Hubungan Komunikasi Verbal dan Non Verbal oleh Bidan dengan Tingkat Kepuasan Ibu Nifas di RSIA Sri Ratu Medan

(1)

HUBUNGAN KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL OLEH

BIDAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU

NIFAS DI RUMAH SAKIT IBU DAN

ANAK SRI RATU MEDAN

JERNIHATI KRISNIAT HAREFA 135102074

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

Hubungan Komunikasi Verbal Dan Non Verbal Oleh Bidan Dengan Tingkat Kepuasan Ibu Nifas Di RSIA Sri Ratu Medan Tahun 2014

ABSTRAK

Latar Belakang: Adanya kualitas komunikasi verbal dan non verbal oleh bidan yang kurang baik, sehingga bidan menjadi kurang peka dan mampu menggali kebutuhan dan masalah ibu nifas, tidak tanggap terhadap perasaan ibu sehingga dapat menyebabkan ketidak puasan ibu nifas

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui Hubungan Komunikasi Verbal dan Non Verbal oleh Bidan dengan Tingkat Kepuasan Ibu Nifas di RSIA Sri Ratu Medan Tahun 2014 Metodologi: Penelitian ini bersifat deskriptif korelasional dengan pendekatan cross

sectional. Jumlah sampel 67 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan quota

sampling. Dilakukan di ruang nifas RSIA Sri Ratu Medan. Analisa data menggunakan

uji chi square

Hasil: Ada hubungan yang signifikan antara komunikasi verbal dan non verbal dengan tingkat kepuasan ibu nifas (p value=0,000 dengan α=0,05)

Kesimpulan: Bidan dapat berkomunikasi verbal dan non verbal dengan baik dan ada hubungan dengan kepuasan ibu nifas

Saran: Disarankan agar bidan menunjukkan raut wajah (ekspresi), senyuman yang manis dan ramah pada saat berkomunikasi, disertai dengan sedikit humor agar suasana tidak terlalu menegangkan, sehingga pasien dapat merasa puas.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Komunikasi Verbal dan Non Verbal oleh Bidan dengan Tingkat Kepuasan Ibu Nifas di RSIA Sri Ratu Medan” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat terwujud berkat bimbingan, masukan, arahan, dan bantuan moral maupun material dari berbagai pihak. Sehingga penulis dapat membuat karya tulis ini tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Dedi Ardianata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep.Ns.M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara

3. Ibu Dina Indarsita, SST.,SPd.,M.Kes selaku dosen pembimbing karya tulis ini ini yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini


(6)

4. Ibu Farida Linda Sari Siregar, M.Kep, sebagai penguji I yang telah banyak memberikan saran masukan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Dr Ichwanul Adenin SpOg (K), sebagai penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

7. Seluruh pihak RSIA SRI RATU Medan yang telah banyak membantu dan memfasilitasi penulis di tempat penelitian sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan baik dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan tepat waktu

8. Terkhusus kepada kedua orangtua penulis Ayahanda Y. Harefa dan Ibunda Y. Nazara tercinta dan ketiga saudara saya yang selalu memberikan motivasi dan dukungan, baik secara moril maupun materil serta dukungan doa kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan tepat waktu.

9. Buat teman-teman yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.


(7)

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang, semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2014 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

1. Tujuan Umum ... 3

2. Tujuan Khusus ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

1. Bagi Responden ... 4

2. Bagi Institusi Pendidikan ... 4

3. Bagi Tempat Penelitian ... 4

4. Bagi Peneliti ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kepuasan Ibu Nifas ... 6

1. Definisi Kepuasan ... 6

2. Definisi Ibu Nifas ... 6

3. Pengukuran Tingkat Kepuasan Ibu Nifas ... 7

4. Dimensi Kepuasan ... 10

5. Aspek yang Mempengaruhi Kepuasan ... 11

B. Komunikasi ... 12

1. Definisi Komunikasi ... 12

2. Tujuan Dan Fungsi Komunikasi ... 13

3. Komponen Komunikasi ... 14

4. Jenis-jenis Komunikasi ... 16

1). Komunikasi Verbal ... 16

2). Komunikasi Non Verbal ... 19

5. Metode Komunikasi ... 25

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL A. Kerangka Konseptual ... 26

B. Hipotesis ... 27


(9)

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 30

B. Populasi dan Sampel ... 30

C. Tempat Penelitian ... 31

D. Waktu Penelitian ... 31

E. Pertimbangan Etika Penelitian ... 31

F. Instrumen Penelitian ... 32

G. Uji Validitas dan Reabilitas ... 34

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 35

I. Pengelolaan Data ... 36

J. Analisa Data ... 37

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 38

1. Analisa Univariat ... 39

2. Analisa Bivariat ... 43

B. Pembahasan ... 45

C. Keterbatasan Penelitian ... 53

D. Implikasi Terhadap Pelayanan ... 53

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 28

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 39

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Bidan ... 40

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Komunikasi Verbal ... 41

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Komunikasi Non Verbal ... 41

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kepuasan ... 42

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Variabel Silang Komunikasi Verbal dengan Kepuasan Ibu Nifas ... 44

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Variabel Silang Komunikasi Non Verbal dengan Kepuasan Ibu Nifas ... 44


(11)

DAFTAR SKEMA


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Lembar Kuesioner

Lampiran 3 : Master Tabel

Lampiran 4 : Distribusi Frekuensi Variabel Berdasar Jawaban Responden Lampiran 5 : Hasil OutPut SPSS

Lampiran 6 : Surat Izin Data Penelitian Dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 7 : Balasan Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 : Lembar Konsultasi Lampiran 9 : Daftar Riwayat Hidup


(13)

Hubungan Komunikasi Verbal Dan Non Verbal Oleh Bidan Dengan Tingkat Kepuasan Ibu Nifas Di RSIA Sri Ratu Medan Tahun 2014

ABSTRAK

Latar Belakang: Adanya kualitas komunikasi verbal dan non verbal oleh bidan yang kurang baik, sehingga bidan menjadi kurang peka dan mampu menggali kebutuhan dan masalah ibu nifas, tidak tanggap terhadap perasaan ibu sehingga dapat menyebabkan ketidak puasan ibu nifas

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui Hubungan Komunikasi Verbal dan Non Verbal oleh Bidan dengan Tingkat Kepuasan Ibu Nifas di RSIA Sri Ratu Medan Tahun 2014 Metodologi: Penelitian ini bersifat deskriptif korelasional dengan pendekatan cross

sectional. Jumlah sampel 67 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan quota

sampling. Dilakukan di ruang nifas RSIA Sri Ratu Medan. Analisa data menggunakan

uji chi square

Hasil: Ada hubungan yang signifikan antara komunikasi verbal dan non verbal dengan tingkat kepuasan ibu nifas (p value=0,000 dengan α=0,05)

Kesimpulan: Bidan dapat berkomunikasi verbal dan non verbal dengan baik dan ada hubungan dengan kepuasan ibu nifas

Saran: Disarankan agar bidan menunjukkan raut wajah (ekspresi), senyuman yang manis dan ramah pada saat berkomunikasi, disertai dengan sedikit humor agar suasana tidak terlalu menegangkan, sehingga pasien dapat merasa puas.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa lepas dari kegiatan interaksi dan komunikasi. Komunikasi merupakan bagian integral kehidupan manusia, apapun statusnya dimasyarakat. Komunikasi yang mendasari bidang pelayanan kebidanan dikenal dengan komunikasi kebidanan (Uripni 2003, hlm.2).

Sebagaimana diketahui, klien atau pasien sering sekali menuntut pelayanan yang paripurna. Fakta menunjukkan bahwa keterampilan teknis medis semata tidak cukup untuk memberi pelayanan yang memuaskan klien. Upaya menghindari ketidakpuasan pasien yang diberikan oleh bidan, maka salah satu langkah bijaksana dengan meningkatkan keterampilan komunikasi yang efektif (Uripni 2003, hlm.2).

Selain gangguan fisik, pasien pada umumnya juga mengalami beban psikologik atau ketegangan jiwa. Dalam keadaan seperti ini, sebagian besar pasien akan sulit untuk melakukan komunikasi atau bekerjasama dengan penolong atau staf klinik (Sarwono, 2008, hlm, 39).

Empati, perhatian, dan perilaku positif penolong, dapat meringankan beban psikis pasien selama proses komunikasi berlangsung (Saifuddin, 2010).

Komunikasi yang baik akan sangat membantu terbinanya hubungan antarmanusia yang serasi diantara pasien dengan penolong. Keserasian hubungan


(15)

pasien- penolong, sangat diperlukan dalam memperoleh rasa saling percaya. Informasi yang diperoleh penting untuk membantu menentukan diagnosis, menjalankan proses, dan melakukan evaluasi hasil pengobatan (Saifuddin, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Linda (2011) didapatkan di ruang nifas RSKIA- Bandung bahwa komunikasi verbal oleh bidan 62,8 % baik, komunikasi non verbal 51,2 % baik, komunikasi verbal dan non verbal bidan 60,4 % baik dan tingkat kepuasan pasien terhadap komunikasi bidan 65,1 % menyatakan puas.

Hasil penelitian Yuristy 2013 di ruang nifas di RS TanaToraja menunjukkan bahwa 90 responden (95,7%) menyatakan baik terhadap perhatian petugas rumah sakit dan 4 responden (4,3%) yang menyatakan buruk. Hal menunjukkan bahwa sebagian besar pasien yang menjadi responden telah mendapat perhatian yang tulus dari para petugas kesehatan. Sebagian kecil responden yang menyatakan buruk terhadap perhatian petugas rumah sakit memiliki harapan untuk mendapatkan perhatian lebih dari para petugas kesehatan, misalnya petugas harus mampu untuk menghibur para pasien jika mereka gelisah dan dapat menerima keluhan pasien dengan baik. Beberapa pasien juga mengeluhkan tentang pelayanan petugas yang membeda-bedakan satus sosial di mana hanya sebagian orang saja yang mendapat perhatian khusus dan mendapat pelayanan ekstra saat dirawat di rumah sakit tersebut.

