Treaty Room - Treaty

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN
ANTARA
KEMENTERIAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
DAN
FRANKFURT ZOOLOGICAL SOCIETY
MENGENAI
KONSERVASI SATWA LIAR DAN HABITATNYA

Kementerian Kehutanan yang berkedudukan di Gedung Manggala Wanabakti, JI. Gatot
Subroto (selanjutnya disebut sebagai Kemenhut) dan Frankfurt Zoological Society, sebuah
lembaga Nirlaba yang berkedudukan di Bernhard-Grzimek-Allee 1 D-60316 Frankfurt
Germany (selanjutnya disebut sebagai FZS) secara bersama-sama disebut sebagai "PARA
PIHAK";

MEMPERTIMBANGKAN kesamaan kepentingan mereka dalam hal konservasi satwa liar
dan habitatnya khususnya di Propinsi Jambi dan Riau;

MENGACU pada undang-undang yang berlaku dan peraturan

serta prosedur dan
kebijakan Pemerintah Indonesia mengenai kerjasama teknis internasional;


PARA PIHAK sepakat untuk melaksanakan Memorandum Saling Pengertian (MSP) ini
dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

PASAL 1
TUJUAN
Tujuan kerjasama adalah mempromosikan dan mendukung Konservasi satwa liar dan
habitatnya.

PASAL 2
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup kerjasama Memorandum Saling Pengertian ini termasuk :
1) Konservasi orangutan Sumatera;
2) Monitoring satwa liar;
3) Perlindungan habitat satwa liar;
4) Mitigasi konflik satwa liar;
5) Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang konservasi ;
6) Pengembangan masyarakat.

1


PASAL 3
WILAYAH KERJA SAMA

Para Pihak sepakat bekerja sama di wilayah lansekap Bukit Tiga Puluh yang meliputi
propinsi Riau dan Jambi;
Setiap perubahan wilayah kerja harus mendapat persetujuan tertulis oleh Para Pihak.

(1)
(2)

PASAL 4
ARAHAN PROGRAM DAN RENCANA OPERAS! TAHUNAN

( 1)
(2)

(3)
( 4)
(5)


Program dan mekanisme kerjasama diatur dalam Arahan Program yang merupakan
lampiran dan bagian yang tidak terpisahkan dari Memorandum Saling Pengertian ini;
Penjelasan rinci dari setiap program atau proyek akan dituangkan dalam Rencana
Operasional. Rencana Operasional harus menjelaskan setiap kegiatan atau program
secara terperinci termasuk tujuan, prosedur, dan pengaturan keuangan;
Rencana Operasional harus disusun dan disepakati oleh PARA PIHAK;
Pelaksanaan proyek-proyek atau program di bawah Memorandum Saling Pengertian
ini harus dievaluasi setiap tahun;
Implementasi kegiatan di masing - masing lokasi akan disusun Perjanjian Kerjasama
antara FZS dengan Kepala UPT terkait.

PASAL 5
KONTRIBUSI PARA PIHAK

(1) Kontribusi Kementerian Kehutanan adalah :
a. Kemenhut yang diwakili oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam {Ditjen PHKA) melakukan pengawasan pelaksanaan ruang lingkup
kegiatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 2;


b. Memberikan arahan dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi atas aktivitas
yang dilaksanakan;
c. Memfasilitasi dan mendukung koordinasi dengan institusi lain di lingkup
Kementerian Kehutanan, kementerian lain, pemerintah daerah, dan lembaga terkait
lainnya
dalam rangka implementasi kegiatan di bawah Memorandum Saling
Pengertian ini;
d. Menugaskan Unit Pelaksana Teknis (UPl} Ditjen PHKA untuk aktif dalam
implementasi program kolaborasi untuk memastikan manfaat program;
e. Memfasilitasi urusan perizinan yang diperlukan bagi tenaga ahli asing yang
kompeten dan disetujui untuk tugas dalam rangka Memorandum Saling Pengertian
ini sesuai peraturan pemerintah yang berlaku.

(2) Kontribusi FZS adalah:
a. Bersama Ditjen PHKA menyusun draft: rencana kerja tahl,man, melaksanakan
kegiatan, dan membuat laporan sesuai kesepakatan dalam Memorandum Saling
Pengertian ini;
b. Melibatkan personel Ditjen PHKA dalam implementasi dan supervisi aktivitas di
bawah Memorandum Saling Pengertian ini;
c. Menyediakan bantuan teknis, peralatan, dan pembangunan kapasitas Ditjen PHKA

dan UPT melalui pelatihan, pertemuan, seminar, dan aktivitas lain;
d. Mendukung Ditjen PHKA dan UPT dalam pengembangan sistem informasi dan
menyediakan bahan informasi mengenai keanekaragaman hayati untuk keperluan
pengelolaan;
e. Menyediakan tenaga ahli yang kompeten sesuai permintaan Ditjen PHKA untuk
transfer ilmu pengetahuan;
f. Menyediakan program penguatan ekonomi masyarakat lokal untuk mendukung
perbaikan dan manfaat konservasi keanekareagaman hayati dan pengelolaan
kawasan lindung;
g. Mempromosikan kerjasama dan dialog dengan lembaga-lembaga terkait di sektor
kehutanan atau sektor non-kehutanan di tingkat nasional dan internasional dan juga
organisasi swasta sebagaimana diusulkan oleh Ditjen PHKA;
h. Mendukung promosi upaya konservasi melalui pengembangan kampanye
penyadaran untuk menjaga citra positif Indonesia melalui media di tingkat lokal,
nasional dan internasional;
i. Menjamin ketersediaan dukungan dana dari sumber-sumber luar negeri untuk
implementasi aktivitas dalam periode MSP ini dengan target USD 400.000 (empat
ratus ribu dolar AS) setiap tahun.

PASAL 6

KETERLIBATAN PIHAK LAIN

(1)

(2)

Apabila diperlukan, FZS dapat bekerjasama dengan pihak lain tetapi tidak terbatas
pada organisasi-organisasi non pemerintah lainnya, instansi-instansi pemerintah,
badan-badan swasta, lembaga akademik dan masyarakat, untuk melaksanakan
kegiatan di bawah Memorandum Saling Pengertian ini;
Kerjasama dimaksud harus didasari atas persetujuan tertulis dari Pihak lainnya dan
sesuai dengan hukum yang berlaku dan peraturan Republik Indonesia.

