PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BAS (2)

Seminar Nasional
Matematika UHAMKA

ISSN: 2476-8898
Vol. 1, Oktober 2017

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MAHASISWA
1

Guntur Maulana Muhammad, 2Karso

1

2

Universitas Suryakancana, guntur@unsur.ac.id
Universitas Pendidikan Indonesia, karsoupi@yahoo.com

ABSTRACT

This action research is based on a preliminary study of a collaborative discussion between lecturers and some
students. The goal is increasing the first level students of mathematics education program's understanding ability
in the AY 2016/2017 so that the students can pass the KKM easily. The method used is a classroom action
research consisting of two cycles with a sample of 22 students of the first grade of the mathematics education
program UNSUR AY 2016/2017. Optimization of learning model through PBL become important and expected
to be able to increase the ability of understanding mathematical concept of student in lecturing mathematics. The
result of this research concludes that mathematics learning in basic mathematics course with PBL learning
model can improve students' ability of understanding mathematical concept. The student's response to the
learning of mathematics with the PBL learning model is mostly positive or responds well.
Keywords : ability of understanding mathematical concept, Problem Based Learning, action research

Kemampuan pemahaman konsep
matematis merupakan salah satu aspek
penting yang harus dimiliki mahasiswa
dalam perkuliahan matematika. Kondisi
ini
diperlukan
untuk
memberikan
pengertian bahwa materi-materi yang

diajarakan kepada para mahasiswa
bukanlah hanya sebagai hafalan, namun
lebih dari itu. Dengan pemahaman konsep
matematis mahasiswa dapat lebih mengerti
akan konsep matematika itu sendiri.
Pemahaman konsep-konsep esensial akan
mempermudah mereka dalam pencapaian
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
telah ditetapkan satuan pendidikan.
Lemahnya pemahaman konsep-kosep
esensial matematis akan mempengaruhi
kemampuan matematis lainnya seperti
kemampuan
penalaran
matematis,
kemampuan
komunikasi
matematis,
kemampuan koneksi matematis, dan
kemampuan

pemecahan
masalah
matematis (Kemendikbud, 2014).
Di lain pihak, berdasarkan kenyataan
proses perkuliahan di semester 1 tingkat 1
pada tahun akademik 2014-2015 dan
2015-2016 untuk mata kuliah Matematika
Dasar (Pengantar Dasar Matematika) pada
program studi Pendidikan Matematika
Universitas Suryakancana (UNSUR) ratarata kelas nilai akhir perkuliahan terkait

Pendahuluan
Daya matematis didefinisikan oleh
NCTM (2009) sebagai, “Mathematical
power includes the ability to explore,
conjecture, and reason logically; to solve
non-routine problems; to communicate
about and trough mathematics; and to
connect ideas within mathematics and
between

mathematics and other
intellectual
activity”.
Kemampuan
matematis adalah kemampuan untuk
menghadapi permasalahan baik dalam
matematika maupun dalam kehidupan
nyata.
Pada beberapa tahun terakhir ini,
pemahaman konsep matematis banyak
mendapat perhatian dari para pakar
pendidikan.
Lebih-lebih
setelah
Mathematical Learning Study Commite
National Reseaarch Council (NRC), USA
mempublikasikan
dalam
Helping
Children Learn Mathematis bahwa

pemahaman konsep merupakan salah satu
kecakapan matematis yang harus dikuasai
setiap
orang
dalam
pembelajaran
matematika (Kilpatrik, Swafford, Findell,
2001). Diungkapkan oleh Sudijono
(1996:50) bahwa “pemahaman adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti dan
memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat”.
1

Seminar Nasional
Matematika UHAMKA

ISSN: 2476-8898
Vol. 1, Oktober 2017


matematika tertutup yang memuat
variabel. Nampaknya akan lebih tepat jika
mendefinisikan kalimat terbuka sebagai
kalimat yang tidak (yang belum)
mempunyai nilai kebenaran, artinya
kalimat yang tidak benar ataupun tidak
salah. Sedangkan lawannya adalah kalimat
matematika tertutup (proposisi), yaitu
kalimat matematika yang mempunyai nilai
kebenaran, artinya kalimat yang sudah
pasti benarnya atau sudah pasti salahnya,
tidak dua-duanya pada saat yang sama.
Demikianlah sedikit catatan tentang
kesalahan pemahaman konsep matematis
yang sering terjadi dalam perkuliahan
Matematika Dasar dalam pembelajaran
logika matematika sebagai bagian dari
bentuk-bentuk aljabar di sekolah. Oleh
karenanya melalui diskusi-diskusi baik
dengan para mahasiswa calon guru

