Etos kerja pedagang etnis Cina yang mengelola toko obat Cina di Kotamadya Pontianak - USD Repository

  

ETOS KERJA PEDAGANG ETNIS CINA YANG

MENGELOLA TOKO OBAT CINA DI KOTAMADYA

PONTIANAK

Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi

  

Oleh :

JULIANA HERMANTO

NIM : 019114003

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ETOS KERJA PEDAGANG ETNIS CINA YANG

MENGELOLA TOKO OBAT CINA DI KOTAMADYA

PONTIANAK

Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi

  

Oleh :

JULIANA HERMANTO

NIM : 019114003

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

“ Pertam a- tama, katakan pada dirimu apa yang akan kau

raih, lalu lakukan apa yang perlu kau lakukan “

( Epictetus )

  K epada ayah-ibuku, yang tak pernah lelah dan berhenti mencintaiku kepada saudaraku Hengky dan Dekky, yang selalu ada untukku dan kepada dirimu, yang akan hadir sebagai cinta: kepersembahkan karyaku

  “Terima kasih telah menjadi bagian terindah dalam hidupku”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 22 Oktober 2008 Penulis

  Juliana Hermanto

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRAK

ETOS KERJA PEDAGANG ETNIS CINA YANG MENGELOLA TOKO

OBAT CINA DI KOTAMADYA PONTIANAK

Juliana Hermanto

019114003

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

  

Yogyakarta

2008

  Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan etos kerja pedagang etnis cina yang mengelola toko obat Cina di kotamadya Pontianak. Etos kerja merupakan elemen paling penting dalam komponen sukses yang mampu melatarbelakangi keberhasilan dalam bekerja.

  Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode pengumpulan data wawancara dan observasi. Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang dengan kriteria etnis Cina yang berprofesi sebagai pedagang obat Cina, berkedudukan sebagai pengelola toko obat dan berdomisili di kotamadya Pontianak.

  Hasil penelitian etos kerja pada ketiga subjek ditunjukkan dengan adanya pandangan kerja sebagai kewajiban moral, displin yang tinggi dan kebanggaan akan hasil karya. Hasil penelitian menggambarkan bahwa kerja merupakan kewajiban moral, ketiga subjek memandang kerja merupakan hal yang penting bagi kehidupan, kerja diperuntukkan bagi keluarga dan berguna untuk diri sendiri, mereka juga menganggap kerja sebagai anugerah dari Tuhan. Displin ditunjukkan dengan kesadaran akan peraturan dan rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan. Kebanggaan akan hasil karya mengarah pada perasaan bangga terhadap hasil kerja karena adanya penghargaan dari orang lain, dan keinginan untuk maju serta usaha dalam bekerja maksimal untuk menciptakan kualitas kerja terbaik. Keterkaitan ketiga indikator ini menggambarkan etos kerja pada pedagang etnis Cina yang mengelola toko obat Cina.

  Kata kunci: etos kerja, etnis cina, pedagang yang mengelola toko obat Cina

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRACT

W O R K ETHOS OF THE CHINES E MERCHANTS WHO RUN

CHINESE DRUG STORE IN PONTIANAK

Juliana Hermanto

019114003

  

Faculty of Psychology

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2008

  The objective of this research is to describe the work ethos of the Chinese merchants who run Chinese drug store in Pontianak. Work ethos is the most essential element in success component providing success in work.

  This research is a descriptive qualitative research by using observations and interviews as the data collection method. Subjects in this research are three people with criteria Chinese people running Chinese drug store that located in Pontianak.

  The result of the work ethos from these three subjects shown by an opinion that work is moral obligation, a high discipline, and the pride to their works. The results of this research shows that work is moral obligation, for the subjects work is essential thing in life, work is service to their family and useful for themselves, they also consider work as a gift from God. Discipline is shown by the awareness to the rules and responsibilities in work. The pride to their works triggered by others people admiration and a strong will to success in business by creating the best quality in works. The connection of these three indicators shows the work ethos of the Chinese merchant running Chinese drug store.

  

Key word: wo rk ethos, Chinese ethnic, merchant running Chinese drug store.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, yaitu :

  1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi. M.Si., selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.

  2. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si. dan Bapak YB. Cahya Widiyanto, S.Psi., M.Si. selaku dosen penguji yang telah banyak memberi masukan kepada penulis.

  3. Bapak Siswo Widyatmoko, S.Psi. dan Ibu Sylvia C.M.Y.M., S.Psi, M.Psi. selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan.

  4. Seluruh staf dosen Fakultas Psikologi USD yang telah memberikan banyak ilmunya.

  5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi USD: Mas Gandung, Bu Nanik, Pak Gie, Mas Muji, dan Mas Doni yang telah banyak membantu dan mempermudah dalam mengurus keperluan perkuliahan.

  6. Sa Ie, Tua So, Pa Lun atas kesediaanya membantu penelitian skripsi ini.

  7. Winny dan Deasy atas diskusi, dukungan dan bantuannya.

  8. Octa dan Sius, atas diskusi dan dukungannya.

  9. Vera dan Ita, atas dukungan, persahabatan dan kebersamaannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  10. Pak Priyo, Pak Toni, Bu Tiwi dan Mbak Tia atas bimbingannya selama di P2TKP. Buat temen-temen di P2TKP, Vinda Eko, Octa, Rani, Cwt., M’Yesi, Deasy, Kobo, Tyo, Etik, Anita, Lisna, Mas Adi, Desta dan Catrine, atas kerjasama, suka dan duka selama di P2TKP.

