T2 752015003 BAB III

BAB III
Deskripsi Watmuri Diaspora dan Perlawanannya
Pada bab ini akan diuraikan tentang profil Watmuri Diaspora yang berada di
kota Ambon juga gambaran singkat mengenai masyarakat di desa Watmuri.
Perlawanan masyarakat akan dijabarkan berdasarkan hasil penelitian terkait mengapa
masyarakat Watmuri diaspora melakukan penolakan atas pengrusakan hutan dan
strategi-strateginya. Catatan singkat dari alur perlawanan Watmuri diaspora yakni
dahulu sebelum Watmuri terbentuk dalam pemerintahan administratif seperti
sekarang, hutan merupakan tempat tinggal pertama yang dihuni masyarakat. Hutan
mengingatkan masyarakat desa tentang asal muasal tempat tinggal yang menjadi
negeri lama mereka. Tempat-tempat yang pernah bersentuhan dengan kehidupan
masalalu para leluhur dipercaya memiliki kekuatan yang melampaui akal manusia
sehingga pantang untuk merusaknya dalam bentuk apapun. Pengalaman religius yang
dialami warga dengan berbagai kejadian aneh memperkuat keyakinan adanya roh-roh
yang mendiami tempat-tempat tersebut. Oleh karena itu, mengklaimnya sebagai
tempat sakral menjadi keputusan bersama masyarakat untuk menghindari berbagai
kejadian menyeramkan sekaligus menghargai warisan leluhur sebagai budaya
bersama. Lebih dari itu, hutan merupakan lahan komoditi karena dorongan pekerjaan
sebagai petani yang mendominasi di Watmuri karenanya, ketergantungan masyarakat
pada hutan sangatlah tinggi. Tingginya ketergantungan warga atas hutan serta
perlindungan pada area-area yang mengandung unsur sakral memberikan kesan


33

positif bagi masyarakat untuk memanfaatkan hutan secara bijaksana tanpa
menimbulkan berbagai kerusakan.
Di tengah pola penggunaan dan pemanfaatan hutan sedemikian rupa oleh
orang-orang Watmuri, tahun 2012 datanglah perusahaan PT Karya Jaya Berdikari
mengelolanya dengan sistem pembangunan kehutanan model HPH (hak pengusahaan
hutan). Pengelolaan hutan model HPH sebagaimana yang disampaikan oleh pihak
perusahaan yakni memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di Watmuri
namun hasil yang didapatkan jauh berbeda. Kesejahteraan yang dimaksudkan tidak
nampak selama perusahaan beroperasi justru warga dibatasi menggunakan hutan
untuk bercocok tanam, batasan mengambil kayu untuk pembangunan rumah, serta
berbagai aktifitas lainnya karena akan menggangu jalannya proyek. Atas dasar
berbagai kesulitan yang timbul dari kehadiran perusahaan maka muncullah resistensi
masyarakat. Watmuri diaspora di Ambon terpanggil untuk memperjuangkan hak
masyarakat di desa Watmuri dan kelangsungan hidup baik sekarang maupun akan
datang. Perlawanan tersebut bukan untuk mengintervensi kinerja kepala desa yang
membuka peluang beroperasinya perusahaan melainkan terkait kepedulian mereka
untuk memperjuangkan hak orang banyak. Hak agar orang Watmuri mendapatkan

kesejahteraan, hak untuk terlibat dalam proses-proses pengeloaan karena yang
dikelola yakni hutan ulayat, hak agar perusahaan mengadakan evaluasi secara
transparan bagi masyarakat Watmuri agar menghindari berbagai kecurangan dan
kerakusan.

34

3.1. Profil Watmuri Diaspora
Diaspora adalah sebutan bagi orang-orang yang keluar dari tanah asalnya baik
untuk mengubah nasip hidup dan atau menjadi masyarakat urban dan menetap di
perkotaan. Istilah ini pertama kali ditujukan bagi kaum Yahudi dan Yunani yang
menyebar setelah pembuangan. Diaspora dari kata Yunani yang berarti “untuk
menabur lebih atau untuk menyebarkan".1 Kemudian berkembang awal tahun 1990an dalam studi migrasi dan secara bertahap telah diambil oleh banyak kelompok
migran untuk menggambarkan eksistensi mereka yang berada diluar tempat asal.
Diaspora juga diartikan sebagai penyebaran spasial dari orang-orang yang
meninggalkan tanah asalnya.2
Masyarakat Watmuri diaspora yang tinggal di kota Ambon merupakan objek
penelitian penulis. Jumlah populasi Watmuri diaspora Ambon ± 370 jiwa dengan
jumlah kepala keluarga sebanyak 70KK sebagai penduduk berdomisili tetap
sedangkan pemuda-pemudi yang sekedar melanjutkan studi pada perguruan tinggi

tidak dihitung sebagai penduduk tetap orang Watmuri di Ambon. Wilayah Gang
Viktoria Karang Panjang RT 005/RW 005 yang berada di Kecamatan Sirimau kota
Ambon merupakan area dengan populasi orang Watmuri terbanyak. Dari ± 60 kepala
keluarga (KK) jumlah penduduk RT 005 RW 005, 35 KK diantaranya adalah orang
Watmuri diaspora sedangkan sisanya terdiri dari keluarga-keluarga yang berasal dari
1

https://pesd.princeton.edu/?q=node/232
Kleist, Nauja. In the Name of Diaspora: Between Struggles for Recognition and Political
Aspirations dalam Journal of Ethnic and Migration Studies Vol. 34 (hlm 1127-1143) September 2008.
2

35

daerah berbeda.3 Di lokasi ini biasanya disebut Watmuri mini karena banyaknya
mereka di area tersebut. Mereka hidup berdampingan secara rukun dengan orang lain
berbeda kebudayaan dan menjaga kasih persaudaraan di antara sesama. Oleh karena
itu, penulis menjadikannya sebagai tempat penelitian disertai beberapa tempat lainnya
di kota Ambon jika informan yang dituju berdomisili di luar Karang Panjang.
3.1.1. Sistem Ekonomi

Orang Watmuri perantau mempunyai mata pencaharian beragam jenis.
Pekerjaan yang umum digeluti yakni guru, bidang kesehatan, dosen, perkantoran,
TNI, POLRI serta wiraswasta. Selama observasi tampak bahwa perekonomian
Watmuri diaspora Ambon terbilang sangat baik. Demikian pula dengan tingkat
pendidikan akhir mereka yakni mencakup sekolah menengah atas (SMA), Diploma,
Sarjana, Pascasarjana bahkan sampai pada tingkat doktoral.4
3.1.2. Sistem Kekerabatan
Keluarga adalah prioritas utama orang Watmuri diaspora, tidak penting
seberapa banyak anggota keluarga yang tinggal dalam satu atap yang sama asalkan
hidup saudara-bersaudara tidak hilang. Prinsip hidup ini melekat pada diri orang
Watmuri diaspora dan menjadi tradisi yang tidak pernah sirna. Asumsi yang mereka

3

Wawancara dengan Sdra J. Melmambessy 3 September 2016 di Ambon
Penulis agak kesulitan untuk membuat rincian mengenai pekerjaan dan tingkat pendidikan
akhir orang Watmuri diaspora dalam bentuk persentase (%) karena mereka tidak memiliki data dalam
bentuk statistik. Data yang dituliskan penulis hanya berdasarkan wawancara penulis bersama Bpk J
Lakafin 18 September 2016 di Ambon. Terkait observasi, penulis pernah tinggal dan berinteraksi
secara intens dengan orang-orang Watmuri Diaspora di Karang Panjang Ambon selama 8 tahun

sehingga dapat menjelaskan kehidupan orang Watmuri sebagaimana pengalaman bersama tersebut.
4

