STRATEGI ORANG TUA UNTUK MEMINIMALISIR DAMPAK TELEVISI TERHADAP ANAK DI KOTA SURAKARTA | Kusuma | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 11259 23698 1 SM

STRATEGI ORANG TUA UNTUK MEMINIMALISIR DAMPAK
TELEVISI TERHADAP ANAK DI KOTA SURAKARTA

Dimas Teja Kusuma, Siany Indria Liestyasari, Zaini Rohmad
Pendidikan Sosiologi Antropologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
9dimaskusuma@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui pola konsumsi televisi anak
di keluarga. (2) Mengetahui strategi orang tua untuk meminimalisir dampak televisi
terhadap anak. (3) Melakukan analisis dengan teori Strukturasi berkaitan dengan
konsumsi televisi anak dalam keluarga.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara mendalam.
Informan yang digunakan sebagai sumber data pada penelitian ini adalah 3 keluarga
dengan kelas berbeda yang bertempat tinggal di Kota Surakarta. Teknik pemilihan
informan dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik analisis data yang
digunakan terdiri dari empat tahap yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Ada tiga pola yang membedakan

ketiga keluarga kaitanya dengan konsumsi televisi anak. Anak di keluarga pertama
memiliki pola konsumsi televisi yang bebas dengan hak akses televisi yang banyak.
Anak di keluarga kedua memiliki pola menonton televisi yang sangat teratur dengan
hak akses yang kecil. sedangkan anak di keluarga ketiga memiliki pola menonton
televisi yang teratur dengan hak akses yang besar. (2) Ketiga keluarga yang diteliti
memiliki strategi yang berbeda. Keluarga pertama menerapkan strategi permisif
yang membebaskan anak untuk mengkonsumsi televisi. Keluarga kedua
menggunakan strategi otoriter dengan mengatur konsumsi televsi anak. Sedangkan
keluarga yang ketiga memiliki strategi otoritatif yang mana tetap mengawasi
konsumsi televisi anak akan tetapi tetap memberi kebebasan anak untuk
mengkonsuumsi acara yang ingin dikonsumsinya. (3) Proses penerapan strategi
dalam keluarga merupakan proses strukturasi. Artinya strategi tersebut juga akan
terus menerus terjadi dalam satu ruang dan waktu dan akan berproses kebali pada
ruang dan waktu yang berbeda.
Kata kunci: televisi, strukturasi, keluarga

Abstrack
This study aims to (1) Knowing the pattern of children's television
consumption in the family. (2) Knowing the strategy of parents to minimize the
impact of television on children. (3) Conducting analysis with the theory of

Structure related to the consumption of children's television in the family..
This research is a descriptive qualitative research. Data collection
techniques used were participative observation and in-depth interviews. Informants
used as data sources in this study are 3 families with different classes who live in
Surakarta. Informant selection technique is done by purposive sampling technique.
Data analysis techniques used consisted of four stages: data collection, data
reduction, data presentation, and conclusion.
The results of this study show that (1) There are three patterns that
distinguish the three families in the consumption of children's television. Children
in the first family have a pattern of free television consumption with many television
access rights. Children in the second family have a very regular television viewing
pattern with little access rights. whereas children in third families have regular
television viewing patterns with great access rights. (2) The three families studied
have different strategies. The first family implements a permissive strategy that
frees children to consume television. The second family uses an authoritarian
strategy by regulating the consumption of televsi children. While the third family
has an authoritative strategy which still oversees the child's television consumption
but still gives the child the freedom to consonate the event he wants to consume.(3)
The process of applying family strategy is a process of structuration. This means
the strategy will also continue to occur in one space and time and will process again

in different space and time.
Keywords: television, structuration, family

Data yang diambil dari koran

PENDAHULUAN
Media Televisi menjadi media

Solopos

pada

hari

Kamis,

yang menjadi favorit bagi sebagian

November


besar masyarakat Indonesia. Hal ini

tayangan

sejalan dengan hasil dari lembaga

stasiun. Daftar tayangan Televisi pada

survey Neilsen pada tahun 2013

hari Kamis, 13 November 2016

bahwa konsumsi media di Indonesia

adalah sebagai berikut.

menunjukkan Televisi masih menjadi

2016


memuat

Televisi

dari

13

daftar

berbagai

Dari data tersebut terlihat bahwa

medium utama yang dikonsumsi

acara

masyarakat Indonesia (95%). Dari


prosentase rendah jika dibandingkan

total pengonsumsi televisi tersebut

dengan acara sinetron. Berikut data

ternyata

waktu penayangan sinetron pada

94

meluangkan

persen
waktu

diantaranya
sekitar


lima

setengah jam per hari untuk menonton

anak-anak

masih

dalam

televisi,
WAKTU TAYANG SINETRON
06.0012.00
17%

Televisi.
Jenis dari tayangan Televisi itu
sendiri juga bermacam-macam. Mulai
dari tayangan berita, Sandiwara, Talk


18.0024.00
55%

12.0018.00
28%

Show dan masih banyak lagi. Hasil
Survey

dari

BPS

tahun

2013

menunjukan bahwa tayangan dengan
tema Berita dan Informasi memiliki


JENIS TAYANGAN TV

Presentase tertinggi dengan angka
25.49 pada Televisi Swasta dan 33.50
pada Televisi Pemerintah. Disusul
oleh acara musik dengan presentase
sebesar 15.78 pada stasiun swasta dan
14.25

pada

stasiun

pemerintah.

Ketiga adalah acara bertema Agama

Lain-lain
21%


Sinetron
30%

Reality
Show
4%
Anakanak
14%

Film
13%
Infotaime
nt
9%

Berita
9%

Data diatas menunjukan bahwa


dan setelah itu acara dengan tema

sinetron

masih

mendominasi

Sandiwara.

tayangan yang ada di televisi. Waktu

tayangan dari sinetron juga kurang

kualitas

tepat karena penayanganya di waktu

dibawah standar yang diterapkan KPI.

dimana

program

tersebut

banyak

Acara-acara Televisi yang kurang

mengkonsumsi televisi. Berdasarkan

tepat waktu dan substansinya tersebut

hasil pengamatan peneliti terhadap

tentunya akan berdampak buruk bagi

respon masyarakat tentang tayangan

perkembangan anak karena anak

televisi

penyerap sesuatu dengan meniru apa

tersebut

anak-anak

dari

justru

tayangan-tayangan

adalah

tayangan

yang

dia

lihat.

