Etos kerja pedagang etnis Cina yang mengelola toko obat Cina di Kotamadya Pontianak.

(1)

vi ABSTRAK

ETOS KERJA PEDAGANG ETNIS CINA YANG MENGELOLA TOKO OBAT CINA DI KOTAMADYA PONTIANAK

Juliana Hermanto 019114003 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan etos kerja pedagang etnis cina yang mengelola toko obat Cina di kotamadya Pontianak. Etos kerja merupakan elemen paling penting dalam komponen sukses yang mampu melatarbelakangi keberhasilan dalam bekerja.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode pengumpulan data wawancara dan observasi. Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang dengan kriteria etnis Cina yang berprofesi sebagai pedagang obat Cina, berkedudukan sebagai pengelola toko obat dan berdomisili di kotamadya Pontianak.

Hasil penelitian etos kerja pada ketiga subjek ditunjukkan dengan adanya pandangan kerja sebagai kewajiban moral, displin yang tinggi dan kebanggaan akan hasil karya. Hasil penelitian menggambarkan bahwa kerja merupakan kewajiban moral, ketiga subjek memandang kerja merupakan hal yang penting bagi kehidupan, kerja diperuntukkan bagi keluarga dan berguna untuk diri sendiri, mereka juga menganggap kerja sebagai anugerah dari Tuhan. Displin ditunjukkan dengan kesadaran akan peraturan dan rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan. Kebanggaan akan hasil karya mengarah pada perasaan bangga terhadap hasil kerja karena adanya penghargaan dari orang lain, dan keinginan untuk maju serta usaha dalam bekerja maksimal untuk menciptakan kualitas kerja terbaik. Keterkaitan ketiga indikator ini menggambarkan etos kerja pada pedagang etnis Cina yang mengelola toko obat Cina.


(2)

vii ABSTRACT

W O R K ETHOS OF THE CHINES E MERCHANTS WHO RUN CHINESE DRUG STORE IN PONTIANAK

Juliana Hermanto 019114003 Faculty of Psychology Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The objective of this research is to describe the work ethos of the Chinese merchants who run Chinese drug store in Pontianak. Work ethos is the most essential element in success component providing success in work.

This research is a descriptive qualitative research by using observations and interviews as the data collection method. Subjects in this research are three people with criteria Chinese people running Chinese drug store that located in Pontianak.

The result of the work ethos from these three subjects shown by an opinion that work is moral obligation, a high discipline, and the pride to their works. The results of this research shows that work is moral obligation, for the subjects work is essential thing in life, work is service to their family and useful for themselves, they also consider work as a gift from God. Discipline is shown by the awareness to the rules and responsibilities in work. The pride to their works triggered by others people admiration and a strong will to success in business by creating the best quality in works. The connection of these three indicators shows the work ethos of the Chinese merchant running Chinese drug store.


(3)

ETOS KERJA PEDAGANG ETNIS CINA YANG

MENGELOLA TOKO OBAT CINA DI KOTAMADYA

PONTIANAK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

JULIANA HERMANTO NIM : 019114003

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

i

ETOS KERJA PEDAGANG ETNIS CINA YANG

MENGELOLA TOKO OBAT CINA DI KOTAMADYA

PONTIANAK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

JULIANA HERMANTO NIM : 019114003

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

“ Pertam a- tama, katakan pada dirimu apa yang akan kau

raih, lalu lakukan apa yang perlu kau lakukan “

( Epictetus )

Kepada ayah-ibuku, yang tak pernah lelah dan berhenti mencintaiku

kepada saudaraku Hengky dan Dekky, yang selalu ada untukku

dan kepada dirimu, yang akan hadir sebagai cinta:

kepersembahkan karyaku


(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Oktober 2008 Penulis


(9)

(10)

vi ABSTRAK

ETOS KERJA PEDAGANG ETNIS CINA YANG MENGELOLA TOKO OBAT CINA DI KOTAMADYA PONTIANAK

Juliana Hermanto 019114003 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan etos kerja pedagang etnis cina yang mengelola toko obat Cina di kotamadya Pontianak. Etos kerja merupakan elemen paling penting dalam komponen sukses yang mampu melatarbelakangi keberhasilan dalam bekerja.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode pengumpulan data wawancara dan observasi. Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang dengan kriteria etnis Cina yang berprofesi sebagai pedagang obat Cina, berkedudukan sebagai pengelola toko obat dan berdomisili di kotamadya Pontianak.

Hasil penelitian etos kerja pada ketiga subjek ditunjukkan dengan adanya pandangan kerja sebagai kewajiban moral, displin yang tinggi dan kebanggaan akan hasil karya. Hasil penelitian menggambarkan bahwa kerja merupakan kewajiban moral, ketiga subjek memandang kerja merupakan hal yang penting bagi kehidupan, kerja diperuntukkan bagi keluarga dan berguna untuk diri sendiri, mereka juga menganggap kerja sebagai anugerah dari Tuhan. Displin ditunjukkan dengan kesadaran akan peraturan dan rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan. Kebanggaan akan hasil karya mengarah pada perasaan bangga terhadap hasil kerja karena adanya penghargaan dari orang lain, dan keinginan untuk maju serta usaha dalam bekerja maksimal untuk menciptakan kualitas kerja terbaik. Keterkaitan ketiga indikator ini menggambarkan etos kerja pada pedagang etnis Cina yang mengelola toko obat Cina.


(11)

vii ABSTRACT

W O R K ETHOS OF THE CHINES E MERCHANTS WHO RUN CHINESE DRUG STORE IN PONTIANAK

Juliana Hermanto 019114003 Faculty of Psychology Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The objective of this research is to describe the work ethos of the Chinese merchants who run Chinese drug store in Pontianak. Work ethos is the most essential element in success component providing success in work.

This research is a descriptive qualitative research by using observations and interviews as the data collection method. Subjects in this research are three people with criteria Chinese people running Chinese drug store that located in Pontianak.

The result of the work ethos from these three subjects shown by an opinion that work is moral obligation, a high discipline, and the pride to their works. The results of this research shows that work is moral obligation, for the subjects work is essential thing in life, work is service to their family and useful for themselves, they also consider work as a gift from God. Discipline is shown by the awareness to the rules and responsibilities in work. The pride to their works triggered by others people admiration and a strong will to success in business by creating the best quality in works. The connection of these three indicators shows the work ethos of the Chinese merchant running Chinese drug store.


(12)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, yaitu :

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi. M.Si., selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si. dan Bapak YB. Cahya Widiyanto, S.Psi., M.Si. selaku dosen penguji yang telah banyak memberi masukan kepada penulis. 3. Bapak Siswo Widyatmoko, S.Psi. dan Ibu Sylvia C.M.Y.M., S.Psi, M.Psi.

selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan.

4. Seluruh staf dosen Fakultas Psikologi USD yang telah memberikan banyak ilmunya.

5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi USD: Mas Gandung, Bu Nanik, Pak Gie, Mas Muji, dan Mas Doni yang telah banyak membantu dan mempermudah dalam mengurus keperluan perkuliahan.

6. Sa Ie, Tua So, Pa Lun atas kesediaanya membantu penelitian skripsi ini. 7. Winny dan Deasy atas diskusi, dukungan dan bantuannya.

8. Octa dan Sius, atas diskusi dan dukungannya.


(13)

ix

10.Pak Priyo, Pak Toni, Bu Tiwi dan Mbak Tia atas bimbingannya selama di P2TKP. Buat temen-temen di P2TKP, Vinda Eko, Octa, Rani, Cwt., M’Yesi, Deasy, Kobo, Tyo, Etik, Anita, Lisna, Mas Adi, Desta dan Catrine, atas kerjasama, suka dan duka selama di P2TKP.

11.Buat temen-temen di kost 99999: Emi, Hani, Deasy, Vinda, Cicil, Lia, Nana, Octa, Tari, Grace, Maria, Diana, Cuprit, Borah, Iin, Marni dan semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas kebersamaan, suka dan duka selama di kost.

12.Buat temen-temen di kost Delima: Keket, Nia, Putri, mba’ Lusi, Dina, Lintang (thx printernya) dan semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan, kebersamaan, suka dan duka selama hampir setahun kebersamaan di kost.

13.Iis, atas pinjaman printernya.

14.Ibu dan bapak kost di Kost Delima dan 99999 yang sudah memberikan suasana kekeluargaan.

15.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan-kekurangan dalam skripsi ini, maka segala bentuk saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.


(14)

x DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR SKEMA... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Etos Kerja ... 8

1. Pengertian Etos Kerja... 8


(15)

xi

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja... 14

B. Pedagang... 16

1. Pengertian Pedagang... 16

2. Pedagang Obat Cina... 17

C. Etnis Cina ... 19

3. Pembagian Etnis Cina... 19

4. Ajaran-ajaran Yang Mempengaruhi Etnis Cina... 21

5. Orientasi Nilai Budaya Etnis Cina... 24

D. Etos Kerja Pedagang Etnis Cina yang Mengelola Toko Obat Cina di Kotamadya Pontianak... 27

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Subjek Penelitian ... 30

C. Batasan Istilah... 31

D. Metode Pengambilan Data ... 32

1. Wawancara... 32

2. Observasi... 34

E. Analisis Data... 35

F. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 37

1. Kredibilitas... 37

2. Dependebility ... 38

3. Triangulasi Data... 39


(16)

xii

A. Pelaksanaan Penelitian... 40

B. Hasil Penelitian Subjek 1-Huang... 42

C. Hasil Penelitian Subjek 2-Kiang... 53

D. Hasil Penelitian Subjek 3-Lun... 65

E. Ringkasan ... 77

F. Pembahasan ... 79

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA... 91


(17)

xiii

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1. Tabel panduan wawancara... 33

Tabel 2. Tabel Kode analisis hasil wawancara... 36

Tabel 3. Tabel waktu dan tempat pelaksanaan penelitian... 41

Tabel 4. Tabel data demografis subjek penelitian... 41

Tabel 5. Tabel ringkasan etos kerja pedagang etnis Cina yang mengelola toko obat Cina di kotamadya Pontianak... 77


(18)

xiv

DAFTAR SKEMA

halaman Skema 1. Skema Kerangka Penelitian Etos Kerja Pedagang Etnis Cina

yang Membuka Toko Obat Cina di Kotamadya Pontianak... 29 Skema 2. Skema Hasil Penelitian Etos Kerja Pedagang Etnis Cina yang

Membuka Toko Obat Cina di Kotamadya Pontianak... 87


(19)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

halaman Lampiran 1: Lampiran data subjek 1-Huang... 93 Lampiran 2: Lampiran data subjek 2-Kiang... 104 Lampiran 3: Lampiran data subjek 3-Lun ... 121


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Max Weber dalam buku karangannya The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) pertama kali mempelajari tentang pengaruh etos kerja terhadap pembangunan masyarakat atau bangsa. Dalam buku itu Weber menyatakan bahwa ada hubungan antara perkembangan masyarakat dengan sikap masyarakat itu terhadap makna kerja. Dalam pengamatannya terhadap kaum Protestan Calvinist terdapat suatu anggapan bahwa kerja keras merupakan panggilan rohani untuk mencapai kesejahteraan mereka. Akibat dari semangat kerja keras ini melimpah pula kehidupan ekonomi mereka. Dengan bekerja keras serta hidup hemat dan sederhana para Calvinist dapat mencapai tingkat kehidupan yang relatif lebih tinggi dan mampu memfungsikan diri mereka sebagai wiraswastawan yang tangguh dan tulang punggung dari sistem kapitalis di Eropa.

