PENINGKATAN KESADARAN ORANG TUA AKAN PERANNYA DALAM PENDIDIKAN IMAN ANAK MELALUI KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA MARIA KALASAN BARAT PAROKI MARGANINGSIH KALASAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu S

  

PENINGKATAN KESADARAN ORANG TUA

AKAN PERANNYA DALAM PENDIDIKAN IMAN ANAK

MELALUI KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS

DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO

WILAYAH SANTA MARIA KALASAN BARAT

PAROKI MARGANINGSIH KALASAN

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Martina Naul

  

NIM: 041124001

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  

PERSEMBAHAN

Skripsi ini, saya persembahkan bagi :

Para Suster Santo Paulus dari Chartres ( SPC ) Distrik Indonesia,

dan kepada keluarga Katolik di Lingkungan Brayat Minulyo

Wilayah Santa Maria Kalasan Barat.

  

MOTTO

  Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah.

  (Filp. 4 : 6 )

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 27 Februari 2009

Penulis,

Martina Naul

  

LEMBARAN PERNYATAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Martina Naul Nomor Mahasiswa : 041124001

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : PENINGKATAN KESADARAN ORANG TUA AKAN PERANNYA DALAM PENDIDIKAN IMAN ANAK MELALUI KATEKESE MODEL SHARED

CHRISTIAN PRAXIS DI LINGKUNGAN BRAYAT MINULYO WILAYAH

  SANTA MARIA KALASAN BARAT PAROKI MARGANINGSIH KALASAN beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan Royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 27 Februari 2009 Yang menyatakan ( Martina Naul )

  

ABSTRAK

  Skripsi ini berjudul: “PENINGKATAN KESADARAN ORANG TUA

  

AKAN PERANNYA DALAM PENDIDIKAN IMAN ANAK MELALUI

KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS DI LINGKUNGAN

BRAYAT MINULYO WILAYAH SANTA MARIA KALASAN BARAT

PAROKI MARGANINGSIH KALASAN”.

  Pemilihan judul ini bertitik tolak dari keprihatinan penulis terhadap suasana keluarga yang kurang sadar terhadap tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga. Persoalan mendasar dari skripsi ini adalah bagaimana membantu para orang tua untuk meningkatkan kesadaran dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka dalam keluarga, sehingga anak-anak memperoleh pendidikan yang layak dalam keluarga.

  Kesadaran yaitu memiliki niat untuk menyusun rencana dengan mempertimbangkan segi positif dan negatif sebelum mengambil suatu tindakan. Kesadaran orang tua dalam pendidikan iman anak dalam keluarga dipengaruhi oleh pendidikan. Katekese model SCP adalah komunikasi iman yang bertolak dari pengalaman hidup yang bersifat dialogis dan partisipatif. Kateksese sebagai pendidikan berpengaruh terhadap kesadaran, sikap dan pengetahuan orang tua dalam beriman. Adapun hipotesis penelitian ini adalah, H tidak ada perbedaan kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan iman sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga sebelum dan sesudah SCP, H

  1 ada perbedaan kesadaran orang

  tua akan perannya dalam pendidikan iman sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga sebelum dan sesudah SCP.

  Penulis mengkaji masalah ini dengan menggunakan metode deskripsi analitis dan penelitian yang berbentuk eksperimen prates-pascates satu kelompok tanpa kontrol. Artinya penulis menggambarkan uji lapangan dan menganalisis permasalah- an sehingga ditemukan jalan pemecahannya. Populasi dalam penelitian ini adalah bapak-ibu katolik di Lingkungan Baryat Minulyo Wilayah Kalasan Barat. Teknik pengambilan sampel bersifat populatif (N) 40 orang. Data yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Pengembangan instrumen terhadap masalah yang dibahas dalam penelitian ini menggunakan uji coba terpakai dengan validitas antara 0,3 sampai 0,7 dan reliabilitas 0,484.

  Dari hasil penelitian yang diperoleh sebelum SCP (prates) dengan jumlah responden (N) 40 memiliki nilai rata-rata (mean) 14,4250, sedangkan setelah SCP (pascates) dengan jumlah responden (N) 40 memiliki nilai rata-rata (mean) 26,7250. Ada perbedaan nilai rata-rata antara prates dan pascates sebesar 12,3000, perbedaan ini disebabkan oleh adanya katekese model SCP. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang didapat sesudah SCP lebih dari nilai rata-rata sebelum SCP. Dari Paired Sample test diperoleh angka signifikansi 0,000 atau lebih besar dari 0,05, maka H ditolak dan H

  1 diterima. Dengan kata lain ada perbedaan kesadaran yang signifikan antara sebelum dan sesudah katekese model SCP.

