PERANAN WALI KALAYAN DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KEPRIBADIAN ANAK DI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH NU BLOTONGAN SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

  

PERANAN WALI KALAYAN

DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KEPRIBADIAN ANAK DI PANTI ASUHAN DARUL

HADLANAH NU BLOTONGAN SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

  

OLEH

KHUZAIMAH NIM: 11111131

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN) SALATIGA

  

2015

  MOTTO

ِساَّنلِل ْمُهُعَفْنَأ ِساَّنلا ُشْيَخ

  

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat

untuk orang lain.

  PERSEMBAHAN

  Atas rahmat dan ridho Allah SWT, kupersembahkan sebuah karya sederhana ini untuk orang yang penulis sayangi.

  1. Bapakku Sudir dan Ibuku Salamah yang selalu memberikan do‟a, kasih sayang, semangat kepada penulis, hormat dan baktiku kan selalu tertuju untukmu.

  2. Adik-adikku, M. Nasikin dan Sabilir Rosad terimakasih atas do‟a kalian, rajinlah dalam belajar dan raihlah cita-citamu dengan semangat.

  3. Seluruh keluargaku yang selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk penulis.

  4. Bapak dan mbah yai Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan yang selalu membimbing serta memberikan ilmu dan nasihatnya sehingga mampu memberikan keteduhan dan kedamaian ketika penulis belajar ngaji dan hidup mandiri. Semoga Allah memanjangkan usia yang senantiasa dalam kesehatan dan ketaqwaan.

  5. Bapak M. Gufron, M. Ag selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan teliti membimbing dan mengarahkan penulis, terimakasih telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga ilmu yang Bapak berikan selalu bermanfaat.

  6. Teman satu kamarku Ni‟mah Khoiriyah, Nidaul Khusna, dan Titik Isniatus Sholihah yang selalu memberikan arti sebuh senyuman, kehangatan dan kebersamaan.

  7. Keluarga besar Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan terkhusus santri putri, Rina, Nilta, Risa, Ijah, Isna, Isti, Retna, Erni, Nuril, Nela, Fatim, Win, Roisa, Ema dan Ella, terimakasih untuk sepenggal cerita, tawa, dan canda di pondok.

  8. Adik-adik panti asuhan dan keluarga besar panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan yang telah membantu lancarnya penelitian.

  9. Sahabat-sahabat ku keluarga besar PMII, HMJ Tarbiyah, DEMA Institut yang telah memberikan wawasan dan belajar berorganisasi dengan loyalitas.

  10. Teman-teman angkatan 2011 terkhusus PAI D yang telah berjuang dan belajar bersama di IAIN Salatiga.

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum Wr. Wb

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikna skripsi ini yang berjudul Peranan Wali Kalayan dalam Menumbuhkan Perkembangan Kepribadian Anak di Panti Asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menerangi dunia dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang dengan kesempurnaan agama islam.

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan semua pihak yang terkait. Pada kesempatan ini, penulis mengucapka terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Rukhayati, M. Ag Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.

  4. Bapak M. Gufron, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, memberikan nasihat, arahan, serta masukan-masukan yang sangat membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.

  5. Seluruh dosen dan petugas admin Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian berlangsung.

  6. Ibu Muizzatul Azizah pengasuh panti asuhan Darul Hadlanah yang telah memberikan izin penelitian dan memberikan informasi bagi penulis.

  7. Bapak Sudir dan Ibu Salamah tercinta yang telah mencurahkan pengorbanan, kasih sayang dan do‟a restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.

  8. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para Pembaca dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamualaikum Wr. Wb

  Salatiga, 12 Agustus 2015 Penulis

  

ABSTRAK

Khuzaimah, 2015.

  “ Peranan Wali Kalayan dalam Menumbuhkan Perkembangan Kepribadian Anak di Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan .

  Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: M. Gufron, M.Ag.

  Kata Kunci: Peranan Wali Kalayan dan Perkembangan Kepribadian.

  Panti asuhan adalah sebuah lembaga sosial yang mewadahi anak-anak yang terlantar, anak-anak yatim, anak-anak yatim piatu, dan anak-anak dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi. Dengan adanya panti asuhan diharapkan anak-anak tetap mendapatkan perlindungan, penghidupan, pengawasan, dan pendidikan. Di panti asuhan ada seorang pengasuh atau wali kalayan yang akan memenuhi semua kebutuhan anak asuhnya, mulai dari mendidik, membimbing, mengasuh dan membentuk kepribadian yang baik. Berdasarkan latar belakang di atas, kemudian peneliti merumuskan ke dalam dua pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana peranan wali kalayan dalam menumbuhkan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah Blotongan?, 2. Bagaimana perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah Blotongan?.

