Pengaruh Konsentrasi Karbon Aktif Dalam Formulasi Sediaan Maskara terhadap Karakteristik Maskara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karbon Aktif
Karbon aktif adalah senyawa karbon yang telah ditingkatkan daya
adsorpsinya dengan proses aktivasi (Pujiyanto, 2010). Karbon aktif merupakan
karbon amorf dari pelat-pelat datar disusun oleh atom-atom C yang terikat secara
kovalen dalam suatu kisi heksagonal datar dengan satu atom C pada setiap
sudutnya (Sembiring dan Sinaga, 2002).
Karbon aktif terdiri dari 87-97% karbon dan sisanya berupa hidrogen,
oksigen, sulfur dan nitrogen serta senyawa-senyawa lain yang terbentuk dari
proses pembuatan. Volume pori-pori karbon aktif biasanya lebih besar dari 0,2
cm3/gram dan bahkan terkadang melebihi 1 cm3/gram. Luas permukaan internal
karbon aktif yang telah diteliti umumnya lebih besar dari 500 m2/gram dan bisa
mencapai 1908 m2/gram (Pujiyanto, 2010).
Karbon aktif dapat dibuat dari berbagai macam bahan dasar yang
mengandung karbon. Bahan dasar yang biasa dipakai sebagai karbon aktif antara
lain batu bara, tempurung kelapa, tempurung kelapa sawit, petrol coke, limbah
pinus, dan kayu (Pujiyanto, 2010). Bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuhtumbuhan, limbah ataupun mineral yang mengandung karbon dapat dibuat
menjadi arang aktif, antara lain: tulang, kayu lunak, sekam, tongkol jagung,
tempurung kelapa, sabut kelapa, ampas penggilingan tebu, ampas pembuatan

kertas, serbuk gergaji, kayu keras dan batubara (Sembiring dan Sinaga, 2002).
Di negara tropis masih dijumpai arang yang dihasilkan secara tradisional,

5
Universitas Sumatera Utara

itu dengan menggunakan drum atau lubang dalam tanah, dengan tahap pengolahan
sebagai berikut: bahan yang akan dibakar dimasukkan dalam lubang atau drum
yang terbuat dari plat besi. Kemudian dinyalakan sehingga bahan baku tersebut
terbakar, pada saat pembakaran, drum atau lubang ditutup sehingga hanya
ventilasi yang dibiarkan terbuka. lni bertujuan sebagai jalan keluarnya asap.
Ketika asap yang keluar berwarna kebiru-biruan, ventilasi ditutup dan dibiarkan
selama kurang lebih 8 jam atau satu malam. Dengan hati-hati lubang atau dibuka
dan dicek apakah masih ada bara yang menyala. Jika masih ada yang atau drum
ditutup kembali. Tidak dibenarkan mengggunakan air untuk mematikan bara yang
sedang menyala, karena dapat menurunkan kwalitas arang (Sembiring dan Sinaga,
2002).
Selain cara di atas, arang juga dapat menghasilkan dengan cara destilasi
kering. Dengan cara ini, bahan baku dipanaskan dalam suatu ruangan vakum.
Hasil yang diperoleh berupa residu yaitu arang dan destilat yang terdiri dari

campuran metanol dan asam asetat. Residu yang dihasilkan bukan merupakan
karbon murni, tetapi masih mengandung abu dan ter. Hasil yang diperoleh seperti
metanol, asam asetat dan arang tergantung pada bahan baku yang digunakan dan
metoda destilasi (Sembiring dan Sinaga, 2002).
Proses aktivasi merupakan hal yang penting diperhatikan disamping bahan
baku yang digunakan. Aktivasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang
bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan
hidrokarbon atau mengoksidasi molekul- molekul permukaan sehingga arang
mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya
bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi (Jamilatun

dan

6
Universitas Sumatera Utara

Setyawan, 2014). Pada proses aktivasi ini terjadi penghilangan hidrogen, gas-gas
dan air dari permukaan karbon sehingga terjadi perubahan fisik pada
permukaannya. Aktivasi ini terjadi karena terbentuknya gugus aktif akibat adanya
interaksi radikal bebas pada permukaan karbon dengan atom-atom seperti oksigen