Kualitas komunikasi bidan yang rendah akan berdampak terhadap transfer pesan kepada klien yang kurang baik, bidan menjadi kurang peka dan kurang


(16)

mampu menggali kebutuhan dan masalah klien, tidak tanggap terhadap perasaan klien, klien tidak puas dan selanjutnya dapat diperkirankan kredibilitas bidan tersebut diragukan ( Ami, 2012, ¶ 4).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan diketahui jumlah ibu nifas di Kota Medan pada tahun 2011 sebanyak 42.205 orang (86,32 %), tahun 2012 sebanyak 38.211 orang (75,31%), dan tahun 2013 sebanyak 29.110 orang (56,7%).

Dari hasil survey awal di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu Medan, diketahui jumlah ibu nifas dari bulan Januari - Desember 2013 sebanyak 1033 orang, dan menurut data yang diperoleh tercatat jumlah ibu nifas pada 3 bulan terakhir yakni bulan September 85 orang, Oktober 88 orang, November 94 orang, dengan total jumlah sebanyak 267 orang.

Berdasarkan masalah diatas, penulis tertarik untuk mengetahui apakah ada Hubungan Komunikasi Verbal dan non Verbal oleh Bidan dengan Tingkat Kepuasan Ibu nifas di RSIA Sri Ratu Medan Tahun 2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut “Adakah Hubungan Komunikasi Verbal dan Non Verbal oleh Bidan dengan Tingkat Kepuasan Ibu Nifas di RSIA Sri Ratu Medan Tahun 2014.”.


(17)

C. Tujuan Penelitian 1. Umum

Untuk mengetahui Hubungan Komunikasi Verbal dan Non Verbal oleh Bidan dengan Tingkat Kepuasan Ibu Nifas di RSIA Sri Ratu Medan Tahun 2014”.

2. Khusus

Tujuan khusus penelitian dengan judul “Hubungan Komunikasi Verbal Dan Non Verbal Oleh Bidan Dengan Tingkat Kepuasan Ibu Nifas RSIA Sri Ratu Medan Tahun 2014” adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi verbal oleh bidan. 2. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi non verbal oleh bidan. 3. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kepuasan ibu nifas.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Responden

Diharapkan kepada ibu nifas untuk ikut berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas komunikasi verbal dan nonverbal bidan dengan cara memberikan saran atau masukan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan memberikan informasi tambahan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan bagi peserta didik


(18)

3. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan, informasi dan pertimbangan serta sekaligus sebagai bahan perencanaan peningkatan komunikasi efektif dalam pelayanan kesehatan yang lebih bermutu.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengalaman nyata dan tak terlupakan bagi peneliti tentang Komunikasi Verbal dan non Verbal oleh Bidan dengan Tingkat Kepuasan Ibu nifas di RSIA Sri Ratu Medan Tahun 2014.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tingkat Kepuasan Ibu Nifas 1. Definisi Kepuasan

Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas; merasa senang; perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya). Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa (Purwanto, 2007, ¶ 1).

Kepuasan adalah perasaan senang, puas individu karena antara harapan dan kenyataan dalam memakai dan pelayanan yang diberikan terpenuhi. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan (Purwanto, 2007, ¶ 3).

Kepuasan ibu ibu nifas adalah suatu tingkat perasaan yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah membandingkannya dengan apa yang diharapkannya (Pohan, 2006).

2. Definisi Ibu Nifas

Waktu tertentu setelah melahirkan anak dalam bahasa Latin disebut

puerperium, yaitu puer artinya bayi dan parous artinya melahirkan. Puerperium


(20)

Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu- minggu pertama setelah kelahiran. Lamanya periode ini “tidak pasti”, sebagian besar menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu (Cunningham G.F, 2012).

Menurut Sarwono Wiknjosastro masa nifas (puerperium) mulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula atau sebelum hamil, yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Menurut Manuaba masa nifas adalah 2 jam setelah persalinan sampai 42 hari pascapartum (6 minggu).

Menurut Hanifa Wiknjosastro masa nifas adalah dimulai setelah persalinan selesai dan berakhir setalah kira-kira 6 minggu.

Menurut Varney (1997) masa nifas adalah masa pemulihan, mulai dari partus selesai sampai kembalinya alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lama masa nifas adalah 6-8 minggu. Dalam masyarakat Indonesia, masa nifas juga disebut periode 40 hari.

3. Pengukuran Tingkat Kepuasan Ibu Nifas

Bertolak dari pengertian tingkat kepuasan pasien yang dijelaskan di atas, ada dua komponen yang akan mempengaruhi tingkat kepuasan pasien yaitu komponen harapan pasien dan komponen kinerja layanan kesehatan. Banyak cara pengukuran tingkat kepuasan pasien, tetapi yang akan dijelaskan berikut adalah salah satu cara pengukuran kepuasan pasien berdasarkan kinerja layanan kesehatan yang terdiri atas 5 dimensi mutu jasa pelayanan


(21)

1) Keandalan (reliability) yaitu kemampuan bidan untuk memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan, terpercaya, akurat dan konsisten.

2) Ketanggapan (responsiveness) yaitu kemauan dari bidan untuk membantu pasien dan memberikan jasa dengan cepat dan bermakna serta kesediaan mendengarkan dan mengatasi keluhan yang diajukan pasien.

3) Jaminan (assurance) yaitu berupa kemampuan bidan untuk menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada pasien.

4) Empati (empaty) yaitu bidan untuk lebih peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada pasien.

5) Berwujud (tangible) yaitu berupa penampilan bidan dalam berkomunikasi. Kepuasan terhadap pelayanan kesehatan akan dinyatakan melalui hal sebagai berikut (Fais dan Sitti Saleha, 2009,¶ 7 ):

1) Komunikasi dari mulut ke mulut

Informasi yang diperoleh dari pasien atau masyarakat yang memperoleh pelayanan yang memuaskan ataupun tidak, akan menjadi informasi yang dapat digunakan sebagai referensi untuk menggunakan atau memilih jasa pelayanan kesehatan tersebut.

2) Kebutuhan pribadi

Pasien atau masyarakat selalu membutuhkan pelayanan kesehatanyang tersedia sebagai kebutuhan pribadi yang tersedia pada waktu dan tempat sesuai dengan kebutuhan. Pasien atau masyarakat mengharapkan adanya


(22)

kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan baik dalam keadaan biasa ataupun gawat darurat.

3) Pengalaman masa lalu

Pasien atau masyarakat yang pernah mendapatkan pelayanan kesehatan yang memuaskan akan kembali ke pelayanan kesehatan yang terdahulu untuk memperoleh layanan yang memuaskan sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan pengalaman masa lalu.

4) Komunikasi eksternal

Sosialisasi yang luas dari sistem pelayanan kesehatan mengenai fasilitas, sumber daya manusia, serta kelebihan-kelebihan yang dimiliki suatu institusi pelayanan kesehatan akan mempengaruhi pemakaian jasa pelayanan oleh masyarakat atau pasien.

Menurut Syafruddin (2011) puas atau tidak puasnya seseorang tergantung pada :

a. Sikapnya terhadap ketidaksesuaian (rasa senang atau tidak senang)

b. Tingkatan dari pada evaluasi “baik atau tidak” untuk dirinya, melebihi atau dibawah standar.

Ada tiga tingkat kepuasan pelanggan menurut Syafruddin (2011, hlm 63) yaitu:

a. Bila penampilan kurang dari harapan, pelanggan tidak puas b. Bila penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas


(23)

c. Bila penampilan melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang. Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman buruknya (dimaspramu, ¶ 1).

Pengukuran tingkat kepuasan pasien dapat dilakukan dengan membuat kuesioner. Kemudian pasien diminta menilai setiap aspek, sesuai dengan kebutuhan bagi pasien yang bersangkutan. Jika apa yang diterima sesuai dengan harapan pasien maka dikatakan bahwa pasien puas, tetapi bila yang diterima tidak sesuai dengan harapan pasien maka pasien tidak puas.

4. Dimensi Kepuasan

Dimensi kepuasan pasien dapat dibedakan atas dua macam yaitu( Syafrudin,2009).

a. Kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik serta standar pelayanan profesi kebidanan. Kepuasan yang dimaksud pada dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan mengenai:

a)Hubungan bidan dengan pasien b)Kenyamanan pelayanan

c)Kebebasan melakukan pilihan

d)Pengetahuan dan kompetensi tekhnis (scientific knowledge dan technical skill)


(24)

e)Efektifitas pelayanan (effectiveness)

b. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan. Suatu pelayanan yang dikatakan bermutu bila penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan dapat memuaskan pasien. Ukuran pelayanan kebidanan yang bermutu adalah:

a)Ketersediaan pelayanan kebidanan (available) b)Kewajaran pelayanan kebidanan (appropriate) c)Kesinambungan pelayanan kebidanan (continue) d)Penerimaan jasa pelayanan kebidanan (acceptable) e)Ketercapaian pelayanan kebidanan (accessible) f)Keterjangkauan pelayanan kebidanan (affordable) g)Efisiensi pelayanan kebidanan (efficient)

h)Mutu pelayanan kebidanan (quality)

5. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Kepuasan Aspek yang dapat mempengaruhi kepuasan yaitu;

1) Karakteristik produk

Produk ini merupakan kepemilikan rumah sakit yang bersifat fisik antara lain bangunan dan dekorasi. Karakteristik produk rumah sakit meliputi penampilan bangunan rumah sakit, kebersihan dan tipe kelas kamar yang disediakan beserta kelengkapannya.


(25)

2) Harga

Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas guna mencapai kepuasan pasien.

3) Pelayanan

Kecepatan petugas dalam memberikan pelayanan. Dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih dan memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang berkunjung. Kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.

4) Lokasi

Meliputi letak kamar dan lingkungannya. Merupakan salah satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam memilih BPS. Umumnya semakin dekat BPS dengan pusat perkotaan atau yang mudah dijangkau, mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin menjadi pilihan bagi pasien yang membutuhkan BPS tersebut.

5) Fasilitas

Kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan pilihan kepuasan pasien.