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan disarankan agar katekese model SCP dipakai untuk meningkatkan kesadaran orang tua akan peran dan tanggung

  ABSTRACT The title of this thesis is “THE ENHANCING OF THE PARENTS’

  

AWARENESS OF THEIR ROLE FOR CHILD’S FAITH EDUCATION

THROUGH THE CATECHISM MODEL OF SHARED CHRISTIAN PRAXIS

(SCP) IN THE AREA OF BRAYAT MINULYO IN SAINT MARY REGION OF

KALASAN BARAT OF MARGANINGSIH KALASAN PARISH”. It is chosen

  based on the author’s concern on the situation of families that lack of parents’ awareness of their role and responsibility as the first and principle faith educators in family. The basic problem of this thesis is how to help parents to improve their awareness of playing their role and responsibility in the family so that children have proper education in the family.

  Awareness means intention to compose a plan while considering any positive and negative aspects before taking an action. Children’s awareness in family is influenced by education. The catechism model of SCP is a faith dialogue and participative communication, which is based on life experiences. Catechism is a kind of education that affects parents’ awareness, attitude, and knowledge on faith. The hypothesis of the thesis is, H shows no difference of parents’ awareness of their role in faith education as first and principle educators in family before, and after SCP; H 1 shows the difference of parents’ awareness of their role in faith education as first and principle educators in family before and after SCP.

  The writer examine the problem using methods of analytic description and research in the form of pre-test and post test experiment in a group without control. The writer described field examination and analysed the problems to find the answer. The population of this research is Catholic parents in the area of Brayat Minulyo in Saint Mary region of Kalasan Barat. The technique of finding the sample is population (N) 40 people. Data were gathered using questionnaires and interview. The development of the instruments of the problem of the research used Sample Test with its validity between 0,3 to 0, 7, and reliability 0, 484.

  The result found before the SCP (Pre-test) among the (N) 40 respondents has its mean of 14,4250, meanwhile the result found after the SCP (Post-test) among the (N) 40 respondents has its mean of 26, 7250. The difference means of pre-test and pos-test is 12,3000. This deference is caused by the SCP model of catechism. From the data above, we can conclude that the mean after SCP is more that mean before SCP. From Paired Sample Test it is found the significance of 0, 000 or of more than 0,05, so H is refused and the H

  1 accepted. In other words, there is a significant

  difference of awareness before and after SCP. Based on the result of the research, it is suggested that the SCP Model of catechism is used to enhance the parents awareness of their role and responsibility as first and principle child’s faith educators in child’s faith education in family.

KATA PENGANTAR

  Syukur dan pujian kepada Allah Bapa yang Maha Baik yang telah berkenan melimpahkan rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Peningkatan Kesadaran Orang Tua akan Perannya dalam Pendidikan Iman Anak melalui Katekese model SCP Di Lingkungan Brayat Minulyo Wilayah Santa Maria Kalasan Barat Paroki Marganingsih Kalasan.

  Penulisan skripsi ini dimaksud sebagai salah satu sumbangan perkembangan katekese bagi para orang tua dalam pendampingan iman anak dalam keluarga kristiani. Di samping itu skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, perhatian serta keterlibatan, baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Maka perkenankanlah penulis menghaturkan terimakasih kepada :

  1. Bapak F. X. Dapiyanta, SFK, M. Pd, selaku dosen Pembimbing Akademik sekaligus pembimbing skripsi, yang dengan setia dan penuh kesabaran hati memberi pengarahan, semangat dan dorongan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

  2. Bapak P. Banyu Dewa, HS,S.Ag, M. Si, selaku dosen penguji yang dengan caranya sendiri mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Drs. H. J. Suhardiyanto, S.J, selaku ketua program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, sekaligus dosen penguji yang selalu mendukung dan menyediakan waktu bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  4. Seluruh Staf Dosen dan Karyawan program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik, membimbing dan membekali pengetahuan dan teladan yang bermanfaat dan yang mendorong penulis untuk menyusun skripsi ini.

