hal itu memicu anak
Dika, Agus, Dicky, Anton dan Bowo.
melakukan pencurian untuk mendapatkan
uang. Perilaku pencurian dilakukan oleh
mengancam
korban;
Suranto
melaporkan
keberadaan
yang sering mencuri pisang
pelaku
akan
Widi
kepada
tanaman warga dan Catur yang beberapa
pihak Polsek Ngemplak; serta jika pelaku
kali mencuri ayam milik bibinya sendiri.
tidak menepati kesepakatan maka pelaku
Selain kenakalan di atas, di Dukuh
sanggup diproses menurut hukum yang
Gorongan juga terdapat kenakalan anak
berlaku. Surat pernyataan dibuat dengan
yang sampai ke ranah kepolisian. Kasus
disaksikan korban dan keluarga korban,
pertama melibatkan Widi dalam kasus
keluarga pelaku, saksi kejadian, serta ketua
penganiayaan terhadap Rian. Kasus ini
RT 02 Dukuh Gorongan.
dapat
diselesaikan
melalui
jalur
kekeluargaan, meskipun berkas laporan
telah
sampai
ke
pihak
PEMBAHASAN
kepolisian.
Penerapan Pola Asuh dalam Keluarga
Masyarakat meminta Widi membuat surat
sebagai Bentuk Pendidikan Terhadap
pernyataan yang berisi bahwa Widi tidak
Anak
Perilaku kenakalan anak di Dukuh
akan mengulangi kembali perbuatannya
Dukuh
Gorongan
dianggap
Gorongan. Apabila Widi melanggarnya,
kewajaran
karena
Widi bersedia diproses secara hukum.
perilaku anak oleh orang tua. Pembiaran
Surat
dan
perilaku anak disebabkan adanya persepsi
ditandatangani dengan disaksikan oleh
yang salah tentang pengasuhan sebagai
korban, orang tua pelaku, ketua RT 02 dan
akibat tingkat pendidikan orang tua yang
03 Dukuh Gorongan, serta beberapa orang
rendah. Orang tua beranggapan bahwa
saksi.
mengasuh adalah memenuhi kebutuhan
yang
merugikan
masyarakat
pernyataan
dibuat
Kasus kedua melibatkan Hendrik
material
anak
sebagai
adanya
sehingga
suatu
pembiaran
orang
tua
sebagai pelaku penganiayaan terhadap
menghabiskan sebagian besar waktunya
Warsido dan Warsidi atas perintah Widi.
untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan
Kasus ini juga diselesaikan melalui jalan
tersebut. Kesibukan orang tua bekerja
kekeluargaan
surat
menyebabkan tidak terpenuhinya aspek
pernyataan. Surat pernyataan berisi bahwa
pengasuhan yang lain yaitu responding
kedua
preventing, monioring, mentoring dan
belah
menyelesaikan
dengan
membuat
pihak
sepakat
masalah
melalui
untuk
jalan
modelling.
Upaya responding (menanggapi)
kekeluargaan dengan beberapa ketentuan,
yaitu
pelaku
perbuatannya;
tidak
akan
pelaku
mengulangi
tidak
akan
tidak dilakukan oleh orang tua karena
orang
tua
cenderung
lebih
sering
memberikan reaksi atas perilaku anak.
keluarga
Dalam mereaksi, orang tua tidak mampu
terjadinya
memikirkan jalan terbaik yang harus
(Santrock, 2003: 525). Pemantauan Ibu
dilakukan untuk mencapai hasil terbaik
Suratmi kepada Dika yang sangat longgar
bagi anak. Reaksi yang diberikan Ibu
memperbolehkan Dika bergaul dengan
Suratmi kepada Dika saat Dika tidak
siapa pun, termasuk dengan Darta, Widi
menjalankan sholat tidak dapat mencapai
dan Joko. Pergaulan Dika dengan orang-
hasil yang optimal. Hal ini dikarenakan
orang tersebut secara langsung maupun
ketika Dika tidak menggubris teguran dari
tidak langsung akan membawa pengaruh
Ibu Suratmi, Ibu Suratmi tidak tidak
negatif bagi Dika.
memberikan
upaya
lanjutan
preventing
dapat
perilaku
menimbulkan
kenakalan
anak
Untuk dapat melakukan mentoring
untuk
(pendampingan) kepada anak, hal yang
mencapai hasil yang diinginkan..
Upaya
yang
(pencegahan)
perlu
dilakukan
orang
hanyalah
dilakukan sebelum perilaku kenakalan
menghabiskan
anak terjadi dengan cara orang tua terlibat
(Eunice Kennedy Shriver NICHD, hlm.
secara
anak.
17). Pendampingan anak bertujuan untuk
Hubungan positif antara orang tua dan
mendukung dan mendorong perilaku anak
anak dapat memberikan lingkungan yang
yang sesuai dengan aturan serta melarang
stabil bagi anak untuk tumbuh dan
perilaku yang tidak sesuai. Bapak Supardi
berkembang. Dalam hubungan itu, orang
melarang anaknya untuk berteman dekat
tua menerapkan peraturan secara konsisten
dengan laki-laki, namun karena intensitas
beserta sanksi-sanksinya. Hal ini dilakukan
waktu yang dihabiskan bersama Wiwik
agar anak mengetahui perilaku mana yang
sangat
sesuai dan tidak sesuai dengan aturan.
Supardi tidak mengetahui bahwa Wiwik
Hubungan positif tidak dapat diciptakan
berulang kali melanggar larangan itu.
orang tua, karena kesibukan orang tua
Akibatnya,
bekerja menyebabkan komunikasi dan
menentukan tindakan yang harus diambil
interaksi orang tua dengan anak menjadi
untuk mengatasi perilaku kenakalan anak
terbatas.
agar tidak berkelanjutan.
aktif
dalam
kehidupan
Kesibukan orang tua bekerja juga
waktu
tua
terbatas
Upaya
bersama
menyebabkan
orang
tua
tidak
modelling
anak
Bapak
dapat
(pemodelan)
monitoring
dapat dilakukan orang tua dengan cara
(memantau) lingkungan pergaulan anak.
menggunakan kata-kata dan tindakannya
Pengawasan orang tua yang longgar atau
sendiri sebagai teladan positif bagi anak.
tidak memadai adalah faktor utama dalam
Sebagai
menghambat
upaya
contoh,
jika
Bapak
Supardi
menginginkan Wiwik menjalankan sholat,
mereka sendiri (Herien Puspitawati, 2009:
maka Bapak Supardi juga harus rajin
11).
sholat. Anak melihat orang tua sebagai
Ketergantungan dalam masyarakat
teladan dan menganggap perilaku mereka
organis lebih mengarah pada hubungan
harus ditiru. Jika sang teladan melakukan
ekonomi daripada hubungan emosional.
pelanggaran aturan, maka anak akan
Sehingga
melakukan hal yang sama.
memiliki suatu hubungan tertentu dengan
Tidak adanya upaya RPM3 dalam
ketika
masyarakat
tidak
seorang individu, mereka lebih memilih
aktivitas mengasuh anak akan mendorong
untuk
bersikap
acuh.