PASAL 7
STATUSASET

(1) Peralatan yang diadakan/dibeli oleh FZS untuk mendukung pelaksanaan program
hanya digunakan semata-mata demi kepentingan pelaksanaan program;

(2) Aset-aset yang dibeli oleh FZS dan digunakan untuk proyek apapun dalam kerangka

kerja sama ini akan menjadi milik Ditjen PHKA, dan setelah berakhirnya masa kerja
sama harus diserahkan kepada Ditjen PHKA sesuai dengan hukum dan perundangundangan yang berlaku untuk digunakan dalam mendukung konservasi
keanekaragaman hayati di Indonesia.

PASALS
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

(1)

(2)
(3)

(4)

(5)

(6)
(7)

(8)


(9)

(10)

Hak Kekayaan Intelektual atas semua catatan, laporan, peta, hasil survei, basis data,
lembar pengetahuan, foto, video dan informasi lain, baik berwujud maupun tidak
berwujud yang dihasilkan dari kegiatan bersama antara Ditjen PHKA dan FZS
berdasarkan MSP ini akan dimiliki bersama oleh PARA PIHAK kecuali hak kekayaaan
intelektual tersebut merupakan milik dari pihak lain;
PARA PIHAK harus berkonsultasi dan memperoleh ijin sebelum menggunakan hasil
kerjasama sebagaimana tercantum pada ayat 1;
Masing-masing Pihak diijinkan menggunakan hak kekayaan intelektual tersebut untuk
tujuan memelihara, menyesuaikan dan memperbaiki kekayaan tersebut sesuai
maksud yang diuraikan dalam ruang lingkup kerjasama;
Masing-masing Pihak akan bertanggung jawab terhadap tuntutan dari pihak lain
manapun atas kepemilikan dan keabsahan dari penggunaan hak kekayaan intelektual
yang dibawanya ke dalam pelaksanaan kegiatan kerjasama dalam rangka MSP ini;
Semua publikasi dalam rangka pelaksanaan program kerjasama harus
mencantumkan logo Ditjen PHKA dan FZS dan menyebutkan Ditjen PHKA dan FZS

sebagai mitra pelaksana. Berdasarkan keterlibatan mereka, PARA PIHAK yang terlibat
dipastikan disebutkan sebagai penulis pada publikasi dan mendapatkan salinan
publikasi tersebut;
FZS akan menggunakan hak kekayaan intelektual yang muncul dari kerjasama
dengan Ditjen PHKA hanya untuk tujuan non komersial;
Jika salah satu Pihak membutuhkan kerjasama dengan pihak-pihak lain untuk
penggunaan kekayaan intelektual, Pihak tersebut akan memilih bekerjasama dengan
Pihak yang menginiasi kerjasama, terkecuali bila Pihak tersebut tidak dapat
berpartisipasi dengan cara yang saling menguntungkan;
Jika salah satu Pihak membutuhkan kerjasama dengan Pihak lain di luar Ditjen PHKA
dan FZS untuk bantuan keuangan apapun, Pihak tersebut akan berkonsultasi dengan
Pihak lain dalam hal implikasi apapun, khususnya atas hak kekayaan intelektual yang
muncul dari pelaksanaan MSP ini;
Bagi pengambilan specimen selama kegiatan penelitian, pengambilan specimen
tersebut harus memenuhi peraturan tentang Material Transfer Agreement yang
ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia;
Berakhirnya MSP ini tidak akan mempengaruhi hak-hak dan kewajiban-kewajiban
yang ditetapkan dalam pasal ini.

PASAL 9

SUMBERDAYA GENETIK DAN KEARIFAN TRADISIONAL
(1)

(2)
(3)

( 4)

(5)

(6)

(7)

(8)

PARA PIHAK mengakui nilai Sumber Daya Genetik dan Kearifan Tradisional
(selanjutnya disebut SGKT), dan mengakui hak pemegang SGKT untuk melindungi
SGKT secara efektif dari kesalahan penggunaan dan kesalahan interpretasi dari
kedua belah Pihak;

SGKT harus dilindungi dari kesalahan penggunaan dan kesalahan pemanfaatan oleh
kedua belah Pihak;
Perolehan, pengambilan, atau pemanfaatan SGKT melalui cara-cara yang tidak jujur
atau haram merupakan tindakan kesalahan interpretasi. Kesalahan interpretasi
tersebut termasuk memperoleh ォ・オョエァ。セ@
komersial dari pengambilan atau
pemanfaatan SGKT, baik pemanfaat menyadari atau tidak menyadari bahwa
pemanfaatan tersebut dilakukan dengan cara-cara yang tidak jujur maupun untuk
kegiatan komersial yang mengakibatkan ketidakseimbangan manfaat dari SGKT;
Dalam rangka memenuhi ayat 3 pasal ini, masing-masing Pihak berkewajiban, terkait
dengan perlindungan kekayaan intelektual SGKT dalam wilayahnya: (i) bagi
penduduk yang berdomisili di wilayah Pihak, dan (ii) bagi penduduk legal di wilayah
Pihak, mengembangkan secara nyata dan efektif pembentukan, perlindungan dan
transaksi SGKT, yang mempunyai perlakuan sama terhadap bangsanya sediri;
Segala bentuk pemanfaatan SGKT oleh masing-masing Pihak dalam rangka
pelaksanaan MSP ini memerlukan ijin terlebih dahulu dari Pihak yang terkait. Pihak
tersebut harus memastikan bahwa masyarakat setempat yang terkait telah
diinformasikan mengenai pemanfaatan SGKT dan hasil kegiatan kerjasama dan atau
kolaborasi;
Jika kegiatan kerjasama dan kolaborasi dalam rangka MSP ini memanfaatkan SGKT
untuk tujuan komersial, Pihak atas nama masyarakat setempat terkait, akan
memperoleh hak kekayaan intelektual, jika diperlukan, dan pembagian keuntungan;
Manfaat dari perlindungan SGKT terhadap pemegang hak adalah termasuk
pembagian yang setara dan terbuka dari keuntungan yang diperoleh dari
pemanfaatan industri komersial SGKT;
Upaya hukum dapat dilakukan untuk menolong pemegang hak SGKT, pada kasus
dimana pembagian keuntungan yang setara dan terbuka sebagaimana disebutkan
ayat 7 tidak tercapai.