36

bangun yakni barangsiapa telah sukses di tanah rantau dialah yang mesti menampung
anggota keluarga dan kerabat yang datang dari kampung untuk mencari pekerjaan
maupun melanjutkan pendidikan pada perguruan tinggi. Walaupun begitu, kebiasaan
tersebut tidak memberatkan mereka sehingga mereka tetap nyaman menjalani
kehidupan walaupun tinggal serumah dengan anggota keluarga yang banyak.5
Orang Watmuri diaspora berada diberbagai tempat di kota Ambon. Untuk
menyatukan mereka dalam solidaritas kekerabatan dibentuklah satu organisasi
berbasis asal negeri pada tahun 1974. Tujuannya yaitu sebagai wadah perkumpulan
keluarga, mempererat hubungan kekeluargaan anak negeri di tanah rantau sekaligus
tempat binaan dan penopang agar berhasil di tanah rantau baik dalam pendidikan
maupun mencari pekerjaan. Organisasi ini lalu diberi nama IMNW yakni Ikatan
Masyarakat Nirunmas Watmuri. Nirunmas adalah nama kecamatan dan Watmuri
adalah nama kampung mereka serta memiliki AD/ART (anggaran dasar/anggaran
rumah tangga) yang mengabsahkan suatu organisasi. Struktur kepengurusannya
antara lain ketua, sekretaris dan bidang-bidang/seksi dari I-IV. IMNW menjadi

organisasi masyarakat sekaligus organisasi agama yang diikat dalam persekutuan
ibadah menurut kepercayaan agama Kristen Protestan. Awalnya ibadah organisasi
IMNW hanya satu kelompok saja akan tetapi transportasi menjadi masalah yang
sering dikeluhkan para anggota. Oleh karena itu, mereka berinisiatif melakukan
pembagian per-rayon pada tahun 2013 yang pembagiannya antara lain: Rayon

5

Wawancara dengan Bpk. L. Kofit 15 Agustus 2016 di Ambon.

37

Baguala daerah Passo, Suli dan sekitarnya; rayon Sirimau area Tantui, Galala dan
Karang Panjang; rayon Nusaniwe bagian Benteng, Kudamati dan Amahusu. Pada
masing-masing rayon diadakan ibadah seminggu sekali dan ibadah gabungan semua
rayon dilakukan sebulan sekali. Di tengah kuatnya tantangan hidup perkotaan
dibarengi kesibukan masing-masing anggota, namun organisasi IMNW tetap hidup
sampai sekarang. Bertahannya organisasi IMNW sejak tahun 1974 sampai sekarang
tidak lepas dari keyakinan bersama bahwa ikatan saudara-bersaudara adalah prioritas
utama, jangan hilangkan hanya karena diterpa arus perkotaan.6

3.1.3. Sistem Sosial Budaya
Dalam perkembangan dunia yang semakin modern tidak menutup kenyataan
bahwa di berbagai tempat, adat istiadat masih tetap dipertahankan sebagai bagian dari
hidup sosisal budaya masyarakat. Kenyataan demikian dapat ditemukan pada orang
Watmuri di Ambon yang masih kental dengan kuatnya adat-istiadat. Pelantikan ketua
IMNW Ambon tahun 2008 dilakukan sesuai prosedur adat, diiringi tarian tradisional
orang Maluku Tenggara Barat tarian Torre yang biasa dipakai untuk melantik para
pejabat. Momentum ini sekaligus memperkuat eksistensi orang Watmuri yang masih
kuat berpegang pada tradisi adat. Sesekali menjelang perayaan ulang tahun organisasi
IMNW mereka melakukan perlombaan antar soa. Hal ini dilakukan untuk
mengingatkan generasi muda tentang pengenalan akan marga disetiap soa sekaligus

6

Wawancara dengan Bpk. J lakafin tanggal 18 September 2016 di Ambon

38

hubungan pela antar marga agar tidak terlupakan oleh generasi muda yang lahir di
kota. Momentum demikian sekaligus mempererat keharmonisan di antara mereka.7

Dalam urusan perkawinan terutama bagi yang menikah dengan orang asing,
kewajibannya ialah kembali ke negeri asal (Watmuri) untuk melakukan prosesi
minum air. Tradisi minum air diperuntukan bagi orang Watmuri yang menikah
dengan orang asing. Adat ini lalu dimaknai sebagai proses memperkenalkan pasangan
pada negeri dan masyarakat sehingga bukan lagi orang asing melainkan satu kesatuan
masyarakat Watmuri. Tradisi minum air hanya bisa dilakukan di Watmuri oleh
karena itu, bagi yang tinggal di tempat perantauan wajib kembali ke desa untuk
melakukan adat tersebut.8
3.2. Sekilas Tentang Masyarakat di Watmuri
Watmuri merupakan salah satu desa yang terletak di gugusan pulau Yamdena
kecamatan Nirunmas kabupaten Maluku Tenggara Barat provinsi Maluku. Jumlah
populasi masyarakat Watmuri ± 4000 jiwa, membentang pada pesisir pantai dengan
kebutuhan pokok dari hasil pertanian.9 Beras merah, jagung putih, umbi-umbian,
pisang dan kacang-kacangan menjadi makanan pokok yang dihasilkan serta

7

Soa adalah sebuah distrik desa/negeri. Soa secara sederhana diartikan sebagai kumpulan
dari beberapa marga. Kedudukan soa biasanya dibawah raja dan berfungsi sebagai dewan menteri
atau pembantu raja. Wawancara dengan Bpk R. Melmambessy 28 Agustus 2016 di Ambon

8
Pengambilan data via telpon tanggal 5 Januari 2017 dengan sdri P. Lakafin yang berada di
Watmuri untuk merayakan 100 tahun injil masuk di desa Watmuri. Di tengah moment kepulangan
seluruh orang Watmuri di tanah rantau kesempatan itu dipakai untuk mengadakan adat minum air
secara masal pada keluarga yang menikah dengan orang luar dari luar desa Watmuri yang belum
berkesempatan untuk melakukannya.
9
Wawancara dengan Bpk. J lakafin tanggal 18 September 2016 di Ambon.

39

dikonsumsi oleh warga. Adakalanya hasil pertanian ini dijual ada pula untuk dimakan
sehari-hari. Selain berkebun, melaut jadi pekerjaan selingan masyarakat untuk
mencukupkan kebutuhan hidup.
Desa Watmuri tidak jauh lokasinya dari Saumlaki sebagai ibu kota kabupaten
Maluku Tenggara Barat jarak tempuh ± 2jam30 menit menggunakan sepeda motor,
juga tidak jauh dari Larat sebagai tempat perdagangan dengan jarak tempuh satu jam
menggunakan transportasi laut. Untuk menempuh hutan penduduk, warga biasanya
melakukan penyeberangan menggunakan perahu atau mengenderai sepeda motor.10
Tingkat pendidikan akhir orang Watmuri di desa lebih banyak antara SD-SMA, akan

tetapi masih ada yang menempuh pendidikan akhir (sarjana) dan menetap di desa
Watmuri baik sebagai tenaga PNS maupun honorer pada instansi pemerintah. orang
Watmuri memeluk agama Kristen Protestan.11
Kekhasan tempat tinggal orang Watmuri adalah mereka tinggal berdasarkan
soa masing-masing, teratur dan tidak bercampur dengan soa lainnya. Keteraturan
tempat tinggal ini didasarkan oleh urutan masing-masing soa yang masuk ke desa
Watmuri. Masyarakat Watmuri memiliki satu tempat adat yang diberi nama Natirdas
dan posisinya tepat di tengah-tengah perkampungan warga. Natirdas terbagi atas dua
suku kata yakni Natir artinya Rumah dan Das yang berarti Tempat. Secara harfiah
Natirdas diartikan sebagai rumah/tempat berkumpul. Natir sekaligus menjadi tempat

10

Wawancara dengan Bpk. N Lakafin tanggal 22 Desember 2016 di Watmuri.
Wawancara dengan Pdt. Bpk Y Letelay 16 September 2016 di Ambon.

