Hubungan Komunikasi Verbal dan Non Verbal oleh Bidan dengan Tingkat Kepuasan Ibu Nifas di RSIA Sri Ratu Medan

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tingkat Kepuasan Ibu Nifas 1. Definisi Kepuasan

Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas; merasa senang; perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya). Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa (Purwanto, 2007, ¶ 1).

Kepuasan adalah perasaan senang, puas individu karena antara harapan dan kenyataan dalam memakai dan pelayanan yang diberikan terpenuhi. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan (Purwanto, 2007, ¶ 3).

Kepuasan ibu ibu nifas adalah suatu tingkat perasaan yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah membandingkannya dengan apa yang diharapkannya (Pohan, 2006).

2. Definisi Ibu Nifas

Waktu tertentu setelah melahirkan anak dalam bahasa Latin disebut puerperium, yaitu puer artinya bayi dan parous artinya melahirkan. Puerperium berarti masa setelah malahirkan bayinya (Bahiyatum,2009).


(2)

Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu- minggu pertama setelah kelahiran. Lamanya periode ini “tidak pasti”, sebagian besar menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu (Cunningham G.F, 2012).

Menurut Sarwono Wiknjosastro masa nifas (puerperium) mulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula atau sebelum hamil, yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Menurut Manuaba masa nifas adalah 2 jam setelah persalinan sampai 42 hari pascapartum (6 minggu).

Menurut Hanifa Wiknjosastro masa nifas adalah dimulai setelah persalinan selesai dan berakhir setalah kira-kira 6 minggu.

Menurut Varney (1997) masa nifas adalah masa pemulihan, mulai dari partus selesai sampai kembalinya alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lama masa nifas adalah 6-8 minggu. Dalam masyarakat Indonesia, masa nifas juga disebut periode 40 hari.

3. Pengukuran Tingkat Kepuasan Ibu Nifas

Bertolak dari pengertian tingkat kepuasan pasien yang dijelaskan di atas, ada dua komponen yang akan mempengaruhi tingkat kepuasan pasien yaitu komponen harapan pasien dan komponen kinerja layanan kesehatan. Banyak cara pengukuran tingkat kepuasan pasien, tetapi yang akan dijelaskan berikut adalah salah satu cara pengukuran kepuasan pasien berdasarkan kinerja layanan kesehatan yang terdiri atas 5 dimensi mutu jasa pelayanan


(3)

1) Keandalan (reliability) yaitu kemampuan bidan untuk memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan, terpercaya, akurat dan konsisten.

2) Ketanggapan (responsiveness) yaitu kemauan dari bidan untuk membantu

pasien dan memberikan jasa dengan cepat dan bermakna serta kesediaan mendengarkan dan mengatasi keluhan yang diajukan pasien.

3) Jaminan (assurance) yaitu berupa kemampuan bidan untuk menimbulkan

keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada pasien.

4) Empati (empaty) yaitu bidan untuk lebih peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada pasien.

5) Berwujud (tangible) yaitu berupa penampilan bidan dalam berkomunikasi. Kepuasan terhadap pelayanan kesehatan akan dinyatakan melalui hal sebagai berikut (Fais dan Sitti Saleha, 2009,¶ 7 ):

1) Komunikasi dari mulut ke mulut

Informasi yang diperoleh dari pasien atau masyarakat yang memperoleh pelayanan yang memuaskan ataupun tidak, akan menjadi informasi yang dapat digunakan sebagai referensi untuk menggunakan atau memilih jasa pelayanan kesehatan tersebut.

2) Kebutuhan pribadi

Pasien atau masyarakat selalu membutuhkan pelayanan kesehatanyang tersedia sebagai kebutuhan pribadi yang tersedia pada waktu dan tempat sesuai dengan kebutuhan. Pasien atau masyarakat mengharapkan adanya


(4)

kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan baik dalam keadaan biasa ataupun gawat darurat.