  5. Pemimpin Distrik beserta dewan dan segenap suster SPC, yang telah memberi

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  6. Para Suster SPC komunitas Bunda Maria Yogyakarta, yang mendukung penulis dengan caranya masing-masing dalam menyelesaikan skripsi ini.

  7. Bapak ketua Lingkungan Brayat Minulyo yang telah membantu dan mendukung penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

  8. Teman-teman angkatan 2004/2005 yang telah memberi banyak perhatian melalui sapaan-sapaan, dukungan dengan caranya masing-masing sampai terselesainya penyusunan skripsi ini.

  9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang telah berkenan memberikan bantuan dalam bentuk apa saja dalam penyusunan skripsi ini.

  Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan skripsi ini. Ahkir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

  Yogyakarta, 27 Februari 2009 Penulis

  Martina Naul

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................... iii HALAMAN PESEMBAHAN ......................................................... iv MOTTO ............................................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vi ABSTRAK ....................................................................................... vii

  

ABSTRACT ..................................................................................... viii

  KATA PENGANTAR ...................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................... xi DAFTAR SINGKATAN .................................................................. xiii BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................

  1 A. Latar Belakang Penulisan .....................................................

  1 B. Identifikasi Masalah .............................................................

  7 C. Batasan Masalah ...................................................................

  8 D. Rumusan Permasalahan ........................................................

  8 E. Tujuan Penelitian ..................................................................

  9 F. Manfaat Penulisan ...............................................................

  9 G. Metode Penulisan ...............................................................

  10 H. Sistematika Penulisan ...........................................................

  10 BAB. II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ..........................

  13 A. Kajian Pustaka ......................................................................

  13

  1. Kesadaran Orang Tua akan Perannya dalam Pendidikan

  13 Iman Anak ........................................................................

  a. Kesadaran ...................................................................

  13 b. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Iman Anak.........

  14 2. Katekese sebagai Komunikasi Iman dalam Gereja...........

  50 a. Pengertian Katekese ...................................................

  50 b. Tujuan Katekese .........................................................

  53 c. Isi Katekese ................................................................

  55 d. Sumber Katekese ........................................................

  57 e. Unsur Katekese ..........................................................

  57 f. Metode Katekese ........................................................

  59 g. Peserta Katekese ........................................................

  61 h. Media Katekese ..........................................................

  62

  3. Pemilihan SCP sebagai Model Katekese Umat yang cocok untuk Meningkatkan Kesadaran Orang Tua

  63 Katolik dalam Pendidikan Iman Anak .............................

  B. Kerangka Pikir ......................................................................

  73 C. Hipotesis ...............................................................................

  75 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.........................................

  76

  C. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................

  77 D. Populasi Penelitian dan Sampel ...........................................

  77 E. Metode Pengumpulan Data ..................................................

  77 1. Variabel .........................................................................

  78 2. Definisi Operasional .....................................................

  78 3. Instrumen Penelitian .....................................................

  78 4. Kisi-kisi dan Indikator .................................................

  79 5. Pengembangan Instrumen .............................................

  80 6. Teknik Analisis Data .....................................................

  82 BAB. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...............

  84 A. Laporan Hasil Penelitian ......................................................

  84

  1. Deskripsi Data Kesadaran Orang Tua dalam Pendidikan Iman Sebelum Kegiatan SCP .....................

  84

  2. Deskripsi Data Kesadaran Orang Tua dalam Pendidikan Iman Sesudah Kegiatan SCP ......................

  92 B. Uji Hipotesis ........................................................................ 100

  C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................... 101

  D. Keterbatasan Penelitian ........................................................ 105 BAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................... 106

  A. Kesimpulan ........................................................................... 106

  B. Saran ..................................................................................... 108 DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 110 LAMPIRAN

  Lampiran 1 : SCP untuk meningkatkan kesadaran orang tua sebagai pendidik iman anak dalam keluarga.............................................................. (1)

  Lampiran 2 : Cerita Pendalaman Katekese .............................. (14) Lampiran 3 : Kuesioner tentang kesadaran orang tua Dalam pendidikan iman anak ............................ (15) Lampiran 4 : Data sebelum SCP .............................................. (17) Lampiran 5 : Data sesudah SCP ............................................... (18)

DAFTAR SINGKATAN

  A. SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA CT : Catechesi Tradendae , Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

DV : Dei Verbum , Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu

Ilahi, 18 November 1965. FC : Anjuran Apostolik Paus

  Familiaris Consortio, Yohanes Paulus II kepada para uskup, Imam-imam dan umat beriman seluruh Gereja Katolik tentang Peranan Keluarga Kristen dalam Dunia Modern, 22 November 1981.

