Hukum Waris ditinjau dari Pluralisme Sis (1)

Hukum Waris ditinjau dari Pluralisme Sistem Hukum Perdata yang berlaku di
Indonesia
1

Kelompok 1

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda dulu, penduduk Indonesia dibagi
dalam tiga golongan dan masing-masing golongan penduduk tersebut mempunyai
hukum perdata sendiri-sendiri. Menurut pasal 163 ayat (1) I.S (Indische Staatsregeling)
penduduk Indonesia dibagi dalam tiga golongan penduduk, yaitu golongan Eropa,
golongan Pribumi, dan golongan Timur Asing. Ketidakseragaman dalam hukum perdata
ini juga disebabkan karena faktor historis bangsa indonesia yang mempunyai
perbedaan suku, bahasa, budaya, agama dan ras. Hal inilah yang kemudian menjadi
cikal bakal munculnya keanekaragaman hukum terutama perdata di Indonesia sebagai
pokok bahasan kali ini.
Dalam kehidupan masyarakat plural, sering kali dijumpai beberapa perbedaan.
Baik dari segi peraturan maupun tingkah laku masyarakat. Sehingga demi meredam
segala macam konflik horizontal yang ada maka diberlakukanlah tiga sistem hukum
perdata yang sesuai dengan kepribadian dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Yakni
hukum adat, hukum islam dan hukum perdata barat.
Dari segi ilmu pengetahuan hukum maka hukum perdata dibagi menjadi

beberapa bagian: Hukum perorangan / badang pribadi ( Personenrecht ), Hukum
keluarga ( Famillierecht ), Hukum harta kekayaan ( Vermogensrecht ) dan Hukum waris
( Erfrecht )
Kemudian muncul pertanyaan mengenai pengertian daripada pluralisme itu
sendiri, bagaimana pengaruh atau hubungan pluralisme hukum terhadap kehidupan
masyarakat Indonesia. Seperti apakah kasus yang ada di masyarakat, sebagaimana
yang akan kita bahas lebih lanjut kali ini adalah menganai hukum waris berdasarkan
sistem hukum perdata yang berlaku di Indonesia.
Dengan adanya karya tulis ini, kami berharap masyarakat menjadi tahu bahwa
Indonesia mengakomodir kebutuhan dan kepentingan masyarakatnya dengan cara
pengadopsian tiga sistem hukum perdata di Indonesia.
Sebelum kita membahas tentang judul yang kami ambil lebih lanjut, maka perlu
diketahu apa yang dimaksud dengan pluralisme terlebih dahulu. Pluralisme menurut
11. Ari Yusuf
2. Ayu Danti Noviani
3. Dea Marliani
4. Hilman Maulana
5. Maruli Adam Tampubolon
6. Ricky Alpian
7. Risquita Putri

8. Wiwit Rahmawati

KBBI yakni berbagai kebudayaan yang berbeda-beda dalam suatu mesyarakat.
Pluralisme hukum adalah munculnya suatu ketentuan atau sebuah aturan hukum yang
lebih dari satu di dalam kehidupan sosial. Sedangkan yang dimaksud dengan Hukum
Waris adalah hukum yang tentang kedudukan hukum harta kekayaan/ yang mengatur
peninggalan harta seseorang yang telah meninggal dunia. Maksudnya yaitu tentang
berpindahnya harta kekayaan kepada yang berhak/ Ahli warisnya.
Jadi pluralisme hukum waris adalah ketentuan yang lebih dari satu yang
kesemuanya mengatur tentang peninggalan harta seseorang yang telah meniggal
dunia, dalam arti pengaturan berpindahnya harta kekayaan pewaris kepada yang
berhak(Ahli Waris) diatur oleh aturan yang lebih dari satu.
Mengapa hukum waris yang ada di Indonesia saat ini disebut plural? Hal itu
dikarenakan sistem hukum yang dianut oleh Indonesia yang kemudian mempengaruhi
aturan-aturan tentang hukum keperdataan yang ada di Indonesia.

