Treaty Room - Treaty

REPUBLIK INDONESIA

PERSETUJUAN
ANT ARA
KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA
DAN
KEMENTERIAN FEDERAL PERTAHANAN
REPUBLIK FEDERAL JERMAN
TENT ANG
PERLINDUNGAN BERSAMA INFORMASI RAHASIA

Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan
Pertahanan Republik Federal Jerman ("Para Pihak"),

Kementerian

Federal

Bermaksud untuk menjamin perlindungan informasi rahasia yang dipertukarkan
antara otoritas berwenang dari Para Pihak atau melalui lembaga berwenang
masing-masing serta dengan kontraktor di wilayah Pihak lainnya atau antara

kontraktor dari Para Pihak,
Berkeinginan meletakkan pengaturan tentang perlindungan bersama informasi
rahasia yang berlaku untuk semua pengaturan kerja sama yang ditandatangani di
antara Para Pihak dan kontrak yang melibatkan pertukaran informasi rahasia ,
Telah menyetujui sebagai berikut:

PASAL1
PENGERTIAN

Untuk tujuan Persetujuan ini:
1.

lnformasi rahasia adalah
a.

Di Republik Federal Jerman,
fakta , barang-barang atau intelijen yang, terlepas dari bagaimana
mereka disajikan, harus dirahasiakan dari kepentingan umum . Mereka

2

harus diklasifikasikan oleh, atau oleh permintaan dari, suatu lembaga
resmi sesuai dengan kebutuhan perlindungan mereka;
b.

Di Republik Indonesia,
informasi, termasuk barang-barang , dan/atau kegiatan yang harus
dilindungi sesuai dengan prosedur operasi standar, jika pengetahuan
tentang itu oleh orang (orang-orang) yang tidak berhak dapat
membahayakan kedau latan , keutuhan dan keamanan Republi k
Indonesia

2.

Kontrak rahasia adalah
kontrak antara otoritas atau perusahaan dari negara salah satu Pihak
(pejabat pembuat kontrak) dengan suatu perusahaan dari negara Pihak lain
(kontraktor); di mana menurut kontrak tersebut, informasi rahasia dari negara
pejabat pembuat kontrak diserahkan kepada kontraktor, yang akan
dikembangkan oleh kontraktor atau yang akan dapat diakses oleh anggota
staf kontraktor yang akan melakukan tugas-tugas di fasi litas pejabat pembuat

kontrak

3.

Tingkat klasifikasi keamanan didefinisikan sebagai berikut:
a.

b.

Di Republik Federal Jerman, informasi rahasia adalah
1)

GEHEIM jika pengetahuan tentang hal itu oleh orang yang tid ak
berhak dapat menimbulkan ancaman terhadap keamanan
Republik Federal Jerman atau salah satu negara bagiannya , atau
dapat menyebabkan kerusakan parah pada kepentingan mereka,

2)

VS-VERTRAULICH jika pengetahuan tentang hal itu oleh orang

yang tidak berhak dapat merusak kepentingan Republik Federal
Jerman atau salah satu negara bagiannya ,

3)

VS-NUR fClr den DIENSTGEBRAUCH jika pengetahuan tentang
hal itu oleh orang yang tidak berhak dapat merugikan kepentingan
Republik Federal Jerman atau salah satu negara bagiannya.

Di Republik Indonesia, informasi rahasia adalah
1)

RAHASIA, jika pengetahuan tentang hal itu oleh orang yang tidak
berhak dapat menimbulkan ancaman serius bagi keamanan ,
kedau latan , dan integritas nasional ,

2)

KONFIDENSIAL, jika pengetahuan tentang hal itu oleh orang yang
tidak berhak dapat menimbulkan ancaman terhad ap keamanan

nasional dan fungsi negara dan pemerintah.

3)

TERBATAS, jika pengetahuan tentang hal itu oleh orang yang
tidak berhak dapat merugikan kepentingan instansi terkait.

3
PASAL 2
PERBANDINGAN

Para Pihak menetapkan bahwa klasifikasi keamanan informasi rahasia berikut ini,
termasuk informasi rahasia NATO, akan dibandingkan:
JERMAN

INDONESIA

INGGRIS

NATO


GEHEIM

RAHASIA

SECRET

VS-VERTRAULICH

KONFIDENSIAL

CONFIDENTIAL

VS-NUR FOR DEN
DIENSTGEBRAUCH

TERBATAS

RESTRICTED


NATO SECRET
NATO
CON Fl DENTIAL
NATO
RESTRICTED

PASAL 3
PEMBERIAN TANDA

1.

lnformasi rahasia yang dikirimkan harus ditandai dengan klasifikasi
keamanan nasional yang sebanding sebagaimana diatur dalam Pasal 2 oleh,
atau oleh permintaan dari, pejabat yang berwenang dari penerima. Ketika
tanda tersebut tidak dikomunikasikan, Pihak pengirim wajib memberitahu
Pihak penerima secara tertulis klasifikasi keamanan nasionalnya. lnformasi
rahasia NATO, yang dipertukarkan antar Para Pihak, akan dilindungi
berdasarkan ketentuan Persetujuan dan tidak kurang ketat daripada yang
diminta oleh standar keamanan NATO yang berlaku.


2.

lnformasi rahasia yang dihasilkan di negara penerima sehubungan dengan
kontrak rahasia, serta salinan yang dibuat di negara penerima, juga harus
ditandai.

3.

Klasifikasi keamanan wajib, atas permintaan dari pihak berwenang dari
negara asal, diubah atau dicabut oleh, atau atas permintaan dari, pejabat
yang berwenang dari penerima terhadap informasi rahasia yang diberikan.
Pejabat berwenang dari negara asal wajib, enam minggu di muka,
menginformasikan pejabat yang berwenang dari Pihak lainnya mengenai
keinginannya untuk mengubah atau mencabut klasifikasi keamanan.

PASAL 4
TINDAKAN-TINDAKAN DI TINGKAT NASIONAL

1.


Dalam lingkup undang-undang nasional mereka masing-masing, Para Pihak
harus mengambil semua tindakan yang tepat untuk menjamin perlindungan
keamanan informasi rahasia yang dihasilkan, dipertukarkan atau dimiliki
menurut ketentuan Persetujuan ini. Mereka akan memberikan informasi

4
rahasia tersebut tingkat perlindungan keamanan sekurang-kurangnya sama
dengan yang dipersyaratkan oleh Pemerintah Pihak penerima untuk
informasi
rahasianya sendiri
yang
sebanding tingkat klasifikasi
keamanannya.
2.

lnformasi rahasia hanya boleh digunakan untuk tujuan yang ditentukan.
Pihak penerima tidak boleh mengungkapkan atau menggunakan, atau
mengizinkan pengungkapan atau penggunaan, setiap informasi rahasia
kecuali untuk tujuan dan dalam batasan yang dinyatakan oleh atau atas
nama Pihak asal. Pemilik awal informasi rahasia harus memberikan

persetujuan tertulisnya terlebih dahulu bagi setiap pengaturan yang
bertentangan.

3.

Akses terhadap informasi rahasia dapat diberikan hanya untuk orang-orang
yang mempunyai kepentingan untuk tahu berdasarkan tugasnya dan kecuali dalam hal informasi rahasia pada tingkat "VS-NUR DEN FUR
DIENSTGEBRAUCH/TERBATAS" - yang telah diberikan kewenangan untuk
memiliki akses terhadap informasi rahasia dari tingkat klasifi kasi keamanan
yang sebanding. lzin keamanan harus diberikan hanya setelah selesainya
pemeriksaan keamanan dengan standar yang tidak kurang ketat daripada
yang diterapkan untuk akses ke informasi rahasia nasional dengan tingkat
klasifikasi keamanan yang seband ing.

