STRATEGI ORANG TUA UNTUK MEMINIMALISIR DAMPAK TELEVISI TERHADAP ANAK DI KOTA SURAKARTA | Kusuma | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 11259 23698 1 SM
STRATEGI ORANG TUA UNTUK MEMINIMALISIR DAMPAK
TELEVISI TERHADAP ANAK DI KOTA SURAKARTA
Dimas Teja Kusuma, Siany Indria Liestyasari, Zaini Rohmad
Pendidikan Sosiologi Antropologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
9dimaskusuma@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui pola konsumsi televisi anak
di keluarga. (2) Mengetahui strategi orang tua untuk meminimalisir dampak televisi
terhadap anak. (3) Melakukan analisis dengan teori Strukturasi berkaitan dengan
konsumsi televisi anak dalam keluarga.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara mendalam.
Informan yang digunakan sebagai sumber data pada penelitian ini adalah 3 keluarga
dengan kelas berbeda yang bertempat tinggal di Kota Surakarta. Teknik pemilihan
informan dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik analisis data yang
digunakan terdiri dari empat tahap yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Ada tiga pola yang membedakan
ketiga keluarga kaitanya dengan konsumsi televisi anak. Anak di keluarga pertama
memiliki pola konsumsi televisi yang bebas dengan hak akses televisi yang banyak.
Anak di keluarga kedua memiliki pola menonton televisi yang sangat teratur dengan
hak akses yang kecil. sedangkan anak di keluarga ketiga memiliki pola menonton
televisi yang teratur dengan hak akses yang besar. (2) Ketiga keluarga yang diteliti
memiliki strategi yang berbeda. Keluarga pertama menerapkan strategi permisif
yang membebaskan anak untuk mengkonsumsi televisi. Keluarga kedua
menggunakan strategi otoriter dengan mengatur konsumsi televsi anak. Sedangkan
keluarga yang ketiga memiliki strategi otoritatif yang mana tetap mengawasi
konsumsi televisi anak akan tetapi tetap memberi kebebasan anak untuk
mengkonsuumsi acara yang ingin dikonsumsinya. (3) Proses penerapan strategi
dalam keluarga merupakan proses strukturasi. Artinya strategi tersebut juga akan
terus menerus terjadi dalam satu ruang dan waktu dan akan berproses kebali pada
ruang dan waktu yang berbeda.
Kata kunci: televisi, strukturasi, keluarga
Abstrack
This study aims to (1) Knowing the pattern of children's television
consumption in the family. (2) Knowing the strategy of parents to minimize the
impact of television on children. (3) Conducting analysis with the theory of
Structure related to the consumption of children's television in the family..
This research is a descriptive qualitative research. Data collection
techniques used were participative observation and in-depth interviews. Informants
used as data sources in this study are 3 families with different classes who live in
Surakarta. Informant selection technique is done by purposive sampling technique.
Data analysis techniques used consisted of four stages: data collection, data
reduction, data presentation, and conclusion.
The results of this study show that (1) There are three patterns that
distinguish the three families in the consumption of children's television. Children
in the first family have a pattern of free television consumption with many television
access rights. Children in the second family have a very regular television viewing
pattern with little access rights. whereas children in third families have regular
television viewing patterns with great access rights. (2) The three families studied
have different strategies. The first family implements a permissive strategy that
frees children to consume television. The second family uses an authoritarian
strategy by regulating the consumption of televsi children. While the third family
has an authoritative strategy which still oversees the child's television consumption
but still gives the child the freedom to consonate the event he wants to consume.(3)
The process of applying family strategy is a process of structuration. This means
the strategy will also continue to occur in one space and time and will process again
in different space and time.
Keywords: television, structuration, family
Data yang diambil dari koran
PENDAHULUAN
Media Televisi menjadi media
Solopos
pada
hari
Kamis,
yang menjadi favorit bagi sebagian
November
besar masyarakat Indonesia. Hal ini
tayangan
sejalan dengan hasil dari lembaga
stasiun. Daftar tayangan Televisi pada
survey Neilsen pada tahun 2013
hari Kamis, 13 November 2016
bahwa konsumsi media di Indonesia
adalah sebagai berikut.
menunjukkan Televisi masih menjadi
2016
memuat
Televisi
dari
13
daftar
berbagai
Dari data tersebut terlihat bahwa
medium utama yang dikonsumsi
acara
masyarakat Indonesia (95%). Dari
prosentase rendah jika dibandingkan
total pengonsumsi televisi tersebut
dengan acara sinetron. Berikut data
ternyata
waktu penayangan sinetron pada
94
meluangkan
persen
waktu
diantaranya
sekitar
lima
setengah jam per hari untuk menonton
anak-anak
masih
dalam
televisi,
WAKTU TAYANG SINETRON
06.0012.00
17%
Televisi.
Jenis dari tayangan Televisi itu
sendiri juga bermacam-macam. Mulai
dari tayangan berita, Sandiwara, Talk
18.0024.00
55%
12.0018.00
28%
Show dan masih banyak lagi. Hasil
Survey
dari
BPS
tahun
2013
menunjukan bahwa tayangan dengan
tema Berita dan Informasi memiliki
JENIS TAYANGAN TV
Presentase tertinggi dengan angka
25.49 pada Televisi Swasta dan 33.50
pada Televisi Pemerintah. Disusul
oleh acara musik dengan presentase
sebesar 15.78 pada stasiun swasta dan
14.25
pada
stasiun
pemerintah.
Ketiga adalah acara bertema Agama
Lain-lain
21%
Sinetron
30%
Reality
Show
4%
Anakanak
14%
Film
13%
Infotaime
nt
9%
Berita
9%
Data diatas menunjukan bahwa
dan setelah itu acara dengan tema
sinetron
masih
mendominasi
Sandiwara.
tayangan yang ada di televisi. Waktu
tayangan dari sinetron juga kurang
kualitas
tepat karena penayanganya di waktu
dibawah standar yang diterapkan KPI.
dimana
program
tersebut
banyak
Acara-acara Televisi yang kurang
mengkonsumsi televisi. Berdasarkan
tepat waktu dan substansinya tersebut
hasil pengamatan peneliti terhadap
tentunya akan berdampak buruk bagi
respon masyarakat tentang tayangan
perkembangan anak karena anak
televisi
penyerap sesuatu dengan meniru apa
tersebut
anak-anak
dari
justru
tayangan-tayangan
adalah
tayangan
yang
dia
lihat.
Apabila
anak
diminati oleh penonton dan memiliki
menirukan
acara
televisi
yang
rating yang tinggi. Seperti contohnya
memiliki isi untuk orang dewasa,
acara Sinetron Anak Jalanan. Pada
maka ada kemungkinan anak akan
data
sinetron
menirukannya pada kehidupan sehari-
tersebut ditayangkan pada jam 17.45.
hari. Widyastuti dalam Desti (2005)
Jika dilihat dari substansi sinetron
berpendapat “Orang dewasa tidak
tersebut yang mengangkat cerita genk
langsung menembak orang begitu
motor yang sering melakukan balap
selesai
liar dan adegan adu pukul serta
menampilkan
adegan
tembak
terdapat
adegan
menembak,
tetapi
acara
sinetron
tersebut
diatas
penayangan
cinta-cintaan,
dirasa
tidak
yang
menonton
memberikan
acara
yang
–
ini
kecenderungan
memiliki waktu penayangan yang
seseorang
tepat karena banyak penonton anak-
kekerasan, misalnya orang sakit hati
anak mengkonsumsi Televisi pada
dan punya beban hidup yang sangat
jam tersebut.
berat, maka tayangan kekerasan bisa
Hal ini sejalan dengan hasil
survey
KPI
(Komisi
Penyiaran
Indonesia) tentang kualitas tayangan
televisi tahun 2016. Dari indeks
standar KPI 4.00 acara sinetron di
Indonesia hanya mempunyai indeks
2.94.
Rendahnya indeks dalam
program sinetron tersebut berarti
untuk
melakukan
menjadi pemicu bagi orang dewasa
untuk berbuat nekat. Namun bagi
anak – anak karena pikirannya tidak
panjang, maka bisa saja langsung
meniru apa – apa yang dilihat dilayar
televisi”.
Mudahnya
tayangan
televisi
diserap anak ini karena televisi
merupakan
media
audio-visual.
komunikan, apabila komunikan jauh
Media audio-visual merupakan media
tempatnya atau banyak jumlahnya
yang mudah diserap karena anak tidak
atau kedua-duanya.
hanya mendengar tetapi juga melihat
Dalam masyarakat media audio
gambar yang ditampilkan. Hal ini
visual menjadi media yang paling
sejalan dengan Widjaya (dalam Desti,
diminati karena media ini merupakan
2005)
bahwa
media yang paling lengkap. Sebagai
televisi merupakan media yang paling
media yang bisa di lihat dan didengar
efektif
dalam
masyarakat akan lebih mempercayai
penyampaian pesan-pesan atau ide-
apa yang disampaikan oleh media ini.
ide, hal tersebut dikarenakan media
Seperti yang terjadi pada Televisi.
televisi tidak hanya mengeluarkan
Masyaarakat
suara saja tetapi juga disertai dengan
mempercayai apa yang dia lihat dan
gambar dan warna. Dari masalah
dengar dari televisi daripada ketika
inilah perlu adanya kajian lebih lanjut
hanya membaca dari surat kabar atau
tentang berbagai dampak dari proses
hanya mendengarkan dari radio saja.
yang
menyatakan
dan
efisien
konsumsi televisi. Besarnya dampak
Sebagai
cenderung
media
yang
lebih
sangat
yang akan terjadi pada anak akan
dipercaya oleh penikmatnya televisi
bergantung
menawarkan berbagai macam fungsi.
pada
pola
konsumsi
televisi yang dilakukanya.
Koentjoroningrat
dalam
Kriss
Budiman (2002:91) mengungkapkan
KAJIAN PUSTAKA
tentang beberapa fungsi televisi yaitu
1. Televisi sebagai Media Masa
fungsi informatif, edukasi, hiburan
Media massa merupakan alat
untuk
terkadang
ditambah
dengan
informasi
fungsi pengawasan, dll. Lengkapnya
(massa).
fungsi dai televisi yang tidak dimiliki
Sejalan dengan hal tersebut, Nimno
media lain inilah yang menjadi nilai
(2005:166) mengungkapkan bahwa
lebih sehingga penikmat televisi
media adalah sarana yang digunakan
makin bertambah setiap tahunya dan
komunikator
sebagai
saluran
menjadikan televisi sebagai salah satu
penyampaian
pesan
kepada
sumber informasi utama bagi mereka.
kepaada
menyampaikan
dan
banyak
orang
Sebagai
salah
satu
sumber
menghadirkan dampak yang bisa
informasi utama bagi masyarakat,
berakibat negatif. Televisi dianggap
Televisi menjadi oase yang tak henti-
menimbulkan dampak yang langsung
hentinya
atas sikap dan perilaku penonton.
menyemburkan
air
informasi, dan menjadi primadona
James
alam pikir (mindset) kita semua,
Alimuddin (2014:12) menekankan
bahwa apa yang kita bicarakan, apa
kemampuan yang besar dari Televisi
yang kita diskusikan, dan apa yang
untuk
kita pertentangkan dalam kehidupan
dengan penonton. Kemampuan itu
sehari-hari pada dasarnya banyak
disebabkan oleh sifat televisi yang
bersumber
menyajikan
dari
media
massa
(televisi). (Andi,2014:102)
Monaco
menghubungkan
dengan film.
anak” mengungkapkan bahwa televisi
Sebagai
94%
realitas
pengalaman
secara
satu pengalaman seperti hal-nya
Jurnalnya “Televisi dalam kehidupan
merebut
Andi
berkesinambungan, dan bukan hanya
Riza Hernawati (2011) dalam
mampu
dalam
saluran
media
lihat-dengar
(audiovisual) telah membuat profil
masuknya pesan-pesan atau informasi
televisi
ke dalam jiwa manusia yaitu lewat
Dikatakan
mata dan telinga. Televisi mampu
khalayak
untuk membuat orang pada umumnya
melebihi kepercayaan kepada berita
mengingat 50% dari apa yang mereka
lainya. Apabila terdapat berita yang
lihat dan dengar di lyar teevisi
bertentangan, maka mayoritas akan
walaupun hanya sekali ditayangkan.
lebih
Atau, secara umum orang akan
ditampilkan di Televisi. (Schramm
mengingat 85% dari apa yang mereka
dalam Andi Alimuddin, 2014:14)
lihat di televisi, setelah 3 jam
menjadi
lebih
bahwa
kepada
dramatis.
kepercayaan
berita
mempercayai
Televisi
berita
yang
Televisi dapat diibaratkan seperti
kemudian dan 65% setelah 3 hari
“karena
kemudian.
(Seeing is balieving) dan “one picture
Selain banyaknya kelebihan yang
dihadirkan
mengkonsumsi
Televisi,
televisi
proses
juga
worth
melihat
thausand
maka
percaya”
words,”
sangat
menunjang peranan televisi untuk
menarik
kepercayaan
masyarakat
(Nicholas
Johnson
dalam
Andi
Alimuddin, 2004:14).
kecenderungan untuk bersikap kasar
seperti yang dia lihat di televisi.
Ernest Van den Haag dalam buku
Salah satu bentuk infasi televisi
Televisi dan Masyarakat Pluralistik
terhadap
(2014:123) mengungkapkan,
khususnya anak-anak adalah anak-
“Orang mungkin berpaling pada
anak
kehidupan
yang
manusia
tergolong
memiliki
menonton
televisi
media massa saat mereka kesepian
kebiasaan
atau bosan, tapi sekali media massa
menyetujui bahwa hampir selalu
menjadi kebiasaan, media massa
benar untuk memukul orang lain jika
dapat
kemampuan
mereka marah kepada orang lain
memperoleh pengalaman sosial yang
dengan alasan tepat. (George Gabner
bermakna”.
dalam Yudhi, 2014).
merusak
Hasil penelitian William Belson
Menurut Riza (2011) Televisi
(1978) dalam buku Televisi dan
telah merubah cara berfikir anak.
Masyarakat
Anak-anak
Multiultural
(Andi,
yang
terlalu
banyak
2014:129) mengungkapkan bahwa
menonton televisi biasanya akan
ada
anak-anak
tumbuh menjadi sosok yang sulit
penonton berat kekerasan di televisi
berkonsentrasi dan kurang perhatian
bertindak lebih agresif, dibandingkan
terhadap lingkungan sekitar.
kecenderungan
anak-anak
bukan
kekerasan.
Ini
memberikan
diinternalisasi
penonton
Pola menonton televisi yang
televisi
tidak terkontrol akan menimbulkan
yang
dapat
dampak psikologis bagi anak. Yang
orang
yang
pertama,
berarti
citra
oleh
ketrampilan
anak
akan
melihat citra tersebut. Sejalan dengan
kurang berkembang. Yang kedua
hal tersebut, hasil penelitian dari Riza
adalah perilaku yang dilihat anak di
Hermawati (2011) juga mendapatkan
televisi akan menjadi suatu memori
hasil serupa. Anak pada keluarga
dalam diri anak yang akibatnya bisa
yang
mebuat
membebaskan
aktivitas
si
anak
menirukan
menonton televisi menjadi anak yang
perbuatanya dan bisa berkembang
memiliki sikap meniru apa yang dia
menjadi karakter dan kepribadianya
lihat
di kemudian hari.
di
televisi
dan
memiliki
2. Peran dan Fungsi Orang Tua
Peran dan fungsi dari orang tua
dalam kaitanya dengan konsumsi
terpilih.
Yang
menjadi
masalah
adalah siapa yang memegang kendali
dalam memberikan pemaknaan.
televisi anak harus berjalan dengan
Dalam jurnal “Televisi dalam
efektif agar televisi tidak mudah
Kehidupan Anak” (Astuti & Gani
memberikan dampak negatif terhadap
dalam
anak . Karena pada dasarnya anak
informasi yang sama atau serupa yang
selalu
masuk secara berulang-ulang ke
berkembang
dan
dalam
Riza
Hernawati,
2011)
perkembanganya peran orang tua
dalam
sangat penting. Hal itu sejalan dengan
memberikan pengaruh yang berbeda
yang diungkapkan George Herbert
apabila informasi tersbeut hanya
dalam buku Mind, self and society
diterima
(1972),
Mead
menimbulkan media habit, dimana
tahap-tahap
habit menonton kebiasaan atau ritual
perkembangan diri manusia. Manusia
berulang sehingga menjadi bagian
yang baru lahir dianggap belum
dari alamiah dari kehidupan sehair-
mempunyai diri. Artinya manusia
hari.
George
Herbert
menguraikan
diri
seseorang
sekali
saja.
akan
Hal
ini
tidak sejak lahir membawa sikap dan
Lingkungan awal perkembangan
kepribadianya, sikap dan kepribadian
anak dikatakan sangat berpengaruh
tersebut
seiring
dalam pekemangan anak, Hurlock
dengan bertambahnya usia pada anak.
menekankan alasan dalam bukunya
Pada dasarnya pemaknaan media
Perkembangan anak (1991:27-28),
harus
dibentuk
sangat tergantung pada interpretasi
alasanya yaitu
mengapa
Pertama, karena hasil belajar dan
pendampingan anak ketika sedang
pengalaman semakin memainkan
menyaksikan
peran
dari
audience.
Itulah
televisi
sangat
dominan
dalam
diperlukan (Agusti dan Gani dalam
perkembangan
Riza Hernawati,2011). Media pada
bertambahnya usia anak, mereka
dasarnya
tidak
dapat diarahkan ke dalam saluran
melainkan
menentukan
mereproduksi
dengan
realitas
yang akan membawa ke arah
melalui pemakaian kata-kata yang
penyesuaian yang baik. Pada
dasarnya,
tugas
ditangani
oleh
harus
sikap dan perilaku yang dibentuk
keluarga,
pada awal kehidupan, cenderung
walaupun kelompok sosial yang
bertahan tidak jadi soal apakah
lebih
hal
besar
ini
dapat
memberi
itu
baik
atau
buruk,
budaya dimana anak-anak dapat
menguntungkan atau merugikan
memenuhi
penyesuaian anak.
kemampuannya.
Bimbingan
paling
Keempat,
diperlukan
karena
adakalanya
dalam tahapan awal belajar pada
diinginkan perubahan dalam apa
saat peletakan dasar awal. Bila
yang diajarkan, semakin cepat
anak sejak awal telah diletakkan
perubahan ini dibuat, semakin
diatas
mudah
rel
yang
benar
dan
bagi
anak-anak
dan
didorong untuk tetap di sana
akibatnya mereka semakin lebih
hingga
mau pula bekerja sama dalam
mereka
dengannya
terbiasa
atau
menyadari
mengadakan perubahan itu.
mengapa hal itu paling baik,
maka
kecil
Dari alasan yang dikemukaak
kemungkinannya
Hurlock terlihat jelas bahwa masa
kelak mereka beralih ke rel yang
anak-anak adalah masa yang rentan.
salah.
Sedikit saja terdapat kesalahan pada
Kedua, karena dasar awal cepat
perkembanganya
berkembang
menimbulkan dampak kedepannya.
kebiasaan,
menjadi
hal
pola
itu
akan
akan
mempunyai pengaruh sepanjang
hidup dalam penyesuaian pribadi
3. Pola
Asuh
sebagai
Strategi
Orang Tua
dan sosial anak itu.
Ketiga,
maka
Dengan rentanya anak dalam
dengan
menyerap dampak negatif televisi
keyakinan populer, anak-anak
tersebut maka orang tua sebagai orang
tidak
ciri-ciri
yang paling bertanggung jawab bagi
disukai
pertumbuhan
bawaan
bertentangan
melepaskan
yang
tidak
dan
perkembangan
dengan bertubuhnya usia mereka.
anak. Dalam mendidik anaknya orang
Sebaliknya
tua
ditekankan
sebagaimana
sebelumnya,
pola
memiliki
tugas
tersendiri.
Mengenai tugas orang tua, Fuad Ihsan
(2001:58) mengungkapkan, tugas dan
lain
tanggung jawab orang tua dalam
mengkonsumsi
keluarga terhadap pendidikan anak-
harinya. Anak pada keluarga dengan
anaknya lebih bersifat pembentukan
menerapkan
watak dan budi pekerti.
menonton televisi juga memiliki sifat
Setiap
anak
tumbuh
dan
tanpa
terpaku
untuk
televisi
setiap
aturan
ketat
dalam
yang lebih mudah diatur dan juga
berkembang dibawah asuhan orang
termasuk
anak
yang
mandiri.
tuanya. Setiap orang tua memiliki
sedangkan
anak
dalam
keluarga
ciri-ciri perlakuan yang berbeda-beda
dengan aturan yang membebaskan
terhadap
Perbedaan
anak untuk mengkonsumsi televisi
perlakuan ini disebut dengan pola
cenderung membuat anak terpaku
asuh. Seperti yang diungkapkan Agus
kegiatanya pada televisi. Karena tidak
Wibowo (2012:112) mendefinisikan
memiliki kegiatan lain, maka segala
pola asuh sebagai pola interaksi
aktivitas anak dilakukan di depan
antara anak dengan orang tua, yang
layar telivisi. Anak pada keluarga ini
meliputi pemenuhan kebutuhan fisik
juga minim berinteraksi, selain itu
(makan,minum,dan
dan
anak pada keluarga ini memiliki sikap
kebutuhan nonfisik seperti perhatian,
meniru apa yang dia lihat di televisi
empati, kasih sayang, dan sebagainya.
dan memiliki kecenderungan untuk
Hasil
anaknya.
lain-lain)
penelitian
dari
Riza
Hernawati tentang perbedaan perilaku
anak berkaitan dengan pola menonton
bersikap kasar seperti yang dia lihat di
televisi.
Barrios dalam buku Didepan
televisi anak di Bandung menunjukan
Kotak
perbedaan yang signifikan terhadap
menuturkan bahwa televisi juga dapat
sikap dan perilaku anak. Berdasarkan
digunakan sebagai alat kontrol agar
hasil
wawancara
anak terkonsentrasi di tempat dan
keluarga yang menerapkan aturan
tidak bermain di tempat lain yang
ketat pada anaknya terkait pola
membahayakan. Dalam konteks ini
menonton televisi menyebabkan anak
televisi menjadi suatu sarana yang
yang tidak tergantung dengan televisi,
bisa digunakan untuk mengontrol
anak selalu mencari aktivitas yang
orang lain, khususnya anak. Ini berarti
observasi
dan
Ajaib
(Budiman,
2002)
televisi memliki fungsi lain yaitu
(termasuk
sebagai babysitter.
(Giddens, 2010:4)
Ansari
dalam
jurnalnya
berbohong
denganya)
Giddens berpendapat monitoring
“Children's hyperactivity, television
refleksi
viewing and the potential child
merupakan suatu unsur tetap dari
effects” yang berisi tentang hubungan
tindakan sehari-hari dan melibatkan
sikap
terhadap
tidak hanya perilaku si individu,
perilaku orang tua tentang tontonan
namun juga melibatkan perilaku dari
televisi anak mengungkapkan hal
individu lain. Maksudnya, para aktor
yang serupa dengan Barrios. Hasil
tidak hanya memonitor secara terus
penelitian pada jurnal ini menunjukan
menerus arus aktivitas mereka dan
bahwa televisi bisa digunakan orang
berharap orang lain melakukan yang
tua dalam mengontrol perilaku anak.
sama
hiperaktif
anak
agen
atas
terhadap
tindakan
aktivitas
mereka
sendiri. para aktor juga secara rutin
memonitor aspek-aspek, baik sosial
4. Teori Strukturasi
Aktivitas-aktivitas sosial juga
maupun fisik dari konteks-konteks
tidak hanya dihadirkan oleh para
dimana mereka bergerak. (Giddens,
aktor sosial, melainkan terus menerus
2010:7).
diciptakan
tindakan, aktor sosial tersebut perlu
oleh
sarana-sarana
mereka
melalui
pengungkapan
diri
sebagai aktor. (Giddens, 2010:3).
Jadi
dalam
melakukan
melihat bagaimana orang bersikap
terhadap dirinya.
Sebagai aktor sosial perilaku manusia
Dalam buku teori strukturasi
yang dilakukan merupakan sarana
banyak dibahas tentang bagaimana
pengungkapan diri mereka.
sebuah
Giddens
dalam
strukturasi
tindakan
yang
disengaja
memiliki
konsekuensi
tidak
berpendapat bahwa menjadi manusia
disengaja.
Konsekuensi
tidak
berarti menajadi seorang agen dengan
disengaja tersebut secara sistematis
tindakan disengaja, memilliki alasan-
memberikan
alasan atas aktivitas-aktivitasnya dan
menjadi
mampu bila diminta mengolaborasi
tidak
secara diskursif alasan-alasan itu
tindakan
umpan
balik
dan
konsekuensi-konsekuensi
terkendali
dari
selanjutnya.
tindakan(Giddens,
2010:12). Serangkaian tindakan yang
mampu
dilakukan
kekuasaan
manusia
diungkapkan
seperti
diatas
yang
tersebut
merupakan sebuah agensi.
menggunakan
sederet
kausal,
termasuk
memengaruhi kekuasaan-kekuasaan
yang dijalankan oleh orang lain.
Para filsuf berargumen bahwa
Tindakan
bergantung
pada
individu
untuk
agar suatu kejadian yang melibatkan
kemampuan
manusia
sebagai
‘memengaruhi’ rangkaian peristiwa
contoh agensi, paling tidak perlu
yang telah ada sebelumnya. Seorang
bahwa apa yang dilakukan orang itu
agen tidak lagi mampu berperan
disengaja
berdasarkan
demikian
sekalipun
agen
bisa
dianggap
deskripsi,
tersebut
keliru
jika
dia
kehilangan
kemampuan untuk ‘memengaruhi’,
mengenai diskripsi itu. (Giddens,
yaitu
2010:13).
kekuasaan. (Giddens, 2010:23).
menggunakan
suatu
jenis
Berkaitan dengan hal tersebut
Giddens
dalam
strukturasi
bukunya
mengulas
teori
METODOLOGI PENELITIAN
tentang
Penelitian ini bertujuan untuk
perbuatan disengaja dan perbuatan
melihat pola konsumsi anak dan
tidak disengaja. Menurut Giddens
strategi
perbuatan
disengaja
akan
meminimalisir
menimbulkan
konsekwensi
yang
televisi terhadap anak.
tidak disengaja. Selanjutnya dari
orang
tua
dalam
dampak
negatif
Metode yang digunakan dalam
konsekwensi yang tidak disengaja ini
penelitian
timbul hasil akhir yang merupakan
penelitian
sesuatu yang bisa dijelaskan sehingga
pendekatan studi kasus. Penggunaan
membentuk kondisi yang terkendali.
pendekatan
Serangkaian perbuatan tersebut akan
memungkinkan
membentuk suatu pola tindakan yang
mempertahankan
berkaitan
holistik dan bermakna dari peristiwa-
dengan
rutinitas
dari
perbuatan manusia.
Hubungan
ini
ini
adalah
kualitatif
studi
metode
dengan
kasus
peneliti
akan
untuk
karakteristik
peristiwa kehidupan nyata seperti
mengandaikan
bahwa menjadi seorang agen harus
silklus kehidupan seseorang, proses-
proses organisasional dan manajerial,
ekonomi
perubahan lingkungan social.
konsumsi televisi dalam keluarga
Penelitian ini menggunakan dua
sumber
data
yaitu
Perbedaan
tersebut tidak hanya mencangkup
dan
konsumsi yang dilakukan oleh orang
sekunder. Sumber data primer yaitu
tua, melainkan juga anggota keluarga
dari hasil observasi dan wawancara
lain seperti anak. Sebagai salah satu
sedangkan sekunder dari foto dan
anggota keluarga, anak juga memiliki
koran. Data yang diperoleh kemudian
akses atas televisi seperti anggota
akan
keluarga yang lain. Akses televisi
diuji
primer
berbeda.
validitasnya
dengan
menggunakan metode trianggulasi.
Teknik
analisis
data
dalam
penelitian ini adalah analisis model
interaktif yang memiliki tahapan
reduksi
data,
sajian
data
dan
kesimpulan data.
anak memiliki pola yang berbeda
antara satu keluarga dengan keluarga
lain.
Anak
di
keluarga
pertama
memiliki waktu konsumsi televisi
yang banyak dikarenakan faktor
pekerjaan orang. Faktor pekerjaan
HASIL
PENELITIAN
DAN
menyababkan
waktu
konsumsi
PEMBAHASAN
televisi bersama anak berkurang
1. Pola Menonton Televisi Anak
sehingga waktu anak untuk konsumsi
lebih banyak dilakukan sendiri.
dalam Keluarga
Konsumsi televisi merupakan
Waktu konsumsi televisi anak di
aktivitas unik dari suatu keluarga.
keluarga pertama ini dimulai saat pagi
Proses
dalam
sebelum sekolah, saat anak pulang
keluarga dapat dipengaruhi perbedaan
sekolah sampai malam saat anak
latar belakang yang dimiliki oleh
tertidur.
keluarga. Latar belakang tersebut bisa
dikonsumsi anak lebih banyak acara-
berupa latar belakang status sosial,
acara kartun.
konsumsi
televisi
Sedangkan
acara
yang
ekonomi bahkan dari segi pendidikan.
Dalam konsumsi televisi, anak di
Dalam penelitian ini peneliti
keluarga ini tidak 100% fokus.
melihat fenomena konsumsi televisi
Konsumsi televisi anak dikeluarga ini
dari tiga keluarga dengan status sosial
banyak dilakukan dengan aktivitas-
aktivitas lain seperti belajar, makan
yang dikonsumsi anak diatur oleh
dan bermain.
orang tua.
Anak pada keluarga ini dapat
Jenis konsumsi acara anak juga
dikatakan memiliki konsumsi televisi
bermacam-macam mulai dari acara
yang banyak dengan pengawasan
agama dan pengetahuan alam sampai
yang sedikit. Kondisi sosial ekonomi
acara drama india yang dikonsumsi
rendah dengan kondisi rumah sempit
bersama.
membuat
anak
khazanah dan acara pengetahuan
dilakukan di depan televisi. Selain itu
seperti dunia satwa menurut orang tua
kurang
dan
di keluarga ini dapat mencegah
dampak negatif televisi dan lebih
segala
adanya
aktivitas
pengawasan
seringnya
anak
berada
dirumah
sendirian
menyebabkan
televisi
menjadi satu-satunya teman anak
dirumah.
Acara
agama
seperti
memaksimalkan fungsi televisi.
Sikap anak dalam mengkonsumsi
televisi yang ditemui peneliti di
Konsumsi televisi anak pada
keluarga kedua ini berbeda dengan di
keluarga kedua memiliki pola yang
keluarga pertama. Anak di keluarga
berbeda. Dilihat dari pola konsumsi
kedua
televisi anak, anak di keluarga ini juga
memperhatikan apa yang dia lihat di
memiliki waktu konsumsi televisi
televisi, bahkan sering kali dia
yang
mengomentari apa yang dia tonton
juga
terbilang
banyak.
ini
selalu
Walaupun hak akses televisi anak
kepada
pada
disekitarnya.
keluarga
kedua
ini
tidak
sebanyak di keluarga pertama.
Konsumsi
televisi
anak
orang
antusias
tua
yang
dan
ada
Keluarga ketiga memiliki pola
di
konsumsi
televisi
yang
teratur
keluarga ini dimulai ketika pagi
dikarenakan anggota keluarga di
sebelum sekolah, pulang sekolah, lalu
keluarga ini memilikiwaktu konsumsi
malam setelah jam belajar. Dalam
yang berbeda-beda.
pemilihan acara yang dikonsumsi,
belum
anak di keluarga ini tidak memiliki
televisi pada pagi hari sampai siang
kebebasan dikarenakan semua acara
hari.
sekolah
Anak
Anak yang
mengkonsumsi
yang
bersekolah
mengkonsumsi televisi ketika dia
pulang sekolah. Aktivitas menonton
2. Strategi Orang Tua dalam
televisi berhenti ketika sore hari
Meminimalisir Dampak Negatif
sampai malam karena keluarga ini
Televisi terhadap Anak
menerapkan
jam
belajar
keseharian
mereka.
dalam
Aktivitas
Pola konsumsi televisi anak
sangat
erat
kaitanya
dengan
dilanjutkan kembali ketika malam
bagaimana strategi orang tua yang
sebelum anak-anak di keluarga ini
diterapkan
tidur.
Perbedaan strategi orang tua akan
Perbedaan
waktu
menonton
televisi yang terkesan teratur tersebut
terjadi bukan tanpa alasan. Ibu
dalam
keluarga.
berdampak pada perbedaan pola anak
dalam mengkonsumsi televisi.
Dari
ketiga
pola
konsumsi
Marsiati berpendapat bahwa adanya
televisi anak dalam keluarga tersebut
pembagian jam menonton tersebut
terdapat tiga strategi dari masing-
dilakukan
masing
agar
setiap
anak
mendapatkan kesempatan yang sama.
keluarga
yang
mempengaruhi.
Anak dalam keluarga ini tidak
Keluarga pertama dengan pola
benar-benar terfokus kepada televisi
konsumsi televisi yang bebas tanpa
karena
terkadang
tujuan
utama
pengawasan terjadi karena orang tua
didepan
televisi
bukan
untuk
tidak
memiliki
waktu
untuk
mengkonsumsi televisi akan tetapi
pengawasan
hanya untuk berkumpul bersama
pengawasan, anak di keluarga juga
keluarga.
cenderung memiliki akses televisi
Keterlibatan orang tua dalam
konsumsi televisi anak di keluarga
anak.
selain
tanpa
yang bebas tanpa larangan.
Satu-satunya
pencegahan
ketiga ini bisa dikatakan tidak sebesar
dampak negatif televisi terhadap anak
keluarga kedua. Akan tetapi orang tua
di keluarga ini adalah dengan cara
di keluarga ini masih tetap terlibat
orang tua mengkonsumsi acara yang
langsung
menurutnya belum pantas untuk
pada
televisi anak.
proses
konsumsi
dikonsumsi anak (berita) di waktu
anak sudah tidur.
Dari data yang diperoleh tentang
bagaimana orang tua di keluarga ini
bersikap.
Strategi
meminimalisir
mengoptimalkan
dampak
edukasi
pada anak.
Keluarga
kedua
ini
bisa
dampak negatif media dikeuarga ini
dikatakan sangat mengontrol anak
dapat dikategorikan sebagai strategi
dalam kaitanya dengan konsumsi
permisif. Menurut Menurut Santrock
televisi.
(2002) Pola asuh permissif ialah suatu
setiap hari ditemani dengan televisi
gaya dimana orang tua sangat tidak
maka banyak waktu bagi keluarga ini
terlibat dalam kehidupan anak.
untuk
Berbeda
dengan
keluarga
pertama, di keluarga kedua orang tua
berperan
sangat
penting
dalam
konsumsi televisi anak.