Ketidakacuhan
orang tua melakukan pembiaran perilaku
masyarakat
mencakup
permasalahan
terhadap anak. Pembiaran perilaku anak
kenakalan anak. Selama kenakalan anak
menandakan lemahnya kontrol dari orang
tidak
tua. Hurlock (dalam Aisyah, 2010: 6)
masyarakat,
mengemukakan bahwa pola asuh permisif
menaruh
bercirikan adanya kontrol dan bimbingan
Keterlibatan anak-anak Dukuh Gorongan
yang kurang dari orang tua serta orang tua
dalam aktivitas berkumpul dan mabuk-
bersikap longgar atau bebas terhadap anak.
mabukan tidak mendapat perhatian yang
mengganggu
dan
merugikan
masyarakat
cenderung
ketidakpedulian
terhadapnya.
serius dari masyarakat karena aktivitas itu
Pendekatan
Kekeluargaan
Sebagai
Strategi Penanganan Kenakalan Anak
tidak merugikan masyarakat. Aktivitas
mabuk-mabukan hanya merugikan diri
Gorongan
anak sendiri baik dalam hal finansial
adalah salah satu bentuk masyarakat
maupun kesehatan, sehingga hal itu tidak
organis
menjadi urusan publik.
Masyarakat
dengan
Dukuh
berbagai
spesialisasi
individu di dalamnya. Dalam bidang
pekerjaan,
data
statistik
penduduk
Jika merujuk pada konsep Emile
Durkheim,
bentuk
masyarakat
Dukuh
menunjukkan bahwa di Dukuh Gorongan
Gorongan yang organis idealnya memiliki
terdapat berbagai jenis mata pencaharian
hukum restitutif untuk mengatasi perilaku
masyarakat antara lain buruh, karyawan
kenakalan
swasta,
serta
restitutif akan melibatkan Negara, karena
Pegawai Negeri Sipil. Adanya pembagian
Negara adalah pemilik kekuasaan dan
kerja menciptakan ketergantungan yang
perwujudan
dari
mengikat antara satu individu dengan
masyarakat.
Setiap
individu
peraturan
wiraswasta,
lain,
pedagang
karena
mampu memenuhi
individu
tidak
seluruh kebutuhan
anak.
Penerapan
kesadaran
hukum
kolektif
pelanggaran
perundang-undangan
atas
yang
disahkan oleh Negara dianggap sebagai
pelanggaran terhadap nurani kolektif yang
pendekatan kekeluargaan bukan sebagai
dapat mengancam solidaritas sosial (Ken
penentu hukuman yang akan dijatuhkan
Thompson,
terdapat
kepada pelaku seperti dalam hukum
seorang individu atau anak yang terbukti
restitutif. Peran polisi adalah sebagai
melakukan pelanggaran hukum maka anak
mediator, fasilitator atau pun pengawas.
akan berhadapan dengan negara melalui
Penentu hukuman kepada pelaku atau jalan
aparatur penegak hukumnya. Masyarakat
keluar terbaik bagi kedua belah pihak
organis menganggap bahwa penyelesaian
adalah masyarakat. Hadi Supeno (2010:
kasus pelanggaran atau kenakalan anak
222)
adalah melalui jalur hukum pidana.
musyawarah kekeluargaan, pelaku dan
2002:
61).
Jika
menjelaskan
bahwa
dalam
Konsep ideal Emile Durkheim
korban beserta keluarga dan masyarakat
mengenai masyarakat mekanis dan hukum
berada pada posisi yang sejajar untuk
represif serta masyarakat organis dan
menentukan jalan keluar terbaik yang
hukum restitutif tidak ditemukan pada
harus ditempuh setelah pelaku menyadari
masyarakat Dukuh Gorongan. Jika dilihat
kesalahannya.
dari
struktur
dan
masyarakat
sifat
Tujuan
masyarakat,
Dukuh
Gorongan
kekeluargaan
utama
yang
menganut
represif
Akan tetapi dalam menghadapi perilaku
diderita
kenakalan
Dukuh
terhadap luka akibat perbuatannya, serta
Gorongan cenderung menggunakan hukum
konsiliasi dan rekonsiliasi di kalangan
represif yang menjadi ciri khas masyarakat
korban, pelaku dan masyarakat (Hadi
mekanis.
Supeno, 2010: 202). Upaya ini akan
anak,
masyarakat
masyarakat
korban,
perbaikan
luka
hukum
organis.
merepresentasikan
adalah
pendekatan
pengakuan
yang
pelaku
setiap
melahirkan rasa malu dan tanggung jawab
perilaku pelanggaran berada di bawah
dalam diri pelaku dan keluarga atas
pengawasan masyarakat secara langsung,
kesalahan pelaku, serta memotivasi pelaku
bukan di bawah pengawasan lembaga
beserta
penegak hukum seperti dalam hukum
memperbaikinya. Hal itu sesuai dengan
restitutif.
pendapat
Dalam
hukum
Pendekatan
represif,
yang
ditempuh
keluarganya
Soetandyo
untuk
Wignjosoebroto
masyarakat bukan melalui pendekatan
(2002) bahwa hukuman bagi pelaku
hukum
melalui
pelanggaran menurut hukum represif tidak
dengan
harus
pidana,
pendekatan
melainkan
kekeluargaan
mencerminkan
pertimbangan
melibatkan korban, pelaku dan ketua RT
rasional mengenai jumlah kerugian secara
sebagai
obyektif,
saksi.
Peran
polisi
dalam
juga
bukan
penyesuaian
hukuman dengan kejahatannya, melainkan
pengasuhan
hukuman tersebut menggambarkan dan
pendidikan orang tua yang rendah. Orang
menyatakan
tua beranggapan bahwa mengasuh adalah
kemarahan
kolektif
yang
sebagai
akibat
tingkat
muncul. Fungsi hukum represif dalam
memenuhi
kebutuhan
pendekatan kekeluargaan adalah untuk
Sehingga
orang
menekan
sebagian besar waktunya untuk bekerja
penyimpangan-penyimpangan
terhadap nurani kolektif yang lainnya.
guna
material
tua
memenuhi
anak.
menghabiskan
kebutuhan
tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas
Kesibukan bekerja menyebabkan tidak
dapat diketahui bahwa konsep Emile
terpenuhinya aspek pengasuhan lain yaitu
Durkheim
responding
(menanggapi),
masyarakat antara mekanis dan organis
(mencegah),
monitoring
beserta hukum represif dan restitutifnya
mentoring (mendampingi) dan modelling
tidak dapat secara tegas dipisahkan antara
(meladani).
mengenai
pembagian
Strategi
keduanya. Masyarakat Dukuh Gorongan
preventing
(memantau),
masyarakat
Dukuh
adalah salah satu contoh masyarakat
Gorongan untuk mengatasi kenakalan anak
peralihan dari masyarakat mekanis menuju
adalah melalui pendekatan kekeluargaan.
organis. Proses peralihan yang belum
Pendekatan kekeluargaan adalah salah satu
sempurna menyebabkan beberapa sisi
perwujudan hukum represif. Masyarakat
masyarakat sudah menunjukkan ciri khas
Dukuh
masyarakat organis namun beberapa sisi
organis
yang lain masih menggunakan ciri khas
masyarakatnya yang memiliki spesialisasi
masyarakat mekanis yang belum dapat
dan tingkat individualitas tinggi. Akan
dihilangkan. Akibatnya, masyarakat tidak
tetapi masyarakat Dukuh Gorongan juga
dapat digolongkan menjadi masyarakat
merupakan masyarakat mekanis karena
mekanis atau masyarakat organis seperti
hukum yang diterapkan masih didominasi
konsep Emile Durkheim.
oleh hukum represif.