  Sehubungan dengan pertanyaan di atas peniliti menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah observasi,wawancara dan dokumentasi. Wawancara peneliti lakukan kepada pengasuh sekaligus wali kalayan di panti asuhan Darul Hadlanah dan kepada anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Blotongan.

  Hasil penelitian menunjukkan: 1. Peranan wali kalayan sangat penting dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah Blotongan, 2. Perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah meningkat. Hal ini dapat di lihat pada anak sebelum masuk panti asuhan dan setelah masuk panti asuhan

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL......................................................................................... i HALAMAN BERLOGO.................................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

  …............................................. iii HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ................................................... iv HALAMAN DEKLARASI…….…………………………………….……….. v HALAMAN MOTTO ........................................................................................ vi HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................

  …….. vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii ABSTRAK ...........................................................................................

  …….. ix DAFTAR ISI ........................................................................................ ……... x DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... …….. xi

  DAFTAR GAMBAR……………………..………………………… ……… xi

  BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Fokus Penelitian ..................................................... .….. . 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................... 5 D. Kegunaan Penelitian ............................................................... 6 E. Penegasan Istilah ................................................................. 7 F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................ 9

  2. Kehadiran Peneliti............................................................ 9 3.

  Lokasi Penelitian ……………………………………… 10 4. Sumber Data .................................................................. 10 5. Prosedur Pengumpulan data ......................... ………… 11 6. Analisis Data…………………………………………. 12 7. Pengecekan Keaslian Data…………………………… 13 8. Tahap-tahap Penelitian……………………………….. 13 G. Sistematika Penulisan ........................................................ 14

  BAB II LANDASAN TEORI A. Peranan Wali Kalayan ...................................................... 16 B. Perkembangan Kepribadian Anak 1. Pengertian Kepribadian………………..…………… 18 2. Pengertian Anak……………………..……………... 33 C. Tahap Perkembangan Kepribadian anak…………...…... 35 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gmbaran Umum PA. Darul Hadlanah 1. Sejarah Berdiri ......................................

  .…………. 37

  2. Letak Geografis ...................................................... 38 3.

  Maksud dan Tujuan PA………………………….. 38

  4. Visi dan Misi PA. Darul Hadlanah ........................ 39

  5. Struktur Pengurus PA. Darul Hadlanah ................... 39 6.

  Sumber Dana PA…………….……. ……………. 40 7. Data Santri ..........................................

  ………..……41

  8. Jadwal Santri ........................................................ 45

  9. Sarana Dan Prasarana ............................................ 50 10.

  Tata Tertib……………………………………….. 51 11. Wali Kalayan PA. Darul Hadlanah……………… 52 B. Temuan Penelitian ........................................................... 52

  BAB IV PEMBAHASAN A. Peranan Wali Kalayan dalam Menumbuhkan Kepribadian Anak di Panti Asuhan Darul Hadlanah ............................................ 59 B. Perkembangan Kepribadian anak di Panti Asuhan Darul Hadlanah …73 BAB V PENUTUP A.

  Kesimpulan ...................................................................... 77 B. Saran ................................................................................. 78

  DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar Pustaka 2. Riwayat hidup penulis 3.

  Nota pembimbing skripsi 4. Surat permohonan izin melakukan penelitian 5. Surat keterangan melakukan penelitian 6. Deskripsi wawancara 7. Lembar konsultasi 8. Surat izin Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah 9. Anggaran Dasar 10.

  Foto/ gambar panti asuhan 11. Surat Keterangan Kegiatan

  DAFTAR GAMBAR 1. Kegiatan Mengaji Al-Qur‟an 2. Mengaji Sore 3. Kamar Santri 4. Mushola 5. Panti Asuhan Putra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah aset yang paling berharga bagi orang tua dan negara. Bagi orang tua anak adalah mutiara yang akan memberikan cahaya dan

  semangat untuk hidup. Dengan adanya anak, orang tua akan lebih giat bekerja, lebih bahagia dan punya tujuan untuk hidup. Apapun akan dilakukan oleh orang tua demi anaknya, orang tua tak ingin melihat anaknya bersedih, orang tua rela menderita demi anaknya. Sedangkan bagi negara, anak adalah generasi masa depan untuk kemajuan negaranya. Maju atau tidaknya suatu negara tergantung generasi negara tersebut.

