Pemeriksaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PEMERIKSAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM

O L E H

Nama : MUHAMMAD ALIF RIDHO Nim : 122600109

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, karunia, kesehatan, keselamatan, hidayah dan kemampuan sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Tak lupa pula penulis sanjung dan sajikan Shalawat beriringkan salam kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang yang seperti dapat kita rasakan pada saat ini.

Laporan Tugas Akhir ini yang berjudul “PEMERIKSAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM” disusun dalam rangka menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat saran, dorongan, bimbingan serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang merupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi, namun dapat membukakan mata penulis bahwa sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan tersebut adalah guru yang terbaik bagi penulis. Oleh karena itu dengan segala hormat dan kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Sc selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(3)

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Adiministrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Arlina, S.H, M.Hum selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Adiministrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Bastari, M.M, BKP selaku Dosen Pembimbing dalam penyelesaian Tugas Akhir sekaligus Dosen pengajar di administrasi perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak dan Ibu staff pegawai maupun staff pengajar di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis berada di bangku perkuliahan.

6. Bapak Tabah Tarigan selaku Kepala Seksi Pemeriksaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

7. Kepada orangtua saya, terutama ibu saya Amini Nurul Huda dan adik – adik saya Amala dan Abidzar serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan, doa, motivasi, dan banyak berkorban moril dan materil demi penulis.

Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini penulis menyadari kekurangan dan kelemahan baik dalam teknik penulisan maupun isi, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Laporan Tugas Akhir ini.


(4)

Akhir kata penulis mendo’akan semoga Allah SWT selalu memberikan magfirah-Nya kepada kita semua dan semoga Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2015

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 3

C. Uraian Teoritis ... 5

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 9

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)... 10

F. Metode Pengumpulan Data ... 11

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 12

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 13

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam ... 20 C. Bidang – Bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP)


(6)

BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak ... 26

B. Pengertian Pemeriksaan Pajak ... 26

C. Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak ... 30

D. Jenis Pemeriksaan ... 32

E. Jangka Waktu Pemeriksaan………. 34

F. Kewajiban Pemeriksa Pajak……… 35

G. Tahapan Pemeriksaan……….. 37

H. Pelaksanaan Pemeriksaan……… 39

I. Tata Cara Pemeriksaan……… 42

J. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Selama Pemeriksaan…….. 43

K. Laporan Hasil Pemeriksaan………. 46

L. Data Pemeriksaan Pajak……….. 47

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI A. Perkembangan Penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 49

B. Penyelesaian Pemeriksaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 50

C. Kendala yang Dihadapi Pemeriksa Pajak dalam Pemeriksaan Pajak ... 53


(7)

D. Upaya yang Dilakukan Oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam untuk Mengatasi Kendala yang

Dihadapi Saat Melakukan Pemeriksaan Pajak ... 56

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 58 B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam RAPBN/APBN negara kita sumber penerimaan berasal dari penerimaan dalam negeri dan penerimaan luar negeri.Sumber penerimaan luar negeri berupa pinjaman yang harus dikembalikan suatu hari nanti.hal yang sangat merugikan apabila pinjaman atau hutang tersebut lebih besar dari penerimaan luar negeri.Selama orde baru kita telah ditipu seolah-olah semua penerimaan dalam negeri lebih besar dari penerimaan luar negeri.Hal inilah yang menyebabkan krisis ekonomi pada tahun 1997.

Sedangkan salah satu penerimaan dalam negeri yang dominan adalah pajak.Selain itu kita juga mempunyai jumlah penerimaan yang besar dari sector migas, namun suatu saat nanti migas dapat habis.Sehingga kurang dapat diandalkan. Salah satu cara meningkatkan perekonomian yang merosot ini yaitu dengan peningkatan penerimaan dari sector pajak di samping meminta Negara pendonor untuk menghapuskan utang Indonesia. Sedangkan pengertian pajak itu sendiri adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang, yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan imbal jasa timbal yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (Prof. Dr. Rochmat Soemitro) atau pajak merupakan iuran kepada negara, yang dapat dipaksakan dan terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi


(9)

kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah utnuk membiayai pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Ditinjau dari jumlah penduduk, maka Indonesia menempati urutan keempat terbesar di dunia.Tetapi jika dintinjau dari jumlah pembayaran pajaknya, baik wajib pajak perorangan maupun badan, Indonesia menempati urutan terendah di kawasan ASEAN. Jangankan orang desa orang kota pun masih banyak yang memahami arti dan peranan perpajakan. Saat ini Indonesia sudah menggunakan sistem “Self Assesment”, tetapi karena kesadaran warga Negara yang sangat rendah maka peran aparatur perpajakan (fiskus) tetap sangat penting.

Di negara-negara maju seperti Amerika, pajak merupakan penerimaan yang paling utama. Namun di Indonesia, hal tersebut sulit diwujudkan karena masih banyak rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan atau ada juga yang sudah memiliki penghasilan yang cukup tapi kesadaran untuk membayar pajaknya kurang. Banyak diantara mereka yang dengan sengaja memalsukan jumlah penghasilannya menjadi lebih rendah agar semakin rendah pula pajaknya. Walaupun pemerintah telah mengatur tentang ketaatan dan pemeriksaan perpajakan dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 serta Pasal 8 ayat (8) Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan. Serta Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011


(10)

Nomor SE-28/PJ/2013 tentang Pemeriksaan Perpajakan, namun tetap saja masyarakat tidak menghiraukan dan tidak mau membayar pajaknya dengan alasan yang bermacam-macam.

Alasan pengambilan judul tugas akhir ini adalah karena banyaknya wajib pajak yang menggelapkan penghasilan mereka agar jumlah pajak yang harus dibayarkan menjadi lebih kecil.Bahakan beberapa diantara mereka sengaja membuat pembukuan palsu yang menyatakan bahwa usahanya sedang rugi.Dari penjelasan di atas, maka Penulis mengambil judul :Pemeriksaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1. Tujuan PKLM

Kegiatan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini memliki beberapa manfaat baik untuk mahasiswa sendiri dan universitas maupun pihak instansi pemerintah yang dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dijadikan sebagai objek dalam pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

Pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan PKLM, antara lain:


(11)

1.1 Untuk mengetahui pelaksanaan pemeriksaan pajak terhadap Orang Pribadi dan Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. 1.2 Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

pemeriksaan pajak terhadap Orang Pribadi dan Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

2. Manfaat PKLM 2.1 Bagi Mahasiswa

a. Untuk Menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang perpajakan. b. Dapat mengaplikasikan teori-teori yang didapat selama perkuliahan. c. Belajar menyesuaikan diri dilingkungan kerja selama Praktik Kerja

Lapangan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. d. Mendisiplinkan ilmu yang telah dipelajari ke dalam permasalahan yang

timbul selama PKLM.

2.2 Bagi Program Studi Administrasi Perpajakan FISIP USU

a. Membuka hubungan antara Program Studi Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa.

b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di kalangan mahasiswa. 2.3Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam


(12)

a. Sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor Pelayanan Pajak Paratama Lubuk Pakam dengan Program Studi Administrasi Perpajakan FISIP USU.

b. Bahan masukan bagi pimpinan untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui pembangunan di bidang pendidikan.

C. Uraian Teoritis

1.Definisi Pajak

“Berdasarkan UndangUundang Nomor 36 Tahun 2008, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan (kontraprestasi) secara langsung dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat” (Resmi, 2008:2).

Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 menyebutkan bahwa segala jenis pajak untuk keperluan Negara berdasarkan Undang-Undang. Dengan demikian tidak diperkenankan memungut pajak, kecuali dengan ketentuan Undang-Undang,Fungsi Pajak ada dua yaitu:

1.1 Fungsi Budgeteir

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran- pengeluarannya.


(13)

1.2 Fungsi Reguler (mengatur)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

2. Pengelompokan pajak

2.1 Menurut golongannya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipukul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Misalnya pajak penghasilan (PPh).

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, misalnya pajak pertambahan nilai (PPN).

2.2 Menurut sifatnya

a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjektif, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak, misalnya pajak penghasilan (PPh).

b. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan diri wajib pajak, misalnya pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM).

3. Asas pemungutan pajak


(14)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri.Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.

3.2 Asas sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber diwilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

4.Sistem pemungutan pajak

4.1 Official assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya jumlah pajak yang terhutang oleh wajib pajak.

4.2 Self assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak dalam menentukan sendiri besarnya pajak yang terhutang.

4.3 With holding system, yaitu suatu system pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk memberikan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak.