dan nitrogen. Pada proses aktivasi juga terbentuk pori-pori baru karena adanya
pengikisan atom karbon melalui oksidasi ataupun pemanasan (Pujiyanto, 2010).
Metoda aktivasi yang umum digunakan dalam pembuatan arang aktif
adalah:
a. Aktivasi Kimia: proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan
pemakian bahan-bahan kimia, seperti: hidroksida ligam alkali garam-garam
karbonat, klorida, sulfat, fosfat dari logam alkali tanah dan khususnya ZnCl2,
asam-asam anorganik seperti H2SO4 dan H4PO4 .
b. Aktivasi Fisika: proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan
bantuan panas, uap dan CO2. Biasanya arang dipanaskan didalam furnace pada
temperatur 800-900°C. Oksidasi dengan udara pada temperatur rendah,
merupakan reaksi eksoterm sehingga sulit untuk mengontrolnya. Sedangkan
pemanasan dengan uap atau CO2 pada temperatur tinggi merupakan reaksi
endoterm, sehingga lebih mudah dikontrol dan paling umum digunakan.
2.2 Kosmetik
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada
bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi
dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampakan, melindungi supaya tetap dalm keadaan baik, memperbaiki bau


7
Universitas Sumatera Utara

badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit (Iswari, 2007).
Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19,
pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga
untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai
secara besar-besaran pada abad ke-20 (Tranggono dan Latifah, 2007).
Penggolongan menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor
045/C/SK/1977 tanggal 22 Januari 1977 berdasarkan kegunaan dan lokalisasi
pemakaian pada tubuh, kosmetika digolongkan menjadi 13 golongan:
1. Preparat untuk bayi; minyak bayi, bedak bayi, dan lain lain.
2. Preparat untuk mandi; minyak mandi, bath capsules, dan lain lain.
3. Preparat untuk mata; maskara, eyeshadow, maskara, dan lain lain.
4. Preparat wangi-wangian; parfum, toilet water, dan lain lain.
5. Preparat untuk rambut; cat rambut, hairspray, pengeriting rambut, dan lain lain.
6. Preparat pewarna rambut; cat rambut, hairbleach, dan lain lain.
7. Preparat make-up (kecuali mata); pemerah bibir, pemerah pipi, bedak muka,
dan lain lain.

8. Preparat untuk kebersihan mulut; mouth washes, pasta gigi, breath freshner, dan
lain lain.
9. Preparat untuk kebersihan badan; deodorant, feminism hygiene spray, dan lain
lain.
10. Preparat kuku; cat kuku, krim dan lotion kuku, dan lain lain.
11. Preparat cukur; sabun cukur, after shave lotion, dan lain lain.
12. Preparat perawatan kulit; pembersih, pelembab, pelindung, dan lain lain.

8
Universitas Sumatera Utara

13. Preparat untuk suntan dan sunscreen; suntan gel, suntan screen foundation,
dan lain lain.
2.3 Riasan mata
Riasan mata memiliki sejarah yang sangat panjang. Eyeshadow dan
eyeliner telah digunakan sejak zaman Mesir kuno. Di Jepang, alis telah
dihitamkan untuk waktu yang lama tetapi hanya relatif baru-baru ini bahwa riasan
mata telah menjadi penggunaan umum. Penggunaan macam riasan mata yang
mencakup semua kelompok umur telah terjadi sebagai akibat dari perubahan gaya
hidup dan minat yang tinggi dalam mode (Mitsui, 1997).