Para ahli ilmu sosial telah menjadikan penemuan Weber tersebut sebagai pegangan untuk melihat keberhasilan pembangunan terutama di negara- negara berkembang. Untuk menilai maju tidaknya usaha pembangunan suatu bangsa bisa dilihat dari ada tidaknya etos kerja yang memadai yang dimanifestasikan dalam kerja keras, hidup sederhana dan hemat.

Etos kerja menurut Cherrington (dalam Nugroho, 1998) adalah cara pandang seseorang terhadap perkerjaan atau dapat diartikan sebagai nilai kerja yang positif. Bila pandangan dan sikap terhadap kerja tersebut positif, maka etos


(21)

2

kerjanya juga akan positif, orang akan bekerja keras dan berusaha mencapai hasil terbaik dalam pekerjaannya. Etos kerja bisa dilihat melalui tiga indikator (Cherrington dalam Nugroho, 1998), yaitu kerja sebagai kewajiban moral, disiplin kerja tinggi, dan kebaggaan akan hasil karya.

Etos kerja juga diyakini menjadi kunci sukses di balik keberhasilan bangsa-bangsa seperti Jepang dan Jerman dalam membangun kembali negara mereka. Bangsa Jerman dan Jepang yang pernah hancur total akibat perang dalam waktu relatif singkat mampu muncul sebagai negara dengan kekuatan ekonomi luar biasa, karena etos kerja mereka tidak ikut hancur. Demikian halnya dengan bangsa Korea dengan etos kerja mereka yang mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional negara mereka dengan mengagumkan serta mampu bersanding dengan bangsa Jepang sebagai negara yang pembangunannya melebihi bangsa-bangsa di negara Asia lainnya.

Hal di atas dapat memberikan gambaran tentang peran etos kerja dalam pembangunan masyarakat dan bangsa. Di Indonesia, ada satu etnis yang dipandang berhasil mendominasi perekonomian di Indonesia, yaitu etnis Cina. Di dunia ekonomi dan bisnis, walau jumlah warga etnis Cina hanya 4% (empat persen) dari jumlah penduduk Indonesia, mereka menguasai 50% (lima puluh persen) perekonomian Indonesia, dan menguasai 37% (tiga puluh tujuh persen) perusahaan go public (Nomura Research Institute dalam Sahrah, 2005). Begitu juga dengan Fujitsu Research di Tokyo yang mengamati daftar perusahaan di 6 (enam) negara kunci di Asia, menggambarkan betapa perusahaan-perusahaan tersebut secara mayoritas dikuasai oleh etnis Cina perantauan, salah


(22)

satunya adalah Indonesia sebanyak 73% (Naisbitt, 1995). Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar perekonomian di negara Indonesia dikuasai oleh etnis Cina, maka etos kerja yang ada pada etnis tentu saja akan berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia. Oleh karena itu, etos kerja etnis Cina yang sukses di dunia bisnis ini merupakan hal yang menarik untuk dibahas.

Adicondro (1978) mengemukakan bahwa orang Cina pintar dalam berwirausaha. Menurutnya, orang-orang Cina perantauan umumnya mempunyai etos kerja ulet, tekun, hemat, dan berani berspekulasi dalam wirausaha. Kewirausahaan mereka ditandai oleh keinginan untuk menginvestasikan sumber daya dalam usaha jangka panjangnya, guna menghasilkan kesejahteraan materi dan jaminan bagi keluarga serta keturunan mereka. Naisbitt (1995) menyatakan bahwa di antara beberapa sifat orang Cina, kerja keras menduduki peringkat pertama atau faktor utama sedang sifat lain yang tampil cukup menonjol adalah keinginan untuk belajar, kejujuran, disiplin diri, dan kemandirian.

Hariyono (1993) berpendapat bahwa nilai- nilai budaya yang terdapat dalam ajaran Konfusianisme merupakan ajaran yang paling banyak berpengaruh dan mendarah daging dalam kehidupan orang Cina sehari- hari, begitu pula terhadap etos kerjanya. Etos yang berbasis pada Konfusianisme ini semakin populer sebagai penjelasan di belakang berkibarnya kesuksesan wirausahawan Asia, khususnya etnis Cina (Sinamo, 2002). Nilai- nilai Konfusianisme seperti kewajiban taat kepada orang tua dan tund uk kepada raja, hidup secara terhormat dalam tatanan yang hierarkis, jujur, menjaga moderasi, dan tahu diri, dapat menjadi karakter-karakter yang unik dan nilai tambah yang khas bagi orang Cina


(23)

4

ketika berimigrasi ke negeri lain dan menghadapi persaingan yang relatif bebas (Fukuyama dalam Sinamo, 2002).

Persebaran etnis Cina meliputi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kotamadya Pontianak yang merupakan ibukota Kalimantan Barat adalah daerah yang banyak memiliki penduduk etnis Cina. Berdasarkan komposisi penduduk kotamadya Pontianak menurut faktor suku bangsa dan pertumbuhannya pada tahun 1994, dari berbagai suku bangsa yang ada, etnis Cina merupakan suku bangsa terbanyak yang bermukim di daerah ini, yaitu berjumlah 123.184 jiwa (32,150 %), kemudian Melayu 98.526 jiwa (27,715 %), Bugis 49.666 jiwa (12,963 %) dan lain- lain. (Kanwil Depag 1995 dan Kanwil Depdikbud Kalbar 1991 dalam La Ode, 1997). Jadi tidak mengherankan bila etnis ini mempunyai aplikasi pengaruh yang terbesar jika dibandingkan dengan etnis lain yang bermukim di Pontianak. Di kotamadya Pontianak, terlihat nyata bahwa sarana kehidupan jasmaniah dan material etnis Cina melaju jauh lebih baik dibandingkan sarana kehidupan jasmaniah etnis lain di Kalimantan Barat (La Ode, 1997).

Etnis Cina di Kalimantan Barat, seperti halnya di daerah lain, memegang kunci-kunci perekonomian dan perdagangan. Demikian halnya di Pontianak, kehadiran etnis Cina dengan keahlian berdagang dan jumlah yang dominan memberi sumbangan dan dampak tersendiri bagi sektor perdagangan di kota ini. Sebagian besar etnis Cina di Pontianak ternyata berada pada ketiga golongan perdagangan, yaitu golongan perdagangan kecil, perdagangan menengah dan perdagangan besar (La Ode, 1997). Sebagai kota perdagangan terbesar di Kalimantan Barat, perdagangan jelas memberikan kontribusi cukup besar dalam


(24)

pertumbuhan ekonomi di kota Pontianak. Kontribusi sektor perdagangan didukung sektor angkutan, jasa, dan keuangan berjumlah sekitar 79,6 persen dari total kegiatan ekonomi kota (KompasOnline, 2001). Banyaknya kompleks pertokoan yang dimiliki oleh etnis Cina turut memperkuat kesan bahwa pusat perdagangan dan ekonomi dipegang oleh golongan ini.

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan etos kerja etnis Cina di Kotamadya Pontianak yang diyakini sebagai kunci sukses etnis ini dalam perekonomian, khususnya dalam bidang perdagangan dikarenakan perdagangan merupakan mata pencaharian yang paling penting di antara etnis Cina di Indonesia (Vasanty, 1979). Selain itu, perdagangan memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan dunia kerja lain. Menurut Mutis (1995), dunia perdagangan mempunyai sifat yang keras, kompetitif, penuh tantangan, beresiko tinggi, dan bersifat spekulatif, sehingga hanya individu-individu dengan karakteristik tertentu yang berminat untuk terjun menekuninya.

Penelitian ini difokuskan pada etnis Cina yang berprofesi sebagai pedagang. Pedagang etnis Cina yang dimaksud dikhususkan pada pedagang yang mengelola toko obat Cina. Profesi ini menarik untuk diteliti karena para pedagang yang mengelola toko obat Cina ini bisa dipastikan merupakan masyarakat dari kalangan etnis Cina dan merupakan profesi yang dijalankan turun-temurun. Selain itu, obat Cina bukanlah merupakan produk asli dari Indonesia dan sebagai pedagang yang menjual produk asing, keberadaan mereka menjadi keunikan tersendiri karena mereka menjual produk di negara yang bukan merupakan asal produk tersebut. Mereka juga bisa dinilai sukses dan merupakan prestasi tersendiri


(25)

6

karena mampu mempertahankan keberadaan obat-obat Cina dari awal keberadaannya sejak beratus-ratus tahun lalu. Bahkan meskipun merupakan obat tradisional asing, obat Cina sangat populer di Indonesia dan mampu me nandingi produk tradisional lokal yang ada. Di zaman yang serba modern seperti sekarang ini, dengan berkembangnya berbagai ilmu dan teknologi pengobatan yang canggih, dimana pengobatan dengan obat-obat tradisional dianggap tidak ilmiah, toko-toko obat Cina masih bisa ditemui dan terus berkembang di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana etos kerja pedagang etnis Cina yang mengelola toko obat Cina di Kotamadya Pontianak. Etos kerja adalah komponen sukses yang paling primer (Sinamo, 2002). Etos kerja dilihat dengan menggunakan tiga indikator, yaitu kerja sebagai kewajiban moral, disiplin kerja tinggi dan kebanggaan akan hasil karya.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana etos kerja pedagang etnis Cina yang mengelola toko obat Cina di kotamadya Pontianak?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi etos kerja pada pedagang etnis Cina yang mengelola toko obat Cina di Kotamadya Pontianak

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Sebagai bahan referensi ilmiah perihal kondisi perekonomian dan dinamika psikologis para pelaku bisnis beretnis Cina khususnya yang


(26)

menggeluti bidang obat Cina, terutama di bidang Psikologi Industri, Sosial dan Sumber Daya Manusia.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi etnis Cina yang berprofesi sebagai pedagang, penelitian ini dapat memberikan gambaran dan meningkatkan pemahaman mengenai etos kerja pedagang etnis Cina khususnya yang mengelola toko obat Cina. b) Bagi masyarakat dan pelaku bisnis di kotamadya Pontianak, penelitian

ini dapat memberikan wacana tentang pemahaman dinamika psikologis dalam pengembangan sumber daya manusia, sehingga dapat memperluas pengetahuan mengenai peran etos kerja dalam kehidupan kerja.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Etos Kerja

1. Pengertian Etos Kerja

Etos kerja menurut Cherrington (dalam Nugroho, 1998) adalah cara pandang seseorang terhadap perkerjaan atau dapat diartikan sebagai nilai kerja yang positif. Etos kerja ditunjukkan dalam tingkah laku atau setidaknya sikap terhadap suatu pekerjaan secara verbal. Sinamo (2002) juga mengungkapkan bahwa etos kerja adalah nilai-nilai dan doktrin kerja tertentu yang mewujud nyata pada perilaku kerja yang khas. Menurut Sudarso (1997) etos kerja menujuk pada perilaku manusia dalam bekerja atau melakukan pekerjaan dengan menekankan kepada semangat atau pembawaan dalam kerjanya. Sudarso (1997) mengungkapkan bahwa semangat dan pembawaan dalam bekerja juga menunjuk pada makna atau nilai kerja bagi pelaku kerja tersebut. Oleh karena itu etos kerja dapat dikatakan sebagai sikap manusia terhadap nilai atau makna kerja.