5. Pemeriksaan Pajak

“Berdasarkan UU KUP Pasal 29, pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain


(15)

dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”(Resmi, 2008:26).

Aturan secara lebih rinci mengenai pemeriksaan terdapat dalam UU KUP Pasal 29. Berikut adalah cuplikan Pasal 29 UU KUP.

Pasal 29 UU KUP Ayat (1)

Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Ayat (2)

Untuk keperluan pemeriksaan, petugas pemeriksa harus memiliki tanda pengenal pemeriksa dan dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan serta

memperlihatkannya kepada Wajib Pajak yang diperiksa. Ayat (3)

Wajib Pajak yang diperiksa wajib :

a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;

b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau


(16)

c. memberikan keterangan lain yang diperlukan. Ayat (3a)

Buku, catatan, dan dokumen, serta data, informasi, dan keterangan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dipenuhi oleh Wajib Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak permintaan disampaikan.

Ayat (3b)

Dalam hal Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sehingga tidak dapat dihitung besarnya penghasilan kena pajak,

penghasilan kena pajak tersebut dapat dihitung secara jabatan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Ayat (4)

Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan yang diminta, Wajib pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakannya, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam PKLM ini adalah:

1. Peranan pemeriksa pajak dalam pelaksanaan tindakan pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

2. Kendala pemeriksa pajak dalam pelaksanaan tindakan pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.


(17)

3. Upaya yang akan ditempuh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam peranan pemeriksa pajak dalam pelaksanaan tindakan pemeriksaan pajak.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tahap Persiapan

Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan PKLM ke objek lokasi yang meliputi kegiatan seperti: pengajuan judul, penentuan judul, menyusun proposal, seminar proposal, penentuan dosen pembimbing, diskusi dan konsultasi dengan dosen pembimbing, dan pengajuan surat izin ke lokasi PKLM.

2. Studi Literatur

Yaitu kegiatan mencari data dan informasi dengan membaca landasan teori yang meliputi buku-buku, undang-undang, dan bahan tertulis lainnya yang ada hubungannya dengan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

3. Observasi Lapangan

Yaitu melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian untuk mengetahui Tata Cara Pemeriksaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

4. Pengumpulan Data

Pada waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, penulis mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun laporan akhir. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan data primer dan sekunder:


(18)

a. Data primer, merupakan data yang diperoleh dari wawancara dan observsi.

b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari referensi ilmiah seperti laporan, dokumen-dokumen dan jurnal-jurnal

5. Analisa Data dan Evaluasi

Analisa data yang digunakan adalah analisa kualitatif, yaitu menjelaskan dengan kata-kata secara sistematis sehingga permasalahan dalam penelitian ini terungkap secara objektif.

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam melaksanakan pengumpulan data ada 3 metode yang digunakan: 1. Wawancara

Yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada perseorangan untuk memperoleh data yang diperlukan.

2. Observasi

Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dengan mengadakan pengamatan langsung ditempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri sehubungan dengan objek studi yang akan dispesialisasikan oleh penulis.

3. Daftar Dokumentasi (Documentation)

Dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan tata cara pemeriksaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, dan data-data lain yang berhubungan dengan objek pembahasan.


(19)

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM

Pada bab ini diuraikan mengenai sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, uraian tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi dan keadaan pegawai Kantor Pajak Pajak Pratama Lubuk Pakam.

BAB III PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan tentang kerangka teoritis, dan gambaran mengenai pemeriksaan pajak.

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis menganalisa data yang sudah dikumpulkan terlebih dahulu dan menyederhanakan data yang banyak dalam bentuk yang lebih sederhana.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran penulis sehubungan dengan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya.


(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA LUBUK PAKAM

A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak - Departemen Keuangan melakukan modernisasi perpajakan sebagai bagian dari reformasi perpajakan (tax-reform) dan reformasi birokrasi.Dilakukan perubahan paradigma perpajakan dengan mengedepankan aspek pelayanan kepada Wajib Pajak, yang dihimbau dengan pengawasan dan konsultasi.Untuk implementasinya dibentuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) modern dengan tiga model, yakni KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya, dan KPP Pratama. Salah satunya adalah KPP Pratama Lubuk Pakam yang terletak di Jl.Diponegoro no. 42-44 Lubuk Pakam sebelum akhirnya pindah ke Jl. Pangeran Diponegoro No. 30 A Medan.

Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-95/PJ/2008 tanggal 27 Mei 2008 tentang Saat Mulai Operasi (SMO) KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Sumatera Utara I, KPP Pratama Lubuk Pakam ditetapkan mulai beroperasi tanggal 27 Mei 2008. KPP Pratama Lubuk Pakam berada di bawah lingkungan Kanwil DJP Sumatera Utara I yang membawahi seluruh wilayah Kabupaten Deli Serdang.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama adalah instansi vertical Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah.

1. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Dalam kedudukannya dibawah Kepala Kantor Wilayah yang dipmpin oleh seorang Kepala Kantor, KPP Pratama Lubuk Pakam mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di berbagai bidang perpajakan. Bidang tersebut adalah PPh, PPN, PPnBM, PBB, PTLL, dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas, KPP pratama lubuk pakam menpunyai fungsi sebagai berikut :


(21)

a. pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;

b. pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan/pengolahan surat pemberitahuan, dan penerimaan surat lainnya;

c. penyuluhan perpajakan;

d. penatausahaaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak; e. pelaksanaan pemeriksaan pajak;

f. pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak; g. pelaksanaan konsultasi perpajakan;

h. pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi; i. pembetulan ketetapan pajak;

j. pelaksanaan registrasi Wajib Pajak; k. pelaksanaan administrsi KPP.

2. Visi dan Misi Kantor Pelayanan pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Keberhasilan program modernisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai Direktorat Jenderal Pajak.Tetapi lebih jauh dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan praktik-pratik “good governance” pada institusi pemerintah secara keseluruhan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan. Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut:


(22)

2.1 Visi

Menjadi Institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di wilayah Asia Tenggara.

2.2 Misi

Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan Undang-undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan negara demi kemakmuran rakyat.

3. Nilai – nilai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Untuk mencapai Visi dan Misi diatas maka Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam perlu menganut nilai – nilai sebagai Berikut :

3.1 Integritas

Yaitu berpikir, berkata, berprilaku, dan bertindak dengan baikdan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip – prinsip moral. Bersikap jujur, tulus, dan dapat dipercaya, serta menjaga martabat dan tidak melakukan hal – hal tercela.

3.2 Profesionalisme

Yaitu bekerja tuntas dan akurat atas dasar kpmpetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi, mempunyai keahlian dan pengatahuan yang luas dan bekerja dengan hati

3.3 Sinergi

Yaitu membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan, untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas, memiliki sangka baik, saling percaya dan menghormati, serta menemukan dan melaksanakan solusi terbaik.

3.4 Pelayanan

Yaitu memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat,


(23)

akurat, dan aman, melayani dengan berorientasi pada kepuasan pemangku kepentingan serta bersikap produktif dan cepat tanggap.

3.5 Kesempurnaan

Yaitu senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik, melakukan perbaikan terus menerus serta mengembangkan inovasi dan kreatifitas.

4. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam terdiri dari 22 Kecamatan Yaitu

Table 2.1 Wilayah Kerja KPP Pratama Lubuk Pakam

No. Wilayah Luas Wilayah (KM2)

Luas

Wilayah Jumlah

Jumlah WP Sesuai NOP

(m2)

Kepala

Keluarga Terdaftar

1 2 3 4 5 6

Kabupaten Deli

Serdang 2,497.72 741,905,130 356,407 169,711

1 KEC.BANGUN PURBA 129.95 26,338,666 1,796 2,551

2 KEC.BATANG KUIS

40.34 17,061,686 3,138 4,230

3 KEC.BERINGIN

52.69 46,915,315 5,526 3,544

4 KEC.BIRU-BIRU

89.69 30,235,775 8,835 2,639

5 KEC.DELI TUA

9.36 6,129,229 20,076 5,810


(24)

6 KEC.GALANG 150.29 33,134,031 6,941 9,847 7 KEC.GUNUNG MERIAH 76.65 7,096,966 7,975 297 8 KEC.HAMPARAN PERAK 174.92 42,631,206 7,626 9,638 9 KEC.LABUHAN DELI 127.23 33,442,292 9,102 5,887