  Baik atau tidaknya anak tergantung pendidikan dan pola asuhnya orang tua. Bila orang tua memberikan pendidikan dan pola asuh yang baik maka anak akan menjadi baik dan berkualitas. Pola asuh yang baik meliputi: kasih sayang anak terpenuhi, perhatian orang tua selalu dilimpahkan, selalu memberikan kata-kata motivasi, dan orang tua selalu ada saat anak membutuhkan. Sedangkan pendidikan yang baik meliputi: pendidikan yang berkualitas, sesuai dengan keinginan anak, dan mengikuti perkembangan zaman. Jadi, anak dengan situasi seperti itu akan menjadi anak yang baik dan berkualitas. Sebagaimana dalam hadits di bawah, bahwa orang tuanyalah yang membentuk anaknya menjadi seperti apa.

  و َا ِوِناَدِّىَهُي ُهاَىَبَأَف ِةَش

ِوِناَسِّجَمُي ْوَأ ِوِنأَشِّصَنُي ْطِفْلا ىَلَع ُذَلْىُي َّلاِإ ٍدْىُلْىَم ْنِم اَم

)يساخبلا هاوس(

  “Setiap bayi tidaklah dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (H.R. Bukhari). Dengan melihat hadits di atas, orang tua sangat berperan penting dalam pembentukan kepribadian anak dan penting untuk memberikan pendidikan yang baik ( kitab Muhtarul Ahadits Nabawiyah. Bab Mim. Hal: 134).

  Di sisi lain, tidak jarang pula ditemukan anak yang bertingkah laku salah dan melanggar aturan. Hal itu, disebabkan pula oleh pengasuhan orang tua yang salah atau bahkan tidak mendapat pengasuhan dari orang tuanya ( anak terlantar). Padahal dalam Al-

  Qur‟an surat An-nisa‟ ayat 9 Allah tidak membolehkan orang tua untuk tidak meninggalkan anak- anaknya, tetapi berilah ia perlindungan dan pendidikan, surat itu yang berbunyi:

  

َ َّاللَّ اْىُقَّتَيْلَف ْمِهْيَلَع اْىُفاَخ اًفَعِض ًتَيِّسُر ْمِهِفْلَخ ْنِم اْىُكَشَتْىَل َنْيِزَّلا َشْخَيْل َو

اًذْيِذَس ًلاْىَق اْىُلاْىُقَيْلَو

  "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah (fisik-material, dan mental-spiritual), yang mereka khawatirkan terhadap mereka. Oleh karena itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan (didikan) yang benar” (membuka al- Qur‟an). (QS. An-Nisa: 9).

  Adanya anak terlantar karena adanya beberapa faktor, antara lain: kelahiran karena hamil di luar nikah, faktor ekonomi, orang tua sibuk bekerja, orang tua broken home, dan masalah-masalah lain. Anak yang tidak tahu apa-apa jadi korban perbuatan orang tuanya, anak jadi menderita dan kurang kasih sayang. Kalau hal ini dibiarkan terus, maka akibatnya adalah menurunnya kualitas generasi bangsa, yang akan membawa pada kemunduran.

  Melihat kondisi seperti di atas, maka muncullah lembaga-lembaga yang menampung anak yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua. Lembaga tersebut seperti panti asuhan. Panti asuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu, dan sebagainya. Yang dimaksud “sebagainya” di sini adalah anak terlantar, anak dari orang tua broken

  

home , atau anak gelandangan. Adanya lembaga panti asuhan dan

  semacamnya setidaknya dapat membantu anak untuk tetap mendapatkan haknya sebagai anak yaitu mendapatkan kasih sayang, perhatian, pendidikan dan motivasi, walaupun tidak dari orang tua kandung.

  Begitu juga dengan panti asuhan Darul Hadlanah NU, panti asuhan ini menjadi wadah untuk anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang orang tua dan menjadi tempat mempengaruhi pada kepribadian anak-anak. Di panti asuhan, anak-anak hidup bersama-sama dalam satu atap dengan berbagai sifat dan karakter, tentunya itu akan melatih pembentukan kepribadian anak. Misal dengan adanya jadwal piket, jadwal belajar/ ngaji, peraturan-peraturan yang harus dipatuhi, itu akan menjadikan kepribadian anak terbentuk dengan baik.

  Di panti asuhan inilah anak akan menjalani kehidupan dengan semestinya; bergaul dengan temannya, bisa beradaptasi di lingkungan yang baru, dan kegiatan atau aktivitas yang baru yang beda dari kemarin. Di panti asuhan anak akan belajar bagaimana menghadapi teman yang berbeda prinsip, belajar menghadapi konflik dan lain-lain.

  Di panti asuhan orang tua asuh atau wali kalayan akan berperan penting untuk membentuk dan menumbuhkan kepribadian anak.

  Menumbuhkan merupakan kata kerja dari pertumbuhan yang berarti pemuasan secara progresif atas kebutuhan-kebutuhan psikologis yang makin kuat (Goble, 1993: 103). Wali kalayan harus dapat memberikan perhatian, kasih sayang, dan pendidikan dengan adil, tidak membeda- bedakan antara anak asuh yang satu dengan anak asuh yang lainnya, harus dianggap sama, seperti anaknya sendiri. Kepribadian anak ditentukan bagaimana pola wali kalayan dalam mengasuh.