6) Image

Citra, reputasi dan kepedulian rumah sakit terhadap lingkungan. Image juga memegang peranan penting terhadap kepuasan pasien dimana pasien memandang rumah sakit mana yang akan dibutuhkan untuk proses penyembuhan.


(26)

7) Desain Visual

Meliputi dekorasi ruangan dan desain jalan yang tidak rumit 8) Suasana

Meliputi keamanan, keakraban dan tata lampu 9) Komunikasi

Tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan keluhan-keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan-keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat diterima oleh bidan dalam memberikan bantuan terhadap keluhan pasien (Purwanto, 2007, ¶ ).

B. Komunikasi

1. Definisi Komunikasi

Dalam perilaku manusia, komunikasi merupakan proses khusus dan bermakna. Pada profesi kebidanan, komunikasi merupakan metode utama dalam memberikan asuhan kebidanan (Uripni, 2003).

Salah satu cara terbaik untuk memahami komunikasi adalah dengan menerangkan arti komunikasi. Kata “komunikasi” (communication) berasal dari bahasa latin “communicatio” yang berarti “bersama-sama dengan” atau “bersatu dengan orang lain” (Liliweri, 2007).

Beberapa ahli menyampaikan pengertian komunikasi. Taylor (1993) mengemukakan komunikasi adalah proses pertukaran informasi. Burgess (1988) mengemukakan komunikasi adalah proses penyampaian informasi, makna, dan pemahaman dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Yuwono (1985) mengemukakan komunikasi adalah kegiatan


(27)

mengajukan pengertian yang diinginkan dari pengirim informasi kepada penerima informasi dan menimbulkan tingkah laku yang diinginkan penerima informasi (Uripni, dkk. 2003: 5).

Ketiga pengertian diatas, intinya adalah komunikasi merupakan seni penyampaian informasi (pesan, ide, sikap, gagasan) dari komunikator atau penyampai berita, untuk mengubah serta membentuk perilaku komunikan atau penerima berita (pola, sikap, pandangan, dan pemahamannya) ke pola dan pemahaman yang dikehendaki bersama (Uripni, 2003).

Secara sederhana, komunikasi merupakan salah satu proses pertukaran informasi yang memberikan atau menimbulkan arti. Dalam proses komunikasi terdapat penambahan pengertian antara pemberi dengan penerima informasi. Akan tetapi, dalam komunikasi tidak hanya sekedar pertukaran informasi, juga memiliki gagasan atau perasaan yang diungkapkan melalui percakapan, tulisan, ekspresi atau bahasa tubuh ( Pieter HZ, 2012).

2. Tujuan dan Fungsi Komunikasi

Komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melancarkan, melaksanakan kegiatan tertentu dalam mencapai suatu tujuan. Artinya dalam proses komunikasi, terjadi suatu pengertian yang diinginkan bersama sehingga tujuan lebih mudah tercapai (Uripni, 2003).


(28)

Tujuan komunikasi dalam praktik kebidanan mencakup 3 yaitu :

a. Menemukan

b. Untuk berhubungan

c. Untuk meyakinkan ( Pieter HZ, 2012).

Ada lima kategori fungsi utama komunikasi, yaitu:

a. Sumber atau pengirim menyebarluaskan informasi agar dapat diketahui penerima.

b. Sumber menyebarluaskan informasi dalam rangka mendidik penerima. c. Sumber memberikan instruksi agar dilaksanakan penerima.

d. Sumber memengaruhi konsumen dengan informasi yang persuasif untuk mengubah persepsi, sikap dan perilaku penerima.

e. Sumber menyebarluaskan informasi untuk menghibur sambil memengaruhi penerima (Liliweri, 2007).

3. Komponen-Komponen Komunikasi

Salah satu cara bidan untuk melakukan interaksi dengan klien atau kerabat keluarganya klien adalah melalui komunikasi. Namun, untuk mencapai atau membangun komunikasi maka diperlukan komponen- komponen komunikasi. Komunikasi tidak akan terbentuk jika tidak memiliki salah satu dari unsur- unsur komponen komunikasi ( Pieter HZ, 2012).


(29)

a. Komunikator (Pengirim Pesan)

Yaitu seseorang yang mempunyai inisiatif untuk menyampaikan pesan kepada orang lain dimana pesan tersebut disampaikan secara verbal maupun non verbal (Yulifah, 2009).

Peranan bidan sebagai seorang komunikator adalah untuk menciptakan suasana yang baik dalam proses komunikasi kebidanan ( Pieter HZ, 2012).

b. Komunikan (Penerima Pesan)

Yaitu seorang yang menerima pesan. Pengiriman dan penerimaan pesan terjadi secara bersamaan dan merupakan aktivitas dari pengirim pesan dan penerima pesan (Yulifah, 2009).

Robbinson J. dan Jones B. (1995) dalam buku Herri Zan P. (2012, hal. 17) mengatakan bahwa apabila semakin besar kesamaan bidang pengalaman komunikator dan komunikan, maka semakin besar kemungkinan pesan-pesan tersebut dimengerti sesuai dengan cara yang dikehendaki komunikator. Jawaban atau perbuatan dan perkataan komunikan merupakan feedback untuk memeriksa atau menilai apakah pesan itu dapat dimengerti.

c. Pesan

Adalah isi dari stimulus yang dikeluarkan komunikator kepada komunikan ( Pieter HZ, 2012). Pesan yang efektif adalah pesan yang jelas dan terorganisasi serta diekspresikan oleh pengirim pesan (Yulifah, 2009).


(30)

Pesan dalam praktik kebidanan yang efektif adalah pesan yang memiliki inti pengaruh dalam usaha membantu ibu, seperti informasi mengenai keterampilan dalam asuhan kebidanan, pertolongan ibu selama masa kehamilan, persalinan, dan pasca-persalinan ( Pieter HZ, 2012).

d. Media

Merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari komunikator kepada komunikan. Media komunikasi tersebar melalui media cetak atau ekektronik ( Pieter HZ, 2012).

4. Jenis – Jenis Komunikasi

Secara umum jenis-jenis komunikasi terdiri dari:

1) Komunikasi Verbal

Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam praktik kebidanan adalah berupa pertukaran informasi secara verbal yang lebih dikenal dengan komunikasi verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya yang terdiri dari kumpulan symbol (ide) yang digunakan, dipahami atau, diekspresikan oleh komunitasnya ( Pieter HZ, 2012, hlm 38).


(31)

1. Syarat efektivitasnya komunikasi verbal

1) Jelas dan ringkas

Semakin sedikit kata-kata yang digunakan, maka semakin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkan dengan jelas. Adapun cara yang dilakukan untuk meningkatkan kejelasan komunikasi antara lain:

a. Menggunakan contoh yang memberikan kedekatan maksud atau arti dari pesan.

b. Mengulangi bagian- bagian yang penting dari pesan.

c. Komunikan mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana.

d. Ringkas, yakni dengan menggunakan kata- kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.

Contoh: “ katakan kepada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik daripada mengatakan “ saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak”.

2) Perbendaharaan kata

Banyak istilah teknis yang digunakan dalam kebidanan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh bidan, maka klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari


(32)

informasi penting. Oleh sebab itu, ucapkanlah pesan dengan istilah-istilah yang dimengerti klien.

3) Arti denotatif dan konotatif

Arti denotative memberikan pengertian yang sama terhadap kata- kata yang digunakan, sedangkan konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi bidan menggunakan makna kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, bidan harus hati- hati memilih kata- kata, sehingga tak mudah untuk disalah tafsirkan terutama saat menjelaskantujuan asuhan kebidanan.

4) Selaan dan kesempatan berbicara

Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin menimbulkan kesan bahwa bidan sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Selaan perlu digunakan untuk menekannkan pada hal- hal tertentu dan memberikan waktu kepada klien untuk mendengarkan serta memahami arti kata. Bidan bisa menanyakan kepada klien apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.


(33)

Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Apabila klien sedang menangis kesakitan, atau tidak tepatnya waktu untuk menjelaskan suatu resiko. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, bidan harus peka terhadap ketepatan untuk berkomunikasi.

6) Humor

Dengan tertawa akan membantu seseorang mengurangi ketegangan dan rasa sakitnya, terutama pada hal- hal yang disebabkan oleh stress. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan keberhasilan bidan dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien dapat dilakukannya dengan cara memberi senyuman dan hal- hal yang bersifat humor.

2. Keuntungan komunikasi verbal

a) Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu

b) Mudah dilakukan dan berlaku kapan saja menurut komunitasnya

c) Melalui kata-kata sebagai alat atau symbol untuk mengekspresikan ide

d) Mampu membangkitkan ungkapan perasaan atau respon emosional

e) Dapat menguraikan objek atau peristiwa secara mendalam berdasarkan pada hal-hal yang diobservasi


(34)

3. Keterbatasan komunikasi verbal

a) Keterbatasan jumlah kata-kata

b) Mengandung sifat ambigu

c) Mengandung bahasa budaya

d) Bercampur aduknya fakta- fakta, penafsiran dan penilaian ( Pieter HZ, 2012).

2) Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Bidan perlu menyadari pesan verbal atau pun non verbal yang disampaikan klien sejak mulai dari awal pengkajian sampai evaluasi asuhan kebidanan, karena isyarat non verbal menambah arti pesan verbal sehingga bias mendeteksi lebih awal dan menentukan kebutuhan asuhan kebidanan (Pieter HZ, 2012).

Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan bahasa lisan maupun tulisan, tetapi menggunakan bahasa kial, bahasa gambar dan bahasa sikap (Uripni, 2003).

Komunikasi nonverbal adalah penyampaian pesan tanpa menggunakan kata-kata. Bidan perlu menyadari pesan verbal dan non verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi (Yulifah, 2009).


(35)

1) Bahasa kial, merupakan bahasa yang menggunakan gerak tangan atau tubuh sebagai isyarat atau lukisan suatu perbuatan, gerakan tersebut mempunyai arti pesan dalam konteks komunikasi.