Ada berbagai macam produk riasan mata. Penerapan produk riasan mata
adalah membuat mata lebih jelas dan memberikannya ekspresi. Jika semua
kombinasi dari bahan dasar dan bentuk yang berbeda dari riasan mata
diperhitungkan ada jumlah yang sangat besar dari produk. Bagian ini juga akan
menyentuh pada Penghilang dan produk khusus lainnya yang penting untuk riasan
mata. produk riasan mata terdiri berikut:
1. Riasan mata: eyeliner, maskara, eyeshadow, kosmetik alis.
2. Produk lainnya khusus: make-up remover mata, produk perawatan kerut mata,
bulu mata palsu dan perekat (Mitsui, 1997).
Riasan mata terdiri dari tiga kategori utama: maskara, eyeshadow, dan
eyeliners. Maskara menebal dan memanjangkan bulu mata untuk mendapatkan
tampilan yang intens. Eyeliners membantu menarik garis yang tepat di dasar bulu
mata, dan eyeshadow membawa cahaya untuk tampilan dan menonjolkan warna
iris (Barel, dkk., 2009).
Selain alis, bulu mata juga menjadi bagian yang penting. Bulu mata yang

9
Universitas Sumatera Utara

lentik dan panjang akan membuat mata terlihat lebih indah dan berbinar. Bulu

mata yang dianggap cantik adalah bulu mata yang panjang, lebat, dan melengkung
dengan lentik. Berbagai cara bisa dilakukan untuk mempercantik bulu mata.
Untuk pemilik bulu mata yang kurang panjang dan lentik ada berbagai pilihan
untuk mempercantik bulu mata, yaitu menggunakan maskara, bulu mata palsu,
atau memanfaatkan teknik keriting bulu mata. Namun, dari ketiga pilihan tersebut,
menggunakan maskara adalah teknik yang paling popular untuk mendapatkan
bulu mata yang indah, karena menggunakan maskara adalah yang paling
sederhana dan praktis (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Penggunaan riasan mata telah menjadi sebuah bagian yang perlu untuk
melengkapi riasan harian. Ini merupakan hal yang perlu bahwa bahan-bahan dari
riasan mata harus seaman mungkin, tidak toksik dan tidak mengiritasi. Diantara
bahan-bahan yang digunakan dalam riasan mata yaitu minyak-minyak, lemaklemak dan lilin-lilin yang ditemui pada pembuatan lipstick dengan penambahan
pewarna hitam, biru, dan coklat atau pewarna lainnya (Singh, 2012).
2.4 Maskara
Maskara adalah sediaan kosmetika yang dimaksudkan untuk memperindah
penampilan bentuk mata dengan cara mengoleskannya pada bulu mata dan atau
alis mata. Bahan yang digunakan meliputi zat manfaat dan zat tambahan,
sedangkan zat warna merupakan zat manfaat utama (Ditjen POM., 1985).
Di antara semua produk make-up, formula maskara membutuhkan
pengembangan tertentu. Pilihan maskara tergantung pada jenis bulu mata (pendek

atau panjang, kaku atau melengkung, dan tipis atau lebat) dan efek yang
diperlukan (memanjangkan, melengkungkan, dan atau menebalkan bulu mata)

10
Universitas Sumatera Utara

(Barel, dkk., 2009). Maskara adalah produk kosmetik yang relatif sederhana, di
mana konsumen dan formulator menempatkan seperangkat persyaratan yang
sangat kompleks. Pendekatan formulasi yang berbeda digunakan untuk mencapai
kombinasi kemudahan penggunaan, peningkatan volume bulu mata dan kelentikan
bulu mata, diharapkan dari produk yang baik (Tamburic, dkk., 2009).
Formula maskara harus thixotropic dengan pemulihan yang cepat untuk
mencegah menetes sampai film mengering setelah aplikasi. Selain memberikan
reologi cocok, pengental meningkatkan homogenitas produk, memungkinkan
pelekatan film seragam ke bulu mata (Tamburic, dkk., 2009).
Syarat kualitas untuk maskara adalah sebagai berikut:
1.

Maskara harus tidak mengiritasi karena digunakan sangat dekat dengan mata


2.

Maskara harus tidak mengeraskan bulu mata atau menggumpal

3.

Maskara harus membuat bulu mata terlihat tebal dan panjang

4.