Gorongan
jika
adalah
dilihat
masyarakat
dari
bentuk
Saran yang dapat diberikan kepada
orang
PENUTUP
Bentuk pola asuh yang diterapkan
tua
menambah
antara
lain
hendaknya:
wawasan
mengenai
oleh orang tua untuk mendidik anak adalah
pengasuhan dengan cara memperbanyak
pola asuh permisif. Hal ini dikarenakan
membaca
orang tua melakukan pembiaran perilaku
mengenai pengasuhan anak, serta dengan
anak. Pembiaran perilaku anak disebabkan
cara saling berbagi pengalaman antar
adanya
sesama orang tua mengenai pengasuhan
persepsi
yang
salah
tentang
maupun
melihat
liputan
dan tumbuh kembang anak; membangun
komunikasi positif dengan anak dengan
cara
memperbanyak
waktu
dan
perbincangan bersama anak; mengawasi
lingkungan
pergaulan
anak
karena
lingkungan sangat berpengaruh dalam
pembentukan perilaku anak; dapat menjadi
sosok panutan yang dapat diteladani anak
dengan cara menampilkan perkataan dan
perilaku yang baik kepada anak seperti
tidak berbicara kasar, tidak melanggar
aturan serta menjalin hubungan yang baik
dengan individu lain. Sedangkan saran
untuk masyarakat adalah hendaknya peduli
php/daftar-buku/profilanak?download=510%3Aprofilanak
2012
Denzin, Nourman K & Lincoln, Yuanna S.
(2009). Handbook of Qualitative
Research. Yogyakarta: Pustaka
Belajar
Eunice Kennedy Shriver National Institute
of Child Health and Human
Development.
(NICHD).
--.
Adventures In Prenting: How
Responding, Preventing, Monitoring,
Mentoring and Modelling Can Help
You Be A Successful Parent. US: U.S
Department of Health and Human
Services. Diperoleh 3 April 2014
dari
https://www.nichd.nih.gov/publicati
ons/pubs/adv_in_parenting/documen
ts/adventures_in_parenting_rev.pdf
terhadap lingkungan anak dengan cara
memberikan teladan yang baik bagi anak
serta memberikan teguran dan pengarahan
ketika anak melakukan pelanggaran.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah. (2010). Pengaruh Pola Asuh
Orang Tua Terhadap Tingkat
Agresivitas Anak. Jurnal Meditek, 2
(1), 1-7. Diperoleh 23 Januari 2014
dari
http://ftunm.net/medtek/Jurnal_Medtek_Vol
.2_No.1_April_2010/ARTIKEL%20
IBU%20ICHA%20PKK.pdf
Badan Pusat Statistik, Kementerian
Pemberdayaan
Perempuan
dan
Perlindungan Anak. (2012). Profil
Anak Indonesia 2012. Jakarta:
Kementerian
Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak
(KPP&PA). Diperoleh 11 Januari
2014
dari
http://www.menegpp.go.id/v2/index.
Hadi Supeno. (2010). Kriminalisasi Anak:
Tawaran
Gagasan
Radikal
Peradilan Anak Tanpa Pemidanaan.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
Herien
Puspitawati.
(2009).
Teori
Struktural
Fungsional
dan
Aplikasinya
Dalam
Kehidupan
Keluarga. Bogor: Departemen Ilmu
Keluarga dan Konsumen Fakultas
Ekologi Manusia IPB. Diperoleh 19
Januari
2014
dari
http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/12
3456789/40279/3/Pages%20from%2
0TEORI%20STRUKTURAL%20F
UNGSIONAL%20DAN%20APLIK
ASINYA%20DALAM%20KEHIDU
PAN%20KELUARGA%20(51118).pdf
Jonaidi. (2013). Analisis Sosiologis
Terhadap Perilaku Menyimpang
Siswa Pada SMA Pembangunan
Kabupaten Malinau.
E-Journal
Sosiatri-Sosiologi,
1(3),
11-24.
Diperoleh 27 Desember 2013 dari
http://ejournal.sos.fisip-
unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2013/09/ejournal%2
0(09-09-13-07-49-38).pdf
Santrock, John W. (2003). Adolescence:
Perkembangan Remaja. Jakarta:
Erlangga
Sarwirini. (2011). Kenakalan Anak
(Juvenile Delinquency): Kausalitas
dan Upaya Penanggulangannya.
Perspektif, XVI (4), 244-251.
Diperoleh 14 Januari 2014 dari:
http://ejournal.uwks.ac.id/myfiles/20
1209442514478516/5.pdf
Simandjuntak, B. (1983). Latar Belakang
Kenakalan
Remaja.
Bandung:
Penerbit Alumni
Soetandyo
Wignjosoebroto.
(2002).
Hukum: Paradigma, Metode dan
Masalah. Jakarta: Lembaga Studi
dan Advokasi Masyarakat. Diperoleh
19
Januari
2014
dari
http://www.elsam.or.id/downloads/1
369625641_HukumParadigmaMetod
eDanMasalah-SoetandyoELSAM.pdf
Sudarsono. (2004). Kenakalan Remaja.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Thompson, Ken. (2002). Emile Durkheim
Revised Edition. New York:
Routledge. Diperoleh 19 Januari
2014
dari
http://swauop.yolasite.com/resources
/Durkheim%20%20key%20sociologists.pdf
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002.
Diperoleh 21 Januari 2014 dari
http://riau.kemenag.go.id/file/dokum
en/UUNo23tahun2003PERLINDUN
GANANAK.pdf
KENAKALAN ANAK
(Studi Kasus di Dukuh Gorongan, Kelurahan Donohudan, Kecamatan
Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah)
Erna Purnamasari
K8410021
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui bentuk pendidikan
yang diberikan orang tua untuk membentengi anak dari perilaku kenakalan, (2)
Untuk mengetahui strategi masyarakat dalam mengatasi kenakalan anak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan jenis
penelitian studi kasus tunggal terpancang. Jenis data yang digunakan adalah data
primer dan sekunder. Sumber data diperoleh dari informan, peristiwa atau
aktivitas serta dokumen dan arsip. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara
mendalam, observasi dan pengumpulan dokumentasi. Teknik analisis data
menggunakan model analisis interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) orang tua menerapkan pola
asuh permisif sebagai bentuk pendidikan kepada anak. Pola asuh permisif ditandai
adanya pembiaran terhadap perilaku anak, (2) berdasarkan analisis teori
Durkheim, masyarakat Dukuh Gorongan menggunakan pendekatan kekeluargaan
untuk mengatasi perilaku kenakalan anak. Pendekatan kekeluargaan adalah salah
satu bentuk sanksi represif yang diterapkan oleh masyarakat Dukuh Gorongan
yang organis.
Kata kunci: kenakalan anak, pola asuh, orang tua, masyarakat organis, sanksi
represif.