10 KEC.LUBUK PAKAM

31.19 18,448,580 16,381 15,287

11 KEC.KOTALIMBARU

185.50 42,036,014 10,528 1,471

12 KEC.NAMO RAMBE

62.30 41,939,161 41,893 3,645 13 KEC.PAGAR MERBAU 62.89 549,724 16,259 2,319

14 KEC.PANCUR BATU

122.53 52,018,268 12,445 7,948

15 KEC.PANTAI LABU

81.85 51,465,562 51,538 1,782

16 KEC.PATUMBAK

46.79 13,009,942 12,285 33,952 17 KEC.PERCUT SEI TUAN 190.79 82,527,812 74,121 7,160

18 KEC.SIBOLANGIT

179.96 36,190,191 11,441 1,063

19 KEC.STM HILIR

190.50 51,608,083 9,496 1,943

20 KEC.STM HULU

223.38 43,010,939 12,668 3,443

21 KEC.SUNGGAL

92.52 52,400,068 18,666 22,567


(25)

22 KEC.TANJUNG MORAWA 131.75 55,751,634 8,198 22,688 Sumber: KPP Pratama Lubuk Pakam 2015

Adapun jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Lubuk Pakam adalah :

Tabel 2.2 Jumlah Wajib Pajak KPP Pratama Lubuk Pakam

Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam 2015

Tabel 2.3 Jumlah Wajib Pajak Lapor dan Jumlah Wajib Pajak Tidak Lapor SPT Tahunan

Tahun / Jenis

WP Jumlah WP

Jumlah WP

Lapor %

Jumlah WP Tidak Lapor % 2012 148,498 38,459 25.90% 110,039 74.10% BADAN 7,757 1,396 18.00% 6,361 82.00% OP 140,741 37,063 26.33% 103,678 73.67% 2013 162,091 46,553 28.72% 115,538 71.28% BADAN 8,557 1,590 18.58% 6,967 81.42% Jenis WP

tahun

2012 2013 2014

Badan 7,757 8,557 9,514

Orang Pribadi 140,741 153,534 167,983


(26)

OP 153,534 44,963 29.29% 108,571 70.71% 2014 177,469 42,816 24.13% 134,653 75.87% BADAN 9,486 1,658 17.48% 7,828 82.52% OP 167,983 41,158 24.50% 126,825 75.50% Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam 2015

Pencapaian Kinerja KPP Pratama Lubuk Pakam Berdasarkan jenis pajak dan Penerimaan Pajak adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4 Jenis Pajak dan Penerimaan Pajak Tahun 2012 pada KPP Pratama Lubuk Pakam

Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam 2015

Tabel 2.5 Jenis Pajak dan Penerimaan Pajak Tahun 2013 pada KPP Pratama Lubuk Pakam

Jenis Pajak

2012

Jumlah Target

KPP Jumlah Bayar %

A. PPh Non Migas 416,603,340,000 382,698,376,388 91.86% B. PPN dan PPnBM 391,976,190,000 458,649,838,817 117.01%

C. PPh Migas 52,497,351

D. Pajak Lainnya 1,429,470,000 1,145,535,713 80.14%

Jenis Pajak

2013

Jumlah Target

KPP Jumlah Bayar %

A. PPh Non Migas 514,625,999,999 473,745,645,671 92.06% B. PPN dan PPnBM 636,631,000,000 578,645,422,571 90.89%


(27)

Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam 2015

Tabel 2.6 Jenis Pajak dan Penerimaan Pajak Tahun 2014 pada KPP Pratama Lubuk Pakam

Jenis Pajak

2014

Jumlah Target

KPP Jumlah Bayar %

A. PPh Non Migas

562,531,040,000 569,557,972,633 101.25%

B. PPN dan PPnBM

736,444,900,000 655,771,235,824 89.05%

C. PPh Migas 29,970,735

D. Pajak Lainnya

1,152,511,000 1,573,214,068 136.50% Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam 2015

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Di setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi untuk menggambarkan secara jelas unsur – unsur yang membantu pimpinan dalam menjalankan perusahaan.Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas, dan wewenang setiap anggota.Tujuannya adalah untuk pencapaian kerja dalam organisasi yang berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab.

Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam berdasarkan peraturan menteri keuangan Republik Indonesia No : 55/PMK.01/2007, terakhir peraturan menteri keuangan nomor 167/PMK.01/2012, tentang organisasi dan tata kerja instansi vertical Direktorat Jenderal Pajak dipimpin oleh seorang Kepala Kantor sedangkan setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi atau Kepala Sub Bagian Umum dan dibantu oleh Account Representative (AR) dan pelaksana. Adapun seksi atau sub bagian umum dan kelompok fungsional tersebut adalah sebagi berikut:

C. PPh Migas 63,216,132


(28)

1. Sub Bagian Umum.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan (PDI). 3. Seksi Pelayanan.

4. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal (RIKI). 5. Seksi Penagihan.

6. Seksi Ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I. 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II. 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III. 10.Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV. 11.Kelompok Fungsional I.

12.Kelompok Fungsional II.

C. Bidang–bidang Kerja Kantor pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Dalam menjalankan pekerjaannya setiap seksi mempunyai tugas dan wewenangnya masing-masing sesuai dengan perturan yang di tetapkan. Adapun tugas dari setiap seksi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam adalah sebagai berikut:

1. Kepala Kantor

Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai Tugas Melaksanakan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan administrasi pemeriksaan sederhana, penerapan terhadap Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung lainnya dalam wilayah wewenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(29)

2. Sub. Bagian Umum

Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga kantor.

Tugas Kepala Sub Bagian Umum adalah:

1. Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat-surat serta pelaksanaan tugas bendaharawan.

2. Mendistribusikan surat-surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan pengiriman surat-surat keluar kepada instansi yang terkair.

3. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bendaharawan rutin. 4. Memberi nasehat dan menegakkan disiplin kepada pegawai.

5. Memberi penilaian atas pelaksanaan pekerjaan pegawai 3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Tugas Seksi PDI adalah:

1. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data. 2. Penyajian Informasi perpajakan.

3. Perekaman dokumen perpajakan.

4. Merekam Surat Setoran Pajak (SSP) lembar 3. 5. Merekam Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN. 6. Merekam Surat Pemberitahuan (SPT)PPh Pasal 21. 7. Merekam Surat Pemberitahuan (SPT)PPh Pasal 23/26. 8. Merekam Surat Pemberitahuan (SPT)PPh Final Pasal 4. 9. Melakukan urusan tata usaha peneriman perpajakan. 10.Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer.


(30)

11.Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filling. 12.Penyiapan laporan kinerja organisasi. 4. Seksi Pelayanan

Tugas Seksi Pelayanan adalah:

1. Mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan. 2. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan.

3. Menerima dan mengolah Surat Pemberitahuan ( SPT ) serta penerimaan surat lainnya.

4. Memberikan Penyuluhan Wajib Pajak. 5. Melaksanakan registrasi Wajib Pajak. 6. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak. 5. Seksi Penagihan

Tugas Seksi Penagihan adalah :

1. Mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak.

2. Melakukan penerbitan surat tagihan, surat paksa, surat perintah melakukan penyitaan.

3. Melakukan penyitaan, usulan lelang dan penagihan lainnya.

4. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus (SPPSS). 5. Memberitahukan Surat Paksa.

6. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan. 6. Seksi Pemeriksaan


(31)

1. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan. 2. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.

3. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administarasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Seksi Ekstensifikasi

Tugas Seksi Ekstensifikasi adalah:

1. Melaksanakan pengamatan potensi perpajakan. 2. Pendataan objek dan subjek pajak.

3. Penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Pembentukan dan pemuktahiran basis data nilai objek pajak dala menunjang ekstensifikasi.

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Tugas Seksi Pengawasan dan Konsultasi adalah:

1. Melaksanakan pengawasan kepatuhan perpajakan terhadap Wajib Pajak.

2. Membimbing/menghimbau kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknik perpajakan.

3. Melakukan penyusunan profil Wajib Pajak. 4. Menganalisis kinerja Wajib Pajak.

5. Memberikan konsultan kepada Wajib Pajak tentang ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

6. Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil keputusan.


(32)

7.

9. Fungsional Pemeriksaan dan Penilai

Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan.


(33)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak

Adapun dasar hukum pemeriksaan pajak (Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE – 28/PJ/2013 tentang kebijakan pemeriksaan Direktur Jenderal Pajak) adalah sebgai berikut :

1. Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tatacara

Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan. 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang

Tatacara Pemeriksaan.

4. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE – 48/PJ/2012 tentang Kebijakan Pelaksanaan Verivikasi

B. Pengertian Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun, dan mengolah data, keterangan, dan atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan atau tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan


(34)

dianut oleh Indonesia pemeriksaan tidak hanya menguji tingkat kepatuhan wajib pajak, namun juga merupakan mekanisme pengawasan terhadap para Wajib Pajak.

Beberapa istilah yang berhubungan dengan pemeriksaan pajak adalah :

1. Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal wajib pajak, atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.

2. Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat jenderal Pajak.

3. Pemeriksa Pajak adalah pegawai negeri sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktorat jenderal Pajak, yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksankan pemeriksaan.

4. Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak adalah tanda pengenal yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak yang merupakan bukti bahwa orang yang namanya tercantum pada kartu tanda pengenal tersebut sebagai Pemeriksa Pajak.

5. Surat Perintah Pemeriksaan adalah surat perintah untuk melakukan pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksankan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.


(35)

6. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur utnuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak.

7. Data yang dikelola secara elektronik adalah data yang bentuknya elektronik, yang dihasilkan oleh komputer dan/atau pengolahan data elektronik lainnya dan disimpan dalam disket, compact disk, tape backup, hard – disk, atau media penyimpanan elektronik lainnya. 8. Penyegelan adalah tindakan menempelkan kertas segel dalam rangka

pemeriksaan pada tempat atau ruangan tertentu serta barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang digunakan atau patut diduga digunakan sebagai tempat atau alat untuk menyimpan buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik dan benda – benda lain yang dapat memberi petunjuk tentang kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, atau sumber penghasilan Wajib Pajak yang diperiksa.

9. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan adalah surat yang berisi tentang hasil pemeriksaan meliputi pos – pos yang dikoreksi, misi koreksi, dasar koreksi, penghitungan sementara jumlah pokok wajib pajak, dan pemberian hak kepada Wajab Pajak untuk hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.


(36)

10. Pembahasan Hasil Akhir Pemriksaan (closing conference) adalah pembahasan antara Wajoib Pajak dan Pemeriksaan Pajak atas temuan pemeriksaan yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemriksaan yang ditandatangain oleh kedua belah pihak dan berisi koreksi baik yang disetujui maupun yang tidak disetujui.

11. Tim Pembahas adalah tim yang dibentuk oleh Direktur Jenderal Pajak yang bertugas untuk membahas perbedaan antara pendapat Wajib Pajak dan Pemeriksa Pajak pada saat dilakukan pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.

12. Kertas Kerja Pemeriksaan adalah cactan secara detail dan jelas yang dibuat oleh Pemeriksa Pajak mengenai prosedur pemeriksaan yang ditempuh, data, keterangan, dan/atau bukti yang dikumpulkan, pengujian yang dilakukan dan simpulan yang diambil sehubungan dengan pelaksanaan pemeriksaan.

13. Penghasilan Kena Pajak Tidak Dapat Dihitung adalah dalam hal Pemeriksa Pajak tidak dapat melakukan pengujian dalam rangka penghitungan besarnya penghasilan kena pajak dengan prosedur sesuai dengan standar pelaksanaan pemeriksaan.

14. Laporan Hasil Pemeriksaan adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaan dan hasil pemeriksaan yang disusun oleh Pemeriksa Pajak


(37)

secara singkat dan jelas serta sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan.

15. Pemeriksaan Ulang adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak untuk jenis pajak dan masa/tahun pajak yang telah diperiksa sebelumnnya.

16. Jangka Waktu Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan adalah jangka waktu yang diberikan kepada Pemeriksa Pajak untuk melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak yang dihitung sejak tanggal penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada Wajab Pajak sampai dengan tanggal penandatanganan Berita Acara Pembahasan Hasil Pemeriksaan.

17. Kusioner Pemeriksaan adalah formulir yang berisikan sejumlah pertanyaan terkait dengan pelaksanaan pemeriksaan.

18. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana dibidang perpajakan.(Waluyo : 2012).

C. Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak

Ruang lingkup pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak, baik untuk satu atau beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak dalam tahun- tahun lalu maupun tahun berjalan.


(38)

Pemeriksaan pajak dapat dilakukan berdasarkan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, sebagaimana dimaksud dalam pasal 17B Undang – Undang Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) demikian juga dalam Peraturan Menteri Keuangan bahwa pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak harus dilakukan dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pemabyaran pajak. Pemeriksaan Pajak dengan Kriteria Pemeriksaan Pajak Terhadap Wajib Pajak yang mengajukan permohonan pengembalian pembayaran pajak dilakukan dengan jenis pemeriksaan kantor atau pemeriksaan lapangan.

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan dalam hal memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar, selain yang mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak;

2. Wajib Pajak yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak;

3. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi;

4. Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama – lamanya;


(39)

5. Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku atau metode pembukuan atau karena dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap; 6. Wajib Pajak tidak menyampikan atau menyampaikan Surat

Pemberitahuan tetapi melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan dalam surat teguran yang terpilih untuk dilakukan pemeriksaan berdasarkan analisis risiko;

7. Wajib Pajak menyampikan Surat Pemberitahuan yang terpilih untuk dilakukan berdasarkan analisis risiko.

Ruang lingkup pemeriksaan pajak untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan dapat meliputi, penentuan, pencocokan, atau pengumpulan materi yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan (PMK Nomor : 17/PMK.03/2013, pasal 69).

Kriteria Pemeriksaan Pajak, terdapat dua kriteria yang merupakan alasan dilakukannya pemeriksaan, yaitu :

1. Pemeriksaan Rutin, merupakan pemeriksaan yang dilakukan sehubungan dengan pemenuhan hak dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

2. Pemeriksaan Khusus atau pemeriksaan berdasarkan analisis risiko (risk based audit), merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang berdasarkan hasil analisis risiko secara


(40)

manual ataupun secara komputerisasi menunjukkan adanya indikasi ketidakpatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.

D. Jenis Pemeriksaan

Jenis pemeriksaan pajak meliputi :

1. Pemeriksaan lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak, atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak. Pemeriksaan lapangan dapat dilaksankan dengan pemeriksaan lengkap atau pemeriksaan sederhana. Pemeriksaan lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat Wajib Pajak meliputi seluruh jenis pajak, dan/atau tujuan lain baik tahun berjalan dan/atau tahun – tahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan teknik – teknik pemeriksaan yang lazim digunakan dalam pemeriksaan pada umumnya. Sedangkan Pemeriksaan lapangan sederhana adalah pemeriksaan pajak yang meliputi seluruh jenis pajak dan/atau tujuan lain baik tahun berjalan dan/atau tahun – tahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan teknik –teknik pemeriksaaan dengan bobot dan kedalaman yang sederhana.

2. Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang meliputi suatu jenis pajak tertentu baik tahun berjalan dan/atau tahun – tahun sebelumnya. Pemeriksaan Kantor hanya dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan sederhana.


(41)

Pemeriksaan Kantor sederhana adalah pemeriksaan pajak yang meliputi jenis pajak tertentu untuk tahun berjalan dan/atau tahun – tahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan teknik – teknik pemeriksaan dengan bobot dan kedalaman yang sederhana. E. Jangka Waktu Pemeriksaan Pajak

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan yang diberlakukan sejak 1 Januari 2008, meliputi :

1. Pemeriksaan kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 6 bulan yang dihitung sejak tanggal WP dating memenuhi surat panggilan dalam rangka pemeriksaan kantor dengan tanggak laporan hasil pemeriksaan.

2. Pemeriksaan lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 bulan yang dihitung sejak tanggal surat perintah pemeriksaan sampai dengan tanggal laporan hasil pemeriksaan.

3. Apabila dalam pemeriksaan lapangan ditemukan indilkasi transaksi yang terkait dengan transfer pricing dan/atau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan yang memerlukan pengujian lebih mendalam serta memerlukan waktu yang lebih lama, pemeriksaan lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 tahun.


(42)

4. Dalam pemeriksaan dilakukan berdasarkan kriteria pemeriksaan pajak, mengenai pengajuan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak oleh WP, jangka waktu pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada butir 1, 2, dan 3 di atas, harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

F. Kewajiaban Pemeriksa Pajak

Sebagai kewajiban bagi pemeriksa pajak dikelompokkan dalam jenis pemeriksaannya, yaitu :

1. Pemeriksaan Lapangan

Dalam hal pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilaksanakan dengan jenis pemeriksaan lapangan, pemeriksa pajak wajib :

a. Menyampaikan pemeberitahuan secara tertulis tentang akan dilakukan pemeriksaan kepada Wajib Pajak;

b. Memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu melakukan pemeriksaan;


(43)

d. Memperlihatkan Surat Tugas kepada Wajib Pajak apabila susunan tim pemeriksa pajak mengalami perubahan;

e. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan kepada Wajib Pajak;

f. Memberikan hak hadir kepada Wajib Pajak dalam rangka pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang telah ditentukan;

g. Melakukan pembinaan kepada Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan;

h. Mengembalikan buku atau cacatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lama tujuh (7) hari sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan; dan

i. Merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka pemeriksaan.