  11. Buat temen-temen di kost 99999: Emi, Hani, Deasy, Vinda, Cicil, Lia, Nana, Octa, Tari, Grace, Maria, Diana, Cuprit, Borah, Iin, Marni dan semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas kebersamaan, suka dan duka selama di kost.

  12. Buat temen-temen di kost Delima: Keket, Nia, Putri, mba’ Lusi, Dina, Lintang (thx printernya) dan semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan, kebersamaan, suka dan duka selama hampir setahun kebersamaan di kost.

  13. Iis, atas pinjaman printernya.

  14. Ibu dan bapak kost di Kost Delima dan 99999 yang sudah memberikan suasana kekeluargaan.

  15. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

  Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan-kekurangan dalam skripsi ini, maka segala bentuk saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.

  Penulis

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

  halaman HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................................. v ABSTRAK.......................................................................................................... vi ABSTRACT....................................................................................................... vii KATA PENGANTAR........................................................................................ viii DAFTAR ISI...................................................................................................... x DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiii DAFTAR SKEMA............................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xv

  BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1 A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 8 A. Etos Kerja ............................................................................................. 8 1. Pengertian Etos Kerja................................................................ 8 2. Indikator Etos Kerja.................................................................. 9

  3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja........................ 14 B. Pedagang............................................................................................... 16 1.

  Pengertian Pedagang................................................................. 16 2. Pedagang Obat Cina.................................................................. 17 C. Etnis Cina ............................................................................................. 19 3.

  Pembagian Etnis Cina............................................................... 19 4. Ajaran-ajaran Yang Mempengaruhi Etnis Cina........................ 21 5. Orientasi Nilai Budaya Etnis Cina............................................ 24 D. Etos Kerja Pedagang Etnis Cina yang Mengelola Toko Obat Cina di

  Kotamadya Pontianak.......................................................................... 27

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 30 A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 30 B. Subjek Penelitian .................................................................................. 30 C. Batasan Istilah....................................................................................... 31 D. Metode Pengambilan Data ................................................................... 32 1. Wawancara................................................................................ 32 2. Observasi................................................................................... 34 E. Analisis Data......................................................................................... 35 F. Pemeriksaan Keabsahan Data .............................................................. 37 1. Kredibilitas................................................................................ 37 2. Dependebility ........................................................................... 38 3. Triangulasi Data........................................................................ 39 BAB IV. PELAKSANAAN, HASIL DAN PEMBAHASAN........................... 40 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  A.

  Pelaksanaan Penelitian.......................................................................... 40 B. Hasil Penelitian Subjek 1-Huang.......................................................... 42 C. Hasil Penelitian Subjek 2-Kiang........................................................... 53 D.

  Hasil Penelitian Subjek 3-Lun.............................................................. 65 E. Ringkasan ............................................................................................. 77 F. Pembahasan .......................................................................................... 79

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 88 A. Kesimpulan .......................................................................................... 88 B. Saran ..................................................................................................... 88 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 91 LAMPIRAN....................................................................................................... 94

  

DAFTAR TABEL

  halaman Tabel 1. Tabel panduan wawancara........................................................ 33 Tabel 2. Tabel Kode analisis hasil wawancara........................................ 36 Tabel 3. Tabel waktu dan tempat pelaksanaan penelitian....................... 41 Tabel 4. Tabel data demografis subjek penelitian................................... 41 Tabel 5. Tabel ringkasan etos kerja pedagang etnis Cina yang mengelola toko obat Cina di kotamadya Pontianak.................................... 77

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  halaman Skema 1. Skema Kerangka Penelitian Etos Kerja Pedagang Etnis Cina yang Membuka Toko Obat Cina di Kotamadya

  Pontianak................................................................................... 29 Skema 2. Skema Hasil Penelitian Etos Kerja Pedagang Etnis Cina yang

  Membuka Toko Obat Cina di Kotamadya Pontianak................................................................................... 87

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  halaman Lampiran 1: Lampiran data subjek 1-Huang................................................... 93 Lampiran 2: Lampiran data subjek 2-Kiang.................................................... 104 Lampiran 3: Lampiran data subjek 3-Lun ..................................................... 121

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Max Weber dalam buku karangannya The Protestant Ethic and the Spirit

  

of Capitalism (1958) pertama kali mempelajari tentang pengaruh etos kerja

  terhadap pembangunan masyarakat atau bangsa. Dalam buku itu Weber menyatakan bahwa ada hubungan antara perkembangan masyarakat dengan sikap masyarakat itu terhadap makna kerja. Dalam pengamatannya terhadap kaum Protestan Calvinist terdapat suatu anggapan bahwa kerja keras merupakan panggilan rohani untuk mencapai kesejahteraan mereka. Akibat dari semangat kerja keras ini melimpah pula kehidupan ekonomi mereka. Dengan bekerja keras serta hidup hemat dan sederhana para Calvinist dapat mencapai tingkat kehidupan yang relatif lebih tinggi dan mampu memfungsikan diri mereka sebagai wiraswastawan yang tangguh dan tulang punggung dari sistem kapitalis di Eropa.