Apabila

anak

diminati oleh penonton dan memiliki

menirukan

acara

televisi

yang

rating yang tinggi. Seperti contohnya

memiliki isi untuk orang dewasa,

acara Sinetron Anak Jalanan. Pada

maka ada kemungkinan anak akan

data

sinetron

menirukannya pada kehidupan sehari-

tersebut ditayangkan pada jam 17.45.

hari. Widyastuti dalam Desti (2005)

Jika dilihat dari substansi sinetron

berpendapat “Orang dewasa tidak

tersebut yang mengangkat cerita genk

langsung menembak orang begitu

motor yang sering melakukan balap

selesai

liar dan adegan adu pukul serta

menampilkan

adegan

tembak

terdapat

adegan

menembak,

tetapi

acara

sinetron

tersebut

diatas

penayangan

cinta-cintaan,
dirasa

tidak

yang

menonton

memberikan

acara

yang

ini

kecenderungan

memiliki waktu penayangan yang

seseorang

tepat karena banyak penonton anak-

kekerasan, misalnya orang sakit hati

anak mengkonsumsi Televisi pada

dan punya beban hidup yang sangat

jam tersebut.

berat, maka tayangan kekerasan bisa

Hal ini sejalan dengan hasil
survey

KPI

(Komisi

Penyiaran

Indonesia) tentang kualitas tayangan
televisi tahun 2016. Dari indeks
standar KPI 4.00 acara sinetron di
Indonesia hanya mempunyai indeks
2.94.

Rendahnya indeks dalam

program sinetron tersebut berarti

untuk

melakukan

menjadi pemicu bagi orang dewasa
untuk berbuat nekat. Namun bagi
anak – anak karena pikirannya tidak
panjang, maka bisa saja langsung
meniru apa – apa yang dilihat dilayar
televisi”.
Mudahnya

tayangan

televisi

diserap anak ini karena televisi

merupakan

media

audio-visual.

komunikan, apabila komunikan jauh

Media audio-visual merupakan media

tempatnya atau banyak jumlahnya

yang mudah diserap karena anak tidak

atau kedua-duanya.

hanya mendengar tetapi juga melihat

Dalam masyarakat media audio

gambar yang ditampilkan. Hal ini

visual menjadi media yang paling

sejalan dengan Widjaya (dalam Desti,

diminati karena media ini merupakan

2005)

bahwa

media yang paling lengkap. Sebagai

televisi merupakan media yang paling

media yang bisa di lihat dan didengar

efektif

dalam

masyarakat akan lebih mempercayai

penyampaian pesan-pesan atau ide-

apa yang disampaikan oleh media ini.

ide, hal tersebut dikarenakan media

Seperti yang terjadi pada Televisi.

televisi tidak hanya mengeluarkan

Masyaarakat

suara saja tetapi juga disertai dengan

mempercayai apa yang dia lihat dan

gambar dan warna. Dari masalah

dengar dari televisi daripada ketika

inilah perlu adanya kajian lebih lanjut

hanya membaca dari surat kabar atau

tentang berbagai dampak dari proses

hanya mendengarkan dari radio saja.

yang

menyatakan

dan

efisien

konsumsi televisi. Besarnya dampak

Sebagai

cenderung

media

yang

lebih

sangat

yang akan terjadi pada anak akan

dipercaya oleh penikmatnya televisi

bergantung

menawarkan berbagai macam fungsi.

pada

pola

konsumsi

televisi yang dilakukanya.

Koentjoroningrat

dalam

Kriss

Budiman (2002:91) mengungkapkan
KAJIAN PUSTAKA

tentang beberapa fungsi televisi yaitu

1. Televisi sebagai Media Masa

fungsi informatif, edukasi, hiburan

Media massa merupakan alat
untuk

terkadang

ditambah

dengan

informasi

fungsi pengawasan, dll. Lengkapnya

(massa).

fungsi dai televisi yang tidak dimiliki

Sejalan dengan hal tersebut, Nimno

media lain inilah yang menjadi nilai

(2005:166) mengungkapkan bahwa

lebih sehingga penikmat televisi

media adalah sarana yang digunakan

makin bertambah setiap tahunya dan

komunikator

sebagai

saluran

menjadikan televisi sebagai salah satu

penyampaian

pesan

kepada

sumber informasi utama bagi mereka.

kepaada

menyampaikan

dan

banyak

orang

Sebagai

salah

satu

sumber

menghadirkan dampak yang bisa

informasi utama bagi masyarakat,

berakibat negatif. Televisi dianggap

Televisi menjadi oase yang tak henti-

menimbulkan dampak yang langsung

hentinya

atas sikap dan perilaku penonton.

menyemburkan

air

informasi, dan menjadi primadona

James

alam pikir (mindset) kita semua,

Alimuddin (2014:12) menekankan

bahwa apa yang kita bicarakan, apa

kemampuan yang besar dari Televisi

yang kita diskusikan, dan apa yang

untuk

kita pertentangkan dalam kehidupan

dengan penonton. Kemampuan itu

sehari-hari pada dasarnya banyak

disebabkan oleh sifat televisi yang

bersumber

menyajikan

dari

media

massa

(televisi). (Andi,2014:102)

Monaco

menghubungkan

dengan film.