PASAL 10
PERJANJIAN TRANSFER MATERIAL
(1) "Material" berarti segala bentuk material baik tumbuhan maupun satwa termasuk
asal virus, hasil pembiakan vegetatif dan reproduktif, material yang mengandung unit
fungsi keturunan maupun material lain terkait Sumber Daya Genetik dan Kearifan
tradisional (SGKT);

(2) Segala material penelitian atau sumberdaya yang digunakan dalam kolaborasi
ditransfer melalui Standar Material Transfer Agreement (SMTA) yang disepakati oleh
pihak penyedia dan pengguna. Kesepakatan ini harus disetujui oleh PARA PIHAK
yang berwenang;
(3) Material atau sumberdaya tersebut ditransfer setelah penandatanganan SMTA sesuai
dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku mengenai bio-safety
(keamanan hayati) dan bio-prospecting (pencarian hayati);
( 4) Salah satu Pihak dapat memanfaatkan material tersebut namun harus memberikan
penghargaan penuh terhadap sumber material;
(5) Jika program atau proyek kerjasama sesuai kesepakatan memerlukan transfer
material atau sumberdaya, PARA PIHAK harus melakukan transfer tersebut sesuai
kesepakatan ini, dengan mengacu kepada peraturan dan perundangan-undangan
yang berlaku, serta memperhitungkan perundangan internasional yang mengikat
PARA PIHAK;
(6) Segala data paspor, menurut undang-undang berlaku dan ketersediaan informasi,
harus dibuat sesuai dengan ketersediaan Sumberdaya Genetik.
(7) Penerima dalam menggunakan material hanya untuk tujuan sebagaimana ditentukan
dalam kesepakatan;
(8) Jika Penerima mentransfer material sesuai kesepakatan kepada orang atau lembaga
lain, penerima tersebut harus mengikuti ketentuan dan kondisi Standar Material
Transfer Agreement;
(9) Ketentuan dan kondisi bagi transfer material atau sumberdaya kepada pihak lain
harus ditentukan dan disetujui oleh PARA PIHAK.

PASAL 11
PUBLIKASI
(1) Jika salah satu Pihak ingin mengungkapkan data dan/atau informasi rahasia yang
diterima, dibagi, atau dihasilkan dari kegiatan kerjasama di bawah MSP ini kepada
pihak lain, pihak yang mengungkapkan harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu
dari Pihak lainnya sebelum pengungkapan tersebut dapat dilakukan.
(2) PARA PIHAK sepakat bahwa ketentuan Pasal ini akan terus mengikat antara PARA
PIHAK meskipun MSP ini telah berakhir.

PASAL 12
PEMBATASAN KEGIATAN PERSONIL
(1) FZS menjamin bahwa dalam melaksanakan aktivitas, staffnya akan :
a. Memperhatikan, menghormati dan mematuhi peraturan perundangan dan kebijakan
Pemerintah Indonesia;
b. Sejalan dengan kepentingan nasional Indonesia;

セV@

c. Menghormati kesatuan Negara Republik Indonesia dan menghindari atau tidak
terlibat kegiatan separatisme;
d. Menghindari atau tidak terlibat kegiatan intelejen;
e. Menghormati budaya, tradisi, keyakinan masyarakat setempat;
f. Menghindari atau tidak terlibat kegiatan politik dan kegiatan komersial;
g. Menghindari atau tidak terlibat kegiatan propaganda keagamaan;
h. Menghindari atau tidak melakukan kegiatan di wilayah konflik dan di daerah
perbatasan yang sensitif;
i. Tidak melakukan penggalangan dana di Indonesia untuk melaksanakan program
dan kegiatannya.
j. Tidak terlibat dalam pelaksanaan kegiatan di luar yang telah disepakati oleh PARA
PIHAK
(2) Setiap pelanggaran terhadap apa yang telah disebutkan dalam ayat 1 Pasal ini dapat
mengakibatkan pencabutan semua izin dari personil yang bersangkutan dan
pengakhiran MSP ini.

PASAL 13
PENYELESAIAN PERSELISI HAN

Persengketaan yang muncul akibat perbedaan interpretasi atau pelaksanaan MSP ini akan
diselesaikan dengan cara musyawarah untuk mufakat di antara PARA PIHAK, berdasarkan
prinsip kesetaraan dan saling menghormati.

PASAL 14
AMAN DEM EN

MSP ini dapat diamandemen setiap waktu melalui kesepakatan tertulis PARA PIHAK.
Amandemen tersebut mulai berlaku pada tanggal yang ditentukan oleh PARA PIHAK dan
'- akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari MSP ini.

PASAL 15
MASA BERLAKU, PERPANJANGAN DAN PENGAKHIRAN

(1) MSP ini berlaku terhitung sejak tanggal ditanda-tangani dan akan berlaku untuk
jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan evaluasi yang
dilaksanakan oleh PARA PIHAK;
(2) Salah satu Pihak dapat mengusulkan perpanjangan MSP ini dengan menyampaikan
pemberitahuan tertulis kepada Pihak lainnya
sekurang-kurangnya enam bulan
sebelum tanggal berakhirnya MSP ini dengan mempertimbangkan hasil evaluasi;

(3) Kedua belah pihak dapat mengakhiri MSP ini setiap waktu dengan memberikan
pemberitahuan tertulis kepada pihak lainnya sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan
sebelum tanggal diakhirinya MSP ini. Dalam hal pengakhiran MSP, pihak yang
memprakarsai pengakhiran harus membuat Rencana Pengakhiran untuk memastikan
bahwa pengalihan Rencana Kegiatan Tahunan yang telah disetujui/disepakati secara
penuh dapat berlangsung lancar.

SEBAGAI BUKTI, pejabat yang ditunjuk telah menandatangani MSP ini.
DIBUAT di Jakarta pada tanggal ..l8. bulan February tahun Dua Ribu Lima Belas, dalam
dua rangkap dalam Bahasa Indonesia dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris. Kedua
versi memiliki kekuatan yang sama, namun bila ada perbedaan persepsi dan interpretasi,
maka akan mengacu pada versi Bahasa Indonesia.

Atas Nama

Atas Nama
Frankfurt Zoological Society

Partono, MM
Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam

Dr. Christof Schenck
FZS Executive Director

ARAHAN PROGRAM
MEMORANDUM SALING PENGERTIAN
ANTARA
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBUK INDONESIA
DAN
FRANKFURT ZOOLOGICAL SOCIETY
MENGENAI
KONSERVASI SATWA LIAR DAN HABITATNYA

I.

PROGRAM
Untuk mewujudkan t ujuan program kerjasama ini, Ditjen PHKA dan FZS akan
melaksanakan aktivitas yang terkait dengan konservasi keanekaragaman hayati
melalui aktivitas yang mendukung :
a.