A. SISTEM HUKUM PERDATA INDONESIA
Kehidupan hukum indonesia yang notabenya menganut
sistem hukum yang begitu plural. Sedikitnya terdapat lima sistem
hukum yang tumbuh dan berkembang di dunia. 1) Sistem

Common law, sistem common law ini dianut oleh inggris dan
bekas penjajahan inggris,pada umumnya, bergabung dalam
negara - negara persemakmuran, 2) Sistem Civil Law yang
berasal dari hukum romawi, yang dianut di Eropa Barat, dan di
bawa ke negara-negara bekas penjajahanya oleh pemerintah
kolonial dahulu, 3) Hukum Adat, hukum adat berlaku di negara
Asia dan Afrika, hukum adat berlaku tergantung adat masing
masing atau suatu wilayah tersebut, 4) Hukum islam, hukum
islam di anut oleh orang-orang Islam di manapun berada,baik di
negara-negara di Afrika Utara, afrika Timur, Timur Tengah (Asia
Barat) dan Asia 5) Sistem Hukum Komunis atau sosialis yang
dilaksanakan di negara-negara seperti Uni Soviet.
Dari kelima sistem hukum yang terdapat di Dunia,
Indonesia hanya menganut tiga dari lima sistem hukum tersebut
yakni sistem hukum Adat, sistem hukum Islam dan hukum Barat,
ketiga hukum tersebut saling berkesinambungan antara satu
dengan yang lain mereka saling beriringan menggapai tujuan
yang sama, namun di dalam perjalananya mereka mengikuti
aturan yang terdapat di dalam hukum tersebut.


Tetapi bila di kaji secara logika masing-masing hukum
tersebut, memiliki kesamaan di dalamnya. Mau tidak mau bahwa
sistem pluralisme hukum di indonesia telah melekat dan menjadi
darah daging bagi masyarakat kita. Dan kita tidak bisa mengelak
bahwa hukum pluralisme tersebut berkembang di indonesia.
Konsep pluralisme hukum bangsa Indonesia menegaskan bahwa
masyarakat memiliki cara berhukumnya sendiri yang sesuai
dengan rasa keadilan dan kebutuhan mereka dalam mengatur
relasi-relasi sosialnya, pluralnya hukum yang berada pada
indonesia, hukum akan terpakai sendiri dengan keinginan atau
kebutuhan masyarakat tersebut.
Hakikatnya pluralisme hukum di indonesia tujuaanya
sama, yakni
mencapai keadilan dan kemaslahatan bangsa.
Walaupun hukum bangsa ini bersumber lebih dari satu aturan
hukum yang begitu terlihat dan nampak begitu jelas, sistem
hukum tersebut memiliki visi dan misi yang sama. Dari sistem
keanekaragaman hukum bangsa ini merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan yaitu bangsa Indonesia yang ingin
mencapai kehidupan yang maslahat, adil dan sejahtera. Banyak

literatur di kemukakan bahwa tujuan hukum adalah mencapai dari
pada keadilan. Di dalam buku Prof.Peter Mahmud Marzuki
SH.MS.LLM. “Gustav radbruch menyatakan bahwa cita hukum
adalah tidak lain dari pada keadilan. Untuk lebih mengenal jauh
tentang pluralisme berikut adalah uraian terjadinya pluralisme di
indonesia.
B. TERJADINYA PLURALISME DI INDONESIA
Kemunculan dan lahirnya pluralisme hukum di indonesia di
sebabkan karena faktor historis bangsa indonesia yang
mempunyai perbedaan suku, bahasa, budaya, agama dan ras.
Namun dengan perkembanganya, Hukum yang dianut oleh
bangsa kita adalah Hukum Adat,Hukum Islam dan Sistem Hukum
Civil Law, kami akan memaparkan keempat hukum yang timbul
dan muncul di Indonesia.
a. HUKUM ADAT

