Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (Ptkp) Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak (Kpp) Pratama Lubuk Pakam

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak merupakan pembayaran yang diwajibkan kepada setiap warga negara yang kontraprestasinya tidak bersifat langsung. Penerimaan pajak bagi suatu negara merupakan suatu pos penerimaan yang penting. Melalui pajak, pemerintah dapat mengatur keseimbangan kehidupan perekonomian dan pemanfaatan dana untuk membangun prasarana yang dibutuhkan masyarakat. Semakin besar penerimaan pembayaran pajak, makin besar pula kemudahan dan pelayanan masyarakat yang mampu disediakan pemerintah secara langsung dalam mewujudkan pengabdian, kewajiban, dan peran serta dalam pembangunan dan kehidupan bernegara. (Direktorat Jenderal Pajak, 2013)

Pada banyak negara berkembang, sering kali pajak menjadi pos penerimaan terbesar, seperti halnya di Indonesia. Di Indonesia, pajak menyumbangkan pendapatan negara lebih dari 70%. Salah satu pajak yang dibebankan oleh pemerintah kepada masyarakatnya adalah Pajak Penghasilan (PPh). Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang terutang atas penghasilan yang menjadi kewajiban bagi wajib pajak orang pribadi atau badan atas penerimaan yang berupa gaji/upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lainnya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.


(2)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah komponen pengurang dalam penghitungan Pajak penghasilan (PPh) Pasal 21, yaitu sebagai komponen pengurang dalam pemotongan penghasilan yang dapat dikenakan tarif pajak yang terutang. Semakin besar batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) akan semakin kecil pajak terutang yang disetor oleh wajib pajak orang pribadi atau badan.

Dalam tahun tertentu, penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) perseorangan ditentukan olehpotensi penerimaan dancoverage ratioyaituperbandingan antara besarnya pajak yang telah dipungut dibandingkan besarnya potensi pajak yang seharusnya dapat dipungut. Dengan kata lain, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) mempengaruhi penerimaan Pajak Penghasilan(PPh) perseorangan melalui potensi pajaknya dan dalam kondisi tertentu, naiknya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) berpengaruh negatif pada potensi penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) perseorangan melalui penurunan jumlah pembayar pajak dan penurunan jumlah pajak yang harus dibayar oleh pembayar pajak. Di lain pihak terjadi kenaikan konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat akibat perubahan Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP). Peningkatan konsumsi akan mempengaruhi penerimaan pajak tidak langsung atau Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Keberadaan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebenarnya adalah untuk memberikan keringanan kepada penduduk yang memiliki penghasilan rendah. Namun keringanan ini harus mengacu kepada perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi yang terjadi pada masyarakat kelas bawah.


(3)

PenghasilanTidakKenaPajak (PTKP) diatur dalam Pasa terakhir deng Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tahun 2013 sendiri diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak yang ditetapkan pada tanggal 22 Oktober 2012. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 2013 ini berlaku mulai tanggal 1 Januari 2013.

Terhitung mulai Januari 2013, pemerintah telah menaikkan batas Penghasilan Tidak Kena Pajak(PTKP) yang semula Rp. 15.840.000 kini dinaikkan menjadi Rp. 24.300.000 per tahunnya atau per bulan Rp. 2.025.000 untuk setiap wajib pajak lajang. Sedangkan tambahan bagi yang menikah dan tambahan tanggungan yang dulunya hanya Rp. 1.320.000 kini dinaikkan masing-masing menjadi Rp. 2.025.000. Dengan semakin besarnya pengurang, maka pajak akan semakin kecil.