Etos kerja artinya sikap terhadap kerja, pandangan terhadap kerja, kebiasaan kerja, ciri-ciri atau sifat mengenai cara kerja yang dimiliki oleh seseorang atau sifat golongan atau suatu bangsa (Manullang, 1997). Pengertian tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Anoraga (2001) yang meyatakan etos kerja adalah pandangan dan sikap suatu bangsa atau suatu umat terhadap kerja. Bila pandangan dan sikap tersebut melihat kerja


(28)

sebagai sesuatu yang luhur bagi eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan mendalam, orang akan bekerja keras dan berusaha mencapai hasil terbaik. Begitu pula sebaliknya, apalagi kalau sama sekali tidak ada pandangan dan sikap terhadap kerja, maka etos kerja itu dengan sendirinya kurang mendalam, orang tidak akan bersungguh-sungguh dalam bekerja. Hal serupa juga diungkapkan Rahardjo (1992) bahwa secara sederhana etos kerja dapat diartikan sebagai suatu pola sikap, yang sudah mendasar, yang sudah mendarah daging, yang mempengaruhi perilaku secara konsisten, dan terus menerus. Di dalam situasi pembangunan ekonomi seperti sekarang, maka apa yang disebut etos kerja mengandung konotasi yang positif, tidak ada yang negatif.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas mengenai etos kerja, dapat disimpulkan bahwa etos kerja adalah cara pandang, sikap dan nilai yang dimiliki seseorang, kelompok atau bangsa terhadap kerja secara positif yang ditunjukkan dalam bentuk verbal dan perilaku.

2. Indikator Etos Kerja

Cherrington (dalam Nugroho, 1998) menyatakan ada tiga indikator dalam etos kerja, yaitu :

a. Kerja sebagai kewajiban moral

Konsep kerja sebagai kewajiban moral menurut Cherrington (dalam Prihananti, 2000) didasarkan pada perasaan bahwa orang itu harus bekerja dan memberikan layanan kepada masyarakat atau orang lain.


(29)

10

Lebih lanjut Anoraga dan Suyati (1995) menjelaskan bahwa bekerja adalah kewajiban dan dambaan bagi setiap orang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan sepanjang masa.

Menurut Anoraga dan Widiyanti (1990) dalam pandangan modern dalam melihat kerja menyatakan bahwa moral dari pekerjaan dan pegawai tidak mempunyai kaitan langsung dengan kondisi fisik atau material dari pekerjaan. Pekerjaan yang betapapun berat, berbahaya, akan dilaksanakan dengan senang hati oleh satu tim kerja yang memiliki solidaritas kelompok yang kokoh dan moral tinggi.

Dengan demikian, kerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, maka selama manusia hidup ia harus bekerja. Kerja merupakan bagian paling dasar dari kehidupan manusia yang dapat memberikan status dari masyarakat, juga mengikat individu lain, sehingga mampu memberi isi dan makna dari kehidupan manusia yang bersangkutan.

Kerja sebagai kewajiban moral menurut berbagai agama sesuai dengan ajaran pada masing- masing agama. Dalam Kristen Protestan dengan Etika Protestantisme, yang mengajarkan bahwa kekayaan yang diperoleh usahawan adalah tanda bahwa usaha kerja seseorang berkenaan di hati Tuhan sehingga kekayaan itu tidak lain ialah bentuk pahala dari Tuhan (Kartodirdjo, 1994). Menurutnya, di sini terlihat jelas kerja orang mempunyai nilai moral tinggi. Pada agama Islam, bekerja merupakan upaya untuk mengaktualisasikan diri sebagai hamba Allah dan


(30)

menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik atau dapat juga dikatakan bahwa hanya dengan bekerja manusia memanusiakan dirinya (Tasmara, 1994). Dalam tradisi Buddhisme dan Hinduisme, kerja adalah sebuah panggilan suci, kewajiban suci, tugas sakral untuk mengerjakan sesuatu atau disebut dengan dharma (Sinamo, 1992).

Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kerja sebagai kewajiban moral adalah menganggap kerja sebagai hal yang penting dalam kehidupan manusia. Bekerja tidak hanya dimaksudkan untuk mencari kekayaan ekonomis semata-mata, akan tetapi juga membuat hidup berguna bagi diri sendiri dan orang lain serta berhubungan dengan Tuhan. Oleh karena itu, meskipun kekayaan ekonomis dan materi telah terpenuhi, orang akan tetap bekerja.

b. Disiplin kerja tinggi

Gani seperti dikutip oleh Prihananti (2000) menyatakan etos kerja sangat erat dengan disiplin kerja bahkan sangat identik. Disiplin yang tinggi merupakan salah satu hal yang harus dimiliki untuk dapat memantapkan suatu etos kerja (Manullang, 1997).

Kedisiplinan adalah sikap batin, sebuah kebebasan untuk melakukan sesuatu yang dinilainya tepat dan benar (Harsanto, 1997). Ismael (1989) menyatakan bahwa disiplin merupakan ekspresi kedewasaan, suatu sikap tanggung jawab terhadap tingkah laku sendiri. Disiplin yang sesuai bagi seorang dewasa berlandaskan pada kesadaran


(31)

12

diri sendiri, dan bukan suatu paksaan dari luar. Setiap bentuk paksaan dari luar hanya dapat berlangsung untuk sementara waktu saja. Selanjutnya, untuk dapat berdisiplin diri, seseorang perlu menyediakan diri untuk bertanggung jawab dalam suatu tugas atau pekerjaan. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, disiplin adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan baik yang tertulis atau tidak (Nitisemito, 1982).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disip lin kerja merupakan salah satu hal penting dalam etos kerja, yang diwujudkan dengan sikap dan tingkah laku yang penuh tanggung jawab dalam suatu tugas dan pekerjaan, atas kesadaran diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang dianggap tepat dan benar sesuai dengan peraturan baik tertulis atau tidak, sebagai ekspresi dari kedewasaan.

c. Bangga akan hasil karyanya

Indikator ketiga ini terkait dengan perasaan bangga. Perasaan biasanya didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subyektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal, dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf (Suryabrata, 1982). Perasaan bersifat subyektif, yang artinya banyak dipengaruhi oleh keadaan diri seseorang, sehingga apa yang dirasakan oleh seseorang belum tentu sama dengan apa yang dirasakan orang lain.


(32)

Perasaan bangga terhadap karyanya merupakan perasaan harga diri yang positif. Digolongkan demikian karena berkaitan dengan hal- hal positif yang dialami seseorang karena adanya penghargaan dari orang lain. Di dalam perasaan bangga terkandung keinginan untuk mempertahankan dan berbuat sebaik-baiknya agar hasil yang dicapai tidak menurunkan perasaan bangganya.

Kartono (dalam Nugroho, 1998) menyatakan bahwa pekerja yang mempunyai perasaan bangga atas hasil karyanya lebih bertenaga dan bergairah dalam bekerja karena rasa bangga atas hasil karyanya yang berkualitas merupakan sukses bagi dirinya. Ia menganggap orang lain mengenal dirinya dari keahliannya sehingga seakan-akan produk karyanya ditafsirkan dari penampilan dirinya, sehingga ia akan terhina bila tidak menghasilkan karya yang baik.

Perasaan bangga terhadap karya ini mengandung pengertian akan tanggung jawab individu dan inisiatif individu (Nugroho, 1998). Lebih lanjut dijelaskan bahwa tanggung jawab individual memberikan sumbangan terhadap hasil karya, sedangkan inisiatif individu memberikan sumbangan terhadap cara-cara yang baik untuk bekerja. Cherrington (dalam Nugroho, 1998) berpendapat bahwa inisiatif individu merupakan prediktor kuat dari rasa bangga atas hasil karyanya.

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perasaan bangga terhadap hasil karya merupakan harga diri yang positif. Di dalam perasaan ini terkandung keinginan untuk mempertahankan dan


(33)

14

berbuat sebaik-baiknya agar produk keahliannya berkualitas sehingga tidak menurunkan perasaan bangganya.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja

Etos kerja seseorang erat kaitannya dengan kepribadian, perilaku, dan karakternya (Siregar, 2000). Menurutnya, setiap orang memiliki internal being

yang merumuskan siap dirinya dan dibentuk oleh delapan elemen yang saling terkait satu sama lain, yaitu pola pikir, keyakinan, budaya, kepentingan, keterlibatan, kinerja, gaya hidup, dan tujuan. Respon dari internal being

terhadap tuntutan external dunia kerja inilah yang kemudian menetapkan etos kerja seseorang. Etos kerja atau mentalitas dasar seseorang terhadap kerja tidak bisa terlepas dari nilai- nilai yang dimilikinya (Suwanto dalam Nugroho, 1998). Nilai tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia karena nilai terbentuk dan dimiliki individu melalui proses yang lama, yaitu sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya (Adisubroto, 1993).

Etos kerja dapat dikatakan sebagai suatu nilai kerja. Nilai kerja dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor genetik yang meliputi kecenderungan-kecenderungan seseorang yang berkaitan dengan kerja. Faktor eksternal adalah faktor lingkungan yang mencakup materi- materi dari luar yang memberi masukan pada dir i seseorang (Keller, 1992). Pengaruh lingkungan juga disampaikan Siburian (1997) yang menyatakan bahwa etos kerja tidak dapat berdiri sendiri akan tetapi dipengaruhi oleh faktor- faktor lain termasuk pengaruh lingkungan sehingga


(34)

pekerjaan yang dilakukan dapat memenuhi target. Lebih lanjut, lingkungan dan proses yang ada dalam suatu komunitas sangat berpengaruh dalam menimbulkan etos kerja (www.edents.bravepages.com).

Suryohadiprojo (1988) berpendapat lain, menurutnya motivasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi etos kerja, karena motivasi bisa menumbuhkan pandangan dan sikap yang menghargai kerja sebagai sesuatu yang luhur. Selain itu, ia juga mengungkapkan faktor kepeminpinan sebagai hal yang mampu menumbuhkan etos kerja. Menurutnya, kepemimpinan yang menunjukkan pandangan dan sikap yang tepat juga akan diikuti oleh semua pihak yang memandangnya sebagai panutan.

Magnis (1978) memandang perkembangan suatu etos kerja dalam masyarakat hanya terpenuhi apabila pekerjaan mereka mendapat imbalan yang wajar, dihargai sebagai kesibukan manusiawi dan membuka kemungkinan untuk maju.

Di sisi lain, keluarga merupakan faktor penting untuk menumbuhkan etos kerja, karena proses pembinaan etos kerja dalam menanaman makna kerja sejak dini terjadi dalam keluarga (Renwarin, 1991). Selain itu, suatu sudut pandang dalam kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama, lembaga- lembaga sosial, filsafat, pendidikan religius, refleksi teologis, dan kehidupan komoditas akan mempengaruhi suatu etos kerja (Muzairi, 1994). Serupa dengan pendapat tersebut, Asya’arie (1994) menyatakan bahwa agama bagi pemeluknya merupakan sistem nilai yang mendasari etos kerjanya.