3) Pengalaman masa lalu

Pasien atau masyarakat yang pernah mendapatkan pelayanan kesehatan yang memuaskan akan kembali ke pelayanan kesehatan yang terdahulu untuk memperoleh layanan yang memuaskan sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan pengalaman masa lalu.

4) Komunikasi eksternal

Sosialisasi yang luas dari sistem pelayanan kesehatan mengenai fasilitas, sumber daya manusia, serta kelebihan-kelebihan yang dimiliki suatu institusi pelayanan kesehatan akan mempengaruhi pemakaian jasa pelayanan oleh masyarakat atau pasien.

Menurut Syafruddin (2011) puas atau tidak puasnya seseorang tergantung pada :

a. Sikapnya terhadap ketidaksesuaian (rasa senang atau tidak senang)

b. Tingkatan dari pada evaluasi “baik atau tidak” untuk dirinya, melebihi

atau dibawah standar.

Ada tiga tingkat kepuasan pelanggan menurut Syafruddin (2011, hlm 63) yaitu:

a. Bila penampilan kurang dari harapan, pelanggan tidak puas


(5)

c. Bila penampilan melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang. Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman buruknya (dimaspramu, ¶ 1).

Pengukuran tingkat kepuasan pasien dapat dilakukan dengan membuat

kuesioner. Kemudian pasien diminta menilai setiap aspek, sesuai dengan kebutuhan bagi pasien yang bersangkutan. Jika apa yang diterima sesuai dengan harapan pasien maka dikatakan bahwa pasien puas, tetapi bila yang diterima tidak sesuai dengan harapan pasien maka pasien tidak puas.

4. Dimensi Kepuasan

Dimensi kepuasan pasien dapat dibedakan atas dua macam yaitu( Syafrudin,2009).

a. Kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik serta standar pelayanan

profesi kebidanan. Kepuasan yang dimaksud pada dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan mengenai:

a)Hubungan bidan dengan pasien

b)Kenyamanan pelayanan

c)Kebebasan melakukan pilihan

d)Pengetahuan dan kompetensi tekhnis (scientific knowledge dan technical skill)


(6)

e)Efektifitas pelayanan (effectiveness)

b. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan

kebidanan. Suatu pelayanan yang dikatakan bermutu bila penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan dapat memuaskan pasien. Ukuran pelayanan kebidanan yang bermutu adalah:

a)Ketersediaan pelayanan kebidanan (available) b)Kewajaran pelayanan kebidanan (appropriate)

c)Kesinambungan pelayanan kebidanan (continue)

d)Penerimaan jasa pelayanan kebidanan (acceptable) e)Ketercapaian pelayanan kebidanan (accessible) f)Keterjangkauan pelayanan kebidanan (affordable) g)Efisiensi pelayanan kebidanan (efficient)

h)Mutu pelayanan kebidanan (quality)

5. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Kepuasan Aspek yang dapat mempengaruhi kepuasan yaitu;

1) Karakteristik produk

Produk ini merupakan kepemilikan rumah sakit yang bersifat fisik antara lain bangunan dan dekorasi. Karakteristik produk rumah sakit meliputi penampilan bangunan rumah sakit, kebersihan dan tipe kelas kamar yang disediakan beserta kelengkapannya.


(7)

2) Harga

Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas guna mencapai kepuasan pasien.

3) Pelayanan

Kecepatan petugas dalam memberikan pelayanan. Dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih dan memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang berkunjung. Kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.

4) Lokasi

Meliputi letak kamar dan lingkungannya. Merupakan salah satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam memilih BPS. Umumnya semakin dekat BPS dengan pusat perkotaan atau yang mudah dijangkau, mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin menjadi pilihan bagi pasien yang membutuhkan BPS tersebut.

5) Fasilitas

Kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan pilihan kepuasan pasien.

6) Image

Citra, reputasi dan kepedulian rumah sakit terhadap lingkungan. Image juga memegang peranan penting terhadap kepuasan pasien dimana pasien memandang rumah sakit mana yang akan dibutuhkan untuk proses penyembuhan.