Konservasi Orangutan Sumatera
• Reintroduksi dan Rehabilitasi Orangutan Sumatera.
• Penyelamatan Orangutan
• Mitigasi Konflik Orangutan
• Pengembangan infrastruktur yang telah ada di dalam kawasan hutan sebagai
Pusat Reintroduksi Orangutan, pos pengamanan hutan serta pusat
pendidikan dan pelatihan.
b. Monitoring satwa liar :
• Bersama dengan UPT Ditjen PHKA melakukan penyempurnaan data distribusi
satwa liar di landscape Bukit Tiga Puluh.
• Bersama dengan UPT Ditjen PHKA melakukan pemetaan sebaran satwa liar
di landscape Bukit Tiga Puluh.
• Sharing data terkait satwa liar bersama UPT Ditjen PHKA.
c. Perlindungan Habitat Satwa liar :
• Mengembangkan data habitat satwa liar di landscape Bukit Tiga Puluh.
• Perlindungan koridor satwa di landscape Bukit Tiga Puluh.
• Menyusun dan melaksanakan rencana prioritas dalam perlindungan dan
pengembangan habitat satwa liar di lansdcape Bukit Tiga Puluh.
d. Mitigasi Konflik Satwa Liar :
• Bersama dengan UPT Ditjen PHKA menyusun dan melaksanakan Rencana
mitigasi konflik satwa liar di landscape Bukit Tiga Puluh.
• Mendukung dalam penyelesaian dan penanganan konflik satwa liar
• Mengembangkan data serias satwa liar di landscape Bukit Tiga Puluh dan
sekitarnya.
• Rekrutmen, pelatihan dan pemberdayaan masyarakat dalam pengamann
hutan.

e. Penyadartahuan dan pendidikan konservasi :
• Pendidikan konservasi/lingkungan ke sekolah-sekolah disekitar lansekap
Bukit llga Puluh
• Penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat
• Pembuatan bahan informasi dan sosialisasi
• Pameran Konservasi
• Kolaborasi bersama UPT Ditjen PHKA guna pelaksanaan penyadartahuan dan
pendidikan konservasi
• Menyediakan pusat informasi tentang pendidikan lingkungan dalam upaya
penyadartahuan masyarakat tentang konservasi alam.
• Menyediakan bahan-bahan pelatihan serta instruktur dalam kerangka
perlindungan hutan dan konservasi alam.
f. Pengembangan Masyarakat
• Melakukan identifikasi potensi desa-desa penyangga di landscape Bukit Tiga
Puluh.
• Membentuk organisasi kegiatan pemberdayaan masyarakat
• Mengembangkan kapasitas guna peningkatan ekonomi masyarakat di sekitar
lanskap Bukit Tiga Puluh

II

AREA KERJA DAN SUMBER PENDANAAN

1) Lokasi kerja kegiatan FZS di bawah Memorandum Saling Pengertian ini adalah di
Lansekap bukit tiga puluh, khususnya:
a. Provinsi Riau
b. Provinsi Jambi
Perluasan daerah kerja adalah memungkinkan setiap waktu apabila di sepakati oleh
kedua belah pihak;
No.

1.

Ruang Lingkup
Kerjasama
Konservasi Orangutan
Sumatera;

Program

1. Penerimaan dan
adaptasi orangutan
rehabilitasi
2. Pelepasliaran dan
monitoring pasca
lepasliar

Lokasi
Riau dan Jambi

Peri ode
Tahun
2014

Total
Anggaran

Sumber
Dana

USO 250.000

FZS
dan
sumber yang
legal di luar
negeri yang
di
kordinir
oleh FZS

3. Survei dan radio
telemetri
4. Pengamatan dan
pemeliharan plot
phenologi dan sebaran
pohon pakan serta
jaringan jalur
pengamatan
5. Penelitian Ilmiah dan
Media massa

/?

10

2.

3.

4.

6. Sosialisasi dan
mitigasi konflik
1.Mengembangkan
Pengembangan
management
plan yang
Masyarakat
melibatkan desa-desa
tentang pemanfaatan
lahan secara
berkelanjutan
2.Fast track kegiatankegiatan di desa-desa
yang disesuaikan
dengan program dari
pengembangan
Masyarakat
3. Pengembangan
argoforestry
Patroli
perlindungan
1. Patroli pengamanan
a.
satwa
liar
dan habitat dan Map Update
2. Inventarisasi Satwa Liar
habitatnya
(MIST / SMART)
b. Mitigasi konflik satwa 3. Sosialisasi dan
penyuluhan
liar
4. Patroli bersama dengan
Mitra FZS
c. Monitoring data atau
5. Pelatihan Dasar WPU
database satwa liar
(Basic Ranger Training)
6. Mitigasi konflik manusia
dan Gajah Sumatera
7. Pemasangan camera
trap dalam rangka
monitoring populasi
Harimau Sumatera
8. Survey populasi dan
monitoring harimau
Pendidikan dan
1. Pendidikan siswa
kesadaran masyarakat
memalui kunjungan
tentang konservasi
sekolah-sekolah
(Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama dan
Sekolah Menengah
Atas).
2. Sosialisasi/
penyuluhan kepada
masyarakat sekitar
lanskap Bukit Tigapuluh
3. Pembuatan poster
dan buletin
4. Pameran

Jam bi

Riau dan Jambi

Tahun
2014

USO 150.000

The
Orangutan
Project dan
sumber yang
legal di luar
negeri yang
di koordinir
oleh FZS

Tahun
2014

USD 25.000

Perth Zoo

Jam bi

Riau dan Jambi

III. MEKANISME
1) Kegiatan yang hendak dilaksanakan akan dimasukkan dalam Rencana Pelaksanaan
Program (RPP) yang berlaku selama periode kerjasama berlangsung, yaitu untuk tiga
tahun kegiatan. Rencana tersebut harus memuat tujuan yang akan dicapai dalam
waktu lima tahun, output dan outcome yang direncanakan, jenis kegiatan dan dampak
bagi perlindungan ekosistem, konservasi alam, pengelolaan sumber daya alam lestari.
RPP harus disusun berdasarkan hasil identifikasi, pemantauan dan evaluasi
permasalahan dan disesuaikan dengan kebutuhan, peluang dan ketersediaan dana.
Amandemen atas RPP ini adalah memungkinkan melalui konsultasi dan kesepakatan
oleh kedua pihak;
2) RPP yang diusulkan dapat dipersiapkan secara bersama-sama dan/atau oleh satu dari
kedua belah pihak yang kemudian disepakati secara bersama-sama untuk memastikan
bahwa program dan aktivitas sesuai dengan strategis pengembangan, kebijakan dan
prioritas lembaga-lembga pemerintah atau pemerintah provinsi atau kabupaten, dan
juga harus cocok dengan rencana pembangunan nasional ; dan oleh karena itu, RPP
yang telah disepakati harus menjadi acuan untuk implementasi kerjasama;
3) Rencana Kegiatan Tahunan akan disusun oleh FZS bersama-sama dengan UPT-UPT
dari Ditjen PHKA di daerah dan/atau institusi terkait dari Esolan I dari Kementerian
Kehutanan. Rencana Kerja Tahunan kemudian akan dipresentasikan secara bersamasama dalam forum tahunan baru kemudian persetujuan secara bersama-sama oleh
Ditjen PHKA dan FZS;
4) Rencana Kerja Tahunan di atas harus berisi rincian dari tujuan, jenis kegiatan, orang
yang terlibat, jadwal waktu, prosedur evaluasi, perkiraan biaya, dan juga kontribusi
yang akan diberikan oleh FZS dan Ditjen PHKA/UPT secara bersama-sama dengan
pihak-pihak terkait lainnya;
5) Dalam implementasi kegiatan akan disusun Perjanjian Kerjasama antara FZS dengan
Kepala UPT terkait, serta akan melaksanakan koordinasi pada semua tingkatan secara
bersama-sama dengan pihak-pihak terkait lainnya;
6) Untuk lebih terinci tentang implementasi Memorandum Saling Pengertian ini, maka
Ditjen PHKA akan menunjuk Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati sebagai
koordinator, termasuk penanganan masalah-masalah teknis terkait dengan alam,
secara bersama-sama dengan direktorat terkait dan UPT-UPT lokal dari Ditjen PHKA;