ABSTRACT
The objectives of research are: (1) To find out form of education given
by parents to shield their children from delinquency behavior, (2) To find out the
strategies of communities to resolve the juvenile delinquency.
This research used descriptive qualitative approach with case study
research of single embedded. The types of data used were primary and secondary
data. The sources of data was obtained from informants, events or activities,
documents and archives. The sampling technique in this research was purposive
sampling. The techniques of collecting data were in-dept interview, observation
and collecting documentation. The technique of analyzing data used interactive
model of analysis.
The result of research showed that: (1) parents applying permissive
parenting as a form of education for children. Permissive parenting characterized
by the omission of the child's behavior, (2) based on analysis of Durkheim's
theory, hamlet community Gorongan using a family approach to resolve the
delinquency behavior. Family approach is one form of repressive sanction that
applied by the organic community Gorongan Hamlet.
Key words: juvenile delinquency, parenting, parents, organis society, repressive
sanction.
dilakukan oleh anak biasa disebut dengan
PENDAHULUAN
Berdasarkan
Undang-Undang
kenakalan anak. Perilaku kenakalan anak
23
Tahun
2002
tentang
dimaknai sebagai perilaku yang tidak
Perlindungan
Anak,
anak
adalah
sesuai dengan norma-norma yang hidup di
Nomor
seseorang yang belum berusia 18 tahun.
tengah masyarakat (Sarwirini, 2011).
Sensus penduduk Badan Pusat Statistik
Perilaku kenakalan anak dapat
(BPS) pada tahun 2010 menunjukkan
dengan mudah ditemui di berbagai tempat
bahwa 34,20% penduduk Indonesia yaitu
dalam masyarakat. Berdasarkan observasi
sebanyak 81,4 juta jiwa adalah penduduk
awal, kenakalan anak di Dukuh Gorongan
berusia anak. Pada tahun 2011, jumlah
lebih banyak berwujud pelanggaran norma
hampir sama juga ditunjukkan data dari
masyarakat daripada pelanggaran norma
Kementerian Pemberdayaan Perempuan &
hukum, meskipun juga terdapat beberapa
Perlindungan
yaitu
kasus yang dilimpahkan ke kepolisian.
sebanyak 33,9% atau 82,5 juta jiwa
Kenakalan anak di Dukuh Gorongan
penduduk Indonesia berusia anak. Dalam
antara lain membolos sekolah, tawuran,
dua tahun berturut-turut diketahui bahwa 1
keluyuran, mabuk-mabukan, mencuri serta
dari 3 orang penduduk Indonesia adalah
bergabung dengan geng yang memberikan
penduduk usia anak.
pengaruh buruk bagi anak.
Jumlah
sepertiga
Anak
(KPP&PA)
anak
penduduk
yang
Semakin lama, masalah kenakalan
mencapai
Indonesia
dapat
anak dirasakan semakin meningkat baik
menguntungkan Negara dalam hal sosial
secara
budaya,
dan
(Sudarsono, 2004: 84). Meningkatnya
pembangunan jika dapat dimanfaatkan
perilaku kenakalan anak tidak terlepas dari
secara optimal. Namun jika tidak diiringi
peran orang tua dan masyarakat dalam
dengan peningkatan kualitas anak, maka
membimbing dan mengarahkan anak.
akan memicu lahirnya penyimpangan
Keluarga
sosial.
utama sangat memengaruhi perkembangan
ekonomi,
Penyimpangan
politik
sosial
yang
kualitatif
sebagai
maupun
tempat
kuantitatif
pengasuhan
seorang anak. Perkembangan perilaku
penelitian adalah studi kasus tunggal
anak akan dapat dicapai secara optimal
terpancang dengan menetapkan satu lokasi
jika keluarga mampu menciptakan situasi
dan tertuju pada satu sasaran yaitu di
yang kondusif dan mendukung melalui
Dukuh Gorongan, Kelurahan Donohudan,
penerapan pola asuh yang sesuai bagi anak
Kecamatan
serta sesuai dengan perkembangan zaman
Boyolali, Jawa Tengah. Kasus adalah hal
yang terus berubah (Junaedi dkk, 2013:
yang spesifik (Denzin, 2009: 300). Kasus
12).
yang diangkat dalam penelitian hanya
Ngemplak,
Kabupaten
lingkungan
ditemukan di Dukuh Gorongan yaitu
masyarakat memegang peranan penting
berkaitan dengan keterlibatan anak dalam
dalam perkembangan anak (Simandjuntak,
Geng
1983). Masyarakat memiliki pengaruh
timbulnya kenakalan anak.
Setelah
keluarga,
Gondhez’s
sebagai
penyebab
Penelitian dilakukan dalam waktu
besar terhadap kenakalan anak. Peran
melakukan
6 (enam) bulan dari bulan Desember 2013
pengendalian terhadap individu agar dapat
hingga Mei 2014. Jenis data yang
berperilaku sesuai dengan norma dan nilai
digunakan adalah data primer melalui
yang telah disepakati bersama. Jika norma
wawancara dan data sekunder melalui
dan nilai dalam masyarakat tidak dapat
observasi. Data wawancara digunakan
menentukan bagaimana ganjaran atau
untuk memperoleh informasi tentang pola
penghargaan
asuh orang tua, jenis kenakalan anak, dan
masyarakat
individu,
adalah
didistribusikan
maka
kehilangan
individu.
kepada
masyarakat
strategi
masyarakat
dalam
mengatasi
atas
perilaku
kenakalan anak. Data observasi digunakan
adalah
lahirnya
untuk menegaskan maupun mengecek
pengendali
Akibatnya
telah
berbagai bentuk penyimpangan, salah
kembali data wawancara.
Sumber data dalam penelitian
satunya yaitu kenakalan anak.
adalah informan, peristiwa atau aktivitas,
serta dokumen atau arsip.
METODE
Informan
Penelitian ini adalah penelitian
meliputi anak usia 11-18 tahun, orang tua
kualitatif. Dengan penelitian kualitatif,
dari anak berusia 11-18 tahun, serta
peneliti dapat menangkap makna dari
masyarakat Dukuh Gorongan. Peristiwa
pernyataan
dan
informan
sehingga
dapat
aktivitas
yang
diamati
meliputi
diperoleh pemahaman yang komprehensif
interaksi orang tua dengan anak, perilaku
mengenai peran orang tua dan masyarakat
kenakalan anak, serta respon masyarakat
dalam mengatasi kenakalan anak. Jenis
terhadap kenakalan anak. Dokumen yang
digunakan berupa surat pernyataan hasil
perilaku terhadap anak sehingga perilaku
musyawarah masyarakat Dukuh Gorongan
kenakalan anak di Dukuh Gorongan
dalam mengatasi kenakalan anak.
dianggap
Teknik
sampling
dalam
sebagai
Pembiaran
sebuah
kewajaran.
anak
disebabkan
perilaku
penelitian ini adalah purposive sampling
adanya
dengan cara memilih informan yang
pengasuhan karena tingkat pendidikan
dianggap mengetahui permasalahan yang
orang tua yang rendah. Pendidikan orang
diteliti
dapat
tua adalah tamat SMP, tamat SD dan tidak
dipercaya untuk menjadi sumber data
pernah menempuh pendidikan formal.
yang baik. Pengumpulan data dilakukan
Orang
melalui wawancara mendalam, observasi
mengasuh adalah memenuhi kebutuhan
dan mencatat dokumen.
material
secara
mendalam
dan
Validitas data diperoleh dengan
persepsi
tua
yang
memiliki
anak.
salah
persepsi
Sehingga
tentang
bahwa
orang
tua
menghabiskan sebagian besar waktunya
melakukan triangulasi sumber atau data
untuk
dan triangulasi metode. Triangulasi data
memenuhi kebutuhan tersebut. Bapak
dilakukan dengan mengecek dua atau
Supardi bekerja sebagai sopir armada es
lebih informan yang berbeda mengenai
batu dari pukul 05.30 hingga 18.00 WIB.
data yang sama yaitu antara informan
Ibu Sutarmi bekerja sebagai penjual
kunci
pendukung.
makanan keliling dari pukul 05.30 hingga
Triangulasi metode dilakukan dengan
14.00 dan suami bekerja sebagai sopir bus
membandingkan data wawancara dengan
karyawan pabrik dari pukul 04.30 hingga
data observasi.
18.00 WIB. Ibu Suratmi bekerja sebagai
dan
informan
Penelitian
teknik
analisis
ini
data
menggunakan
model
analisis
interaktif yang dimulai dari pengumpulan
bekerja
mencari
uang
guna
ibu rumah tangga dan suami bekerja
sebagai tukang kayu dari pukul 07.00
hingga 18.00 WIB.
data melalui wawancara, observasi dan
Kesibukan bekerja membuat orang
mencatat dokumen. Data yang terkumpul
tua tidak memiliki waktu yang cukup
lalu direduksi. Setelah direduksi, data-data
untuk berinteraksi dan berkomunikasi
disajikan dalam bentuk narasi lalu ditarik
dengan anak. Sehingga orang tua kurang
suatu kesimpulan.
mengetahui tumbuh kembang anak.
Informan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa orang tua melakukan pembiaran
Wiwik
merasa
tidak
memperoleh kasih sayang dan perhatian
dari ayahnya karena kurang tercukupinya
intensitas
waktu
bersama.
Akibatnya
adalah Wiwik mencari perhatian dengan
dapat ditiru oleh anak. Saat Dika tidak
cara melanggar berbagai peraturan baik di
menjalankan sholat, Ibu Suratmi berusaha
lingkungan rumah, masyarakat maupun
untuk menegurnya namun tidak pernah
sekolah. Pelanggaran dilakukan Wiwik
diperhatikan oleh Dika. Ibu Suratmi tidak
tanpa sepengetahuan sang ayah, karena
memberikan upaya lanjutan agar Dika mau
ayahnya
rumah.
menjalankan sholat karena menurut Ibu
Kesibukan Ibu Sutarmi dan suami juga
Suratmi, yang terpenting adalah ia telah
menimbulkan pembiaran perilaku terhadap
memberikan
anak. Ibu Sutarmi dan suami menyerahkan
diperhatikan Dika atau tidak.
jarang
berada
di
teguran,
entah
itu
pengawasan perilaku Cyndi kepada anak
Perilaku kenakalan anak di Dukuh
keduanya yaitu Bustar, sedangkan perilaku
Gorongan dipengaruhi oleh keberadaan
Bustar tidak mendapatkan pengawasan
orang
dari siapa pun. Bustar membebaskan
mendanai aktivitas berkumpul disertai
perilaku Cyndi karena Bustar merasa
mabuk-mabukan.
bahwa perilakunya juga dibebaskan oleh
adalah Darta, Joko dan Widi. Orang tua,
orang tua. Hal serupa juga terjadi di
seperti Ibu Suratmi, membiarkan Dika
keluarga Ibu Suratmi. Kesibukan suami
bergaul dengan ketiga orang tersebut
Ibu Suratmi bekerja membuat ia tidak
karena adanya rasa segan dan takut. Rasa
mengetahui aktivitas Dika sehari-hari. Hal
segan ditujukan kepada Darta dan Joko
ini
adanya
yang sering berkontribusi dalam setiap
keterbukaan dari Ibu Suratmi sebagai ibu
acara di Dukuh Gorongan dengan modal
rumah tangga yang mengetahui perilaku
yang mereka miliki. Rasa takut ditujukan
kenakalan Dika, sehingga sang suami
kepada Widi. Larangan
menganggap bahwa perilaku Dika baik-
kepada Dika untuk bergaul dengan Widi
baik saja dan tidak menyimpang.
dapat menimbulkan kesalahpahaman pada
ditambah
dengan
tidak
Selain itu, orang tua juga tidak
pihak
yang
Widi,
memiliki
Orang-orang
sehingga
menampilkan keteladanan yang baik bagi
melakukan
anak. Ibu Suratmi menyuruh Dika untuk
terhadap Ibu Suratmi.
tersebut
memicu
Widi
fisik
di
Dukuh
dibedakan
menjadi
sendiri tidak melaksanakannya. Demikian
Gorongan
juga Bapak Supardi yang menegur Wiwik
kenakalan anak yang biasa terjadi di
untuk sholat, namun Bapak Supardi juga
Dukuh Gorongan dan kenakalan anak yang
tidak menjalankan sholat. Orang tua tidak
masuk ke ranah kepolisian. Perbedaan
memberikan
jenis
keteladanan
positif
yang
dapat
anak
untuk
Ibu Suratmi
ancaman-ancaman
Kenakalan
menjalankan sholat, namun Ibu Suratmi
modal
kenakalan
berpengaruh
pada
perbedaan
strategi
masyarakat
untuk
Lokasi mabuk-mabukan di antaranya yaitu
di
mengatasinya.
sepanjang
jalan
Wisma
Haji
Kenakalan anak yang biasa terjadi
Donohudan, di pos ronda RT. 02, di pos
di Dukuh Gorongan mencakup perilaku
ronda RT. 03, di teras rumah Widi, di teras
membolos sekolah, pulang larut malam
rumah Joko dan di teras rumah Ibu
serta aktivitas mabuk-mabukan. Perilaku
Dalinem.
membolos dilakukan Ervan dan Bowo.
Saat menjumpai Bowo sedang
Bowo sering membolos sekolah hingga
mabuk-mabukan di sepanjang jalan Wisma
mendapatkan
pihak
Haji Donohudan, tindakan yang dilakukan
sekolah sebanyak 4 kali. Ibu Dalinem
warga yaitu memulangkan Bowo ke rumah
berpendapat
Bowo
dengan tujuan agar keluarga mengetahui
yang
terlalu
perilaku Bowo di luar rumah sehingga
sehingga
Bowo
keluarga dapat mengambil tindakan untuk
disebabkan
memanjakan
kunjungan
bahwa
orang
dari
perilaku
tua
anak
mengatasinya.
berperilaku sesuka hati.