anak” mengungkapkan bahwa televisi

Sebagai

94%

realitas

pengalaman

secara

satu pengalaman seperti hal-nya

Jurnalnya “Televisi dalam kehidupan
merebut

Andi

berkesinambungan, dan bukan hanya

Riza Hernawati (2011) dalam

mampu

dalam

saluran

media

lihat-dengar

(audiovisual) telah membuat profil

masuknya pesan-pesan atau informasi

televisi

ke dalam jiwa manusia yaitu lewat

Dikatakan

mata dan telinga. Televisi mampu

khalayak

untuk membuat orang pada umumnya

melebihi kepercayaan kepada berita

mengingat 50% dari apa yang mereka

lainya. Apabila terdapat berita yang

lihat dan dengar di lyar teevisi

bertentangan, maka mayoritas akan

walaupun hanya sekali ditayangkan.

lebih

Atau, secara umum orang akan

ditampilkan di Televisi. (Schramm

mengingat 85% dari apa yang mereka

dalam Andi Alimuddin, 2014:14)

lihat di televisi, setelah 3 jam

menjadi

lebih

bahwa
kepada

dramatis.

kepercayaan
berita

mempercayai

Televisi

berita

yang

Televisi dapat diibaratkan seperti

kemudian dan 65% setelah 3 hari

“karena

kemudian.

(Seeing is balieving) dan “one picture

Selain banyaknya kelebihan yang
dihadirkan
mengkonsumsi

Televisi,
televisi

proses
juga

worth

melihat
thausand

maka

percaya”

words,”

sangat

menunjang peranan televisi untuk
menarik

kepercayaan

masyarakat

(Nicholas

Johnson

dalam

Andi

Alimuddin, 2004:14).

kecenderungan untuk bersikap kasar
seperti yang dia lihat di televisi.

Ernest Van den Haag dalam buku

Salah satu bentuk infasi televisi

Televisi dan Masyarakat Pluralistik

terhadap

(2014:123) mengungkapkan,

khususnya anak-anak adalah anak-

“Orang mungkin berpaling pada

anak

kehidupan

yang

manusia

tergolong

memiliki

menonton

televisi

media massa saat mereka kesepian

kebiasaan

atau bosan, tapi sekali media massa

menyetujui bahwa hampir selalu

menjadi kebiasaan, media massa

benar untuk memukul orang lain jika

dapat

kemampuan

mereka marah kepada orang lain

memperoleh pengalaman sosial yang

dengan alasan tepat. (George Gabner

bermakna”.

dalam Yudhi, 2014).

merusak

Hasil penelitian William Belson

Menurut Riza (2011) Televisi

(1978) dalam buku Televisi dan

telah merubah cara berfikir anak.

Masyarakat

Anak-anak

Multiultural

(Andi,

yang

terlalu

banyak

2014:129) mengungkapkan bahwa

menonton televisi biasanya akan

ada

anak-anak

tumbuh menjadi sosok yang sulit

penonton berat kekerasan di televisi

berkonsentrasi dan kurang perhatian

bertindak lebih agresif, dibandingkan

terhadap lingkungan sekitar.

kecenderungan

anak-anak

bukan

kekerasan.

Ini

memberikan
diinternalisasi

penonton

Pola menonton televisi yang

televisi

tidak terkontrol akan menimbulkan

yang

dapat

dampak psikologis bagi anak. Yang

orang

yang

pertama,

berarti

citra
oleh

ketrampilan

anak

akan

melihat citra tersebut. Sejalan dengan

kurang berkembang. Yang kedua

hal tersebut, hasil penelitian dari Riza

adalah perilaku yang dilihat anak di

Hermawati (2011) juga mendapatkan

televisi akan menjadi suatu memori

hasil serupa. Anak pada keluarga

dalam diri anak yang akibatnya bisa

yang

mebuat

membebaskan

aktivitas

si

anak

menirukan

menonton televisi menjadi anak yang

perbuatanya dan bisa berkembang

memiliki sikap meniru apa yang dia

menjadi karakter dan kepribadianya

lihat

di kemudian hari.

di

televisi

dan

memiliki

2. Peran dan Fungsi Orang Tua
Peran dan fungsi dari orang tua
dalam kaitanya dengan konsumsi

terpilih.

Yang

menjadi

masalah

adalah siapa yang memegang kendali
dalam memberikan pemaknaan.

televisi anak harus berjalan dengan

Dalam jurnal “Televisi dalam

efektif agar televisi tidak mudah

Kehidupan Anak” (Astuti & Gani

memberikan dampak negatif terhadap

dalam

anak . Karena pada dasarnya anak

informasi yang sama atau serupa yang

selalu

masuk secara berulang-ulang ke

berkembang

dan

dalam

Riza

Hernawati,

2011)

perkembanganya peran orang tua

dalam

sangat penting. Hal itu sejalan dengan

memberikan pengaruh yang berbeda

yang diungkapkan George Herbert

apabila informasi tersbeut hanya

dalam buku Mind, self and society

diterima

(1972),

Mead

menimbulkan media habit, dimana

tahap-tahap

habit menonton kebiasaan atau ritual

perkembangan diri manusia. Manusia

berulang sehingga menjadi bagian

yang baru lahir dianggap belum

dari alamiah dari kehidupan sehair-

mempunyai diri. Artinya manusia

hari.

George

Herbert

menguraikan

diri

seseorang

sekali

saja.

akan

Hal

ini

tidak sejak lahir membawa sikap dan

Lingkungan awal perkembangan

kepribadianya, sikap dan kepribadian

anak dikatakan sangat berpengaruh

tersebut

seiring

dalam pekemangan anak, Hurlock

dengan bertambahnya usia pada anak.

menekankan alasan dalam bukunya

Pada dasarnya pemaknaan media

Perkembangan anak (1991:27-28),

harus

dibentuk

sangat tergantung pada interpretasi

alasanya yaitu

mengapa

Pertama, karena hasil belajar dan

pendampingan anak ketika sedang

pengalaman semakin memainkan

menyaksikan

peran

dari

audience.