(8)

7) Desain Visual

Meliputi dekorasi ruangan dan desain jalan yang tidak rumit

8) Suasana

Meliputi keamanan, keakraban dan tata lampu

9) Komunikasi

Tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan keluhan-keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan-keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat diterima oleh bidan dalam memberikan bantuan terhadap keluhan pasien (Purwanto, 2007, ¶ ).

B. Komunikasi

1. Definisi Komunikasi

Dalam perilaku manusia, komunikasi merupakan proses khusus dan bermakna. Pada profesi kebidanan, komunikasi merupakan metode utama dalam memberikan asuhan kebidanan (Uripni, 2003).

Salah satu cara terbaik untuk memahami komunikasi adalah dengan menerangkan arti komunikasi. Kata “komunikasi” (communication) berasal dari bahasa latin “communicatio” yang berarti “bersama-sama dengan” atau “bersatu dengan orang lain” (Liliweri, 2007).

Beberapa ahli menyampaikan pengertian komunikasi. Taylor (1993) mengemukakan komunikasi adalah proses pertukaran informasi. Burgess (1988) mengemukakan komunikasi adalah proses penyampaian informasi, makna, dan pemahaman dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Yuwono (1985) mengemukakan komunikasi adalah kegiatan


(9)

mengajukan pengertian yang diinginkan dari pengirim informasi kepada penerima informasi dan menimbulkan tingkah laku yang diinginkan penerima informasi (Uripni, dkk. 2003: 5).

Ketiga pengertian diatas, intinya adalah komunikasi merupakan seni penyampaian informasi (pesan, ide, sikap, gagasan) dari komunikator atau penyampai berita, untuk mengubah serta membentuk perilaku komunikan atau penerima berita (pola, sikap, pandangan, dan pemahamannya) ke pola dan pemahaman yang dikehendaki bersama (Uripni, 2003).

Secara sederhana, komunikasi merupakan salah satu proses pertukaran informasi yang memberikan atau menimbulkan arti. Dalam proses komunikasi terdapat penambahan pengertian antara pemberi dengan penerima informasi. Akan tetapi, dalam komunikasi tidak hanya sekedar pertukaran informasi, juga memiliki gagasan atau perasaan yang diungkapkan melalui percakapan, tulisan, ekspresi atau bahasa tubuh ( Pieter HZ, 2012).

2. Tujuan dan Fungsi Komunikasi

Komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melancarkan, melaksanakan

kegiatan tertentu dalam mencapai suatu tujuan. Artinya dalam proses komunikasi, terjadi suatu pengertian yang diinginkan bersama sehingga tujuan lebih mudah tercapai (Uripni, 2003).


(10)

Tujuan komunikasi dalam praktik kebidanan mencakup 3 yaitu :

a. Menemukan

b. Untuk berhubungan

c. Untuk meyakinkan ( Pieter HZ, 2012).

Ada lima kategori fungsi utama komunikasi, yaitu:

a. Sumber atau pengirim menyebarluaskan informasi agar dapat diketahui

penerima.

b. Sumber menyebarluaskan informasi dalam rangka mendidik penerima.

c. Sumber memberikan instruksi agar dilaksanakan penerima.

d. Sumber memengaruhi konsumen dengan informasi yang persuasif untuk

mengubah persepsi, sikap dan perilaku penerima.

e. Sumber menyebarluaskan informasi untuk menghibur sambil

memengaruhi penerima (Liliweri, 2007). 3. Komponen-Komponen Komunikasi

Salah satu cara bidan untuk melakukan interaksi dengan klien atau kerabat keluarganya klien adalah melalui komunikasi. Namun, untuk mencapai atau membangun komunikasi maka diperlukan komponen- komponen komunikasi. Komunikasi tidak akan terbentuk jika tidak memiliki salah satu dari unsur- unsur komponen komunikasi ( Pieter HZ, 2012).


(11)

a. Komunikator (Pengirim Pesan)

Yaitu seseorang yang mempunyai inisiatif untuk menyampaikan pesan kepada orang lain dimana pesan tersebut disampaikan secara verbal maupun non verbal (Yulifah, 2009).