Selanjutnya
terdapat
Untuk perilaku mabuk-mabukan
perilaku
pulang larut malam. Perilaku ini dilakukan
yang
oleh Wiwik yang pulang pukul 02.30 dini
rumahnya, Ibu Dalinem menyatakan tidak
hari saat perayaan malam tahun baru, lalu
pernah memberikan teguran. Selain Ibu
Dika setiap hari pulang antara pukul 02.00
Dalinem, masyarakat juga tidak berani
– 04.00 dini hari, serta Bustar yang sering
untuk menegur atau membubarkan. Orang
pulang pukul 06.00 pagi karena pergi ke
tua dari anak yang mabuk-mabukan pun
rumah teman sekolahnya. Sanksi yang
tidak ada yang datang untuk menegur
diberikan masyarakat menurut Wiwik
anaknya. Menurut Ibu Dalinem, salah satu
adalah adanya perbincangan kasak-kusuk
alasan anak sering mabuk-mabukan adalah
dari tetangga. Kasak-kusuk itu lama-
adanya kebebasan serta tidak adanya
kelamaan terdengar oleh keluarga, lalu
tuntunan dari orang tua mereka.
Wiwik akan dimarahi oleh keluarganya.
Di Dukuh Gorongan juga sering
sering
dilaksanakan
Aktivitas
berdampak
pada
di
teras
mabuk-mabukan
munculnya
perilaku
diadakan aktivitas mabuk-mabukan yang
kenakalan lain, yaitu mencuri. Ketika tidak
melibatkan hampir semua anak laki-laki.
ada dana dari Joko dan Darta, anak tidak
Informan Sami menyebutkan anak laki-
bisa melakukan aktivitas mabuk-mabukan
laki usia sekolah yang sering terlibat pesta
karena tidak ada uang untuk membeli
minuman keras adalah Usman, Didit,
minuman keras. Hal itu memicu anak
Dika, Agus, Dicky, Anton dan Bowo.
melakukan pencurian untuk mendapatkan
uang. Perilaku pencurian dilakukan oleh
mengancam
korban;
Suranto
melaporkan
keberadaan
yang sering mencuri pisang
pelaku
akan
Widi
kepada
tanaman warga dan Catur yang beberapa
pihak Polsek Ngemplak; serta jika pelaku
kali mencuri ayam milik bibinya sendiri.
tidak menepati kesepakatan maka pelaku
Selain kenakalan di atas, di Dukuh
sanggup diproses menurut hukum yang
Gorongan juga terdapat kenakalan anak
berlaku. Surat pernyataan dibuat dengan
yang sampai ke ranah kepolisian. Kasus
disaksikan korban dan keluarga korban,
pertama melibatkan Widi dalam kasus
keluarga pelaku, saksi kejadian, serta ketua
penganiayaan terhadap Rian. Kasus ini
RT 02 Dukuh Gorongan.
dapat
diselesaikan
melalui
jalur
kekeluargaan, meskipun berkas laporan
telah
sampai
ke
pihak
PEMBAHASAN
kepolisian.
Penerapan Pola Asuh dalam Keluarga
Masyarakat meminta Widi membuat surat
sebagai Bentuk Pendidikan Terhadap
pernyataan yang berisi bahwa Widi tidak
Anak
Perilaku kenakalan anak di Dukuh
akan mengulangi kembali perbuatannya
Dukuh
Gorongan
dianggap
Gorongan. Apabila Widi melanggarnya,
kewajaran
karena
Widi bersedia diproses secara hukum.
perilaku anak oleh orang tua. Pembiaran
Surat
dan
perilaku anak disebabkan adanya persepsi
ditandatangani dengan disaksikan oleh
yang salah tentang pengasuhan sebagai
korban, orang tua pelaku, ketua RT 02 dan
akibat tingkat pendidikan orang tua yang
03 Dukuh Gorongan, serta beberapa orang
rendah. Orang tua beranggapan bahwa
saksi.
mengasuh adalah memenuhi kebutuhan
yang
merugikan
masyarakat
pernyataan
dibuat
Kasus kedua melibatkan Hendrik
material
anak
sebagai
adanya
sehingga
suatu
pembiaran
orang
tua
sebagai pelaku penganiayaan terhadap
menghabiskan sebagian besar waktunya
Warsido dan Warsidi atas perintah Widi.
untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan
Kasus ini juga diselesaikan melalui jalan
tersebut. Kesibukan orang tua bekerja
kekeluargaan
surat
menyebabkan tidak terpenuhinya aspek
pernyataan. Surat pernyataan berisi bahwa
pengasuhan yang lain yaitu responding
kedua
preventing, monioring, mentoring dan
belah
menyelesaikan
dengan
membuat
pihak
sepakat
masalah
melalui
untuk
jalan
modelling.
Upaya responding (menanggapi)
kekeluargaan dengan beberapa ketentuan,
yaitu
pelaku
perbuatannya;
tidak
akan
pelaku
mengulangi
tidak
akan
tidak dilakukan oleh orang tua karena
orang
tua
cenderung
lebih
sering
memberikan reaksi atas perilaku anak.
keluarga
Dalam mereaksi, orang tua tidak mampu
terjadinya
memikirkan jalan terbaik yang harus
(Santrock, 2003: 525). Pemantauan Ibu
dilakukan untuk mencapai hasil terbaik
Suratmi kepada Dika yang sangat longgar
bagi anak. Reaksi yang diberikan Ibu
memperbolehkan Dika bergaul dengan
Suratmi kepada Dika saat Dika tidak
siapa pun, termasuk dengan Darta, Widi
menjalankan sholat tidak dapat mencapai
dan Joko. Pergaulan Dika dengan orang-
hasil yang optimal. Hal ini dikarenakan
orang tersebut secara langsung maupun
ketika Dika tidak menggubris teguran dari
tidak langsung akan membawa pengaruh
Ibu Suratmi, Ibu Suratmi tidak tidak
negatif bagi Dika.
memberikan
upaya
lanjutan
preventing
dapat
perilaku
menimbulkan
kenakalan
anak
Untuk dapat melakukan mentoring
untuk
(pendampingan) kepada anak, hal yang
mencapai hasil yang diinginkan..
Upaya
yang
(pencegahan)
perlu
dilakukan
orang
hanyalah
dilakukan sebelum perilaku kenakalan
menghabiskan
anak terjadi dengan cara orang tua terlibat
(Eunice Kennedy Shriver NICHD, hlm.
secara
anak.
17). Pendampingan anak bertujuan untuk
Hubungan positif antara orang tua dan
mendukung dan mendorong perilaku anak
anak dapat memberikan lingkungan yang
yang sesuai dengan aturan serta melarang
stabil bagi anak untuk tumbuh dan
perilaku yang tidak sesuai. Bapak Supardi
berkembang. Dalam hubungan itu, orang
melarang anaknya untuk berteman dekat
tua menerapkan peraturan secara konsisten
dengan laki-laki, namun karena intensitas
beserta sanksi-sanksinya. Hal ini dilakukan
waktu yang dihabiskan bersama Wiwik
agar anak mengetahui perilaku mana yang
sangat
sesuai dan tidak sesuai dengan aturan.