Itulah

televisi

sangat

dominan

dalam

diperlukan (Agusti dan Gani dalam

perkembangan

Riza Hernawati,2011). Media pada

bertambahnya usia anak, mereka

dasarnya

tidak

dapat diarahkan ke dalam saluran

melainkan

menentukan

mereproduksi

dengan

realitas

yang akan membawa ke arah

melalui pemakaian kata-kata yang

penyesuaian yang baik. Pada

dasarnya,

tugas

ditangani

oleh

harus

sikap dan perilaku yang dibentuk

keluarga,

pada awal kehidupan, cenderung

walaupun kelompok sosial yang

bertahan tidak jadi soal apakah

lebih

hal

besar

ini

dapat

memberi

itu

baik

atau

buruk,

budaya dimana anak-anak dapat

menguntungkan atau merugikan

memenuhi

penyesuaian anak.

kemampuannya.

Bimbingan

paling

Keempat,

diperlukan

karena

adakalanya

dalam tahapan awal belajar pada

diinginkan perubahan dalam apa

saat peletakan dasar awal. Bila

yang diajarkan, semakin cepat

anak sejak awal telah diletakkan

perubahan ini dibuat, semakin

diatas

mudah

rel

yang

benar

dan

bagi

anak-anak

dan

didorong untuk tetap di sana

akibatnya mereka semakin lebih

hingga

mau pula bekerja sama dalam

mereka

dengannya

terbiasa

atau

menyadari

mengadakan perubahan itu.

mengapa hal itu paling baik,
maka

kecil

Dari alasan yang dikemukaak

kemungkinannya

Hurlock terlihat jelas bahwa masa

kelak mereka beralih ke rel yang

anak-anak adalah masa yang rentan.

salah.

Sedikit saja terdapat kesalahan pada

Kedua, karena dasar awal cepat

perkembanganya

berkembang

menimbulkan dampak kedepannya.

kebiasaan,

menjadi
hal

pola

itu

akan

akan

mempunyai pengaruh sepanjang
hidup dalam penyesuaian pribadi

3. Pola

Asuh

sebagai

Strategi

Orang Tua

dan sosial anak itu.
Ketiga,

maka

Dengan rentanya anak dalam
dengan

menyerap dampak negatif televisi

keyakinan populer, anak-anak

tersebut maka orang tua sebagai orang

tidak

ciri-ciri

yang paling bertanggung jawab bagi

disukai

pertumbuhan

bawaan

bertentangan

melepaskan
yang

tidak

dan

perkembangan

dengan bertubuhnya usia mereka.

anak. Dalam mendidik anaknya orang

Sebaliknya

tua

ditekankan

sebagaimana
sebelumnya,

pola

memiliki

tugas

tersendiri.

Mengenai tugas orang tua, Fuad Ihsan

(2001:58) mengungkapkan, tugas dan

lain

tanggung jawab orang tua dalam

mengkonsumsi

keluarga terhadap pendidikan anak-

harinya. Anak pada keluarga dengan

anaknya lebih bersifat pembentukan

menerapkan

watak dan budi pekerti.

menonton televisi juga memiliki sifat

Setiap

anak

tumbuh

dan

tanpa

terpaku

untuk

televisi

setiap

aturan

ketat

dalam

yang lebih mudah diatur dan juga

berkembang dibawah asuhan orang

termasuk

anak

yang

mandiri.

tuanya. Setiap orang tua memiliki

sedangkan

anak

dalam

keluarga

ciri-ciri perlakuan yang berbeda-beda

dengan aturan yang membebaskan

terhadap

Perbedaan

anak untuk mengkonsumsi televisi

perlakuan ini disebut dengan pola

cenderung membuat anak terpaku

asuh. Seperti yang diungkapkan Agus

kegiatanya pada televisi. Karena tidak

Wibowo (2012:112) mendefinisikan

memiliki kegiatan lain, maka segala

pola asuh sebagai pola interaksi

aktivitas anak dilakukan di depan

antara anak dengan orang tua, yang

layar telivisi. Anak pada keluarga ini

meliputi pemenuhan kebutuhan fisik

juga minim berinteraksi, selain itu

(makan,minum,dan

dan

anak pada keluarga ini memiliki sikap

kebutuhan nonfisik seperti perhatian,

meniru apa yang dia lihat di televisi

empati, kasih sayang, dan sebagainya.

dan memiliki kecenderungan untuk

Hasil

anaknya.

lain-lain)

penelitian

dari

Riza

Hernawati tentang perbedaan perilaku
anak berkaitan dengan pola menonton

bersikap kasar seperti yang dia lihat di
televisi.
Barrios dalam buku Didepan

televisi anak di Bandung menunjukan

Kotak

perbedaan yang signifikan terhadap

menuturkan bahwa televisi juga dapat

sikap dan perilaku anak. Berdasarkan

digunakan sebagai alat kontrol agar

hasil

wawancara

anak terkonsentrasi di tempat dan

keluarga yang menerapkan aturan

tidak bermain di tempat lain yang

ketat pada anaknya terkait pola

membahayakan. Dalam konteks ini

menonton televisi menyebabkan anak

televisi menjadi suatu sarana yang

yang tidak tergantung dengan televisi,

bisa digunakan untuk mengontrol

anak selalu mencari aktivitas yang

orang lain, khususnya anak. Ini berarti

observasi

dan

Ajaib

(Budiman,

2002)

televisi memliki fungsi lain yaitu

(termasuk

sebagai babysitter.

(Giddens, 2010:4)

Ansari

dalam

jurnalnya

berbohong

denganya)

Giddens berpendapat monitoring

“Children's hyperactivity, television

refleksi

viewing and the potential child

merupakan suatu unsur tetap dari

effects” yang berisi tentang hubungan

tindakan sehari-hari dan melibatkan

sikap

terhadap

tidak hanya perilaku si individu,

perilaku orang tua tentang tontonan

namun juga melibatkan perilaku dari

televisi anak mengungkapkan hal

individu lain. Maksudnya, para aktor

yang serupa dengan Barrios. Hasil

tidak hanya memonitor secara terus

penelitian pada jurnal ini menunjukan

menerus arus aktivitas mereka dan

bahwa televisi bisa digunakan orang

berharap orang lain melakukan yang

tua dalam mengontrol perilaku anak.

sama

hiperaktif

anak

agen

atas

terhadap

tindakan

aktivitas

mereka

sendiri. para aktor juga secara rutin
memonitor aspek-aspek, baik sosial

4. Teori Strukturasi
Aktivitas-aktivitas sosial juga

maupun fisik dari konteks-konteks

tidak hanya dihadirkan oleh para

dimana mereka bergerak. (Giddens,

aktor sosial, melainkan terus menerus

2010:7).

diciptakan

tindakan, aktor sosial tersebut perlu

oleh

sarana-sarana

mereka

melalui

pengungkapan

diri

sebagai aktor. (Giddens, 2010:3).