Peranan bidan sebagai seorang komunikator adalah untuk menciptakan suasana yang baik dalam proses komunikasi kebidanan ( Pieter HZ, 2012).

b. Komunikan (Penerima Pesan)

Yaitu seorang yang menerima pesan. Pengiriman dan penerimaan pesan terjadi secara bersamaan dan merupakan aktivitas dari pengirim pesan dan penerima pesan (Yulifah, 2009).

Robbinson J. dan Jones B. (1995) dalam buku Herri Zan P. (2012, hal. 17) mengatakan bahwa apabila semakin besar kesamaan bidang pengalaman komunikator dan komunikan, maka semakin besar kemungkinan pesan-pesan tersebut dimengerti sesuai dengan cara yang dikehendaki komunikator. Jawaban atau perbuatan dan perkataan komunikan merupakan feedback untuk memeriksa atau menilai apakah pesan itu dapat dimengerti.

c. Pesan

Adalah isi dari stimulus yang dikeluarkan komunikator kepada komunikan ( Pieter HZ, 2012). Pesan yang efektif adalah pesan yang jelas dan terorganisasi serta diekspresikan oleh pengirim pesan (Yulifah, 2009).


(12)

Pesan dalam praktik kebidanan yang efektif adalah pesan yang memiliki inti pengaruh dalam usaha membantu ibu, seperti informasi mengenai keterampilan dalam asuhan kebidanan, pertolongan ibu selama masa kehamilan, persalinan, dan pasca-persalinan ( Pieter HZ, 2012).

d. Media

Merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari komunikator kepada komunikan. Media komunikasi tersebar melalui media cetak atau ekektronik ( Pieter HZ, 2012).

4. Jenis – Jenis Komunikasi

Secara umum jenis-jenis komunikasi terdiri dari: 1) Komunikasi Verbal

Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam praktik kebidanan adalah berupa pertukaran informasi secara verbal yang lebih dikenal dengan komunikasi verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya yang terdiri dari kumpulan symbol (ide) yang digunakan, dipahami atau, diekspresikan oleh komunitasnya ( Pieter HZ, 2012, hlm 38).


(13)

1. Syarat efektivitasnya komunikasi verbal 1) Jelas dan ringkas

Semakin sedikit kata-kata yang digunakan, maka semakin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkan dengan jelas. Adapun cara yang dilakukan untuk meningkatkan kejelasan komunikasi antara lain:

a. Menggunakan contoh yang memberikan kedekatan maksud atau

arti dari pesan.

b. Mengulangi bagian- bagian yang penting dari pesan.

c. Komunikan mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa

dan dimana.

d. Ringkas, yakni dengan menggunakan kata- kata yang

mengekspresikan ide secara sederhana.

Contoh: “ katakan kepada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik daripada mengatakan “ saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak”.

2) Perbendaharaan kata

Banyak istilah teknis yang digunakan dalam kebidanan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh bidan, maka klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari


(14)

informasi penting. Oleh sebab itu, ucapkanlah pesan dengan istilah-istilah yang dimengerti klien.

3) Arti denotatif dan konotatif

Arti denotative memberikan pengertian yang sama terhadap kata- kata yang digunakan, sedangkan konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi bidan menggunakan makna kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, bidan harus hati- hati memilih kata- kata, sehingga tak mudah untuk disalah tafsirkan terutama saat menjelaskantujuan asuhan kebidanan.

4) Selaan dan kesempatan berbicara

Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin menimbulkan kesan bahwa bidan sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Selaan perlu digunakan untuk menekannkan pada hal- hal tertentu dan memberikan waktu kepada klien untuk mendengarkan serta memahami arti kata. Bidan bisa menanyakan kepada klien apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.


(15)

Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Apabila klien sedang menangis kesakitan, atau tidak tepatnya waktu untuk menjelaskan suatu resiko. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, bidan harus peka terhadap ketepatan untuk berkomunikasi.