  

GE : Gravissimum Educationis , Dekrit Konsili Vatikan II

tentang Pendidikan Kristen. SCP :

  Shared Christian Praxis

  B. SINGKATAN DALAM PENELITIAN H : Hipotesis Nol H : Hipotesis Kerja

1 SPSS :

  Statistical Product and Service Solution Std : Standard Sig : Signifikansi C. SINGKATAN LAIN art : Artikel dll : Dan lain-lain KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia Komkat : Komisi Kateketik

Komkat KAS : Komisi Kateketik Keuskupan Agung Semarang

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia Puskat : Pusat Kateketik SPC : Suster-suster Santo Paulus dari Chartres MNPK : Majelis Nasional Pendidikan Katolik

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, berturut-turut diuraikan: latar belakang penulisan, rumusan

  permasalahan, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan skripsi.

A. Latar Belakang

  Jaman berkembang begitu pesat. Segala sesuatu dapat dijangkau dengan mudah, serba instant. Hal ini berpengaruh pada keluarga-keluarga umumnya, dan secara khusus keluarga kristiani terutama bagi para orang tua dalam membimbing iman anaknya. Dalam kenyataan hidup di masyarakat kedekatan orang tua dan anak mulai berkurang. Tidak mengherankan jika banyak anak yang lari dari keluarga dan mencari jati dirinya di luar rumah dan di sana ia menemukan jati diri itu, tanpa ia sadari bahwa jati diri yang ia temukan adalah hal-hal yang membahayakan masa depan hidupnya.

  Di satu sisi orang tua bekerja keras demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga, baik itu untuk pendidikan anaknya, kesehatan keluarga, dan kebutuhan pokok rumah tangga. Di sisi lain orang tua harus mewujudkan rasa tanggung jawabnya sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama. Suatu anggapan keliru di masyarakat bahwa pendidikan itu adalah tanggung jawab sekolah atau organisasi lainnya yang berkaitan dengan perkembangan iman, misalnya sekolah pembantu atau orang lain. Mereka lupa bahwa waktu yang terbanyak bagi pembentukan sikap, perilaku, iman anak berada di dalam keluarga bukan di luar keluarga. Hal pokok yang kurang diperhatikan oleh orang tua adalah kurangnya perhatian mereka terhadap keseimbangan pemenuhan kebutuhan anaknya.

  Kebutuhan anak tidak hanya pada segi materi tetapi juga pada segi rohani seperti pendidikan iman bagi anak-anak. Kenyataan seperti ini tidak dapat disangkal, sebab kesibukan orang tua untuk mencari nafkah bagi anak-anak sudah menyita waktu sepanjang hari.

  Orang tua yang semuanya kerja di kantor atau perusahaan atau buka usaha sendiri yang jauh dari rumah tinggal menjadi asing bagi anak-anaknya dalam hidup keluarga, anak-anak hidup seharian hanya dengan kakek, nenek, tante, dan pembantu rumah tangga. Seorang ayah pagi-pagi harus ke kantor dan pulang larut malam.

  Ketika ayah pulang anak sudah tidur, demikian juga ibu pagi-pagi ke kantor atau setiap hari di pasar atau membuka pesanan ini dan itu di luar rumah. Anak pulang dari sekolah, sampai di rumah tidak bertemu dengan orang tuanya. Malam hari, ibu sibuk mempersiapkan bahan yang mau dijual untuk keesokan harinya. Jika situasi ini dibiarkan begitu saja anak semakin diasingkan dan tidak akan terjadi komunikasi yang intensif antara orang tua dan anak, anak semakin bebas dengan keinginan dan tuntutan dirinya sendiri. Misalnya setiap hari, anak hanya di depan computer, internet, televisi dan lain-lain menonton apa saja yang diinginkannya.

  Anak-anak membutuhkan waktu bersama orang tua untuk bermain, didengarkan, sharing tentang apa yang dialaminya dalam hidup seharian sampai pada kesulitan atau pergulatannya dan kebutuhan lain yang diperlukan oleh anak itu sendiri.