  Kepribadian disebut dengan istilah personality yang berasal dari kata latin “persona” yang berarti topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang dimaksudkan untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang (Sukmono, 2013: 9). Kepribadian adalah segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat diperkirakan pada diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu (Sukmono, 2013: 8).

  Wali kalayan mempunyai tugas untuk menumbuhkan perkembangan kepribadian anak asuhnya. Perkembangan di sini mempunyai arti sebagai mekarnya bakat-bakat, kapasitas-kapasitas, kreativitas, kebijaksanaan dan karakter secara terus-menerus (Goble, 1993: 103). Wali kalayan mengemban amanah untuk menjadikan karakter anak asuhnya menjadi baik secara terus-menerus. Perkembangan yang baik akan berdampak baik pula, seperti rasa bahagia dan berfikir dewasa. Di panti asuhan darul hadlanah NU yang ada banyak anak asuhnya, ternyata dalam menumbuhkan kepribadian anak belum optimal.

  Berdasarkan latar belakang di atas, penulis perlu mencari informasi melalui penelitian dengan judul: PERANAN WALI KALAYAN

  DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KEPRIBADIAN ANAK DI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH NU BLOTONGAN.

  B.

  Fokus Penelitian 1.

  Bagaimana peranan wali kalayan dalam menumbuhkembangkankan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan?

2. Bagaimana perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul

  Hadlanah NU Blotongan? C. Tujuan Penelitian

  Adapun yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.

  Untuk mengetahui bagaimana peranan wali kalayan dalam menumbuhkan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan

  2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan D.

  Kegunaan Penelitian 1.

  Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi penambah ilmu pengetahuan terhadap perkembangan kepribadian pada anak, khususnya anak di panti asuhan.

2. Secara praktis a.

  Bagi peneliti 1). Memberikan pengetahuan tentang upaya pengembangan kepribadian anak.

  2). Dapat mengetahui upaya menumbuhkan kepribadian anak.

  b. Bagi panti asuhan 1). Dapat meningkatkan cara atau upaya dalam menumbuhkan kepribadian anak di panti asuhan.

  2). Sebagai tambahan informasi untuk memperluas wawasan tentang mengembangkan kepribadian anak di panti asuhan.

  c. Bagi dunia akademik 1). Dapat menemukan cara menumbuhkan kepribadian anak/ mahasiswa yang tepat dan ideal.

  2). Dapat berguna untuk menunjukkan bahwa panti asuhan sebagai salah satu tempat untuk mendidik dan menumbuhkan kepribadian anak. E.

  Penegasan Istilah Untuk menghindari salah tafsir dalam pemahaman judul maka di sini perlu dijelaskan istilah:

1. Peranan wali kalayan

  Peranan dalam kamus besar bahasa indonesia be rarti “tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa”. Wali adalah “orang yang menurut hukum (agama, adat) diserahi kewajiban mengurus anak yatim serta hartanya, sebelum anak itu dewasa”. Sedangkan kalayan adalah sebutan yang sering digunakan dalam panti asuhan, sebenarnya kalayan asal kata dari klien yang artinya melayani. Di panti asuhan, sebutan klien kurang familiar, sehingga menjadi kalayan. Jadi yang di maksud dengan wali kalayan adalah seseorang yang menurut hukum mempunyai kewajiban mengurus dan melayani anak yatim serta hartanya sebelum anak itu dewasa dalam sebuah panti asuhan. Wali kalayan sama halnya dengan pengasuh, hanya beda sebutan saja. Wali kalayan mempunyai peranan yang besar dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian anak di panti asuhan. Karena wali kalayan adalah pengganti orang tua kandung maka perannya sama dengan orang tua kandung yaitu; memberikan lingkungan keluarga (panti asuhan) yang bahagia dan sejahtera, memberikan sandang, pangan dan papan yang memadai bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, memberikan keteladanan atau contoh yang baik terhadap anak-anak, mengajarkan nilai-nilai yang baik seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, sopan santun, dan memberikan waktu bermaindan alat permainan yang memadai (Mutiah, 2010: 90).