11

40


berkumpul, musyawarah, dan memutuskan segala kepentingan yang berhubungan
dengan adat-istiadat masyarakat Watmuri. Walaupun secara harfiah menunjukan
rumah namun fisiknya hanya berupa lapangan kosong. Dalam tuturan warga, natir
adalah tempat untuk pertama kalinya leluhur menapakkan kaki dan menemukan
lokasi untuk tinggal bersama. Di jaman dulu orang Watmuri tinggal secara terpisah di
hutan sesuai kediaman masing-masing soa. Keinginan mengumpulkan lima soa untuk
hidup berdampingan dalam satu desa yang sama menjadi cikal bakal ditemukannya
Natir.12 Soa yang pertama kali masuk di Watmuri adalah soa Sorluri, mereka tinggal
di sekitar lokasi natir dan menjadi soa raja. Pada mereka jika akan melewati Natir
khusus orang yang bukan penduduk asli mesti melakukan prosesi adat sebagai bentuk
permohonan ijin agar terhindar dari bahaya.

Foto 1: Prosesi adat minum sopi
Foto pribadi di Watmuri, 23 Desember 201613

12

Wawancara dengan Bpk. J lakafin 18 September 2016 di Ambon
Keterangan foto 1 merupakan proses adat yang dilakukan oleh penulis sendiri ketika
berkunjung di Watmuri. Sebagai pendatang baru diwajibkan melakukan ritual adat jika ingin melewati
Natir. Gambar ini didokumentasikan tanggal 23 desember 2016 di rumah keluarga Lambatir yang
merupakan salah satu tuan tanah di Watmuri.
13

41

Keterangan pada foto1 menunjukan suasana dari prosesi adat bagi orang asing
yang baru pertama kali datang di Watmuri. Ritual adat ini adalah syarat mutlak bagi
pendatang baru jika ingin melewati Natir yang menjadi tempat sakral orang Watmuri.
Wajib melakukan ritual karena nilai budaya atas pentingnya Natir bagi orang
Watmuri masih terpelihara, sebab dari natir dibentuklah desa yang menjadi tempat
tinggal orang Watmuri sekarang. Untuk menjaganya tetap sakral, ritual menjadi akses
untuk menyentuh dan melewatinya. Ritual berlangsung dengan membawa minuman
sopi serta uang sebagai pengalas botol kemudian diserahkan kepada tuan tanah untuk
melakukan doa bersama menggunakan bahasa adat setempat. Setelah didoakan sopi
akan dibagikan kepada semua orang yang hadir dalam ritual, kemudian sebagiannya
akan disiram pada sebuah batu di depan rumah tuan tanah sebagai tanda ada ikatan
yang terbentuk dalam adat sesama manusia juga tanah leluhur sehingga menjadi sah
untuk menginjakan kaki di Natir yang sakral bagi orang Watmuri.14 Orang-orang
Watmuri diaspora di Ambon juga memiliki Natir sebagai tempat berkumpul dan
musyawarah. Berdasarkan kesepakatan orang-orang Watmuri yang ada di Ambon
maka mereka mengukuhkan salah satu rumah milik keluarga Melmambessy di gang
Victoria Karang Panjang-Ambon menjadi Natir bagi mereka.15
Masyarakat Watmuri memiliki hubungan pela-gandong yang terpelihara
secara baik hingga sekarang. Desa-desa yang memiliki ikatan pela dengan desa
Watmuri antara lain: desa Meyanu disebut pela mati yang diikat dengan darah, desa
14

Wawancara dengan Bpk. Lambatir tanggal 23 Desember 2016 di Watmuri.
Wawancara dengan Bpk. J Lakafin tanggal 18 September 2016 di Ambon.

15

42

Ritabel dan desa Ridoi adalah pela batas tanah dan desa Olilit sebagai pela perang.
Watmuri bahkan memiliki ikatan gandong dengan desa Atubun dan desa Batu putih.
Di samping hubungan pela gandong antar beberapa negeri/desa, Watmuri memiliki
hubungan pela antar Soa. Soa Ayoan memiliki pela dengan soa Dabu-Dabu.
Pantangan untuk pela soa ialah pertama, jika salah satu anggota pela meminta barang
yang dimiliki maka barang tersebut harus diberikan tanpa penolakan. kedua, dilarang
melihat darah sesama pela. Konsekuensi bagi setiap pelanggar yakni sakit dan
berbagai musibah lainnya. Untuk menghindari segala konsekuensi itu, maka
diwajibkan mengadakan ritual adat.16
3.2.2. Sistem Pemerintahan Desa di Watmuri
Desa Watmuri saat ini dipimpin oleh Bpk. M. Melmabessy menggantikan
kepala desa sebelumnya yakni Bpk. J Kofit. Struktur pemerintahan desa antara lain:
kepala desa, sekretaris dan bendahara diikuti kepala urusan desa meliputi kaur
pemerintah desa, kaur pembangunan, kaur pembinaan kemasyarakatan dan kaur
pemberdayaan masyarakat, lima kepala soa dan Marinyo. Terdapat 5 soa dan margamarga yang menjadi bagian di dalamnya yakni soa Sorluri marga Ngilawana,
Batmomolin, Lambatir dan Sinonafin; soa Dabu-Dabu marga Aurmatin, Kofit, dan
Lambiombir; soa Ayoan marga Bembuain, Lakafin dan Nifmaskossu; soa Sayembun
marga Batlajery dan Melmambessy dan soa Fayembun marga Batlajery.17 Fungsi soa
ialah sebagai dewan menteri atau badan pembantu raja. Sedangkan fungsi kepala adat
16

Wawancara dengan Bpk A. Samar tanggal 20 Agustus 2016 di Ambon
Wawancara dengan Bpk. J lakafin tanggal 18 September 2016 di Ambon

17

43

yakni mengurus segala kepentingan adat masyarakat maupun desa. Marinyo bertugas
menyampaikan berbagai informasi, instruksi-instruksi dan keputusan dari kepala desa
kepada

masyarakat

desa

atau

“mulut

raja”.

Adapula

BPD

atau

Badan

Pemusyawaratan Desa. Fungsi BPD berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 yakni
memberikan masukan-masukan kepada kepala desa berdasarkan aspirasi masyarakat
yang mereka terima sekaligus berfungsi meminta dan menerima pertanggungjawaban
kepala desa.18
3.3. Hubungan Watmuri Diaspora dan Penduduk di Desa
Masyarakat Watmuri diaspora sangat mengutamakan persatuan dan
kepedulian satu sama lain. Manakala salah satu warganya mengalami sakit,
kecelakaan maupun kematian mereka akan bersama-sama terlibat berempati dengan
keluarga yang berdukacita tersebut. Pembentukan Organisasi IMNW (Ikatan
Masyarakat Nirunmas Watmuri) dan organisasi untuk pemuda yang disingkat
P3MNW (Persekutuan Pemuda Pelajar Mahasiswa Nirunmas Watmuri) bentuk
kepedulian menjaga persatuan untuk melawan invidualistis dan kepentingan diri
sendiri. Sampai saat ini hubungan orang Watmuri diaspora di Ambon dan yang
berada di mana saja terjalin begitu akrab dan harmonis.
Hubungan yang terbangun melalui komunikasi yang intensif antara Watmuri
diaspora di Ambon dan orang-orang di desa Watmuri membuktikan ikatan yang
begitu harmonis diantara mereka. Berbagai upaya dilakukan oleh orang-orang
Watmuri di Ambon sebagai kepekaan untuk membangun negeri yang diprogramkan
18

Pengambilan data via online (Massanger) dengan Sdra. A. Melmabessy 9 Pebruari 2017.