2) Bahasa gambar, merupakan bahasa yang mengekpresikan pesan dalam komunikasi dengan bentuk gambar. Bahasa gambar ini sering digunakan dalam bentuk rambu lalu lintas. Penyampaian pesan peraturan lalu lintas juga digunakan dalam pesan kesehatan. Contohnya tidak merokok karena dapat mengganggu kesehatan. Pesan tidak boleh merokok diekspresikan dalam gambar. Rokok yang menyala diberi tanda silang.

3) Bahasa sikap, merupakan bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau mengekspresikan pikiran dan perasaan atau pendirian. Misalnya, bungkam, dingin, dan tak acuh. Bahasa sikap yang menggambarkan sikap dingin, diekspresikan dengan pandangan mata kosong, tanpa adanya reaksi kial, tanpa peduli terhadap lingkungan sekitarnya, dan kondisi apatis. Bahasa sikap yang menunjukkan sikap dingin ini bisa terjadi pada klien yang mengalami kecemasan kompleks.

Bidan sebagai pelaku komunikasi kebidanan dalam pelayanan kebidanan harus tanggap terhadap pesan dalam komunikasi kebahasaan maupun komunikasi dengan bahasa kial (Uripni, 2003).

a. Cara menilai komunikasi non verbal (Pieter HZ, 2012).


(36)

Adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara komunikan dan komunikator, yaitu bagaimana pesan bisa mengungkapkan sikap dan perasaan komunikator kepada pendengarnya, seperti metakomunikasi tersenyum sekalipun dia sedang marah.

b) Penampilan personal

Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Penampilan fisik bidan juga bisa mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan dan asuhan yang akan diterimanya, karena setiap klien memiliki citra yang berbeda beda tentang bagaimana sepantasnya penampilan seorang bidan selaku orang yang berkompeten. Sekalipun penampilan diri tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan bidan.

c) Intonasi

Intonasi suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang akan dikirimkannya. Kondisi emosi seorang bidan secara langsung dapat memengaruhi tinggi rendahnya nada suara. Hal ini pada akhirnya dapat membentuk image baru bagi klien dan bertujuan menyamakan perasaan tertarik yang tulus kepada klien. Buruk atau baiknya hubungan bidan dengan klien sangat dipengaruhi intonasi nada suara, Misalnya intonasi suara bidan yang tidak pas dengan kondisi yang dialami klien.


(37)

d) Ekspresi wajah

Hasil suatu penelitian menunjukkan ada 6 bentuk keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah, yaitu ekspresi terkejut, takut, marah, jijik, bahagia, dan sedih. Salah satu cara untuk memahami ekspresi wajah bisa dilihat melalui kontak mata.

Seorang bidan yang bijak sebaiknya tidak menunjukkan cara-cara memandang yang bersifat kaku, artinya dia bisa mengekspresikan pandangannya, kapan dia menggunakan pandangannya kebawah dan kapan menegakkan pandangan keatas manakala dia sedang bicara dengan klien. Sebaiknya saat berbicara bidan duduk pada posisi sejajar sehingga bidan tidak tampak dominan bilamana terjadi kontak mata dengan klien.

e) Sikap tubuh dan langkah

Sikap tubuh dan style langkah seseorang menggambarkan sikap emosi, dinamikan psikologis, ataupun kondisi fisik. Melalui pemahaman sikap tubuh, bidan dapat mengumpulkan informasi yang bermanfaat dalam mengamati sikap tubuh dan langkah kliennya. Misalnya sikap tubuh bidan yang duduk bersandar dengan posisi telapak tangan diletakkan di atas kepala, bisa diinterpretasikan dia sedang memikirkan sesuatu.

f) Sentuhan

Sentuhan merupakan bagian komunikasi personal, dan sentuhan lebih bersifat spontan dari komunikasi nonverbal. Sentuhan merupakan bagian


(38)

yang penting hubungan bidan dengan klien. Perlu di sadari, keadaan sakit membuat klien tergantung kepada bidan untuk melakukan kontak interpersonal sehingga dia sulit untuk menghindari sentuhan.

Dalam komunikasi kebidanan, penyampaian pesan melalui sentuhan harus berdasarkan pada prinsip sikap kepedulian yang sungguh sungguh, berupa dukungan emosi, kasih sayang, atau rasa simpati, seperti berkomunikasi dengan kata kata yang lembut saat memandikan klien atau membantu klien saat mengenakan pakaian.

b. Betuk-bentuk komunikasi nonverbal (Pieter HZ, 2012).

a) Kinestik

Merupakan bentuk penyampaian pesan non verbal yang di implementasikan seseorang dalam bentuk isyarat bahasa tubuh. Bentuk- bentuk pesan komunikasi non verbal kinestik terdiri dari ekspresi wajah, kontak mata, gaya tubuh.

b) Proksemik

Yaitu bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh ruang dan waktu antara komunikator dan komunikan. Adapun bentuk bentuk dari prosemik antara lain prosemik jarak, prosemik ruang, prosemik waktu.


(39)

Haptik sering kali disebut zero proxemics, merupakan bentuk pesan komunikasi non verbal yang tidak lagi dibatasi oleh jarak diantara komunikan dan komunikator. Istilah haptik menggambarkan bentuk penyampaian pesan komunikasi non verbal seperti sikap menepuk nepuk, meraba raba, memegang, mengelus dan mencubit.

d) Tampilan fisik tubuh

Tipe tubuh merupakan salah satu penyampaian pesan komunikasi non verbal yang diberikan komunikator kepada komunikan. Bentuk penampilan fisik memberikan warna pesan komunikasi yang berkolaborasi dengan kepribadian seseorang.

e) Paralinguistic

Adalah penggunaan suara suara sebagai ungkapan seseorang terhadap stimulus atau symbol verbal. Misalnya, bidan yang berlatar belakang budaya batak akan mengekspresikan emosi marah yang lebih atraktif dibandingkan dengan bidan yang berasal dari budaya jawa yang memiliki reaksi emosi yang tertutup. Akan tetapi, hal ini masih dalam kajian dan diskusi yang lebih mendalam lagi.

f) Artefak

Artefak dalam pesan komunikasi nonverbal menjelaskan tentang sejauh mana benda-benda atau objek objek yang ada dilingkungan sekitar kita digunakan sebagai bentuk ekspresi komunikator. Misalnya perbedaan


(40)

persepsi bidan pada saat klien datang berobat ke klinik kebidanan dengan mengendarai sepeda motor dengan klien yang mengendarai mobil. Disini, artefak komunikasi bidan memberikan nuansa perbedaan status ekonomi klien.

g) Warna

Pesan warna memberikan nuansa kondisi psikologis, ekspresi, dan dinamika kepribadian komunikator atau komunikan. Misalnya bidan yang senang menggunakan pakaian berwarna putih bisa di interprestasikan memiliki kesabaran, suka menolong, tulus, ikhlas dan rela dsb. Dan jika bidan mengenakan pakaian yang berwarna merah di interprestasikan sebagai orang agresif, cekatan, antusias, dan siap menghadapi resiko.

5. Metode Komunikasi

Komunikasi yang dilakukan pada umumnya mempunyai maksud dan tujuan yang diharapkan, hal ini terkait dengan metode yang digunakan untuk melakukan komunikasi yaitu(Uripni, 2003, hlm.14) :

1) Komunikasi informatika adalah metode komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi secara umum.

2) Komunikasi persuasif adalah metode komunikasi yang bersifat membujuk secara halus agar komunikan atau sasaran menjadi yakin dan mau mengikuti apa yang diinginkan oleh komunikator.


(41)

3) Komunikasi instruktif adalah metode komunikasi berupa arahan atau perintah untuk melakukan suatu tugas pekerjaan yang dimaksudkan oleh pihak pengirim.


(42)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Konseptual

Adapun kerangka konseptual untuk penelitian yang berjudul Hubungan Komunikasi Verbal dan non Verbal oleh Bidan dengan Tingkat Kepuasan Ibu nifas terdiri dari variabel bebas (variabel independent) yaitu komunikasi verbal dan non verbal oleh bidan, variabel bebas tersebut dinilai ada tidaknya hubungannya dengan variabel terikat (variabel dependent) yaitu kepuasan ibu nifas.

Untuk itu kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada skema dibawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependent

(bebas) (terikat)

Skema 3.1. Kerangka Penelitian

Kepuasan ibu nifas. Komunikasi Verbal

dan non verbal oleh bidan


(43)

B. Hipotesis

1. Ada hubungan komunikasi verbal oleh bidan dengan tingkat kepuasan ibu nifas 2. Ada hubungan komunikasi nonverbal oleh bidan dengan tingkat kepuasan ibu


(44)

C. DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel Penelitian jN

o Variabel Defini Operasional Alat Ukur Cara

Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur

1. Komuni kasi verbal

Proses penyampaian informasi oleh bidan kepada ibu nifas primigravida menggunakan bahasa, dengan kriteria:

- Jelas dan ringkas - Perbendaharaan

kata

- Denotative dan konotatif (penafsiran kata) - Intonasi - Kecepatan berbicara - Humor Kuesioner Soal A No. 1, 2 No. 3, 4

No. 5,6

No. 7,8 No. 9, 10

No. 11, 12

Checklist 1: Ya 0 :Tidak

Kategori: Baik: jika score 7-12

Tidak baik: jika score 0-6


(45)

2. Komuni kasi nonver bal

Proses penyampaian informasi oleh bidan kepada ibu nifas primigravida menggunakan bahasa tubuh dengan criteria:

- Sikap tubuh - Ekspresi

wajah - Sentuhan

Kuesioner

Soal B No. 1, 2,3 No. 4,5,6,7,8 No. 9,10

Checklist 1: Ya 0 :Tidak

Kategori:

1= Baik: jika score 6-10 2= Tidak baik:

jika score 0-5

Ordinal

3. Kepuasa n ibu nifas

Perasaan ibu nifas yang timbul sebagai akibat dari

perbandingan antara kesenangan terhadap komunikasi bidan yang diterima dengan harapan ibu. Kepuasan dinilai melalui: - Keandalan (kemampuan bidan) - Ketanggapan (kesigapan bidan dalam bertindak) Kuesioner Soal C No. 1,2

Checklist 1: Ya 0 :Tidak

1=Puas:7-12 2= Tidak puas:

0-6


(46)

- Jaminan kesembuhan pasien - Empati

(kepedulian dan perhatian bidan)

- Berwujud (penampilan bidan dalam berkomunika si)

No. 3,4 No. 5,6 No. 7,8, 9 No. 10, 11, 12.