Jadi

dalam

melakukan

melihat bagaimana orang bersikap
terhadap dirinya.

Sebagai aktor sosial perilaku manusia

Dalam buku teori strukturasi

yang dilakukan merupakan sarana

banyak dibahas tentang bagaimana

pengungkapan diri mereka.

sebuah

Giddens

dalam

strukturasi

tindakan

yang

disengaja

memiliki

konsekuensi

tidak

berpendapat bahwa menjadi manusia

disengaja.

Konsekuensi

tidak

berarti menajadi seorang agen dengan

disengaja tersebut secara sistematis

tindakan disengaja, memilliki alasan-

memberikan

alasan atas aktivitas-aktivitasnya dan

menjadi

mampu bila diminta mengolaborasi

tidak

secara diskursif alasan-alasan itu

tindakan

umpan

balik

dan

konsekuensi-konsekuensi
terkendali

dari

selanjutnya.

tindakan(Giddens,

2010:12). Serangkaian tindakan yang

mampu

dilakukan

kekuasaan

manusia

diungkapkan

seperti

diatas

yang

tersebut

merupakan sebuah agensi.

menggunakan

sederet

kausal,

termasuk

memengaruhi kekuasaan-kekuasaan
yang dijalankan oleh orang lain.

Para filsuf berargumen bahwa

Tindakan

bergantung

pada

individu

untuk

agar suatu kejadian yang melibatkan

kemampuan

manusia

sebagai

‘memengaruhi’ rangkaian peristiwa

contoh agensi, paling tidak perlu

yang telah ada sebelumnya. Seorang

bahwa apa yang dilakukan orang itu

agen tidak lagi mampu berperan

disengaja

berdasarkan

demikian

sekalipun

agen

bisa

dianggap

deskripsi,

tersebut

keliru

jika

dia

kehilangan

kemampuan untuk ‘memengaruhi’,

mengenai diskripsi itu. (Giddens,

yaitu

2010:13).

kekuasaan. (Giddens, 2010:23).

menggunakan

suatu

jenis

Berkaitan dengan hal tersebut
Giddens

dalam

strukturasi

bukunya

mengulas

teori

METODOLOGI PENELITIAN

tentang

Penelitian ini bertujuan untuk

perbuatan disengaja dan perbuatan

melihat pola konsumsi anak dan

tidak disengaja. Menurut Giddens

strategi

perbuatan

disengaja

akan

meminimalisir

menimbulkan

konsekwensi

yang

televisi terhadap anak.

tidak disengaja. Selanjutnya dari

orang

tua

dalam

dampak

negatif

Metode yang digunakan dalam

konsekwensi yang tidak disengaja ini

penelitian

timbul hasil akhir yang merupakan

penelitian

sesuatu yang bisa dijelaskan sehingga

pendekatan studi kasus. Penggunaan

membentuk kondisi yang terkendali.

pendekatan

Serangkaian perbuatan tersebut akan

memungkinkan

membentuk suatu pola tindakan yang

mempertahankan

berkaitan

holistik dan bermakna dari peristiwa-

dengan

rutinitas

dari

perbuatan manusia.
Hubungan

ini

ini

adalah

kualitatif

studi

metode
dengan

kasus
peneliti

akan
untuk

karakteristik

peristiwa kehidupan nyata seperti
mengandaikan

bahwa menjadi seorang agen harus

silklus kehidupan seseorang, proses-

proses organisasional dan manajerial,

ekonomi

perubahan lingkungan social.

konsumsi televisi dalam keluarga

Penelitian ini menggunakan dua
sumber

data

yaitu

Perbedaan

tersebut tidak hanya mencangkup

dan

konsumsi yang dilakukan oleh orang

sekunder. Sumber data primer yaitu

tua, melainkan juga anggota keluarga

dari hasil observasi dan wawancara

lain seperti anak. Sebagai salah satu

sedangkan sekunder dari foto dan

anggota keluarga, anak juga memiliki

koran. Data yang diperoleh kemudian

akses atas televisi seperti anggota

akan

keluarga yang lain. Akses televisi

diuji

primer

berbeda.

validitasnya

dengan

menggunakan metode trianggulasi.
Teknik

analisis

data

dalam

penelitian ini adalah analisis model
interaktif yang memiliki tahapan
reduksi

data,

sajian

data

dan

kesimpulan data.

anak memiliki pola yang berbeda
antara satu keluarga dengan keluarga
lain.
Anak

di

keluarga

pertama

memiliki waktu konsumsi televisi
yang banyak dikarenakan faktor
pekerjaan orang. Faktor pekerjaan

HASIL

PENELITIAN

DAN

menyababkan

waktu

konsumsi

PEMBAHASAN

televisi bersama anak berkurang

1. Pola Menonton Televisi Anak

sehingga waktu anak untuk konsumsi
lebih banyak dilakukan sendiri.

dalam Keluarga
Konsumsi televisi merupakan

Waktu konsumsi televisi anak di

aktivitas unik dari suatu keluarga.

keluarga pertama ini dimulai saat pagi

Proses

dalam

sebelum sekolah, saat anak pulang

keluarga dapat dipengaruhi perbedaan

sekolah sampai malam saat anak

latar belakang yang dimiliki oleh

tertidur.

keluarga. Latar belakang tersebut bisa

dikonsumsi anak lebih banyak acara-

berupa latar belakang status sosial,

acara kartun.

konsumsi

televisi

Sedangkan

acara

yang

ekonomi bahkan dari segi pendidikan.