44

melalui organisasi IMNW. Salah satu yang pernah terealisasi yakni sosialisasi
terhadap pemuda/pemudi mencegah bebasnya pergaulan yang merusak masa depan.
Ada banyak program yang dirancangkan namun jangkaun desa yang begitu jauh
kurang lebih 3 hari menggunakan kapal laut serta dililit oleh tanggung jawab
pekerjaan menyulitkan kunjungan mereka ke desa Watmuri.19 Kepekaan dan
kepedulian terhadap negeri menunjukan eksistensi orang-orang diaspora bahwa
berada jauh dari daerah asal tidak menghilangkan kecintaan mereka terhadap
kampung halaman.
3.4. Hutan Dalam Pemahaman Orang Watmuri
Di desa Watmuri penggunaan hutan tidak sebatas tempat mencari nafkah
tetapi tempat menyimpan sejarah yang ditandai dengan istilah negeri lama. Istilah
negeri lama dipakai untuk menggambarkan kediaman awal suatu klan/soa yang
terdapat di hutan belantara dan terpisah-pisah. Pembentukan sebuah desa
administratif tidak lepas dari upaya mengumpulkan soa-soa yang terpisah itu hidup
berdampingan pada satu lokasi yang sama. Mengangkat satu pemimpin untuk
mengayomi masyarakat berdasarkan garis keturunan raja dan disahkan melalui
sumpah jabatan sesuai peratuarn negara sekaligus sumpah adat sesuai sistem
kebudayaan. Berada di lokasi yang baru tidak menghilangkan memori sejarah
terhadap negeri lama bahkan kekuatan-kekuatan roh masih dipercaya berada di
sekitar wilayah itu. Berdasarkan wawancara:

19

Wawancara dengan sdra J. Melmambessy 3 September 2016 di Ambon

45

Hutan itu kadang angker dan misterius, di dalamnya ada pohon-pohon
besar, batu-batu besar, tempat-tempat begitu pasti ada penunggunya.
Dilarang merusak atau menebang kalau tidak mau celaka.20
Di hutan sagala (baca= segala) jenis binatang, dan tumbuhan ada di situ.
Jika ranting pohon patah tanpa sebab di hutan negeri lama milik salah
satu soa pasti anggota keluarganya akan yang mengalami kesusahan,
kecelakaan atau kematian.21
Hasil wawancara ini menunjukan hutan masih bersifat magis bagi masyarakat
Watmuri, memiliki kekuatan dengan yang supernatural dan bersangsi bagi para
pelanggar. Cara demikian tidak dapat dipisahkan oleh kuatnya peranan adat dalam
masyarakat Watmuri. Apapun yang dilakukan orang Watmuri pasti diikuti oleh ritual
adat jika proses-proses berlangsungnya bersentuhan dengan tempat-tempat bersejarah
peninggalan leluhur. Pada lokasi-lokasi demikian pantang untuk mengotori maupun
merusaknya karena akan menyebabkan musibah bagi yang sengaja melakukan
pelanggaran. Adat tidak berarti menakut-nakuti masyarakat terhadap ancaman sosok
lain, ia hanya wadah pembentukan cara hidup masyarakat untuk kebaikan bersama.
Adat bahkan menjadi sarana untuk melindungi alam dari jarahan tangan-tangan yang
tidak bertanggungjawab, itu sebabnya hutan di Watmuri sangat terjaga kelestariannya
walaupun pekerjaan mereka didominasi oleh segi pertanian.
Berdasarkan tim yang pernah meniliti spesies tumbuhan di hutan Watmuri,
mereka menemukan satu jenis pohon langka yang hanya ditemukan pada dua tempat
yakni di hutan desa Watmuri dan di Brasil. Nama pohon itu ialah Turing atau warga
menyebutnya pohon kayu besi merah. Selain menjadi jenis pohon langka di dunia,
20
21

Wawancara dengan Bpk K. Batsira tanggal 22 Desember 2016 di Watmuri
Wawancara dengan Bpk Lambiombir tanggal 23 Desember di Watmuri

46

kualitas kayunya sangat baik untuk konstruksi bangunan. Pohon ini menjadi keunikan
dan kebanggaan tersendiri bagi orang Watmuri sehingga demi melindunginya
masyarakat dilarang untuk menebang tanpa ijin dan kesepakatan bersama warga.22
Hutan itu sudah menjadi rumah kedua bagi katong (baca= kami), setiap
musim menanam, para petani akan tinggal berhari-hari di hutan. Habis
tanam sampai panen juga akan sama. Semua orang punya walang di
kebun masing-masing sebagai tempat tinggal.23
Adapula yang berpendapat: Hutan adalah sumber pelestarian air, kayu dan
bahan bangunan sekaligus aset bagi keturunan dan masa depan keluarga
dan masyarakat.24
Masyarakat Watmuri dengan pandangan hutan sebagaimana disebutkan akan
melihat hutan sangat penting bagi mereka sehingga perlu untuk menjaganya tetap
lestari dari praktek penebangan liar. Hutan yang menghijau tentu akan
mempertahankan mata air dalam tanah dan berimplikasi pada kesuburan tanah.
Keseimbangan alam bergantung pada tingkat kesadaran manusia memanfaatkan
potensi yang terkandung di dalamnya dan upaya itu terus dilakukan masyarakat
Watmuri demi menjaga hutan yang memberikan kehidupan bagi mereka. Area hutan
yang mengandung unsur sakral bagi masyarakat memiliki pohon-pohon besar yang
masih berdiri kokoh karenanya, adat memberikan kontribusi perlindungan hutan yang
lebih maksimal. Akan tetapi, setelah masuknya perusahaan PT Karya Jaya Berdikari
sebagai perusahaan HPH pola masyarakat menggunakan hutan mulai berubah. Situs22

Wawancara dengan Bpk. L. Kofit 15 Agustus 2016 di Ambon.
Wawancara dengan Bpk N. Lakafin tanggal 22 Desember 2016 di Watmuri.istilah Walang
bagi orang Maluku ialah rumah sederhana bertutupkan atap daun sagu dan berdinding papan.
Ukurannya juga kecil.
24
Wawancara dengan Bpk R Melmabessy 28 Agustus 2016 di Ambon.
23

47

situs budaya tentang hutan sakral diberangus dan relatif rusak oleh sikap monopoli
pengelola. Pengontrolan yang kurang efektif dari pemerintah lebih memberatkan
masyarakat yang prihatin dengan kerusakan hutan yang semakin meningkat. Oleh
karena itu, perlawanan Watmuri diaspora adalah respon dari sikap keacuhan
pemerintah yang mengabaikan nasib masyarakat desa dan sikap perusahaan yang
menebang pohon semaunya mereka.
3.5. Penggunaan Hutan di Watmuri
Hutan di Watmuri sangatlah luas, ukurannya bisa mencapai ribuan hektar.
Sebagai penduduk desa dengan dominan pekerjaan pada sektor pertanian, tentu hutan
merupakan faktor produksi utama untuk diolah dan didayagunakan. Masing-masing
soa memiliki petuanannya sendiri, walaupun demikian hutan dan penggunaannya
tidak dimanfaatkan oleh satu soa saja melainkan diperuntukan untuk semua dalam
kepentingan bersama.25 Di Watmuri hutan terbuka bagi siapa saja yang mau berkebun
asalkan diadakan permintaan ijin pada tuan tanah dari soa yang lokasinya akan
dipakai untuk bercocok tanam jika orang tersebut berasal dari soa yang berbeda.
Permintaan itu disertai dengan ritual adat dengan membawa sirih pinang dan sopi di
rumah kepala soa, di sana akan dilakukan doa adat diikuti dengan makan pinang dan
minum sopi. Tujuannya di satu sisi menghindari si pembuka lahan dari sakit,
kecelakaan atau kehampaan hasil karena berkebun di area bukan petuanannya, di sisi
lain sebagai proses meminta ijin pada tuan tanah yang disampaikan dalam bentuk doa

25

Wawancara dengan Bpk. Lambiombir tanggal 23 Desember 2016 di Watmuri.