6) Humor

Dengan tertawa akan membantu seseorang mengurangi ketegangan dan rasa sakitnya, terutama pada hal- hal yang disebabkan oleh stress. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan keberhasilan bidan dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien dapat dilakukannya dengan cara memberi senyuman dan hal- hal yang bersifat humor.

2. Keuntungan komunikasi verbal

a) Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu

b) Mudah dilakukan dan berlaku kapan saja menurut komunitasnya

c) Melalui kata-kata sebagai alat atau symbol untuk mengekspresikan ide

d) Mampu membangkitkan ungkapan perasaan atau respon emosional

e) Dapat menguraikan objek atau peristiwa secara mendalam berdasarkan

pada hal-hal yang diobservasi


(16)

3. Keterbatasan komunikasi verbal a) Keterbatasan jumlah kata-kata

b) Mengandung sifat ambigu

c) Mengandung bahasa budaya

d) Bercampur aduknya fakta- fakta, penafsiran dan penilaian ( Pieter HZ, 2012).

2) Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Bidan perlu menyadari pesan verbal atau pun non verbal yang disampaikan klien sejak mulai dari awal pengkajian sampai evaluasi asuhan kebidanan, karena isyarat non verbal menambah arti pesan verbal sehingga bias mendeteksi lebih awal dan menentukan kebutuhan asuhan kebidanan (Pieter HZ, 2012).

Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan bahasa lisan maupun tulisan, tetapi menggunakan bahasa kial, bahasa gambar dan bahasa sikap (Uripni, 2003).

Komunikasi nonverbal adalah penyampaian pesan tanpa menggunakan kata-kata. Bidan perlu menyadari pesan verbal dan non verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi (Yulifah, 2009).


(17)

1) Bahasa kial, merupakan bahasa yang menggunakan gerak tangan atau tubuh sebagai isyarat atau lukisan suatu perbuatan, gerakan tersebut mempunyai arti pesan dalam konteks komunikasi.

2) Bahasa gambar, merupakan bahasa yang mengekpresikan pesan dalam komunikasi dengan bentuk gambar. Bahasa gambar ini sering digunakan dalam bentuk rambu lalu lintas. Penyampaian pesan peraturan lalu lintas juga digunakan dalam pesan kesehatan. Contohnya tidak merokok karena dapat mengganggu kesehatan. Pesan tidak boleh merokok diekspresikan dalam gambar. Rokok yang menyala diberi tanda silang.

3) Bahasa sikap, merupakan bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau mengekspresikan pikiran dan perasaan atau pendirian. Misalnya, bungkam, dingin, dan tak acuh. Bahasa sikap yang menggambarkan sikap dingin, diekspresikan dengan pandangan mata kosong, tanpa adanya reaksi kial, tanpa peduli terhadap lingkungan sekitarnya, dan kondisi apatis. Bahasa sikap yang menunjukkan sikap dingin ini bisa terjadi pada klien yang mengalami kecemasan kompleks.

Bidan sebagai pelaku komunikasi kebidanan dalam pelayanan kebidanan harus tanggap terhadap pesan dalam komunikasi kebahasaan maupun komunikasi dengan bahasa kial (Uripni, 2003).

a. Cara menilai komunikasi non verbal (Pieter HZ, 2012).


(18)

Adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara komunikan dan komunikator, yaitu bagaimana pesan bisa mengungkapkan sikap dan perasaan komunikator kepada pendengarnya, seperti metakomunikasi tersenyum sekalipun dia sedang marah.

b) Penampilan personal

Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Penampilan fisik bidan juga bisa mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan dan asuhan yang akan diterimanya, karena setiap klien memiliki citra yang berbeda beda tentang bagaimana sepantasnya penampilan seorang bidan selaku orang yang berkompeten. Sekalipun penampilan diri tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan bidan.

c) Intonasi

Intonasi suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang akan dikirimkannya. Kondisi emosi seorang bidan secara langsung dapat memengaruhi tinggi rendahnya nada suara. Hal ini pada akhirnya dapat membentuk image baru bagi klien dan bertujuan menyamakan perasaan tertarik yang tulus kepada klien. Buruk atau baiknya hubungan bidan dengan klien sangat dipengaruhi intonasi nada suara, Misalnya intonasi suara bidan yang tidak pas dengan kondisi yang dialami klien.