2. Pemeriksaan Kantor

Dalam hal pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilaksanakan dengan jenis pemeriksaan kantor, pemeriksa pajak wajib :


(44)

a. Memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu pemeriksaan;

b. Menjelaskan alasan dan tujuan pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang akan diperiksa;

c. Memperlihatkan Surat Tugas kepada Wajib Pajak apabila susunan tim pemeriksa pajak mengalami perubahan;

d. Memberitahukan secara tertulis hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak;

e. Melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan apabila Wajib Pajak hadir dalam batas waktu yang telah ditentukan;

f. Memberi petunjuk kepada Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya agar pemenuhan kewajiban perpajakan dalam tahun – tahun selanjutnya dilaksankan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan;

g. Mengemabalikan buku atau cacatan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencacatan dan dokumen lainnya yang dipinjam dan Wajib Paajak paling lama tujuh (7) hari sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan; dan

h. Merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahuakan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka pemeriksaan.


(45)

G. Tahapan Pemeriksaan

Tahapan – tahapan yang harus diikuti dalam melakukan pemeriksaan, yaitu meliputi :

1. Persiapan Pemeriksaan

Dalam rangka persiapan pemeriksan ini kegiatan – kegiatan yang dilakukan meliputi :

a. Mempelajari berkas Wajib Pajak/berkas data;

b. Menganalisis SPT dan Laporan Keuangan Wajib Pajak; c. Mengidentifikasi masalah;

d. Melakukan pengenalan lokasi Wajib Pajak; e. Menentukan ruang lingkup pemeriksaan; f. Menyusun program pemeriksaan;

g. Menentukan buku – buku dan dokumen yang dipinjam; h. Menyediakan sarana pemeriksaan.

2. Pelaksanaan Pemeriksaan

Dalam rangka pelaksanaan Pemeriksaan ini kegiatan – kegiatan yang dilakukan meliputi :

a. Memeriksa di tempat Wajib Pajak untuk pemeriksaan lapangan;


(46)

c. Memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan; d. Melakukan pemeriksaan atas buku – buku, cacatan – cacatan,

dan dokumen – dokumen;

e. Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga (bila dianggap perlu);

f. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang diperiksa;

g. Melakukan sidang penutup. 3. Pembuatan Laporan Pemeriksaan

Pekerjaan penyusunan laporan pemeriksaan pajak disusun oleh pemeriksa pajak pada akhir pelaksanaan pemeriksaan sebagai hasil pemeriksaan.

H. Pelaksanaan Pemeriksaan

1. Dalam melakukan pemeriksaan Lapangan, wewenang pemeriksa pajak adalah sebagai berikut:

a. Memeriksa dan/atau meminjam buku – buku, cacatan – cacatan, dan dokumen – dokumen pendukung lainnya termasuk keluaran atau media komputer dan perangkat elektronik pengolah data lainnya;

b. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis ari Wajib Pajak yang diperiksa;


(47)

c. Memasuki tempat atau ruangan yang diduga merupakan tempat penyimpanan dokumen, uang, barang, yang dapat memberi petunjuk tentang keadaan usaha Wajib Pajak dan/atau tempat – tempat lain yang dianggap penting serta melakukan pemeriksaan di tempat – tempat tersebut;

d. Melakukan penyegelan tempat atau ruangan tersebut pada huruf c, apabila Wajib Pajak atau wakil atau kuasanya tidak memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan dimaksud, atau tidak ada ditempat pada saat pemeriksaan dilakukan;

e. Meminta keterangan dan/atau data yang diperlukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa.

2. Dalam melakukan Pemeriksaan Kantor, wewenang pemeriksa Pajak dalah sebagai berikut :

a. Memeriksa dan/atau meminjam buku – buku dan cacatan – cacatan Wajib Pajak;

b. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak yang diperiksa;

c. Meminta keterangan dan/atau data yang diperlukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa.


(48)

Atas peminjaman buku – buku dan lain – lain diberikan tanda bukti peminjaman yang menyebutkan secara terperinci dan jelas mengenai jenis serta jumlahnya.

3. Apabila pada saat dilakukan pemeriksaan lapangan, Wajib Pajak atau kuasanya tidak ada ditempat, maka pemeriksaan tetap dapat dilaksanakan sepanjang ada pihak yang dapat dan mempunyai kewenangan untuk bertindak selaku yang mewakili Wajib Pajak, terbatas untuk hal yang ada dalam kewenangannya, dan selanjutnya pemeriksaan ditunda untuk dilanjutkan pada kesempatan berikutnya; 4. Untuk keperluan pengamanan pemeriksaan, maka sebelum

Pemeriksaan Lapangan ditunda, Pemeriksa Pajak dapat melakukan penyegelan;

5. Apabila pada saat Pemeriksaan Lapangan dilanjutkan setelah dilakukan, Wajib Pajak atau kuasanya tidak juga ada ditempat, maka pemeriksan tetap dilaksankan dengan terlebih dahulu meminta pegawai Wajib Pajak yang bersangkutan untuk mewakili Wajib Pajak guna membantu kelancaran pemeriksaan;

6. Dalam hal Pegawai Wajib Pajak yang diminta mewakili Wajib Pajak menolak utnuk membantu kelancaran pemeriksaan, maka pegawai tersebut harus menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan;


(49)

7. Dalam hal terjadi penolakan untuk menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan yang ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak;

8. Dalam hal Wajib Pajak atau kuasanya tidak memenuhi kewajiban antara lain sebagai berikut :

a. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau cacatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;

b. Memberikan kesemaptan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;

c. Memberikan keterangan yang diperlukan. Oleh Karena itu, Wajib atau kuasanya harus menandatangani Surat Penyataan Penolakan Pemeriksaan.

9. Dalam hal terjaid penolakan untuk menandantangi Surat Pernyataan Penolakan sebagaimana dimaksdu dalam angka 8 maka, Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara Penolakan Pemeriksaan yang ditandatangani Pemeriksa Pajak;


(50)

10.Surat Pernyataan Penolakan atau Berita Acara Penolakan Pemeriksaan sebagaimana dapat dijadikan dasar untuk penentapan besarnya pajak terutang secara jabatan atau dilakukan penyidikan.

I. Tatacara Pemeriksaan Pajak

Tatacara pemeriksaan adalah sebagai berikut :

1. Dilakukan oleh seorang pemeriksa atau lebih;

2. Bila Wajib Pajak atau kuasanya tidak ada pemeriksaan ditunda dan tempatnya disegel;

3. Bila Wajib Pajak atau kuasanya tidak

memperlihatkan/meminjamkan buku, tidak mengizinkan memasuki tempat tertentu dan tidak memberikan keterangan yang diperlukan maka Wajib Pajak harus menandatangani Surat Pernyaataan Penolakan Pemeriksaan (SP3);

4. Berdsarkan hasil pemeriksaan lapangan yang disetujui dibuatkan Laporan Pemeriksaan Pajak (LP2) dan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak sejauh tidak ada tindakan penyidikan;

5. Temuan dalam pemeriksaan lengkap yang tidak disetuji sebagian atau tidak disetuji seluruhnya oleh Wajib Pajak maka dilakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan (PAHP);


(51)

6. Laporan pemeriksaan akhir yang dibuat harus diberitahuakan kepada wajib pajak, dengan tujuan: konsekuensi dari sistem self assesment, bahan bagi Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan, bahan untuk Wajib Pajak melakukan Penyesuaian pembukuan.

J. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Selama Pemeriksaan 1. Hak Wajib Pajak

Dalam pelaksanaan pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, Wajib Pajak berhak untuk (PMK Nomor 17/PMK.03/2013, pasal 13) :

a. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2);

b. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dalam hal pemeriksaan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan;

c. Meminta kepada pemeriksa pajak untuk menunjukkan surat pemberitahuan yang berisi perubahan tim pemeriksa pajak apabila susuna keanggotaan tim berubah;

d. Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan pemeriksaan;


(52)

e. Menerima surat pemberitahuan Hasil Pemeriksaan Pajak; f. Menghadiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan pada

waktu yang telah ditentukan;

g. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan tim quality assurance pemeriksaan, dalam hal masih terdapat hasil pemeriksaan yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dengan Wajib Pajak pada saat pembahasan akhir pemeriksaan;

h. Memberikan pendapat atau penilaian terhadap pelaksanaan pemeriksaan oleh pemeriksa pajak melalui pengisian kuisioner pemeriksaan.

2. Kewajiban Wajib Pajak

a. Kewajiban Wajib Pajak dalam Pemeriksaan Lapangan

Dalam pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis pemeriksaan lapangan, Wajib Pajak wajib (PMK Nomor: 17/PMK.03/2013, pasal 14 ayat 1) :

1. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku, catatan, dan/atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terhutang pajak;


(53)

2. Memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik;

3. Memberikan kesempatan umtuk memeriksa atau memasuki tempat atau ruang yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek pajak yang terutang pajak serta meminjamkannya kepada Pemeriksa Pajak;

4. Memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, yang dapat berupa :

a. Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak apabila dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus;

b. Memberikan bantuan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak;


(54)

c. Menyediakan ruangan khusus untuk tempat dilakukannya pemeriksaan lapangan dalam hal pemeriksaan dilakukan di tempat Wajib Pajak.

5. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;

6. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

K. Laporan Hasil pemeriksaan

Pemeriksa membuat Laporan Hasil Pemeriksaan Pajak (LHP).Hasil pemeriksaan harus diberitahukan kepada Wajib Pajak bila terdapat perbedaan antara Surat Pemberitahun dengan Hasil Pemeriksaan.

Pedoman Laporan Pemeriksaan Pajak adalah sebagai berikut :

1. Laporan pemeriksaan Pajak disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat kesimpulan Pemeriksa Pajak yang didukung temuan yang kuat ada atau tidak adanya pemyimpangan terhadap peraturan perundang – undangan perpajakan, dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait;


(55)

2. Laporan Pemeriksaan Pajak yang berkaitan dengan pengungkapan penyimpangan Surat Pemeritahuan harus memperhatikan Kertas Kerja Pemeriksaan antara lain mengenai :

a. Berbagai faktor perbandingan; b. Nilai absolut dari penyimpangan; c. Sifar dari penyimpangan;

d. Petunjuk atau temuan adanya penyimpangan; e. Pengaruh penyimpangan;

f. Hubungan dengan permasalahan lainnya.

3. Laporan pemeriksaan Pajak harus didukung oleh daftar yang lengkap dan terperinci sesuai dengan tujuan pemeriksaan.

L. Data Pemeriksaan Pajak

a. Penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak atas Wajib Pajak Orang Pribadi (OP) dan Badan.

Tabel 3.1 Penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) terhadap Orang Pribadi dan Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam tahun 2013 - 2014

Tahun

Jumlah Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) yang terbit

Rutin Pemsus Total

2013 106 75 181


(56)

Sumber : Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

b. Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang selesai atas SP2 yang terbit tahun Pajak (2013 – 2014)

Tabel 3.2 Laporan Hasil Penyelesaian (LHP) Pajak Selesai terhadap Orang Pribadi dan Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam tahun 2013 - 2014

Tahun Rutin Pemsus Total

2013 89 68 157

2014 70 73 143

Sumber : Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam


(57)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A. Perkembangan Penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Berdasarkan data pemeriksaan yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dalam tiga (2) tahun terakhir adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Orang Pribadi dan Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam tahun 2013 – 2014

Tahun

Jumlah Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) yang terbit

Rutin Pemsus Total

Wajib Pajak

(%)

Wajib Pajak

(%)

Wajib Pajak

(%)

2013 106 58,56 75 41,43 181 100

2014 111 48,05 120 51,94 231 100

Sumber : Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Dari tabel diatas dapat menunjukkan perkembangan penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam selama 2 tahun terakhir meningkat, yaitu jumlah Wajib Pajak yang akan dilakukan pemeriksaan


(58)

berdasarkan jumlah surat perintah yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Lubuk Pakam adalah dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami peningkatan, yaitu pada jumlah wajib pajak pemeriksaan rutin di tahun 2013 berjumlah 106 WP dan di tahun 2014 berjumlah 111 WP atau peningkatan sebesar 4,71%. Sedangkan pada pemeriksaan khusus juga mengalami peningkatan yaitu jumlah wajib pajak pada tahun 2013 berjumlah 75 WP dan di tahun 2014 berjumlah 120 WP atau peningkatan sebesar 60%. Jadi peningkatan dari total jumlah surat perintah pemeriksaan yang terbit tahun 2013 adalah 181 WP dan di tahun 2014 adalah 231 WP atau peningkatan sebesar 27,6%.

B. Penyelesaian Pemeriksaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam tahun 2013– 201 4

Setelah SP2 diterbitkan, pemeriksa Pajak akan segera melakukan tugasnya baik pemeriksaan lapangan maupun kantor sesuai dengan prosedur dan Tatacara yang telah ditetapkan. Adapun penyelesaian Pemeriksaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah sebagai berikut :


(59)

Tabel 4.2 Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Pajak Selesai terhadap Orang Pribadi dan Badandi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam tahun 2013 – 2014

Tahun

Rutin Pemsus Total

Wajib Pajak

(%)

Wajib Pajak

(%)

Wajib Pajak

(%)

2013 89 56,68 68 43,31 157 100

2014 70 48,95 73 51,04 143 100

Sumber : Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa penyelesaian pemeriksaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam mengalami penurunan dan peningkatan, yaitu pemeriksaan rutin di tahun 2013 berjumlah 89 WP dan tahun 2014 berjumlah 70 WP atau penurunan sebesar 21,34%. Pemeriksaan khusus di tahun 2013 berjumlah 68 WP dan di tahun 2014 berjumlah 73 WP atau mengalami peningkatan sebesar 7,35%. Dari total jumlah wajib pajak 2013 berjumlah 157 WP dan di tahun 2014 berjumlah 143 WP atau penurunan sebesar 8,91%. Jadi dapat disimpulkan bahwa penyelesaian pemeriksaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam mengalami penurunan dan hal ini dapat dinilai baik, karena meningkatnya kesadaran Wajib Pajak setelah dilakukan pemeriksaan di tahun sebelumnya.


(60)

Tabel 4.3 Penyelesaian Pemeriksaan Rutin terhadap Orang Pribadi dan Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Tahun

Pemeriksaan Rutin

SP2 Terbit LHP Selesai (%) Persentase

2013 106 89 83,96

2014 111 70 63,06

Dilihat dari tabel Penyelesaian Pemeriksaan Rutin di atas menunjukkan bahwa di tahun 2013 Surat Perintah Pemeriksaan yang terbit 106 WP dan setelah dilakukan pemeriksaan menjadi 89 WP atau mengalami penurunan sebesar 83,96%. Di tahun 2014 Surat Perintah Pemeriksaan yang terbit 111 WP dan setelah dilakukan pemeriksaan menjadi 70 WP atau mengalami penurunan sebesar 63,06%.

Tabel 4.4 Penyelesaian Pemeriksaan Khusus terhadap Orang Pribadi dan Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Tahun

Pemeriksaan Khusus

SP2 Terbit LHP Selesai (%) Persentase

2013 75 68 90,66

2014 120 73 60,83

Dilihat dari tabel Penyelesaian Pemeriksaan Khusus di atas menunjukkan bahwa di tahun 2013 Surat Perintah Pemeriksaan yang terbit 75 WP dan setelah


(61)

dilakukan pemeriksaan menjadi 68 WP atau mengalami penurunan sebesar 90,66%. Di tahun 2014 Surat Perintah Pemeriksaan yang terbit 120 WP dan setelah dilakukan pemeriksaan menjadi 73 WP atau penurunan sebesar 60,83%.

Jadi dapat disimpulkan Wajib Pajak yang dilakukan pemeriksaan di tahun 2013 – 2014 mengalami penurunan baik Pemeriksaan Rutin maupun Pemeriksaan Khusus, hal ini dapat dinyatakan baik walaupun hasil pemeriksaan belum dapat dikatakan maksimal.

C. Kendala yang dihadapi Pemeriksa Pajak dalam Pemeriksaan Pajak

Sistem self Asssment yang dianut oleh Indonesia dimana Wajib Pajak diberikan kemandirian , tanggung jawab dan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutangnnya ternyata menimbulkan suatu permasalah, banyak Wajib Pajak yang tidak melakukan pemenuhan kewajiban perpajakannya, berdampak kepada tidak tercapainya penerimaan Negara dari sektor Pajak.