48

adat bagi leluhur. Hal ini tidak bermaksud orang Watmuri percaya terhadap kekuatan
nenek moyang, mereka hanya meneruskan tradisi yang telah ada merucut pada adat
adalah prioritas utama yang masih kuat dalam masyarakat. Warga bahkan dapat
mengambil kayu dengan mudah untuk pembangunan dalam kepentingan bersama
atau untuk pembangunan rumah.26 Sejak hutan dikelola oleh perusahaan HPH (hak
pengusahaan hutan) masyarakat makin tersingkir dari hutan mereka sendiri. Terdapat
batasan-batasan menebang pohon untuk bahan bangunan, batasan area bercocok
tanam karena area hutan telah dikuasai dan dikontrol pihak pengelola HPH.
3.6. Dari Hijau ke Deforestasi
Yamdena merupakan gugusan pulau terbesar di Maluku Tenggara Barat
dengan luas pulau 325.725 ha. Potensi kayu hutan tropis terbaik ada di gugusan pulau
ini, mengundang antusias perusahaan-perusahaan berbasis pengelolaan sumber daya
hutan mendapatkan ijin di pulau tersebut. 23 April 1991 PT Alam Nusa Segar melalui
SK Menteri Kehutanan No. 215/Kpts-II/1991 mendapatkan ijin eksploitasi seluas
164.000 Ha di pulau Yamdena. Tak lama kemudian perusahaan tersebut di-addendum
dengan SK Menteri Kehutanan No. 1107/Kpts-II/1992 tanggal 12 Desember 1992
dan berganti nama PT. Yamdena Hutani Lestari dengan luas 160.725 Ha. 15 tahun
kemudian

perusahaan dicabut oleh Menteri Kehutanan dengan SK pencabutan

No.200/Menhut-II/2007 tanggal 16 Mei 2007 dikarenakan perusahaan melakukan
eksploitasi berlebih. Sejak tahun 1991-2007 kepulauan Yamdena mengalami

26

Wawancara dengan Bpk. Lambatir tanggal 23 Desember 2016 di Watmuri.

49

degradasi hutan yang memprihatinkan dan berimbas pada deforestasi (pengundulan).
Isu terkait degradasi itu mengarahkan kesalahan kepada pihak investor yang
mengeksploitasi hutan berlebih dan juga pemerintah yang telah membagi tata ruang
wilayah yang kurang tepat.27
Pada tahun 2007 Gubernur Maluku kembali memberikan peluang bagi
investor untuk mengeksploitasi hutan pulau Yamdena dengan mengeluarkan
rekomendasi No.522.11-03 tahun 2006 begitu juga dengan Bupati Maluku Tenggara
Barat lewat Surat Rekomendasi Bupati No.522/093/Rek/2007. Berdasarkan surat
rekomendasi tersebut maka Menteri Kehutanan mengeluarkan surat keputusan
tanggal 19 Maret 2009 dengan nomor: SK.117/Menhut-II/2009 yang memberikan
kewenangan penuh kepada PT Karya Jaya Berdikari untuk menebang dan mengelola
hasil hutan kayu di Maluku Tenggara Barat seluas kurang lebih 93.980 ha.
Menghadapi kondisi alam pulau Yamdena yang sebagiannya telah mengalami
deforestasi sejak tahun 1991-2007 mengundang kekhawatiran bertambahnya
kerusakan dan pengundulan hutan lagi atas kebijakan pemerintah itu.28

27

file:///D:/HPH/Kajian_Degradasi_Yamdena_1998_2008.pdf
file:///D:/HPH/Kajian_Degradasi_Yamdena_1998_2008.pdf

28

50

Sumber: file:///D:/HPH/Kajian_Degradasi_Yamdena_1998_2008.pdf

Berdasarkan keterangan gambar menunjukan penghilangan sebagian besar
hutan di Maluku Tenggara Barat gugusan pulau Yamdena oleh aktifitas perusahaan
model HPH. Anehnya, pihak pengelola tidak mendapatkan sanksi atas pengrusakan
hutan yang terjadi sementara masyarakat sekitar hutan harus bertahan hidup, bekerja
lebih keras dalam mengolah alam karena intensitas kesuburan tanah menurun. Jika ini
terus dibiarkan maka akan merugikan masyarakat lokal yang sangat bergantung pada
hutan sebagai tempat pencari nafkah. Lebih dari itu, generasi-generasi yang akan
datang akan terancam atas kerusakan alam yang terus meningkat. Akan tetapi,
pemerintah kabupaten kembali merekomendasikan PT Karya Jaya Berdikari untuk
mengeksploitasi

hutan

di

kepualauan

Yamdena mengundang kekhawatiran

munculnya berbagai kesulitan bagi masyarakat yang bergantung pada alam. Aksi
protes masyarakat baik yang mengalami dampak langsung maupun yang berada di
perantauan hanya untuk meretas berbagai dampak yang muncul dengan hadirnya
pembangunan kehutanan. PT Karya Jaya Berdikari sejak beroperasi di desa

51

Wermatang tahun 2009 tidak pernah melakukan rehabilitasi hutan, kompensasi tidak
dibayar secara benar kepada masyarakat pemilik hutan ulayat sementara pohon-pohon
berkualitas telah ditebang dan dipasarkan. Kemudian perusahaan yang sama
mendatangi desa Watmuri untuk melancarkan proyek pembangunan kehutanan yang
sama, tentu warga akan lebih waspada dan menolak perusahaan. Namun atas prakarsa
kepala desa perusahaan diterima tanpa persetujuan seluruh masyarakat.
3.7. Dinamika Masuknya Perusahaan di Watmuri
Tahun 2009 menteri kehutanan mengeluarkan SK Menteri no 117/MENHUTII/2009 pada perusahaan PT Karya Jaya Berdikari mengelola hasil hutan kayu di
Maluku Tenggara Barat dengan model HPH (hak pengusahaan hutan). Sebelum surat
keputusan menteri dicetuskan mendahuluinya telah dikelurkan rekomendasi Gubernur
Maluku dan diikuti oleh rekomendasi Bupati Maluku Tenggara Barat yang
mendudukung perusahaan mengelola hasil hutan kayu di kabupaten Maluku Tenggara
Barat. Ketika sah memperoleh ijin pengelolaan hutan model HPH, PT Karya Jaya
Berdikari mulai menyusun strategi agar memperoleh hutan masyarakat desa untuk
dieksploitasi. Pada tahun 2009 PT Karya Jaya Berdikari mendekati dua desa yakni
desa Wermatang dan desa Watmuri. Hutan desa Wermatang menjadi lokasi pertama
beroperasinya perusahaan melakukan eksploitasi.
“Tahun 2009 pihak pengelola melakukan rapat bersama dengan
masyarakat dan staff pemerintah desa, beta (saya) sebagai pendeta jemaat
Watmuri turut hadir dalam pertemuan tersebut. Saat itu masyarakat setuju