  Para ahli ilmu sosial telah menjadikan penemuan Weber tersebut sebagai pegangan untuk melihat keberhasilan pembangunan terutama di negara- negara berkembang. Untuk menilai maju tidaknya usaha pembangunan suatu bangsa bisa dilihat dari ada tidaknya etos kerja yang memadai yang dimanifestasikan dalam kerja keras, hidup sederhana dan hemat.

  Etos kerja menurut Cherrington (dalam Nugroho, 1998) adalah cara pandang seseorang terhadap perkerjaan atau dapat diartikan sebagai nilai kerja yang positif. Bila pandangan dan sikap terhadap kerja tersebut positif, maka etos

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  kerjanya juga akan positif, orang akan bekerja keras dan berusaha mencapai hasil terbaik dalam pekerjaannya. Etos kerja bisa dilihat melalui tiga indikator (Cherrington dalam Nugroho, 1998), yaitu kerja sebagai kewajiban moral, disiplin kerja tinggi, dan kebaggaan akan hasil karya.

  Etos kerja juga diyakini menjadi kunci sukses di balik keberhasilan bangsa-bangsa seperti Jepang dan Jerman dalam membangun kembali negara mereka. Bangsa Jerman dan Jepang yang pernah hancur total akibat perang dalam waktu relatif singkat mampu muncul sebagai negara dengan kekuatan ekonomi luar biasa, karena etos kerja mereka tidak ikut hancur. Demikian halnya dengan bangsa Korea dengan etos kerja mereka yang mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional negara mereka dengan mengagumkan serta mampu bersanding dengan bangsa Jepang sebagai negara yang pembangunannya melebihi bangsa-bangsa di negara Asia lainnya.

  Hal di atas dapat memberikan gambaran tentang peran etos kerja dalam pembangunan masyarakat dan bangsa. Di Indonesia, ada satu etnis yang dipandang berhasil mendominasi perekonomian di Indonesia, yaitu etnis Cina. Di dunia ekonomi dan bisnis, walau jumlah warga etnis Cina hanya 4% (empat persen) dari jumlah penduduk Indonesia, mereka menguasai 50% (lima puluh persen) perekonomian Indonesia, dan menguasai 37% (tiga puluh tujuh persen) perusahaan go public (Nomura Research Institute dalam Sahrah, 2005). Begitu juga dengan Fujitsu Research di Tokyo yang mengamati daftar perusahaan- perusahaan di 6 (enam) negara kunci di Asia, menggambarkan betapa perusahaan- perusahaan tersebut secara mayoritas dikuasai oleh etnis Cina perantauan, salah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  satunya adalah Indonesia sebanyak 73% (Naisbitt, 1995). Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar perekonomian di negara Indonesia dikuasai oleh etnis Cina, maka etos kerja yang ada pada etnis tentu saja akan berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia. Oleh karena itu, etos kerja etnis Cina yang sukses di dunia bisnis ini merupakan hal yang menarik untuk dibahas.

  Adicondro (1978) mengemukakan bahwa orang Cina pintar dalam berwirausaha. Menurutnya, orang-orang Cina perantauan umumnya mempunyai etos kerja ulet, tekun, hemat, dan berani berspekulasi dalam wirausaha. Kewirausahaan mereka ditandai oleh keinginan untuk menginvestasikan sumber daya dalam usaha jangka panjangnya, guna menghasilkan kesejahteraan materi dan jaminan bagi keluarga serta keturunan mereka. Naisbitt (1995) menyatakan bahwa di antara beberapa sifat orang Cina, kerja keras menduduki peringkat pertama atau faktor utama sedang sifat lain yang tampil cukup menonjol adalah keinginan untuk belajar, kejujuran, disiplin diri, dan kemandirian.

  Hariyono (1993) berpendapat bahwa nilai- nilai budaya yang terdapat dalam ajaran Konfusianisme merupakan ajaran yang paling banyak berpengaruh dan mendarah daging dalam kehidupan orang Cina sehari- hari, begitu pula terhadap etos kerjanya. Etos yang berbasis pada Konfusianisme ini semakin populer sebagai penjelasan di belakang berkibarnya kesuksesan wirausahawan Asia, khususnya etnis Cina (Sinamo, 2002). Nilai- nilai Konfusianisme seperti kewajiban taat kepada orang tua dan tund uk kepada raja, hidup secara terhormat dalam tatanan yang hierarkis, jujur, menjaga moderasi, dan tahu diri, dapat menjadi karakter-karakter yang unik dan nilai tambah yang khas bagi orang Cina

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  ketika berimigrasi ke negeri lain dan menghadapi persaingan yang relatif bebas (Fukuyama dalam Sinamo, 2002).