IV. PELAPORAN
1) Laporan - laporan dipersiapkan melalui proses konsultasi antara kedua belah pihak dan
setelah itu diserahkan kepada pihak-pihak terkait;
2) Format dan Periode Pelaporan:
i.
Laporan Khusus.
Laporan khusus dipersiapkan pada kasus-kasus tertentu yang memerlukan
penanganan yang cepat;

q

12

ii.

Laporan Rutin
Laporan Rutin terdiri dari ;
i. Laporan Tahunan
Laporan Tahunan dipersiapkan setiap tahun dengan berkonsultasi secara bersamasama kemudian dipersentasikan pada forum tahunan Ditjen PHKA-FZS. Laporan
tahunan yang sudah disetujui secara bersama-sama akan disampaikan kepada
pihak-pihak terkait. Laporan tahunan antara lain harus berisi status kegiatan yang
dilaksanakan berdasarkan RKT, hasil-hasil yang telah dicapai, orang-orang/ahli yang
terlibat, peralatan dan anggaran yang disediakan/digunakan, permasalahan dan
hambatan dan rekomendasi untuk langkah selanjutnya;
ii. Laporan Semester
Laporan Semester dipersiapkan secara bersama-sama setiap 6 (enam) bulan
dengan berkonsultasi kemudian menyerahkannya kepada instansi terkait. Laporan
Semester antara lain harus berisi hasil-hasil dari aktivitas, personil/ahli yang terlibat,
permasalahan-permasalahan dan hambatan yang dihadapi dan sekaligus
rekomendasi untuk langkah selanjutnya;
iii. Laporan Triwulan
Laporan Triwulan dipersiapkan oleh staf lapangan FZS dan diserahkan kepada UPTUPT yang isinya adalah masalah yang sama dengan isi laporan Semester dan
Laporan Tahunan;
f. Laporan Akhir
Laporan Akhir harus dipersiapakan secara bersama-sama setelah periode lima
tahunan berakhir dan diserahkan kepada pihak-pihak terkait dengan ketentuan
dibawah ini:
• Laporan harus berisi output aktivitas, personil/organisasi yang terlibat,
pendanaan, peralatan dan fasilitas yang digunakan, outcome dan dampak
terhadap upaya konservasi, kegiatan kampanye, hambatan-hambatan dan
rekomendasi;
• Laporan harus dipersiapkan dalam Bahasa Indonesia dan dipersentasikan secara
bersama-sama dengan dihadari oleh Ditjen PHKA dan pihak manajemen FZS
yang setelah disetujui dapat menterjemahkannya kedalam Bahasa Inggris;
• 15 kopi dari laporan itu akan diberikan kepada Ditjen PHKA dan 1 kopi diberikan
kepada masing-masing UPT dan lembaga/organisasi terkait pada tingkat
kabupaten dan pusat yang menjadi mitra FZS;

V.

EVALUASI
Evaluasi dari proyek dan program akan dilaksanakan sebagai berikut :
1. Evaluasi akan dilaksanakan oleh Ditjen PHKA dan FZS dan/atau bila perlu dengan
melibatkan lembaga/organisasi terkait setelah terlebih dahulu disepakati oleh kedua
belah pihak;

/:;

13

2. Evaluasi Tahunan akan dilaksanakan setiap tahun dan evaluasi akhir akan
dilaksanakan menjelang berakhirnya MSP ini;
3. Evaluasi Tahunan dilaksanakan untuk memantau, mengarahkan dan memperbaiki
implementasi kegiatan, dan penyesuaian akan dilakukan pada rencana aktivitas
masa berikutnya berdasarkan pertimbangan kesesuaian teknis dan kebijakan kedua
belah pihak;
4. Evaluasi Akhir dilaksanakan mulai enam bulan sebelum masa MoU berakhir untuk
menilai dan mempertimbangkan kelanjutan kerjasama dengan memperhatikan
tujuan, efektivitas, efesiensi konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia.

, / ] 14

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING
BETWEEN
THE MINISTRY OF FORESTRY
OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
AND
FRANKFURT ZOOLOGICAL SOCIETY
CONCERNING
COOPERATIVE PROGRAMME OF WILDLIFE AND HABITAT CONSERVATION

The Ministry of Environment and Forestry of the Republic of Indonesia and the Frankfurt
Zoological Society (hereinafter referred to as FZS), hereinafter collectively referred to as
the "Parties".

CONSIDERING the mutual interest of both Parties in wildlife and habitat conservation
especially in Jambi and Riau Province;

REFER to the prevailing laws and regulations as well as the procedures and policy of the
Government of the Republic of Indonesia concerning international technical cooperation;

HAVE AGREED AS FOLLOWS:

ARTICLE I
OBJECTIVE
The objective of this cooperation is to promote and support wildlife and habitat
conservation.

ARTICLE II
SCOPE OF COOPERATION
The scope of cooperation of this Memorandum of Understanding shall include:
1. Conservation of Sumatran Orangutan
2. Wildlife monitoring

3.
4.
5.
6.