52

dengan HPH dengan pertimbangan perusahaan barangkali dapat
membantu proses pembangunan gereja yang sedang berlangsung”.29
Sampai selesai pembangunan gereja dan diresmikan bulan Desember 2011
perusahaan tidak pernah datang di desa Watmuri sehingga warga menyatakan
persetujuan itu dibatalkan. Tahun 2012 dengan sadar perusahaan kembali melakukan
pendekatan ke desa Watmuri untuk mengkonfirmasi klaim penerimaan yang
disepakati tahun 2009 silam. Atas persetujuan kepala desa maka rapat bersama
dengan pihak perusahaan diselenggarakan. Orang-orang yang terlibat dalam
pertemuan yakni pihak pengelola dari PT Karya Jaya Berdikari, kepala desa,
sekretaris desa dan kroni-kroninya serta kurang lebih 113 warga desa. Pertemuan
yang berlangsung tanggal 5 Pebruari 2012 di gereja lama Watmuri menemui titik
kesepakatan bahwa seluruh masyarakat Watmuri menerima masuknya perusahaan
mengelola hutan ulayat. Perusahaan berjanji akan melakukan pengadaan air bersih,
listrik dan pembibitan kayu unggulan yang para pekerjanya yakni masyarakat
Watmuri dan diberi upah. Perusahaan akan menjamin biaya pendidikan anak dengan
memberikan beasiswa di tingkat SMA hingga ke perguruan tinggi serta pembayaran
kompensasi kepada masyarakat karena mengelola hutan ulayat warga. Bukti
persetujuan tersebut disahkan berdasarkan surat persetujuan yang ditandatangani oleh
kepala desa, ketua BPD Watmuri serta 113 warga, manakala terjadi penolakan pihak
perusahaan memiliki dasar hukum. Setelah surat persetujuan ditandatangani situasi
kampung mulai tidak stabil karena terbagi atas dua kubu pro dan kontra terhadap
29

Wawancara dengan Pdt Bpk. Y Letelay 16 September 2016 di Ambon.

53

masuknya perusahaan HPH. Keberatan warga bahwa pemerintah desa tidak dapat
memutuskan masuknya perusahaan dengan hanya keterlibatan 113 warga untuk
mewakili suara seluruh masyarakat. Jabatan raja tidak seharusnya melegitimasi
hadirnya suatu pembangunan tanpa pertimbangan warga yang memiliki hak yang
sama pada hutan. Dengan begitu, dapat menghindari penggunaan jabatan yang
monopolistik sebab hutan yang dikelola adalah hutan ulayat yang penggunaan dan
diperuntukannya untuk kepentingan seluruh masyarakat. Masyarakat khawatir dalam
pengelolaan hutan ke depan janji-janji yang pernah diucapkan pihak pengelola hanya
terealisasi pada orang-orang yang setuju masuknya perusahaan. Ini menjadi
kenyataan, beasiswa dan bekerja di perusahaan hanya diberikan kepada oknumoknum yang dari awal menyetujui masuknya perusahaan sedangkan pihak pengelola
wacanakan bahwa telah melakukan tindakan nyata kepada seluruh masyarakat.30
Dalam suatu pembangunan sedapat mungkin menghindari kecemburuan
sosial, jika sebagian orang diistimewakan dengan mendapatkan pekerjaan di
perusahaan dan status sosial ekonomi mereka meningkat sedangkan yang lainnya
statis akan menimbulkan kecemburuan dalam masyarakat. Orang watmuri diaspora
meretas situasi itu sehingga membantah pernyataan perusahaan yang mengatakan
telah melakukan tindakan nyata kepada seluruh masyarakat padahal hanya
diwujudkan pada mereka-mereka yang sejak awal menerima perusahaan. Ironisnya,
perusahaan tidak memberikan peta batas hutan kepada masyarakat Watmuri, itu
berarti eksploitasi hutan akan dilakukan semaunya pihak pengelola. Melalui
30

Wawancara dengan Bpk L. Kofit 15 Agustus 2016 di Ambon.

54

organisasi Ikatan Masyarakat Nirunmas Watmuri (IMNW) Ambon gerakan
penolakan dimobilisasikan. Langkah utama Watmuri diaspora yakni mengetahui
latarbelakang masuknya perusahaan di Watmuri dan perkembangannya sehingga
semua informasi yang diperoleh dari berbagai pihak mendapat kejelasan. Cara tepat
yang mereka tempuh yakni mengadakan pertemuan dengan masyarakat di desa
Watmuri maka dibentuklah satu Tim di kubu Watmuri diaspora Ambon. Tanggal 25
Juni 2012 Tim Watmuri diaspora menuju ke desa Watmuri dan mengadakan
pertemuan dengan menghadirkan staff pemerintah desa, pekerja harian majelis jemaat
Watmuri, tokoh adat dan seluruh masyarakat desa. Tujuan dari pertemuan itu ialah
meminta kejelasan diberikannya ijin kepada perusahaan mengelola hutan ulayat
masyarakat Watmuri. Rapat semakin menegangkan saat warga bertanya tentang
keberadaan Tim dan kepala desa dalam kaitannya dengan pelaksanaan hak
pengusahaan hutan (HPH) di Watmuri.31 Tim lalu mendudukan proporsi pengelola
hutan dalam berbagai pendekatan, secara sosiologis masyarakat akan mengalami
perubahan-perubahan dalam menggunakan hutan untuk memenuhi kebutuhan.
Perusahaan menjadi pengontrol dan akan membatasi kebebasan masyarakat
menggunakan hutan dan potensi alamnya. Secara budaya

hutan memiliki unsur

sakral yang mengandung nilai-nilai budaya bagi orang Watmuri. Nilai-nilai itu
tercermin melalui hidup saling berbagi antar warga ketika hutan berfungsi demi
kepentingan bersama. Pergantian masa tidak pernah meruntuhkan kebiasaan dari
masyarakat tetapi dengan masuknya perusahaan, warga akan menyaksikan
31

Wawancara dengan Bpk R Melmambessy 28 Agustus 2016 di Ambon

55

kehancuran pada situs-situs budaya sekaligus terasing dari miliknya sendiri. Secara
ekonomi, sudah tentu orang Watmuri akan mengalami perubahan terutama kesulitan
membuka area bercocok tanam, mematikan mata pencaharian yang berimplikasi pada
kesulitan-kesulitan memenuhi kebutuhan hidup keluarga.32 Segala bentuk penjelasan
yang menerangkan pembangunan kehutanan akan mensejahterakan rakyat hanya
untuk mengelabui masyarakat desa yang tidak mengetahui cara kerja, pelaksanaan
dan dampak eksploitasi hutan di masa mendatang. Oleh penjelasan tersebut maka
kedudukan Watmuri diaspora Ambon menjadi jelas dalam persoalan HPH di
Watmuri lalu bagaimana dengan kedudukan pemerintah desa (kepala desa dan kronikroninya)? Dalam konteks ini, pemerintah desa merupakan pihak yang menyetujui
masuknya perusahaan di Watmuri. Menanggapi kinerja pemerintah desa yang
cenderung monopolistik masyarakat membentuk TIM 12 sebagai bentuk kekecewaan
dan ketidaksetujuan mereka atas kepemimpinan kepala desa.

3.8. Mempertahankan Hutan Ulayat Berujung Konflik
Pertemuan pertama antara Watmuri diaspora Ambon dan orang-orang yang
tinggal di kampung telah menemui kata sepakat yakni menolak pengelolaan hutan di
Watmuri. Untuk lebih memperjelas keputusan masyarakat itu, Bupati Maluku
Tenggara Barat menyarankan untuk seluruh elemen masyarakat Watmuri melakukan
pertemuan dengan melibatkan pihak-pihak di tingkat kecamatan maupun kabupaten
untuk memperjelas kebenaran bahwa orang Watmuri menerima atau menolak HPH.