(35)

16

Dari uraian-uraian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi etos kerja dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

• Faktor internal, yang meliputi predisposisi seseorang yang ada dan telah melekat dalam diri seseorang, seperti : agama, motivasi, nilai-nilai yang dianut, budaya, pola pikir, kepribadian, dan sebagainya.

• Faktor eksternal, yaitu hal-hal dari luar yang memberi masukan dan pengaruh pada diri seseorang, seperti : lingkungan, kepemimpinan, keluarga, keterlibatan, dan sebagainya.

B. Pedagang

1. Pengertian Pedagang

Partono (1979) mendefinisikan pedagang sebagai mereka yang menjalankan kegiatan dalam usaha memindahkan hal atas barang dari seseorang untuk orang lain terus menerus sebagai sumber penghidupannya. Kegiatan utama pedagang bermula dari penerimaan barang dagangan, penyimpanan, sampai dengan penyerahan barang tersebut kepada orang lain. Kegiatan pedagang tidak hanya terbatas pada usaha untuk memindahkan hak atas suatu benda, akan tetapi mereka dapat ikut menaikkan arti dan nilai barang, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.

Kegiatan perdagangan yang terjadi dilakukan di toko, yaitu dengan menjalankan kegiatan menawarkan barang-barang kepada umum dengan jalan menyediakan barang tersebut dalam suatu ruangan atau tempat tertentu dan


(36)

bersifat menetap. Berdasarkan besar kecilnya usaha, jenis toko ini dapat dibagi menjadi toko perdagangan kecil, yaitu toko yang menyediakan barang-barang kebutuhan sehari- hari secara kecil-kecilan dan menjual langsung kepada konsumen secara eceran. Selain itu, juga ada toko perdagangan besar, yaitu toko yang menyediakan barang dalam jumlah besar dan menjual langsung kepada konsumen secara eceran atau kepada pedagang kecil dalam jumlah agak besar.

2. Pedagang Obat Cina

Pedagang obat Cina umumnya membuka usaha di pusat-pusat perdagangan di Kotamadya Pontianak. Mereka biasanya memilih rumah-rumah petak atau yang biasa dikenal rukodang (rumah-rumah, toko, gudang) untuk menjalankan aktivitas perdagangan mereka. Rukodang ini merupakan tempat usaha dan dapat pula dijadikan tempat tinggal sehari-hari sekaligus mempunyai fungsi sebagai gudang untuk menyimpan barang-barang usaha mereka.

Kegiatan perdagangan yang terjadi dilakukan di toko, yaitu menawarkan barang-barang dengan jalan menyediakan barang dan menunggu kedatangan calon pembeli. Barang-barang umumnya dijual secara kecil-kecilan atau eceran dan langsung kepada konsumen, walaupun kadang-kadang juga melayani penjualan dalam jumlah yang agak besar. Mereka memiliki peran dalam pengelolaan toko sekaligus terlibat langsung dalam aktivitas sehari- hari di toko obat.


(37)

18

Barang-barang yang disediakan dalam toko obat Cina umumnya berupa produk-produk kesehatan dan obat-obatan. Walaupun bernama toko obat Cina, tetapi obat-obatan yang dijual tidak seluruhnya obat-obatan yang berasal dari Cina. Selain obatan dari Cina, di toko ini juga dijual obat-obat produk dalam negeri, baik modern maupun tradisional. Obat-obat-obatan Cina yang dijual di toko ini juga berbagai macam. Ada jenis obat yang merupakan produk obat Cina yang sudah jadi. Selain itu juga terdapat jenis obat tradisional Cina yang bahan-bahan obat ini umumnya berupa tumbuhan, yaitu bagian-bagian tanaman seperti daun, bunga, ranting, kulit batang, kulit akar, umbi yang diyakini mempunyai khasiat-khasiat penyembuhan. Jenis obat yang terakhir ini juga yang menjadi ciri khas dari toko obat Cina, yang membedakannya dengan toko obat lain.

Latar belakang profesi ini umumnya berawal dari usaha keluarga yang terus diturunkan dan dikembangkan, biasanya kakek atau orang tua mereka juga membuka toko obat Cina. Profesi sebagai pedagang yang mengelola toko obat Cina ini merupakan profesi utama, yaitu profesi yang diandalkan sebagai sumber pendapatan yang paling penting dalam perekonomian keluarga. Pedagang ini umumnya merupakan kepala keluarga yang menjadi tulang punggung keluarga untuk mencari nafkah.

Pedagang yang mengelola toko obat Cina memulai aktivitas kerjanya dari pukul 07-00 hingga 21.00 denga n istirahat sekitar aktivitas setengah hari dari biasanya pada hari Minggu. Bisa dikatakan, mereka memiliki jam kerja sekitar 14 jam setiap harinya, sehingga mereka lebih banyak menghabiskan


(38)

waktu mereka sehari- hari untuk melakukan aktivitas di toko obat. Relasi sosial mereka juga lebih banyak terjalin pada saat bekerja, terutama dengan karyawan, pembeli dan masyarakat di sekitar lingkungan toko obat. Dalam berkerja, biasanya mereka hanya dilengkapi sarana hiburan seadanya bahkan kadang tidak ada, ditambah dengan kegiatan yang monoton sehingga memungkinkan seorang pedagang mengalami kebosanan, sehingga memerlukan kesabaran terutama jika berhadapan dengan pembeli. Walaupun demikian, tidak tampak adanya usaha untuk menurunkan jam kerja ataupun aktivitas, bahkan mereka cenderung sulit meninggalkan rutinitas mereka.

C. Etnis Cina

1. Pembagian Etnis Cina

Etnis Cina merupakan keturunan asing yang secara kuantitatif paling dominan dibandingkan dengan keturunan asing lain yang ada di Indonesia. Orang-orang Cina perantauan yang awalnya berimigrasi ke Indonesia terdiri dari beberapa suku bangsa yang ada di Cina, seperti suku bangsa Khek, Tio Ciu, Hokkien dan Kanton. Akan tetapi di Indonesia, mereka umumnya lebih dikenal ke dalam dua golongan, yaitu totok dan peranakan (Vasanty, 1979). Golongan totok adalah mereka yang berorientasi pada kebudayaan Cina, mereka masih menghayati nilai- nilai budaya Cina seperti menggunakan bahasa Cina di rumah dan merayakan tahun baru Imlek. Sedangkan golongan Cina peranakan adalah mereka yang sudah berorientasi pada kebudayaan setempat, seperti budaya Jawa, Sunda, Ambon, Menado dan dirumahnya


(39)

20

menggunakan bahasa setempat. Dalam hal ini mereka telah mengalami proses akulturasi dengan kebudayaan dimana mereka dilahirkan dan dibesarkan. Seorang peranakan biasanya, tapi tidak selalu, dilahirkan dari perkawinan campuran dengan orang pribumi (Tan, 1981). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembagian tersebut lebih didasarkan pada derajat penyesuaian dan akulturasi terhadap kebudayaan Indonesia, dan derajat akulturasi itu juga tergantung kepada jumlah generasi yang telah menetap.

Lebih lanjut Vasanty (1979) menambahkan bahwa proses akulturasi sangat kurang di tempat-tempat di Indonesia seperti halnya di Kalimantan Barat dan Sumatra Timur. Hal ini dipertegas Skinner (1981) yang menyatakan bahwa sangat sedikit hal yang bisa orang Tionghoa temui pada kebudayaan penduduk pribumi Kalimantan. Walaupun banyak di antara orang Tionghoa di Kalimantan Barat dan Sumatra Timur itu mungkin sudah banyak juga yang lahir di Indonesia, tetapi mereka masih akan disebut orang Tionghoa totok oleh orang Indonesia (Vasanty, 1979). Untuk di Kalimantan barat, salah satu yang memperkuat hal tersebut adalah penggunaan bahasa Cina sebagai bahasa pergaulan bagi masyarakat etnis Cina di daerah tersebut.

Dengan demikian, etnis Cina yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah etnis Cina yang termasuk dalam golongan Cina totok, karena mereka masih berorientasi pada kebudayaan Cina dan tidak merupakan hasil perkawinan campuran dengan orang pribumi.


(40)

2. Ajaran-ajaran Yang Mempengaruhi Etnis Cina

Telah disebutkan sebelumnya bahwa segala sepak terjang, perilaku, sikap dan tindakan manusia berakar pada pengaruh tradisi dan nilai- nilai budaya yang masih atau pernah mengaturnya. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dibahas bagian dari budaya yang merupakan pedoman bagi seluruh etnis Cina di Indonesia. Dalam pembahasan tentang budaya Cina ini, tidak akan dibedakan antara budaya totok atau peranakan, melainkan akan diambil nilai yang rata-rata dianut dan menjadi pedoman hidupnya. Hal ini dikarenakan meskipun berbeda, keduanya memiliki akar yang sama dan dibedakan dengan kultur yang lain.

Hariyono (1993) berpendapat bahwa kebudayaan dan kehidupan suatu masyarakat banyak dipengaruhi oleh sistem kepercayaannya. Husodo (1985) berpendapat bahwa ajaran-ajaran yang banyak memberikan pengaruh pada perkembangan dasar berpikir, pendangan hidup, dan filsafat orang-orang Cina adalah Budhisme, Taoisme, dan Konfusionisme. Menurut Hariyono (1993), diantara ketiga kepercayaan tersebut, ajaran Konfusianisme atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kong Hu Cu diyakini paling berpengaruh dan mendarah daging dalam kehidupan orang Cina sehari- hari. Ajaran ini juga diduga menyumbangkan kekhasan kultur Cina dan banyak mempengaruhi pola pikir orang Cina.

a. Tao / Taoisme

Menurut Hidajat (1977), Taoisme merupakan ajaran pertama bagi orang Cina, yang merupakan suatu spekulasi filsafat. Dalam ajaran


(41)

22

Taoisme, tempat individu tidak begitu penting jika dibandingkan kepentingan keluarga, dan keluarga merupakan struktur dasar sosial. Kewajiban seseorang bukan langsung untuk dirinya sendiri dan bukan untuk bangsa atau negara, tetapi hanya diperuntukkan bagi keluarga besarnya. Keluarga merupakan tempat perlindungan dari segala pengaruh luar dan hubungan kekeluargaan terjalin sangat erat serta dekat, menyebabkan pengaruh dari luar sulit sekali mempengaruhi tata kehidupan orang Cina. Oleh karena itu menurut Husodo (1985) bangsa Cina selalu menjaga kemurnian rasnya dan menutup diri dari pengaruh ras lain. Lebih lanjut Husodo menjelaskan bahwa rasa kesatuan dalam keluarga ini merupakan modal utama dalam perjuangan hidup dimana mereka berada. Menurut Hariyono (1993) ajaran Taoisme banyak mempengaruhi orang Cina mengenai hidup sederhana, Jalan Tengah (hubungan keseimbangan yang mengatasi dua dikotomi yang berjauhan) dan penyesuaian diri dengan lingkungan sehingga manusia dapat hidup di manapun dia berada.

b. Kong Hu Cu / Konfusianisme

Hariyono (1993) mengungkapkan pada dasarnya Konfusius mengajarkan moralitas yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Selain moralitas individu, moralitas keluarga merupakan ajaran yang cukup mencolok pada ajaran Konfusianisme. Keluarga memang merupakan lembaga yang penting dalam pandangan Konfusius, karena keluarga merupakan satuan dasar masyarakat yang terpenting. Selanjutnya dalam


(42)

keluarga, penghormatan anak kepada orang tua memegang peranan kunci, karena itu dikembangkan konsep kesalehan sang anak. Kewajiban para anak kepada orang tua merupakan sumber seluruh kebajikan.