Wildlife habitat protection
Wildlife conflict mitigation
Education and public awareness about conservation
Community development

ARTICLE III
AREA OF COOPERATION
(1) The Parties agreed to work together at Bukit Tigapuluh landscape area, which covers
Riau and Jambi Province;
(2) Any change of area cooperation shall need written agreement from the Parties

ARTICLE IV
PROGRAMME DIRECTION AND ANNUAL PLAN OF OPERATION
(1) The programme and cooperation mechanism shall be stipulated in Programme
Direction which constitutes as an annex and as integral part of this Memorandum of
Understanding.
(2) Detailed description of each programme or project shall be specified in the Annual
Plan of Operation. The Annual Plan of Operation shall describe detail specification of
each activity or programme including objectives, procedures, and financial
arrangements.
(3) The Annual Plan of Operation shall be drawn up and agreed upon by the Parties.
(4) The implementation of the projects or programme under this Memorandum of
Understanding shall be assessed annually.
(5) Activities implementation in each location shall be arrange in Cooperation Agreement
between FZS and the head of related Technical Implementing Unit (Unit Pelaksana
Teknis, UPT)

ARTICLE V
CONTRIBUTION OF THE PARTIES
(1) Ditjen PHKA shall:
a. Provide direction in the planning, implementation and evaluation of activities
undertaken;
b. Provide facilitation and coordination supports with other institutions from within the
Ministry of Forestry, other ministries, local governments, and other related
institutions in relation to the implementation of activities under this Memorandum
of Understanding;

c. Appoint the UPT of Ditjen PHKA to actively participate in the implementation of the
collaborative programme to ensure the benefits of the programmes;
d. Assist in arranging necessary permits for the approved qualified experts assigned
under this Memorandum of Understanding in accordance with prevailing
government regulation.

(2) FZS shall:
a. Together with Ditjen PHKA prepare draft of annual work plans, implement activities,
and provide reports in accordance with this Memorandum of Understanding;
b. Involve Ditjen PHKA personnel in the implementation and supervision of activities
under this Memorandum of Understanding;
c. Provide technical assistance, equipment, and capacity building of Ditjen PHKA and
its UPT through training, meeting, seminar, and other activities;
d. Support Ditjen PHKA and its UPT in developing information systems and providing
information materials on biodiversity for management requirements;
e. Provide qualified expert as requested by Ditjen PHKA to transfer knowledge;
f. Provide local communities economic empowerment programs for better support and
benefit from biodiversity conservation and protected areas management;
g. Promote cooperation and dialogue with related institutions in forestry or nonforestry sector at national and international level as well as private organizations as
proposed by Ditjen PHKA;
h. Support promotion of conservation efforts through developing awareness
campaigns to keep a positive image of Indonesia through the media at local,
national and international level;
i. Guarantee availability of funding support from overseas sources for the
implementation of the activities during the period of this Memorandum of
Understanding with a target of US$ 400.000 (four hundred thousand dollars)
annually.

ARTICLE VI
INVOLVEMENT OF OTHER PARTIES
(1) If it is deemed necessary, FZS may have cooperation with other parties including but
not limited to other non government organizations, government agencies, private
entities, academic institutions and communities to implement the activities under this
Memorandum of Understanding.
(2) Such cooperation in Paragraph 1 of this Article shall be mutually agreed by Ditjen
PHKA and shall be in accordance with the prevailing laws and regulations of the
Republic of Indonesia.

ARTICLE VII
ASSET STATUS

(1)
(2)

Assets procured/purchased by FZS to support programme implementation will be
used solely for the purpose of programme implementation;
The assets purchased by FZS and used for any project under the framework of this
cooperation will belong to Ditjen PHKA, and after termination of the cooperation shall
be handed over to Ditjen PHKA in accordance to the prevailing laws and regulations
to be used for supporting biodiversity conservation in Indonesia.

ARTICLE VIII
INTELLECTUAL PROPERTY RIGHTS

( 1) Intellectual property rights on notes, reports, maps, survey resutts, data bases,
know-how, photographs, videos or other information, whether tangible or intangible
from which have been developed in joint work between Ditjen PHKA and FZS
pursuant to this Memorandum of Understanding shall be jointly owned by both
Parties except where such intellectual property rights are legally held by a other
party.
(2) The Parties shall consult with and obtain prior permission from the other party to use
the result of cooperation as described at Paragraph 1 of this Article.
(3) Each Party may be permitted to use the intellectual property right for the purpose of
maintaining, adapting, and improving such properties for the purpose as stipulated in
the scope of cooperation.
(4) Each Party shall be liable for any claim made by any other party on the ownership
and legality of the use of the intellectual property right which is brought in by the
aforementioned Party for implementation of the cooperation activities under this
Memorandum of Understanding.
(5) All publications under the framework of the implementation of cooperation shall bear
Ditjen PHKA and FZS logo and mention Ditjen PHKA and FZS as implementation
partners. Based on their involvement, the Parties shall be recognized as the authors
of publications and receive copies of these publications.
(6) FZS shall use the intellectual property right arising from the cooperation with Ditjen
PHKA for non-profit purposes only.
(7) Whenever either Party requires the cooperation of other parties for the utilization of
intellectual property, this Party shall give first preference of cooperation to the other
initial cooperating Party, which will be waived if the other Party is unable to
participate in mutually beneficiary manner.
(8) Whenever either Party requires the cooperation of another party outside Ditjen PHKA
and FZS for any financial support, either Party shall consult the other Party of any
4

implications especially on the intellectual property right that may arise under the
implementation of this Memorandum of Understanding.
(9) For the collection of specimens during research activities, collecting of specimens
should be in accordance with the regulations pertaining to Material Transfer
Agreement issued by the Government of the Republic of Indonesia;
(10) Termination of this Memorandum of Understanding shall not affect rights or
obligations under this Article.

ARTICLE IX
GENETIC RESOURCES AND TRADITIONAL KNOWLEDGE
(1) The Parties shall recognize the value of Genetic Resources and Traditional Knowledge
(hereinafter GRTK), and recognize the rights of holders of GRTK to the effective
protection over GRTK against misuse and misinterpretation of both Parties.
(2) GRTK shall be protected against misuse and misappropriation in both Parties.
(3) Any acquisition, appropriation or utilization of GRTK by unfair or illicit means
constitutes an act of misinterpretation. Misappropriation may also include deriving
commercial benefit from acquisition, appropriation or utilization of GRTK when the
person using that GRTK knows or is negligent in failing to know, that it was acquired
or appropriated by unfair means and other commercial activities contrary to honest
practices that gain inequitable benefit from GRTK;
( 4) Subject to compliance with its obligation referred to in Paragraph 3 of this Article,
each Party shall, in respect of the intellectual property protection of GRTK, according
within its territory, (i) to natural persons who are nationals of, or are domiciled in the
territory of any of the other Party and (ii) to legal entitles which or natural persons
who, in the territory of any of the other Party, have a real and effective
establishment for the creation, protection and transaction of GRTK, the same
treatment that it accords to its own nationals;
(5) Any access to and use of GRTK of the respective Party under the implementation of
this Memorandum of Understanding shall require prior consent permit from the
relevant authorities of the Party. The Party shall insure that the local communities
concerned shall be prior informed consent with the access and informed with the
results of the cooperative and or collaborative activities using such GRTK.
(6) When the cooperative and of collaborative activities under this Memorandum of
Understanding utilize GRTK for commercial purpose, the Party, on behalf of its local
communities concerned, shall be entitled to the right of intellectual property, where
appropriate, and associated benefit sharing.
(7) The benefits of protection of GRTK to which its holders are entitled include the fair
and equitable sharing of benefits arising out of the commercial of industrial use of
GRTK.