32

Wawancara dengan Bpk. R Melmambessy tanggal 28 Agustus 2016 di Ambon

56

Berdasarkan arahan Bupati, tanggal 24 Agustus 2012 bertempat di desa Watmuri
diadakanlah pertemuan akbar yang melibatkan Camat Nirunmas sebagai perwakilan
pemerintah kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kapolres Maluku Tenggara Barat,
pekerja harian majelis jemaat GPM Watmuri, kepala desa dan staff serta seluruh
masyarakat Watmuri di pelosok tanah air. Rapat berujung pada hasil akhir yakni
orang Watmuri menolak perusahaan beroperasi di hutan Watmuri disertai bukti tanda
tangan kurang lebih 1000 orang warga.
Hasil rapat dipercayakan kepada kepala desa dan camat Nirunmas untuk
diserahkan pada Bupati Maluku Tenggara Barat. Surat penolakan belum juga diproses
untuk mendapatkan keputusan dari pemerintah kabupaten, tanggal 2 September 2012
kuasa hukum PT Karya Jaya Berdikari Bpk F Batlajery SH menyebarkan isu bahwa
camp perusahaan akan kembali dibangun untuk melanjutkan pelaksanaan HPH
sehingga membangkitkan kemarahan seluruh masyarakat Watmuri. Posko perusahaan
dihancurkan, para pekerja diusir, kepala desa dan kroni-kroni pemerintah desa dan
sebagian kecil warga yang terlibat menerima HPH turut diusir dari kampung. Rumahrumah mereka dihancurkan bahkan diadakan adat pelepasan di Natir “Msium
kawelinsir dimnu” artinya “usir keluar dari kampung” secara luas menyatakan mereka
bukan lagi bagian dari orang Watmuri. Warga merasa keputusan mereka dalam
pertemuan akbar yang melibatkan pemerintah daerah tidak dihargai untuk menolak
eksploitasi. Ini hutan kami, milik kami sudah seharusnya suara kami didengar bukan
ditiadakan. Masyarakat dengan cepat terpancing oleh isu yang disampaikan sehingga
menjadi titik awal intimidasi pada warga. Terjadi penembak beberapa warga, para
57

PNS yang bertugas di desa Watmuri turut dipindah tugaskan karena dianggap terlibat
menolak HPH.33
Kondisi semakin memuncak ketika tim gabungan TNI/POLRI melakukan
penggerebekan di Watmuri. Masyarakat ditangkap, dipukul dan dianiaya secara
membabi buta sampai babak belur. Sebanyak 29 orang dalam kondisi tidak berdaya
dan dilarikan ke rumah sakit Saumlaki, satu orang di antaranya mengalami kondisi
koma. Sekitar 40 orang diseret secara paksa dan dipenjarakan di Saumlaki sedangkan
para lelaki dewasa lainnya menyelamatkan diri dengan bersembunyi di hutan.
Pendeta jemaat yang turut memperjuangkan hak jemaatnya juga dinyatakan akan
dipindah tugaskan dari jemaat. Semakin membingungkan karena ada urusan apa
klasis Tanimbar Utara mau memindahkan pendeta jemaat dari Watmuri? orang
Watmuri di Ambon marah dan menghadap ke kantor Sinode GPM di Ambon.
Pernyataan mereka, jika pendeta kami di pindahkan dari jemaat, kami nyatakan sikap
seluruh orang Watmuri keluar dari GPM.34 Dan akhirnya surat pindah itu dibatalkan.
Resistensi semakin kuat pada kubu Watmuri Diaspora menyikapi masyarakat desa
yang menjadi korban kekerasan. Mereka lalu menyurati KOMNAS HAM RI untuk
melaporkan segala hiruk pikuk kejadian yang tidak berprikemanusiaan itu. 35 Rentetan

33

Wawancara dengan Bpk A Samar 15 Agustus di Ambon. Penggunaan bahasa daerah di
Watmuri masih berlaku.
34
Wawancara dengan Bpk L kofit 20 Agustus 2016 di Ambon
35
Pernyataan dalam wawancara terkait pemindahan pendeta ketika arus penolakan
masyarakat sedang panas-panasnya dan tiba-tiba dikatakan akan dipindahkan. Saya lalu konfirmasi
melalui wawancara bersama pendeta bersangkutan yang sekarang sudah pindah tugaskan di Ambon.
Ia tersenyum dan mengatakan mungkin saat itu kondisi masyarakat sedang tidak stabil secara mental
menghadapi polemilk yang terjadi di kampung. Tapi sebenarnya sudah saatnya saya pindah karena
sudah melayani 7 tahun di jemaat. Hanya surat pindah itu dianggap masyarakat tidak logis karena

58

peristiwa dan intimidasi yang dialami warga desa memberi semangat berapi-api bagi
Watmuri diapora untuk memperjuangkan hak saudara-saudaranya.Watmuri diaspora
berjuang sekuat-kuatnya untuk mengeluarkan orang-orang Watmuri yang berada di
penjara. Sidang pertama mengalami kegagalan karena yang diperkarakan terkait
pidana. Enam bulan berselang dan atas kuasa hukum Bpk. T Soulissa. SH kasus
mereka dimenangkan dalam sidang perkara perdata melalui tahap mediasi dan ganti
rugi.36 Kemenangan mengeluarkan orang Watmuri yang dipenjarakan menjadi titik
awal membangun strategi resistensi warga atas pengelolaan hutan yang tidak
menguntungkan itu.
Di tengah menyusun strategi penolakan, orang-orang Watmuri diaspora
Ambon merasa perlu mendapatkan dukungan dari seluruh masyarakat Watmuri di
mana saja. Oleh karena itu, mereka berinisiatif untuk mendamaikan warga desa
dengan sebagian kecil warga yang telah diusir dari kampung tersebut. Orang Watmuri
diaspora bersekukuh mengadakan perdamaian tetapi orang-orang yang berada di
kampung bersikeras untuk tidak berdamai sebab mereka yang menyebabkan berbagai
peristiwa terjadi di Watmuri. Di tengah hati yang penuh amarah dan benci namun
oleh kasih Tuhan perdamaian itu terjadi.37 Perdamaian tersebut menjadi cikal bakal
majunya masyarakat untuk memperjuangkan hak mereka serta menolak perusahaan
tetap bekerja di hutan Watmuri. Resistensi Watmuri diaspora mendapatkan dukungan

sedang dalam keadaan memanas di kampung terkait penolakan HPH tiba-tiba surat pindah itu
dikeluarkan. Wawancara dengan Pdt Bpk. Y. Letelay 16 September 2016 di Ambon.
36
Wawancara dengan Bpk. T Soulissa tanggal 6 September 2016 di Ambon
37
Wawancara dengan Bpk R. Melmambessy, 28 Agustus 2016 di Ambon.