  Dalam dunia sekarang ini, dirasa kebanyakan orang tua dalam kehidupan sehari-hari kurang memperhatikan perkembangan iman anak mereka karena terlalu sibuk dengan pekerjaanya masing-masing demi mencukupi kebutuhan materi atau jasmani keluarga. Hal ini penulis dengar sendiri dari lingkungan di mana penulis tinggal, melalui sharing dalam kegiatan kelompok yang dipandu oleh penulis sendiri dan bahkan dengan pertemuan secara pribadi dengan keluarga-keluarga yang ada (kunjungan keluarga). Para orang tua sendiri mengatakan sulit sekali untuk mendidik iman anak melalui kegiatan bersama dalam keluarga, misalnya doa bersama sebelum dan sesudah makan, doa sebelum tidur, membaca dan merenungkan kitab suci bersama, dan lain-lain. Dengan kata lain doa bersama dalam keluarga sulit untuk dilaksanakan apalagi untuk melibatkan anak-anak dalam kegiatan rohani atau membiasakan anak-anak membuka buku-buku rohani, misalnya membuka kitab suci atau madah bakti. Jangankan untuk mengikuti kegiatan rohani, komunikasi dengan anak saja susah sekali bahkan hanya bertanya melalui telpon atau hand phone. Kaum muda (pendamping sekolah minggu) mensharingkan pengalaman mereka yang berkaitan dengan sekolah minggu, orang tua kurang memberikan motivasi atau dukungan kepada anak-anak mereka sehingga anak-anaknya sulit diajak untuk terlibat dalam kegiatan sekolah minggu. Hal inipun penulis alami langsung dalam kegiatan sekolah minggu. Pada kegiatan sekolah minggu yang ada di lingkungan, pendamping sendiri yang harus bekerja keras, dalam hal ini pendamping yang harus pendamping datang anak-anak belum siap, pendamping harus menunggu. Di sini nampak sekali kesadaran orang tua akan kegiatan rohani (sekolah minggu) masih sangat kurang, dan beranggapan bahwa ini merupakan tanggung jawab pendamping kegiatan rohani. Ini anggapan yang salah. Dalam buku pengantar umum pendidikan dikatakan bahwa : keluarga adalah pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama yang dialami oleh anak dan lembaga yang bersifat kodrat.

  Orang tua sebagai pemegang peranan yang terbesar dalam keluarga seharusnya tetap memberi perhatian dan kasih sayang serta menasehatinya bila anak berbuat sesuatu yang kurang baik. Oleh karena itu, sejak kecil anak perlu dididik tentang pelbagai hal oleh orang tua misalnya, orang tua mengajarkan anaknya tentang nilai-nilai kehidupan di antaranya nilai cinta kasih, sosial, budaya, moral, pergaulan dan nilai pendidikan yang berguna bagi pembentukan mental dan kepribadian iman anak itu sendiri. Dengan demikian anak akan lebih mudah mengingat dan menghafal apa yang telah diajarkan orang tuanya. Karena itu orang tua hendaknya memiliki iman yang dapat diandalkan agar mereka mampu menjadi pendidik iman yang baik yang bisa mengarahkan dan mendidik anak sesuai dengan taraf perkembangannya.

  Tugas pendidikan berakar dalam panggilan suami-istri untuk mengambil bagian dalam karya penciptaan Allah. Bila orang tua dalam kasih dan karena kasih melahirkan pribadi baru yang dipanggil untuk tumbuh dan berkembang, maka orang tua bertanggungjawab mengemban tugas membantunya menjadi manusia yang utuh.

  Dalam keluarga anak-anak mendapat pengalaman pertama baik mengenai

  Dari sakramen perkawinan, seharusnya tugas pendidik iman anak dalam keluarga Kristen sungguh dapat perhatian penting dalam pelayanan Gereja. Gereja sungguh memberi perhatian khusus pada orang tua untuk membangun para anggotanya. Maka orang tua mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang berat dalam mengusahakan pendidikan yang membantu pertumbuhan dan perkembangan iman anak. Bantuan dari orang lain sangatlah perlu untuk membentuk kepribadian anak dan memperkaya iman anak, tetapi orang tua tetap menjadi pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga.

  Berdasarkan pengalaman penulis yang sering ikut terlibat dalam kegiatan sekolah minggu dan kegiatan lingkungan lainnya, melihat keaktifan dan keterlibatan anak dalam mengikuti sekolah minggu dan kegiatan lainnya penulis mempunyai keperihatinan tersendiri. Penulis melihat bahwa faktor pengetahuan, pemahaman dan perhatian orang tua dalam pendidikan iman anak merupakan faktor yang perlu dikaji untuk menangani permasalahan pendidikan iman anak.