t;s

(8) Legal means should be available to provide remedies for holders of GRTK on cases
where the fair and equitable sharing of benefits as provided for in Paragraph 7 of this
Article has not occurred.

ARTICLE X
MATERIAL TRANSFER AGREEMENT
(1) "Material" means any material of plants and animals including viruses' ongm,
including reproductive and vegetative propagating material, containing functional
units of heredity and other material relating to Genetic Resources and Traditional
Knowledge (GRTK).
(2) All research material or resources used in the collaboration will be transferred using a
Standard Material Transfer Agreement (SMTA) concluded between the provider and
the user. The agreement shall be subject to approval by relevant of appropriate
authorized authority of the Parties.
(3) Such materials or resources will be transferred upon the signing of the SMTA and will
be subject to pertinent bio-safety and bio-prospecting laws, rules, and regulations.
(4) Either Party may use such materials, but will give full credit to the source of the
materials;
(5) In case programmes or projects of cooperation under Agreement should involve
transfer of materials or resources, the Parties shall agree to facilitate the transfer
under the conditions of this agreement, in accordance with the respective laws and
regulations of the parties, taking into account international law and treaties binding
the Parties.
(6) All available passport data and, subject to applicable law, any other associated
available non confidential descriptive information, shall be made based on the
Genetic Resources availability.
(7) The recipient undertakes that the material shall be used or conserved only for the
purposes as agreed in agreement.
(8) In the case that the Recipient transfers the Material supplied under this agreement to
another person or entity, the recipient shall do so under the terms and conditions of
the Standard Material Transfer Agreement.
(9) The terms and condition for the transfer materials or resources to other parties shall
be stipulated by the Parties in implementing arrangement.

ARTICLE XI
CONFIDENTIALITY
(1) If either Party wishes to disclose any confidential data and/or information received,
shared or resulted from the cooperation activities under this Memorandum of
6

Understanding to any other party, the disclosing party must obtain prior consent from
the other Party before any disclosure can be made.
(2) The Parties agree that the provision of this Article shall continue to be binding
between the Parties notwithstanding the termination of this Memorandum of
Understanding.

ARTICLE XII
LIMITATIONS OF PERSONNEL ACTIVITIES
(1) FZS shall ensure that its staff in conducting activities pursuant to this Memorandum
of Understanding shall:
a. Observe, respect and comply with laws, regulations and policies of the Government
of the Republic of Indonesia;
b. Be in line with the Indonesian National interest;
c. Respect the integrity of the Unitary State of the Republic of Indonesia and refrain
from supporting any separatist movements;
d. Refrain from involving in any intelligence / clandestine activities;
e. Respect the customs, traditions and any religious creed of the local communities;
f. Refrain from engaging in any political and commercial activities;
g. Refrain from conducting any religious propaganda activities;
h. Refrain from conducting any activities in conflict areas and sensitive borders;
i. Not raise any funds in Indonesia to support its programmes and activities;
j. Refrain from conducting any activities other than those agreed upon by the Parties
(2) Any violations of the above mentioned in Paragraph 1 of this Article may result the
revocation of all permits of the personnel concerned and termination of this
Memorandum of Understanding.

ARTICLE XIII
SETTLEMENT OF DIFFERENCES
Any disputes or differences arising out of the interpretation or implementation of this
Memorandum of Understanding shall be settled amicably through consultation and or
negotiations between the Parties, based on the principle of equality and mutual respect.

iJ

7

ARTICLE XIV
AMENDMENT
This Memorandum of Understanding may be amended at any time by mutual written
consent of the Parties. Such amendments shall enter into force on such date as may be
determined by the Parties and shall form as an integral part of this Memorandum of
Understanding.

ARTICLE XV
ENTRY INTO FORCE, DURATION AND TERMINATION
(1) This Memorandum of Understanding shall come into force on the date of signing and
shall remain in force for a period of 3 (three) years and may be extended based on
the evaluation conducted by the Parties.
(2) Either Party may propose to extend this Memorandum of Understanding by giving a
written notification to the other Party at least six months prior to the expiry date of
this Memorandum of Understanding by considering the evaluation result.
(3) Either Party may terminate this Memorandum of Understanding at any time by giving
written notification to the other Party at least six mont hs prior to the intended
termination. In the event of terminating of the Memorandum of Understanding, the
terminator Party shall develop a termination plan to ensure the full and smooth
transition of the Annual Plan agreed.

IN WITNESS WHERE OF, the undersigned, have signed this Memorandum of
Understanding.

DONE in duplicate at Jakarta on the

.l! ..t11 day of February in the year two t housand and

fifteen, in Indonesian and English, both texts are being equally authentic. In case of any
divergence of interpretation, Indonesian text shall prevail.

For the Directorate General of Forest
Prote¥n and ature Conservation of
the inistry of orestry of
th Republic o Indonesia

For Frankfurt Zoological Society

(/
Dr. Christof Schenck
FZS Executive Director

PROGRAMME DIRECTION
OF
MEMORANDUM OF UNDERSTANDING
BETWEEN
THE MINISTRY OF FORESTRY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
AND
FRANKFURT ZOOLOGICAL SOCIETY
CONCERNING

COOPERATIVE PROGRAMME OF WILDLIFE AND HABITAT CONSERVATION

PROGRAMME DIRECTION

I.

PROGRAMME

a.

b.

c.
d.

e.

f.