Hukum Adat adalah aturan kebiasaan manusia dalam
kehidupan masyarakat. Sejak manusia itu di turunkan Tuhan ke
muka bumi, maka ia memulai hidupnya dalam aturan hukum adat
yang berada di lingkunganya. Maka hukum adat itu lahir adanya

suatu masyarakat yang berada di suatu lingkungan hidupnya. Bila
mulai berlakunya, tidak dapat ditentukan dengan pasti akan
tetapi jika di bandingkan dengan hukum-hukum yang berlaku di
indonesia hukum adatlah yang tertua umurnya[3]. Selain itu
hukum adat bisa di definisikan suatu kebiasaan, yang pada
umumnya harus berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan
yang sifatnyanya tidak tertulis, namun hukum adat itu berlaku
pada daerah masing-masing, maksudnya hukum adat hanya
berlaku pada ketentuan dan aturan yang berada di suatu wilayah
tersebut.Karena Indonesia memiliki masyarakat yang majemuk
jadi hukum adatnya pun juga lebih dari satu. Macam-macam
hukum adat di daerah atau tempat tingal suatu masyarakat itu,
terdiri dari hukum adat jawa,hukum adat batak, hukum adat
bugis,hukum adat minangkabau dan hukum adat yang berada di
suatu
wilayahnya
masing-masing.
Hal
itulah
indonesia

mernerapkan hukum adat karena hukum adat itu munncul di
indonesia, di sebabkan karena adanya suatu kebiasaan
masyarakat yang di ulang-ulang dan menjadi suatu aturan yang
tidak tertulis dan mereka jadikan patokan hukum bagi suatu
daerahnya.
Dan sampai sekarang hukum adat masih di pakai oleh
beberapa masyarakat pada umumnya di pakai menjadi pedoman
hukum.
b. HUKUM ISLAM
Hukum Islam, hukum islam lahir dan dikenal oleh
bangsa indonesia setelah agama islam disebarkan luaskan di
tanah air kita. Bila islam datang ke tanah air kita belum ada kata
sepakat di antara para ahli sejarah Indonesia. Ada yang
mengatakanya pada abad ke-1 Hijriah atau abad ke-7 Masehi, ada
pula yang menyatakan pada abad ke-7 Hijriah atau abad ke-13
Masehi, islam baru masuk ke nusantara ini. Walaupun para ahli itu

berbeda pendapat mengenai islam datang ke indonesia , namun
dapat di katakan bahwa setelah islam datang ke indonesia,
hukum islam telah di ikuti dan di laksanakan oleh para pemeluk

agama islam. Hal itu dapat dilihat dengan berbagai studi kasus
dan peranya dalam menyelesaikan sengketa atau perkaraperkara yang timbul di masyarakat. Contoh studi dan karya ahli
hukum islam indonesia, misalanya Miratul Tullab oleh Abdurrauf
singkel, Siratul Mustaqim oleh Nuruddin ar Raniri, Sabilal
Muhtadin oleh Syaik Arsyad Banjar.
Hukum islam mendarat di nusantara di karenakan adanya
suatu sistem perekonomian di masa Hindia Belanda, sistem
perekonomian yang di maksud penulis adalah perdagangan
antara bangsa yang sudah terbentuk adanya suatu ikatan
didalamnya. Maka dari perdagangan antara bangsa itulah, dari
sistem perdagangan islam di sebarluaskan di Indonesia.
Al-quran dan Al-hadist menjadi dasar hukum bagi umat
islam, aturan-aturan di dalam ke hidupan mayarakat islam
khususnya, berbagai aspek kehidupan telah terperinci dan telah
diatur di dalamnya, Al-quran dan Al-hadis menjadi tumpuan
hukum hingga sekarang. Dari situlah sumber-sumber hukum yang
telah di anut oleh bangsa indonesia khususnya.
Hukum islam itu tidak tertulis seperti halnya dalm
peraturan perundang-undangan, sealain hukum islam bersumber
dari Al-quran dan Al-hadist, di kembangkan melalui ijtihad oleh

para ulama atau ahli islam yang memenuhi syarat untuk
berijtihad dengan cara-cara yang telah ditentukan
Karena notabenya indonesia mayoritas menganut hukum
islam maka hukum islam itu telah menjadi rujukan. Dewasa
hukum islam telah kita ketahui bahwa, hukum islam menjadi
salah satu dari beberapa kaidah-kaidah hukum yang terdapat di
indonesia, dan hukum islam hingga sekarang kaidah dan aturan
didalam hukum islam masih diterapkan dalam kehidupan
masyarakat khususnya di indonesia.
c. SISTEM HUKUM CIVIL LAW