4.

Akses
terhadap
informasi
rahasia

pada
tingkat
"VSVERTRAULICH/KONFIDENSIAL" atau lebih tinggi oleh orang yang
memegang kewarganegaraan tungga l dari salah satu Pihak dapat diberikan
tanpa izin terlebih dahulu dari Pemerintah asal.

5.

ljin Keamanan Pribadi untuk warga negara dari salah satu Pihak yang
tinggal, dan membutuhkan akses terhadap informasi rahasia, di negara
mereka sendiri harus dilakukan oleh otoritas keamanan nasional
mereka/otoritas keamanan yang ditunjuk atau otoritas nasional lainnya yang
berwenang.

6.

Namun, ljin Kemanan Pribadi bagi warga dari salah satu Pihak yang
menetap secara sah di negara Pihak lain dan melamar pekerjaan dengan
derajat keamanan yang sensitif di negara itu akan dilakukan oleh otoritas
keamanan berwenang dari negara itu, dengan melakukan pemeriksaan di
luar negeri bilamana diperlukan.

7.

Para Pihak wajib, masing-masing dalam wilayahnya sendiri, memastikan
bahwa pemeriksaan keamanan yang diperlukan dilaksanakan dan bahwa
Persetujuan ini dipatuhi.

5
8.

Ketentuan-ketentuan berikut dari Persetujuan ini tidak berlaku terhadap
pad a
tingkat
"VS-NUR
tor
den
informasi
rahasia
DIENSTGEBRAUCH/TERBATAS": Pasal 5 dan Pasal 6.

PASAL 5
PEMBERIAN KONTRAK RAHASIA

1.

Sebelum pemberian kontrak rahasia, pejabat pembuat kontrak, melalui
otoritas berwenangnya, mendapatkan ljin Keamanan Fasilitas dari pejabat
yang berwenang dari kontraktor untuk memperoleh kepastian apakah calon
kontraktor tunduk pada pengawasan keamanan oleh yang otoritas yang
berwenang dari negara ini dan apakah calon kontraktor tersebut telah
mengambil tindakan pengamanan yang diperlukan untuk menjalankan
kontrak tersebut. Apabila kontraktor belum tunduk pada pengawasan
keamanan, aplikasi dapat dibuat untuk tujuan itu.

2.

ljin Keamanan Fasilitas juga harus didapatkan jika perusahaan telah diminta
untuk mengajukan penawaran dan jika informasi rahasia harus diberikan
sebelum pemberian kontrak menurut prosedur lelang.

3.

Dalam hal sebagaimana disebut dalam ayat 1 dan 2 di atas, prosedur berikut
harus diterapkan:
a.

Permintaan
dari negara
sifat, ruang
yang akan
olehnya.

untuk penerbitan ljin Keamanan Fasilitas untuk kontraktor
Pihak lain harus memuat informasi tentang proyek serta
lingkup dan tingkat klasifikasi keamanan informasi rahasia
diberikan kepada kontraktor atau yang akan dihasilkan

b.

Selain nama lengkap perusahaan, alamat suratnya, nama pejabat
keamanan, telepon dan nomor faks dan, jika mungkin, alamat surat
elektroniknya. ljin Keamanan Fasilitas harus mencakup informasi
khususnya pada sejauh mana, dan hingga tingkat klasifikasi keamanan
apa, tindakan keamanan telah diambil oleh perusahaan masing-masing
berdasarkan peraturan keamanan nasional.

c.

Otoritas berwenang dari Para Pihak akan saling memberitahukan setiap
perubahan dalam fakta-fakta yang dicakup dalam ljin Keamanan
Fasilitas yang dikeluarkan.

d.

Pertukaran informasi tersebut antara otoritas yang berwenang dari Para
Pihak akan berlaku baik dalam bahasa nasional dari otoritas tersebut
atau dalam bahasa lnggris.

6
e.

ljin Keamanan Fasil itas dan perm intaan yang ditujukan kepada otoritas
berwenang dari Para Pihak untuk penerbitan ljin Keamanan Fasilitas
akan dikirimkan secara tertu li s.

PASAL 6
PELAKSANAAN KONTRAK RAHASIA
1.

Kontrak rahasia harus memuat klausul persyaratan keamanan dimana
kontraktor berkewaj iban untuk membuat pengaturan yang diperlukan untuk
melindungi informasi rahasia sesuai dengan peraturan keamanan nasional
negaranya.

2.

Selain itu, klausul persyaratan keamanan harus memuat ketentuan berikut:
a.

definisi dari istilah "informasi rahasia" dan tingkat-tingkat yang
seband ing dari tanda-tanda pengaman dan klasifikasi keamanan dari
Para Pihak sesuai dengan ketentuan-ketentuan Persetujuan ini;

b.

nama-nama dari otoritas berwenang dari masing-masing Para Pihak
yang diberikan
kuasa
untuk mengotorisasi pemberian dan
mengkoordinasikan pengamanan informasi rahasia yang berkaitan
dengan kontrak;

c.

saluran yang akan digunakan untuk mengirim informasi rahasia antara
otoritas berwenang dan kontraktor yang terlibat;

d.

prosedur dan mekanisme untuk mengkomunikasikan perubahan yang
mungkin timbul sehubungan dengan informasi rahasia yang disebabkan
karena perubahan dalam tanda pelindung atau karena perlindungan
tidak lagi diperlukan;

e.

prosedur untuk persetujuan kunjungan, atau akses, oleh personil dari
kontraktor;

f.

prosedur untuk peng1nman informasi rahasia kepada kontraktor di
mana informasi tersebut akan digunakan atau dimiliki;

g.

persyaratan bahwa kontraktor harus memberikan akses terhadap
informasi rahasia hanya untuk orang yang memiliki kepentingan-untuktahu dan telah diberi tanggung jawab untuk, atau berkontribusi
terhadap, pelaksanaan kontrak dan - kecuali dalam kasus informasi
rahasia
pad a
tingkat
"VS-NUR
fUr
den
DIENSTGEBRAUCH/TERBATAS" - telah diberikan ijin keamanan pada
tingkat yang sesuai terlebih dahulu;

7

h.

persyaratan bahwa informasi rahasia hanya boleh diungkapkan, atau
pengungkapan informasi rahasia hanya boleh diizinkan , kepada
seseorang apabila hal ini telah disetujui oleh Pemerintah asal;

i.

persyaratan bahwa kontraktor harus segera memberitahukan otoritas
berwenangnya tentang kerugian nyata atau dugaan, kebocoran atau
pengungkapan yang tidak sah dari informasi rahasia yang dicakup oleh
kontrak.

3.

Otoritas berwenang dari pejabat pembuat kontrak harus menyediakan
pemegang kontrak daftar terpisah (panduan klasifikasi) dari semua catatan
dokumen yang membutuhkan klasifikasi keamanan, harus menentukan
tingkat klasifikasi keamanan yang diperlukan dan harus mengatur daftar ini
untuk disertakan sebagai lampiran kontrak rahasia. Otoritas berwenang dari
pejabat pembuat kontrak juga harus mengirimkan , atau mengatur untuk
pengiriman , daftar tersebut kepada otoritas berwenang dari kontraktor.

4.