matematika
maupun
sesama
guru
matematika di sekolah dalam kegiatan
musyawarah
guru
mata
pelajaran
matematika (MGMP) ada baiknya
membahas permasalahan pemahaman
konsep matematis atau miskonsepsi sesuai
pengalaman kita masing-masing.
Salah satu model pembelajaran yang
dipandang sesuai untuk meningkatkan
kemampuan
pemahaman
konsep
matematika
dasar

adalah
model
pembelajaran
PBL
yaitu
model
pembelajaran
yang
berbasis
pada
pemecahan masalah untuk pemahaman
konsep matematis, sehingga siswa akan
terbiasa menyelesaikan soal pemecahan
masalah yang terkait dengan pemahaman
konsep matematis. Anggraini, Noer, dan
Gunowibowo (2015) dalam penelitiannya
berjudul “Efektivitas Problem Based
Learning
Terhadap
Kemampuan

Pemecahan Masalah Dan Disposisi
Matematis Siswa menyimpulkan model
PBL efektif ditinjau dari kemampuan
pemecahan masalah dalam meningkatkan
pemahaman matematika.

baru mencapai 2,75 dan 2,80. Kondisi ini
menunjukkan belum tercapainya kriteria
ketuntasan minimal pemahaman konsep
yang telah ditentukan lembaga, yaitu 75%
diharapkan mencapai nilai lebih besar atau
sama dengan 3,00 (B = 2,80 – 3,39).
Kondisi ini disebabkan oleh banyak faktor,
salah satunya terkait dengan strategi
perkuliahan yang masih memungkinkan
untuk lebih dioptimalkan lagi.
Sebagai contoh salah satu konsep
yang didiskusikan pada proses perkuliahan
di ke dua tahun akademik sebagaimana
disebutkan di atas adalah kasus

miskonsepsi yang sering terjadi pula dalam
pembelajaran matematika di sekolah
diantaranya pemahaman konsep kalimat
matematika berikut ;
a. x + 2 = 5
b. Ia adalah seorang guru matematika
c. y2 + y – 6 = 0
d. x + 2  5
e. (x + 2)2 = x2 + 4x + 4
f. x + 2 > x + 5
Contoh-contoh (a), (b), (c), dan (d)
memang memuat variabel. Variabel
tersebut secara berturut-turut adalah x,
“ia”, y dan x. Contoh-contoh (a), (b), (c),
dan (d) adalah kalimat terbuka, karena
belum mempunyai nilai kebenaran. Contoh
(a) dan (c) adalah bentuk persamaan
(equation) sedangkan contoh (d) adalah
bentuk
pertidaksamaan

(inequation).
Sedangkan contoh (e) dan (f) walaupun
memuat variabel yaitu x, bukanlah kalimat
terbuka, tetapi kedua-duanya adalah
kalimat tertutup, sebab mempunyai nilai
kebenaran. Contoh (e) selalu benar untuk
berbagai variabel x. Jadi contoh (e) adalah
kalimat matematika tertutup yang bernilai
benar, dan disebut kesamaan (equality).
Contoh (f) adalah kalimat tertutup yang
nilai kebenarannya salah, sebab untuk
berbagai variabel x akan selalu bernilai
salah. Contoh (f) adalah sebuah bentuk
ketidaksamaan (inequality).
Jadi,
tidaklah
tepat
kalau
mendefinisikan
kalimat
matematika
terbuka sebagai kalimat matematika yang
memuat variabel, karena ada kalimat
2

Seminar Nasional
Matematika UHAMKA

ISSN: 2476-8898
Vol. 1, Oktober 2017

tindakan / pelaksanaan, observasi /
pengamatan, dan refleksi. Siklus ini
berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai
dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.
1. Tes
Tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes yang disusun
berdasarkan
indikator-indikator
kemampuan
pemahaman
konsep
matematis. Tes diberikan pada setiap akhir
siklus, baik akhir siklus I maupun pada
akhir siklus II. Tes evaluasi dilakukan
untuk mengetahui tingkat pemahaman
konsep matematis mahasiswa setelah
mengikuti
pembelajaran
dengan
menggunakan model pembelajaran PBL.
Bentuk dari tes ini berupa uraian yang
disesuaikan
dengan
kisi-kisi
soal
kemampuan
pemahaman
konsep
matematis mahasiswa dikarenakan melalui
tes uraian akan terlihat kemampuan
mahasiswa dalam memecahkan masalah
dari jawaban yang diberikan.
2. Angket
Angket yang diberikan pada akhir
pertemuan. Angket diberikan untuk
mengetahui respon mahasiswa setelah
mengikuti
pembelajaran
dengan
menggunakan model pembelajaran PBL.
Lembar angket ini diisi oleh mahasiswa di
akhir siklus II. Pada penelitian ini
menggunakan format angket Skala Likert.