Maskara harus membuat bulu mata lentik

5.

Maskara harus memiliki waktu kering yang tepat

6.

Ketika mengering maskara harus tidak mengotori kelopak mata dan
kehadirannya tidak boleh dirusak oleh keringat, air mata dan hujan


7.

Maskara harus mudah di hapus

8.

Masakra harus mudah digunakan sepanjang masa penggunaannya

9.

Harus tidak ada kontaminan dari mikroorganisme (Mitsui, 1997).
Analisis gambar juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan

melengkung maskara. Prinsip ini terdiri dalam memvisualisasikan profil dari bulu
mata oleh kamera video yang ditempatkan tegak lurus ke mata dan menghitung
dari gambar yang diperoleh kekuatan melengkung berkaitan dengan dua sumbu

11
Universitas Sumatera Utara


yang terletak di 9° dari satu sama lain. 0° sampai 180° sumbu sesuai dengan
kelopak mata dan 9°-27° sumbu ke tepi siliaris. Sudut yang dibuat oleh bulu mata
tertinggi dan terjauh dari kelopak mata diukur, dan sudut rata-rata dihitung.
Kekuatan melengkung maskara kemudian ditentukan dengan menghitung
perbedaan antara dua sudut rata-rata. Kuantifikasi kekuatan memanjangkan juga
dimungkinkan dengan mengukur panjangdari bulu mata terjauh sebelum dan
sesudah penerapan maskara (Barel, dkk., 2009).
2.4.1 Jenis-jenis maskara
Di masa lalu, maskara batangan termasuk populer. Maskara batangan ini
pada dasarnya adalah dasar lilin dengan kehadiran sabun atau pengemulsi
nonionik sehingga warnanya bisa diaplikasikan dengan kuas yang dibasahi.
Maskara dan eyeliner terdiri dari satu atau lebih pembentuk film, pigmen, dan
pembawa yang sebagian besar menguap untuk memungkinkan film untuk
mengatur (Barel, dkk., 2001).
Maskara diformulasikan sebagai sebuah krim emulsi atau cairan
tersuspensi atau sebuah batang yang ditekan ataupun dicetak. Formulasi dari
maskara ditujukan untuk memperoleh produk yang membasahi bulu mata dan siap
dioleskan sepanjang bulu mata. Maskara harus tidak melengket karena itu
menyebabkan bulu mata melekat bersama dan harus kering dengan cepat untuk
sebuah lapisan. Produk harus mengandung maksimum kandungan lilin dan dan air
dan minimum kandungan minyak lemak dan bahan higroskopik (Singh, 2012).
Maskara krim emulsi harus diformulakan sebagai minyak dalam air
emulsi. Krim diformulasikan untuk cepat mengering pada penggunaannya dan
dikemas biasanya dalam tube besi yang dapat dilipat. Maskara liquid dapat berupa

12
Universitas Sumatera Utara

liquid emulsi minyak dalam air ataupun suspensi air. Cairan emulsi dapat
mengandung sedikit suspending agent sebagai penstabil emulsi (Singh, 2012).
Formulasi maskara cair adalah formula modern yang paling populer, dan
dapat dibagi menjadi varietas berbasis air, berbasis pelarut dan air/pelarut hybrid.
Maskara berbasis air diformulasikan dari lilin (misalnya, lilin lebah, carnauba
wax, dan lilin sintetis), air, pigmen, yang sering besi oksida, dan resin terlarut
dalam air. Air menguap dengan mudah, menciptakan produk cepat-kering, yang
mengental dan menggelapkan bulu mata. Beberapa maskara berbasis air, sangat
kaya lilin (30%), diberi label waterproof atau water resistant. Untuk mewarnai
bulu mata, pigmen anorganik yang paling sering digunakan karena sebagian besar
maskara berwarna hitam. Perhatikan bahwa pigmen tertentu, seperti cochineal
carmine, dapat menghasilkan beberapa masalah seperti warna lensa kontak.
Formula juga mengandung bahan antioksida untuk menghindari bau tengik dari
zat lemak dan pengawet, yang melindungi mata dari risiko infeksi. Vitamin dan
hidrokarbon volatile atau pelarut silikon juga dapat digunakan untuk
meningkatkan kinerja makeup. Mengenai maskara berbasis pelarut, mereka
diformulakan dengan petroleum kemudian pigmen (dioksida besi dan ultramarin
biru) dan lilin (lilin candellila dan minyak jarak terhidrogenasi) ditambahkan,
membuat mereka tahan air. Jika jelas bahwa efek riasan tergantung pada formula,
itu juga penting untuk mempertimbangkan jenis kuas dan diameter lubang dari
tabung maskara. Memang, harus secara otomatis menyesuaikan kuantitas produk
pada sikat untuk menghindari beban pada bulu mata selama aplikasi. kemasan
juga harus benar-benar kedap udara untuk menghindari degradasi dan oksidasi
dari formulasi. Dengan demikian, untuk mendapatkan aplikasi yang baik pada