  2. Perkembangan kepribadian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perkembangan berasal dari kata berkembang yang berarti menjadi bertambah sempurna (tentang pribadi, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya). Sedangkan, Kepribadian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakannya dari orang atau bangsa lain. Wali kalayan harus memiliki karakteristik sikap demokratis agar perkembangan kepribadian anak berkembang. Wali kalayan yang demokratis memperlakukan anak sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak dan memerhatikan serta mempertimbangkan keinginan-keinginan anak. Anak dengan pola pengasuhan orang yang demokratis akan menunjukkan sikap atau perilaku tanggung jawab yang besar, dapat menerima perintah dan dapat diperintah, dapat menerima kritik secara terbuka, memiliki keberanian untuk berinisiatif dan kreatif, memiliki emosi yang stabil, mudah beradaptasi dan lebih toleran (Mutiah, 2010: 89).

  3. Panti asuhan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, panti asuhan berarti rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu dan sebagainya. Disinilah anak-anak yang tidak memiliki orang tua, anak yang tidak memiliki rumah, atau anak yang tidak mendapatkan pengasuhan orang tua. Anak akan diasuh dan dididik layaknya anak sendiri, sampai anak itu siap atau mampu hidup mandiri.

  F.

  Metode Penelitan Dalam suatu penelitian, metode mutlak diperlukan karena merupakan cara yang teratur untuk mencapai suatu tujuan yang dimaksud, metode ini diperlukan guna mencapai tujuan yang sempurna.

  1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian jenis kualitatif deskriptif.

  Penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Disebut penelitian kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Sugiyono, 2011: 8).

  2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan tentang peranan wali kalayan dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian anak di panti asuhan. Hasil pengamatan tersebut dijadikan pengumpulan data dan peneliti melakukan penelitian di panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan. Penulis akan berusaha mengumpulkan data-data yang diperlukan di lapangan, yang berhubungan dengan upaya menumbuhkan perkembangan kepribadian anak di panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan.

  3. Lokasi Penelitian

  Lokasi penelitian bertempat di panti asuhan Darul Hadlanah Blotongan NU.

  4. Sumber Data Sumber data yang terkumpul dalam penelitian adalah sumber data yang sesuai dengan upaya menumbuhkan perkembangan kepribadian anak. Sumber data dibedakan menjadi dua macam yaitu: a.

  Sumber data primer Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari orang pertama, di antaranya adalah: 1).Pengasuh panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan. 2). Wali kalayan panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan. 3). Beberapa anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah NU Blotongan.

  b.

  Sumber data sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung dan data yang diperoleh oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder bersumber dari dokumentasi. Data yang dihasilkan dalam penelitian ini di antaranya data tentang upaya menumbuhkan perkembangan kepribadian anak.

  5. Prosedur Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.

  a.

  Observasi

  Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu objek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan sesaat ataupun mungkin dapat diulang (sukandarrumidi, 2004: 69). Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh. Selain itu, dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga (Sugiyono, 2011: 228). Melalui observasi ini peneliti akan mengamati beberapa tingkah laku atau sikap yang menunjukkan kepribadian anak itu sendiri.

  b.

  Wawancara mendalam Wawancara atau dikenal pula dengan istilah interview adalah suatu proses tanya jawab lesan, dalam mana 2 orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya (sukandarrumidi, 2004: 88). Wawancara ini dilakukan kepada dua obyek yaitu pengasuh, wali kalayan dan kepada anak asuhnya.

  Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi (sugiyono, 2011: 232). Melalui wawancara peneliti akan bertanya langsung mengenai perkembangan kepribadian anak, perubahan kepribadian anak, dan lain-lain.

  c.

  Dokumentasi Dokumentasi dapat merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2011: 240).

  6. Analisis Data Analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori (Sugiyono, 2011: 9). Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2011: 244).

  7. Pengecekan Keabsahan Data Untuk mengecek keabsahan data skripsi ini, maka digunakan metode trianggulasi yaitu dengan menggunakan metode pengumpulan data dan analisis data, termasuk menggunakan informan sebagai alat uji keabsahan dan analisis hasil penelitian (Bungin, 2012: 203). Dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan (Sugiyono, 2011: 241).

8. Tahap-tahap Penelitian a.

  Penelitian Pendahuluan Penulis pertama melalui tahap pengamatan (observasi), setelah itu sebagai pendukung penulis mengkaji buku dan sumber- sumber dari internet dan buku-buku yang berhubungan dengan pertumbuhan perkembangan kepribadian anak. Kemudian penulis memperoleh gambaran tentang apa yang akan diteliti dan penulis memulai melakukan penelitian.

  b.

  Pengembangan Desain Setelah penulis mengetahui cukup banyak hal tentang upaya menumbuhkan perkembangan kepribadian anak, penulis melakukan observasi ke panti asuhan Darul Hadlanah NU untuk mengetahui peranan wali kalayan dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian anak.

  c.

  Penelitian sebenarnya Penulis melakukan penelitian di panti asuhan Darul

  Hadlanah NU untuk melihat seperti apa peranan wali kalayan dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian anak asuhnya.