Pertumbuhan kelas menengah Indonesia adalah yang terbesar di dunia setelah Cina dan India. Pertumbuhan kelas menengah ini merupakan sasaran empuk para pembuat produk. Rata-rata mereka adalah orang muda yang berpenghasilan tinggi, melek teknologi, dan ingin serba mudah. Sebagian besar dari mereka adalah warga yang gemar berbelanja. Kenaikan Penghasilan Tidak


(4)

effectatauefekpenggandadibidang perpajakan. Semakin banyak orang yang berbelanja akan membuat korporasi penghasil produk, berlomba-lomba menghasilkan produk barang dan jasa untuk dikonsumsi. Sehingga omzetnya bertambah demikian juga dengan labanya yang kemudian nantinya akan dipajaki. Pajak yang terkumpul dalam pundi-pundi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) pun akan meningkat dan harapannya mampu mencapai target sebagaimana yang dibebankan tersebut.(Candra, 2012)

Kenaikan Pajak Tidak Kena Pajak (PTKP) ini menjadi salah satu strategi makro ekonomi pemerintah untuk menekan tingkat inflasi yang terus merangkak naik dan untuk memberikan stimulus konsumsi domestik sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kenaikan Pajak Tidak Kena Pajak (PTKP) juga diharapkan dalam jangka panjang akan meningkatkan penerimaan pajak. (Darwis, 2012)

Oleh karena itu, melihat permasalahan tersebut penulis tertarik untuk mengadakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) berjudul “PENGARUH PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA LUBUK PAKAM”.


(5)

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1.1 Mengetahui pengaruh perubahan Pajak Tidak Kena Pajak (PTKP) terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)Pratama Lubuk Pakam.

1.2 Mengetahui upaya – upaya yang dilakukan dalam kegiatan pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)Pratama Lubuk Pakam.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1 Bagi Mahasiswa

a. Menerapkan ilmu-ilmu administrasi perpajakan yang diperoleh selama kuliah.

b. Mengetahui kondisi yang terjadi di dunia kerja.

c. Menciptakan dan menumbuh kembangkan rasa tanggung jawab dan profesionalisme serta kedisiplinan yang nantinya hal-hal tersebut sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja yang sebenarnya.

d. Membandingkan teori-teori yang ada dengan masalah yang sebenarnya.


(6)

e. Memotivasi mahasiswa untuk beraktivitas dalam melakukan pekerjaan secara efisien dan efektif melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

f. Menguji dan mengukur kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa dalam menghadapi situasi dunia kerja yang sebenarnya.

g. Memotivasi mahasiswa untuk beraktifitas dalam melakukan pekerjaan secara efektif dan efisien.

h. Belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, sebab di dalam lingkungan kerja nantinya kita akan terdiri dari individu-individu berbeda dari segi usia, pendidikan, pengalaman, kedudukan, dan lain-lain yang berbeda dalam suatu perusahaan atau instansi.

2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

a. Menjalin kerja sama dan saling mengenal antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakandan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam, sehingga dapat dijadikan referensi untuk menyiapkan mahasiswa menjadi tenaga kerja lebih maju dan kompetitif.

b. Dengan dilaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bagi mahasiswa dituntut sumbangsihnya terhadap Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam baik berupa saran maupun kritikan yang bersifat membangun yang menjadi sumber


(7)

masukan untuk meningkatkan kinerja di lingkungan kantor tersebut.

c. Mempromosikan image yang baik tentang Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam kepada masyarakat khususnya sivitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU).

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

a. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi pelajaran yang diperoleh di bangku kuliah.

b. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

c. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Universitas khususnya di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

d. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan instansi yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). e. Memberikan gambaran tentang kesiapan mahasiswa dalam


(8)

f. Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu khususnya di bidang perpajakan.

C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapat kontraprestasi atau balas jasa secara langsung yang digunakan untuk keperluan negara.

Menurut Prof. Dr. R. Santoso Brotodihardjo yang dikutip oleh Waluyo dalam bukunya Perpajakan Indonesia (2005, h.2) edisi kesembilan, adalah sebagai berikut:

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H yang dikutip oleh wikipedia adalah sebagai berikut:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang – undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang


(9)

langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: “Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public invesment.”

Pajak menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang - Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan adalah:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat.”

2. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam tatacara pemungutan pajak, biasanya terdapat tiga (3) cara atau sistem yang dipergunakan untuk menghitung serta menetapkan berapa besar jumlah pajak terhutang dari suatu wajib pajak, baik wajib pajak badan maupun orang pribadi, yaitu:

a. Official Assesment System

Official Assesment System adalah sistem pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak yang terutang oleh wajib pajak dihitung dan ditetapkan oleh aparat pajak atau fiskus. Dalam system ini utang pajak timbul bila telah


(10)

ada ketetapan pajak dari fiskus (sesuai dengan ajaran formil tentang timbulnya utang pajak). Jadi dalam hal ini wajib pajak bersifat pasif.

b. Self Assesment System

Self Assesment System yaitu sistem pemungutan pajak dimana wewenang menghitung besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak diserahkan oleh fiskus kepada wajib pajak yang bersangkutan, sehingga dengan sisten ini wajib pajak harus aktif untuk menghitung, menyetor dan melaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sedangkan fiskus bertugas memberikan penerangan dan pengawasan.

c. With Holding System

With Holding System, yaitu sistem pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak yang terutang dihitung oleh pihak ketiga (yang bukan wajib pajak dan juga bukan aparat pajak / fiskus).

3. Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang terutang atas penghasilan yang menjadi kewajiban bagi wajib pajak orang pribadi atau badan atas penerimaan yang berupa gaji/upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lainnya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pajak Penghasilan (PPh) terakhir diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, yang diamandemen berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994, dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000.


(11)

4. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008, Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21)adalah pajak yang dipotong atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri.

Tarif pemotongan pajak atas penghasilan dijelaskan pada Pasal 17 Ayat 1 Huruf a.Tarif berikut berlaku pada Wajib Pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

1. Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan sampai dengan Rp 50.000.000,- dikenakan tarif sebesar 5%.

2. Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,- dikenakan tarif sebesar15%. 3. Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp 250.000.000,-

sampai dengan Rp 500.000.000,-dikenakan tarif sebesar25%. 4. Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp 500.000.000,-

dikenakan tarif sebesar30%.

5. Untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dikenai tarif 20% lebih tinggi dari mereka yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).


(12)

5. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah faktor pengurangan terhadap penghasilan netto orang pribadi atau perseorangan sebagai wajib pajak dalam negeri dalam menghitung penghasilan kena pajak yang menjadi objek pajak penghasilan yang harus dibayar wajib pajak di Indonesia.Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) juga dapat dikatakan sebagai batas tertentu dari pengurang pajak yang tidak boleh dikenakan pajak.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadiruanglingkupdalammelakukanPraktik KerjaLapanganMandiri (PKLM) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) PratamaLubukPakamadalah :

1. JumlahpenerimaanPajakPenghasilan (PPh) Pasal 21 yang diterima KPP Pratama Lubuk Pakam dari tahun 2012 -2014.

2. PerbandinganpenerimaanPajakPenghasilan (PPh) Pasal 21 dari tahun 2012 -2014.

3. Upaya yang dilakukanfiskusdalammemenuhi target penerimaanPajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 saat terjadinya perubahanPenghasilanTidakKenaPajak (PTKP).


(13)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam melakukan penelitian, Penulis melakukan metode-metode yang diperlukan. Adapun yang menjadi metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) antara lain :

1. Tahap Persiapan

Hal ini berkaitan dengan persiapan yang dilakukan oleh Mahasiswa dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Misalnya pengajuan judul, persetujuan judul, pembuatan proposal, seminar proposal, persetujuan proposal, penunjukan dosen pembimbing, bimbingan dan konsultasi dan pengajuan surat izin melakukan penelitian.

2. Studi Literatur

Persiapan studi literatur yang akan dilakukan adalah persiapan dalam mencari data dan informasi untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dan bisa dijadikan sumber oleh penulis dalam rangka melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini.

3. Studi Observasi Lapangan

Penulis melakukan pengamatan langsung pada objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) untuk mengetahui Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam di tempat peserta melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).


(14)

4. Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Penulis juga akan mengumpulkan data yang diperlukan dalam menyusun akhir dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) berupa data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperolehsecara langsung dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain seperti karya ilmiah, artikel, dan lain sebagainya.

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang informasinya diperlukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

a. Daftar Pertanyaan (Interview Guide)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkompeten dan menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan untuk melengkapi.