Pendekatan
yang
Dikarenakan
terlibat
kesibukan
dalam
aktivitas
konsumsi televisi anak.
Dari data yang diperoleh tentang
bagaimana orang tua di keluarga ini
bersikap.
Strategi
meminimalisir
berbeda
dampak negatif media dikeuarga ini
berkaitan dengan upaya mengurangi
dapat dikategorikan sebagai strategi
dampak televisi pada anak di keluarga
otoriter. Pola pengasuhan otoriter
ini dilakukan dengan mengarahkan
merupakan pola pengasuhan yang
anak untuk mengkonsumsi acara-
sangat
acara tertentu. Selain larangan yang
mengikuti
dilakukan, bapak Sugiyono juga
(Santrock 2002)
menuntut
anak
keinginan
untuk
orang
tua.
memberikan arahan kepada anaknya.
Keluarga ketiga juga memiliki
pemilihan acara oleh orang tua
cara tersendiri sebagai suatu upaya
menurut keluarga ini perlu agar apa
meminimalisir dampak dari televisi
yang dikonsumsi anak tidak asal-
terhadap
asalan dan pada akhirnya berdampak
pengawasan
buruk bagi anak. Pemilihan acara
televisi
seperti
anak.
anak
walaupun
aktivitas
dengan
waktu
konsumsi
intensitas
agama
dan
ilmu
dibawah keluarga kedua, akan tetapi
menjadi
cara
dari
pengawasan tetap dilakukan terhadap
keluarga ini untuk meminimalisir
tayangan televisi yang dikonsumsi
dampak negatif televisi dan lebih
anak.
acara
pengetahuan
Banyaknya
waktu
bersikap.
dalam
dampak negatif media dikeuarga ini
keluarga juga menjadi salah satu cara
dapat dikategorikan sebagai strategi
orang tua untuk mengontrol tayangan
otoritatif. Menurut Menurut Santrock
yang dikonsumsi anak. Apabila dirasa
(2002)
ada tayangan yang kurang baik untuk
mendorong anak-anak agar mandiri
dicontoh anak Ibu Marsiati dengan
tetapi masih menetapkan batas-batas
tegas langsug menegur anak.
pengendalian atas tindakan-tindakan
mengkonsumsi
bersama
Walaupun dalam keluarga ketiga
Strategi
pola
meminimalisir
pengasuhan
yang
mereka.
diakui tidak pernah memberikan
penjelasan
tentang
acara
yang
dikonsumsi anak, akan tetapi jika
3. Strukturasi dalam konsumsi
televisi keluarga
pada saat anak mengkonsumsi acara
Penerapan strategi orang tua
yang dirasa kurang sesuai maka orang
kaitanya dengan konsumsi televisi
tua juga memberikan komentar pada
keluarga merupakan sebuah proses
acara tersebut sebagai peringatan
Strukturasi.
kepada anak bahwa acara yang dia
meihat bahwa setiap manusia adalah
konsumsi kurang baik bagi dirinya.
agen. Setiap tindakan dari seseorang
Kebebasan dalam keluarga ini
dijadikan
mencoba
merupakan tindakan yang disengaja
dengan alasan yang bisa dijelaskan.
satu
cara
agar
anak
Berkaitan dengan strategi orang
mengetahui acara apa yang pantas dia
tua dalam meminimalisir dampak
konsumsi dan yang tidak pantas dia
televisi terhadap anak, apa yang
konsumsi.
Kebebasan
dilakukan orang tua dari ketiga
menyebabkan
kemandirian
mengedukasi
salah
Strukturasi
anak
ini
anak
keluarga
merupakan
aktivitas
untuk memilih acara yang sesuai
disengaja dengan tidak mengabaikan
dengan usianya sendiri. walaupun
akal. Strategi yang dilakukan orang
diberikan kebebasan tidak berarti
tua (melarang anak melihat berita,
orang tua lepas tanggung jawab.
adegan kekerasan, menerapkan jam
Dari data yang diperoleh tentang
bagaimana orang tua di keluarga ini
larangan
konsumsi
televisi,
dll)
dilakukan dengan alasan-alasan logis.
Tindakan yang dilakukan agen
merupakan
tindakan
yang
terus
Dari tindakan agen-agen dalam
kaitanya dengan konsumsi televisi
berkembang dari waktu ke waktu.
dalam
Bagaimana
bertindak
menciptakan suatu agensi tindakan
menerapkan strateginya, sikap anak
yang secara terus menerus terjadi.
terhadap strategi yang dilakukan
Bagaimana sebuah strategi sebagai
orang tua merupakan serangkaian
tindakan
kegiatan
konsekuensi
orang
tua
yang
akan
terus
tersebut
disengaja
tidak
akan
dengan
disengaja
merupakan bentuk real dari sebuah
berkembang.
Pengungkapan diri sebagai aktor
menjadi
keluarga
salah
sarana
kejadian-kejadian yang melibatkan
aktivitas-aktivitas
individu sebagai pelaku, dalam artian
dalam keluarga. Orang tua dalam tiga
bahwa individu itu bisa bertindak
keluarga ini menerapkan strategi
berbeda pada setiap fase apapun
seperti melarang anak mengkonsumsi
dalam suatu urutan tindakan tertentu.
televisi, memilihkan acara anak dll
(Giddens, 2010:14).
menghadirkan
satu
agensi. Agensi berkaitan dengan
adalan suatu cara pengungkapan diri
sebagai seorang aktor.
Aktivitas-aktivitas
Dalam proses konsumsi televisi,
penerapan strategi dari orang tua
yang terus
sebagai
seorang
agen
dilakukan
menerus terjadi sepanjang ruang dan
dengan didahului oleh introspeksi dan
waktu tersebut terjadi karena semua
mawas diri. Sebelum orang tua
anggota keluarga merefleksikan apa
menerapkan strateginya, orang tua
yang terjadi pada anggota keluarga
melihat posisi dirinya sendiri. dengan
lain. Pada ketiga keluarga tersebut
mengetahui posisinya sebagai orang
tindakan
tua maka individu memiliki logika
yang
dilakukan
bapak
Sugiyanto, Ibu Marsiati dan ibu Ana
dilakukan dengan melihat bagaimana
dan motivasi untuk bertindak.
Sebagai sebuah proses tindakan-
anak bersikap. Dari sikap anak itulah
tindakan
kemudian orang tua bisa menentuka
dilakukan, proses konsumsi televisi
strategi yang tepat.
merupakan sebuah agensi dalam
yang
terus
menerus
keluarga. Proses penerapan startegi
tersebut akan berjalan terus menerus
karena sistem merupakan kesatuan
dari waktu ke waktu yang pada
kolektivitas dari relasi-relasi aktor.
akhirnya
‘penstrukturan’
Sistem tersebut akan melahirkan
kembali dalam ruang dan waktu yang
struktur baru yang merupakan aturan
berbeda. Lebih lanjut dapat dikatakan
dari konsumsi televisi. orang tua
bahwa struktur yang berkaitan dengan
mulai menerapkan strateginya dan
konsumsi televisi dalam keluarga
anak mulai melakukan strategi yang
tersebut ada karena diciptakan oleh
diterapkan orang tua. Seperti yang
proses interaksi yang terus menerus
diungkapkan diatas bahwa tindakan
terjadi.
keluarga
manusia tidak terjadi karena struktur
berkembang
akan tetapi struktur akan tercipta
karena interaksi agen akan terus
karena adanya tindakan manusia atau
berlangsung dalam konteks ruang dan
sistem yang terbeuntuk dari tindakan-
waktu yang berbeda.
tindakan
terdapat
struktur
tersebut
juga
Berkaitan
dalam
terus
dengan
konsumsi
televisi anak dalam keluarga. Struktur
timbul dari sistem dalam keluarga.
Sistem dalam keluarga merupakan
bentuk dari interaksi orang tua dan
anak
tentang
penerapan
strategi
dalam konsumsi televisi anak. Dalam
penerapan strategi dari orang tua
tersebut tentunya ada produksi ralasirelasi seperti anak pada keluarga tiga
mengkonsumsi televisi sesuai jam
yang ditetapkan orang tua atau anak
pada keluarga kedua mengkonsumsi
televisi dengan acara yang dipilihkan
oleh orang tua. dari pembentukan
relasi-relasi
tersebut
merupakan
sebuah sistem yang ada di keluarga
tersebut.
Hal
tersebut
ditemui pada ketiga keluarga yang
diteliti, aturan tentang konsumsi
televisi
seperti
mengkonsumsi
dirumah,
orang tua tidak
berita
melarang
saat
anak
anak
mengkonsumsi acara kekerasan atau
membatasi jam menonton televisi
anak dan lain-lain terjadi karena
adanya relasi-relasi yang terdapat
pada proses konsumsi televisi di
keluarga. Setelah tercipta struktur
atau aturan dalam konsumsi televisi
kamudian proses tersebut berulang
sehingga menyebabkan transformasi
struktur yang merupakan inti dari
strukturasi.
SIMPULAN
berbeda. Aturan yeng berkaitan
Dari rumusan masalah yang menjadi
tentang konsumsi televis tersebut
titik persoalan dalam penelitian ini
akan diproduksi dan direproduksi
maka dapat ditarik kesimpulan;
terus menerus selama masih
1.
Terdapat tiga pola anak dalam
terdapat relasi-relasi antara orang
mengkonsumsi
televisi
tua dan anak dalam keluarga.
keluarga.
di
Anak
di
keluarga
lain
dapat
disimpulkan bahwa strategi yang
televisi yang bebas dengan hak
dilakukan orang tua terhadap
akses televisi yang besar. Anak di
anak tersebut tidak akan terus
keluarga kedua memiliki pola
menerus bertahan akan tetapi
menonton televisi yang sangat
akan
teratur dengan hak akses yang
berkembang dari waktu ke waktu
kecil. sedangkan anak di keluarga
dikarenakan
ketiga memiliki pola menonton
yang terus terjadi.
akses yang besar.
Perbedaan
pola
mengkonsumsi
anak
televisi
dalam
di
keluarga tersebut terjadi karena
adanya perbedaan strategi dari
orang tua. Ketiga strategi tersebut
adalah strategi permisif, otoriter
dan otoritatif.
3.
kata
pertama memiliki pola konsumsi
televisi yang teratur dengan hak
2.
Dengan
Proses penerapan strategi dalam
keluarga
strukturasi.
merupakan
proses
Artinya
proses
tersebut juga akan terus menerus
terjadi dalam satu ruang dan
waktu dan akan berproses kebali
pada ruang dan waktu yang
terus
berubah
perbedaan
dan
ralasi
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Kris. 2002. Di Depan Kotak
Yudhi Pramadiansyah. 2014. Pengaruh
Ajaib: Menonton Televisi Sebagai
Televisi Terhadap Pembentukan
Praktik
Perilaku Kekerasan. FISIP:
Konsumsi.
Yogyakarta:
Galang Press
Elizabeth,
Universitas Indonesia.
B
Hurlock.
Perkembangan
Anak.
1991.
Jakarta:
Nimno, Dan. 2005. Komunikasi Politik
Pesan dan Media. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Unde, A Alimuddin. 2014. Televisi dan
Pluralistik.
Jakarta:
Prenada Media
Giddens, Antony. 2010. Teori Strukturasi:
Dasar-dasar Pembentukan Struktur
Sosial
Masyarakat.
Yogyakarta:
Pustaka Belajar
Wibowo,
Agus.
2012.