  Persebaran etnis Cina meliputi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kotamadya Pontianak yang merupakan ibukota Kalimantan Barat adalah daerah yang banyak memiliki penduduk etnis Cina. Berdasarkan komposisi penduduk kotamadya Pontianak menurut faktor suku bangsa dan pertumbuhannya pada tahun 1994, dari berbagai suku bangsa yang ada, etnis Cina merupakan suku bangsa terbanyak yang bermukim di daerah ini, yaitu berjumlah 123.184 jiwa (32,150 %), kemudian Melayu 98.526 jiwa (27,715 %), Bugis 49.666 jiwa (12,963 %) dan lain- lain. (Kanwil Depag 1995 dan Kanwil Depdikbud Kalbar 1991 dalam La Ode, 1997). Jadi tidak mengherankan bila etnis ini mempunyai aplikasi pengaruh yang terbesar jika dibandingkan dengan etnis lain yang bermukim di Pontianak. Di kotamadya Pontianak, terlihat nyata bahwa sarana kehidupan jasmaniah dan material etnis Cina melaju jauh lebih baik dibandingkan sarana kehidupan jasmaniah etnis lain di Kalimantan Barat (La Ode, 1997).

  Etnis Cina di Kalimantan Barat, seperti halnya di daerah lain, memegang kunci-kunci perekonomian dan perdagangan. Demikian halnya di Pontianak, kehadiran etnis Cina dengan keahlian berdagang dan jumlah yang dominan memberi sumbangan dan dampak tersendiri bagi sektor perdagangan di kota ini.

  Sebagian besar etnis Cina di Pontianak ternyata berada pada ketiga golongan perdagangan, yaitu golongan perdagangan kecil, perdagangan menengah dan perdagangan besar (La Ode, 1997). Sebagai kota perdagangan terbesar di Kalimantan Barat, perdagangan jelas memberikan kontribusi cukup besar dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  pertumbuhan ekonomi di kota Pontianak. Kontribusi sektor perdagangan didukung sektor angkutan, jasa, dan keuangan berjumlah sekitar 79,6 persen dari total kegiatan ekonomi kota (KompasOnline, 2001). Banyaknya kompleks pertokoan yang dimiliki oleh etnis Cina turut memperkuat kesan bahwa pusat perdagangan dan ekonomi dipegang oleh golongan ini.

  Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan etos kerja etnis Cina di Kotamadya Pontianak yang diyakini sebagai kunci sukses etnis ini dalam perekonomian, khususnya dalam bidang perdagangan dikarenakan perdagangan merupakan mata pencaharian yang paling penting di antara etnis Cina di Indonesia (Vasanty, 1979). Selain itu, perdagangan memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan dunia kerja lain. Menurut Mutis (1995), dunia perdagangan mempunyai sifat yang keras, kompetitif, penuh tantangan, beresiko tinggi, dan bersifat spekulatif, sehingga hanya individu-individu dengan karakteristik tertentu yang berminat untuk terjun menekuninya.

  Penelitian ini difokuskan pada etnis Cina yang berprofesi sebagai pedagang. Pedagang etnis Cina yang dimaksud dikhususkan pada pedagang yang mengelola toko obat Cina. Profesi ini menarik untuk diteliti karena para pedagang yang mengelola toko obat Cina ini bisa dipastikan merupakan masyarakat dari kalangan etnis Cina dan merupakan profesi yang dijalankan turun-temurun. Selain itu, obat Cina bukanlah merupakan produk asli dari Indonesia dan sebagai pedagang yang menjual produk asing, keberadaan mereka menjadi keunikan tersendiri karena mereka menjual produk di negara yang bukan merupakan asal produk tersebut. Mereka juga bisa dinilai sukses dan merupakan prestasi tersendiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  karena mampu mempertahankan keberadaan obat-obat Cina dari awal keberadaannya sejak beratus-ratus tahun lalu. Bahkan meskipun merupakan obat tradisional asing, obat Cina sangat populer di Indonesia dan mampu me nandingi produk tradisional lokal yang ada. Di zaman yang serba modern seperti sekarang ini, dengan berkembangnya berbagai ilmu dan teknologi pengobatan yang canggih, dimana pengobatan dengan obat-obat tradisional dianggap tidak ilmiah, toko-toko obat Cina masih bisa ditemui dan terus berkembang di Indonesia.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana etos kerja pedagang etnis Cina yang mengelola toko obat Cina di Kotamadya Pontianak. Etos kerja adalah komponen sukses yang paling primer (Sinamo, 2002). Etos kerja dilihat dengan menggunakan tiga indikator, yaitu kerja sebagai kewajiban moral, disiplin kerja tinggi dan kebanggaan akan hasil karya.

  B. Rumusan Masalah

  Bagaimana etos kerja pedagang etnis Cina yang mengelola toko obat Cina di kotamadya Pontianak?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi etos kerja pada pedagang etnis Cina yang mengelola toko obat Cina di Kotamadya Pontianak

  D. Manfaat Penelitian 1.

  Manfaat Teoretis Sebagai bahan referensi ilmiah perihal kondisi perekonomian dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  menggeluti bidang obat Cina, terutama di bidang Psikologi Industri, Sosial dan Sumber Daya Manusia.