Otoritas berwenang dari pejabat pembuat kontrak harus memastikan bahwa
kontraktor akan diberikan akses terhadap informasi rahasia hanya setelah
ljin Keamanan Fasilitas yang bersangkutan telah diterima dari otoritas
berwenang dari kontraktor.

PASAL 7
PENGIRIMAN INFORMASI RAHASIA
1.

Sebagai hal yang pnns1p, informasi rahasia pada tingkat "VSVERTRAULICH/
KONFIDENSIAL" dan
"GEHEl M/RAHASIA"
harus
dikirimkan dari satu negara ke negara lain dengan kurir resmi. Para Pihak
dapat menyepakati jalur pengiriman alternatif. Penerimaan informasi rahasia
harus dikonfirmasikan oleh , atau atas permintaan dari , otoritas berwenang
dan informasi rahas ia tersebut harus disampaikan kepada penerima sesuai
dengan peraturan keamanan nasional.

2.

Untuk proyek khusus tertentu, otoritas berwenang dapat menyetujui - secara
umum atau tunduk pada pembatasan - bahwa informasi rahasia pada tingkat
"VS-VERTRAULICH/KONFIDENSIAL" dan "GEHEIM/RAHASIA" dapat
dikirimkan melalui jalur selain kurir resmi jika ketergantungan pada jasa kurir
resm i tersebut dapat menyebabkan kesulitan yang tidak semestinya untuk
transportasi tersebut atau untuk pelaksanaan kontrak. Dalam keadaaan
terse but:
a.

pembawa haru s diberi kewenangan untuk mendapatkan akses
terhadap informasi rahasi a dengan tingkat kl asifikasi keamanan yang
sebanding;

8
b.

daftar informasi rahasia yang dikirimkan harus disimpan oleh agen
pengiriman; salinan daftar ini harus diserahkan kepada penerima untuk
diteruskan kepada otoritas berwenang;

c.

barang-barang informasi rahasia harus dikemas sesuai dengan
peraturan yang mengatur transportasi dalam batas-batas nasional;

d.

barang-barang dengan informasi rahasia harus dikirimkan dengan bukti
penerimaan;

e.

pembawa harus membawa sertifikat kurir yang dikeluarkan oleh otoritas
berwenang dari badan yang mengirim atau yang menerima.

3.

Dalam hal pengiriman informasi rahasia dalam jumlah besar, sarana
transportasi, rute, dan pengawalan harus ditentukan berdasarkan kasus per
kasus dan atas dasar rencana transportasi rinci oleh otoritas berwenang.

4.

Transmisi elektronik informasi rahasia pada tingkat "VS-VERTRAULICH I
KONFIDENSIAL" dan lebih tinggi tidak dapat dilakukan dalam bentuk tidak
terenkripsi. lnformasi rahasia pada tingkat klasifikasi keamanan ini hanya
dapat dienkripsi dengan perangkat enkripsi yang disetujui oleh kesepakatan
bersama oleh otoritas keamanan berwenang dari Para Pihak.

5.

lnformasi rahasia pada tingkat "VS-NUR DEN FUR DIENSTGEBRAUCH/
TERBATAS" dapat dikirimkan melalui pos atau jasa pengiriman lainnya
kepada penerima di dalam wilayah Pihak lainnya, dengan memperhatikan
peraturan keamanan nasional.

6.

lnformasi
rahasia
pada
tingkat
"VS-NUR
DEN
FUR
DIENSTGEBRAUCH/TERBATAS" dapat dikirimkan secara elektronik atau
disediakan melalui perangkat enkripsi komersial yang disetujui oleh otoritas
nasional berwenang dari Para Pihak. lnformasi rahasia pada tingkat
keamanan ini hanya dapat dikirimkan dalam bentuk tidak terenkripsi dengan
ketentuan bahwa hal ini tidak bertentangan dengan peraturan keamanan
nasional , bahwa tidak ada perangkat enkripsi yang disepakati yang tersedia,
transmisi dapat dilakukan hanya dalam jaringan tetap dan pengirim dan
penerima telah menyepakati terlebih dahulu usulan pengiriman tersebut.

PASAL 8
KUNJUNGAN
1.

Sebagai hal prinsip, hanya dengan izin dari otoritas berwenang dari Pihak
yang negaranya akan dikunj ung i bahwa pengunjung dari wilayah salah satu
Pihak akan, di wil ayah Pihak lainnya, diberikan akses terhadap informasi
rahasia dan fasilitas di mana informasi rahasia sedang ditangani. lzin

9
tersebut akan diberikan hanya kepada orang yang mempunyai kepentinganuntuk-tahu dan - kecuali dalam hal informasi militer rahasia pada tingkat "VSNUR DEN FUR DIENSTGEBRAUCH/TERBATAS" - yang telah diberikan
kewenangan untuk memiliki akses informasi rahasia.
2.

Permintaan untuk berkunjung harus disampaikan, secara tepat waktu dan
sesuai dengan peraturan dari Negara yang wilayahnya akan dikunjungi,
kepada otoritas berwenang dari Pihak tersebut. Pihak berwenang harus
saling memberi informasi mengenai rincian permintaan tersebut dan harus
memastikan bahwa data pribadi dilindungi.

3.

Permintaan untuk berkunjung disampaikan dalam bahasa negara yang akan
dikunjungi atau dalam bahasa lnggris dan harus memuat informasi berikut:
a.

nama pertama dan nama keluarga pengunjung, tanggal dan tempat
lahir, dan nomor paspor atau kartu id entitasnya;

b.

kewarganegaraan pengunjung;

c.

sebutan pangkat pengunjung , dan nama otoritas atau badan induknya;

d.

tingkat izin keamanan pengunjung untuk mengakses informasi rahasia;

e.

tujuan kunjungan, tangga l yang diusulkan dan lama kunjungan;

f.

lembaga yang akan dituju, orang-orang yang dapat dihubungi dan
instalasi yang akan dikunjungi.

PASAL 9
KONSULTASI
1.

Para Pihak wajib memperhatikan ketentuan yang mengatur perlindungan
informasi rahasia yang berlaku di dalam wilayah Pihak lain.

2.

Untuk memastikan kerjasama yang erat dalam pelaksanaan Persetujuan ini,
otoritas berwenang akan saling berkonsultasi atas permintaan salah satu dari
pihak berwenang tersebut.

3.

Setiap Pihak wajib, sebagai tambahan, mengijinkan otoritas keamanan
nasional atau otoritas keamanan yang ditunjuk dari Pihak lain atau otoritas
keamanan lain yang ditunjuk sesuai kesepakatan bersama, untuk
mengunjung i wilayahnya untuk membahas, dengan otoritas keamanannya,
prosedur dan fasilitasnya untuk perlindungan informasi militer rahasia yang
diterima dari Pihak lainnya. Setiap Pihak wajib membantu otoritas tersebut
dalam memastikan apakah informasi rahasia yang telah disediakan oleh

10
Pihak lainnya cukup terlindungi. Rincian kunjungan akan ditetapkan oleh
pihak yang berwenang.

PASAL10
PELANGGARAN KETENTUAN YANG MENGATUR PERLINDUNGAN
BERSAMA INFORMASI RAHASIA

1.

Manakala pengungkapan yang tidak sah dari informasi rahasia tidak dapat
diabaikan atau jika pengungkapan tersebut dicurigai atau dipastikan , Pihak
lain harus segera diberitahu.

2.

Pelanggaran ketentuan yang mengatur perlindungan informasi rahasia harus
diselidiki, dan tindakan hukum yang tepat harus diambil , oleh pejabat yang
berwenang dan pengad il an dari Pihak tersebut yang memiliki kewenangan
hukum , sesuai dengan hukum yang berlaku di Pihak tersebut. Pihak lain
harus, jika diminta, mendukung penyelidikan tersebut dan harus diberitahu
tentang hasilnya .

PASAL11
BIAYA-BIAYA

Masing-masing Pihak wajib membayar biaya yang dikeluarkannya dalam
melaksanakan ketentuan-ketentuan Persetujuan ini .

PASAL12
OTORITAS BERWENANG

Para Pihak akan saling memberitahukan mengenai otoritas yang bertanggung
jawab untuk pelaksanaan Persetujuan ini.

PASAL13
HUBUNGAN DENGAN PERSETUJUAN, NOTA KESEPAHAMAN
DAN PENGATURAN LAINNYA

Setiap Persetujuan, Nata Kesepahaman dan Pengaturan yang ada antara Para
Pihak atau pejabat yang berwenang tentang perlindungan informasi rahasia tidak
akan terpengaruh oleh Persetujuan ini sejauh mereka tidak bertentangan dengan
ketentuan-ketentuannya.

11

PASAL14
KETENTUANPENUTUP
1.

Persetujuan ini mulai berlaku pada tanggal penandatanganan.

2.

Persetujuan ini berlaku untuk waktu yang tidak terbatas.

3.

Salah satu Pihak dapat, melalui jalur diplomatik, mengakhiri Persetujuan ini
dengan memberikan pemberitahuan tertulis enam bulan sebelumnya. Jika
terjadi pembatalan, informasi rahasia yang telah dikirimkan, atau dihasilkan
oleh kontraktor, atas dasar Persetujuan ini akan terus diperlakukan sesuai
dengan ketentuan Pasal 4 di atas untuk sepanjang waktu yang ditentukan
oleh adanya klasifikasi keamanan.

4.

Persetujuan ini dapat diamandemen secara tertulis melalui kesepakatan
bersama antara Para Pihak. Salah satu Pihak dapat setiap saat mengajukan
permohonan tertulis untuk amandemen Persetujuan ini. Jika permintaan
tersebut disampaikan oleh salah satu Pihak, Para Pihak akan memulai
perundingan mengenai amandemen Persetujuan ini.

5.

Setiap perselisihan antara Para Pihak mengenai penafsiran atau penerapan
Persetujuan ini, akan diselesaikan melalui konsultasi antara para Pihak dan
tidak akan dirujuk ke pengadilan nasional atau internasional atau pihak
ketiga untuk penyelesaiannya.

SEBAGAI BUKTI , yang bertandatangan di bawah ini, yang diberi kuasa, telah
menandatangani Persetujuan ini.
Dibuat di Berlin pada tanggal 4 Maret 2013 dalam dua rangkap asli, masingmasing dalam bahasa Indonesia, Jerman dan lnggris, semua naskah tersebut
berkekuatan hukum yang sama. Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran dari teks
bahasa Indonesia dan Jerman, maka teks bahasa lnggris yang akan berlaku.

Untuk Kementerian Pertahanan
Republik Indonesia

Untuk Kementerian Federal Pertahanan
Republik Federal Jerman

SJAFRIE SJAMSOEDDIN

RODIGER WOLF

WAKIL MENTERI PERTAHANAN

SEKRETARIS NEGARA

Signed

Signed

REPUBLIK INDONESIA

ABKOMMEN
ZWISCHEN
DEM VERTEIDIGUNGSMINISTERIUM DER REPUBLIK INDONESIEN

UNO
DEM BUNDESMINISTERIUM DER VERTEIDIGUNG
DER BUNDESREPUBLIK DEUTSCHLAND
OBER
DEN GEGENSEITIGEN SCHUTZ VON VERSCHLUSSSACHEN

Das
Verteidigungsministerium
der
Republik
lndonesien
und
Bundesministerium der Verteidigung der Bundesrepublik Deutschland
Vertragsparteien"),

das
(,,die

in der Absicht, den Schutz van Verschlusssachen zu gewahrleisten, die zwischen
den zustandigen Behorden der Vertragsparteien oder Ober deren bevollmachtigte
Stellen sowie mit Auftragnehmern im Hoheitsgebiet der anderen Vertragspartei
oder zwischen Auftragnehmern beider Vertragsparteien ausgetauscht werden,
van dem Wunsch geleitet, eine Regelung Ober den gegenseitigen Schutz van
Verschlusssachen zu schaffen, die auf alle zwischen den Vertragsparteien zu
schliel1enden Abkommen Ober Zusammenarbeit und auf Vertrage, die einen
Austausch van Verschlusssachen mit sich bringen, Anwendung findet,
sind wie folgt Obereingekommen:

ARTIKEL 1
BEGRIFFSBESTIMMUNGEN

Im Sinne dieses Abkommens
1.

sind Verschlusssachen

2

2.

a.

in der Bundesrepublik Deutschland
im offentlichen
lnteresse geheimhaltungsbedurftige Tatsachen ,
Gegenstande
oder
Erkenntnisse,
unabhang ig
von
ihrer
Darstellungsform. Sie werden entsprechend ihrer Schutzbedurftigkeit
von einer amtlichen Stelle oder auf deren Veranlassung eingestuft;

b.

in der Republik lndonesien
im Einklang mit den standigen Dienstanweisungen zu schutzende
lnformationen, einschlieBlich Gegenstande und/oder MaBnahmen,
wenn die Kenntnisnahme durch Unbefugte die Souveranitat, lntegritat
und Sicherheit der Republik lndonesien gefahrden kann.

ist ein Verschlusssachenauftrag
ein Vertrag zwischen einer Behorde oder einem Unternehmen aus dem Staat
der einen Vertragspartei (Auftraggeber) und einem Unternehmen aus dem
Staat der anderen Vertragspartei (Auftragnehmer); im Rahmen eines
derartigen Vertrags sind Versch lusssachen aus dem Staat des Auftraggebers
dem Auftragne hmer zu uberlassen , von dem Auftragnehmer zu entwicke ln
oder Mitarbe itern des Auftrag nehmers , die Arbeiten in Einrichtungen des
Auftraggebers durchzufUh ren haben , zugang lich zu machen.
Fur die Geheimhaltungsgrade gelten die fo lgenden Begriffsbestimmungen:
a.

b.

In der Bundesrepublik Deutschland sind Verschlusssachen
1)

GEHEIM , wenn die Kenntnisnahme durch Unbefugte die
Sicherheit der Bundesrepublik Deutschland oder eines ihrer
Lander gefahrden oder ihren lnteressen schweren Schaden
zufUgen kann,

2)

VS-VERTRAULICH, wenn die Kenntnisnahme durch Unbefugte
fUr die lnteressen der Bundesrepublik Deutschland oder eines
ihrer Lander schadlich sein kann,

3)

VS-NUR
FOR
DEN
DIENSTGEBRAUCH,
wenn
die
Kenntnisnahme durch Unbefugte fUr die lnteressen der
Bundesrepublik Deutschland oder eines ihrer Lander nachteilig
sein kann.

In der Republik lndonesien sind Versch lusssachen
1)

RAHASIA, wenn die Ke nntnisnahme durch Un befu gte eine
ern sth afte Bedrohung fUr die nationale Sicherheit, Souvera nitat
und lntegritat darstellen kann ,

3
2)

KONFIDENSIAL, wenn die Kenntn isnahme durch Unbefugte eine
Bedrohung fOr die nation ale Sicherheit und das Funktionieren des
Staates und der Reg ierung darstell en kann,

3)

TERBATAS, wenn die Kenntnisnahme durch Unbefugte fOr die
lnteressen der betroffenen Einrichtungen nachteilig sein kann.

ARTIKEL 2
VERGLEICHBARKEIT

Die Vertragsparteien legen fest, dass folgende Geheimhaltungsgrade, auch der
NATO-Verschlusssachen, vergleichbar sind :
BUNDESREPUBLIK
DEUTSCH LAN D
GEHE IM

REPUBLIK
INDON ES IEN
RAHASIA

ENGLISCHE
ENTSPRECHUNG
SECRET

VS-VERTRAULICH

KONFIDENSIAL

CONFl DENTIAL

VS-NUR FOR DEN
DIENSTGEBRAUCH

TERBATAS

RESTRICTED

NATO
NATO SECRET
NATO
CONFIDENTIAL
NATO
RESTRICTED

ARTIKEL 3
KENNZEICHNUNG

1.

Obermittelte Verschlusssachen werden von der fur ihren Empfanger
zustandigen Behorde oder auf deren Veran lassung mit dem nach Artikel 2
verg leichbaren nationalen Geheimhaltungsgrad gekennzeichnet. Wird diese
Kennzeichnung nicht mitgeteilt, so unterrichtet die herausgebende
Vertragspartei die empfangende Vertragspartei schriftlich Ober ihren
Geheimhaltungsgrad.
Zwischen
den
Vertragsparteien
nationalen
ausgetauschte NATO-Versch lusssachen werden nach den Bestimmungen
dieses Abkommens und mindestens so streng geschotzt, wie es die
geltenden NATO-Sicherheitsstandards vorgeben.

2.

Die Kennzeichnungspflicht gilt auch fOr Verschlusssachen, die im
Empfangerstaat im Zusammenhang mit Verschlusssachenauftragen
entstehen, und fOr im Empfangerstaat hergestellte Kopien .

4
3.

Geheimhaltungsgrade werden van der tor den Emptanger der betreffenden
Verschlusssache zustandigen Behorde oder aut deren Veranlassung aut
Ersuchen der zustandigen Behorde des herausgebenden Staates geandert
oder autgehoben. Die zustandige Behorde des herausgebenden Staates
setzt die zustandige Behorde der anderen Vertragspartei sechs Wochen im
Voraus Ober ihre Absicht in Kenntnis, einen Geheimhaltungsgrad zu andern
oder autzuheben.

ARTIKEL 4
INNERSTAATLICHE MARNAHMEN

1.

Die
Vertragsparteien
treffen
im
Rahmen
ihrer innerstaatlichen
Rechtsvorschritten alle geeigneten Mar.inahmen, um den Geheimschutz van
Verschlusssachen zu gewahrleisten, die nach diesem Abkommen entstehen,
ausgetauscht
oder
autbewahrt
werden.
Sie
gewahren
diesen
Verschlusssachen mindestens den gleichen Geheimschutz, wie er van der
Regierung der emptangenden Vertragspartei tor eigene Verschlusssachen
des vergleichbaren Geheimhaltungsgrads gefordert wird.

2.

Die Verschlusssachen werden ausschlier.ilich tor den angegebenen Zweck
verwendet. Die emptangende Vertragspartei dart Verschlusssachen weder
bekannt geben oder nutzen noch ihre Bekanntgabe oder Nutzung gestatten,
es sei denn, dies geschieht tor die Zwecke und im Rahmen etwaiger
Beschrankungen, die van oder im Auttrag der herausgebenden
Vertragspartei testgelegt warden sind. Einer gegenteiligen Regelung muss
der Herausgeber der Verschlusssache schrittlich zugestimmt haben.

3.

Die Verschlusssachen dOrfen nur Personen zuganglich gemacht werden, die
autgrund ihrer Autgaben die Bedingung ,,Kenntnis nur, wenn notig" erfOllen
und
die
aur.ier
im
Fall
van
als
VS-NUR
FOR
DEN
DIENSTGEBRAUCH/TERBATAS eingestuften Verschlusssachen - zum
Zugang zu Verschlusssachen des vergleichbaren Geheimhaltungsgrads
ermachtigt sind. Die Ermachtigung setzt eine SicherheitsOberprOtung voraus,
die mindestens so streng sein muss wie diejenige, die tor den Zugang zu
innerstaatlichen Verschlusssachen des vergleichbaren Geheimhaltungsgrads
durchgetohrt wird.

4.

Der Zugang zu Verschlusssachen des Geheimhaltungsgrads VSVERTRAULICH/KONFIDENSIAL und hoher durch eine Person mit der
alleinigen Staatsangehorigkeit einer Vertragspartei wird ohne vorherige
Genehmigung der herausgebenden Regierung gewahrt.

5
5.

Sicherheitsuberprufungen van Staatsangehorigen einer Vertragspartei, die
ihren Aufenthalt im eigenen Land haben und dart Zugang zu
Verschlusssachen
benotigen,
werden
van
deren
Nationalen
Sicherheitsbehorden beziehungsweise Beauftragten Sicherhe itsbehorden
oder anderen zustand igen innerstaatlichen Behorden vorgenommen.

6.

Sicherheitsuberprufungen van Staatsangehorigen einer Vertragspartei , die
ihren rechtmal'1igen Aufenthalt im Staatsgebiet der anderen Vertragspartei
haben und sich dart um eine sicherheitsempfindliche Tatigkeit bewerben,
werden hingegen van der zustandigen Sicherheitsbehorde dieses Staates
durchgefOhrt, wobei gegebenenfalls Sicherheitsauskunfte im Ausland
eingeholt werden.

7.

Die Vertragsparteien sorgen innerhalb ihres Hoheitsgebiets
DurchfOhrung der erforderlichen Sicherheitsinspektionen und
Einhaltung dieses Abkommens.

8.

Fur Verschlusssachen des Geheimhaltungsg rads VS-NUR FOR DEN
DIENSTGEBRAUCH/TERBATAS find en Artikel 5 und 6 dieses Abkommens
keine Anwendung.

fOr
fOr

die
die

ARTIKEL 5
VERGABE VON VERSCHLUSSSACHENAUFTRAGEN

1.

Var Vergabe eines Verschlusssachenauftrags halt der Auftraggeber Ober die
fOr ihn zustandige Behorde bei der fOr den Auftragnehmer zustandigen
Behorde einen Sicherheitsbescheid ein, um sich vergewissern zu konnen, ob
der in Aussicht genommene Auftragnehmer der Geheimschutzaufsicht durch
die zustandige Behorde seines Landes unterliegt und ob er die fOr die
AuftragsdurchfOhrung erforderlichen Geheimschutzvorkehrungen getroffen
hat. Unterliegt ein Auftragnehmer noch nicht der Geheimschutzaufsicht, so
kann dies beantragt werden.

2.

Ein Sicherheitsbescheid ist auch dann einzuholen , wenn ein Unternehmen
zur Abgabe eines Angebots aufgefordert warden ist und im Rahmen des
Ausschreibungsverfahrens bereits var Auftragsvergabe Verschlusssachen
Oberlassen werden mussen.

3.

In den Fallen der Absatze 1 und 2 wird das folgende Verfahren angewendet:
a.

Antrage auf Ausstellung eines Sicherheitsbescheids fOr Auftragnehmer
aus dem Staat der anderen Vertragspartei enthalten Angaben Ober das
Vorhaben sowie die Art, den Umfang und den Geheimhaltungsgrad der

6
dem Auftragnehmer voraussichtlich zu uberlassenden oder bei ihm
entstehenden Versch lusssachen.
b.

Sicherheitsbescheide mussen neben der vollstandigen Bezeichnung
des Unternehmens, seiner Postanschrift und dem Namen seines
Sicherheitsbevollmachtigten, der Telefon- und Faxverbindung und
gegebenenfalls der E-Mail-Adresse insbesondere Angaben daruber
erhalten, in welchem Umfang und bis zu welchem Geheimhaltungsgrad
bei dem betreffenden Unternehmen Geheimschutzma13,nahmen auf der
Grundlage innerstaatlicher Geheimschutzvorschriften getroffen worden
sind.

c.

Die zustandigen Behorden der Vertragsparteien teilen es einander mit,
wenn sich die den ausgestellten Sicherheitsbescheiden zugrunde
liegenden Sachverhalte andern.

d.

Der Austausch dieser Mitteilungen zwischen den zustandigen Behorden
der Vertragsparteien erfolgt in der Landessprache der zu
unterrichtenden Behorde oder in englischer Sprache.

e.

Sicherheitsbescheide und an die jeweils zustand igen Behorden der
Vertragsparteien
gerichtete
Antrage
auf
Ausstellung
von
Sicherhe itsbescheiden sind schriftlich zu ubermitteln.

ARTIKEL 6
DURCHF0HRUNGVONVERSCHLUSSSACHENAUFTRlGEN

1.

Verschlusssachenauftrage mussen eine Geheimschutzklausel enthalten, der
zufolge der Auftragnehmer verpflichtet ist, die zum Schutz von
Verschlusssachen erforderlichen Vorkehrungen in Obereinstimmung mit den
innerstaatlichen Geheimschutzvorschriften seines Landes zu treffen.

2.

Au13,erdem sind
aufzunehmen:

folgende

Bestimmungen

in

die

Geheimschutzklausel

a.

die Bestimmung des Begriffs ,,Verschlusssachen" und der
vergleichbaren
Geheimschutzkennzeichnungen
und
Geheimhaltungsgrade der beiden Vertragsparteien in Obereinstimmung
mit diesem Abkommen;

b.

der Name der jeweils zustandigen
Behorde der beiden
Vertragsparteien, die zur Genehmigung der Oberlassung von
Verschlusssachen , die mit dem Auftrag in Zusammenhang stehen , und

7
zur Koordinierung des Schutzes dieser Verschlusssachen ermachtigt
ist;

3.

c.

die Wege, Ober die Verschlusssachen zwischen den zustandigen
Behorden und beteiligten Auftragnehmern weiterzugeben sind;

d.

die Verfahren und Mechanismen for die Mitteilung von Anderungen, die
sich moglicherweise in Bezug auf Verschlusssachen aufgrund von
Anderungen ihrer Geheimschutzkennzeichnungen oder wegen des
Wegfalls der SchutzbedOrftigkeit ergeben;

e.

die Verfahren fOr die Genehmigung von Besuchen oder des Zugangs
von Personal der Auftragnehmer;

f.

die Verfahren fOr die Obermittlung von Verschlusssachen an
Auftragnehmer, bei denen solche Verschlusssachen verwendet oder
aufbewahrt werden sollen;

g.

die Forderung, dass der Auftragnehmer den Zugang zu einer
Verschlusssache nur einer Person gewahren darf, die die Bedingung
,,Kenntnis nur, wenn notig" erfOllt und mit der DurchfOhrung des
Auftrags beauftragt oder daran beteiligt ist und - 。オセ・イ@
im Fall von als
VS-NUR FOR DEN DIENSTGEBRAUCH/TERBATAS eingestuften
Verschlusssachen
zuvor
bis
zum
entsprechenden
Geheimhaltungsgrad sicherheitsOberprOft warden ist;

h.

die Forderung, dass Verschlusssachen an eine Person nur
weitergegeben beziehungsweise ihre Weitergabe nur gestattet werden
darf, wenn die herausgebende Regierung dem zugestimmt hat;

i.

die Forderung, dass der Auftragnehmer seine zustandige Behorde
unverzOglich Ober jeden erfolgten oder vermuteten Verlust sowie jede
begangene oder vermutete lndiskretion oder unbefugte Bekanntgabe
der unter den Auftrag fallenden Verschlusssachen zu unterrichten hat.

Die tor den Auftraggeber zustandige Behorde benennt dem Auftragnehmer in
einer gesonderten Aufstellung (Einstufungsliste) samtliche Vorgange, die
einer Verschlusssacheneinstufung bedOrfen, legt den erforderlichen
Geheimhaltungsgrad fest und veranlasst, dass diese Aufstellung dem
Verschlusssachenauftrag als Anhang beigefOgt wird. Die fOr den
Auftraggeber zustand ige Behorde Obermittelt diese Aufstellung auch an die
fOr den Auftragnehmer zustand ige Behorde oder veranlasst deren
Obermittlung.

8
4.

Die fLir den Auftraggeber zustandige Behorde stellt sicher, dass dem
Auftragnehmer Verschlusssachen erst dann zuganglich gemacht werden,
wenn der entsprechende Sicherheitsbescheid der tor den Auftragnehmer
zustandigen Behorde vorliegt.

ARTIKEL 7
UBERMITTLUNG VON VERSCHLUSSSACHEN

1.

Verschlusssachen
der
Geheimhaltungsgrade
VS-VERTRAULICH/
KONFIDENSIAL und GEHEIM/RAHASIA werden von einem Staat in den
anderen
grundsatzlich
auf amtlichem
Kurierweg
befOrdert.
Die
Vertragsparteien konnen alternative Obermittlungswege vereinbaren. Der
Empfang von Verschlusssachen wird von der zustandigen Behorde oder auf
deren Veranlassung bestatigt und die Verschlusssachen nach MaBgabe der
innerstaatlichen Geheimschutzvorschriften an den Empfanger weitergeleitet.

2.

Die zustandigen Behorden konnen tor ein genau bezeichnetes Vorhaben allgemein oder unter Festlegung von Beschrankungen - vereinbaren, dass
Verschlusssachen
der
Geheimhaltungsgrade
VS-VERTRAULICH/
KONFIDENS IAL und GEHEIM/RAHASIA auf einem anderen als dem
amtlichen Kurierweg befOrdert werden dOrfen, sofern die Einhaltung des
amtlichen Kurierwegs den Transport oder die AusfOhrung eines Auftrags
unangemessen erschweren wOrde. In diesen Fallen
a)

muss der BefOrderer zum Zugang zu Verschlusssachen
vergleichbaren Geheimhaltungsgrads ermachtigt sein;

b)

muss ein Verzeichnis der Obermittelten Verschlusssachen bei der
absendenden Stelle verbleiben; ein Exemplar dieses Verzeichnisses ist
dem Empfanger zur Weiterleitung an die zustandige Behorde zu
Obergeben;

c)

mOssen die Verschlusssachen nach den fLir die lnlandsbefOrderung
geltenden Bestimmungen verpackt sein;

d)

muss
die
Obergabe
der
Empfangsbescheinigung erfolgen;

e)

muss der BefOrderer einen Kurierausweis mit sich tohren, den die tor
die absendende oder die empfangende Stelle zustandige Behorde
ausgestellt hat.

Verschlusssachen

des

gegen

9
3.

Fur die Betorderung von Verschlusssachen von erheblichem Umfang werden
Transportmittel, Transportweg und Begleitschutz in jedem Einzelfall durch die
zustandigen Behorden auf der Grundlage eines detaillierten Transportplans
festgelegt.