Pendidikan
Karakter Usia Dini. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Mead. G Herbert. 1972. Mind, self and
society. Chicago : University of
Chicago Press
Hernawati dan Maya. 2011. Televisi
dalam Kehidupan Anak. Fakultas
Komunikasi:
Universitas
Islam
Bandung.
http://Prosiding.lpp.unisba.ac.id,
Januari 2017
20369027-MKYudhi%20Pramadiansyah.pdf, 7
Airlangga
Masyarakat
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/
24
Februari 2017
TELEVISI TERHADAP ANAK DI KOTA SURAKARTA
Dimas Teja Kusuma, Siany Indria Liestyasari, Zaini Rohmad
Pendidikan Sosiologi Antropologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
9dimaskusuma@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui pola konsumsi televisi anak
di keluarga. (2) Mengetahui strategi orang tua untuk meminimalisir dampak televisi
terhadap anak. (3) Melakukan analisis dengan teori Strukturasi berkaitan dengan
konsumsi televisi anak dalam keluarga.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara mendalam.
Informan yang digunakan sebagai sumber data pada penelitian ini adalah 3 keluarga
dengan kelas berbeda yang bertempat tinggal di Kota Surakarta. Teknik pemilihan
informan dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik analisis data yang
digunakan terdiri dari empat tahap yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Ada tiga pola yang membedakan
ketiga keluarga kaitanya dengan konsumsi televisi anak. Anak di keluarga pertama
memiliki pola konsumsi televisi yang bebas dengan hak akses televisi yang banyak.
Anak di keluarga kedua memiliki pola menonton televisi yang sangat teratur dengan
hak akses yang kecil. sedangkan anak di keluarga ketiga memiliki pola menonton
televisi yang teratur dengan hak akses yang besar. (2) Ketiga keluarga yang diteliti
memiliki strategi yang berbeda. Keluarga pertama menerapkan strategi permisif
yang membebaskan anak untuk mengkonsumsi televisi. Keluarga kedua
menggunakan strategi otoriter dengan mengatur konsumsi televsi anak. Sedangkan
keluarga yang ketiga memiliki strategi otoritatif yang mana tetap mengawasi
konsumsi televisi anak akan tetapi tetap memberi kebebasan anak untuk
mengkonsuumsi acara yang ingin dikonsumsinya. (3) Proses penerapan strategi
dalam keluarga merupakan proses strukturasi. Artinya strategi tersebut juga akan
terus menerus terjadi dalam satu ruang dan waktu dan akan berproses kebali pada
ruang dan waktu yang berbeda.
Kata kunci: televisi, strukturasi, keluarga
Abstrack
This study aims to (1) Knowing the pattern of children's television
consumption in the family. (2) Knowing the strategy of parents to minimize the
impact of television on children. (3) Conducting analysis with the theory of
Structure related to the consumption of children's television in the family..
This research is a descriptive qualitative research. Data collection
techniques used were participative observation and in-depth interviews. Informants
used as data sources in this study are 3 families with different classes who live in
Surakarta. Informant selection technique is done by purposive sampling technique.
Data analysis techniques used consisted of four stages: data collection, data
reduction, data presentation, and conclusion.
The results of this study show that (1) There are three patterns that
distinguish the three families in the consumption of children's television. Children
in the first family have a pattern of free television consumption with many television
access rights. Children in the second family have a very regular television viewing
pattern with little access rights. whereas children in third families have regular
television viewing patterns with great access rights. (2) The three families studied
have different strategies. The first family implements a permissive strategy that
frees children to consume television. The second family uses an authoritarian
strategy by regulating the consumption of televsi children. While the third family
has an authoritative strategy which still oversees the child's television consumption
but still gives the child the freedom to consonate the event he wants to consume.(3)
The process of applying family strategy is a process of structuration. This means
the strategy will also continue to occur in one space and time and will process again
in different space and time.
Keywords: television, structuration, family
Data yang diambil dari koran
PENDAHULUAN
Media Televisi menjadi media
Solopos
pada
hari
Kamis,
yang menjadi favorit bagi sebagian
November
besar masyarakat Indonesia. Hal ini
tayangan
sejalan dengan hasil dari lembaga
stasiun. Daftar tayangan Televisi pada
survey Neilsen pada tahun 2013
hari Kamis, 13 November 2016
bahwa konsumsi media di Indonesia
adalah sebagai berikut.
menunjukkan Televisi masih menjadi
2016
memuat
Televisi
dari
13
daftar
berbagai
Dari data tersebut terlihat bahwa
medium utama yang dikonsumsi
acara
masyarakat Indonesia (95%). Dari
prosentase rendah jika dibandingkan
total pengonsumsi televisi tersebut
dengan acara sinetron. Berikut data
ternyata
waktu penayangan sinetron pada
94
meluangkan
persen
waktu
diantaranya
sekitar
lima
setengah jam per hari untuk menonton
anak-anak
masih
dalam
televisi,
WAKTU TAYANG SINETRON
06.0012.00
17%
Televisi.
Jenis dari tayangan Televisi itu
sendiri juga bermacam-macam. Mulai
dari tayangan berita, Sandiwara, Talk
18.0024.00
55%
12.0018.00
28%
Show dan masih banyak lagi. Hasil
Survey
dari
BPS
tahun
2013
menunjukan bahwa tayangan dengan
tema Berita dan Informasi memiliki
JENIS TAYANGAN TV
Presentase tertinggi dengan angka
25.49 pada Televisi Swasta dan 33.50
pada Televisi Pemerintah. Disusul
oleh acara musik dengan presentase
sebesar 15.78 pada stasiun swasta dan
14.25
pada
stasiun
pemerintah.
Ketiga adalah acara bertema Agama
Lain-lain
21%
Sinetron
30%
Reality
Show
4%
Anakanak
14%
Film
13%
Infotaime
nt
9%
Berita
9%
Data diatas menunjukan bahwa
dan setelah itu acara dengan tema
sinetron
masih
mendominasi
Sandiwara.
tayangan yang ada di televisi. Waktu
tayangan dari sinetron juga kurang
kualitas
tepat karena penayanganya di waktu
dibawah standar yang diterapkan KPI.
dimana
program
tersebut
banyak
Acara-acara Televisi yang kurang
mengkonsumsi televisi. Berdasarkan
tepat waktu dan substansinya tersebut
hasil pengamatan peneliti terhadap
tentunya akan berdampak buruk bagi
respon masyarakat tentang tayangan
perkembangan anak karena anak
televisi
penyerap sesuatu dengan meniru apa
tersebut
anak-anak
dari
justru
tayangan-tayangan
adalah
tayangan
yang
dia
lihat.
Apabila
anak
diminati oleh penonton dan memiliki
menirukan
acara
televisi
yang
rating yang tinggi. Seperti contohnya
memiliki isi untuk orang dewasa,
acara Sinetron Anak Jalanan. Pada
maka ada kemungkinan anak akan
data
sinetron
menirukannya pada kehidupan sehari-
tersebut ditayangkan pada jam 17.45.
hari. Widyastuti dalam Desti (2005)
Jika dilihat dari substansi sinetron
berpendapat “Orang dewasa tidak
tersebut yang mengangkat cerita genk
langsung menembak orang begitu
motor yang sering melakukan balap
selesai
liar dan adegan adu pukul serta
menampilkan
adegan
tembak
terdapat
adegan
menembak,
tetapi
acara
sinetron
tersebut
diatas
penayangan
cinta-cintaan,
dirasa
tidak
yang
menonton
memberikan
acara
yang
–
ini
kecenderungan
memiliki waktu penayangan yang
seseorang
tepat karena banyak penonton anak-
kekerasan, misalnya orang sakit hati
anak mengkonsumsi Televisi pada
dan punya beban hidup yang sangat
jam tersebut.
berat, maka tayangan kekerasan bisa
Hal ini sejalan dengan hasil
survey
KPI
(Komisi
Penyiaran
Indonesia) tentang kualitas tayangan
televisi tahun 2016. Dari indeks
standar KPI 4.00 acara sinetron di
Indonesia hanya mempunyai indeks
2.94.
Rendahnya indeks dalam
program sinetron tersebut berarti
untuk
melakukan
menjadi pemicu bagi orang dewasa
untuk berbuat nekat. Namun bagi
anak – anak karena pikirannya tidak
panjang, maka bisa saja langsung
meniru apa – apa yang dilihat dilayar
televisi”.
Mudahnya
tayangan
televisi
diserap anak ini karena televisi
merupakan
media
audio-visual.
komunikan, apabila komunikan jauh
Media audio-visual merupakan media
tempatnya atau banyak jumlahnya
yang mudah diserap karena anak tidak
atau kedua-duanya.
hanya mendengar tetapi juga melihat
Dalam masyarakat media audio
gambar yang ditampilkan. Hal ini
visual menjadi media yang paling
sejalan dengan Widjaya (dalam Desti,
diminati karena media ini merupakan
2005)
bahwa
media yang paling lengkap. Sebagai
televisi merupakan media yang paling
media yang bisa di lihat dan didengar
efektif
dalam
masyarakat akan lebih mempercayai
penyampaian pesan-pesan atau ide-
apa yang disampaikan oleh media ini.
ide, hal tersebut dikarenakan media
Seperti yang terjadi pada Televisi.
televisi tidak hanya mengeluarkan
Masyaarakat
suara saja tetapi juga disertai dengan
mempercayai apa yang dia lihat dan
gambar dan warna. Dari masalah
dengar dari televisi daripada ketika
inilah perlu adanya kajian lebih lanjut
hanya membaca dari surat kabar atau
tentang berbagai dampak dari proses
hanya mendengarkan dari radio saja.
yang
menyatakan
dan
efisien
konsumsi televisi. Besarnya dampak
Sebagai
cenderung
media
yang
lebih
sangat
yang akan terjadi pada anak akan
dipercaya oleh penikmatnya televisi
bergantung
menawarkan berbagai macam fungsi.
pada
pola
konsumsi
televisi yang dilakukanya.
Koentjoroningrat
dalam
Kriss
Budiman (2002:91) mengungkapkan
KAJIAN PUSTAKA
tentang beberapa fungsi televisi yaitu
1. Televisi sebagai Media Masa
fungsi informatif, edukasi, hiburan
Media massa merupakan alat
untuk
terkadang
ditambah
dengan
informasi
fungsi pengawasan, dll. Lengkapnya
(massa).
fungsi dai televisi yang tidak dimiliki
Sejalan dengan hal tersebut, Nimno
media lain inilah yang menjadi nilai
(2005:166) mengungkapkan bahwa
lebih sehingga penikmat televisi
media adalah sarana yang digunakan
makin bertambah setiap tahunya dan
komunikator
sebagai
saluran
menjadikan televisi sebagai salah satu
penyampaian
pesan
kepada
sumber informasi utama bagi mereka.
kepaada
menyampaikan
dan
banyak
orang
Sebagai
salah
satu
sumber
menghadirkan dampak yang bisa
informasi utama bagi masyarakat,
berakibat negatif. Televisi dianggap
Televisi menjadi oase yang tak henti-
menimbulkan dampak yang langsung
hentinya
atas sikap dan perilaku penonton.
menyemburkan
air
informasi, dan menjadi primadona
James
alam pikir (mindset) kita semua,
Alimuddin (2014:12) menekankan
bahwa apa yang kita bicarakan, apa
kemampuan yang besar dari Televisi
yang kita diskusikan, dan apa yang
untuk
kita pertentangkan dalam kehidupan
dengan penonton. Kemampuan itu
sehari-hari pada dasarnya banyak
disebabkan oleh sifat televisi yang
bersumber
menyajikan
dari
media
massa
(televisi). (Andi,2014:102)
Monaco
menghubungkan
dengan film.
anak” mengungkapkan bahwa televisi
Sebagai
94%
realitas
pengalaman
secara
satu pengalaman seperti hal-nya
Jurnalnya “Televisi dalam kehidupan
merebut
Andi
berkesinambungan, dan bukan hanya
Riza Hernawati (2011) dalam
mampu
dalam
saluran
media
lihat-dengar
(audiovisual) telah membuat profil
masuknya pesan-pesan atau informasi
televisi
ke dalam jiwa manusia yaitu lewat
Dikatakan
mata dan telinga. Televisi mampu
khalayak
untuk membuat orang pada umumnya
melebihi kepercayaan kepada berita
mengingat 50% dari apa yang mereka
lainya. Apabila terdapat berita yang
lihat dan dengar di lyar teevisi
bertentangan, maka mayoritas akan
walaupun hanya sekali ditayangkan.
lebih
Atau, secara umum orang akan
ditampilkan di Televisi. (Schramm
mengingat 85% dari apa yang mereka
dalam Andi Alimuddin, 2014:14)
lihat di televisi, setelah 3 jam
menjadi
lebih
bahwa
kepada
dramatis.
kepercayaan
berita
mempercayai
Televisi
berita
yang
Televisi dapat diibaratkan seperti
kemudian dan 65% setelah 3 hari
“karena
kemudian.