Perwujudan materi secara real menjadi tuntutan mitos rasa bakti anak kepada orang tua. Namun, dalam perkembangannya, ungkapan rasa bakti ini tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi dapat berubah pada segala upaya untuk dapat memperoleh sesuatu yang memiliki nilai tinggi, seperti dalam bentuk keinginan untuk mencapai sesuatu yang terbaik menge nai cita-cita, pekerjaan, pemilikan suatu benda, status sosial, dan sebagainya.

Dengan berjalannya waktu, ajaran-ajaran Konfusius yang membentuk sifat dan perilaku manusia Cina banyak mendapat bias tanpa lagi mengetahui makna nilai primernya. Seperti ajaran bakti kepada orang tua, akan melahirkan manusia Cina yang rajin bekerja, dalam kasus-kasus tertentu menjadi workaholic atau materialistis, sehingga mereka menjadi kaya.

c. Budhisme / Budha

Menurut Hariyono (1993), tema pokok ajaran Budha adalah bagaimana menghindarkan penderitaan umat manusia di dunia. Ajaran Budha meyakini bahwa roda kehidupan ada di tangan “mara” yang merupakan akar kejahatan. Untuk itu, manusia harus membebaskan diri dari kejahatan, yang juga berarti membebaskan diri dari penderitaan,


(43)

24

dengan cara melakukan tindakan yang benar, yaitu mencari pengetahuan, kehendak yang benar, perkataan yang benar, perilaku yang baik, ucapan yang benar, pikiran yang benar dan renungan yang benar.

Agama adalah bagian yang tidak terpisahkan dari tradisi budaya masyarakat Cina. Paham Tao banyak dihubungkan dengan nasib manusia, yaitu manusia sebagai individu dalam hubungannya dengan alam semesta, sedangkan paham Budha dikaitkan dengan hubungan manusia sebagai individu dengan keadaan masa depan, yaitu Nirwana dan alam semesta (Husodo, 1985). Kong Hu Cu mengajarkan hubungan antar manusia yang memupuk sikap orang Cina untuk mencintai keluarga dan dunia. Kemudian ajaran Konghucu bercampur dengan spiritisme tradisional menghasilkan budaya kekeluargaan yang kuat dimana keluarga menjadi basis pelestarian tradisi dan budaya. Budhisme yang masuk tidak bertentangan dengan ajaran Taoisme maupun Konfusionisme sehingga mudah diterima oleh orang Cina dan mencampuradukkan ketiga ajaran tersebut menjadi satu. Dari latar belakang tradisi dan agama itu dapat melihat mengapa orang-orang Cina mewarisi tradisi budaya kekeluargaan yang kuat, disamping sifat-sifat jalan tengah yang dipraktekkan.

3. Orientasi Nilai Budaya Etnis Cina

Berbicara mengenai nilai berbudaya, akan digunakan kerangka kajian C. Kluckhon dan F. Kluckhon (dalam Koentjaraningrat, 2000), yang membagi nilai budaya dalam lima kategori yaitu: hakekat hidup, hakekat kerja,


(44)

hubungan manusia dengan alam, persepsi waktu, hubungan manusia dengan sesama.

a. Mengenai hakekat hidup

Pada orang Cina, baik melalui pengaruh filsafat Konfusius maupun filsafat Budha dapat dikatakan bahwa hakekat hidup itu adalah sengsara, dukkha. Akan tetapi, manusia dapat berikhtiar membebaskan diri dari penderitaan itu melalui kesempurnaan hubungan sosial.

b. Hakekat kerja

Etos tentang kerja pada orang Cina banyak dipengaruhi oleh ajaran Konfusius. Dalam Konfusianisme, terdapat ajaran yang disebut “Hubungan Segi Tiga”, yaitu hubungan antara Konfusianisme, keluarga, dan kerja. Konfusius menaruh perhatian yang penting pada keluarga, sehingga etos kerja pun dihubungkan dengan keluarga. Konfusius memberikan ajaran tentang kerja, seperti ajarannya tentang Jen yang membuat orang rajin bekerja, dan ajarannya untuk mengejar dan menyimpan kekayaan, dan sebagainya. Mereka bekerja untuk bakti dan menjaga nama baik orang tua serta menunjukkan kesetiaannya kepada keluarga, agar kebahagiaan di akherat dapat tercapai.

c. Hubungan antara manusia dengan alam

Pada orang Cina dikenal kehidupan yang selaras dengan alam semesta, dan dihubungkannya dengan dunia ide- ide mistis, yang berkaitan dengan konsep religio- magi.


(45)

26

d. Persepsi mengenai waktu

Pada orang Cina, selain memiliki orientasi waktu masa lalu dan masa kini, ada kecenderungan memiliki orientasi waktu masa yang akan datang juga. Sehubungan dengan alam pemikiran fungsional pada kultur Cina, ada kecenderungan manusia Cina memiliki orientasi pada masa yang akan datang, namun untuk jangka waktu yang pendek yang bersifat praktis. Dalam suatu kerja misalnya, manusia Cina lebih berani mengorbankan atau mengubah sesuatu demi kelangsungan hidup di masa yang akan datang, meskipun itu tampak suatu “gambling sekalipun.

e. Hubungan antara manusia dengan sesamanya

Terdapat adanya nilai sosial suka tolong- menolong dan memiliki solidaritas yang tinggi pada sistem kekerabatan. Hanya saja, pada kultur Cina, penekanannya kepentingan keluarga lebih utama daripada individu dan masyarakat.

Adicondro (1978) mengemukakan bahwa orang Cina pintar dalam berusaha. Adicondro mengatakan bahwa orang-orang Cina perantauan umumnya mempunyai etos kerja ulet, tekun, hemat, dan berani berspekulasi dalam wirausaha. Kewirausahaan mereka ditandai oleh keinginan untuk menginvestasikan sumber daya dalam usaha jangka panjangnya, guna menghasilkan kesejahteraan materi dan jaminan bagi keluarga serta meningkatkan martabat sosial dalam garis keturunan mereka.


(46)

Naisbitt (1995) menyatakan bahwa diantara beberapa sifat orang Cina, kerja keras menduduki peringkat pertama atau faktor utama, sedang sifat yang lain yang tampil cukup menonjol adalah keinginan untuk belajar, kejujuran, disiplin diri, dan kemandirian.

D. Etos Kerja Pedagang Etnis Cina yang Mengelola Toko Obat Cina di Kotama dya Pontianak

Etos kerja adalah cara pandang, sikap, dan nilai yang dimiliki seseorang, kelompok atau bangsa terhadap kerja secara positif yang ditunjukkan dalam bentuk verbal dan perilaku. Etos kerja merupakan elemen paling penting dalam komponen sukses yang mampu melatarbelakangi keberhasilan dalam bekerja.

Etos kerja yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah cara pandang, sikap, dan nilai yang dimiliki pedagang etnis Cina yang mengelola toko obat Cina terhadap kerja yang ditunjukkan dalam bentuk verbal dan perilaku mereka. Etos kerja yang akan dilihat merujuk pada tiga indikator etos kerja, yaitu kerja sebagai kewajiban moral, disiplin kerja yang tinggi, dan rasa bangga terhadap hasil karyanya. Kerja sebagai kewajiban moral mengenai bagaimana memandang kerja sebagai sesuatu yang penting bagi kehidupan, bagaimana bekerja tidak hanya sebatas mencari materi tetapi juga bisa berguna bagi diri sendiri dan orang lain, dan bagaimana memandang hubungan kerja dan Tuhan. Selain itu juga adanya disiplin yang tinggi, yaitu sejauh mana sikap dan tanggung jawab terhadap tugas dan pekerjaan, sejauh


(47)

28

mana kesadaran diri dalam menaati peraturan. Terakhir, rasa bangga terhadap hasil karya, yaitu bagaimana perasaan yang dialami karena adanya penghargaan dari orang lain dan usaha yang dilakukan agar produk keahlian berkualitas. Ketiga indikator pada etos kerja tersebut akan memberi gambaran tentang etos kerja pada etnis Cina yang mengelola toko obat Cina di kotamadya Pontianak.


(48)

29

Skema 1. Kerangka Penelitian Etos Kerja Pedagang Etnis Cina yang Mengelola Toko Obat Cina di Kotamadya Pontianak

Pedagang etnis Cina yang mengelola toko obat Cina di kotamadya Pontianak

Kerja sebagai kewajiban

moral

Disiplin kerja tinggi

Kebanggaan akan hasil

karya

Kerja sebagai hal yang penting, kerja tidak hanya mencari materi tetapi berguna untuk diri sendiri dan orang lain, memandang hubungan kerja dengan Tuhan

Sikap dan tanggung jawab terhadap tugas dan pekerjaan, kesadaran diri dalam menaati peraturan

Perasaan yang dialami karena adanya penghargaan, mempertahankan dan berbuat sebaik-baiknya agar produk keahlian berkualitas

Menggambarkan etos kerja


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif merujuk pada segi alamiah yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Penelitian ini bertumpu pada deskripsi permasalahan yang dihadapi dengan cara menggambarkan secara apa adanya fenomena yang ditemukan pada saat penelitian berlangsung (Moleong, 2004). Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk membuat pecandraan (deskriptif) secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 2002).

Dalam penelitian kualitatif deskriptif peneliti tidak berusaha memanipulasi setting penelitian, melainkan melakukan studi terhadap suatu fenomena dalam situasi dimana fenomena tersebut ada (Poerwandari, 1998). Penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan etos kerja pedagang etnis Cina yang mengelola toko obat Cina di Kotamadya Pontianak secara komperhensif dan natural.

B. Subjek Penelitian

Penelitian kualitatif tidak menekankan pada upaya generalisasi melalui perolehan sampel acak melainkan merupakan suatu upaya untuk memahami sudut pandang dan konteks penelitian secara mendalam (Poerwandari, 1998).


(50)

Pemilihan subjek penelitian dalam penelitian kualitatif disesuaikan dengan kekhususan dan kecocokan konteks pene litian (Poerwandari, 1998). Subjek penelitian dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam penelitian ini subjek yang dipilih adalah yang memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Subjek adalah etnis Cina yang berprofesi sebagai pedagang obat Cina, minimal 1 tahun.

2. Berkedudukan sebagai pengelola toko obat yang berada di posisi atas atau memiliki kewenangan terhadap kelangsungan toko obat dan mengelola secara langsung serta secara fisik hadir di toko obat setiap hari. Jadi dalam posisi tersebut pedagang toko obat yang dimaksud dapat saja pemilik toko obat tersebut atau orang yang diberi kepercayaan oleh pemilik toko obat untuk mengelola manajerial toko obat tersebut secara langsung.