2. Manfaat Praktis

  a) Bagi etnis Cina yang berprofesi sebagai pedagang, penelitian ini dapat memberikan gambaran dan meningkatkan pemahaman mengenai etos kerja pedagang etnis Cina khususnya yang mengelola toko obat Cina.

  b) Bagi masyarakat dan pelaku bisnis di kotamadya Pontianak, penelitian ini dapat memberikan wacana tentang pemahaman dinamika psikologis dalam pengembangan sumber daya manusia, sehingga dapat memperluas pengetahuan mengenai peran etos kerja dalam kehidupan kerja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Etos Kerja 1. Pengertian Etos Kerja Etos kerja menurut Cherrington (dalam Nugroho, 1998) adalah cara

  pandang seseorang terhadap perkerjaan atau dapat diartikan sebagai nilai kerja yang positif. Etos kerja ditunjukkan dalam tingkah laku atau setidaknya sikap terhadap suatu pekerjaan secara verbal. Sinamo (2002) juga mengungkapkan bahwa etos kerja adalah nilai-nilai dan doktrin kerja tertentu yang mewujud nyata pada perilaku kerja yang khas. Menurut Sudarso (1997) etos kerja menujuk pada perilaku manusia dalam bekerja atau melakukan pekerjaan dengan menekankan kepada semangat atau pembawaan dalam kerjanya. Sudarso (1997) mengungkapkan bahwa semangat dan pembawaan dalam bekerja juga menunjuk pada makna atau nilai kerja bagi pelaku kerja tersebut.

  Oleh karena itu etos kerja dapat dikatakan sebagai sikap manusia terhadap nilai atau makna kerja.

  Etos kerja artinya sikap terhadap kerja, pandangan terhadap kerja, kebiasaan kerja, ciri-ciri atau sifat mengenai cara kerja yang dimiliki oleh seseorang atau sifat golongan atau suatu bangsa (Manullang, 1997). Pengertian tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Anoraga (2001) yang meyatakan etos kerja adalah pandangan dan sikap suatu bangsa atau suatu umat terhadap kerja. Bila pandangan dan sikap tersebut melihat kerja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  sebagai sesuatu yang luhur bagi eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan mendalam, orang akan bekerja keras dan berusaha mencapai hasil terbaik.

  Begitu pula sebaliknya, apalagi kalau sama sekali tidak ada pandangan dan sikap terhadap kerja, maka etos kerja itu dengan sendirinya kurang mendalam, orang tidak akan bersungguh-sungguh dalam bekerja. Hal serupa juga diungkapkan Rahardjo (1992) bahwa secara sederhana etos kerja dapat diartikan sebagai suatu pola sikap, yang sudah mendasar, yang sudah mendarah daging, yang mempengaruhi perilaku secara konsisten, dan terus menerus. Di dalam situasi pembangunan ekonomi seperti sekarang, maka apa yang disebut etos kerja mengandung konotasi yang positif, tidak ada yang negatif.

  Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas mengenai etos kerja, dapat disimpulkan bahwa etos kerja adalah cara pandang, sikap dan nilai yang dimiliki seseorang, kelompok atau bangsa terhadap kerja secara positif yang ditunjukkan dalam bentuk verbal dan perilaku.

2. Indikator Etos Kerja

  Cherrington (dalam Nugroho, 1998) menyatakan ada tiga indikator dalam etos kerja, yaitu :

a. Kerja sebagai kewajiban moral

  Konsep kerja sebagai kewajiban moral menurut Cherrington (dalam Prihananti, 2000) didasarkan pada perasaan bahwa orang itu harus bekerja dan memberikan layanan kepada masyarakat atau orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Lebih lanjut Anoraga dan Suyati (1995) menjelaskan bahwa bekerja adalah kewajiban dan dambaan bagi setiap orang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan sepanjang masa.

  Menurut Anoraga dan Widiyanti (1990) dalam pandangan modern dalam melihat kerja menyatakan bahwa moral dari pekerjaan dan pegawai tidak mempunyai kaitan langsung dengan kondisi fisik atau material dari pekerjaan. Pekerjaan yang betapapun berat, berbahaya, akan dilaksanakan dengan senang hati oleh satu tim kerja yang memiliki solidaritas kelompok yang kokoh dan moral tinggi.

  Dengan demikian, kerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, maka selama manusia hidup ia harus bekerja.

  Kerja merupakan bagian paling dasar dari kehidupan manusia yang dapat memberikan status dari masyarakat, juga mengikat individu lain, sehingga mampu memberi isi dan makna dari kehidupan manusia yang bersangkutan.

  Kerja sebagai kewajiban moral menurut berbagai agama sesuai dengan ajaran pada masing- masing agama. Dalam Kristen Protestan dengan Etika Protestantisme, yang mengajarkan bahwa kekayaan yang diperoleh usahawan adalah tanda bahwa usaha kerja seseorang berkenaan di hati Tuhan sehingga kekayaan itu tidak lain ialah bentuk pahala dari Tuhan (Kartodirdjo, 1994). Menurutnya, di sini terlihat jelas kerja orang mempunyai nilai moral tinggi. Pada agama Islam, bekerja merupakan upaya untuk mengaktualisasikan diri sebagai hamba Allah dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik atau dapat juga dikatakan bahwa hanya dengan bekerja manusia memanusiakan dirinya (Tasmara, 1994). Dalam tradisi Buddhisme dan Hinduisme, kerja adalah sebuah panggilan suci, kewajiban suci, tugas sakral untuk mengerjakan sesuatu atau disebut dengan dharma (Sinamo, 1992).

  Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kerja sebagai kewajiban moral adalah menganggap kerja sebagai hal yang penting dalam kehidupan manusia. Bekerja tidak hanya dimaksudkan untuk mencari kekayaan ekonomis semata-mata, akan tetapi juga membuat hidup berguna bagi diri sendiri dan orang lain serta berhubungan dengan Tuhan. Oleh karena itu, meskipun kekayaan ekonomis dan materi telah terpenuhi, orang akan tetap bekerja.

b. Disiplin kerja tinggi

  Gani seperti dikutip oleh Prihananti (2000) menyatakan etos kerja sangat erat dengan disiplin kerja bahkan sangat identik. Disiplin yang tinggi merupakan salah satu hal yang harus dimiliki untuk dapat memantapkan suatu etos kerja (Manullang, 1997).

  Kedisiplinan adalah sikap batin, sebuah kebebasan untuk melakukan sesuatu yang dinilainya tepat dan benar (Harsanto, 1997).

  Ismael (1989) menyatakan bahwa disiplin merupakan ekspresi kedewasaan, suatu sikap tanggung jawab terhadap tingkah laku sendiri.

  Disiplin yang sesuai bagi seorang dewasa berlandaskan pada kesadaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  diri sendiri, dan bukan suatu paksaan dari luar. Setiap bentuk paksaan dari luar hanya dapat berlangsung untuk sementara waktu saja. Selanjutnya, untuk dapat berdisiplin diri, seseorang perlu menyediakan diri untuk bertanggung jawab dalam suatu tugas atau pekerjaan. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, disiplin adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan baik yang tertulis atau tidak (Nitisemito, 1982).

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disip lin kerja merupakan salah satu hal penting dalam etos kerja, yang diwujudkan dengan sikap dan tingkah laku yang penuh tanggung jawab dalam suatu tugas dan pekerjaan, atas kesadaran diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang dianggap tepat dan benar sesuai dengan peraturan baik tertulis atau tidak, sebagai ekspresi dari kedewasaan.

c. Bangga akan hasil karyanya

  Indikator ketiga ini terkait dengan perasaan bangga. Perasaan biasanya didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subyektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal, dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf (Suryabrata, 1982).

  Perasaan bersifat subyektif, yang artinya banyak dipengaruhi oleh keadaan diri seseorang, sehingga apa yang dirasakan oleh seseorang belum tentu sama dengan apa yang dirasakan orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Perasaan bangga terhadap karyanya merupakan perasaan harga diri yang positif. Digolongkan demikian karena berkaitan dengan hal- hal positif yang dialami seseorang karena adanya penghargaan dari orang lain. Di dalam perasaan bangga terkandung keinginan untuk mempertahankan dan berbuat sebaik-baiknya agar hasil yang dicapai tidak menurunkan perasaan bangganya.

  Kartono (dalam Nugroho, 1998) menyatakan bahwa pekerja yang mempunyai perasaan bangga atas hasil karyanya lebih bertenaga dan bergairah dalam bekerja karena rasa bangga atas hasil karyanya yang berkualitas merupakan sukses bagi dirinya. Ia menganggap orang lain mengenal dirinya dari keahliannya sehingga seakan-akan produk karyanya ditafsirkan dari penampilan dirinya, sehingga ia akan terhina bila tidak menghasilkan karya yang baik.

  Perasaan bangga terhadap karya ini mengandung pengertian akan tanggung jawab individu dan inisiatif individu (Nugroho, 1998). Lebih lanjut dijelaskan bahwa tanggung jawab individual memberikan sumbangan terhadap hasil karya, sedangkan inisiatif individu memberikan sumbangan terhadap cara-cara yang baik untuk bekerja. Cherrington (dalam Nugroho, 1998) berpendapat bahwa inisiatif individu merupakan prediktor kuat dari rasa bangga atas hasil karyanya.

  Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perasaan bangga terhadap hasil karya merupakan harga diri yang positif.

  Di dalam perasaan ini terkandung keinginan untuk mempertahankan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  berbuat sebaik-baiknya agar produk keahliannya berkualitas sehingga tidak menurunkan perasaan bangganya.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja

  Etos kerja seseorang erat kaitannya dengan kepribadian, perilaku, dan karakternya (Siregar, 2000). Menurutnya, setiap orang memiliki internal being yang merumuskan siap dirinya dan dibentuk oleh delapan elemen yang saling terkait satu sama lain, yaitu pola pikir, keyakinan, budaya, kepentingan, keterlibatan, kinerja, gaya hidup, dan tujuan. Respon dari internal being terhadap tuntutan external dunia kerja inilah yang kemudian menetapkan etos kerja seseorang. Etos kerja atau mentalitas dasar seseorang terhadap kerja tidak bisa terlepas dari nilai- nilai yang dimilikinya (Suwanto dalam Nugroho, 1998). Nilai tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia karena nilai terbentuk dan dimiliki individu melalui proses yang lama, yaitu sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya (Adisubroto, 1993).

  Etos kerja dapat dikatakan sebagai suatu nilai kerja. Nilai kerja dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor genetik yang meliputi kecenderungan-kecenderungan seseorang yang berkaitan dengan kerja. Faktor eksternal adalah faktor lingkungan yang mencakup materi- materi dari luar yang memberi masukan pada dir i seseorang (Keller, 1992). Pengaruh lingkungan juga disampaikan Siburian (1997) yang menyatakan bahwa etos kerja tidak dapat berdiri sendiri akan tetapi dipengaruhi oleh faktor- faktor lain termasuk pengaruh lingkungan sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  pekerjaan yang dilakukan dapat memenuhi target. Lebih lanjut, lingkungan dan proses yang ada dalam suatu komunitas sangat berpengaruh dalam menimbulkan etos kerja (www.edents.bravepages.com).