(Seeing is balieving) dan “one picture
Selain banyaknya kelebihan yang
dihadirkan
mengkonsumsi
Televisi,
televisi
proses
juga
worth
melihat
thausand
maka
percaya”
words,”
sangat
menunjang peranan televisi untuk
menarik
kepercayaan
masyarakat
(Nicholas
Johnson
dalam
Andi
Alimuddin, 2004:14).
kecenderungan untuk bersikap kasar
seperti yang dia lihat di televisi.
Ernest Van den Haag dalam buku
Salah satu bentuk infasi televisi
Televisi dan Masyarakat Pluralistik
terhadap
(2014:123) mengungkapkan,
khususnya anak-anak adalah anak-
“Orang mungkin berpaling pada
anak
kehidupan
yang
manusia
tergolong
memiliki
menonton
televisi
media massa saat mereka kesepian
kebiasaan
atau bosan, tapi sekali media massa
menyetujui bahwa hampir selalu
menjadi kebiasaan, media massa
benar untuk memukul orang lain jika
dapat
kemampuan
mereka marah kepada orang lain
memperoleh pengalaman sosial yang
dengan alasan tepat. (George Gabner
bermakna”.
dalam Yudhi, 2014).
merusak
Hasil penelitian William Belson
Menurut Riza (2011) Televisi
(1978) dalam buku Televisi dan
telah merubah cara berfikir anak.
Masyarakat
Anak-anak
Multiultural
(Andi,
yang
terlalu
banyak
2014:129) mengungkapkan bahwa
menonton televisi biasanya akan
ada
anak-anak
tumbuh menjadi sosok yang sulit
penonton berat kekerasan di televisi
berkonsentrasi dan kurang perhatian
bertindak lebih agresif, dibandingkan
terhadap lingkungan sekitar.
kecenderungan
anak-anak
bukan
kekerasan.
Ini
memberikan
diinternalisasi
penonton
Pola menonton televisi yang
televisi
tidak terkontrol akan menimbulkan
yang
dapat
dampak psikologis bagi anak. Yang
orang
yang
pertama,
berarti
citra
oleh
ketrampilan
anak
akan
melihat citra tersebut. Sejalan dengan
kurang berkembang. Yang kedua
hal tersebut, hasil penelitian dari Riza
adalah perilaku yang dilihat anak di
Hermawati (2011) juga mendapatkan
televisi akan menjadi suatu memori
hasil serupa. Anak pada keluarga
dalam diri anak yang akibatnya bisa
yang
mebuat
membebaskan
aktivitas
si
anak
menirukan
menonton televisi menjadi anak yang
perbuatanya dan bisa berkembang
memiliki sikap meniru apa yang dia
menjadi karakter dan kepribadianya
lihat
di kemudian hari.
di
televisi
dan
memiliki
2. Peran dan Fungsi Orang Tua
Peran dan fungsi dari orang tua
dalam kaitanya dengan konsumsi
terpilih.
Yang
menjadi
masalah
adalah siapa yang memegang kendali
dalam memberikan pemaknaan.
televisi anak harus berjalan dengan
Dalam jurnal “Televisi dalam
efektif agar televisi tidak mudah
Kehidupan Anak” (Astuti & Gani
memberikan dampak negatif terhadap
dalam
anak . Karena pada dasarnya anak
informasi yang sama atau serupa yang
selalu
masuk secara berulang-ulang ke
berkembang
dan
dalam
Riza
Hernawati,
2011)
perkembanganya peran orang tua
dalam
sangat penting. Hal itu sejalan dengan
memberikan pengaruh yang berbeda
yang diungkapkan George Herbert
apabila informasi tersbeut hanya
dalam buku Mind, self and society
diterima
(1972),
Mead
menimbulkan media habit, dimana
tahap-tahap
habit menonton kebiasaan atau ritual
perkembangan diri manusia. Manusia
berulang sehingga menjadi bagian
yang baru lahir dianggap belum
dari alamiah dari kehidupan sehair-
mempunyai diri. Artinya manusia
hari.
George
Herbert
menguraikan
diri
seseorang
sekali
saja.
akan
Hal
ini
tidak sejak lahir membawa sikap dan
Lingkungan awal perkembangan
kepribadianya, sikap dan kepribadian
anak dikatakan sangat berpengaruh
tersebut
seiring
dalam pekemangan anak, Hurlock
dengan bertambahnya usia pada anak.
menekankan alasan dalam bukunya
Pada dasarnya pemaknaan media
Perkembangan anak (1991:27-28),
harus
dibentuk
sangat tergantung pada interpretasi
alasanya yaitu
mengapa
Pertama, karena hasil belajar dan
pendampingan anak ketika sedang
pengalaman semakin memainkan
menyaksikan
peran
dari
audience.
Itulah
televisi
sangat
dominan
dalam
diperlukan (Agusti dan Gani dalam
perkembangan
Riza Hernawati,2011). Media pada
bertambahnya usia anak, mereka
dasarnya
tidak
dapat diarahkan ke dalam saluran
melainkan
menentukan
mereproduksi
dengan
realitas
yang akan membawa ke arah
melalui pemakaian kata-kata yang
penyesuaian yang baik. Pada
dasarnya,
tugas
ditangani
oleh
harus
sikap dan perilaku yang dibentuk
keluarga,
pada awal kehidupan, cenderung
walaupun kelompok sosial yang
bertahan tidak jadi soal apakah
lebih
hal
besar
ini
dapat
memberi
itu
baik
atau
buruk,
budaya dimana anak-anak dapat
menguntungkan atau merugikan
memenuhi
penyesuaian anak.
kemampuannya.
Bimbingan
paling
Keempat,
diperlukan
karena
adakalanya
dalam tahapan awal belajar pada
diinginkan perubahan dalam apa
saat peletakan dasar awal. Bila
yang diajarkan, semakin cepat
anak sejak awal telah diletakkan
perubahan ini dibuat, semakin
diatas
mudah
rel
yang
benar
dan
bagi
anak-anak
dan
didorong untuk tetap di sana
akibatnya mereka semakin lebih
hingga
mau pula bekerja sama dalam
mereka
dengannya
terbiasa
atau
menyadari
mengadakan perubahan itu.
mengapa hal itu paling baik,
maka
kecil
Dari alasan yang dikemukaak
kemungkinannya
Hurlock terlihat jelas bahwa masa
kelak mereka beralih ke rel yang
anak-anak adalah masa yang rentan.
salah.
Sedikit saja terdapat kesalahan pada
Kedua, karena dasar awal cepat
perkembanganya
berkembang
menimbulkan dampak kedepannya.
kebiasaan,
menjadi
hal
pola
itu
akan
akan
mempunyai pengaruh sepanjang
hidup dalam penyesuaian pribadi
3. Pola
Asuh
sebagai
Strategi
Orang Tua
dan sosial anak itu.
Ketiga,
maka
Dengan rentanya anak dalam
dengan
menyerap dampak negatif televisi
keyakinan populer, anak-anak
tersebut maka orang tua sebagai orang
tidak
ciri-ciri
yang paling bertanggung jawab bagi
disukai
pertumbuhan
bawaan
bertentangan
melepaskan
yang
tidak
dan
perkembangan
dengan bertubuhnya usia mereka.
anak. Dalam mendidik anaknya orang
Sebaliknya
tua
ditekankan
sebagaimana
sebelumnya,
pola
memiliki
tugas
tersendiri.
Mengenai tugas orang tua, Fuad Ihsan
(2001:58) mengungkapkan, tugas dan
lain
tanggung jawab orang tua dalam
mengkonsumsi
keluarga terhadap pendidikan anak-
harinya. Anak pada keluarga dengan
anaknya lebih bersifat pembentukan
menerapkan
watak dan budi pekerti.
menonton televisi juga memiliki sifat
Setiap
anak
tumbuh
dan
tanpa
terpaku
untuk
televisi
setiap
aturan
ketat
dalam
yang lebih mudah diatur dan juga
berkembang dibawah asuhan orang
termasuk
anak
yang
mandiri.
tuanya. Setiap orang tua memiliki
sedangkan
anak
dalam
keluarga
ciri-ciri perlakuan yang berbeda-beda
dengan aturan yang membebaskan
terhadap
Perbedaan
anak untuk mengkonsumsi televisi
perlakuan ini disebut dengan pola
cenderung membuat anak terpaku
asuh. Seperti yang diungkapkan Agus
kegiatanya pada televisi. Karena tidak
Wibowo (2012:112) mendefinisikan
memiliki kegiatan lain, maka segala
pola asuh sebagai pola interaksi
aktivitas anak dilakukan di depan
antara anak dengan orang tua, yang
layar telivisi. Anak pada keluarga ini
meliputi pemenuhan kebutuhan fisik
juga minim berinteraksi, selain itu
(makan,minum,dan
dan
anak pada keluarga ini memiliki sikap
kebutuhan nonfisik seperti perhatian,
meniru apa yang dia lihat di televisi
empati, kasih sayang, dan sebagainya.
dan memiliki kecenderungan untuk
Hasil
anaknya.
lain-lain)
penelitian
dari
Riza
Hernawati tentang perbedaan perilaku
anak berkaitan dengan pola menonton
bersikap kasar seperti yang dia lihat di
televisi.
Barrios dalam buku Didepan
televisi anak di Bandung menunjukan
Kotak
perbedaan yang signifikan terhadap
menuturkan bahwa televisi juga dapat
sikap dan perilaku anak. Berdasarkan
digunakan sebagai alat kontrol agar
hasil
wawancara
anak terkonsentrasi di tempat dan
keluarga yang menerapkan aturan
tidak bermain di tempat lain yang
ketat pada anaknya terkait pola
membahayakan. Dalam konteks ini
menonton televisi menyebabkan anak
televisi menjadi suatu sarana yang
yang tidak tergantung dengan televisi,
bisa digunakan untuk mengontrol
anak selalu mencari aktivitas yang
orang lain, khususnya anak. Ini berarti
observasi
dan
Ajaib
(Budiman,
2002)
televisi memliki fungsi lain yaitu
(termasuk
sebagai babysitter.
(Giddens, 2010:4)
Ansari
dalam
jurnalnya
berbohong
denganya)
Giddens berpendapat monitoring
“Children's hyperactivity, television
refleksi
viewing and the potential child
merupakan suatu unsur tetap dari
effects” yang berisi tentang hubungan
tindakan sehari-hari dan melibatkan
sikap
terhadap
tidak hanya perilaku si individu,
perilaku orang tua tentang tontonan
namun juga melibatkan perilaku dari
televisi anak mengungkapkan hal
individu lain. Maksudnya, para aktor
yang serupa dengan Barrios. Hasil
tidak hanya memonitor secara terus
penelitian pada jurnal ini menunjukan
menerus arus aktivitas mereka dan
bahwa televisi bisa digunakan orang
berharap orang lain melakukan yang
tua dalam mengontrol perilaku anak.
sama
hiperaktif
anak
agen
atas
terhadap
tindakan
aktivitas
mereka
sendiri. para aktor juga secara rutin
memonitor aspek-aspek, baik sosial
4. Teori Strukturasi
Aktivitas-aktivitas sosial juga
maupun fisik dari konteks-konteks
tidak hanya dihadirkan oleh para
dimana mereka bergerak. (Giddens,
aktor sosial, melainkan terus menerus
2010:7).
diciptakan
tindakan, aktor sosial tersebut perlu
oleh
sarana-sarana
mereka
melalui
pengungkapan
diri
sebagai aktor. (Giddens, 2010:3).