Civil law, Civil Law merupakan sistem yang di anut oleh
negara-negara Eropa kontitental yang didasarkan atas hukum
Romawi, karena hukum Romawi pada mulanya bersumber kepada
karya agung Kaisar Iustinianus. Sistem civil law dianut oleh
negara-negara Eropa kontinetal sehingga kerap di sebut juga
dengan sebutan kontinental.
Pada mulanya civil law di perkenalkan di indonesia
bersamaan dengan kedatangan orang-orang belanda untuk
berdagang di Nusantara ini. Hukum yang di maksud civil law tadi

di berlakukan bagi orang Belanda dan Eropa saja, tetapi kemudian
melalui
berbagai
upaya
peraturan
perundang-undangan,
pernyataan berlaku penundukan sukarela, pilihan hukum dan
sebagainya, hukum Barat itu dinyatakan berlaku bagi golongan
Eropa, orang Timur Asing(terutama cina) dan orang indonesia.
Saat kolonialisasi bangsa belanda terhadap wilayah wilayah
nusantara, penjajah juga berusaha menancapkan pengaruhnya
dengan menggunakan kebijakan penerapan hukum belanda
terhadap kolonial, bangsa belanda mengagap sistem hukum civil
law yang dia miliki merupakan suatu sistem hukum yang paling
baik dan mapan, karena hukum mereka yang notabenya hukum
yang tertulis dan telah terkodifikasi dengan baik, adalah
pencapian yang sempurna, dari sebuah peradaaban, suatu
bangsa yang maju, bangsa belanda mengginginkan masyarakat
jajahanya yang merupakan masyarakat
yang

notabenya
tradisional dan diangkat tidak memiliki hukum dalam
kehidupanya, harus di kenalkan pada hukum yang baik yaitu
sistem hukum belanda.
Sehingga sampai sekarang pengaruh hukum belanda
tersebut masih sangat kuat karena bangsa ini merupakan bangsa
yang di jajah oleh belanda selama 350 tahun lamanya, sehingga
tidak dapat di pungkiri bahwa sejak negara ini di dirikan sebagian
besar hukum yang kita gunakan adalah hasil dari mengadopsi
sistem hukum penjajah(belanda).

Dari situlah sistem hukum civil law berlaku hingga
sekarang dan menjadi tumpuan hukum di indonesia dan
menambah keragamaan bangsa indonesia di bidang hukum.
Dari beberapa sejarah yang telah diuraikan oleh penulis,
tentang masuknya pluralisme hukum di indonesia, penulis akan
membandingkan persamaan dan perbedaan antara Hukum Adat,
Hukum Islam, dengan sistem Hukum Civil law (KUHD, KUHP, KUH
perdata)
C. PERBEDAAN HUKUM ADAT, ISLAM DAN CIVIL LAW
Didalam pluralisme hukum di indonesia, atas
keragamanya, hukum-hukum yang telah tertulis diantara keempat
sumber hukum tersebut, memililiki perbedaan di dalam fungsinya,
kegunaanya, perbedaanya maupun dalam segi tata caranya.
a). Hukum Adat, kita bisa melihat perbedaan dari hukum
Adat dengan hukum-hukum yang lainya antara lain, hukumnya
bergantung di daerah masing-masing ataupun berlaku di
daerahnya masing-masing, dan memiliki berbagai macam hukum,
contohnya Hukum Adat jawa, Hukum Adat Bugis, Hukum Adat
aceh dan masih banyak lagi hukum adat yang lainya. Dan hukum
Adat biasanya, dalam menyelesaikan perkaranya mereka
menggunakan metode musyawarah dengan orang tertua atau
orang di tuakan di daerah tersebut, dan orang yang di tuakan
atau orang tua menjadi penengah dalam suatu perkara, sehingga
perkara tersebut diselesaikan oleh ketua adat ataupun orang tua
di daerah lingkungan masyarakatnya, selain itu, hukumnya
bersumber dari suatu kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan terus
menerus dan menjadi suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh
masyarakat itu.
b). Hukum islam, hukum islam dengan berbagai hukum
yang lain memiliki perbedaan dalam segi fungsi. Hukum islam
berfungsi sebagai peraturan atau syariat yang di tetapkan oleh
allah dan menjadi suatu pegangan bagi pemeluk agama islam
dan sifatnya mutlak. Dan sanksi-sanksi di dalam hukum islam itu
tidak berbentuk langsung, namun hanya tentang kepercayaan