Supardi tidak mengetahui bahwa Wiwik
Hubungan positif tidak dapat diciptakan
berulang kali melanggar larangan itu.
orang tua, karena kesibukan orang tua
Akibatnya,
bekerja menyebabkan komunikasi dan
menentukan tindakan yang harus diambil
interaksi orang tua dengan anak menjadi
untuk mengatasi perilaku kenakalan anak
terbatas.
agar tidak berkelanjutan.
aktif
dalam
kehidupan
Kesibukan orang tua bekerja juga
waktu
tua
terbatas
Upaya
bersama
menyebabkan
orang
tua
tidak
modelling
anak
Bapak
dapat
(pemodelan)
monitoring
dapat dilakukan orang tua dengan cara
(memantau) lingkungan pergaulan anak.
menggunakan kata-kata dan tindakannya
Pengawasan orang tua yang longgar atau
sendiri sebagai teladan positif bagi anak.
tidak memadai adalah faktor utama dalam
Sebagai
menghambat
upaya
contoh,
jika
Bapak
Supardi
menginginkan Wiwik menjalankan sholat,
mereka sendiri (Herien Puspitawati, 2009:
maka Bapak Supardi juga harus rajin
11).
sholat. Anak melihat orang tua sebagai
Ketergantungan dalam masyarakat
teladan dan menganggap perilaku mereka
organis lebih mengarah pada hubungan
harus ditiru. Jika sang teladan melakukan
ekonomi daripada hubungan emosional.
pelanggaran aturan, maka anak akan
Sehingga
melakukan hal yang sama.
memiliki suatu hubungan tertentu dengan
Tidak adanya upaya RPM3 dalam
ketika
masyarakat
tidak
seorang individu, mereka lebih memilih
aktivitas mengasuh anak akan mendorong
untuk
bersikap
acuh.
Ketidakacuhan
orang tua melakukan pembiaran perilaku
masyarakat
mencakup
permasalahan
terhadap anak. Pembiaran perilaku anak
kenakalan anak. Selama kenakalan anak
menandakan lemahnya kontrol dari orang
tidak
tua. Hurlock (dalam Aisyah, 2010: 6)
masyarakat,
mengemukakan bahwa pola asuh permisif
menaruh
bercirikan adanya kontrol dan bimbingan
Keterlibatan anak-anak Dukuh Gorongan
yang kurang dari orang tua serta orang tua
dalam aktivitas berkumpul dan mabuk-
bersikap longgar atau bebas terhadap anak.
mabukan tidak mendapat perhatian yang
mengganggu
dan
merugikan
masyarakat
cenderung
ketidakpedulian
terhadapnya.
serius dari masyarakat karena aktivitas itu
Pendekatan
Kekeluargaan
Sebagai
Strategi Penanganan Kenakalan Anak
tidak merugikan masyarakat. Aktivitas
mabuk-mabukan hanya merugikan diri
Gorongan
anak sendiri baik dalam hal finansial
adalah salah satu bentuk masyarakat
maupun kesehatan, sehingga hal itu tidak
organis
menjadi urusan publik.
Masyarakat
dengan
Dukuh
berbagai
spesialisasi
individu di dalamnya. Dalam bidang
pekerjaan,
data
statistik
penduduk
Jika merujuk pada konsep Emile
Durkheim,
bentuk
masyarakat
Dukuh
menunjukkan bahwa di Dukuh Gorongan
Gorongan yang organis idealnya memiliki
terdapat berbagai jenis mata pencaharian
hukum restitutif untuk mengatasi perilaku
masyarakat antara lain buruh, karyawan
kenakalan
swasta,
serta
restitutif akan melibatkan Negara, karena
Pegawai Negeri Sipil. Adanya pembagian
Negara adalah pemilik kekuasaan dan
kerja menciptakan ketergantungan yang
perwujudan
dari
mengikat antara satu individu dengan
masyarakat.
Setiap
individu
peraturan
wiraswasta,
lain,
pedagang
karena
mampu memenuhi
individu
tidak
seluruh kebutuhan
anak.
Penerapan
kesadaran
hukum
kolektif
pelanggaran
perundang-undangan
atas
yang
disahkan oleh Negara dianggap sebagai
pelanggaran terhadap nurani kolektif yang
pendekatan kekeluargaan bukan sebagai
dapat mengancam solidaritas sosial (Ken
penentu hukuman yang akan dijatuhkan
Thompson,
terdapat
kepada pelaku seperti dalam hukum
seorang individu atau anak yang terbukti
restitutif. Peran polisi adalah sebagai
melakukan pelanggaran hukum maka anak
mediator, fasilitator atau pun pengawas.
akan berhadapan dengan negara melalui
Penentu hukuman kepada pelaku atau jalan
aparatur penegak hukumnya. Masyarakat
keluar terbaik bagi kedua belah pihak
organis menganggap bahwa penyelesaian
adalah masyarakat. Hadi Supeno (2010:
kasus pelanggaran atau kenakalan anak
222)
adalah melalui jalur hukum pidana.
musyawarah kekeluargaan, pelaku dan
2002:
61).
Jika
menjelaskan
bahwa
dalam
Konsep ideal Emile Durkheim
korban beserta keluarga dan masyarakat
mengenai masyarakat mekanis dan hukum
berada pada posisi yang sejajar untuk
represif serta masyarakat organis dan
menentukan jalan keluar terbaik yang
hukum restitutif tidak ditemukan pada
harus ditempuh setelah pelaku menyadari
masyarakat Dukuh Gorongan. Jika dilihat
kesalahannya.
dari
struktur
dan
masyarakat
sifat
Tujuan
masyarakat,
Dukuh
Gorongan
kekeluargaan
utama
yang
menganut
represif
Akan tetapi dalam menghadapi perilaku
diderita
kenakalan
Dukuh
terhadap luka akibat perbuatannya, serta
Gorongan cenderung menggunakan hukum
konsiliasi dan rekonsiliasi di kalangan
represif yang menjadi ciri khas masyarakat
korban, pelaku dan masyarakat (Hadi
mekanis.
Supeno, 2010: 202). Upaya ini akan
anak,
masyarakat
masyarakat
korban,
perbaikan
luka
hukum
organis.
merepresentasikan
adalah
pendekatan
pengakuan
yang
pelaku
setiap
melahirkan rasa malu dan tanggung jawab
perilaku pelanggaran berada di bawah
dalam diri pelaku dan keluarga atas
pengawasan masyarakat secara langsung,
kesalahan pelaku, serta memotivasi pelaku
bukan di bawah pengawasan lembaga
beserta
penegak hukum seperti dalam hukum
memperbaikinya. Hal itu sesuai dengan
restitutif.
pendapat
Dalam
hukum
Pendekatan
represif,
yang
ditempuh
keluarganya
Soetandyo
untuk
Wignjosoebroto
masyarakat bukan melalui pendekatan
(2002) bahwa hukuman bagi pelaku
hukum
melalui
pelanggaran menurut hukum represif tidak
dengan
harus
pidana,
pendekatan
melainkan
kekeluargaan
mencerminkan
pertimbangan
melibatkan korban, pelaku dan ketua RT
rasional mengenai jumlah kerugian secara
sebagai
obyektif,
saksi.