(19)

d) Ekspresi wajah

Hasil suatu penelitian menunjukkan ada 6 bentuk keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah, yaitu ekspresi terkejut, takut, marah, jijik, bahagia, dan sedih. Salah satu cara untuk memahami ekspresi wajah bisa dilihat melalui kontak mata.

Seorang bidan yang bijak sebaiknya tidak menunjukkan cara-cara memandang yang bersifat kaku, artinya dia bisa mengekspresikan pandangannya, kapan dia menggunakan pandangannya kebawah dan kapan menegakkan pandangan keatas manakala dia sedang bicara dengan klien. Sebaiknya saat berbicara bidan duduk pada posisi sejajar sehingga bidan tidak tampak dominan bilamana terjadi kontak mata dengan klien.

e) Sikap tubuh dan langkah

Sikap tubuh dan style langkah seseorang menggambarkan sikap emosi, dinamikan psikologis, ataupun kondisi fisik. Melalui pemahaman sikap tubuh, bidan dapat mengumpulkan informasi yang bermanfaat dalam mengamati sikap tubuh dan langkah kliennya. Misalnya sikap tubuh bidan yang duduk bersandar dengan posisi telapak tangan diletakkan di atas kepala, bisa diinterpretasikan dia sedang memikirkan sesuatu.

f) Sentuhan

Sentuhan merupakan bagian komunikasi personal, dan sentuhan lebih bersifat spontan dari komunikasi nonverbal. Sentuhan merupakan bagian


(20)

yang penting hubungan bidan dengan klien. Perlu di sadari, keadaan sakit membuat klien tergantung kepada bidan untuk melakukan kontak interpersonal sehingga dia sulit untuk menghindari sentuhan.

Dalam komunikasi kebidanan, penyampaian pesan melalui sentuhan harus berdasarkan pada prinsip sikap kepedulian yang sungguh sungguh, berupa dukungan emosi, kasih sayang, atau rasa simpati, seperti berkomunikasi dengan kata kata yang lembut saat memandikan klien atau membantu klien saat mengenakan pakaian.

b. Betuk-bentuk komunikasi nonverbal (Pieter HZ, 2012). a) Kinestik

Merupakan bentuk penyampaian pesan non verbal yang di implementasikan seseorang dalam bentuk isyarat bahasa tubuh. Bentuk- bentuk pesan komunikasi non verbal kinestik terdiri dari ekspresi wajah, kontak mata, gaya tubuh.

b) Proksemik

Yaitu bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh ruang dan waktu antara komunikator dan komunikan. Adapun bentuk bentuk dari prosemik antara lain prosemik jarak, prosemik ruang, prosemik waktu.


(21)

Haptik sering kali disebut zero proxemics, merupakan bentuk pesan komunikasi non verbal yang tidak lagi dibatasi oleh jarak diantara komunikan dan komunikator. Istilah haptik menggambarkan bentuk penyampaian pesan komunikasi non verbal seperti sikap menepuk nepuk, meraba raba, memegang, mengelus dan mencubit.

d) Tampilan fisik tubuh

Tipe tubuh merupakan salah satu penyampaian pesan komunikasi non verbal yang diberikan komunikator kepada komunikan. Bentuk penampilan fisik memberikan warna pesan komunikasi yang berkolaborasi dengan kepribadian seseorang.

e) Paralinguistic

Adalah penggunaan suara suara sebagai ungkapan seseorang terhadap stimulus atau symbol verbal. Misalnya, bidan yang berlatar belakang budaya batak akan mengekspresikan emosi marah yang lebih atraktif dibandingkan dengan bidan yang berasal dari budaya jawa yang memiliki reaksi emosi yang tertutup. Akan tetapi, hal ini masih dalam kajian dan diskusi yang lebih mendalam lagi.