(15)

b. Daftar Observasi (Observation Guide)

Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung ataupun tidak langsung turun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati, mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan pihak instansi dengan diberikan petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko tinggi.

c. Daftar Dokumentasi (Optional)

Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi, misalnya dengan mengumpulkan daftar dokumentasi yang diperlukan seperti peraturan pemerintah yang berlaku, Undang - Undang Perpajakan, lampiran-lampiran formulir, data mengenai pembayaran pajak, data mengenai kepegawaian dan data-data lain yang berhubungan dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang penulis lakukan.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini Penulis akan mengemukakan Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan Manfaat


(16)

Data dan Sistematika Penulisan Laporan Kerja Lapangan Mandiri.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Pada bab ini Penulis akan menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran pegawai.

BAB III :GAMBARAN TENTANG PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)

Pada bab ini Penulis akan menjelaskan mengenai informasi dan hal – hal yang berkaitan dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Dalam bab ini Penulis akan menguraikan mengenai Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)Pratama Lubuk Pakam.


(17)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini Penulis akan memaparkan kesimpulan dari objek yang telah diteliti serta saran-saran yang membangun bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(1)

5. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah faktor pengurangan terhadap penghasilan netto orang pribadi atau perseorangan sebagai wajib pajak dalam negeri dalam menghitung penghasilan kena pajak yang menjadi objek pajak penghasilan yang harus dibayar wajib pajak di Indonesia.Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) juga dapat dikatakan sebagai batas tertentu dari pengurang pajak yang tidak boleh dikenakan pajak.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadiruanglingkupdalammelakukanPraktik KerjaLapanganMandiri (PKLM) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) PratamaLubukPakamadalah :

1. JumlahpenerimaanPajakPenghasilan (PPh) Pasal 21 yang diterima KPP Pratama Lubuk Pakam dari tahun 2012 -2014.

2. PerbandinganpenerimaanPajakPenghasilan (PPh) Pasal 21 dari tahun 2012 -2014.

3. Upaya yang dilakukanfiskusdalammemenuhi target penerimaanPajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 saat terjadinya perubahanPenghasilanTidakKenaPajak (PTKP).


(2)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam melakukan penelitian, Penulis melakukan metode-metode yang diperlukan. Adapun yang menjadi metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) antara lain :

1. Tahap Persiapan

Hal ini berkaitan dengan persiapan yang dilakukan oleh Mahasiswa dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Misalnya pengajuan judul, persetujuan judul, pembuatan proposal, seminar proposal, persetujuan proposal, penunjukan dosen pembimbing, bimbingan dan konsultasi dan pengajuan surat izin melakukan penelitian.

2. Studi Literatur

Persiapan studi literatur yang akan dilakukan adalah persiapan dalam mencari data dan informasi untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dan bisa dijadikan sumber oleh penulis dalam rangka melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini.

3. Studi Observasi Lapangan

Penulis melakukan pengamatan langsung pada objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) untuk mengetahui Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam di tempat peserta melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).


(3)

4. Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Penulis juga akan mengumpulkan data yang diperlukan dalam menyusun akhir dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) berupa data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperolehsecara langsung dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain seperti karya ilmiah, artikel, dan lain sebagainya.

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang informasinya diperlukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

a. Daftar Pertanyaan (Interview Guide)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkompeten dan menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan untuk melengkapi.


(4)

b. Daftar Observasi (Observation Guide)

Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung ataupun tidak langsung turun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati, mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan pihak instansi dengan diberikan petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko tinggi.

c. Daftar Dokumentasi (Optional)

Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi, misalnya dengan mengumpulkan daftar dokumentasi yang diperlukan seperti peraturan pemerintah yang berlaku, Undang - Undang Perpajakan, lampiran-lampiran formulir, data mengenai pembayaran pajak, data mengenai kepegawaian dan data-data lain yang berhubungan dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang penulis lakukan.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini Penulis akan mengemukakan Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan


(5)

Data dan Sistematika Penulisan Laporan Kerja Lapangan Mandiri.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Pada bab ini Penulis akan menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran pegawai.

BAB III :GAMBARAN TENTANG PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)

Pada bab ini Penulis akan menjelaskan mengenai informasi dan hal – hal yang berkaitan dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Dalam bab ini Penulis akan menguraikan mengenai Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)Pratama Lubuk Pakam.


(6)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini Penulis akan memaparkan kesimpulan dari objek yang telah diteliti serta saran-saran yang membangun bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN