Sistem Perwakilan di Indonesia DPR DPD d

TUGAS HUKUM TENTANG LEMBAGA
NEGARA
SISTEM PERWAKILAN DI INDONESIA
(DPR, DPD, dan MPR)

Arjuna Arsy Ulya 110110130328
Nama Dosen : Dr. Hernadi Affandi, S.H., M.H.
Fakultas Hukum Universitas Padjajaran

PEMBAHASAN MASALAH

1.1 Sistem Perwakilan
Mengenai kata “perwakilan” disini dapat bermakna pada perseorangan
maupun suatu kelompok yang memiliki kemampuan dan kewajiban untuk
berbicara, membuat tindakan, dsb. Pengertian perwakilan pun sangat
banyak macamnya. Salah satunya menurut pendapat Alfred de Grazia
(1994), yaitu hubungan antara dua orang, wakil dengan pihak yang
mewakilinya/konstituen,

dimana


wakil

memegang

otoritas

untuk

melaksanakan beberapa aksi yang mendapat persetujuan dari pihak yang ia
wakili. Kemudian menurut Hanna Penichel Pitkin (1957), perwakilan ialah
proses mewakili, dimana wakil bertindak dalam rangka bereaksi kepada
kepentingan pihak yang diwakili. Wakil bertindak sedemikian rupa sehingga
antara wakil dan pihak yang diwakili tidak terjadi konflik dan jika benar
terjadi, maka harus mampu diredakan dengan penjelasan. Kemudian
berdasarkan pendapat Budiarjo (1991), perwakilan merupakan konsep
bahwa seorang atau suatu kelompok memiliki kemampuan atau kewajiban
untuk berbicara dan bertindak atas nama suatu kelompok yang lebih besar.
Oleh karena itu, sistem perwakilan pada hematnya, ialah sistem yang
dijalankan untuk mewakili seluruh rakyat Indonesia oleh lembaga-lembaga
tertentu yang diatur oleh undang-undang.

Terdapat tiga sistem lembaga perwakilan yang dikenal umum, yaitu
unikameral,

bikameral,

dan

trikameral.

Keefektifan

sistem

lembaga

perwakilan ini ditentukan oleh keseimbangan kewenangan masing-masing
kamar dalam menjalankan berbagai fungsinya, seperti rekrutmen politik,
anggaran, perwakilan, kontrol, dan fungsi legilasilah yang paling penting.
Berpacu kepada amandemen UUD 1945, Indonesia menganut sistem
perwakilan bikameral, yaitu DPR dan DPD. Namun menurut Deputi Bidang

Persidangan dan Kerjasama Antar Parlemen DPR RI, Achmad Juned, Indonesia

menganut

sistem

perwakilan

menganut bikameral

dengan

unikameral
adanya

walaupun

DPR

Indonesia


terlihat

dan DPD. Namun

sangat

disayangkan disini fungsi DPD terbilang minim dengan hanya diikutsertakan
dalam perumusan kebijakan dan hanya memberi pertimbangan atas
penetapan

tersebut,

dimana

hal

ini

sangat


mencerminkan

ketidakseimbangan antara DPR dan DPD.
Namun

terdapat

pendapat

lain

juga

yang

menyatakan

bahwa


Indonesia menganut sistem perwakilan trikameral, yaitu dengan adanya
MPR, DPR, dan DPD. Sebelum amandemen UUD 1945, sistem perwakilan
Indonesia menganut bikameral, yaitu MPR dan DPR. Namun setelah
amandemen UUD 1945, bertambah dengan DPD.
Pendapat lain juga mengatakan bahwa Indonesia menganut sistem
perwakilan bikameral lemah/soft bicameral, dimana kamar pertama dalam
hal ini DPR, lebih kuat daripada kamar kedua, yaitu DPD. Sedangkan
sebenarnya dalam sistem perwakilan bikameral ini seharusnya terdapat
checks and balances antara keduanya untuk saling mengawasi dan jika kita
melihat pada fakta hukumnya bahwa kesenjangan wewenang DPR yang lebih
berkuasa daripada DPD. Ketidakseimbangan antara ide/teori dengan praktek
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memang sudah umum terjadi,
bahkan dalam hal sentral hukum seperti ini.

1.2.

Tugas dan Wewenang DPR, DPD, dan MPR

DPR:
Terkait dengan fungsi legislasi, DPR memiliki tugas dan wewenang:



Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas);



Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang;



Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah;
hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah; pengelolaan SDA dan SDE lainnya; serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah);



Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden ataupun DPD;




Menetapkan UU bersama dengan Presiden;



Menyetujui

atau

tidak

menyetujui

peraturan

pemerintah

pengganti UU (yang diajukan Presiden) untuk ditetapkan menjadi
UU.
Terkait dengan fungsi anggaran, DPR memiliki tugas dan wewenang:

1. Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (yang diajukan
Presiden);
2. Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan
RUU terkait pajak, pendidikan dan agama;
3. Menindaklanjuti

hasil

pemeriksaan

atas

pengelolaan

dan

tanggung jawab keuangan negara yang disampaikan oleh BPK;
4. Memberikan

persetujuan


terhadap

pemindahtanganan

aset

negara maupun terhadap perjanjian yang berdampak luas bagi
kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara;
Terkait

dengan

fungsi

pengawasan,

DPR

memiliki


tugas

dan

wewenang:


Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, dan
kebijakan pemerintah;



Membahas

dan

menindaklanjuti

hasil

pengawasan

yang

disampaikan oleh DPD (terkait pelaksanaan UU mengenai otonomi
daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah,
pengelolaan SDA dan SDE lainnya, pelaksanaan APBN, pajak,
pendidikan dan agama);
Tugas dan wewenang DPR lainnya, antara lain:



Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi
rakyat;



Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk: (1) menyatakan
perang ataupun membuat perdamaian dengan Negara lain; (2)
mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial;



Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal: (1) pemberian
amnesti dan abolisi; (2) mengangkat duta besar dan menerima
penempatan duta besar lain;



Memilih Anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD;



Memberikan persetujuan kepada Komisi Yudisial terkait calon hakim
agung yang akan ditetapkan menjadi hakim agung oleh Presiden;



Memilih 3 orang hakim konstitusi untuk selanjutnya diajukan ke
Presiden.
Kemudian dibandingkan dengan wewenang DPD, yaitu terkait fungsi

legislasi, tugas dan wewenangnya ialah:


Dapat mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada DPR



Ikut membahas RUU

Dengan beberapa bidang terkaitnya, ialah otonomi daerah; hubungan
pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah;
pengelolaan SDA dan sumber daya ekonomi lainnya serta perimbangan
keuangan daerah.
Terkait fungsi pertimbangan, tugas dan wewenangnya ialah:
1. Memberi pertimbangan kepada DPR;
2. Dapat mengawasi pelaksanaan undang-undang dan menyampaikan
hasil pengawasannya kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk
ditindaklanjuti;
3. Menerima hasil pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan BPK.
Dengan beberapa bidang terkaitnya, ialah otonomi daerah; hubungan
pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah;

pengelolaan SDA dan sumber daya ekonomi lainnya; perimbangan keuangan
daerah; pelaksanaan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara); dan
terkait pajak, pendidikan, dan agama.
Tugas, dan wewenang MPR secara konstitusional diatur dalam Pasal 3
UUD 1945, yang sebelum maupun setelah perubahan salah satunya
mempunyai tugas mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar
sebagai hukum dasar negara yang mengatur hal-hal penting dan mendasar.
Oleh karena itu dalam perkembangan sejarahnya MPR dan konstitusi yaitu
Undang-Undang Dasar mempunyai keterkaitan yang erat seiring dengan
perkembangan ketatanegaraan Indonesia.

MPR:
Tugas dan wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat diatur dalam UUD
1945, yaitu:
1. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar
2. Melantik Presiden dan Wakil Presiden
3. Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya
Sedangkan sejak 2009 dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009,
diatur mengenai tugas dan wewenang MPR pula, yaitu:
1. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
2. Melantik Presden dan/atau Wakil Presiden hasil pemilihan umum
3. Memutuskan usul DPR untuk memberhentikan Presiden dan/atau
Wakil Presiden dalam masa jabatannya, setelah Mahkamah
Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden

terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya,

atau

perbuatan

tercela

dan/atau

terbukti

bahwa

Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden
4. Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden
mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabtannya
5. Memilih Wakil Presiden dari 2 (dua) calon yang diusulkan oleh
Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden
dalam masa jabatannya; dan
6. Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya mangkat,
berhenti,

diberhentikan,

atau

tidak

dapat

melakukan

kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, dari 2
(dua) pasangan calon presiden dan wakil residen yang diusulkan
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan
calon Presiden dan Wakil Presidennya merai suara terbanyak
pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai
terakhir masa jabatannya.
DPD:
Sesuai dengan konstitusi, format representasi DPD-RI dibagi menjadi
fungsi legislasi, pertimbangan dan pengawasan pada bidang-bidang terkait
sebagaimana berikut ini.
Fungsi Legislasi
Tugas dan wewenang:
1. Dapat mengajukan rancangan undang-undang (RUU) kepada DPR

2. Ikut membahas RUU
Bidang Terkait: Otonomi daerah; Hubungan pusat dan daerah; Pembentukan,
pemekaran, dan penggabungan daerah; Pengelolaan sumberdaya alam dan
sumberdaya ekonomi lainnya; Perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Fungsi Pertimbangan
1. Memberikan pertimbangan kepada DPR
Fungsi Pengawasan
Tugas dan wewenang:
1. Dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dan
menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR sebagai bahan
pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
2. Menerima hasil pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan BPK
Bidang Terkait : Otonomi daerah; Hubungan pusat dan daerah; Pembentukan
dan pemekaran, serta penggabungan daerah; Pengelolaan sumberdaya alam
serta sumberdaya ekonomi lainnya; Perimbangan keuangan pusat dan
daerah; Pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN);
Pajak, pendidikan, dan agama.
1.3 Analisis
Indonesia menganut sistem dua kamar (bikameral) dimana MPR terdiri
dari anggota DPR dan DPD. Tetapi bikameral ini lemah terlihat dari
terbatasnya peran DPD. Mengenai rancangan undang-undang, DPD hanya
ikut

membahas

rancangan

undang-undang

tersebut.

Ketentuan

ini

menguatkan pendirian bahwa DPD tidak mempunyai hak inisiatif dan mandiri
dalam membentuk undang-undang. DPD sama sekali tidak memiliki original
power

dalam

pembentukan

undang-undang

atau

kekuasaan

legislatif

lainnya. Berbeda dengan House of Representatives dan Senate di Amerika
Serikat yang mempunyai original power tertentu.

Daftar Pustaka



Manan, Bagir. 2003. DPR, DPD, dan MPR dalam UUD 1945 Baru.
Yogyakarta: FH-UII Press.



dpd.go.id/subhalaman-fungsi-tugas-wewenang



dpr.go.id/tentang/tugas-wewenang



hamdanzoelva.wordpress.com



pemikirimajinatifrifka.blogspot.com



sahruddin-lubis.blogspot.com