Dalam konsumsi televisi, anak di

Dalam penelitian ini peneliti

keluarga ini tidak 100% fokus.

melihat fenomena konsumsi televisi

Konsumsi televisi anak dikeluarga ini

dari tiga keluarga dengan status sosial

banyak dilakukan dengan aktivitas-

aktivitas lain seperti belajar, makan

yang dikonsumsi anak diatur oleh

dan bermain.

orang tua.

Anak pada keluarga ini dapat

Jenis konsumsi acara anak juga

dikatakan memiliki konsumsi televisi

bermacam-macam mulai dari acara

yang banyak dengan pengawasan

agama dan pengetahuan alam sampai

yang sedikit. Kondisi sosial ekonomi

acara drama india yang dikonsumsi

rendah dengan kondisi rumah sempit

bersama.

membuat

anak

khazanah dan acara pengetahuan

dilakukan di depan televisi. Selain itu

seperti dunia satwa menurut orang tua

kurang

dan

di keluarga ini dapat mencegah
dampak negatif televisi dan lebih

segala

adanya

aktivitas

pengawasan

seringnya

anak

berada

dirumah

sendirian

menyebabkan

televisi

menjadi satu-satunya teman anak
dirumah.

Acara

agama

seperti

memaksimalkan fungsi televisi.
Sikap anak dalam mengkonsumsi
televisi yang ditemui peneliti di

Konsumsi televisi anak pada

keluarga kedua ini berbeda dengan di

keluarga kedua memiliki pola yang

keluarga pertama. Anak di keluarga

berbeda. Dilihat dari pola konsumsi

kedua

televisi anak, anak di keluarga ini juga

memperhatikan apa yang dia lihat di

memiliki waktu konsumsi televisi

televisi, bahkan sering kali dia

yang

mengomentari apa yang dia tonton

juga

terbilang

banyak.

ini

selalu

Walaupun hak akses televisi anak

kepada

pada

disekitarnya.

keluarga

kedua

ini

tidak

sebanyak di keluarga pertama.
Konsumsi

televisi

anak

orang

antusias

tua

yang

dan

ada

Keluarga ketiga memiliki pola
di

konsumsi

televisi

yang

teratur

keluarga ini dimulai ketika pagi

dikarenakan anggota keluarga di

sebelum sekolah, pulang sekolah, lalu

keluarga ini memilikiwaktu konsumsi

malam setelah jam belajar. Dalam

yang berbeda-beda.

pemilihan acara yang dikonsumsi,

belum

anak di keluarga ini tidak memiliki

televisi pada pagi hari sampai siang

kebebasan dikarenakan semua acara

hari.

sekolah

Anak

Anak yang
mengkonsumsi

yang

bersekolah

mengkonsumsi televisi ketika dia

pulang sekolah. Aktivitas menonton

2. Strategi Orang Tua dalam

televisi berhenti ketika sore hari

Meminimalisir Dampak Negatif

sampai malam karena keluarga ini

Televisi terhadap Anak

menerapkan

jam

belajar

keseharian

mereka.

dalam

Aktivitas

Pola konsumsi televisi anak
sangat

erat

kaitanya

dengan

dilanjutkan kembali ketika malam

bagaimana strategi orang tua yang

sebelum anak-anak di keluarga ini

diterapkan

tidur.

Perbedaan strategi orang tua akan

Perbedaan

waktu

menonton

televisi yang terkesan teratur tersebut
terjadi bukan tanpa alasan. Ibu

dalam

keluarga.

berdampak pada perbedaan pola anak
dalam mengkonsumsi televisi.
Dari

ketiga

pola

konsumsi

Marsiati berpendapat bahwa adanya

televisi anak dalam keluarga tersebut

pembagian jam menonton tersebut

terdapat tiga strategi dari masing-

dilakukan

masing

agar

setiap

anak

mendapatkan kesempatan yang sama.

keluarga

yang

mempengaruhi.

Anak dalam keluarga ini tidak

Keluarga pertama dengan pola

benar-benar terfokus kepada televisi

konsumsi televisi yang bebas tanpa

karena

terkadang

tujuan

utama

pengawasan terjadi karena orang tua

didepan

televisi

bukan

untuk

tidak

memiliki

waktu

untuk

mengkonsumsi televisi akan tetapi

pengawasan

hanya untuk berkumpul bersama

pengawasan, anak di keluarga juga

keluarga.

cenderung memiliki akses televisi

Keterlibatan orang tua dalam
konsumsi televisi anak di keluarga

anak.

selain

tanpa

yang bebas tanpa larangan.
Satu-satunya

pencegahan

ketiga ini bisa dikatakan tidak sebesar

dampak negatif televisi terhadap anak

keluarga kedua. Akan tetapi orang tua

di keluarga ini adalah dengan cara

di keluarga ini masih tetap terlibat

orang tua mengkonsumsi acara yang

langsung

menurutnya belum pantas untuk

pada

televisi anak.

proses

konsumsi

dikonsumsi anak (berita) di waktu
anak sudah tidur.

Dari data yang diperoleh tentang
bagaimana orang tua di keluarga ini
bersikap.

Strategi

meminimalisir

mengoptimalkan

dampak

edukasi

pada anak.
Keluarga

kedua

ini

bisa

dampak negatif media dikeuarga ini

dikatakan sangat mengontrol anak

dapat dikategorikan sebagai strategi

dalam kaitanya dengan konsumsi

permisif. Menurut Menurut Santrock

televisi.

(2002) Pola asuh permissif ialah suatu

setiap hari ditemani dengan televisi

gaya dimana orang tua sangat tidak

maka banyak waktu bagi keluarga ini

terlibat dalam kehidupan anak.

untuk

Berbeda

dengan

keluarga

pertama, di keluarga kedua orang tua
berperan

sangat

penting

dalam

konsumsi televisi anak.
Pendekatan

yang

Dikarenakan

terlibat

kesibukan

dalam

aktivitas

konsumsi televisi anak.
Dari data yang diperoleh tentang
bagaimana orang tua di keluarga ini
bersikap.

