Perbandingan Efektivitas Aspirin, Propolis, dan Bee Pollen sebagai Antiplatelet Berdasarkan Waktu Perdarahan pada Mencit

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Hemostasis adalah urutan kejadian dari respon tubuh untuk menghentikan suatu
perdarahan. Ketika pembuluh darah mengalami kerusakan atau pecah, respon
hemostasis harus bersifat segera, terlokalisir pada area yang mengalami kerusakan, dan
terkontrol secara teliti agar respon tersebut menjadi efektif. Terdapat tiga mekanisme
utama pada proses hemostasis : vascular spasm (spasme pembuluh darah), platelet plug
formation (agregasi platelet), dan blood clotting (penggumpalan darah). Jika ketiga

mekanisme ini berhasil dengan sempurna, maka hemostasis dapat menghentikan
perdarahan yang terjadi (Tortora, 2009).
Hemostasis secara umum ikut berperan penting dalam membantu menjaga
keadaan homeostasis cairan tubuh, terutama untuk mencegah terjadinya kehilangan
darah dalam jumlah yang besar pada saat terjadi kerusakan maupun ruptur dari
pembuluh darah. Namun, jika terjadi secara abnormal, proses hemostasis terutama
mekanisme blood clotting (penggumpalan darah) dapat menyebabkan gangguan yang
bersifat fatal. Gumpalan darah terkadang dapat terbentuk di dalam sistem

kardiovaskuler tanpa adanya kerusakan pembuluh darah (biasanya pada vena). Kondisi
ini disebut thrombosis. Gumpalan itu sendiri, disebut dengan thrombus, dapat
menghambat aliran darah yang menuju pembuluh darah dengan diameter lebih kecil.
Hal ini akan berakibat fatal jika aliran yang terhambat adalah pembuluh darah yang
menuju organ vital (Tortora, 2009).
Thrombosis sering terjadi pada pasien yang mempunyai riwayat penyakit jantung

dan kelainan pada pembuluh darah, misalnya pada pasien dengan Transient Ischemic
Attack (TIA), stroke, myocardial infarction, Penyakit Jantung Koroner (PJK), yang

dapat digolongkan sebagai CVD (cardiovascular disease). CVD merupakan salah satu
penyebab kematian terbesar di dunia, yaitu dengan 17,5 juta kematian atau sekitar 46%
dari seluruh kasus kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) pada tahun 2012.

2

Di Indonesia sendiri, tingkat kematian akibat CVD mencapai 371 kematian per 100.000
jiwa pada tahun 2012 (WHO, 2012).
Pemberian terapi antiplatelet efektif terhadap penanganan pasien dengan CVD
baik pada pemberian jangka pendek maupun jangka panjang (Peters et al, 2003). Selain

itu, pemberian terapi antiplatelet bisa mengurangi angka kejadian CVD hingga 25%
pada pasien yang berisiko tinggi (Baigent, et al., 2002).
Aspirin sebagai salah satu obat antiplatelet telah disetujui oleh FDA untuk
digunakan sebagai profilaksis primer CVD (Katzung, 2012). Menurut penelitian,
pemberian aspirin per oral dengan dosis 100 mg dalam dosis tunggal cukup untuk
menghambat terjadinya agregasi platelet (Peters, et al., 2003). Aspirin, atau
Acetylsalicylic acid (ASA) bekerja menghambat sintesis tromboxan A2 (TXA2) dengan

cara menghambat secara ireversibel enzim siklooksigenase (COX). Penghambatan
sintesis TXA2 ini mengakibatkan terjadinya pengurangan agregasi platelet. Namun,
aspirin ditengarai memiliki banyak efek samping. Pada dosis biasa, efek samping
aspirin yang utama adalah gangguan lambung (intoleransi) dan ulkus lambung serta
duodenum (Katzung, 2012).
Pada saat ini, di bidang kesehatan sendiri telah terjadi sedikit pergeseran
paradigma. Hal tersebut bisa dilihat dari peningkatan minat terhadap pengobatan ala
timur (pengobatan herbal), dari yang sebelumnya seakan didominasi oleh pengobatan
yang berpedoman pada negara-negara barat (Verkerk, 2009). Dewasa ini sedang sangat
maraknya penggunaan produk herbal yang diyakini memiliki efek samping yang lebih
minimal. Dalam beberapa tahun terakhir telah banyak dilakukan penelitian ilmiah
terhadap produk-produk herbal, dan tidak sedikit diantaranya memang terbukti

memiliki khasiat, tidak terkecuali terhadap produk-produk herbal yang dianggap
memiliki efek antiplatelet. Penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa
propolis, salah satu produk perlebahan, memiliki efek antiplatelet (Chen, et al., 2007).
Uraian diatas telah menginspirasi peneliti, sehingga tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai perbandingan efek antiplatelet pada bee pollen dan propolis dalam
hal ini produk perlebahan, dengan aspirin pada mencit.

3

1.2. Rumusan Masalah
Trombosis yang sering terjadi terutama pada pasien dengan penyakit jantung dan
pembuluh darah sangat berisiko untuk menimbulkan kematian. Selama ini
Aspirin adalah agen antiplatelet yang digunakan sebagai profilaksis untuk
mencegah kejadian trombosis. Namun seperti obat-obat kimiawi lainnya, Aspirin
diketahui memiliki banyak efek samping. Pada saat yang bersamaan, banyak
penelitian yang telah membuktikan bahwa beberapa produk alami seperti
propolis juga menganduk efek antiplatelet dengan efek samping yang lebih
minimal. Dengan demikian, masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Benarkah terdapat efek antiplatelet pada produk perlebahan terutama
propolis dan bee pollen

2. Bagaimanakah perbandingan efektivitas propolis dan bee pollen sebagai
alternatif agen antiplatelet dengan aspirin sebagai antiplatelet standar

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektivitas propolis dan bee pollen sebagai agen antiplatelet
pada ekor mencit

1.3.2. Tujuan Khusus






Dibuktikan adanya pemanjangan waktu perdarahan pada ekor mencit
setelah pemberian propolis
Dibuktikan adanya pemanjangan waktu perdarahan pada ekor mencit
setelah pemberian bee pollen
Diketahuinya perbandingan rerata waktu perdarahan pada ekor mencit

dengan pemberian propolis dan aspirin
Diketahuinya perbandingan rerata waktu perdarahan pada ekor mencit
dengan pemberian bee pollen dan kelompok kontrol

4

1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.


Bagi Peneliti
Dapat memberikan pengetahuan dan informasi tentang efektivitas propolis
dan bee pollen sebagai antiplatelet dan menjadi suatu pengalaman dalam



mengembangkan kemampuan peneliti di bidang penelitian kesehatan.
Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan acuan atau dasar perkembangan informasi bagi peneliti lain
khususnya tentang efektifitas propolis dan bee pollen sebagai obat

antiplatelet alternatif pada mencit. Selain itu juga sebagai pelopor untuk



nantinya mungkin akan diteliti lebih lanjut pada manusia.
Bagi Masyarakat
Bila terbukti bahwa efektivitas propolis dan bee pollen sebagai antiplatelet
tidak lebih inferior bila dibandingkan dengan aspirin, maka pemakaiannya
dapat dipertimbangkan sebagai terapi alternatif dari aspirin untuk
penanganan maupun profilaksis terhadap pasien-pasien maupun orang
yang berisiko menderita penyakit jantung dan pembuluh darah.