Pemeriksaan yang dilakukan oleh fiskus dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib pajak tidak selamanya berjalan sesuai yang diharapkan, karena banyak Wajib Pajak yang kurang memiliki kesadaran akan kewajibannya sebagai warga negara.

(Hasil wawancara dengan Kepala SeksiPemeriksaan dan Penyidikan: Tabah Tarigan, tanggal 10 Juli 2015) ketika Tim Pemeriksa Pajak melakukan pemeriksaan


(62)

kriteria untuk diperiksa, adapun yang menjadi kendala Fiskus sehingga Peemriksaan berlangsung lama dan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan adalah :

1. Alamat dari Wajib Pajak yang dituju atau yang tertera pada Surat Pemerintah Pemeriksaan tidak selamanya valid, Hal ini bisa terjadi dengan berbagai alasan yaitu : Wajib Pajak tidak Update Profil dan Wajib Pajak saat pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) mengisi dengan alamat yang tidak sebenarnya untuk menghindari himbauan ataupun penyuluhan tentang perpajakan oleh pihak pajak; 2. Ketika alamat dari Wajib Pajak benar yang menjadi kendala yang

dihadapi oleh fiskus adalah Wajib pajak mengelak untuk bertemu dengan Fiskus dalam hal ini Wajib Pajak menolak untuk menerima Surat Perintah Pemeriksaan;

3. Dalam hal permintaan buku, cacatan maupun dokumen dokumen yang diperlukan fiskus untuk melakukan pemeriksaan, seringkali Wajib pajak tidak memenuhi seluruh dokumen yang diminta oleh fiskus dan memberikannya tidak tepat waktu (lebih dari 1 bulan) atau ada indikasi bahwa data yang diberikan adalah data yang tidak sebenarnya;

4. Kendala yang muncul dari pemeriksa itu sendiri adalah pemeriksa melakukan pemeriksaan dalam bentuk audit komputer karena yang diperiksa dalam bentuk data, maka data yang diperlukan adalah mayoritas softcopy. Dalam hal ini pemeriksa sering kehabisan waktu


(63)

untuk merekam atau mengetik ulang data yang diberikan Wajib Pajak dalam bentuk Hardcopy menjadi softcopy. hal ini pemeriksaan berlangsung lama sehingga pemeriksaan tidak bisa diselesaikan sesuai dengan jumlah SP2 yang diterbitkan;

5. Pada saat pemeriksaan Wajib Pajak dipanggil ke Kantor Pelayanan Pajak dalam rangka pemberian keterangan tapi Wajib Pajak tidak menghadiri panggilan tersebut;

6. Ketika pemeriksa pajak telah mendapat hasil pemeriksaan timbuk kendala dari Wajib Pajak, Wajib Pajak menolak menerima Hasil Pemeriksaan;

7. Dalam hal Wajib Pajak menerima Hasil pemeriksaan akan tetapi tidak setuju dengan pajak yang ditetapkan oleh pemeriksa pajak di Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP);

8. Kendala yang timbul dari pemeriksa pajak adalah pemeriksa tidak dapat menyelesaikan pemeriksaan dengan tepat waktu karena beban pemeriksaan yang diberikan tidak sebanding dengan Sumber Daya Manusia Pemeriksa.

D. Upaya yang Dilakukan Oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk PakamUntuk Mengatasi Kendala yang Dihadapi Saat Melakukan Pemeriksaan Pajak:


(64)

1. Memberikan himbauan kepada Tim Account Representativ sebagai pengawas dan tempat konsultasi Wajib pajak untuk rajin melakukan penyuluhan dan update profil setiap Wajib Pajak;

2. Dalam hal Wajib Pajak tidak bersedia bertemu langsung dengan pemeriksa Pajak berdasarkan Undang – Undang pemeriksa boleh mengirimkan Surat Perintah Pemeriksaan melaui Via Pos atau fax-mail;

3. Pemeriksa Pajak melakukan tindakan prosedural terkait peminjaman buku, cacatan, dokumen – dokumen berupa Surat Peminjaman 1, Surat Peminjaman 2, berita acara tidak terpenuhinya dokumen atau terpenuhinya sebagian;

4. Dalam hal pemeriksa pajak kehabisan waktu dalam mengetik ulang hardcopy atas data yang diberikan Wajib Pajak, Pemeriksa Pajak dapat menggunakan anak magang dalam perekaman data;

5. Saat Wajib Pajak menolak untuk datang ke Kantor Pelayanan Pajak maka pemeriksa Pajak dapat melakukan konfirmasi kepihak ketiga yang masih berhubungan dengan Wajib Pajak;

6. Ketika Wajib Pajak menolak untuk menerima Hasil Pemeriksaan, Pihak Kantor dapat mengirimkan Laporan Hasil Pemeriksaan Via Pos atau Fax-mail;

7. Dalam hal Wajib Pajak tidak setuju dengan Pajak yang ditetapkan dalam Laporan Hasil pemeriksaan , pemeriksa dapat menjelaskan


(65)

dengan upaya maksimal, detail, memiliki bukti yang kuat, dan menyelasaikan secara sahabat;

8. Jika nota hitung diterbitkan akan tetapi Wajib pajak tidak membayar dengan tepat waktu , maka pemeriksa Pajak dapat menindaklanjuti serta mengubah pola pikir dan pandangan negatif Wajib Pajak.


(66)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab – bab sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Perkembangan penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam selama 2 tahun terakhir meningkat, yaitu jumlah Wajib Pajak yang akan dilakukan pemeriksaan berdasarkan jumlah surat perintah yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Lubuk Pakam adalah dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami peningkatan, yaitu pada jumlah wajib pajak pemeriksaan rutin di tahun 2013 berjumlah 106 WP dan di tahun 2014 berjumlah 111 WP atau peningkatan sebesar 4,71%. Sedangkan pada pemeriksaan khusus juga mengalami peningkatan yaitu jumlah wajib pajak pada tahun 2013 berjumlah 75 WP dan di tahun 2014 berjumlah 120 WP atau peningkatan sebesar 60%. Jadi peningkatan dari total jumlah surat perintah pemeriksaan yang terbit tahun 2013 adalah 181 WP dan di tahun 2014 adalah 231 WP atau peningkatan sebesar 27,6%.


(67)

2. Penyelesaian pemeriksaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam mengalami penurunan dan peningkatan, yaitu pemeriksaan rutin di tahun 2013 berjumlah 89 WP dan tahun 2014 berjumlah 70 WP atau penurunan sebesar 21,34%. Pemeriksaan khusus di tahun 2013 berjumlah 68 WP dan di tahun 2014 berjumlah 73 WP atau mengalami peningkatan sebesar 7,35%. Dari total jumlah wajib pajak 2013 berjumlah 157 WP dan di tahun 2014 berjumlah 143 WP atau penurunan sebesar 8,91%. Jadi dapat disimpulkan bahwa penyelesaian pemeriksaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam mengalami penurunan dan hal ini dapat dinilai baik, karena meningkatnya kesadaran Wajib Pajak setelah dilakukan pemeriksaan di tahun sebelumnya.

3. Penyelesaian Pemeriksaan Rutin menunjukkan bahwa di tahun 2013 Surat Perintah Pemeriksaan yang terbit 106 WP dan setelah dilakukan pemeriksaan menjadi 89 WP atau mengalami penurunan sebesar 83,96%. Di tahun 2014 Surat Perintah Pemeriksaan yang terbit 111 WP dan setelah dilakukan pemeriksaan menjadi 70 WP atau mengalami penurunan sebesar 63,06%.

4. Penyelesaian Pemeriksaan Khusus menunjukkan bahwa di tahun 2013 Surat Perintah Pemeriksaan yang terbit 75 WP dan setelah dilakukan pemeriksaan menjadi 68 WP atau mengalami penurunan sebesar 90,66%. Di tahun 2014 Surat Perintah Pemeriksaan yang


(68)

terbit 120 WP dan setelah dilakukan pemeriksaan menjadi 73 WP atau penurunan sebesar 60,83%.

5. Adapun yang menjadi kendala pemeriksaan pajak (Fiskus) saat melakukan pemeriksaan adalah Alamat dari Wajib Pajak yang dituju atau yang tertera pada Surat Perintah Pemeriksaan tidak selamanya valid, Wajib Pajak mengelak untuk bertemu dengan Fiskus, dalam hal permintaan buku, catatan maupun dokumen – dokumen yang diperlukan oleh Fiskus untuk melakukan pemeriksaan, dan sering sekali Wajib Pajak tidak memenuhi seluruh dokumen yang dibutuhkan oleh Fiskus.