To realize this cooperative programme, PHKA and FZS shall conduct activities in
Sumatra related to the conservation of natural biodiversity through activities that
support:
Sumatran Orangutan Conservation
• Sumatran Orangutan Reintroduction and Rehabilitation
• Orangutan Rescue
• Orangutan Conflict Mitigation
• Development of existing infrastructure within the forest area as Orangutan
Reintroduction Centre, forest patrol post, and education and training centre.
Wildlife monitoring:
• Together with the UPT of Ditjen PHKA, complete the data of wildlife distribution in
Bukit Tiga Puluh landscape.
• Together with the UPT of Ditjen PHKA conduct wildlife distribution mapping in Bukit
Tiga Puluh landscape.
Wildlife-related data sharing with the UPT of Ditjen PHKA
Wildlife Habitat Protection:
• Development of wildlife habitat data in Bukit Tiga Puluh landscape.
• Protection of wildlife corridor in Bukit Tiga Puluh landscape.
• Arrange and implement priority plan for wildlife habitat protection and development
in Bukit Tiga Puluh landscape.
Wildlife conflict mitigation:
• Together with the UPT of Ditjen PHKA arrange and implement wildlife conflict
mitigation plan in Bukit Tiga Puluh landscape.
• Support the settlement and handling of wildlife conflict.
• Develop data series for wildlife in Bukit Tiga Puluh and its surrounding landscape.
• Community recruitment, training, and empowerment on forest protection.
Conservation awareness and education:

• Conservation/environmental education to schools around Bukit liga Puluh
landscape
• Community extension/socialization
• Production of information and socialization materials
• Conservation exhibition
• Collaboration with the UPT of Ditjen PHKA to implement conservation awareness
and education programme
• Provide information centre on environmental education as part of the effort to
increase community awareness on nature conservation.
• Provide materials and instructors for forest protection and nature conservation
trainings.
g. Community Development
• Identification of potentials of the buffer villages around Bukit liga Puluh landscape.
• Establish organization to implement community empowerment activities
• Develop the capacity to increase community's economy around Bukit liga Puluh
landscape.

II.

No.
1.

AREA OF WORK AND FUNDING RESOURCE
1) The area of work of FZS under this Memorandum of Understanding is Bukit tigapuluh
landsecape, specifically :
a. The province of Riau
b. The province of Jambi
Expansion of the area of work is possible at any time, subject to agreement by both
parties;
Scope of Cooperation

Programme

Sumatran Orangutan

1. Acceptance and

Conservation

adaptation orangutan

Location

Period

Total Budget

Riau and Jambi

2014

USO 250.000

rehabilitation
2. Reintroduction and
monitoring after release

2.

Community Development

3. Survey and radio
telemetry
4. Observations and
maintenance of plot
phenology and tree
distribution network: feed
and observation paths
5. Scientific research and
mass media
6. Socialization and conflict
mitigation
1. Develop a management
plan involving the villages

Source of
Funds
FZS and from
different legal,
international
donors under
the
coordination of

FZS

Jam bi

10

3.

a. Wildlife and habitat
protection patrols
b. Wildlife conflict
mitigation
c. Wildlife monitoring and
database collection

4.

III.

Education and public
awareness on conservation

about land-use sustainable
2. Fast track the activities
in the villages about the
development program
tailored to the community
development
3. Development of
agroforestry
1. Habitat security patrols
and map updates
2. Wildlife inventory
(MIST / SMART)
3. Socialization
4. Joint patrols with FZS
partners
5. Basic Ranger Training
forWPU
6. Human and Sumatran
elephant conflict mitigation
7. Installation of camera
traps to monitor the
population of Sumatran
Tiger
8. Survey and monitoring
of tiger populations
1. Visits to schools
(elementary, junior hig
school, senior high school)
2. Socialization to the
community around Bukit
Tigapuluh landscape
3. Posters and bulletin
4. Exhibition

Riau and Jambi

2014

USO 150.000

The Orangutan
Project
from
different legal,
international
donors under
the
coordination of
FZS

2014

USO 25.000

Perth Zoo

Jam bi

Riau and Jambi

MECHANISM

1) Planned activities will be included in the Plan of Operation (PO), which will be in effect
during the period of this agreement, which is 5 years. The plan must include the
targets to be achieved within 5 years, planned outputs and outcomes, types of
activities and the impacts for ecosystem protection, nature conservation and the
sustainable management of natural resources. The PO is to be formulated based on
the results of identification, observation and evaluation of problems and adjusted with
the needs, opportunities and availability of funds. Amendment to this PO shall be
possible through consultation and based on agreement of both parties.
2) Proposed PO can be prepared together and/or by one of the parties to be agreed by
both in order to ensure that the program and activities are in line with the
development strategies, policies and the priorities of government institutions at all
levels (central, provincial and/or district) as well as in line with the national

3)

4)

5)

6)

IV.

development plan. Therefore, the agreed PO must be the basis for the implementation
of the cooperation;
The Annual Work Plan {AWP) shall be prepared by FZS together with the local UPTs of
PHKA and/or with the related Echelon I institution from the Forestry Department. The
AWP will be presented together in the annual forum to be agreed together with the
Directorate General PHKA and FZS;
The above mentioned Annual Working Plan shall include details of the targets, the type
of activities, the involved personnel, the evaluation procedure, cost estimates as well
as the contribution of FZS and the Directorate General of PHKA/UPT together with
other related parties;
Within the implementation of activities, FZS and related Head of Technical Executive
Unit (UPT) PHKA will make the technical arrangement and shall coordinate on all levels
together with other relevant parties;
For more detailed coordination of the implementation of this Memorandum of
Understanding, PHKA will appoint the Directorate of Biodiversity Conservation as the
coordinator, including technical nature related aspects, along with other relevant
Directorates and local UPTs of Ditjen PHKA;

REPORTING
1) Reports are to be prepared through consultation process between both parties and to
be delivered to related parties;
2) Format and reporting period

a. Special Report:
Special report is to be prepared for specific cases that need to be handled rapidly;

b. Regular Reports:
The regular reports consist of:

Annual Report
The annual report is to be prepared annually through joint consultation and will then
be presented in annual forum of PHKA - FZS. The agreed annual report will be
delivered to related parties. The annual report shall include the status of activities
implemented based on the AWP, achievements, personnel/experts involved,
equipments and budget available/disbursed, problems and constraints as well as
recommendation for the next steps;

Mid-term Report
A Mid-term report is to be prepared every 6 months by joint consultation and to be
delivered to relevant institutions. The Mid-term report shall include achievements of
activities, personnel/experts involved, problems and constraints as well as
recommendation for the next steps;
/;

12

Quarterly Reports
Quarterly reports are to be prepared by the field staff of FZS and shall include the
similar contents as mid-term and annual report; the report sends to the related
implementation unit (UPT) of Ditjen PHKA.

c. Anal Report
The final report is to be prepared together after a period of five years elapsed and to
be delivered to related parties under following criterion:
i. The report has to include outputs of activities, pers