Strategi

meminimalisir

berbeda

dampak negatif media dikeuarga ini

berkaitan dengan upaya mengurangi

dapat dikategorikan sebagai strategi

dampak televisi pada anak di keluarga

otoriter. Pola pengasuhan otoriter

ini dilakukan dengan mengarahkan

merupakan pola pengasuhan yang

anak untuk mengkonsumsi acara-

sangat

acara tertentu. Selain larangan yang

mengikuti

dilakukan, bapak Sugiyono juga

(Santrock 2002)

menuntut

anak

keinginan

untuk

orang

tua.

memberikan arahan kepada anaknya.

Keluarga ketiga juga memiliki

pemilihan acara oleh orang tua

cara tersendiri sebagai suatu upaya

menurut keluarga ini perlu agar apa

meminimalisir dampak dari televisi

yang dikonsumsi anak tidak asal-

terhadap

asalan dan pada akhirnya berdampak

pengawasan

buruk bagi anak. Pemilihan acara

televisi

seperti

anak.

anak

walaupun

aktivitas
dengan

waktu

konsumsi
intensitas

agama

dan

ilmu

dibawah keluarga kedua, akan tetapi

menjadi

cara

dari

pengawasan tetap dilakukan terhadap

keluarga ini untuk meminimalisir

tayangan televisi yang dikonsumsi

dampak negatif televisi dan lebih

anak.

acara

pengetahuan

Banyaknya

waktu

bersikap.

dalam

dampak negatif media dikeuarga ini

keluarga juga menjadi salah satu cara

dapat dikategorikan sebagai strategi

orang tua untuk mengontrol tayangan

otoritatif. Menurut Menurut Santrock

yang dikonsumsi anak. Apabila dirasa

(2002)

ada tayangan yang kurang baik untuk

mendorong anak-anak agar mandiri

dicontoh anak Ibu Marsiati dengan

tetapi masih menetapkan batas-batas

tegas langsug menegur anak.

pengendalian atas tindakan-tindakan

mengkonsumsi

bersama

Walaupun dalam keluarga ketiga

Strategi

pola

meminimalisir

pengasuhan

yang

mereka.

diakui tidak pernah memberikan
penjelasan

tentang

acara

yang

dikonsumsi anak, akan tetapi jika

3. Strukturasi dalam konsumsi
televisi keluarga

pada saat anak mengkonsumsi acara

Penerapan strategi orang tua

yang dirasa kurang sesuai maka orang

kaitanya dengan konsumsi televisi

tua juga memberikan komentar pada

keluarga merupakan sebuah proses

acara tersebut sebagai peringatan

Strukturasi.

kepada anak bahwa acara yang dia

meihat bahwa setiap manusia adalah

konsumsi kurang baik bagi dirinya.

agen. Setiap tindakan dari seseorang

Kebebasan dalam keluarga ini
dijadikan

mencoba

merupakan tindakan yang disengaja
dengan alasan yang bisa dijelaskan.

satu

cara

agar

anak

Berkaitan dengan strategi orang

mengetahui acara apa yang pantas dia

tua dalam meminimalisir dampak

konsumsi dan yang tidak pantas dia

televisi terhadap anak, apa yang

konsumsi.

Kebebasan

dilakukan orang tua dari ketiga

menyebabkan

kemandirian

mengedukasi

salah

Strukturasi

anak

ini
anak

keluarga

merupakan

aktivitas

untuk memilih acara yang sesuai

disengaja dengan tidak mengabaikan

dengan usianya sendiri. walaupun

akal. Strategi yang dilakukan orang

diberikan kebebasan tidak berarti

tua (melarang anak melihat berita,

orang tua lepas tanggung jawab.

adegan kekerasan, menerapkan jam

Dari data yang diperoleh tentang
bagaimana orang tua di keluarga ini

larangan

konsumsi

televisi,

dll)

dilakukan dengan alasan-alasan logis.

Tindakan yang dilakukan agen
merupakan

tindakan

yang

terus

Dari tindakan agen-agen dalam
kaitanya dengan konsumsi televisi

berkembang dari waktu ke waktu.

dalam

Bagaimana

bertindak

menciptakan suatu agensi tindakan

menerapkan strateginya, sikap anak

yang secara terus menerus terjadi.

terhadap strategi yang dilakukan

Bagaimana sebuah strategi sebagai

orang tua merupakan serangkaian

tindakan

kegiatan

konsekuensi

orang

tua

yang

akan

terus

tersebut

disengaja
tidak

akan

dengan
disengaja

merupakan bentuk real dari sebuah

berkembang.
Pengungkapan diri sebagai aktor
menjadi

keluarga

salah

sarana

kejadian-kejadian yang melibatkan

aktivitas-aktivitas

individu sebagai pelaku, dalam artian

dalam keluarga. Orang tua dalam tiga

bahwa individu itu bisa bertindak

keluarga ini menerapkan strategi

berbeda pada setiap fase apapun

seperti melarang anak mengkonsumsi

dalam suatu urutan tindakan tertentu.

televisi, memilihkan acara anak dll

(Giddens, 2010:14).

menghadirkan

satu

agensi. Agensi berkaitan dengan

adalan suatu cara pengungkapan diri
sebagai seorang aktor.
Aktivitas-aktivitas

Dalam proses konsumsi televisi,
penerapan strategi dari orang tua

yang terus

sebagai

seorang

agen

dilakukan

menerus terjadi sepanjang ruang dan

dengan didahului oleh introspeksi dan

waktu tersebut terjadi karena semua

mawas diri. Sebelum orang tua

anggota keluarga merefleksikan apa

menerapkan strateginya, orang tua

yang terjadi pada anggota keluarga

melihat posisi dirinya sendiri. dengan

lain. Pada ketiga keluarga tersebut

mengetahui posisinya sebagai orang

tindakan

tua maka individu memiliki logika

yang

dilakukan

bapak

Sugiyanto, Ibu Marsiati dan ibu Ana
dilakukan dengan melihat bagaimana

dan motivasi untuk bertindak.
Sebagai sebuah proses tindakan-

anak bersikap. Dari sikap anak itulah

tindakan

kemudian orang tua bisa menentuka

dilakukan, proses konsumsi televisi

strategi yang tepat.