  Mencatat berbagai hal yang berhubungan dengan peranan wali kalayan dalam upaya menumbuhkan perkembangan kepribadian anak asuh dan juga mencatat tentang perkembangan kepribadian anak asuh.

  G.

  Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pemahaman dalam skripsi ini, maka akan dikemukakan sistematika hasil yang secara garis besar dapat dilihat sebagai berikut: 1.

  Bagian Awal Bagian awal meliputi: halaman sampul, pernyataan keaslian tulisan, nota pembimbing, halaman pengesahan, motto, halaman persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.

2. Bagian Inti

  BAB I: PENDAHULUAN, meliputi: latar belakang masalah, fokus masalah tujuan penelitian, penegasan istilah, kegunaan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

  BAB II: KAJIAN PUSTAKA, meliputi: peranan wali kalayan, perkembangan kepribadian anak di panti asuhan. BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, meliputi: merupakan hasil penelitian yang meliputi gambaran umum lokasi dan subyek penelitian serta penyajian data hasil penelitian.

  BAB IV: PEMBAHASAN, meliputi: analisis data yang diperoleh mengenai: peranan wali kalayan dalam menumbuhkan perkembangan kepribadian anak dan perkembangan kepribadian anak di panti asuhan.

  BAB V: PENUTUP, meliputi kesimpulan dan saran.

3. Bagian Akhir

  Bagian akhir meliputi: daftar pustaka, daftar riwayat hidup penulis, dan lampiran-lampiran.

BAB II LANDASAN TEORI A. Peranan Wali Kalayan/ Wali Asuh Orang tua adalah guru pertama yang dikenal oleh anak. Orang tua

  mempunyai tugas yang sangat penting untuk membentuk kepribadian anak sejak dini. Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Perlindungan Anak pasal 26 ayat 1 yang berbunyi: Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:

  1. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak

  2. Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya

  3. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

  Apabila orang tua tidak bisa melaksanakan kewajiban di atas maka anak boleh diambil alih pengasuhannya oleh orang lain atau lembaga secara sah. Dengan ketentuan orang tua asuh harus dapat mengambil alih tugas dan kewajiban seperti tugas dan kewajiban orang tua yang sesungguhnya. Hal tersebut sebagaimana tercantum dalam Undang- undang Perlindungan Anak Bab VIII tentang Pengasuhan dan Pengangkatan Anak pasal 37 dan 38 yang berbunyi:

  1. Pengasuhan anak ditujukan kepada anak yang orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anaknya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial.

  2. Pengasuhan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu.

  3. Dalam hal lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berlandaskan agama, anak yang diasuh harus yang seagama dengan agama yang menjadi landasan lembaga yang bersangkutan.

  4. Dalam hal pengasuhan anak dilakukan oleh lembaga yang tidak berlandaskan agama, maka pelaksanaan pengasuhan anak harus memperhatikan agama yang dianut anak yang bersangkutan.

  5. Pengasuhan anak oleh lembaga dapat dilakukan di dalam atau di luar panti sosial.

  6. Perseorangan yang ingin berpartisipasi dapat melalui lembaga-lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), ayat (4), dan ayat (5).

  Pasal 38

  1. Pengasuhan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 37, dilaksanakan tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya, dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik dan/atau mental.

  2. Pengasuhan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui kegiatan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, dan pendidikan secara berkesinambungan, serta dengan memberikan bantuan biaya dan/atau fasilitas lain, untuk menjamin tumbuh kembang anak secara optimal, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial, tanpa memengaruhi agama yang dianut anak.

  Orang tua asuh sebagaimana terdapat dalam undang-undang di atas harus menjamin tumbuh kembang anak secara optimal baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. Orang tua asuh juga tidak boleh membeda- bedakan ras, suku bangsa, etnik, dan juga agama.

  B.

  Perkembangan Kepribadian Anak 1.

  Kepribadian Setiap manusia yang terlahir di dunia ini pasti membawa kepribadiannya masing-masing, tapi dengan berjalannya waktu kepribadian itu bisa berubah karena berbagai faktor yang mempengaruhinya. Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian psikologi yang lahir berdasarkan pemikiran, kajian atau temuan-temuan (hasil praktik penanganan kasus) para ahli. Objek kajian kepribadian adalah “human behavior”, perilaku manusia, yang pembahasannya terkait dengan apa, mengapa, dan bagaimana perilaku tersebut (Yusuf dan Nurihsan, 2007:1). Pengertian kepribadian menurut psikologi adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas (Koswara,1986: 11).

  Selain, pengertian di atas para ahli juga mendefinisikan tentang kepribadian: a.