Metode
Subjek dari penelitian tindakan
adalah mahasiswa tingkat satu Program
Studi Pendidikan Matematika FKIPUNSUR Cianjur tahun akademik 20162017
yang
mengikuti
perkuliahan
matematika
dasar.
Penelitian
ini
merupakan penelitian tindakan (action
research), karena tindakan yang dilakukan
(perlakuan) untuk memperbaiki situasi
terbatas yang sedang berlangsung. Pada
penelitian tindakan kelas ini prosedur kerja
secara garis besar dapat dijelaskan dengan
Gambar 1 (Arikunto, 2009:16).
Dalam penelitian ini dosen sebagai
peneliti, dimana dosen sangat berperan
sekali dalam proses penelitian tindakan
kelas. Sedangkan aktifitas pengamatan
dilakukan oleh rekan dosen yang lain.
Perencanaan

Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS II

Pelaksanaan

Pengamatan

Tabel 1. Rubrik Penilaian Tingkat
Pemahaman Konsep yang Dimodifikasi

Dilanjutkan ke siklus III dan
seterusnya hingga indikator
keberhasilan tercapai.

Tingkat
Pemahaman
Paham
Seluruhnya
(P)

Gambar 1. Model Penelitian Tindakan Kelas

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah
untuk
meningkatkan
praktik-praktik
pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini,
dosen terlibat langsung secara penuh
dalam proses perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi.
Penelitian ini mengacu pada perbaikan
pembelajaran yang berkesinambungan.
Tahapan penelitian tindakan pada suatu
siklus meliputi proses perencanaan,

Paham
Sebagian
(PS)

Tidak Paham
(TP)

3

Ciri Jawaban
Jawaban Benar dan
mengandung konsep
ilmiah.
Jawaban memberikan
sebagian informasi yang
benar tetapi
menunjukkan adanya
kesalahan konsep dalam
menjelaskan.
Jawaban salah, tidak
relevan/jawaban hanya
mengulang pertanyaan
dan jawaban kosong.

Skor
2

1

0

Seminar Nasional
Matematika UHAMKA

ISSN: 2476-8898
Vol. 1, Oktober 2017

Dari data tersebut maka dapat
diperoleh rata-rata tingkat kemampuan
pemahaman konsep matematis mahasiswa
pada siklus I yaitu mahasiswa yang paham
sebanyak 25%, mahasiswa yang paham
sebagian 28% dan mahasiswa yang tidak
paham sebanyak 47%.
b. Tingkat Pemahaman Konsep
Matematis Siklus II

Hasil dan Pembahasan
1. Tahap Orientasi dan Identifikasi
Masalah
Berdasarkan hasil observasi pada
proses pembelajaran dan hasil evaluasi
dalam bentuk kuis dan ujian tengah
semester, diperoleh informasi bahwa
mahasiswa kurang bisa mengikuti proses
pembelajaran
dengan
menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab.
22.73%

Dari data pada Gambar 4. dapat
diperoleh rata-rata tingkat kemampuan
pemahaman konsep matematis mahasiswa
pada siklus II yaitu mahasiswa yang
paham sebanyak 7.93%, mahasiswa yang
paham sebagian 76.19% dan mahasiswa
yang tidak paham sebanyak 15.88%.

0-30

36.36%

31-70
40.91%

71-100

Gambar 2. Persentase Mahasiswa
Terhadap Nilai
2. Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis
Tingkat
pemahaman
konsep
matematis siswa diketahui dari tes siklus.
Tes siklus ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh Model Pembelajaran PBL
terhadap pemahaman konsep matematis
siswa. Hasil pekerjaan mahasiswa pada
setiap tes siklus dinilai berdasarkan rubrik
penskoran. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa pada setiap siklusnya.
a. Tingkat
Pemahaman
Konsep
Matematis Siklus I