  Suryohadiprojo (1988) berpendapat lain, menurutnya motivasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi etos kerja, karena motivasi bisa menumbuhkan pandangan dan sikap yang menghargai kerja sebagai sesuatu yang luhur. Selain itu, ia juga mengungkapkan faktor kepeminpinan sebagai hal yang mampu menumbuhkan etos kerja. Menurutnya, kepemimpinan yang menunjukkan pandangan dan sikap yang tepat juga akan diikuti oleh semua pihak yang memandangnya sebagai panutan.

  Magnis (1978) memandang perkembangan suatu etos kerja dalam masyarakat hanya terpenuhi apabila pekerjaan mereka mendapat imbalan yang wajar, dihargai sebagai kesibukan manusiawi dan membuka kemungkinan untuk maju.

  Di sisi lain, keluarga merupakan faktor penting untuk menumbuhkan etos kerja, karena proses pembinaan etos kerja dalam menanaman makna kerja sejak dini terjadi dalam keluarga (Renwarin, 1991). Selain itu, suatu sudut pandang dalam kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama, lembaga- lembaga sosial, filsafat, pendidikan religius, refleksi teologis, dan kehidupan komoditas akan mempengaruhi suatu etos kerja (Muzairi, 1994). Serupa dengan pendapat tersebut, Asya’arie (1994) menyatakan bahwa agama bagi pemeluknya merupakan sistem nilai yang mendasari etos kerjanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Dari uraian-uraian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi etos kerja dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

  • Faktor internal, yang meliputi predisposisi seseorang yang ada dan telah melekat dalam diri seseorang, seperti : agama, motivasi, nilai-nilai yang dianut, budaya, pola pikir, kepribadian, dan sebagainya.

  Faktor eksternal, yaitu hal-hal dari luar yang memberi masukan dan • pengaruh pada diri seseorang, seperti : lingkungan, kepemimpinan, keluarga, keterlibatan, dan sebagainya.

B. Pedagang 1. Pengertian Pedagang

  Partono (1979) mendefinisikan pedagang sebagai mereka yang menjalankan kegiatan dalam usaha memindahkan hal atas barang dari seseorang untuk orang lain terus menerus sebagai sumber penghidupannya. Kegiatan utama pedagang bermula dari penerimaan barang dagangan, penyimpanan, sampai dengan penyerahan barang tersebut kepada orang lain.

  Kegiatan pedagang tidak hanya terbatas pada usaha untuk memindahkan hak atas suatu benda, akan tetapi mereka dapat ikut menaikkan arti dan nilai barang, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.

  Kegiatan perdagangan yang terjadi dilakukan di toko, yaitu dengan menjalankan kegiatan menawarkan barang-barang kepada umum dengan jalan menyediakan barang tersebut dalam suatu ruangan atau tempat tertentu dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  bersifat menetap. Berdasarkan besar kecilnya usaha, jenis toko ini dapat dibagi menjadi toko perdagangan kecil, yaitu toko yang menyediakan barang-barang kebutuhan sehari- hari secara kecil-kecilan dan menjual langsung kepada konsumen secara eceran. Selain itu, juga ada toko perdagangan besar, yaitu toko yang menyediakan barang dalam jumlah besar dan menjual langsung kepada konsumen secara eceran atau kepada pedagang kecil dalam jumlah agak besar.

2. Pedagang Obat Cina

  Pedagang obat Cina umumnya membuka usaha di pusat-pusat perdagangan di Kotamadya Pontianak. Mereka biasanya memilih rumah- rumah petak atau yang biasa dikenal rukodang (rumah, toko, gudang) untuk menjalankan aktivitas perdagangan mereka. Rukodang ini merupakan tempat usaha dan dapat pula dijadikan tempat tinggal sehari-hari sekaligus mempunyai fungsi sebagai gudang untuk menyimpan barang-barang usaha mereka.

  Kegiatan perdagangan yang terjadi dilakukan di toko, yaitu menawarkan barang-barang dengan jalan menyediakan barang dan menunggu kedatangan calon pembeli. Barang-barang umumnya dijual secara kecil- kecilan atau eceran dan langsung kepada konsumen, walaupun kadang-kadang juga melayani penjualan dalam jumlah yang agak besar. Mereka memiliki peran dalam pengelolaan toko sekaligus terlibat langsung dalam aktivitas sehari- hari di toko obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Barang-barang yang disediakan dalam toko obat Cina umumnya berupa produk-produk kesehatan dan obat-obatan. Walaupun bernama toko obat Cina, tetapi obat-obatan yang dijual tidak seluruhnya obat-obatan yang berasal dari Cina. Selain obat-obatan dari Cina, di toko ini juga dijual obat- obat produk dalam negeri, baik modern maupun tradisional. Obat-obatan Cina yang dijual di toko ini juga berbagai macam. Ada jenis obat yang merupakan produk obat Cina yang sudah jadi. Selain itu juga terdapat jenis obat tradisional Cina yang bahan-bahan obat ini umumnya berupa tumbuhan, yaitu bagian-bagian tanaman seperti daun, bunga, ranting, kulit batang, kulit akar, umbi yang diyakini mempunyai khasiat-khasiat penyembuhan. Jenis obat yang terakhir ini juga yang menjadi ciri khas dari toko obat Cina, yang membedakannya dengan toko obat lain.