3. Subjek berdomisili di Kotamadya Pontianak.

C. Batasan Istilah

Penelitian ini adalah penelitian mengenai etos kerja pedagang etnis Cina yang mengelola toko obat Cina di Kotamadya Pontianak. Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah etos kerja. Indikator- indikator etos kerja yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Kerja sebagai kewajiban moral yaitu cara pandang terhadap kerja sebagai bagian dari kehidupan, tujuan bekerja dan cara memaknai kerja yang tidak hanya ditujukan untuk mencari kekayaan ekonomis semata- mata tetapi


(51)

32

juga membuat hidup berguna bagi diri sendiri dan orang lain serta cara memandang hubungan kerja dengan Tuhan.

2. Disiplin kerja yaitu sikap dan tingkah laku yang penuh tanggung jawab terhadap suatu tugas dan pekerjaan serta kesadaran diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang dianggap tepat dan benar sesuai dengan peraturan baik tertulis atau tidak.

3. Perasaan bangga terhadap hasil karya yaitu perasaan harga diri yang positif yang dirasakan berkaitan dengan hal- hal positif yang dialami karena adanya penghargaan dari orang lain serta keinginan untuk mempertahankan dan berbuat sebaik-baiknya agar produk keahliannya berkualitas.

D. Metode Pengambilan Data

Penelitian ini menggunakan dua metode dalam pengambilan data, yaitu metode wawancara dan observasi.

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Poerwandari, 1998). Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan sebagai alat utama pengumpulan data. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan pedoman umum, yaitu pedoman wawancara yang mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dala m proses wawancara (Moleong, 2004). Pedoman


(52)

wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus sebagai dasar pengecekan (checklist) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman yang ada, peneliti melakukan proses wawancara dan menyesuaikan dengan konteks aktual saat wawancara berlangsung.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana etos kerja pada etnis Cina yang mengelola toko obat Cina di kotamadya Pontianak. Tema-tema yang diangkat dalam proses wawancara adalah tema yang berkaitan dengan indikator dalam etos kerja, yaitu kerja sebagai kewajiban moral, disiplin kerja yang tinggi, dan kebanggaan akan hasil karya.

Berikut ini adalah guide interview yang memuat tema pertanyaan yang akan digunakan dalam penelitian :

Tabel 1. Panduan Wawancara

No. Hal yang diungkap Acuan Pertanyaan 1. Kerja sebagai kewajiban

moral

o Pandangan tentang kerja dalam kehidupan, apakah penting atau tidak.

o Alasan dan tujuan bekerja o Perasaan terhadap kerja

o Cara pandang terhadap hubungan kerja dengan Tuhan


(53)

34

2. Disiplin kerja yang tinggi o Pelaksanaan prosedur/peraturan di toko

o Kesadaran diri dalam menaati peraturan

o Perasaan terhadap peraturan

o Kegiatan dan tanggung jawab selama jam kerja

3. Kebanggan akan hasil karya

o Perasaan terhadap hasil kerja o Tercapainya tujuan dalam bekerja o Rencana kedepan terhadap usaha o Usaha yang dilakukan selama ini

2. Observasi

Metode pendukung lain dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi. Observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan-hubungan antar aspek dalam fenomena (Banister dkk, dalam Poerwandari, 1998). Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting

yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati itu (Poerwandari, 1998). Hasil observasi dalam penelitian ini dipakai sebagai alat cross-check terhadap


(54)

hasil wawancara subjek penelitian, juga sebagai data tambahan atas informasi yang belum diungkap melalui wawancara. Observasi yang digunakan dala m penelitian ini adalah observasi non partisipan.

.

E. Analisis Data

Menurut Patton (dalam Moleong, 2004) analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis isi (content analysis). Dalam hal ini peneliti tidak memaksakan diri untuk membatasi penelitian pada upaya-upaya menerima atau menolak dugaan-dugaan, melainkan mencoba memahami situasi (make sense of situasion), sesuai dalam bagaimana situasi tersebut menampilkan diri.

Analisis data terhadap data-data wawancara dan observasi yang diperoleh akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Organisasi Data

Organisasi data merupakan langkah awal dalam pengolahan dan analisis data. Data-data yang diperoleh dari hasil wawancara diorganisasikan, secara sistematis dan selengkap mungkin. Data-data penting yang disimpan dan kemudian diorganisasikan adalah data mentah dalam bentuk catatan lapangan dan hasil rekaman wawancara yang sudah diproses menghasilkan transkip wawancara, yaitu hasil salinan wawancara dari dalam pita suara ke dalam ketikan di atas kertas (Moleong, 2004).


(55)

36

2. Pengkodean (Koding)

Koding merupakan salah satu langkah dalam proses analisis data yang dimaksudkan untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan data secara lengkap dan mendetail agar peneliti dapat menemukan makna dari kata yang dikumpulkannya. Data-data yang diperoleh akan dimasukkan ke dalam kolom-kolom lebar yang bertuliskan nomor- nomor yang mewakili variabel-variabel yang telah dicantumkan dalam buku kode, sehingga data yang diperoleh memunculkan gambaran etos kerja pedagang etnis Cina yang mengelola toko obat Cina. Langkah- langkah yang dilakukan meliputi :

a. Menyusun transkipsi verbatim (kata demi kata) atau catatan lapangannya sedemkian rupa sehingga ada dua kolom kosong yang cukup besar di sebelah transkip. Hal ini dapat mempermudah membubuhkan kode-kode atau catatan-catatan tertentu di atas transkip tersebut.

b. Selanjutnya adalah pemberian koding yaitu memberi kode untuk masing- masing jawaban yang terkait dengan indikator-indikator etos kerja. Kode yang dipilih adalah kode yang mudah diingat dan dapat mewakili masing- masing aspek. Berikut kode-kode yang digunakan:

Tabel 2. Kode Analisis Hasil Wawancara Indikator Etos Kerja Kode Kerja sebagai kewajiban moral KM

Disiplin kerja DK


(56)

3. Interpretasi

Interpretasi dilakukan setelah peneliti melakukan koding terhadap hasil wawancara. Interpretasi dilakukan dalam upaya untuk memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam. Tema-tema yang diperoleh dari proses koding dikelompokkan berdasarkan penggolongan dari ke tiga indikator etos kerja.

4. Penarikan Kesimpulan

Tahap akhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan tentang etos kerja pedagang etnis Cina yang mengelola toko obat Cina.

F. Pemeriksaan Keabsahan Data 1. Kredibilitas

Kredibilitas dalam penelitian kualitatif digunakan untuk mengganti konsep validitas. Kredibilitas dimaksudkan untuk merangkum bahasan menyangkut kualitas penelitian kualitatif. Kredibilitas penelitian kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Deskripsi mendalam yang menjelaskan kemajemukan (kompleksitas) aspek-aspek yang terkait dan interaksi dari berbagai aspek menjadi salah satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif (Poerwandari, 1998).


(57)

38

Strangle dan Sarantakos (dalam Poerwandari, 1998) menyatakan bahwa dalam pnenelitian kualitatif, validitas dicoba dicapai tidak melalui manipulasi variabel, melainkan melalui orientasinya, dan upayanya mendalami dunia empiris, dengan menggunakan metode yang paling cocok untuk pengambilan dan analisis data. Konsep yang dipakai adalah validitas kumulatif, validitas komunikatif, validitas argumentatif, validitas ekologis.

2. Depende bility

Dependability menggantikan istilah reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Melalui konstrak dependability peneliti memperhitungkan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi menyangkut fenomena yang diteliti, juga perubahan dalam desain sebagai hasil dari pemahaman yang lebih mendalam tentang setting yang diteliti. Peneliti perlu menyadari kompleksitas konteks yang dihadapinya dengan menggunakan strategi desain penelitian yang luwes. Oleh karena itu, peneliti perlu mengkonsentrasikan diri pada pencatatan rinci fenomena yang diteliti, termasuk interrelasi aspek-aspek yang berkaitan.

Pencatatan yang lengkap dan rinci memungkinkan orang lain untuk mempelajari dengan seksama prosedur, protokol, dan keputusan yang diambilnya. Marshall dan Rosman (1995, dalam Poerwandari, 1998) mengungkapkan bahwa dengan data mentah yang terkumpul lengkap dan diorganisasikan dengan baik, peneliti memungkinkan pihak lain untuk


(58)

mempelajari data, mengajukan pertanyaan kritis bila perlu, bahkan melakukan analisis kembali.

3. TriangulasiData

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2004). Terdapat empat teknik triangulasi yaitu sumber, metode, penyidik, dan teori (Denzin, 1978; dalam Moleong, 2004).

Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi metode dan sumber. Pada triangulsi metode, peneliti membandingkan antara hasil wawancara dan observasi. Sedangkan pada triangulasi sumber, peneliti membandingkan hasil wawancara dengan berbagai perspektif dan pendapat orang lain yang berada di sekitar informan.


(59)

BAB IV

PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melakukan beberapa persiapan sebelum memulai untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Sebelum dapat menentukan subjek yang akan dimintai bantuannya, maka peneliti mencari informasi dahulu mengenai calon-calon yang memungkinkan untuk menjadi subjek penelitian kepada orang-orang yang memiliki informasi yang relevan. Selanjutnya setelah menentukan subjek penelitian, peneliti berusaha menjalin kedekatan dengan subjek penelitian atau rapport. Pada proses rapport, peneliti menemukan bahwa salah satu subjek meskipun berkedudukan sebagai pemilik toko obat, akan tetapi tidak terlibat dalam pengelolaan toko obat, oleh sebab itu peneliti tidak mengikutsertakannya dalam proses penelitian dan mencoba mencari subjek lainnya yang sesuai dengan kriteria seperti yang telah ditentukan sebelumnya. Rapport yang dilakukan peneliti adalah dengan berkunjung ke toko subjek selama beberapa kali dan mencoba mendekatkan diri dengan para subjek sebelum dilaksanakannya penelitian.

Selain melakukan rapport, peneliti juga menyiapkan perlengkapan wawancara antara lain recorder, alat-alat tulis dan buku catatan untuk membuat catatan yang dibutuhkan sebagai data pelengkap selama proses wawancara.


(60)

Setelah tahap persiapan, peneliti kemudian melakukan proses penelitian. Selama proses pegambilan data, peneliti sengaja menggunakan bahasa Tio Ciu dalam proses wawancara maupun ketika berkomunikasi dengan para subjek penelitian. Hal ini dimaksudkan agar mampu menciptakan suasana yang familiar bagi subjek sehingga ia merasa nyaman selama wawancara karena bahasa Tio Ciu merupakan bahasa pergaulan yang dipakai oleh para subjek penelitian sehari- hari.