f) Artefak

Artefak dalam pesan komunikasi nonverbal menjelaskan tentang sejauh mana benda-benda atau objek objek yang ada dilingkungan sekitar kita digunakan sebagai bentuk ekspresi komunikator. Misalnya perbedaan


(22)

persepsi bidan pada saat klien datang berobat ke klinik kebidanan dengan mengendarai sepeda motor dengan klien yang mengendarai mobil. Disini, artefak komunikasi bidan memberikan nuansa perbedaan status ekonomi klien.

g) Warna

Pesan warna memberikan nuansa kondisi psikologis, ekspresi, dan dinamika kepribadian komunikator atau komunikan. Misalnya bidan yang senang menggunakan pakaian berwarna putih bisa di interprestasikan memiliki kesabaran, suka menolong, tulus, ikhlas dan rela dsb. Dan jika bidan mengenakan pakaian yang berwarna merah di interprestasikan sebagai orang agresif, cekatan, antusias, dan siap menghadapi resiko.

5. Metode Komunikasi

Komunikasi yang dilakukan pada umumnya mempunyai maksud dan tujuan yang diharapkan, hal ini terkait dengan metode yang digunakan untuk melakukan komunikasi yaitu(Uripni, 2003, hlm.14) :

1) Komunikasi informatika adalah metode komunikasi yang digunakan

untuk menyampaikan informasi secara umum.

2) Komunikasi persuasif adalah metode komunikasi yang bersifat

membujuk secara halus agar komunikan atau sasaran menjadi yakin dan mau mengikuti apa yang diinginkan oleh komunikator.


(23)

3) Komunikasi instruktif adalah metode komunikasi berupa arahan atau perintah untuk melakukan suatu tugas pekerjaan yang dimaksudkan oleh pihak pengirim.


(1)

Adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara komunikan dan komunikator, yaitu bagaimana pesan bisa mengungkapkan sikap dan perasaan komunikator kepada pendengarnya, seperti metakomunikasi tersenyum sekalipun dia sedang marah.

b) Penampilan personal

Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Penampilan fisik bidan juga bisa mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan dan asuhan yang akan diterimanya, karena setiap klien memiliki citra yang berbeda beda tentang bagaimana sepantasnya penampilan seorang bidan selaku orang yang berkompeten. Sekalipun penampilan diri tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan bidan.

c) Intonasi

Intonasi suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang akan dikirimkannya. Kondisi emosi seorang bidan secara langsung dapat memengaruhi tinggi rendahnya nada suara. Hal ini pada akhirnya dapat membentuk image baru bagi klien dan bertujuan menyamakan perasaan tertarik yang tulus kepada klien. Buruk atau baiknya hubungan bidan dengan klien sangat dipengaruhi intonasi nada suara, Misalnya intonasi suara bidan yang tidak pas dengan kondisi yang dialami klien.


(2)

d) Ekspresi wajah

Hasil suatu penelitian menunjukkan ada 6 bentuk keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah, yaitu ekspresi terkejut, takut, marah, jijik, bahagia, dan sedih. Salah satu cara untuk memahami ekspresi wajah bisa dilihat melalui kontak mata.

Seorang bidan yang bijak sebaiknya tidak menunjukkan cara-cara memandang yang bersifat kaku, artinya dia bisa mengekspresikan pandangannya, kapan dia menggunakan pandangannya kebawah dan kapan menegakkan pandangan keatas manakala dia sedang bicara dengan klien. Sebaiknya saat berbicara bidan duduk pada posisi sejajar sehingga bidan tidak tampak dominan bilamana terjadi kontak mata dengan klien.

e) Sikap tubuh dan langkah

Sikap tubuh dan style langkah seseorang menggambarkan sikap emosi, dinamikan psikologis, ataupun kondisi fisik. Melalui pemahaman sikap tubuh, bidan dapat mengumpulkan informasi yang bermanfaat dalam mengamati sikap tubuh dan langkah kliennya. Misalnya sikap tubuh bidan yang duduk bersandar dengan posisi telapak tangan diletakkan di atas kepala, bisa diinterpretasikan dia sedang memikirkan sesuatu.

f) Sentuhan


(3)

yang penting hubungan bidan dengan klien. Perlu di sadari, keadaan sakit membuat klien tergantung kepada bidan untuk melakukan kontak interpersonal sehingga dia sulit untuk menghindari sentuhan.