  Untuk itu penulis mencoba untuk mengikuti kegiatan lingkungan serta kunjungan keluarga untuk mengetahui situasi umat di Lingkungan Brayat Minulyo khususnya orang tua dalam pendampingan iman anaknya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Keterlibatan ini dengan maksud untuk mengetahui sejauhmana orang tua sadar dalam memberi perhatian kepada anaknya untuk terlibat dalam kegiatan lingkungan dan sekolah minggu. Orang tua adalah pelaku yang pertama dan utama dalam pendidikan anak baik pendidikan iman maupun pendidikan intelektual anak, karena merupakan sekolah pertama yang mengajarkan keutamaan- keutamaan sosial yang dibutuhkan setiap masyarakat di mana anak-anak hidup dan berkembang.

  Orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya. Dalam agama Kristen, Kristuslah yang menjadi teladan yang paling hakiki. Kristus menjadi teladan karena Kemuliaan dan Keberhasilan-Nya dalam mewujudkan keselamatan manusia. Begitu juga hendakya orang tua dan anak. Orang tua yang sebagai teladan anak hendaknya membangun relasi yang dekat dengan anak dengan mengakui keberadaan anak, sehingga orang tua dan anak adalah satu kesatuan.

  Untuk menyikapi kenyataan kehidupan keluarga kristiani yang ada maka penulis berusaha mengajak mereka untuk lebih menghayati kembalinya peranan sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama. Peranan orang tua dalam mendidik iman anak sangatlah menentukan, tidak ada satu yang dicapai jika orang tua gagal membantu anak-anaknya menjadi orang Kristen yang dewasa. Hal ini berarti orang tua berusaha memperlihatkan kepada anak-anaknya arti Cinta Allah pada anak yang konkret melalui hidup mereka sehari-hari.

  Orang tua mempunyai tugas atau tanggung jawab mendidik anak, sebab tugas orang tua menjadi pendidik iman anak yang pertama dan utama. Orang tua sebagai pendidik pertama: orang tua mengemban tugas memelihara, menjaga dan mendidik anak sejak dikandung hingga dewasa. Sedangkan orang tua sebagai pendidik yang utama: orang tua merupakan orang yang paling bertanggungjawab atas perkembangan anak menuju kedewasaan, meneruskan iman dan nilai-nilai kristiani kepada anak-anaknya. Pendidik iman anak merupakan tanggung jawab yang harus Dengan kepercayaan dan keyakinan hendaknya orang tua terus mendampingi anak- anaknya mengenai nilai-nilai yang pokok dalam hidupnya . Orang tua perlu sadar bahwa Tuhan telah memilih dan memberi kepercayaan kepada mereka untuk mendidik dan membesarkan anak-anak mereka agar berkembang sebagai anak Allah, sebagai sahabat Yesus, bait Roh Kudus dan sebagai anggota Gereja.

  Penulis berusaha mengajak para orang tua untuk mengahayati tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama melalui katekese model SCP. Katekese diharapkan menbantu para orang tua yang mengalami kesulitan dalam pelaksanan pendidikan iman bagi anak-anaknya. Oleh karena itu penulis terdorong untuk memilih judul “ Peningkatan Kesadaran Orang Tua akan

  

Perannya dalam Pendidikan Iman Anak melalui Katekese model Shared

Christian Praxis Di Lingkungan Brayat Minulyo Wilayah Santa Maria Kalasan

Barat, Paroki Marganingsih Kalasan”.

B. Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut:

  1. Orang tua kurang menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya dalam pendidikan iman anak.

  2. Orang tua kurang memahami pendidikan iman anak dalam keluarga, dalam hal ini orang tua menomorsatukan hal-hal lahiriah dibandingkan dengan hal- hal yang rohaniah. Mereka merasa bahwa hal-hal rohani adalah tanggung

  3. Permasalahan dari segi anak: anak-anak kurang terlibat dalam kegiatan menggereja misalnya : Sekolah Minggu, Putra Altar, dan kegiatan lingkungan lainnya.