Jadi
dalam
melakukan
melihat bagaimana orang bersikap
terhadap dirinya.
Sebagai aktor sosial perilaku manusia
Dalam buku teori strukturasi
yang dilakukan merupakan sarana
banyak dibahas tentang bagaimana
pengungkapan diri mereka.
sebuah
Giddens
dalam
strukturasi
tindakan
yang
disengaja
memiliki
konsekuensi
tidak
berpendapat bahwa menjadi manusia
disengaja.
Konsekuensi
tidak
berarti menajadi seorang agen dengan
disengaja tersebut secara sistematis
tindakan disengaja, memilliki alasan-
memberikan
alasan atas aktivitas-aktivitasnya dan
menjadi
mampu bila diminta mengolaborasi
tidak
secara diskursif alasan-alasan itu
tindakan
umpan
balik
dan
konsekuensi-konsekuensi
terkendali
dari
selanjutnya.
tindakan(Giddens,
2010:12). Serangkaian tindakan yang
mampu
dilakukan
kekuasaan
manusia
diungkapkan
seperti
diatas
yang
tersebut
merupakan sebuah agensi.
menggunakan
sederet
kausal,
termasuk
memengaruhi kekuasaan-kekuasaan
yang dijalankan oleh orang lain.
Para filsuf berargumen bahwa
Tindakan
bergantung
pada
individu
untuk
agar suatu kejadian yang melibatkan
kemampuan
manusia
sebagai
‘memengaruhi’ rangkaian peristiwa
contoh agensi, paling tidak perlu
yang telah ada sebelumnya. Seorang
bahwa apa yang dilakukan orang itu
agen tidak lagi mampu berperan
disengaja
berdasarkan
demikian
sekalipun
agen
bisa
dianggap
deskripsi,
tersebut
keliru
jika
dia
kehilangan
kemampuan untuk ‘memengaruhi’,
mengenai diskripsi itu. (Giddens,
yaitu
2010:13).
kekuasaan. (Giddens, 2010:23).
menggunakan
suatu
jenis
Berkaitan dengan hal tersebut
Giddens
dalam
strukturasi
bukunya
mengulas
teori
METODOLOGI PENELITIAN
tentang
Penelitian ini bertujuan untuk
perbuatan disengaja dan perbuatan
melihat pola konsumsi anak dan
tidak disengaja. Menurut Giddens
strategi
perbuatan
disengaja
akan
meminimalisir
menimbulkan
konsekwensi
yang
televisi terhadap anak.
tidak disengaja. Selanjutnya dari
orang
tua
dalam
dampak
negatif
Metode yang digunakan dalam
konsekwensi yang tidak disengaja ini
penelitian
timbul hasil akhir yang merupakan
penelitian
sesuatu yang bisa dijelaskan sehingga
pendekatan studi kasus. Penggunaan
membentuk kondisi yang terkendali.
pendekatan
Serangkaian perbuatan tersebut akan
memungkinkan
membentuk suatu pola tindakan yang
mempertahankan
berkaitan
holistik dan bermakna dari peristiwa-
dengan
rutinitas
dari
perbuatan manusia.
Hubungan
ini
ini
adalah
kualitatif
studi
metode
dengan
kasus
peneliti
akan
untuk
karakteristik
peristiwa kehidupan nyata seperti
mengandaikan
bahwa menjadi seorang agen harus
silklus kehidupan seseorang, proses-
proses organisasional dan manajerial,
ekonomi
perubahan lingkungan social.
konsumsi televisi dalam keluarga
Penelitian ini menggunakan dua
sumber
data
yaitu
Perbedaan
tersebut tidak hanya mencangkup
dan
konsumsi yang dilakukan oleh orang
sekunder. Sumber data primer yaitu
tua, melainkan juga anggota keluarga
dari hasil observasi dan wawancara
lain seperti anak. Sebagai salah satu
sedangkan sekunder dari foto dan
anggota keluarga, anak juga memiliki
koran. Data yang diperoleh kemudian
akses atas televisi seperti anggota
akan
keluarga yang lain. Akses televisi
diuji
primer
berbeda.
validitasnya
dengan
menggunakan metode trianggulasi.
Teknik
analisis
data
dalam
penelitian ini adalah analisis model
interaktif yang memiliki tahapan
reduksi
data,
sajian
data
dan
kesimpulan data.
anak memiliki pola yang berbeda
antara satu keluarga dengan keluarga
lain.
Anak
di
keluarga
pertama
memiliki waktu konsumsi televisi
yang banyak dikarenakan faktor
pekerjaan orang. Faktor pekerjaan
HASIL
PENELITIAN
DAN
menyababkan
waktu
konsumsi
PEMBAHASAN
televisi bersama anak berkurang
1. Pola Menonton Televisi Anak
sehingga waktu anak untuk konsumsi
lebih banyak dilakukan sendiri.
dalam Keluarga
Konsumsi televisi merupakan
Waktu konsumsi televisi anak di
aktivitas unik dari suatu keluarga.
keluarga pertama ini dimulai saat pagi
Proses
dalam
sebelum sekolah, saat anak pulang
keluarga dapat dipengaruhi perbedaan
sekolah sampai malam saat anak
latar belakang yang dimiliki oleh
tertidur.
keluarga. Latar belakang tersebut bisa
dikonsumsi anak lebih banyak acara-
berupa latar belakang status sosial,
acara kartun.
konsumsi
televisi
Sedangkan
acara
yang
ekonomi bahkan dari segi pendidikan.
Dalam konsumsi televisi, anak di
Dalam penelitian ini peneliti
keluarga ini tidak 100% fokus.
melihat fenomena konsumsi televisi
Konsumsi televisi anak dikeluarga ini
dari tiga keluarga dengan status sosial
banyak dilakukan dengan aktivitas-
aktivitas lain seperti belajar, makan
yang dikonsumsi anak diatur oleh
dan bermain.
orang tua.
Anak pada keluarga ini dapat
Jenis konsumsi acara anak juga
dikatakan memiliki konsumsi televisi
bermacam-macam mulai dari acara
yang banyak dengan pengawasan
agama dan pengetahuan alam sampai
yang sedikit. Kondisi sosial ekonomi
acara drama india yang dikonsumsi
rendah dengan kondisi rumah sempit
bersama.
membuat
anak
khazanah dan acara pengetahuan
dilakukan di depan televisi. Selain itu
seperti dunia satwa menurut orang tua
kurang
dan
di keluarga ini dapat mencegah
dampak negatif televisi dan lebih
segala
adanya
aktivitas
pengawasan
seringnya
anak
berada
dirumah
sendirian
menyebabkan
televisi
menjadi satu-satunya teman anak
dirumah.
Acara
agama
seperti
memaksimalkan fungsi televisi.
Sikap anak dalam mengkonsumsi
televisi yang ditemui peneliti di
Konsumsi televisi anak pada
keluarga kedua ini berbeda dengan di
keluarga kedua memiliki pola yang
keluarga pertama. Anak di keluarga
berbeda. Dilihat dari pola konsumsi
kedua
televisi anak, anak di keluarga ini juga
memperhatikan apa yang dia lihat di
memiliki waktu konsumsi televisi
televisi, bahkan sering kali dia
yang
mengomentari apa yang dia tonton
juga
terbilang
banyak.
ini
selalu
Walaupun hak akses televisi anak
kepada
pada
disekitarnya.
keluarga
kedua
ini
tidak
sebanyak di keluarga pertama.
Konsumsi
televisi
anak
orang
antusias
tua
yang
dan
ada
Keluarga ketiga memiliki pola
di
konsumsi
televisi
yang
teratur
keluarga ini dimulai ketika pagi
dikarenakan anggota keluarga di
sebelum sekolah, pulang sekolah, lalu
keluarga ini memilikiwaktu konsumsi
malam setelah jam belajar. Dalam
yang berbeda-beda.
pemilihan acara yang dikonsumsi,
belum
anak di keluarga ini tidak memiliki
televisi pada pagi hari sampai siang
kebebasan dikarenakan semua acara
hari.
sekolah
Anak
Anak yang
mengkonsumsi
yang
bersekolah
mengkonsumsi televisi ketika dia
pulang sekolah. Aktivitas menonton
2. Strategi Orang Tua dalam
televisi berhenti ketika sore hari
Meminimalisir Dampak Negatif
sampai malam karena keluarga ini
Televisi terhadap Anak
menerapkan
jam
belajar
keseharian
mereka.
dalam
Aktivitas
Pola konsumsi televisi anak
sangat
erat
kaitanya
dengan
dilanjutkan kembali ketika malam
bagaimana strategi orang tua yang
sebelum anak-anak di keluarga ini
diterapkan
tidur.
Perbedaan strategi orang tua akan
Perbedaan
waktu
menonton
televisi yang terkesan teratur tersebut
terjadi bukan tanpa alasan. Ibu
dalam
keluarga.
berdampak pada perbedaan pola anak
dalam mengkonsumsi televisi.
Dari
ketiga
pola
konsumsi
Marsiati berpendapat bahwa adanya
televisi anak dalam keluarga tersebut
pembagian jam menonton tersebut
terdapat tiga strategi dari masing-
dilakukan
masing
agar
setiap
anak
mendapatkan kesempatan yang sama.
keluarga
yang
mempengaruhi.
Anak dalam keluarga ini tidak
Keluarga pertama dengan pola
benar-benar terfokus kepada televisi
konsumsi televisi yang bebas tanpa
karena
terkadang
tujuan
utama
pengawasan terjadi karena orang tua
didepan
televisi
bukan
untuk
tidak
memiliki
waktu
untuk
mengkonsumsi televisi akan tetapi
pengawasan
hanya untuk berkumpul bersama
pengawasan, anak di keluarga juga
keluarga.
cenderung memiliki akses televisi
Keterlibatan orang tua dalam
konsumsi televisi anak di keluarga
anak.
selain
tanpa
yang bebas tanpa larangan.
Satu-satunya
pencegahan
ketiga ini bisa dikatakan tidak sebesar
dampak negatif televisi terhadap anak
keluarga kedua. Akan tetapi orang tua
di keluarga ini adalah dengan cara
di keluarga ini masih tetap terlibat
orang tua mengkonsumsi acara yang
langsung
menurutnya belum pantas untuk
pada
televisi anak.
proses
konsumsi
dikonsumsi anak (berita) di waktu
anak sudah tidur.
Dari data yang diperoleh tentang
bagaimana orang tua di keluarga ini
bersikap.
Strategi
meminimalisir
mengoptimalkan
dampak
edukasi
pada anak.
Keluarga
kedua
ini
bisa
dampak negatif media dikeuarga ini
dikatakan sangat mengontrol anak
dapat dikategorikan sebagai strategi
dalam kaitanya dengan konsumsi
permisif. Menurut Menurut Santrock
televisi.
(2002) Pola asuh permissif ialah suatu
setiap hari ditemani dengan televisi
gaya dimana orang tua sangat tidak
maka banyak waktu bagi keluarga ini
terlibat dalam kehidupan anak.
untuk
Berbeda
dengan
keluarga
pertama, di keluarga kedua orang tua
berperan
sangat
penting
dalam
konsumsi televisi anak.
Pendekatan
yang
Dikarenakan
terlibat
kesibukan
dalam
aktivitas
konsumsi televisi anak.