(47)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Rancangan dalam melakukan penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan Cross Sectional untuk mengetahui “Hubungan Komunikasi Verbal dan non Verbal oleh Bidan dengan Tingkat Kepuasan Ibu nifas”.

B. Populasi dan sampel 1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu nifas yang dirawat ruang nifas RSIA Sri Ratu Medan dalam kurun waktu 3 bulan terhitung mulai bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2014.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu- ibu nifas yang dirawat di ruang nifas RSIA Sri Ratu Medan dalam kurun waktu 3 bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2014.

Jenis penelitian ini menentukan sampel dengan mengambil sebanyak 25% dari populasi tersebut (Arikunto, 2006).

Jadi jumlah sampel yang dapat diperoleh dari populasi berdasarkan acuan tersebut adalah 67 orang.


(48)

Tekhnik pengambilan sampel (sampling) dalam penelitian ini menggunakan tekhnik kuota sampling (jatah) yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara quantum (jatah), kemudian jumlah atau quantum (jatah) itulah yang dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan. anggota populasi mana pun yang akan diambil tidak menjadi soal, yang penting jumlah quantum yang sudah ditetapkan dapat terpenuhi.

C. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSIA Sri Ratu Medan, Alasan penulis memilih tempat tersebut sebagai daerah penelitian adalah:

a. Tersedianya jumlah sampel yang dibutuhkan.

b. Belum pernah dilakukan penelitian dengan judul yang sama pada tempat penelitian.

c. Daerah tempat penelitian dapat dijangkau oleh peneliti. D. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilakukan dari bulan Maret 2014 sampai dengan bulan Mei 2014. E. Pertimbangan Etik penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti membutuhkan rekomendasi/ persetujuan dari pihak institusi dan selanjutnya mengajukan permohonan izin kepada kepala puskesmas dan ibu klinik daerah setempat yang menjadi klinik sampel penelitian dengan menekankan masalah etik yang meliputi :


(49)

1. Informed Consent

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila responden menolak maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden tetapi lembar kuesioner diberi kode.

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

F. Instrument penelitian

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun secara struktural berdasarkan tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan komunikasi verbal dan non verbal oleh bidan dengan tingkat kepuasan ibu nifas, yang berjumlah 34 pertanyaan yang terdiri dari:

a. Pertanyaan tentang komunikasi verbal terdiri dari 12 pertanyaan dengan tipe checklist untuk mengidentifikasi komunikasi verbal bidan terhadap kepuasan ibu nifas. Dalam penelitian ini komunikasi verbal diukur berdasarkan kategori baik, dan kurang. Bila jawaban ya diberi skor 1 dan jika tidak diberi skor 0. Berdasarkan rumus statistik :


(50)

P=

P = Panjang kelas interval

R = Selisih antara skor tertinggi dengan skor terendah R = Selisih antara skor tertinggi dengan skor terendah Banyak kelas = banyaknya kelompok/lebar interval yakni baik dan tidak baik. Maka diperoleh skor sebagai berikut:

1) Jika skor 0-6, maka komunikasi verbal bidan tidak baik 2) Jika skor 7-12, maka komunikasi verbal bidan baik

Dengan skala penilaian :

- Komunikasi verbal baik jika memperoleh skor > 7 - Komunikasi verbal tidak baik jika memperoleh skor ≤ 7

b. Pertanyaan tentang komunikasi nonverbal terdiri dari 10 pertanyaan dengan tipe checklist untuk mengidentifikasi komunikasi nonverbal bidan terhadap kepuasan ibu nifas. Dalam penelitian ini komunikasi nonverbal diukur berdasarkan kategori baik, dan kurang. Bila jawaban ya diberi skor 1 dan jika tidak diberi skor 0. Berdasarkan rumus statistik :

P=

P = Panjang kelas interval

R = Selisih antara skor tertinggi dengan skor terendah R = Selisih antara skor tertinggi dengan skor terendah


(51)

Banyak kelas = banyaknya kelompok/lebar interval yakni baik dan tidak baik. Maka diperoleh skor sebagai berikut:

1) Jika skor 0-5, maka komunikasi nonverbal bidan tidak baik 2) Jika skor 6-10, maka komunikasi nonverbal bidan baik

Dengan skala penilaian :

- Komunikasi nonverbal baik jika memperoleh skor > 6 - Komunikasi nonverbal tidak baik jika memperoleh skor ≤ 6

c. Pertanyaan tentang kepuasan terdiri dari 12 pertanyaan dengan tipe checklist untuk mengidentifikasi kepuasan ibu nifas. Dalam penelitian ini kepuasan diukur berdasarkan puas, dan tidak puas. Bila jawaban ya diberi skor 1 dan jika tidak diberi skor 0. Berdasarkan rumus statistik :

P=

P = Panjang kelas interval

R = Selisih antara skor tertinggi dengan skor terendah R = Selisih antara skor tertinggi dengan skor terendah Banyak kelas = banyaknya kelompok/lebar interval yakni baik dan tidak baik. Maka diperoleh skor sebagai berikut:

1) Jika skor 0-6, maka puas 2) Jika skor 7-12, maka tidak puas

Dengan skala penilaian :


(52)

- Pasien tidak puas jika memperoleh skor ≤ 7 G. Uji Validitas dan Reabilitas

Untuk menguji validitas dan reabilitas instrument maka perlu dilakukan pengujian setiap instrument penelitian

1. Uji Validitas

Merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar- benar mengukur apa yang mau diukur atau seberapa dekat alat ukur menyatakan apa yang seharusnya diukur (Notoatmodjo, 2010 hlm 164; dan Sastroasmoro S. 2011 hlm 80).

Untuk mengetahui apakah kuesioner yang peneliti susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara score tiap- tiap item pertanyaan dengan score total kuesioner tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menguji validitas instrument dengan cara content validity, yaitu dengan memberikan kuesioner kepada orang yang lebih ahli dalam bidangnya. Maka di peroleh nilai CVI (Content Validity Index) sebesar 0,08 hal ini dapat diartikan bahwa kuesioner yang digunakan telah valid berdasarkan content validity (CVI= >0,07).

2. Uji Reabilitas

Merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu pengukuran disebut andal, apabila ia memberikan nilai yang sama atau hampir sama pada pemeriksaan yang dilakukan berulang-ulang. Uji reliabilitas dihitung dengan rumus cronbach alpha


(53)

menggunakan program SPSS 17,0 for windows dengan nilai alpha 0,09, hal ini dapat diartikan bahwa kuesioner yang di gunakan tersebut telah reliable.

H. Prosedur Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data primer dari hasil pengisian kuesioner kepuasan pasien dan peneliti mengobservasi langsung komunikasi nonverbal oleh bidan dengan menggunakan lembar observasi.

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berasal dari:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan memberikan kuesioner yang diisi langsung oleh responden.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh langsung dari institusi tempat penelitian.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data yakni: 1. Langkah persiapan

a. Mengurus perizinan kepada direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu Medan

b. Melakukan survei pendahuluan untuk mengetahui jumlah ibu nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu Medan.

2. Langkah pelaksanaan

a. Menyerahkan surat izin penelitian di tempat penelitian yang sudah ditentukan.

b. Menetapkan sampel penelitian.


(54)

d. Meminta kesediaan responden sebagai obyek penelitian dengan menanda tangani lembar persetujuan (informed consent).

e. Membagikan kuesioner kepada responden.

f. Memberi penjelasan teori singkat dan petunjuk umum kuesioner. g. Mendampingi responden selama pengisian kuesioner.

h. Setelah seluruh kuesioner diisi, responden segera mengembalikan kuesioner tersebut kepada peneliti.

I. Pengelolaan Data

Data yang telah dikumpulkan, diolah lebih dahulu dan disajikan dalam bentuk kegiatan yang meliputi :

1) Editing, yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para

responden untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan.

Pemeriksaan ini dilakukan terhadap : kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan, kejelasan makna jawaban, kesesuaian jawaban, dan relevansi jawaban.

2) Coding, yaitu setelah data terkumpul dan selesai diedit di lapangan, tahap

berikutnya mengkode data, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden ke dalam kategori-kategori dengan memberi tanda / kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban.


(55)

4) Cleaning, melakukan pembersihan data dengan mengecek kembali data yang sudah dimasukkan, yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti dan menilai kategori.

5) Tabulating, yaitu memasukkan data yang telah diberi kode ke dalam tabel yang

tersedia (Hidayat, 2007). J. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian. Analisis univariat ini menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase setiap variable penelitian.

2. Analisis Bivariat

Analisa data dengan analisa bivariat menggunakan program komputer (SPSS) dengan uji kai kuadrat (chi square) dengan tingkat kepercayaan 95 % artinya

jika p hitung < α (0,05) maka H0 ditolak atau ada hubungan kedua variabel secara signifikan, apabila nilai p hitung > α (0,05) maka H0 diterima, berarti


(56)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti pada Bulan Februari- April 2014 di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu Medan. Data diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada ibu nifas di ruangan nifas RSIA SRI RATU sebanyak 67 responden.