4.

VS-VERTRAULICH/
Verschlusssachen
des
Geheimhaltungsgrads
KONFIDENSIAL und hoher durfen auf elektronischem Wege nicht
unverschlOsselt Obermittelt werden. Fur die VerschlOsselung von
Verschlusssachen
dieser
Geheimhaltungsgrade
dOrfen
nur
VerschlOsselungssysteme eingesetzt werden, die von den zustandigen
Sicherheitsbehorden der Vertragsparteien in gegenseitigem Einvernehmen
zuge lassen warden sind.

5.

Verschlusssachen des Geheimhaltungsgrads VS-NUR
FOR
DEN
DIENSTGEBRAUCH/TERBATAS konnen unter BerOcksichtigung der
innerstaatlichen Geheimschutzvorschriften an Empfanger im Hoheitsgebiet
der anderen Vertragspartei mit der Post oder anderen Zustelldiensten
Obermittelt werden.

6.

Verschlusssachen des Geheimhaltungsgrads VS-NUR
FOR
DEN
DIENSTGEBRAUCH/TERBATAS
konnen
mittels
handelsOblicher
VerschlOsselungsgerate, die von einer zustandigen innerstaatlichen Behorde
der Vertragsparteien zugelassen warden sind, elektronisch Obertragen oder
zugang lich gemacht werden. Eine unverschlusselte Obermittlung von
Verschlusssachen dieses Geheimhaltungsgrads ist nur zu lassig, wenn
innerstaatliche Geheimschutzvorschriften dem nicht entgegenstehen, ein
zugelassenes VerschlOsselungssystem nicht verfugbar ist, die Obermittlung
ausschlief3ilich innerhalb von Festnetzen erfolgt und Absender und
Empfanger sich zuvor Ober die beabsichtigte Obermittlung verstandigt haben.

ARTIKEL 8
BESUCHE

1.

Besuchern aus dem Hoheitsgebiet einer Vertragspartei wird im Hoheitsgebiet
der anderen Vertragspartei Zugang zu Verschlusssachen und zu
Einrichtungen , in denen Verschlusssachen bearbeitet werden, grundsatzlich
nur mit vorheriger Genehmigung der zustand igen Behorde der Vertragspartei
gewahrt, deren Land besucht werden soil. Diese Genehmigung wird nur
Personen erteilt, die die Bedingung "Kenntnis nur, wenn notig" erfullen und auf3ier im Fall von als VS-NUR FOR DEN DIENSTGEBRAUCH/TERBATAS
eingestuften
militarischen
Verschlusssachen
zum
Zugang
zu
Verschlusssachen ermachtigt sind.

10
2.

Besuchsantrage werden rechtzeitig und nach den Vorschriften des
Vertragsstaats, in dessen Hoheitsgebiet die Besucher einzureisen wunschen,
bei der zustandigen Behorde der betreffenden Vertragspartei eingereicht. Die
zustandigen Behorden teilen einander die Einzelheiten solcher Antrage mit
und stellen den Schutz personenbezogener Oaten sicher.

3.

Besuchsantrage werden in der Sprache des zu besuchenden Landes oder in
englischer Sprache und mit folgenden Angaben versehen eingereicht:
a.

Vor- und Familienname, Geburtsdatum und -ort sowie die Pass- oder
Personalausweisnummer des Besuchers;

b.

Staatsangehorigkeit des Besuchers;

c.

Dienstbezeichnung des Besuchers und Name der Behorde oder Stelle,
die er vertritt;

d.

Grad der Ermachtigung
Verschlusssachen;

e.

Besuchszweck, vorgesehenes Datum und Dauer des Besuchs;

f.

Angabe der Stellen, Ansprechpartner und Einrichtungen , die besucht
werden sollen.

des

Besuchers

fUr

den

Zugang

zu

ARTIKEL 9
KONSULTATIONEN

1.

Die Vertragsparteien nehmen von den im Hoheitsgebiet der jeweils anderen
Vertragspartei
geltenden
Bestimmungen
uber den
Schutz von
Verschlusssachen Kenntnis.

2.

Um eine enge Zusammenarbeit bei der DurchfUhrung dieses Abkommens zu
gewahrleisten, konsultieren die zustandigen Behorden einander auf
Ersuchen einer dieser Behorden.

3.

Jede Vertragspartei erlaubt daruber hinaus der Nationalen oder Beauftragten
Sicherhe itsbehorde der anderen Vertragspartei oder jeder im gegenseitigen
Einvernehmen bezeichneten anderen Behorde, Besuche in ihrem
Hoheitsgebiet durchzufUhren, um mit ihren Sicherheitsbehorden ihre
Verfahren
und
Einrichtungen
zum
Schutz
von
militarischen
Verschlusssachen, die ihr von der anderen Vertragspartei zur Verfugung
gestellt wurden, zu erortern. Jede Vertragspartei unterstutzt diese Behorde

11
bei der Feststellu ng , ob solche Verschlusssachen, die ihr van der anderen
Vertragspartei zur VerfOgung gestellt warden sind , ausreichend geschOtzt
werden . Die Einzelheiten der Besuche werden van den zustand igen
Behorden festgelegt.

ARTIKEL 10
VERLETZUNG DER BESTIMMUNGEN UBER DEN
GEGENSEITIGEN SCHUTZ VON VERSCHLUSSSACHEN

1.

Wenn eine unbefugte Bekanntgabe van Verschlusssachen nicht
auszuschlieBen ist, vermutet oder festgestellt wird, ist dies der anderen
Vertragspartei unverzOglich mitzuteilen.

2.

Verletzungen der Bestimmungen Ober den Schutz van Verschlusssachen
werden van den zustandigen Behorden und Gerichten der Vertragspartei,
deren Zustand igkeit gegeben ist, nach dem Recht dieser Vertragspartei
untersucht und verfolgt. Die andere Vertragspartei soll diese Ermittlungen auf
Ersuchen unterstotzen und ist Ober das Ergebn is zu unterrichten.

ARTIKEL 11
KOSTEN

Jede Vertragspartei tragt die ihr bei der DurchfOhrung dieses Abkommens
entstehenden Kosten.

ARTIKEL 12
ZUSTANDIGE BEHORDEN

Die Vertragsparteien unterrichten einander darOber, welche Behorden tor die
DurchfOhrung dieses Abkommens zustandig sind.

ARTIKEL 13
VERHAL TNIS ZU AN DEREN UBEREINKUNFTEN, ABSPRACHEN
UNO VEREINBARUNGEN

Alie bestehenden ObereinkOnfte, Absprachen und Vereinbarungen zwischen den
Vertragsparteien oder den zustand igen Behorden Ober den Schutz van

12
Verschlusssachen bleiben von diesem Abkommen unberuhrt, soweit sie diesem
nicht entgegenstehen.

ARTIKEL 14
SCHLUSSBESTIMMUNGEN

1.

Dieses Abkommen tritt am Tag seiner Unterzeichnung in Kraft.

2.

Dieses Abkommen wird auf unbestimmte Zeit geschlossen.

3.

Jede Vertragspartei kann dieses Abkommen unter Einhaltung einer Frist von
sechs Monaten auf diplomatischem Wege schriftlich kundigen. Im Fall der
Kundigung sind die aufgrund dieses Abkommens ubermittelten oder beim
Auftragnehmer entstandenen Verschlusssachen weiterhin nach Artikel 4 zu
behandeln, solange das Bestehen der Einstufung dies rechtfertigt.