B. Saran

1. Memberikan himbauan kepada Tim Account Representativ sebagai pengawas dan tempat konsultasi Wajib pajak untuk rajin melakukan penyuluhan dan update profil setiap Wajib Pajak;

2. Dalam hal Wajib Pajak tidak bersedia bertemu langsung dengan pemeriksa Pajak berdasarkan Undang – Undang pemeriksa boleh mengirimkan Surat Perintah Pemeriksaan melaui Via Pos atau fax-mail;

3. Pemeriksa Pajak melakukan tindakan prosedural terkait peminjaman buku, cacatan, dokumen – dokumen berupa Surat Peminjaman 1, Surat Peminjaman 2, berita acara tidak terpenuhinya dokumen atau terpenuhinya sebagian;


(69)

4. Dalam hal pemeriksa pajak kehabisan waktu dalam mengetik ulang hardcopy atas data yang diberikan Wajib Pajak, Pemeriksa Pajak dapat menggunakan anak magang dalam perekaman data;

5. Saat Wajib Pajak menolak untuk datang ke Kantor Pelayanan Pajak maka pemeriksa Pajak dapat melakukan konfirmasi kepihak ketiga yang masih berhubungan dengan Wajib Pajak;

6. Ketika Wajib Pajak menolak untuk menerima Hasil Pemeriksaan, Pihak Kantor dapat mengirimkan Laporan Hasil Pemeriksaan Via Pos atau Fax-mail;

7. Dalam hal Wajib Pajak tidak setuju dengan Pajak yang ditetapkan dalam Laporan Hasil pemeriksaan , pemeriksa dapat menjelaskan dengan upaya maksimal, detail, memiliki bukti yang kuat, dan menyelasaikan secara sahabat;

8. Jika nota hitung diterbitkan akan tetapi Wajib pajak tidak membayar dengan tepat waktu, maka pemeriksa Pajak dapat menindaklanjuti serta mengubah pola pikir dan pandangan negatif Wajib Pajak.


(70)

DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti, 2012, Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta.

Suandy, Erly, 2011, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.

Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor : SE-28/PJ/2013 tentang Kebijakan Pemeriksaan Direktur Jendral Pajak.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak

Peraturan Menteri Keuangan Nomor SE-48/PJ/2012 tentang Kebijakan Pelaksanaan Verifikasi.


(1)

dengan upaya maksimal, detail, memiliki bukti yang kuat, dan menyelasaikan secara sahabat;

8. Jika nota hitung diterbitkan akan tetapi Wajib pajak tidak membayar dengan tepat waktu , maka pemeriksa Pajak dapat menindaklanjuti serta mengubah pola pikir dan pandangan negatif Wajib Pajak.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab – bab sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Perkembangan penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam selama 2 tahun terakhir meningkat, yaitu jumlah Wajib Pajak yang akan dilakukan pemeriksaan berdasarkan jumlah surat perintah yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Lubuk Pakam adalah dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami peningkatan, yaitu pada jumlah wajib pajak pemeriksaan rutin di tahun 2013 berjumlah 106 WP dan di tahun 2014 berjumlah 111 WP atau peningkatan sebesar 4,71%. Sedangkan pada pemeriksaan khusus juga mengalami peningkatan yaitu jumlah wajib pajak pada tahun 2013 berjumlah 75 WP dan di tahun 2014 berjumlah 120 WP atau peningkatan sebesar 60%. Jadi peningkatan dari total jumlah surat perintah pemeriksaan yang terbit tahun 2013 adalah 181 WP dan di tahun 2014 adalah 231 WP atau peningkatan sebesar 27,6%.


(3)

2. Penyelesaian pemeriksaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam mengalami penurunan dan peningkatan, yaitu pemeriksaan rutin di tahun 2013 berjumlah 89 WP dan tahun 2014 berjumlah 70 WP atau penurunan sebesar 21,34%. Pemeriksaan khusus di tahun 2013 berjumlah 68 WP dan di tahun 2014 berjumlah 73 WP atau mengalami peningkatan sebesar 7,35%. Dari total jumlah wajib pajak 2013 berjumlah 157 WP dan di tahun 2014 berjumlah 143 WP atau penurunan sebesar 8,91%. Jadi dapat disimpulkan bahwa penyelesaian pemeriksaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam mengalami penurunan dan hal ini dapat dinilai baik, karena meningkatnya kesadaran Wajib Pajak setelah dilakukan pemeriksaan di tahun sebelumnya.

3. Penyelesaian Pemeriksaan Rutin menunjukkan bahwa di tahun 2013 Surat Perintah Pemeriksaan yang terbit 106 WP dan setelah dilakukan pemeriksaan menjadi 89 WP atau mengalami penurunan sebesar 83,96%. Di tahun 2014 Surat Perintah Pemeriksaan yang terbit 111 WP dan setelah dilakukan pemeriksaan menjadi 70 WP atau mengalami penurunan sebesar 63,06%.

4. Penyelesaian Pemeriksaan Khusus menunjukkan bahwa di tahun 2013 Surat Perintah Pemeriksaan yang terbit 75 WP dan setelah dilakukan pemeriksaan menjadi 68 WP atau mengalami penurunan sebesar 90,66%. Di tahun 2014 Surat Perintah Pemeriksaan yang


(4)

terbit 120 WP dan setelah dilakukan pemeriksaan menjadi 73 WP atau penurunan sebesar 60,83%.

5. Adapun yang menjadi kendala pemeriksaan pajak (Fiskus) saat melakukan pemeriksaan adalah Alamat dari Wajib Pajak yang dituju atau yang tertera pada Surat Perintah Pemeriksaan tidak selamanya valid, Wajib Pajak mengelak untuk bertemu dengan Fiskus, dalam hal permintaan buku, catatan maupun dokumen – dokumen yang diperlukan oleh Fiskus untuk melakukan pemeriksaan, dan sering sekali Wajib Pajak tidak memenuhi seluruh dokumen yang dibutuhkan oleh Fiskus.

B. Saran

1. Memberikan himbauan kepada Tim Account Representativ sebagai pengawas dan tempat konsultasi Wajib pajak untuk rajin melakukan penyuluhan dan update profil setiap Wajib Pajak;

2. Dalam hal Wajib Pajak tidak bersedia bertemu langsung dengan pemeriksa Pajak berdasarkan Undang – Undang pemeriksa boleh mengirimkan Surat Perintah Pemeriksaan melaui Via Pos atau fax-mail;

3. Pemeriksa Pajak melakukan tindakan prosedural terkait peminjaman buku, cacatan, dokumen – dokumen berupa Surat Peminjaman 1, Surat Peminjaman 2, berita acara tidak terpenuhinya dokumen atau terpenuhinya sebagian;


(5)

4. Dalam hal pemeriksa pajak kehabisan waktu dalam mengetik ulang hardcopy atas data yang diberikan Wajib Pajak, Pemeriksa Pajak dapat menggunakan anak magang dalam perekaman data;

5. Saat Wajib Pajak menolak untuk datang ke Kantor Pelayanan Pajak maka pemeriksa Pajak dapat melakukan konfirmasi kepihak ketiga yang masih berhubungan dengan Wajib Pajak;

6. Ketika Wajib Pajak menolak untuk menerima Hasil Pemeriksaan, Pihak Kantor dapat mengirimkan Laporan Hasil Pemeriksaan Via Pos atau Fax-mail;

7. Dalam hal Wajib Pajak tidak setuju dengan Pajak yang ditetapkan dalam Laporan Hasil pemeriksaan , pemeriksa dapat menjelaskan dengan upaya maksimal, detail, memiliki bukti yang kuat, dan menyelasaikan secara sahabat;

8. Jika nota hitung diterbitkan akan tetapi Wajib pajak tidak membayar dengan tepat waktu, maka pemeriksa Pajak dapat menindaklanjuti serta mengubah pola pikir dan pandangan negatif Wajib Pajak.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti, 2012, Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta.

Suandy, Erly, 2011, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.

Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor : SE-28/PJ/2013 tentang Kebijakan Pemeriksaan Direktur Jendral Pajak.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak

Peraturan Menteri Keuangan Nomor SE-48/PJ/2012 tentang Kebijakan Pelaksanaan Verifikasi.