Berdasarkan penelitian yang berjudul “Hubungan Komunikasi Verbal dan Non Verbal Oleh Bidan Dengan Tingkat Kepuasan Ibu nifas di RSIA SRI RATU Medan” di sajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan dinarasikan sesuai dengan tabel sebagai berikut:


(57)

1. Analisis Univariat

Merupakan analisis data yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian ke dalam tabel distribusi frekuensi.

a. Karakteristik Responden

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Di Ruang Nifas RSIA Sri Ratu Medan Tahun 2014

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Paritas

Primigravida 23 34,3

Secundi gravid 25 37,3

Multi gravid 19 28,4

Total 67 100

Umur

<20 tahun 5 7,5

20-35 tahun 52 77,6

>35 tahun 10 14,9

Total 67 100

Pendidikan

Rendah (blm tamat

SD-SMP) 9 13,4

Tinggi (SMA/SMK-PT) 58 86,6


(58)

Pekerjaan

PNS 30 44,8

Non PNS 37 55,2

Total 67 100

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa paritas responden mayoritas secundigravida sebanyak 25 orang (37,3%), umur responden mayoritas 20-35 tahun sebanyak 52 orang (77,6%), pendidikan responden mayoritas pendidikan tinggi (SMA/SMK-PT) sebanyak 58 orang (86,6%) dan dari segi pekerjaan responden mayoritas non PNS sebanyak 37 orang (55,2%).

b. Karakteristik Bidan

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Karakteristik Bidan Di Ruang Nifas RSIA Sri Ratu Medan Tahun 2014

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Umur

21-25 Tahun 2 11,1

26-30 Tahun 4 22,2

31-35 Tahun 9 50,0

36-40 Tahun 2 11,1

41-45 Tahun 1 5,6

Total 18 100,0

Pendidikan


(59)

Total 18 100,0 Lama Kerja

0-5 Tahun 3 16,7

6-10 Tahun 2 11,1

11-15 tahun 4 22,2

16-20 Tahun 6 33,3

21-25 Tahun 3 16,7

Total 18 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa umur bidan mayoritas 31-35 tahun sebanyak 9 orang (50,0%), pendidikan bidan mayoritas d3 kebidanan sebanyak 18 orang (100%), lama kerja bidan mayoritas 16-20 tahun sebanyak 6 orang (33,3%).

c. Komunikasi Verbal oleh Bidan

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Komunikasi Verbal Oleh Bidan Di Ruang Nifas RSIA SRI RATU Medan Tahun 2014

Komunikasi Verbal Frekuensi Persentase(%)

Baik 57 85,0

Tidak Baik 10 15, 0


(60)

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas komunikasi verbal oleh bidan dinyatakan baik sebanyak 57 orang (85,0%).

d. Komunikasi Non Verbal oleh Bidan Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Komunikasi Non Verbal Oleh Bidan Di Ruang Nifas RSIA SRI RATU Medan Tahun 2014

Komunikasi Non Verbal

Frekuensi Persentase(%)

Baik 52 77,6

Tidak Baik 15 22,4

Total 67 100,0

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas komunikasi Non Verbal oleh bidan dinyatakan baik sebanyak 52 orang (77,6%).

e. Tingkat kepuasan pasien

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Kepuasan Ibu Nifas Di Ruang Nifas RSIA SRI RATU Medan Tahun 2014

Kepuasan Frekuensi Persentase(%)

Tidak Puas 54 80,6

Puas 13 19,4


(61)

Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden merasa puas oleh komunikasi verbal dan nonverbal bidan sebanyak 54 orang (80,6%).

2. Analisis Bivariat

Merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan kedua variabel, yaitu dengan menyilang antara variabel dependent dan variabel independent.

a. Analisis Hubungan Komunikasi Verbal Oleh Bidan Dengan Tingkat Kepuasan Ibu Nifas

Tabel 5.6

Tabulasi silang antara komunikasi verbal oleh bidan dengan tingkat kepuasan ibu nifas di ruang nifas RSIA SRI RATU Medan Tahun 2014

No. Komunikasi Verbal

Kepuasan ibu Nifas Jumlah Tidak Puas Puas

F %

F % F %

1 Baik 3 4,4 53 79,1 56 83,6

2 Tidak Baik 10 15,0 1 1,4 11 16,4

Total 13 19,4 54 80,6 67 100,0

(Continuity Correction) 0,000 ρ= 0,000

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 53 responden (79,1)% yang merasa puas dengan komunikasi verbal bidan yang baik.


(62)

Berdasarkan uji chi square pada tingkat signifikan α = 0,05 (95%), maka

didapatkan ρ < α (0,000 < 0,05) berarti H0 ditolak. Hal ini secara statistik

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara komunikasi verbal oleh bidan dengan kepuasan ibu nifas.

b. Analisis Hubungan Komunikasi Non Verbal Oleh Bidan Dengan Tingkat Kepuasan Ibu Nifas

Tabel 5.7

Tabulasi silang antara komunikasi non verbal oleh bidan dengan tingkat kepuasan ibu nifas di ruang nifas RSIA SRI RATU Medan Tahun 2014

No. Komunikasi Non Verbal

Kepuasan ibu Nifas Jumlah Tidak Puas Puas

F %

F % F %

1 Baik 0 0 52 77,6 52 77,6

2 Tidak Baik 13 19,4 2 3,0 15 22,4

Total 13 19,4 54 80,6 67 100,0

(Continuity Correction) 0,000 ρ= 0,000

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 52 responden (77,6)% yang merasa puas dengan komunikasi non verbal bidan yang baik.

Berdasarkan uji chi square pada tingkat signifikan α = 0,05 (95%), maka


(63)

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara komunikasi nonverbal oleh bidan dengan kepuasan ibu nifas.

B. PEMBAHASAN

5.2.1 Komunikasi verbal oleh bidan di RS Ibu dan Anak Sri Ratu Medan

Berdasarkan tabel 5.3 ada 56 responden (83,6%) yang mengatakan bahwa bidan di ruang nifas RSIA Sri Ratu Medan berkomunikasi verbal dengan baik dan ada 11 responden (16,4%) yang mengatakan bidan berkomunikasi verbal kurang baik.

Data hasil uji statistik diketahui bahwa mayoritas responden yang mengatakan komunikasi verbal bidan tersebut baik adalah primigravida sebanyak 21 responden (37,5%), berumur 20-35 tahun sebanyak 50 responden ( 89,3%), berpendidikan tinggi (SMA/SMK-PT) sebanyak 51 responden (91,1%), dan pekerjaan mayoritas non PNS sebanyak 31 responden (55,4%).

Hal ini dapat diketahui dari jawaban responden yang mayoritas 67 responden (100%) mengatakan bahwa bidan berkomunikasi kepada pasien menggunakan bahasa yang jelas agar mudah dimengerti, menggunakan bahasa yang ringkas, danmemberikan kesempatan kepada pasien untuk berbicara.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas umur bidan yang bekerja di ruang nifas mayoritas 31-35 tahun sebanyak 9 orang (50,0%), pendidikan bidan mayoritas D3 kebidanan sebanyak 18 orang (100%), lama kerja bidan mayoritas 16-20 tahun sebanyak 6 orang (33,3%).


(64)

Dari data diatas sesuai dengan pendapat Linda (2012) pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan. Semakin tinggi tingkat pendidikan manusia akan semakin berkualitas, yang mana semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan semakin mudah untuk menerima hal-hal yang baru dan mudah menyesuaikan diri dengan hal-hal baru tersebut. Sedangkan lama kerja bidan sebagian besar adalah diatas 10 tahun (50%). Menurut Notoatmojo (2002) pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Semakin lama bekerja semakin banyak pengalaman dan semakin banyak kasus yang ditangani akan membuat seorang bidan akan mahir dan terampil dalam penyelesaian pekerjaan.

5.2.2 Komunikasi Non Verbal oleh Bidan di RS Ibu dan Anak Sri Ratu Medan Berdasarkan tabel 5.4 ada 52 responden (77,6%) yang mengatakan bahwa bidan di ruang nifas RSIA Sri Ratu Medan berkomunikasi non verbal dengan baik dan ada 15 responden (22,4%) yang mengatakan bidan berkomunikasi non verbal kurang baik.

Data hasil uji statistik diketahui bahwa mayoritas responden yang mengatakan komunikasi non verbal bidan tersebut adalah primigravida sebanyak 21 responden (37,5%), berumur 20-35 tahun sebanyak 46 responden ( 88,5%), berpendidikan tinggi (SMA/SMK-PT) sebanyak 48 responden (92,3%), dan pekerjaan mayoritas non PNS sebanyak 28 responden (53,8%).


(65)

Hal ini dapat diketahui dari jawaban responden yang mayoritas 67 responden (100%) mengatakan bahwa bidan berkomunikasi kepada pasien dengan cara berdiri agar dapat mengetahui keadaan pasien, menunjukkan ekspresi wajah (raut wajah) yang bahagia, menggunakan pakaian yang rapi.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa umur bidan yang bekerja di ruang nifas mayoritas 31-35 tahun sebanyak 9 orang (50,0%), pendidikan bidan mayoritas D3 kebidanan sebanyak 18 orang (100%), lama kerja bidan mayoritas 16-20 tahun sebanyak 6 orang (33,3%).

Berdasarkan data tersebut sesuaai dengan pendapat Linda (2011) bahwa umur, pendidikan dan lama kerja bidan dapat berpengaruh dalam berkomunikasi Non Verbal sehingga dapat mempengaruhi kepuasan ibu nifas sebagai komunikan.

Komunikasi nonverbal yang diperlukan bidan sebagai pelaku komunikasi kebidanan dalam pelayanan kebidanan adalah kemampuan menunjukkan empati dengan kehangatan. Komunikasi bahasa sikap atau tubuh ini merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.

5.2.3 Tingkat kepuasan ibu nifas di RS Ibu dan Anak Sri ratu Medan

Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden merasa puas oleh komunikasi verbal dan nonverbal bidan sebanyak 54 orang (80,6%) dan tidak puas sebanyak 13 orang (19,4 %).

Data hasil uji statistik diketahui bahwa mayoritas responden yang mengatakan puas tersebut adalah primigravida sebanyak 21 responden (37,5%), berumur 20-35 tahun sebanyak 47 responden ( 87,0%), berpendidikan tinggi


(66)

(SMA/SMK-PT) sebanyak 50 responden (92,6%), dan pekerjaan mayoritas non PNS sebanyak 30 responden (55,6%).