Tabel 3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

Subjek Tempat Tanggal Waktu

1

Toko obat sekaligus rumah subjek

17 Juli 2007 18 Juli 2007 18 juli 2007 19 Juli 2007

09.30 – 18.00 12.00 – 14.00 16.30 – 19.00 19.00 – 21.00 2

Toko obat sekaligus rumah subjek

20 Juli 2007 20 Juli 2007 21 Juli 2007 22 Juli 2007

08.45 – 16.30 19.00 – 21.00 08.30 – 13.00 10.00 – 12.00 3

Toko obat Rumah subjek

27 Juli 2007 28 Juli 2007 29 juli 2007

09.00 – 21.00 19.00 – 21.00 14.00 – 17.00

Tabel 4. Data Demografis Subjek Penelitian

Keterangan Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3

Nama Huang Kiang Lun

Usia 29 tahun 45 tahun 52 tahun

Agama Kong Hu Cu Kong Hu Cu Kong Hu Cu

Pendidikan SMA SD SMA

Lama bekerja di toko obat 8 tahun 22 tahun 20 tahun Posisi di toko obat Pemilik sekaligus

pengelola

Pemilik sekaligus

pengelola Pengelola Sumber penghasilan

sebagai pedagang obat cina Penghasilan utama Penghasilan utama

Penghasilan utama

Status pernikahan Menikah Menikah Menikah

Pekerjaan pasangan Pedagang obat Cina

Pedagang obat Cina

Ibu rumah tangga


(61)

42

B. Hasil Penelitian Subjek 1 – Huang 1. Gambaran Umum Subjek 1 – Huang

Subjek adalah pedagang obat Cina yang telah menekuni bisnis obat Cina kurang lebih selama 8 tahun. Ia pertama kali terjun ke bisnis obat Cina sejak menikah dengan suaminya. Setelah menikah, ia dan suaminya diberikan sebuah toko obat Cina oleh mertuanya yang juga berprofesi sebagai pedagang obat Cina. Bersama dengan suaminya ia diminta untuk mengurusi toko obat yang merupakan cabang dari toko obat Cina mertuanya. Mereka diberi wewenang untuk mengelola segala hal yang berhubungan dengan toko obat tersebut, akan tetapi kepemilikan toko obat tersebut masih atas nama mertuanya sehingga keuangan toko obat tersebut masih dipegang oleh mertuanya. Mereka juga harus melaporkan perkembangan toko obat tersebut kepada mertuanya. Setelah kurang lebih 5 tahun, mertuanya memberikan toko obat Cina yang selama ini mereka kelola untuk secara penuh menjadi hak milik mereka, mertuanya juga menarik diri dan tidak lagi terlibat dalam pengelolaan toko obat tersebut.

Usaha toko obat Cina ini sejak awal menikah hingga sekarang memang menjadi penghasilan utama dalam keluarga subjek. Sebelum bekerja sebagai pedagang obat Cina, subjek pernah bekerja di apotek setelah ia lulus SMA dan sebelum menikah. Oleh karena itu, subjek tidak kesulitan ketika awalnya diminta untuk mengelola toko obat karena ia sudah terbiasa dengan obat-obatan, terutama obat-obat dari Indonesia, ia


(62)

hanya sedikit bingung dengan obat-obatan Cina yang tidak pernah ia kenal sebelumnya.

Meskipun menjadi pedagang obat Cina, subjek juga masih terlibat penuh dalam mengurusi anak-anaknya. Dari pernikahannya dengan suaminya, subjek dikarunia 3 orang anak. Kedua anak subjek masih duduk di bangku SD, sedangkan anak bungsunya masih belum bersekolah. Setiap harinya subjek memulai aktivitasnya dari pagi hari sebagai ibu rumah tangga yaitu belanja, masak dan mengurusi anak-anaknya sekolah. Setelah itu sekitar pukul 08.00 ia akan beralih kepada profesinaya sebagai pedagang yaitu mengurusi bon dan menjaga tokonya hingga tengah hari. Sekitar pukul 18.00-19.00 ia akan beristirahat sejenak di atas, setelah itu ia akan kembali memulai aktivitasnya hingga toko obatnya tutup. Setiap hari minggu, toko obat subjek hanya buka pada pagi hari sampai pukul 12.00, kemudian buka lagi pada sore hari pukul 18.00 – tutup sekitar pukul 21.00. Waktu libur beberapa jam selama hari minggu tersebut biasa digunakan subjek untuk mengajak anak-anaknya berjalan-jalan atau sekedar mengunjungi orang tua dan keluarganya.

Dalam pengelolaan toko obat, subjek lebih banyak mendominasi dalam kepemimpinan di toko obat yang dikelola ia dan suaminya. Hal tersebut juga dikarenakan suaminya juga tidak begitu tertarik untuk memimpin toko obat tersebut. Wewenang dan tanggung jawab subjek menyangkut semua hal yang berhubungan dengan aktivitas toko obatnya, termasuk manajerial dan keuanga n toko, yaitu melayani pembeli,


(63)

44

menangani pembayaran, sampai memesan barang dan menentukan harga jual. Karena itu subjek memiliki wewenang yang sangat besar di toko obat yang menjadi milik ia dan suaminya.

2. Analisis Data Subjek 1 – Huang a. Kerja Sebagai kewajiban Moral

Berdasarkan hasil penelitian, Huang memandang kerja sebagai sesuatu yang penting, karena itu menurutnya manusia wajib untuk bekerja. Ia juga beranggapan bahwa orang akan menjadi lebih berguna bila bekerja, menurutnya kerja berguna untuk diri sendiri dan orang lain. Ia bekerja mencari uang yang berguna untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan membantu orang tuanya. Hal yang mendorong Huang untuk bekerja keras adalah keinginan untuk memberikan kehidupan yang lebih baik kepada keluarga, yaitu orang tua dan adik-adiknya. Selama ini Huang membantu perekonomian orang tuanya, seperti membantu membeli rumah dan mobil serta membiayai sekolah adik-adiknya. Bagi Huang keluarga sangatlah penting, karena itu ia mengutamakan agar orang tua dan adik-adiknya berkecukupan terlebih dahulu, setelah itu baru ia memikirkan anak-anaknya. Menurut Huang anak-anaknya masih kecil karena itu kebutuhan mereka juga masih belum terlalu banyak. Hal itu terlihat dari ungkapan Huang:

“Ya itulah, pertama tuh aku buat pihak ibuku sana baik dulu, buat sampai perhatikan mereka sampai cukup dulu..”

85)

“Eh..iya...seperti sekarang, dulu adikku mau sekolah mau apa, ada lah bantu sedikit-sedikitlah, seperti ibuku beli rumah


(64)

segala ada lah kita bantu, beli mobil segala, soalnya kita cari duit gimana ya bilangnya, kita cari duit kita ada uang, kalau orang tua kita berkesusahan di sana, kita kan gak bisa juga, iya kan.”

Selain itu Huang juga berkeinginan untuk membeli sebuah rumah sebagai tempat usahanya. Selama ini untuk tempat usahanya Huang masih harus menyewa, karena itu Huang merasa bahwa ia masih perlu untuk bekerja keras.

Selain faktor materi dan membantu orang lain, bagi Huang kerja juga bertujuan untuk dirinya sendiri, kerja merupakan wujud eksistensi Huang agar ia tidak diremehkan oleh orang lain. Selain itu juga ada kepuasan pribadi yang Huang dapatkan dari bekerja yaitu perasaan positif berupa perasaan senang dan bahagia yang ia rasakan ketika bekerja, yang membuatnya tidak terpaksa dalam bekerja.

10)

“Ya pekerjaan ya bisa buat kita senang, tidak terpaksa kerja, lalu tuh bahagia, pokoknya kita senanglah kerjanya.”

Bagi Huang, relasi sosialnya juga terjalin saat bekerja. Ketika menjaga toko Huang bisa bertemu banyak orang dan berkomunikasi dengan mereka, hanya sekedar ngobrol dan berkonsultasi mengenai obat dengan para pelanggan toko ataupun bercanda dengan para karyawan mampu menciptakan suasana yang nyaman dan santai sehingga waktu terasa cepat berlalu ketika bekerja. Hal ini membuat Huang merasa seperti katak dalam tempurung bila tidak bekerja. Hal itu terlihat dari ungkapan Huang :


(65)

46

61)

Kalau buka toko kan bisa ketemu banyak orang, dengar orang cerita ini cerita itu gitu, biasa orang beli barang kan cerita, gosiplah…itu kan buat kita ngerasa baik juga, gimana ya bilangnya, pokoknya kita jualan barang kan kita biasa sama orang ngobrol, ngelakuin ini ngelakuin itu.”

Huang menyukai pekerjaannya sekarang, meskipun suatu saat dalam segi materi semuanya telah terpenuhi, Huang memilih akan tetap bekerja, bukan betujuan untuk mengumpulkan materi lagi tetapi untuk mencapai kepuasaan pribadi. Hal itu terlihat dari ungkapan Huang :

12)

“Ya, kalau kerja yang kusuka, aku pasti kerja terus, mungkin bukan untuk materi lagi lah, tapi untuk kepuasaanlah…”

Huang merasa bahagia dengan pekerjaannya sekarang, menurut Huang kerja bukanlah beban tetapi juga bersenang-senang. Huang menikmati kerja yang ia jalani sekarang karena selain bisa menghasilkan uang, ia juga menyukai suasana kerja yang ada. Baginya kerja yang dijalaninya sekarang bukanlah rutinitas yang membosankan, kegiatan sehari-hari selama bekerja dan orang-orang yang ditemuinya setiap hari membuat suasana kerja terasa menyenangkan untuknya.

25)

“Ya menikmatilah, soalnya bisa dapat uang terus ya orang mandang kita berada juga, trus suasana kerja pun enak gitu, lalu kayak apa karyawan-karyawan apa semua gitu kan santai, gak kayak kayak kerja kantor kan ketat atau gimana, suasana kerja tuh enak, mendukung suasana..”


(66)

Huang sudah terbiasa bekerja dan menyukai pekerjaanya, ia merasa ada yang kurang bila harus meninggalkan rutinitas kerja dalam waktu lama, sehari saja tidak melakukan aktivitas kerja akan terasa membosankan untuknya. Bila diberi waktu beberapa hari untuk berlibur ia mungkin dapat bersantai, tetapi ia akan merasa susah dan tidak tahan bila harus meninggalkan kerjaan dalam waktu lama.

21)

“Kalau cuma satu dua hari sih menikmati juga, santai hehe (sambil tertawa kecil), tapi kalau untuk waku lama satu bulan gitu kayaknya gak tahan, soalnya udah biasa kerja begini kan, jadi pasti ada yang gak cukuplah, maksudnya pasti ada yang kuranglah.”