merupakan sebuah agensi dalam

yang

terus

menerus

keluarga. Proses penerapan startegi

tersebut akan berjalan terus menerus

karena sistem merupakan kesatuan

dari waktu ke waktu yang pada

kolektivitas dari relasi-relasi aktor.

akhirnya

‘penstrukturan’

Sistem tersebut akan melahirkan

kembali dalam ruang dan waktu yang

struktur baru yang merupakan aturan

berbeda. Lebih lanjut dapat dikatakan

dari konsumsi televisi. orang tua

bahwa struktur yang berkaitan dengan

mulai menerapkan strateginya dan

konsumsi televisi dalam keluarga

anak mulai melakukan strategi yang

tersebut ada karena diciptakan oleh

diterapkan orang tua. Seperti yang

proses interaksi yang terus menerus

diungkapkan diatas bahwa tindakan

terjadi.

keluarga

manusia tidak terjadi karena struktur

berkembang

akan tetapi struktur akan tercipta

karena interaksi agen akan terus

karena adanya tindakan manusia atau

berlangsung dalam konteks ruang dan

sistem yang terbeuntuk dari tindakan-

waktu yang berbeda.

tindakan

terdapat

struktur

tersebut

juga

Berkaitan

dalam
terus

dengan

konsumsi

televisi anak dalam keluarga. Struktur
timbul dari sistem dalam keluarga.
Sistem dalam keluarga merupakan
bentuk dari interaksi orang tua dan
anak

tentang

penerapan

strategi

dalam konsumsi televisi anak. Dalam
penerapan strategi dari orang tua
tersebut tentunya ada produksi ralasirelasi seperti anak pada keluarga tiga
mengkonsumsi televisi sesuai jam
yang ditetapkan orang tua atau anak
pada keluarga kedua mengkonsumsi
televisi dengan acara yang dipilihkan
oleh orang tua. dari pembentukan
relasi-relasi

tersebut

merupakan

sebuah sistem yang ada di keluarga

tersebut.

Hal

tersebut

ditemui pada ketiga keluarga yang
diteliti, aturan tentang konsumsi
televisi

seperti

mengkonsumsi
dirumah,

orang tua tidak
berita

melarang

saat

anak
anak

mengkonsumsi acara kekerasan atau
membatasi jam menonton televisi
anak dan lain-lain terjadi karena
adanya relasi-relasi yang terdapat
pada proses konsumsi televisi di
keluarga. Setelah tercipta struktur
atau aturan dalam konsumsi televisi
kamudian proses tersebut berulang
sehingga menyebabkan transformasi
struktur yang merupakan inti dari
strukturasi.

SIMPULAN

berbeda. Aturan yeng berkaitan

Dari rumusan masalah yang menjadi

tentang konsumsi televis tersebut

titik persoalan dalam penelitian ini

akan diproduksi dan direproduksi

maka dapat ditarik kesimpulan;

terus menerus selama masih

1.

Terdapat tiga pola anak dalam

terdapat relasi-relasi antara orang

mengkonsumsi

televisi

tua dan anak dalam keluarga.

keluarga.

di

Anak

di

keluarga

lain

dapat

disimpulkan bahwa strategi yang

televisi yang bebas dengan hak

dilakukan orang tua terhadap

akses televisi yang besar. Anak di

anak tersebut tidak akan terus

keluarga kedua memiliki pola

menerus bertahan akan tetapi

menonton televisi yang sangat

akan

teratur dengan hak akses yang

berkembang dari waktu ke waktu

kecil. sedangkan anak di keluarga

dikarenakan

ketiga memiliki pola menonton

yang terus terjadi.

akses yang besar.
Perbedaan

pola

mengkonsumsi

anak
televisi

dalam
di

keluarga tersebut terjadi karena
adanya perbedaan strategi dari
orang tua. Ketiga strategi tersebut
adalah strategi permisif, otoriter
dan otoritatif.
3.

kata

pertama memiliki pola konsumsi

televisi yang teratur dengan hak

2.

Dengan

Proses penerapan strategi dalam
keluarga
strukturasi.

merupakan

proses

Artinya

proses

tersebut juga akan terus menerus
terjadi dalam satu ruang dan
waktu dan akan berproses kebali
pada ruang dan waktu yang

terus

berubah

perbedaan

dan

ralasi

DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Kris. 2002. Di Depan Kotak

Yudhi Pramadiansyah. 2014. Pengaruh

Ajaib: Menonton Televisi Sebagai

Televisi Terhadap Pembentukan

Praktik

Perilaku Kekerasan. FISIP:

Konsumsi.

Yogyakarta:

Galang Press
Elizabeth,

Universitas Indonesia.

B

Hurlock.

Perkembangan

Anak.

1991.
Jakarta:

Nimno, Dan. 2005. Komunikasi Politik
Pesan dan Media. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Unde, A Alimuddin. 2014. Televisi dan
Pluralistik.

Jakarta:

Prenada Media
Giddens, Antony. 2010. Teori Strukturasi:
Dasar-dasar Pembentukan Struktur
Sosial

Masyarakat.

Yogyakarta:

Pustaka Belajar
Wibowo,

Agus.

2012.

Pendidikan

Karakter Usia Dini. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Mead. G Herbert. 1972. Mind, self and
society. Chicago : University of
Chicago Press
Hernawati dan Maya. 2011. Televisi
dalam Kehidupan Anak. Fakultas
Komunikasi:

Universitas

Islam

Bandung.
http://Prosiding.lpp.unisba.ac.id,
Januari 2017

20369027-MKYudhi%20Pramadiansyah.pdf, 7

Airlangga

Masyarakat

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/

24

Februari 2017