13
Universitas Sumatera Utara

bulu mata, perlu untuk mengembangkan kompromi antara viskositas formula
maskara dan jenis sikat. Pendekatan rheologi dapat dilakukan melalui
karakterisasi reologi in situ daari pasta maskara dengan sikat. Prosedur ini
digunakan untuk mengukur take up sikat maskara dalam wadah memungkinkan
untuk memvisualisasikan pengaruh poros, panjang bulu, dan kekerasan dan pola
pada take up, karena itu untuk mengkarakterisasi transfer produk (Barel, dkk.,
2009).
2.4.2 Fungsi maskara
Fungsi maskara antara lain adalah:
1. Menebalkan penampilan bulu mata
2. Memperpanjang penampilan mata
3. Menambahkan kedalaman dan karakter untuk tampilan keseluruhan
4. Mempertajam warna eyeshadow ketika dipakai.
Kinerja Maskara biasanya dinilai berdasarkan penggunaanya, penampilan,
dan kemudahan penghapusan. Sangat penting bahwa sikat yang tepat diberikan
untuk perumusan dipilih. Umumnya, maskara dan eyeliner terdiri dari satu atau
lebih pembentuk Film, pigmen, dan kendaraan yang sebagian besar menguap
untuk memungkinkan film untuk mengatur (Barel, dkk., 2001).
2.5 Uraian Bahan-Bahan Sediaan Maskara
a. Gum tragakan
Tragakan adalah eksudat gom kering yang diperoleh dengan penorehan
batang Astragalus gummifer Labill. dan spesies Astragalus lain. Tragakan
memiliki pemerian tidak berbau; hampir tidak berasa. Kelarutan dalam air agak
sukar larut, tetapi mengembang menjadi massa homogen, lengket dan seperti

14
Universitas Sumatera Utara

gelatin (Ditjen POM., 1979). Tragakan merupakan polimer larut air sebagai
thickening agent (Mitsui, 1997). Gum tragakan, memiliki sifat pembentuk film
yang lebih berguna dalam produk kosmetik (Rahman, 2007).
b. Etanol
Etanol memiliki pemerian cairan bening mudah menguap, tidak bewarna,
bau khas (Ditjen POM., 1979). Etanol mudah menguap walaupun pada suhu
rendah dan mendidih pada suhu 78°C dan mudah terbakar. Kelarutan etanol
adalah dapat bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut
organik (Ditjen POM., 1995).
c. Metil p-hidrobenzoat
Metil p-hidrobenzoat memiliki pemerian hablur kecil, tidak berwarna atau
serbuk hablur, putih; tidak berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit
rasa terbakar (Ditjen POM., 1995). Nipagin merupakan salah satu ester nipa yang
dapat digunakan sebagai bahan pengawet. Bahan pengawet adalah bahan
pencegah

dekomposisi

preparat

dengan

cara menghambat

pertumbuhan

mikroorganisme (Wasitaatmadja, 1997).

15
Universitas Sumatera Utara