4.

Dieses Abkommen kann einvernehmlich in Schriftform von den
Vertragsparteien geandert werden. Jede Vertragspartei kann jederzeit
schriftlich eine Anderung dieses Abkommens beantragen. Stellt eine
entsprechenden
Antrag,
so
nehmen
die
Vertragspartei
einen
Vertragsparteien Verhandlungen Ober die Anderung des Abkommens auf.

5.

Streitigkeiten Ober die Auslegung oder Anwendung dieses Abkommens
werden durch Kons ultationen zwischen den Vertragsparteien beigelegt und
nicht an ein nationales oder internationales Gericht oder einen Dritten zur
Schlichtung verwiesen.

ZU URKUND DESSEN, haben die unterzeichneten, hierzu gehorig befugten
Bevollmachtigten dieses Abkommen unterschrieben.
Geschehen zu Berlin am 4. Marz 2013 in zwei Urschriften, jede in indonesischer,
deutscher, und eng li scher Sprache , wobei jeder Wortlaut verbindlich ist. Bei
unterschiedlicher Auslegung des deutschen und des indonesischen Wortlauts ist
der eng lische Wortlaut mar.igebend.
Fur das Verteidigungsministerium
der Republik lndonesien

Signed
SJAFRl'E SJAMSOEDDIN
VICE-VERTEIDIGUNGSMINISTER

Fur das Bundesmini sterium der Verteidigung
det. Bundesreoublik Deutsch land

Signed
RUDIGeR WOLF
STAATSSEKRETAR

...?"

......_

G セ@
REPUBLIK INDONESIA

AGREEMENT
BETWEEN
THE MINISTRY OF DEFENCE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
AND
THE FEDERAL MINISTRY OF DEFENCE
OF THE FEDERAL REPUBLIC OF GERMANY
ON
THE MUTUAL PROTECTION OF CLASSIFIED INFORMATION

The Ministry of Defence of the Republic of Indonesia and the Federal Ministry
of Defence of the Federal Republic of Germany ("The Contracting Parties"),
Intending to ensure the protection of classified information that is exchanged
between the competent authorities of the Contracting Parties or through their
authorized agencies as well as with contractors in the territory of the other
Contracting Party or between contractors of the two Contracting Parties,
Desirous of laying down an arrangement on the mutual protection of
classified information that sha ll apply to all arrangements on cooperation to
be concluded between the Contracting Parties and to contracts involving an
exchange of classified information,
Have agreed as follows:

ARTICLE 1
DEFINITIONS

For the purposes of this Agreement:
1.

Classified information is
a.

In the Federal Republic of Germany,
facts, items or intelligence which, regardless of how they are
presented, are to be kept secret in the public interest. They
shall be classified by, or at the instance of, an official agency
in accordance with their need for protection;

2

b.

In the Republic of Indonesia,
information, including items, and/or activities to be protected
in accordance with the standard operating procedures, if
knowledge of it by unauthorized person(s) may endanger the
sovereignty,

integrity and

security of the

Republic of

Indonesia
2.

A classified contract is
a contract between an authority or an enterprise from the country
of one Contracting Party (contracting officer) and an enterprise
from the country of the other Contracting Party (contractor); under
such contract, classified information from the country of the
contracting officer is to be released to the contractor, is to be
developed by the contractor or is to be made accessible to
members of the contractor's staff who are to perform tasks in
facilities of the contracting officer.

3.

The levels of security classification are defined as follows:
a.

In the Federal Republic of Germany, classified information is
1)

GEHEI M if knowledge of it by unauthorized persons
may pose a threat to the security of the Federal
Repub lic of Germany or one of its states, or may cause
severe damage to their interests,

2)

VS-VERTRAULICH if knowledge of it by unauthorized
persons may be damaging to the interests of the
Federal Republic of Germany or one of its states,

3)

VS-NUR FOR DEN DIENSTGEBRAUCH if knowledge
of it by unauthorized persons may be disadvantageous
to the interests of the Federal Republic of Germany or
one of its states.

b. In the Republic of Indonesia, classified information is
1)

RAHASIA, if knowledge of it by unauthorized persons
may pose a serious threat to the national security,
sovereignty, and integrity.

3

2)

KONF IDENSIAL, if knowledge of it by unauthorized
persons may pose threat to the national security and the
functioning of the state and government.

3)

TERBATAS, if knowledge of it by unauthorized persons
may be disadvantageous to the interests of the related
institutions.

ARTICLE 2
COMPARABILITY

The Contracting Parties stipulate that the following security classifications of
classified information, including NATO classified information, shall be
comparable:

GERMAN

INDONESIAN

ENGLISH

NATO

GEHEIM

RAHASIA

SECRET

NATO SECRET

VS-VERTRAULICH

KONFIDENSIAL

CONFIDENTIAL

NATO
CONFIDENTIAL

VS-NUR FOR DEN

TERBATAS

DIENSTGEBRAUCH

RESTRICTED

NATO
RESTRICTED

ARTICLE 3
MARKING

1.

Transmitted classified information shall be marked with the comparable
national security classification as provided under Article 2 by, or at the
instance of, the competent authority of the recipient. When such marking
is not communicated, the originating Party shall advise the recipient
Party in writing of her national security classification. NATO classified
information, exchanged between the Contracting Parties, will be
protected under the provision of this Agreement and no less stringent
than requested by the applicable NATO security standards.

4

2.

Classified information wh ich is generated in the receiving country in
connection with classified contracts , as well as copies made in the
receiving country, shall also be marked.

3.

Security classifications shall, at the request of the competent authority of
the originating country, be amended or revoked by, or at the instance of,
the competent authority of the recipient of the given classified
information. The competent authority of the originating country shall, six
weeks in advance, inform the competent authority of the other
Contracting Party of its intention to amend or revoke a security
classification.

ARTICLE 4
MEASURES AT THE NATIONAL LEVEL

1.

Within the scope of their national legislation, the Contracting Parties
shall take all appropriate measures to guarantee the security protection
of classified information generated , exchanged or held under the terms
of this Agreeme nt. They shall afford such classified information a degree
of security protection at least equal to that requ ired by the Government
of the receiving Contracting Party for its own classified information of the
comparable level of security classification.

2.

The classified information shall be used solely for the designated
purpose. The receiving Contracting Party shall not disclose or use, or
permit the disclosure or use of, any classified information except for the
purposes and within any limitations stated by or on behalf of the
originating Contracting Party. The originator of the classified information
must have given his written consent to any arrangement to the contrary.

3.

Access to classified information may be granted only to persons having
a need-to-know on account of their duties and - except in the case of
classified

information

at

the

"VS-NUR

FOR

DEN

DIENSTGEBRAUCH/TERBATAS"level - having been authorized to
have access to classified information of the comparable level of security
classification. Security clearance shall be granted only after completion

5

of security screening under standard s no less stringent than those
applied for access to national classified information of the comparable
level of security classification.
4.

Access

to

classified

information

at

the

"VS-

VERTRAULICH/KONFIDENSIAL" level or higher by a person holding
the sole nationality of a Contracting Party shall be granted without prior
authorization of the originating Government.
5.

Personal Security Clearances for nationals of the Contracting Party
residing, and requiring access to classified information, in their own
country shall be undertaken by their National Security Authorities
(NSAs)/Designated Security Authorities (DSAs) or other competent
national authorities.

6.

However, Personal Security Clearances for nationals of one Contracting
Party who are legally resident in the country of the other Contracting
Party and apply for a security