90.00%

80.00%

50.00%

45.00%
40.00% 40.00%
35.00%

40.00%
30.00%

20.00%

20.00%

20.00%

30.00%

19.05% 19.05%
9.52% 9.52% 9.53% Tidak
4.76%
Paham
10.00%
(TP)
0.00%
20.00%

Soal No Soal No Soal No
1
2
3

Gambar 4.
Persentase Tingkat Pemahaman Konsep
Matematis Siklus II

Paham
Sebagian
(PS)

20.00%
10.00%

0.00%

0.00%

Paham (P)

Paham
Sebagian
(PS)

40.00%

Paham
(P)

50.00%

71.43%

60.00%

80.00%

60.00%

80.95%

70.00%

80.00%
70.00%

76.19%

Tidak
Paham
(TP)

Berdasarkan Gambar 3. dan
Gambar 4. secara eksplisit nilai tersebut
mengalami peningkatan, sehingga dapat
disimpulkan
bahwa
kemampuan
pemahaman konsep matematis mahasiswa
meningkat dari siklus I ke siklus II.
1.

Daya Serap Klasikal
Dari hasil tes yang dilakukan pada
setiap siklus untuk DSK dan nilai rata-rata
siswa dapat ditunjukan pada tabel berikut.

Soal no 1 Soal no 2 Soal no 3

Gambar 3. Persentase Tingkat
Pemahaman Konsep Matematis Siklus I
4

Seminar Nasional
Matematika UHAMKA

ISSN: 2476-8898
Vol. 1, Oktober 2017

banyak faktor penentunya, seperti
karakteristik sampel, karakteristik mata
kuliah, ataupun karakteistik kemampuan
yang hendak dicapai. Sehingga pada
akhirnya penelitian-penelitian tersebut
menjadi suatu bukti empirik yang dapat
dijadikan dasar.

Tabel 2.
Daya Serap Klasikal dan Nilai Ratarata Siswa Pada Setiap Siklus
Siklus
DSK
Rerata
1
13.6%
37.7
2
77.3%
78.6
Kriteria Ketuntasan Minimum perkuliahan
(KKM) telah ditentukan yaitu 75 atau B
(3). Suatu kelas dikatakan telah mencapai
ketuntasan perkuliahan secara klasikal jika
dalam kelas terdapat 75% mahasiswa
mencapai ketuntasan perkuliahan. Hasil
pada siklus II 77.3% mahasiswa
mendapatkan nilai diatas 75, sehingga
memenuhi indikator keberhasilan.

Referensi
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:
Bumi Aksara.National Council of
Teacher
Mathematics.
2009.
Profesional Standards for School
Mathematics. USA : NCTM
Killpatrik, J. Swafford, J. Findell, B (Eds.).
(2001). Adding it Up : Helping
Children
Learn
Mathematics.
Washington,
DC:
National
Academy Press.

2.

Analisis Sikap Mahasiswa
Berdasarkan Angket Skala Sikap
Angket terdiri dari delapan butir
pernyataan dengan empat pernyataan
bersifat positif dan empat pernyataan
bersifat negatif. Hasilnya bahwa sikap
siswa terhadap Model Pembelajaran PBL
sebagian besar positif.

Sudijono, A. 1996. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo. Persada.

Kesimpulan
Penerapan model pembelajaran
PBL dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep matematis mahasiswa.
Hal ini dapat dilihat dari hasil tes siklus
secara individu mahasiswa pada umumnya
meningkat. Selain itu, daya serap klasikal
yang diperoleh dari siklus I dan II serta
rata-rata
kelas
pun
mengalami
peningkatan.
Pembelajaran
dengan
menggunakan model pembelajaran PBL
dapat
meningkatkan
kemampuan
pemahaman konsep matematis mahasiswa
terutama pada mata kuliah matematika
dasar. Oleh sebab itu, model pembelajaran
PBL dapat dijadikan alternatif metode
mengajar pada tingkat perguruan tinggi.
Kesimpulan pada penelitian ini bersifat
induktif, sehingga untuk mengeneralisasi
kesimpulan peneliti selanjutnya disarankan
melakukan
penelitian
sejenis
atau
menggunakan variabel yang sama untuk
dimensi yang berbeda. Penelitian ini

Kemendikbud. 2014. Materi Pelatihan
Implemetasi Kurikulum 2013 Guru
Mata
Pelajaran
Matematika
SMA/MA/SMK/MAK.
Jakarta:
Kemendikbud
Anggraini, W., Noer, S. H., &
Gunowibowo, P. 2015. Efektivitas
Problem Based Learning Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah
Dan Disposisi Matematis Siswa.
Jurnal Pendidikan Matematika
Unila , 3(4).

5

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA

34 139 204

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62