Menurut Siagian (2001 dalam Rohyadi, 2004) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin besar keinginan dan harapannya, maka tingkat pendidikan yang tinggi cenderung tingkat kepuasannya tinggi. Tingkat kepuasan pasien kemungkinan juga dipengaruhi oleh pekerjaan. Menurut Sarumpaet (1998, dalam Zaini, 2001) menyatakan bahwa responden yang tidak bekerja lebih puas dibandingkan responden yang bekerja.

Hal ini dapat diketahui dari jawaban responden yang mayoritas 65 responden (97,01%) mengatakan bahwa bidan dalam memberikan pelayanan kepada pasien melakukannya dengan sungguh- sungguh, bidan berkomunikasi kepada pasien dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Kepuasan ibu nifas dalam penelitian ini juga di pengaruhi oleh karakteristik bidan yang bekerja di ruangan tersebut yakni berumur 31-35 tahun sebanyak 9 orang (50,0%), berpendidikan D3 kebidanan sebanyak 18 orang (100%), lama kerja bidan mayoritas 16-20 tahun sebanyak 6 orang (33,3%).

5.2.4 Hubungan Komunikasi verbal oleh bidan dengan kepuasan ibu nifas di ruang nifas RS Ibu dan Anak Sri Ratu Medan

Pada penelitian ini berdasarkan uji statistik chi square pada tingkat signifikan

α = 0,05 (95%), maka didapatkan ρ < α (0,000 < 0,05) berarti H0 ditolak. Maka,


(67)

komunikasi verbal oleh bidan dengan kepuasan ibu nifas di RSIA Sri Ratu Medan.

Hal ini pun sesuai dengan penelitan sebelum nya yang dilakukan oleh Linda (2011) di RSKIA Bandung bahwa ada hubungan yang sangat kuat dan signifikan antara komunikasi verbal dengan kepuasan pasien dengan didapatkan nilai

signifikan α = 0,05 (95%), maka didapatkan ρ < α (0,000 < 0,05).

Sujatmiko (2012), juga melakukan penelitian yang serupa dengan penelitian ini di RSUD kab Madiun, dan didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara komunikasi verbal dengan kepuasan pasien dengan didapatkan nilai

signifikan α = 0,05 (95%), maka didapatkan ρ < α (0,000 < 0,05).

Siswadi A.F (2012), juga melakukan penelitian tentang komunikasi dan diperoleh Adanya hubungan komunikasi verbal dengan tingkat kepuasan pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pamekasan. Hal ini ditunjukkan dari nilai korelasi sebesar 0,492 dengan nilai p-value 0,000 (α = 0,05).

Hubungan yang signifikan ini dipengaruhi banyak hal antara lain yang bersangkutan dengan pendekatan atau prilaku petugas, perasaan klien terutama saat pertama kali datang, mutu informasi yang diterima seperti, apa saja yang dikerjakan, yang dapat diharapkan, prosedur perjanjian, waktu tunggu, fasilitas umum dan out came terapi serta perawatan yang diterima.

Kebutuhan klien akan komunikasi merupakan salah satu unsur dalam parameter tingkat kepuasan klien yang telah dibuat oleh Depkes RI (1995)


(68)

seperti yang dikutip oleh Nursalam (2003); bidan memperkenalkan diri, bersikap sopan dan ramah, menjelaskan peraturan di RS, menjelaskan fasilitas yang tersedia di RS, menjelaskan penyakit atau masalah yang dialami, menjelaskan perawat yang bertanggung jawab setiap pergantian dinas, mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien, menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan kepada pasien (tujuan dan manfaat, prosedur, akibat atau resiko samping, alternatif tindakan).

Pemberi pelayanan kesehatan dapat dan bersedia memberikan perhatian yang cukup kepada klien secara pribadi, menampung dan mendengarkan semua keluhan, serta menjawab dan memberikan keterangan yang sejelasjelasnya tentang segala hal yang ingin diketahui oleh klien. Sehingga hal ini dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi klien dari sudut keperawatan akan kebutuhan komunikasi dari bidan atau tenaga kesehatan.

5.2.5 Hubungan komunikasi nonverbal oleh bidan dengan kepuasan ibu nifas di ruang nifas RS Ibu dan Anak Sri Ratu Medan

Pada penelitian ini berdasarkan uji statistik chi square pada tingkat signifikan

α = 0,05 (95%), maka didapatkan ρ < α (0,000 < 0,05) berarti H0 ditolak. Maka,

secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara komunikasi Non Verbal oleh bidan dengan kepuasan ibu nifas di RSIA Sri Ratu Medan.

Hal ini pun sesuai dengan penelitan sebelum nya yang dilakukan oleh Linda (2011) di RSKIA Bandung bahwa ada hubungan yang sangat kuat dan signifikan


(69)

antara komunikasi Non Verbal dengan kepuasan pasien dengan didapatkan nilai

signifikan α = 0,05 (95%), maka didapatkan ρ < α (0,000 < 0,05).

Sujatmiko (2012), juga melakukan penelitian yang serupa dengan penelitian ini di RSUD kab Madiun, dan didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara komunikasi Non Verbal dengan kepuasan pasien dengan didapatkan nilai

signifikan α = 0,05 (95%), maka didapatkan ρ < α (0,000 < 0,05).

Siswadi A.F (2012), juga melakukan penelitian tentang komunikasi dan diperoleh Adanya hubungan komunikasi Non Verbal dengan tingkat kepuasan pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pamekasan. Hal ini ditunjukkan dari nilai korelasi sebesar 0,492 dengan nilai p-value 0,000

(α = 0,05).

Hubungan yang signifikan ini dipengaruhi banyak hal antara lain yang bersangkutan dengan pendekatan atau prilaku petugas, perasaan klien terutama saat pertama kali datang, mutu informasi yang diterima seperti, apa saja yang dikerjakan, yang dapat diharapkan, prosedur perjanjian, waktu tunggu, fasilitas umum dan out came terapi serta perawatan yang diterima.

Kebutuhan klien akan komunikasi merupakan salah satu unsur dalam parameter tingkat kepuasan klien yang telah dibuat oleh Depkes RI (1995) seperti yang dikutip oleh Nursalam (2003).

Hal ini bisa terjadi karena penampilan fisik secara umum, ekspresi muka, gerak tubuh dan postur, serta sentuhan bidan di dalam melaksanakan asuhan yang menyebabkan klien puas. Menurut Ellis (1994), bidan, perawat perlu


(70)

menginterpretasikan tingkah laku non verbal dalam penampilan fisik secara umum yaitu memahami latar belakang orang yang diobservasi dan meluaskan pemahaman serta penajaman akan kemampuan interpretasi tingkah laku non verbal.

Menurut Ellis (1994), sentuhan juga merupakan salah satu komunikasi non verbal di mana menunjukkan sifat keibuan, nyaman atau perhatian. Namun persepsi tentang sentuhan sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu seseorang, asumsi dan situasi saat itu.

Pelaksanaan komunikasi verbal dan non verbal bidan kepada ibu nifas di RSIA Sri Ratu Medan merupakan kebutuhan klien dalam hal ini adalah kebutuhan interpersonal yaitu komunikasi terapeutik perawat baik verbal dan non verbal yang merupakan pelayanan jasa dalam praktek profesional. Bidan harus mampu memahami kebutuhan klien, maka bidan tersebut akan berada di dalam posisi yang lebih baik untuk mengetahui bagaimana seharusnya memuaskan klien, sehingga kebutuhan klien akan kepuasan pelayanan akan terpenuhi dengan baik.

Penilaian pasien terhadap mutu rumah sakit bersumber dari pengalaman pasien terhadap bidan pelaksana karena bidanlah yang paling dekat dengan pasien. Penampilan yang tenang, suara yang meyakinkan, dan pegangan tangan yang halus menunjukkan rasa belas kasihan atau kasih sayang bidan terhadap klien.


(71)

Komunikasi nonverbal yang diperlukan bidan sebagai pelaku komunikasi kebidanan dalam pelayanan kebidanan adalah kemampuan menunjukkan empati dengan kehangatan. Komunikasi bahasa sikap atau tubuh ini merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.

C. Keterbatasan penelitian

Pada penelitian ini cara menganalisa data hanya untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dengan dependent tanpa menilai seberapa erat hubungan tersebut dan variabel manakah yang paling mempengaruhi serta seberapa berpengaruh variabel tersebut.

Kuesioner yang digunakan peneliti kurang mengukur lebih dalam tentang komunikasi verbal dan non verbal oleh bidan disebabkan oleh pemakaian kuesioner yang terpisah pisah tiap variabel.

D. Implikasi terhadap pelayanan dan penelitian kebidanan

1. Hasil penelitian ini memberi informasi bagi institusi pelayanan kebidanan sebagai sumber informasi bagi petugas kesehatan terutama dalam meningkatkan kualitas dalam melakukan komunikasi verbal dan non verbal

2. Sebagai penelitian dan sumber informasi untuk penelitian berikutnya dan penelitian yang sama. Semua ilmu diharapkan mampu diimplikasikan dalam masyarakat.


(72)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh mengenai hubungan komunikasi verbal dan non verbal oleh bidan dengan tingkat kepuasan ibu nifas di RS Ibu dan Anak Sri Ratu Medan, maka penulis mengambil simpulan sebagai berikut:

1. Ada 56 responden (83,8 %) yang mengatakan bidan mampu melakukan komunikasi verbal dengan baik

2. Ada 52 responden (77,6 %) yang mengatakan bidan mampu melakukan komunikasi non verbal dengan baik

3. Ada 54 responden (80,6%) yang merasa puas dengan komunikasi Verbal dan Non Verbal oleh bidan

4. Ada hubungan yang signifikan antara komunikasi verbal oleh bidan dengan kepuasan ibu nifas dengan α = 0,05 (95%), maka didapatkan ρ < α (0,000 < 0,05).

5. Ada hubungan yang signifikan antara komunikasi non verbal oleh bidan dengan kepuasan ibu nifas dengan α = 0,05 (95%), maka didapatkan ρ < α (0,000 < 0,05).