Peran
polisi
dalam
juga
bukan
penyesuaian
hukuman dengan kejahatannya, melainkan
pengasuhan
hukuman tersebut menggambarkan dan
pendidikan orang tua yang rendah. Orang
menyatakan
tua beranggapan bahwa mengasuh adalah
kemarahan
kolektif
yang
sebagai
akibat
tingkat
muncul. Fungsi hukum represif dalam
memenuhi
kebutuhan
pendekatan kekeluargaan adalah untuk
Sehingga
orang
menekan
sebagian besar waktunya untuk bekerja
penyimpangan-penyimpangan
terhadap nurani kolektif yang lainnya.
guna
material
tua
memenuhi
anak.
menghabiskan
kebutuhan
tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas
Kesibukan bekerja menyebabkan tidak
dapat diketahui bahwa konsep Emile
terpenuhinya aspek pengasuhan lain yaitu
Durkheim
responding
(menanggapi),
masyarakat antara mekanis dan organis
(mencegah),
monitoring
beserta hukum represif dan restitutifnya
mentoring (mendampingi) dan modelling
tidak dapat secara tegas dipisahkan antara
(meladani).
mengenai
pembagian
Strategi
keduanya. Masyarakat Dukuh Gorongan
preventing
(memantau),
masyarakat
Dukuh
adalah salah satu contoh masyarakat
Gorongan untuk mengatasi kenakalan anak
peralihan dari masyarakat mekanis menuju
adalah melalui pendekatan kekeluargaan.
organis. Proses peralihan yang belum
Pendekatan kekeluargaan adalah salah satu
sempurna menyebabkan beberapa sisi
perwujudan hukum represif. Masyarakat
masyarakat sudah menunjukkan ciri khas
Dukuh
masyarakat organis namun beberapa sisi
organis
yang lain masih menggunakan ciri khas
masyarakatnya yang memiliki spesialisasi
masyarakat mekanis yang belum dapat
dan tingkat individualitas tinggi. Akan
dihilangkan. Akibatnya, masyarakat tidak
tetapi masyarakat Dukuh Gorongan juga
dapat digolongkan menjadi masyarakat
merupakan masyarakat mekanis karena
mekanis atau masyarakat organis seperti
hukum yang diterapkan masih didominasi
konsep Emile Durkheim.
oleh hukum represif.
Gorongan
jika
adalah
dilihat
masyarakat
dari
bentuk
Saran yang dapat diberikan kepada
orang
PENUTUP
Bentuk pola asuh yang diterapkan
tua
menambah
antara
lain
hendaknya:
wawasan
mengenai
oleh orang tua untuk mendidik anak adalah
pengasuhan dengan cara memperbanyak
pola asuh permisif. Hal ini dikarenakan
membaca
orang tua melakukan pembiaran perilaku
mengenai pengasuhan anak, serta dengan
anak. Pembiaran perilaku anak disebabkan
cara saling berbagi pengalaman antar
adanya
sesama orang tua mengenai pengasuhan
persepsi
yang
salah
tentang
maupun
melihat
liputan
dan tumbuh kembang anak; membangun
komunikasi positif dengan anak dengan
cara
memperbanyak
waktu
dan
perbincangan bersama anak; mengawasi
lingkungan
pergaulan
anak
karena
lingkungan sangat berpengaruh dalam
pembentukan perilaku anak; dapat menjadi
sosok panutan yang dapat diteladani anak
dengan cara menampilkan perkataan dan
perilaku yang baik kepada anak seperti
tidak berbicara kasar, tidak melanggar
aturan serta menjalin hubungan yang baik
dengan individu lain. Sedangkan saran
untuk masyarakat adalah hendaknya peduli
php/daftar-buku/profilanak?download=510%3Aprofilanak
2012
Denzin, Nourman K & Lincoln, Yuanna S.
(2009). Handbook of Qualitative
Research. Yogyakarta: Pustaka
Belajar
Eunice Kennedy Shriver National Institute
of Child Health and Human
Development.
(NICHD).
--.
Adventures In Prenting: How
Responding, Preventing, Monitoring,
Mentoring and Modelling Can Help
You Be A Successful Parent. US: U.S
Department of Health and Human
Services. Diperoleh 3 April 2014
dari
https://www.nichd.nih.gov/publicati
ons/pubs/adv_in_parenting/documen
ts/adventures_in_parenting_rev.pdf
terhadap lingkungan anak dengan cara
memberikan teladan yang baik bagi anak
serta memberikan teguran dan pengarahan
ketika anak melakukan pelanggaran.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah. (2010). Pengaruh Pola Asuh
Orang Tua Terhadap Tingkat
Agresivitas Anak. Jurnal Meditek, 2
(1), 1-7. Diperoleh 23 Januari 2014
dari
http://ftunm.net/medtek/Jurnal_Medtek_Vol
.2_No.1_April_2010/ARTIKEL%20
IBU%20ICHA%20PKK.pdf
Badan Pusat Statistik, Kementerian
Pemberdayaan
Perempuan
dan
Perlindungan Anak. (2012). Profil
Anak Indonesia 2012. Jakarta:
Kementerian
Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak
(KPP&PA). Diperoleh 11 Januari
2014
dari
http://www.menegpp.go.id/v2/index.
Hadi Supeno. (2010). Kriminalisasi Anak:
Tawaran
Gagasan
Radikal
Peradilan Anak Tanpa Pemidanaan.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
Herien
Puspitawati.
(2009).
Teori
Struktural
Fungsional
dan
Aplikasinya
Dalam
Kehidupan
Keluarga. Bogor: Departemen Ilmu
Keluarga dan Konsumen Fakultas
Ekologi Manusia IPB. Diperoleh 19
Januari
2014
dari
http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/12
3456789/40279/3/Pages%20from%2
0TEORI%20STRUKTURAL%20F
UNGSIONAL%20DAN%20APLIK
ASINYA%20DALAM%20KEHIDU
PAN%20KELUARGA%20(51118).pdf
Jonaidi. (2013). Analisis Sosiologis
Terhadap Perilaku Menyimpang
Siswa Pada SMA Pembangunan
Kabupaten Malinau.
E-Journal
Sosiatri-Sosiologi,
1(3),
11-24.
Diperoleh 27 Desember 2013 dari
http://ejournal.sos.fisip-
unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2013/09/ejournal%2
0(09-09-13-07-49-38).pdf
Santrock, John W. (2003). Adolescence:
Perkembangan Remaja. Jakarta:
Erlangga
Sarwirini. (2011). Kenakalan Anak
(Juvenile Delinquency): Kausalitas
dan Upaya Penanggulangannya.
Perspektif, XVI (4), 244-251.
Diperoleh 14 Januari 2014 dari:
http://ejournal.uwks.ac.id/myfiles/20
1209442514478516/5.pdf
Simandjuntak, B. (1983). Latar Belakang
Kenakalan
Remaja.
Bandung:
Penerbit Alumni
Soetandyo
Wignjosoebroto.
(2002).
Hukum: Paradigma, Metode dan
Masalah. Jakarta: Lembaga Studi
dan Advokasi Masyarakat. Diperoleh
19
Januari
2014
dari
http://www.elsam.or.id/downloads/1
369625641_HukumParadigmaMetod
eDanMasalah-SoetandyoELSAM.pdf
Sudarsono. (2004). Kenakalan Remaja.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Thompson, Ken. (2002). Emile Durkheim
Revised Edition. New York:
Routledge. Diperoleh 19 Januari
2014
dari
http://swauop.yolasite.com/resources
/Durkheim%20%20key%20sociologists.pdf
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002.
Diperoleh 21 Januari 2014 dari
http://riau.kemenag.go.id/file/dokum
en/UUNo23tahun2003PERLINDUN
GANANAK.pdf