  Latar belakang profesi ini umumnya berawal dari usaha keluarga yang terus diturunkan dan dikembangkan, biasanya kakek atau orang tua mereka juga membuka toko obat Cina. Profesi sebagai pedagang yang mengelola toko obat Cina ini merupakan profesi utama, yaitu profesi yang diandalkan sebagai sumber pendapatan yang paling penting dalam perekonomian keluarga. Pedagang ini umumnya merupakan kepala keluarga yang menjadi tulang punggung keluarga untuk mencari nafkah.

  Pedagang yang mengelola toko obat Cina memulai aktivitas kerjanya dari pukul 07-00 hingga 21.00 denga n istirahat sekitar aktivitas setengah hari dari biasanya pada hari Minggu. Bisa dikatakan, mereka memiliki jam kerja sekitar 14 jam setiap harinya, sehingga mereka lebih banyak menghabiskan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  waktu mereka sehari- hari untuk melakukan aktivitas di toko obat. Relasi sosial mereka juga lebih banyak terjalin pada saat bekerja, terutama dengan karyawan, pembeli dan masyarakat di sekitar lingkungan toko obat. Dalam berkerja, biasanya mereka hanya dilengkapi sarana hiburan seadanya bahkan kadang tidak ada, ditambah dengan kegiatan yang monoton sehingga memungkinkan seorang pedagang mengalami kebosanan, sehingga memerlukan kesabaran terutama jika berhadapan dengan pembeli. Walaupun demikian, tidak tampak adanya usaha untuk menurunkan jam kerja ataupun aktivitas, bahkan mereka cenderung sulit meninggalkan rutinitas mereka.

C. Etnis Cina 1. Pembagian Etnis Cina

  Etnis Cina merupakan keturunan asing yang secara kuantitatif paling dominan dibandingkan dengan keturunan asing lain yang ada di Indonesia.

  Orang-orang Cina perantauan yang awalnya berimigrasi ke Indonesia terdiri dari beberapa suku bangsa yang ada di Cina, seperti suku bangsa Khek, Tio Ciu, Hokkien dan Kanton. Akan tetapi di Indonesia, mereka umumnya lebih dikenal ke dalam dua golongan, yaitu totok dan peranakan (Vasanty, 1979).

  Golongan totok adalah mereka yang berorientasi pada kebudayaan Cina, mereka masih menghayati nilai- nilai budaya Cina seperti menggunakan bahasa Cina di rumah dan merayakan tahun baru Imlek. Sedangkan golongan Cina peranakan adalah mereka yang sudah berorientasi pada kebudayaan setempat, seperti budaya Jawa, Sunda, Ambon, Menado dan dirumahnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  menggunakan bahasa setempat. Dalam hal ini mereka telah mengalami proses akulturasi dengan kebudayaan dimana mereka dilahirkan dan dibesarkan.

  Seorang peranakan biasanya, tapi tidak selalu, dilahirkan dari perkawinan campuran dengan orang pribumi (Tan, 1981). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembagian tersebut lebih didasarkan pada derajat penyesuaian dan akulturasi terhadap kebudayaan Indonesia, dan derajat akulturasi itu juga tergantung kepada jumlah generasi yang telah menetap.

  Lebih lanjut Vasanty (1979) menambahkan bahwa proses akulturasi sangat kurang di tempat-tempat di Indonesia seperti halnya di Kalimantan Barat dan Sumatra Timur. Hal ini dipertegas Skinner (1981) yang menyatakan bahwa sangat sedikit hal yang bisa orang Tionghoa temui pada kebudayaan penduduk pribumi Kalimantan. Walaupun banyak di antara orang Tionghoa di Kalimantan Barat dan Sumatra Timur itu mungkin sudah banyak juga yang lahir di Indonesia, tetapi mereka masih akan disebut orang Tionghoa totok oleh orang Indonesia (Vasanty, 1979). Untuk di Kalimantan barat, salah satu yang memperkuat hal tersebut adalah penggunaan bahasa Cina sebagai bahasa pergaulan bagi masyarakat etnis Cina di daerah tersebut.

  Dengan demikian, etnis Cina yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah etnis Cina yang termasuk dalam golongan Cina totok, karena mereka masih berorientasi pada kebudayaan Cina dan tidak merupakan hasil perkawinan campuran dengan orang pribumi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Ajaran-ajaran Yang Mempengaruhi Etnis Cina

  Telah disebutkan sebelumnya bahwa segala sepak terjang, perilaku, sikap dan tindakan manusia berakar pada pengaruh tradisi dan nilai- nilai budaya yang masih atau pernah mengaturnya. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dibahas bagian dari budaya yang merupakan pedoman bagi seluruh etnis Cina di Indonesia. Dalam pembahasan tentang budaya Cina ini, tidak akan dibedakan antara budaya totok atau peranakan, melainkan akan diambil nilai yang rata-rata dianut dan menjadi pedoman hidupnya. Hal ini dikarenakan meskipun berbeda, keduanya memiliki akar yang sama dan dibedakan dengan kultur yang lain.