Dari data yang diperoleh tentang
bagaimana orang tua di keluarga ini
bersikap.
Strategi
meminimalisir
berbeda
dampak negatif media dikeuarga ini
berkaitan dengan upaya mengurangi
dapat dikategorikan sebagai strategi
dampak televisi pada anak di keluarga
otoriter. Pola pengasuhan otoriter
ini dilakukan dengan mengarahkan
merupakan pola pengasuhan yang
anak untuk mengkonsumsi acara-
sangat
acara tertentu. Selain larangan yang
mengikuti
dilakukan, bapak Sugiyono juga
(Santrock 2002)
menuntut
anak
keinginan
untuk
orang
tua.
memberikan arahan kepada anaknya.
Keluarga ketiga juga memiliki
pemilihan acara oleh orang tua
cara tersendiri sebagai suatu upaya
menurut keluarga ini perlu agar apa
meminimalisir dampak dari televisi
yang dikonsumsi anak tidak asal-
terhadap
asalan dan pada akhirnya berdampak
pengawasan
buruk bagi anak. Pemilihan acara
televisi
seperti
anak.
anak
walaupun
aktivitas
dengan
waktu
konsumsi
intensitas
agama
dan
ilmu
dibawah keluarga kedua, akan tetapi
menjadi
cara
dari
pengawasan tetap dilakukan terhadap
keluarga ini untuk meminimalisir
tayangan televisi yang dikonsumsi
dampak negatif televisi dan lebih
anak.
acara
pengetahuan
Banyaknya
waktu
bersikap.
dalam
dampak negatif media dikeuarga ini
keluarga juga menjadi salah satu cara
dapat dikategorikan sebagai strategi
orang tua untuk mengontrol tayangan
otoritatif. Menurut Menurut Santrock
yang dikonsumsi anak. Apabila dirasa
(2002)
ada tayangan yang kurang baik untuk
mendorong anak-anak agar mandiri
dicontoh anak Ibu Marsiati dengan
tetapi masih menetapkan batas-batas
tegas langsug menegur anak.
pengendalian atas tindakan-tindakan
mengkonsumsi
bersama
Walaupun dalam keluarga ketiga
Strategi
pola
meminimalisir
pengasuhan
yang
mereka.
diakui tidak pernah memberikan
penjelasan
tentang
acara
yang
dikonsumsi anak, akan tetapi jika
3. Strukturasi dalam konsumsi
televisi keluarga
pada saat anak mengkonsumsi acara
Penerapan strategi orang tua
yang dirasa kurang sesuai maka orang
kaitanya dengan konsumsi televisi
tua juga memberikan komentar pada
keluarga merupakan sebuah proses
acara tersebut sebagai peringatan
Strukturasi.
kepada anak bahwa acara yang dia
meihat bahwa setiap manusia adalah
konsumsi kurang baik bagi dirinya.
agen. Setiap tindakan dari seseorang
Kebebasan dalam keluarga ini
dijadikan
mencoba
merupakan tindakan yang disengaja
dengan alasan yang bisa dijelaskan.
satu
cara
agar
anak
Berkaitan dengan strategi orang
mengetahui acara apa yang pantas dia
tua dalam meminimalisir dampak
konsumsi dan yang tidak pantas dia
televisi terhadap anak, apa yang
konsumsi.
Kebebasan
dilakukan orang tua dari ketiga
menyebabkan
kemandirian
mengedukasi
salah
Strukturasi
anak
ini
anak
keluarga
merupakan
aktivitas
untuk memilih acara yang sesuai
disengaja dengan tidak mengabaikan
dengan usianya sendiri. walaupun
akal. Strategi yang dilakukan orang
diberikan kebebasan tidak berarti
tua (melarang anak melihat berita,
orang tua lepas tanggung jawab.
adegan kekerasan, menerapkan jam
Dari data yang diperoleh tentang
bagaimana orang tua di keluarga ini
larangan
konsumsi
televisi,
dll)
dilakukan dengan alasan-alasan logis.
Tindakan yang dilakukan agen
merupakan
tindakan
yang
terus
Dari tindakan agen-agen dalam
kaitanya dengan konsumsi televisi
berkembang dari waktu ke waktu.
dalam
Bagaimana
bertindak
menciptakan suatu agensi tindakan
menerapkan strateginya, sikap anak
yang secara terus menerus terjadi.
terhadap strategi yang dilakukan
Bagaimana sebuah strategi sebagai
orang tua merupakan serangkaian
tindakan
kegiatan
konsekuensi
orang
tua
yang
akan
terus
tersebut
disengaja
tidak
akan
dengan
disengaja
merupakan bentuk real dari sebuah
berkembang.
Pengungkapan diri sebagai aktor
menjadi
keluarga
salah
sarana
kejadian-kejadian yang melibatkan
aktivitas-aktivitas
individu sebagai pelaku, dalam artian
dalam keluarga. Orang tua dalam tiga
bahwa individu itu bisa bertindak
keluarga ini menerapkan strategi
berbeda pada setiap fase apapun
seperti melarang anak mengkonsumsi
dalam suatu urutan tindakan tertentu.
televisi, memilihkan acara anak dll
(Giddens, 2010:14).
menghadirkan
satu
agensi. Agensi berkaitan dengan
adalan suatu cara pengungkapan diri
sebagai seorang aktor.
Aktivitas-aktivitas
Dalam proses konsumsi televisi,
penerapan strategi dari orang tua
yang terus
sebagai
seorang
agen
dilakukan
menerus terjadi sepanjang ruang dan
dengan didahului oleh introspeksi dan
waktu tersebut terjadi karena semua
mawas diri. Sebelum orang tua
anggota keluarga merefleksikan apa
menerapkan strateginya, orang tua
yang terjadi pada anggota keluarga
melihat posisi dirinya sendiri. dengan
lain. Pada ketiga keluarga tersebut
mengetahui posisinya sebagai orang
tindakan
tua maka individu memiliki logika
yang
dilakukan
bapak
Sugiyanto, Ibu Marsiati dan ibu Ana
dilakukan dengan melihat bagaimana
dan motivasi untuk bertindak.
Sebagai sebuah proses tindakan-
anak bersikap. Dari sikap anak itulah
tindakan
kemudian orang tua bisa menentuka
dilakukan, proses konsumsi televisi
strategi yang tepat.
merupakan sebuah agensi dalam
yang
terus
menerus
keluarga. Proses penerapan startegi
tersebut akan berjalan terus menerus
karena sistem merupakan kesatuan
dari waktu ke waktu yang pada
kolektivitas dari relasi-relasi aktor.
akhirnya
‘penstrukturan’
Sistem tersebut akan melahirkan
kembali dalam ruang dan waktu yang
struktur baru yang merupakan aturan
berbeda. Lebih lanjut dapat dikatakan
dari konsumsi televisi. orang tua
bahwa struktur yang berkaitan dengan
mulai menerapkan strateginya dan
konsumsi televisi dalam keluarga
anak mulai melakukan strategi yang
tersebut ada karena diciptakan oleh
diterapkan orang tua. Seperti yang
proses interaksi yang terus menerus
diungkapkan diatas bahwa tindakan
terjadi.
keluarga
manusia tidak terjadi karena struktur
berkembang
akan tetapi struktur akan tercipta
karena interaksi agen akan terus
karena adanya tindakan manusia atau
berlangsung dalam konteks ruang dan
sistem yang terbeuntuk dari tindakan-
waktu yang berbeda.
tindakan
terdapat
struktur
tersebut
juga
Berkaitan
dalam
terus
dengan
konsumsi
televisi anak dalam keluarga. Struktur
timbul dari sistem dalam keluarga.
Sistem dalam keluarga merupakan
bentuk dari interaksi orang tua dan
anak
tentang
penerapan
strategi
dalam konsumsi televisi anak. Dalam
penerapan strategi dari orang tua
tersebut tentunya ada produksi ralasirelasi seperti anak pada keluarga tiga
mengkonsumsi televisi sesuai jam
yang ditetapkan orang tua atau anak
pada keluarga kedua mengkonsumsi
televisi dengan acara yang dipilihkan
oleh orang tua. dari pembentukan
relasi-relasi
tersebut
merupakan
sebuah sistem yang ada di keluarga
tersebut.
Hal
tersebut
ditemui pada ketiga keluarga yang
diteliti, aturan tentang konsumsi
televisi
seperti
mengkonsumsi
dirumah,
orang tua tidak
berita
melarang
saat
anak
anak
mengkonsumsi acara kekerasan atau
membatasi jam menonton televisi
anak dan lain-lain terjadi karena
adanya relasi-relasi yang terdapat
pada proses konsumsi televisi di
keluarga. Setelah tercipta struktur
atau aturan dalam konsumsi televisi
kamudian proses tersebut berulang
sehingga menyebabkan transformasi
struktur yang merupakan inti dari
strukturasi.
SIMPULAN
berbeda. Aturan yeng berkaitan
Dari rumusan masalah yang menjadi
tentang konsumsi televis tersebut
titik persoalan dalam penelitian ini
akan diproduksi dan direproduksi
maka dapat ditarik kesimpulan;
terus menerus selama masih
1.
Terdapat tiga pola anak dalam
terdapat relasi-relasi antara orang
mengkonsumsi
televisi
tua dan anak dalam keluarga.
keluarga.
di
Anak
di
keluarga
lain
dapat
disimpulkan bahwa strategi yang
televisi yang bebas dengan hak
dilakukan orang tua terhadap
akses televisi yang besar. Anak di
anak tersebut tidak akan terus
keluarga kedua memiliki pola
menerus bertahan akan tetapi
menonton televisi yang sangat
akan
teratur dengan hak akses yang
berkembang dari waktu ke waktu
kecil. sedangkan anak di keluarga
dikarenakan
ketiga memiliki pola menonton
yang terus terjadi.
akses yang besar.
Perbedaan
pola
mengkonsumsi
anak
televisi
dalam
di
keluarga tersebut terjadi karena
adanya perbedaan strategi dari
orang tua. Ketiga strategi tersebut
adalah strategi permisif, otoriter
dan otoritatif.
3.
kata
pertama memiliki pola konsumsi
televisi yang teratur dengan hak
2.
Dengan
Proses penerapan strategi dalam
keluarga
strukturasi.
merupakan
proses
Artinya
proses
tersebut juga akan terus menerus
terjadi dalam satu ruang dan
waktu dan akan berproses kebali
pada ruang dan waktu yang
terus
berubah
perbedaan
dan
ralasi
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Kris. 2002. Di Depan Kotak
Yudhi Pramadiansyah. 2014. Pengaruh
Ajaib: Menonton Televisi Sebagai
Televisi Terhadap Pembentukan
Praktik
Perilaku Kekerasan. FISIP:
Konsumsi.
Yogyakarta:
Galang Press
Elizabeth,
Universitas Indonesia.
B
Hurlock.
Perkembangan
Anak.
1991.
Jakarta:
Nimno, Dan. 2005. Komunikasi Politik
Pesan dan Media. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Unde, A Alimuddin. 2014. Televisi dan
Pluralistik.
Jakarta:
Prenada Media
Giddens, Antony. 2010. Teori Strukturasi:
Dasar-dasar Pembentukan Struktur
Sosial
Masyarakat.
Yogyakarta:
Pustaka Belajar
Wibowo,
Agus.
2012.
Pendidikan
Karakter Usia Dini. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Mead. G Herbert. 1972. Mind, self and
society. Chicago : University of
Chicago Press
Hernawati dan Maya. 2011. Televisi
dalam Kehidupan Anak. Fakultas
Komunikasi:
Universitas
Islam
Bandung.
http://Prosiding.lpp.unisba.ac.id,
Januari 2017
20369027-MKYudhi%20Pramadiansyah.pdf, 7
Airlangga
Masyarakat
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/
24
Februari 2017