Dalam komunikasi kebidanan, penyampaian pesan melalui sentuhan harus berdasarkan pada prinsip sikap kepedulian yang sungguh sungguh, berupa dukungan emosi, kasih sayang, atau rasa simpati, seperti berkomunikasi dengan kata kata yang lembut saat memandikan klien atau membantu klien saat mengenakan pakaian.

b. Betuk-bentuk komunikasi nonverbal (Pieter HZ, 2012). a) Kinestik

Merupakan bentuk penyampaian pesan non verbal yang di implementasikan seseorang dalam bentuk isyarat bahasa tubuh. Bentuk- bentuk pesan komunikasi non verbal kinestik terdiri dari ekspresi wajah, kontak mata, gaya tubuh.

b) Proksemik

Yaitu bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh ruang dan waktu antara komunikator dan komunikan. Adapun bentuk bentuk dari prosemik antara lain prosemik jarak, prosemik ruang, prosemik waktu.


(4)

Haptik sering kali disebut zero proxemics, merupakan bentuk pesan komunikasi non verbal yang tidak lagi dibatasi oleh jarak diantara komunikan dan komunikator. Istilah haptik menggambarkan bentuk penyampaian pesan komunikasi non verbal seperti sikap menepuk nepuk, meraba raba, memegang, mengelus dan mencubit.

d) Tampilan fisik tubuh

Tipe tubuh merupakan salah satu penyampaian pesan komunikasi non verbal yang diberikan komunikator kepada komunikan. Bentuk penampilan fisik memberikan warna pesan komunikasi yang berkolaborasi dengan kepribadian seseorang.

e) Paralinguistic

Adalah penggunaan suara suara sebagai ungkapan seseorang terhadap stimulus atau symbol verbal. Misalnya, bidan yang berlatar belakang budaya batak akan mengekspresikan emosi marah yang lebih atraktif dibandingkan dengan bidan yang berasal dari budaya jawa yang memiliki reaksi emosi yang tertutup. Akan tetapi, hal ini masih dalam kajian dan diskusi yang lebih mendalam lagi.

f) Artefak

Artefak dalam pesan komunikasi nonverbal menjelaskan tentang sejauh mana benda-benda atau objek objek yang ada dilingkungan sekitar kita


(5)

persepsi bidan pada saat klien datang berobat ke klinik kebidanan dengan mengendarai sepeda motor dengan klien yang mengendarai mobil. Disini, artefak komunikasi bidan memberikan nuansa perbedaan status ekonomi klien.

g) Warna

Pesan warna memberikan nuansa kondisi psikologis, ekspresi, dan dinamika kepribadian komunikator atau komunikan. Misalnya bidan yang senang menggunakan pakaian berwarna putih bisa di interprestasikan memiliki kesabaran, suka menolong, tulus, ikhlas dan rela dsb. Dan jika bidan mengenakan pakaian yang berwarna merah di interprestasikan sebagai orang agresif, cekatan, antusias, dan siap menghadapi resiko.

5. Metode Komunikasi

Komunikasi yang dilakukan pada umumnya mempunyai maksud dan tujuan yang diharapkan, hal ini terkait dengan metode yang digunakan untuk melakukan komunikasi yaitu(Uripni, 2003, hlm.14) :

1) Komunikasi informatika adalah metode komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi secara umum.

2) Komunikasi persuasif adalah metode komunikasi yang bersifat membujuk secara halus agar komunikan atau sasaran menjadi yakin dan mau mengikuti apa yang diinginkan oleh komunikator.


(6)

3) Komunikasi instruktif adalah metode komunikasi berupa arahan atau perintah untuk melakukan suatu tugas pekerjaan yang dimaksudkan oleh pihak pengirim.