B.SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan diatas maka peneliti pun memberikan sedikit saran berdasarkan pemikiran serta pengetahuan yang sederhana sebagai berikut:


(73)

1. Agar komunikasi verbal bidan di RSIA Sri Ratu Medan menjadi lebih baik lagi disarankan kepada bidan untuk menggunakan kata-kata yang dapat ditafsirkan terutama pada saat menjelaskan kondisi pasien.

2. Agar komunikasi verbal bidan di RSIA Sri Ratu Medan menjadi lebih baik lagi disarankan kepada bidan dalam berkomunikasi kepada pasien agar jangan menunjukkan ekspresi wajah (raut wajah) yang cemberut, marah sehingga membuat pasien takut.

3. Agar tingkat kepuasan ibu nifas dalam hal komunikasi verbal dan non verbal bidan menjadi lebih baik disarankan kepada bidan untuk memberikan pelayanan dengan cepat dalam mengatasi keluhan pasien


(74)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bahiyatum. (2009). Buku AjarAsuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. Cunningham G.,(et al). (2011). Obstetric Williams. Jakarta: EGC.

Dimaspramu (2011). Kepuasan pasien. Jtptunimus –gdl.pdf, 11-13.

Liliweri A. (2007). Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Linda (2011). Hubungan Komunikasi Verbal Dan Nonverbal Oleh Bidan Dengan

Tingkat Kepuasan Pasien Di Ruang Nifas Rs KIA Kota Bandung Tahun 2011 Hidayat, A. aziz alimul, (2007). Metode penelitian keperawatan dan tekhnik analisa

data. Jakarta: salemba medika.

Notoatmodjo S.(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Pohan IS. (2006). Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta: EGC.

Purwanto S. Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Rumah Sakit.

Pieter ZH. (2012). Pengantar Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan. Jakarta :Kencana Prenada Media Group.

Rukiyah, Yulianti, Liana. (2012). Asuhan kebidanan III (nifas). Jakarta: Trans Info Media Jakarta

Saifuddin AB. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Siswadi.A.F (2012). The relationship between verbal and non-verbal communication Nurse in Patient Satisfaction with Inpatient Space District General Hospital

Pamekasan

Sujatmiko (2012). Hubungan komunikasi verbal dan non verbal Perawat dengan tingkat

kepuasan klien Di ruang rawat inap rsud kab. Madiun. Jurnal kesehatan, vol. 2,


(75)

Suprapto (2006). Pengukuran Tingkat Kepuasan pelanggan untuk Menaikkan Pangsa

Pasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Syafrudin, dkk. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Sastroasmoro S. (2011). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.

Siti N (2012). Penelitian kualitas pelayanan kebidanan. Surakarta. Uripni CL, dkk. (2003). Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC1 I-44.

Varney H.,Kriebs M.J., Gegor L.C.(2011). Buku ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC Wiknjosastro H. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Yulifah R, dkk. (2009). Komunikasi dan Konseling dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba Medik.

Yuristy. (2013). Penelitian Kepuasan pasien di Ruang Nifas RS TanaToraja. Sumut. Profil kesehatan kota medan (2012). Medan: tidak dipublikasikan


(76)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Dengan Hormat,

Nama Saya Jernihati Krisniat Harefa, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “ Hubungan Komunikasi Verbal dan Non Verbal oleh Bidan Dengan Tingkat Kepuasan Ibu Nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu Medan Tahun 2014”

Komunikasi yang baik akan sangat membantu terbinanya hubungan antarmanusia yang serasi diantara pasien dengan penolong. Keserasian hubungan pasien- penolong, sangat diperlukan dalam memperoleh rasa saling percaya. Informasi yang diperoleh penting untuk membantu menentukan diagnosis, menjalankan proses, dan melakukan evaluasi hasil pengobatan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan komunikasi verbal dan non verbal oleh bidan dengan tingkat kepuasan ibu nifas.

Kami akan memberikan kuesioner kepada Ibu/Sdri tentang:

a. Data demografi seperti umur responden dan jumlah paritas responden

b. Memberikan kuesioner untuk diisi oleh responden mengenai komunikasi verbal oleh bidan, komunikasi nonverbal oleh bidan dan kepuasan pasien akan komunikasi bidan.

Partisipasi ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk penelitian ini ibu tidak dikenakan biaya apapun. Bila ibu membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya :

Nama : Jernihati Krisniat Harefa Alamat : Jl Setia Budi


(77)

Terima kasih saya ucapkan kepada ibu yang telah ikut berpartisiasi pada penelitian ini. Keikutsertaan ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna untuk ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah saya persiapkan.

Medan, 2014 Peneliti


(78)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat : Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang “Hubungan Komunikasi Verbal dan Non Verbal oleh Bidan Dengan Tingkat Kepuasan Ibu Nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu Medan Tahun 2014”. Maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan 2014


(79)

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL OLEH BIDAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU NIFAS DI RUMAH SAKIT

IBU DAN ANAK SRI RATU MEDAN TAHUN 2014

I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Umur :

2. Pekerjaan : 3. Jumlah anak : 4. Pend.terakhir :

II. PETUNJUK PENGISIAN UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN 1. Bacalah pertanyaan dibawah ini

2. Pilihlah jawaban yang menurut anda tepat dengan memberi tanda checklist (√)

3. Setelah kuesioner diisi, lembar kuesioner dikembalikan Pertanyaan :

A. Komunikasi verbal bidan

No. Daftar pernyataan Ya Tidak

Jelas dan ringkas 1.

Bidan berkomunikasi kepada pasien menggunakan bahasa yang jelas agar mudah dimengerti

2.

Bidan berkomunikasi kepada pasien menggunakan bahasa yang ringkas, sehingga mudah dimengerti

Perbendaharaan kata/ istilah 3.

Bidan berkomunikasi kepada pasien menggunakan kata-kata istilah yang mudah dimengerti

4. Pasien mampu mengikuti petunjuk bidan setelah berkomunikasi

Arti denotatif dan konotatif ( arti kata dapat disalahtafsirkan)


(80)

5. Bidan menggunakan kata-kata yang dapat ditafsirkan terutama pada saat menjelaskan kondisi pasien

6.

Bidan dalam berkomunikasi pandai memilih kata-kata terutama pada saat menjelaskan tujuan tindakan dan kondisi pasien

Selaan dan kesempatan berbicara 7. Bidan tidak pernah menyela pendapat

pasien

8. Bidan memberikan kesempatan

kepada pasien untuk berbicara

Waktu dan relevansi (tepat, sesuai) 9. Bidan menyampaikan informasi

diwaktu yang tepat, misalnya tidak pada saat pasien menangis kesakitan 10. Bidan dalam berkomunikasi kepada

pasien relevan (tepat,sesuai) dengan kondisi pasien

Humor

11. Bidan dalam berkomunikasi kepada pasien diselingi dengan menggunakan kata-kata humor

12. Bidan mampu membuat pasiennya tersenyum dengan kata- kata humor yang disampaikan.

B. Komunikasi non verbal bidan

No. Daftar pernyataan Ya Tidak

Sikap tubuh

1. Bidan dalam berkomunikasi kepada pasien menggunakan pakaian yang rapi

2.

Bidan berkomunikasi kepada pasien dengan cara berdiri, agar dapat mengetahui keadaan pasien


(81)

3.

Bidan berkomunikasi kepada pasien dengan cara duduk, agar dapat mengetahui keadaan pasien

Ekspresi wajah

4. Bidan dalam berkomunikasi kepada pasien menunjukkan ekspresi wajah (raut wajah) yang bahagia

5.

Bidan dalam berkomunikasi kepada pasien menunjukkan ekspresi wajah (raut wajah) yang marah, sehingga membuat pasien takut

6.

Bidan dalam berkomunikasi kepada pasien menunjukkan ekspresi wajah (raut wajah) yang jijik terhadap pasien

7.

Bidan dalam berkomunikasi kepada pasien menunjukkan ekspresi wajah (raut wajah) yang melotot

8.

Bidan dalam berkomunikasi kepada pasien menunjukkan ekspresi wajah (raut wajah) yang sedih

Sentuhan

9.

Bidan dalam berkomunikasi kepada pasien dibarengi dengan sentuhan yang lembut pada pundak pasien, sehingga pasien merasa diperhatikan

10.

Bidan berkomunikasi kepada pasien dengan kata kata yang lembut saat memberikan sentuhan memandikan klien atau membantu klien saat mengenakan pakaian


(1)

2 ik ik 6

3 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

Ba

ik 1 1 1 1 1 1 7 Ba

ik 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 7 Baik 6

4 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 9 Ba

ik 1 1 1 1 1 1 7 Ba

ik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 Baik 6

5 1 2 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 9 Ba

ik 1 1 1 1 1 1 1 0

Ba

ik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 Baik 6

6 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

Ba

ik 1 1 1 1 1 1 7 Ba

ik 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 7 Baik 6

7 2 2 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0

Ba

ik 1 1 1 1 1 0 7 Ba

ik 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 8 Baik

Total 6 7 6 7 5 8 6 1 3 6 4 4 5 4 6 7 5 7 5 8 3 5 2 5 B= 57 6 7 6 7 #

5 2 4 9 3 9 B= 52 6 5 5 8 5 0 #

5 4

3 9 #

4 8 5 9 4 8 4 9 6 4 B=5 4

T

B

=

10

TB=15

T.B

=13

≤ 20 tahun= 1

PNS

=1

Rendah (Belum tamat SD-SMP)= 1

Primi

=1

Rendah (Belum tamat SD-SMP)= 1

20- 35 thn= 2

NonPNS=2

Tinggi (SMA/SMK- PT)=2

Secundi=2

Tinggi (SMA/SMK- PT)=2

35 thn= 3

Multi=


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Jenis kelamin

: Perempuan

Status dalam keluarga

: Anak kedua dari 4 orang bersaudara

Anak dari

: Ayah : Yason Harefa

Ibu

: Yasomalia Nazara

Riwayat pendidikan

:1. SD Negeri Moawö (1997-2003)

2. SMP Negeri 1 Gunungsitoli (2003-2006)

3. SMA Negeri 3 Gunungsitoli (2006-2009)

4. Akademi kebidanan Harapan

Keluarga Nias

(2009-2012)

5. D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU

(2013-2014)