59

dari uskup Amboina (Katholik), sinode GPM, anggota DPRD provinsi Maluku dan
berbagai kalangan lainnya. Lebih khusus dukungan seluruh elemen masyarakat
Watmuri di desa maupun di perantauan untuk tetap nyatakan sikap menolak HPH.
3.9. Alasan – Alasan Penolakan
a. Hutan Adat
Hutan ulayat orang Watmuri adalah hutan adat masyarakat yang sejak dahulu
digunakan dan dimanfaatkan demi kepentingan bersama. Di dalamnya terdapat unsurunsur budaya yang melekat pada masyarakat lokal yakni tentang sakralnya lokasilokasi hutan yang menyimpan sejarah kediaman orang Watmuri yang dahulu pernah
terbentuk di situ. Segalanya terpelihara sebagai bagian yang tidak terpisahkan bagi
orang-orang Watmuri sebagai masyarakat adat. Atas dasar itu, bagaimana mungkin
perusahaan dengan mudah menggeserkan sistem tersebut? Sebagai masyarakat adat
memperjuangkan milik bersama menjadi yang utama, terlebih perusahaan tidak
mendapatkan ijin resmi masyarakat pemilik petuanan. Jikalau HPH mensejahterakan
seharusnya persetujuan itu diperoleh dari seluruh elemen masyarakat Watmuri, akan
tetapi jika hanya keputusan sepihak sudah tentu hasilnya akan mengenyangkan
sepihak.38 Sebagai hutan adat maka pengelolaan dan hasil hutan harus dirasakan
secara merata oleh masyarakat bukan menimbulkan berbagai keresahan. Pengrusakan
pada hutan sakral telah meresahkan warga sehingga menimbulkan perlawanan. Orang
Watmuri diaspora merasa perlu untuk memperjuangkan hak masyarakat atas hutan

38

Wawancara dengan Bpk. J Lakafin 18 September 2016 di Ambon

60

serta perlindungan pada situs-situs budaya masyarakat sebab merusaknya sama
dengan menghancurkan adat istiadat masyarakat Watmuri.

b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Diabaikan
Perusahaan tidak pernah melakukan analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL) untuk mengukur apakah struktur tanah memperbolehkan eksploitasi atau
tidak. Sudah sepatutnya perusahaan ijin eksploitasi sebelum beroperasi pada suatu
wilayah wajib melakukan AMDAL sebagaimana peraturan pemerintah RI tahun 2002
tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan
Hutan Dan Penggunaan Kawasan Hutan pasal 45, agar aktifitas kerja tidak
berdampak negatif bagi masyarakat sekitar hutan. Atas kerjasama Watmuri diaspora
dan fakultas Pertanian Unpatti Ambon penelitian terkait AMDAL berlangsung di
hutan Watmuri. Hasilnya, struktur tanah di hutan Watmuri tidak diperbolehkan
melakukan penebangan secara berlebihan karena akan merusak penyimpanan air
dalam tanah. Implikasinya ialah tanah-tanah perladangan akan kering dan tandus.
Lebih dari itu, dapat berpotensi tenggelamnya pulau.39 Mengapa Amdal harus
dilakukan? Karena Undang-Undang dan peraturan pemerintah menghendaki
demikian. Apabila pemilik atau pemrakarsa proyek tidak melakukannya, maka akan
melanggar undang-undang dan tentu ijin proyek tidak akan didapat atau akan

39

Wawancara dengan sdra S. Batlajery 3 september 2016 di Ambon

61

menghadapi pengadilan yang memberikan sanksi-sanksi hukum. Amdal dibutuhkan
agar kualitas lingkungan tidak rusak karena adanya proyek-proyek pembangunan. 40

c. Pengembangan Sumber Daya Dan Infrastruktur Ekonomi Maupun Sosial
Tidak Terpenuhi.
Perusahaan PT Karya Jaya Berdikari pernah berjanji akan menyiapkan
pengadaan air bersih dan listrik di desa Watmuri sebagai jaminan sosial kepada
masyarakat, faktanya tidak terealisasi.41 Mempekerjakan orang Watmuri di
perusahaan adalah golongan dari orang-orang yang sejak awal menerima HPH begitu
pula dengan pemberian beasiswa. Akan tetapi, perusahaan wacanakan bahwa telah
memenuhi kewajiban bagi masyarakat Watmuri. Hal ini tidak diterima oleh Watmuri
diaspora-Ambon karena pemberian untuk segelintir orang membesar-besarkan kalau
perusahaan telah memenuhi kewajiban pada masyarakat.

d. Standar Pemberian Kompensasi Tidak Sesuai
Berdasarkan peraturan gubernur Maluku No: 01 tahun 2012 tentang standar
pemberian kompensasi kepada masyarakat terhadap kayu yang dipungut pada areal
hutan ulayat di provinsi Maluku. Pasal 10 menyatakan pembayaran kompensasi untuk
masyarakat disesuaikan dengan besarnya kubisasi berdasarkan penerbitan Laporan
Hasil Penebangan Kayu Bulat (LHP-KB) yang diperhitungkan secara terbuka dan
dibayarkan setiap tiga bulan sekali. Selama penebangan sejak 2012-2014 perusahaan
tidak pernah membayar kompensasi. Kompensasi baru diberikan tahun 2015 dan
40

Suratmo, Analisis Mengenai Dampak, 7.
Wawancara dengan Bpk R. Melmambessy 28 Agustus 2016 di Ambon

41

62

2016 dan itu diberikan satu tahun sekali. Terbukti tidak sesuai keputusan dalam
peraturan Gubenur.42

e. Perusahaan Berjalan Di luar Ketentuan Yang Berlaku
Dalam surat keputusan menteri kehutanan RI nomor 117/MENHUT-II/2009
butir keempat bahwa PT Karya Jaya Berdikari sebagai pemegang ijin HPH/IUPHHKHA (Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam) harus memenuhi
kewajiban: a) menyusun rencana kerja. b) melaksanakan kegiatan nyata di lapangan
paling lambat 1 tahun sejak diberikan ijin mengelola. c) melaksanakan perlindungan
hutan di areal kerja. d) melaksanakan sistem silvikultur sesuai kondisi areal hutan.
Tahapan ini tidak pernah dilakukan oleh perusahaan sehingga masyarakat
menyatakan HPH tidak berjalan sesuai prosedur.43 Lalu, kesejahteraan macam apa
yang akan diperoleh masyarakat hasil pengelolaan hutan milik mereka?

f. Rekomendasi Gubernur Mendahului Rekomendasi Bupati
Terdapat keganjalan atas pemberian ijin eksploitasi di hutan pulau Yamdena.
Surat rekomendasi Gubernur dikeluarkan mendahului rekomendasi Bupati. Bukan
suatu kekeliruan, dalam protokoler kepemimpinan tentu mengetahui jalur yang tepat
bahwa rekomendasi Gubernur tidak bisa mendahului rekomendasi Bupati karena
pulau Yamdena secara umum dan Watmuri secara khusus ada dalam kawasan

42

Wawancara dengan Bpk. J Lakafin tanggal 18 September 2016 di Ambon
Wawancara dengan Bpk E. Bembuain 12 Oktober 2016 di Jakarta. Beliau adalah Pembina
Persatuan Masyarakat Nirunmas Watmuri yang disingkat PEMANTRI yang merupakan salah satu
organisasi Watmuri diaspora yang berada di Jakarta.
43

63

pemerintah kabupaten yang tahu areal dan tata ruang yang tepat dalam pengelolaan
dan pemanfaatan hasil hutan di wilayah kepemimpinannya. Mengapa pemerintah
provinsi begitu antusias memberikan ijin pengelolaan hutan di Yamdena? Sedangkan
sejak tahun 1991-2007 telah terjadi deforestasi di sebagian hutan pulau Yamdena.44
Bila ijin pengelolaan hutan menjadi aset pendapatan daerah mestinya pembangunan
tidak menghilangkan dasar budaya masyarakat. Hidup dan mengelola alam menjadi
matarantai kebutuhan masyarakat pedesaan sebagai pemilik petuanan. Pembangunan
mesti mengkesampingkan kepentingan mengambil keuntungan sehingga benar-benar
untuk kesejahteraan masyarakat. Kondisi yang terjadi pada wilayah-wilayah di
kepulauan Yamdena dan Watmuri lebih khusus ialah