Huang memandang ada hubungan antara kerja dan Tuhan, ia merasa kerja adalah takdir yang sudah ditentukan, karena sebelumnya tidak pernah terpikirkan olehnya untuk menjalani pekerjaannya sekarang. Baginya kerja adalah anugerah Tuhan karena ia bisa memperoleh uang sekaligus kebahagiaan dalam kerja. Hal ini terungkap dari ungkapan Huang :

31)

“Ya, iyalah bisa begitu, memberi pekerjaan yang membuat bahagia, trus mendapat duit lagi, wah..benar-benar anugerah.”

b. Disiplin Kerja

Huang menunjukkan sikap yang penuh tanggung jawab terhadap pekerjaannya. Dalam sehari- hari waktu kerjanya Huang tidak meninggalkan pekerjaan, ia selalu menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu sebelum melakukan aktivitas lain. Huang juga bukan


(1)

mengangkat telepon genggamnya dan mulai berbicara. Dari arah pintu depan tampak seorang laki- laki masuk dan menyapa para karyawan toko, ia duduk di kursi panjang dan kemudian berbincang dengan para karyawan tersebut. Setelah subjek selesai menelpon, laki- laki tersebut kemudian berbincang dengan subjek. Hingga waktunya toko tutup, hanya tampak 2 pembeli yang datang setelah itu peneliti berpamitan kepada subjek dan karyawan yang lain.

c. Observasi tanggal 29 Juli 2007, pukul 14.00 – 17.00

Subjek tiba di rumah peneliti sekitar pukul 14.00, dari luar pagar subjek bisa melihat 3 buah piringan besi berukuran besar sedang dijemur di halaman. Satu piringan tampak berisi butiran-butiran sebesar biji kacang berwarna coklat. Dua piringan yang lebih besar berisi bulatan-bulatan hitam yang ukurannnya lebih besar dari piringan sebelumnya. Dari balik pintu subjek muncul dan tersenyum pada peneliti, ia kemudian mempersilahkan peneliti masuk dan menjelaskan bahwa piringan-piringan tersebut adalah yok ie atau biasa disebut majun. Obat-obat tersebut dibuat oleh subjek dan terbuat dari ramuan-ramuan Cina, isi masing- masing bahan yok ie tersebut berbeda tergantung penyakit yang ingin diobati. Ketika masuk terlihat bahwa subjek dan istrinya baru saja selesai makan siang. Peneliti menyapa istri subjek dan disambut ramah oleh istri subjek, ia kemudian bertanya apakah peneliti sudah makan dan menawarkan makan pada peneliti,


(2)

peneliti kemudian menjawab bahwa peneliti baru saja makan dan mengucapkan terima kasih atas tawaran istri subjek tersebut. Istri subjek menjelaskan bahwa di rumah hanya ada ia dan suaminya, sedangkan anak-anaknya semua berada di luar kota. Subjek kemudian mengajak peneliti ke dapur dan menunjukkan pada peneliti alat-alat yang biasa dia gunakan untuk membuat yok ie. Ia juga menjelaskan bahwa ia biasa membuatnya pada malam hari sesudah pulang dari toko obat atau pada siang hari di hari minggu seperti ini. Biasanya setelah selesai dibuat, istri subjeklah yang membantunya untuk membulatkan dan menjemurnya bila subjek berada di toko obat. Proses pengeringan yok ie sangat tergantung pada sinar matahari dan di musim hujan seperti ini biasa memakan waktu berhari- hari sampai benar-benar kering. Sambil subjek menjelaskan, tampak istri subjek sedang mengeluarkan cucian dari mesin cuci. Subjek kemudian mempersilahkan peneliti untuk duduk di sofa di ruang tamu yang di depannya terdapat sebuah televisi berukuran 20 inch. Setelah itu subjek duduk di samping peneliti dan mempersilahkan peneliti untuk mewawancarainya. Sebelumnya subjek menjelaskan bahwa pembicaraan dengan subjek akan direkam dan subjek tidak keberatan sama sekali. Saat proses wawancara istri subjek tampak berada di luar dan sedang menjemur pakaian-pakaian yang tadi dikeluarkannya dari mesin cuci. Sela ma proses wawancara subjek tampak tenang sambil terkadang berhenti sesaat untuk berpikir menjawab pertanyaan peneliti.


(3)

Setelah selesai mewancarai subjek, peneliti berbincang dengan subjek dan istrinya sebelumnya akhirnya berpamitan untuk pulang.

2. Transkip Wawancara Subjek 3-Lun

Semua data lengkap hasil wawancara dapat anda akses dengan menghubungi penulis di email juli3_l1u@yahoo.com

No Verbatim Refleksi Koding

1 • Menurut Anda sebagai orang hidup kan, sebagai manusia menurut Anda, kita..kita harus tidak, wajib bekerja tidak?

Haruslah

Sebagai manusia wajib untuk bekerja

KM

2 • Kenapa…eh jadi menurut Anda kerja tuh penting atau tidak?

Penting..tetap pentinglah tak kan ada kerja yang tidak penting, kalau gak kerja itu mau bagaimana cari nafkah dan lainnya, betul tidak, tetap penting pekerjaan ginilah lah

Bekerja penting untuk mencari nafkah dan lainnya

KM

3 • Jadi tujuan Anda bekerja itu untuk apa? Tujuan bekerja itu apa menurut Anda?

Tujuan bekerja tuh untuk itu mencari nafkah yang pertama, yang kedua kita bekerja seperti kita di toko obat kan kita kan bisa ada pahala juga, kita menolong orang kan ada pahala, nanti generasi kita, keturunan kita kan mungkin bisa lebih baik juga kalau kalau kita punya pahala itu sih, seperti itu

Tujuan bekerja : mencari nafkah, Menolong orang lain dan mandapat pahala yang bisa berguna untuk keturunannya

KM

4 • Trus eh Anda itu Anda sekarang senang tidak dengan pekerjaan Anda sekarang?

Ya tetap..sampai kita sudah turun bekerja ya tetap senang lah, mana ada bilang yang tidak senang lah, itu tetap senang lah, tidak senang sih bagaimana bisa teruskan lah, itu tetap senanglah

Senang dengan pekerjaannya. Bila sudah bekerja tentu saja sudah senang dengan kerja


(4)

5 • Trus kalau misalnya..jadi sebenarnya Anda bekerja sih bukan cuma cari uang kan?

Eh..

Bekerja bukan hanya untuk mencari uang

KM

6 • Anda ada merasakan ada suatu kepuasan tertentu tidak dengan bekerja?

Ya kalau bekerja yang pertama memang kita kan memang mau cari uang, yang kedua mungkin kita kalau bisa menolong orang, kita sampai menolong orang kan, kita kan merasa ya puas juga seperti itu, ada suatu itu..suatu pahala kan baik, itu tentu senang donk.

Bekerja untuk mencari uang dan menolong orang lain

Merasakan kepuasaan dan senang bisa menolong orang lain

KM

KH

7 • Kalau bekerja tuh sebenarnya Anda untuk siapa?

Bekerja kita kan…cari uang kan untuk keluarga kita sebagainya lah, memangnya untuk kepentingan diri sendiri kan gak mungkin

Bekerja mencari uang untuk keluarga

KM

8 • Trus ada merasakan bosan tidak dengan pekerjaan begitu?

Mana kerja bisa bosan lah

Kenapa..bagaimana tidak bosan? Tetap donk, kamu kalau tidak mau makan ya bisa bosan, kalau masih mau makan kamu tidak akan bosanlah

Bekerja tidak membosankan

KM

9 • Trus apa ya, eh kalau Anda sekarang bahagia tidak dengan ini mu, kerja Anda sekarang, kerjaanmu begitu? Merasa bahagia gak? Dengan bekerja apakah Anda merasa bahagia?

Bahagia, tentunya bahagialah, tak mungkin tidak bahagia gitulah

Merasa bahagia dengan bekerja

KM

10 • Trus kalau misalnya Anda sekarang tidak sedang bekerja ya, ada terasa perasaan gimana tidak? kalau misalnya tidak sedang melakukan pekerjaan, sedang tidak bekerja, Anda merasa ada perasaan gimana tidak, merasakan apa tidak?

Maksudnya ngangur atau bagaimana? 11 • Bisa nganggur, pokoknya sedang


(5)

tidak bekerjalah, sedang tidak ada kerjaan lah

Istri : Sedang libur atau gimana kurasa, atau tidak ada kegiatan atau gimana, misalkan toko kita tutup atau gimana, ada keperluan sehari dua hari begitu, atau selanjutnya

12 • Ah seperti itu..

Kita tidak bekerja biasanya kan kita tidak ada pemasukan, itu tentu saja harus bekerjalah, kita setiap hari tuh kalau usahakan kita kalau bisa setiap hari tuh harus kerja, benar tidak, tidak kan tidak ada pemasukan.

Bila tidak bekerja tidak ada pemasukan

KM

13 • Trus kalau misalnya sekarang Anda memiliki banyak uang ya, Anda tetap mau bekerja tidak? Kalau Anda sekarang dibilang sudah memiliki banyak uang, Anda kan bilang Anda mencari nafkah untuk keluarga Anda, kalau sekarang misalnya keluarga Anda semuan sudah mampu, maksudnya sudah tidak butuh bantuan Anda …

Kalau itu misalnya kalau masih bisa kerja harus tetap kerja, teruskan benar tidak lah, kecuali kita sekarang sudah tidak bisa kerja, sudah tidak memungkinkan, umpama kita tidak sehat kita kan mungkin berhenti bekerja, selagi sehat kan harus kerja

Meskipun kaya tetap harus bekerja selama masih sehat, kecuali sakit atau sudah tidak memungkinkan lagi

KM

14 • Kenapa Anda merasa kalau maksudnya..kenapa menurut Anda selama kita mampu kenapa kita harus bekerja? Harus bekerja?

Iya lah bekerja kita disitu kan seperti ada itu juga pikiran kita kan bisa jalan tidak stress benar tidak, lalu kerja ditoko kan kita kan seperti ada olahraga, ada gerak, seperti kamu selalu duduk di rumah kan tidak ada gerak.

Bekerja berguna untuk aktivitas otak (pikiran jalan, tidak stress) dan tubuh (seperti olahraga karena ada kegiatan menggerakkan badan)

KM

15 • Menurut Anda ada hubungan gak antara kerja dan Tuhan?

Kerja sama Tuhan ya ada hubunganlah.

Ada hubungan antara kerja dan Tuhan


(6)

16 • Hubungan seperti apa?

Kita kan kerja kan kerja juga Tuhan kan harus itu juga harus ibadah, kepercayaan, seperti halnya kita Tuhan tetap harus juga lah, benar tidak

Kerja seperti ibadah, harus dijaga

KM

17 • Pengaruhnya seperti apa? Kenapa kita harus ibadah?

Iyalah kita ada itu kan Tuhan kan akan lindung kita, mungkin kita…apa ya memberi perlindungan kita, kesehatan, memberi mungkin itu sesuatu yang baik, kan tetap harus percaya lah hal seperti ini

Percaya akan mendapat anugerah dari Tuhan (perlindungan,

kesehatan, sesuatu yang baik)

KM

18 • Sangkutannya dengan pekerjaan? Iya kalau Dia gak beri kesehatan kita kan kalau sakit kan tidak bisa pergi bekerja

Sangkutan Tuhan dan pekerjaan : Kesehatan adalah pemberian Tuhan, bila sakit tidak bisa bekerja

KM

19 • Jadi menurut Anda apa yang Anda sekarang bisa lakukan sekarang karena Tuhan, Tuhan yang memberi Anda juga?

Iya

Merasa apa yang ada padanya adalah pemberian Tuhan

KM

20 • Anda..eh Anda pernah seperti itu juga tidak, pernah merasa tertekan dengan pekerjaan Anda begitu? Pekerjaan sih kadang-kadang sih liat situasi, kadang-kadang juga bisa tertekan, kadang-kadang kan..kalau lagi itu pun kalau..kadang-kadang kita kan sama orang lain kan kadang-kadang bisa itu, ada tetap bisa tertekan atau bagaimana, kadang-kadang kan mengerjakan sesuatu yang terlalu berat kan kan tidak tetap selalu mulus kan, kadang-kadang tetap bisa emosi tertekan juga hal seperti ini

Kadang-kadang merasa tertekan dengan pekerjaan (bila mengerjakan sesuatu yang terlalu berat)