  Woodworh, seperti yang dikutip oleh Yusuf dan Nurihsan mengemukakan bahwa kepribadian merupakan “kualitas tingkah laku total individu”.

  b.

  Dashiell mengartikannya sebagai “gambaran total tentang tingkah laku individu yang terorganisasi”.

  c.

  Allport, seperti yang dikutip oleh Yusuf dan Nurihsan mengemukakan lima pengertian kepribadian : 1). Dynamic, merujuk kepada perubahan kualitas perilaku

  (karakteristik) individu, dari waktu ke waktu, atau dari situasi ke situasi.

  2). Organization, yang menekankan permulaan bagian-bagian struktur kepribadian yang independen (berdiri sendiri), yang masing- masing bagian tersebut mempunyai hubungan khusus satu sama lainnya. Ini menunjukkan bahwa kepribadian itu bukan kumpulan sifat-sifat, dalam arti satu sifat ditambah dengan yang lainnya, melainkan keterkaitan antara sifat-sifat tersebut, yang satu sama lainnya saling berhubungan atau berinterelasi. 3). Psychohysical systems, yang terdiri atas kebiasaan, sikap, emosi, sentimen, motif, keyakinan yang kesemuanya merupakan aspek psikis, juga mempunyai dasar fisik dalam diri individu, seperti: syaraf, kelenjar, atau tubuh individu secara keseluruhan. Sistem psikofisik ini meskipun mempunyai dasar/fondasi pembawaan, namun dalam perkembangannya lebih dipengaruhi oleh hasil belajar, atau diperoleh melalui pengalaman. 4). Determine, yang menunjukkan peranan motivasional sistem psikofisik. Dalam diri individu, sistem ini mendasari kegiatan- kegiatan yang khas, dan mempengaruhi bentuk-bentuknya. Sikap, keyakinan, kebiasaan, atau elemen-elemen sistem psikofisik lainnya muncul melalui stimulus, baik dari lingkungan, maupun dari dalam individu sendiri.

  5). Unique, yang merujuk kepada keunikan atau keragaman tingkah laku individu sebagai ekspresi dari pola sistem psikofisiknya.

  Dalam proses penyesuaian diri meskipun terhadap lingkungan, tidak ada reaksi/respon yang sama dari dua orang sekalipun kembar identik (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 3-5).

  Berdasarkan pengertian teori dan kepribadian di atas, maka istilah teori kepribadian dapat diartikan sebagai “seperangkat asumsi tentang kualitas tingkah laku manusia beserta definisi empirisnya”. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa kepribadian manusia itu berubah-ubah, perubahan itu terjadi dipengaruhi oleh faktor gangguan fisik dan lingkungan.

  Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian di antaranya sebagai berikut: a. Faktor fisik, seperti: gangguan otak, kurang gizi (malnutrisi), mengkonsumsi obat-obat terlarang (napza atau narkoba), minuman keras, dan gangguan organik (sakit atau kecelakaan).

  b. Faktor lingkungan sosial budaya, seperti: krisis politik, ekonomi, dan keamanan yang menyebabkan terjadinya masalah pribadi (stress, depresi) dan masalah sosial (pengangguran, premanisme, dan kriminalitas).

  c. Faktor diri sendiri, seperti: tekanan emosional (frustasi yang berkepanjangan), dan identifikasi atau imitasi terhadap orang lain yang berkepribadian menyimpang (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 11).

  Pada dasarnya kepribadian manusia itu baik, karena ada yang mempengaruhinya maka kadang kepribadian itu menjadi kurang baik.

  Salah satu kata kunci dari definisi kepribadian adalah “penyesuaian (adjustment)

  ”. Menurut Alexander A. Schneiders (1964), seperti yang dikutip oleh Yusuf dan Nurihsan, penyesuaian itu dapat diartikan sebagai: Suatu respon individu, baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan emosional, frustasi dan konflik; dan memelihara keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan. Dalam upaya memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah yang dihadapi, ternyata tidak semua individu mampu menampilkannya secara wajar, normal atau sehat (well adjustment); di antara mereka banyak juga yang mengalaminya secara tidak sehat (maladjustment).