terhadap adanya dosa bagi yang melaggar ketentuan-ketentuan
yang di syariatkan oleh allah. Namun hanya bagi pemeluk agama
islamlah yang menganut hukum tersebut, akan tetapi mayoritas
negara kita pemeluk agamanya adalah islam, selain itu
perbedaan yang begitu terlihat tentang hukum islam dalam segi
sumbernya, yaitu Al-quran dan Al-hadist.
c). Sistem Hukum Civil Law: perbedaan di dalam sistem
hukum Civil Law terlihat pada fungsinya, fungsi hukum Civil Law
yang berupa aturan yang tertulis dan bersumber dari hukum
belanda, yang diadopsi oleh indonesia. Aturan-aturanya
sistemnya bila seseorang melanggar hukum tersebut maka ia
dikenakan sanksi berupa denda maupun kurungan pidana.
D. Contoh Kasus Tentang Waris yang ada di Masyarakat
1. Berdasarkan Sistem Pewarisan Hukum Perdata Barat
 Sidang Perebutan Warisan Adi Firansyah
Perebutan warisan antara mantan istri almarhum Adi Firansyah dengan ibu almarhum
Adi Firansyah. Mantan istri alm. Adi Firansyah meminta harta warisan untuk hak
anaknya hasil dari pernikahannya dengan Adi Firansyah, namun ibu alm. Adi tidak mau
menjual rumah yang berada di Cikunir – Bekasi itu sebelum Chavia besar. Chavia
adalah anak dari perkawinan antara mantan istri alm. Adi Firmansyah (Nielsa Lubis)
dengan alm. Adi.


Penyelesaian:

Dikasus ini, yang meninggalkan harta warisan adalah almarhum mantan suami yang
menjadi rebutan antara sang ibu almarhum dengan mantan istri almarhum, dan
almarhum telah memiliki anak dari mantan istrinya.
Untuk status rumah yang ditinggalkan oleh almarhum, tergantung kapan almarhum
memiliki rumah tersebut, jika almarhum sudah memilikinya sejak masih bersama
mantan istri maka status rumah merupakan harta bersama atau harta gono gini yang
diperoleh dari almarhum saat masih bersama mantan istrinya. Hal ini sesuai dengan
pengertian harta bersama menurut ketentuan pasal 35 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan (UUP) yang menyatakan bahwa harta benda yang diperoleh
selama perkawinan menjadi harta bersama.
Dan Apabila terjadi suatu perceraian, maka pembagian harta bersama diatur menurut
hukum masing masing (pasal 37 UUP). Yang dimaksud dengan hukumnya masingmasing ialah hukum agama, hukum adat dan hukum lainnya.

Mengenai harta benda dalam perkawinan, pengaturan ada di dalam pasal 35 UUP dan
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Harta bersama, yaitu harta benda yang diperoleh selama perkawinan dan dikuasai
oleh suami dan istri dalam artian bahwa suami atau istri dapat bertindak terhadap harta
bersama atas persetujuan kedua belah pihak. Apabila perkawinan putus karena
perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing. Yang dimaksud
"hukumnya" masing-masing adalah hukum agama, hukum adat, dan hukum-hukum lain
(pasal 37 UUP).
2. Harta bawaan, yaitu harta benda yang dibawa oleh masing-masing suami dan istri
ketika terjadi perkawinan dan dikuasai oleh masing-masing pemiliknya yaitu suami atau
istri. Masing-masing atau istri berhak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum
mengenai harta bendanya (pasal 36 ayat 2 UUP). Tetapi apabila pihak suami dan istri
menentukan lain, misalnya dengan perjanjian perkawinan, maka penguasaan harta
bawaan dilakukan sesuai dengan isi perjanjian itu. Demikian juga apabila terjadi
perceraian, harta bawaan dikuasai dan dibawa oleh masing-masing pemiliknya, kecuali
jika ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan.
3. Harta perolehan, yaitu harta benda yang diperoleh masing-masing suami dan istri
sebagai hadiah atau warisan dan penguasaannya pada dasarnya seperti harta bawaan.
Berdasarkan uraian di atas apabila dikaitkan dengan kasus diatas maka mantan istri
almarhum mempunyai hak atau berhak atas harta yang diperoleh selama perkawinan
berlangsung tanpa melihat alasan-alasan yang diajukan dan harta tersebut disebut
harta bersama.
Mengenai hibah terhadap anak dapat saja dilakukan tetapi tanpa penghibahan pun
seorang anak secara otomatis sudah menjadi ahli waris dari kedua orang tuanya. Hibah
dapat dilakukan jika tidak merugikan apa yang menjadi hak dari ahli waris, disamping
itu mantan istri almarhum juga berhak atas harta warisan tersebut.
Bila orang yang meninggal dunia tidak membuat testamen, maka dalam Undangundang Hukum Perdata ditetapkan pembagian warisan sebagai berikut:
a. Yang pertama berhak mendapat warisan yaitu suami atau isteri dan anak-anak,
masing – masing berhak mendapat bagian yang sama jumlahnya (pasal 852 BW).
b.
Apabila tidak ada orang sebagaimana tersebut di dtas, maka yang kemudian
berhak mendapat warisan adalah orang tua dan saudara dari orang tua yang meninggal
dunia, dengan ketentuan bahwa orang tua masing-masing sekurang-kurangnya
mendapat seperempat dari warisan (pasal 854 BW).
c.
Apabila tidak ada orang sebagaimana tersebut di atas, maka warisan dibagi dua,
separuh untuk keluarga pihak ibu dan separuh lagi untuk pihak keluarga ayah dari yang
meninggal dunia, keluarga yang paling dekat berhak mendapat warisan. Jika anak-anak

atau saudara-saudara dari pewaris meninggal dunia sebelum pewaris, maka tempat
mereka diganti oleh keturunan yang sah (pasal 853 BW).
Maka apabila Rumah yang berada di Cikunir – Bekasi itu adalah dibangun pada
saat alm. Adi dan mantan istri nya Nielsa Lubis masih dalam hubungan suami istri yang
sah, maka itu menjadi harta gono gini alm. Adi dan mantan istri nya Nielsa. Secara
otomatis Chavia anak dari pernikahan mereka juga mendapatkan hak nya sebagai ahli
waris yang sama besarnya dengan Nielsa (mantan istri alm. Adi).

2. Berdasarkan

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

Kajian Karakteristik Fisik, Kimia dan Mikrobiologis Edible Film dari Tiga Jenis Pati (Kimpul, Ubi Jalar Putih dan Singkong) dengan Penambahan Filtrat Kunyit (Curcuma longa Linn.) Sebagai Penghambat Bakteri Salmonella.

16 119 21

Isolasi Senyawa Aktif Antioksidan dari Fraksi Etil Asetat Tumbuhan Paku Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr.

2 95 93

Perbandingan Sifat Fisik Sediaan Krim, Gel, dan Salep yang Mengandung Etil p-Metoksisinamat dari Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga Linn.)

7 83 104

Aplikasi penentu hukum halal haram makanan dari jenis hewan berbasis WEB

48 291 143

Tingkat Pemahaman Fiqh Muamalat kontemporer Terhadap keputusan menjadi Nasab Bank Syariah (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

1 34 126

Penolakan Terhadap Permohonan Pendaftaran Merk Yang Ditangani Oleh Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan Ham Jawa Barat

1 23 1

Model Stokastik Curah Hujan Harian dari beberapa Stasiun Curah Hujan di Way Jepara

6 35 58

Politik Hukum Pembaharuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Kajian Pasal 74 beserta Penjelasannya)

0 1 22