  E.B. Hurlock (1986), seperti yang dikutip oleh Yusuf dan Nurihsan, mengemukakan bahwa karakteristik penyesuaian yang sehat atau kepribadian yang sehat (healthy personality) ditandai dengan: a. Mampu menilai diri secara realistik. Individu yang kepribadiannya sehat mampu menilai diri apa adanya, baik kelebihan maupu kelemahannya, menyangkut fisik (postur tubuh, wajah, keutuhan, dan kesehatan) dan kemampuan (kecerdasan dan keterampilan).

  b. Mampu menilai situasi secara relistik. Individu dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerimanya secara wajar. Dia tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai suatu yang harus sempurna.

  c. Menerima tanggung jawab. Individu yang sehat adalah individu yang bertanggung jawab. Dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.

  d. Kemandirian (autonomy). Individu memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di linkungannya.

  e. Dapat mengontrol emosi. Individu merasa nyaman dengan emosinya. Dia dapat mengatasi situasi frustasi, depresi atau stress secara positif atau konstruktif, tidak destruktif (merusak).

  f. Berbahagia. Individu yang sehat, situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan. Kebahagiaan ini didukung oleh faktor-faktor

  achievement (pencapaian prestasi), acceptance (penerimaan dari

  orang lain), dan affection (perasaan dicintai atau disayangi orang lain).

  Adapun kepribadian yang tidak sehat ditandai dengan karakteristik seperti berikut: a. Mudah marah (tersinggunng). b.Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan.

  c. Sering merasa tertekan (stress atau depresi).

  d. Mempunyai kebiasaan berbohong.

  e. Hiperaktif.

  f. Sulit tidur.

  g. Kurang memiliki rasa tanggung jawab.

  h. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama i. Bersikap pesimis dalam menghadapi kehidupan. j. Kurang bergairah dalam menjalani kehidupan (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 11-14).

  Adapun teori-teori tentang kepribadian ada tiga, yaitu sebagai berikut: a.

  Kepribadian dalam Teori Psikoanalisa Dalam teori psikoanalisa, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem, yakni id, ego, dan superego. Meskipun ketiga sistem tersebut memiliki fungsi, kelengkapan, prinsip-pinsip operasi, dinamisme, dan mekanismenya masing-masing, ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta menbentuk suatu totalitas.

  1). Id Id (istilah Freud: das es) adalah sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri- naluri bawaan. Id juga merupakan komponen kepribadian yang primitif, insktinktif (yang berusaha untuk memenuhi kepuasan instink). Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle) atau prinsip reduksi ketegangan (Yusuf dan Nurihsan, 2007: 36). Untuk dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Dalam soal energi ini, id tidak bisa mentoleransi penumpukan energi yang bisa menyebabkan meningginya saraf tegangan organisme atau individu secara keseluruhan. Dan bagaimanapun, bagi individu meningginya tegangan itu akan merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Karena itu, apabila tegangan pada organisme meningkat, baik karena adanya stimulasi dari luar (suhu, cahaya, dan bunyi yang intensitasnya tinggi) maupun karena adanya stimulasi dari dalam (lapar, haus, kekurangan oksigen), maka id akan berusaha meredakan atau mengurangi tegangan yang meninggi itu serta mengembalikannya kepada taraf semula. Dari sini bisa diperoleh gambaran bahwa id, dalam menjalankan fungsi dan operasinya, dilandasi oleh maksud mempertahankan konstansi (the principle of constancy) yang ditujukan untuk menghindari keadaan tidak menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan (the pleasure principle).

  Untuk keperluan mencapai maksud dan tujuannya itu, id memiliki perlengkapan berupa dua macam proses.

  Proses yang pertama adalah tindakan-tindakan reflex, yakni suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera, serta adanya pada individu merupakan bawaan. Contohnya reflex mengisap, batuk, mengedipkan mata, dan bersin. Proses yang kedua adalah proses primer, yakni suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologi yang rumit. Dengan proses primer ini dimaksudkan bahwa id (dan organisme secara keseluruhan) berusaha mengurangi tegangan. Proses primer pada orang yang sedang lapar, sebagai contoh, adalah membayangkan (mengkhayalkan) makanan.

  2). Ego Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (the

  

reality principle ). Ego juga merupakan eksekutif atau manajer

Dokumen yang terkait

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 17

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 26

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 16

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL TENTANG KAMU KARYA TERE LIYE SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 13

HUBUNGAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR ( Studi Kasus pada Kelas VIII MTs NU Salatiga 2008 ) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 91

FUNGSI MANAJEMEN PADA KOMPETENSI PEDAGOGI BAGI GURU MTs NU SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

0 0 132

PESAN GURUTTA PADA NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE MENURUT PERSPEKTIF PENDIDIKAN AKHLAK SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 2 153

PEMBINAAN KEAGAMAAN DALAM KONSEP SAPTA MARGA DI LINGKUNGAN TNI YONIF 411 KOSTRAD SALATIGA TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 127

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA TUNARUNGU DI SMPLB WANTU WIRAWAN SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

0 0 187

POLA PEMBINAAN KEAGAMAAN ANAK DALAM KELUARGA SINGLE PARENT DI KELURAHAN TEGALREJO KECAMATAN ARGOMULYO KOTAMADYA SALATIGA TH. 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Program Studi Pendidikan Agama Islam

0 0 202