  4. Dari pihak lingkungan Pendamping atau pemandu katekese kurang menjawab kebutuhan umat atau kurang kontekstual.

  C. Batasan Masalah

Setelah melihat permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan di atas

  maka penulis membatasi pada kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan iman anak dan pengembangannya melalui katekese Ruang lingkup penelitian ini adalah Bapak dan Ibu katolik di Lingkungan Brayat Minulyo Wilayah Santa Maria Kalasan Barat, Paroki Marganingsih Kalasan.

  D. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka permasalahan yang

  muncul dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Apa yang dimaksud dengan kesadaran?

  2. Sejauh manakah orang tua menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga?

  4. Seberapa besar dampak katekese model SCP terhadap kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan iman anak?

  E. Tujuan Penulisan

  Skripsi ini ditulis dengan tujuan : 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kesadaran.

  2. Mengetahui sejauhmana orang tua menyadari tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga.

  3. Memaparkan katekese model SCP.

  4. Mengetahui seberapa besar dampak katekese model SCP terhadap kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan iman anak.

  F. Manfaat Penulisan

  1. Bagi orang tua pada umumnya: menambah pengetahuan dan inspirasi tentang tangung jawab dan usaha mendidik dan mengembangkan iman anak agar menjadi orang beriman yang dewasa.

  2. Menambah wawasan bagi penulis dalam mengahayati pendidikan iman anak dalam pendampingan orang tua.

  3. Bagi para pendamping orang tua: menjadi salah satu bahan acuan bagi para pendamping iman orang tua pada khususnya,dan dalam pengembangan iman

  G. Metode Penulisan

  Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif analitis yaitu melalui penelitian langsung dengan memaparkan dan menganalis permasalahan yang ada sehingga ditemukan pemecahan yang tepat.

  H. Sistematika Penulisan

  Tulisan ini terdiri dari lima bab : Dalam Bab I penulis menguraikan pendahuluan yang memberikan gambaran umum penulisan yang terdiri dari latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan, metode, dan sistimatika penulisan berdasarkan permasalahan yang penulis temukan dalam kenyataan hidup keluarga jaman sekarang, yang umumnya orang tua sibuk dengan tugas atau kariernya dan kurang memperhatikan anak-anaknya bahkan seharian penuh anak-anak hidup dengan pembantu rumah tanggga. Orang tua berkomunikasi dengan anak hanya melalui hand phone atau telpon genggam. Permasalahan tersebut menimbulkan keperihatinan penulis. Dengan demikian penulisan ini kiranya dapat memberi sumbangan pemikiran bagi keluarga-keluarga yang ada di Lingkungan Brayat Minulyo untuk membantu para orang tua meningkatkan kesadarannya akan pendidikan iman anak dalam keluarga yang pertama dan utama.

  Dalam Bab II terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, yaitu kajian pustaka. dirumuskan dalam rumusan masalah yang kemudian akan dijawab dengan menggunakan acuan pustaka atau teori-teori yang akan membantu penulis untuk menjawab permasalahan tersebut. Bagian kedua adalah kerangka pikir yang menjelaskan atau merumuskan bagaimana kerangka pikir penulis secara sistimatis untuk mencoba memecahkan masalah-masalah yang telah dirumuskan dan dikaji lewat kajian pustaka. Bagian ketiga adalah hipotesis atau jawaban sementara yang dirumuskan oleh penulis berdasarkan landasan-landasan teori yang telah dibahas dalam kajian pustaka.

  Bab III Metodologi penelitian. Bagian ini penulis mulai masuk dalam metode- metode penelitian yang akan dilakukan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan oleh penulis pada bab sebelumnya. Bab ini terdiri dari beberapa bagian yaitu: jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data yang terdiri dari variabel, definisi operasional variabel, pengembangan instrument, teknik analisis data yang terdiri dari deskripsi data, dan uji hipotesis.

  Bab IV Hasil Penelitian dan Pembhasan. Pada bab ini penulis akan melaporkan hasil penelitian dalam bentuk deskriptif kuantitatif melalui data yang ada selanjutnya akan dilakukan uji hipotesis dan pembahasan.

  Bab V Kesimpulan dan Saran: bagian ini merupakan bagian penutup penulisan skripsi berupa kesimpulan yang berisi rangkuman singkat dari keseluruhan tulisan dari bab-bab yang telah dibahas. Dalam bagian ini penulis mencoba memberikan saran yang diharapkan dapat membantu para orang tua dalam usahanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada kajian pustaka ini, penulis akan menguraikan dua hal yaitu : Pertama

  kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan iman anak yang meliputi : kesadaran, peran orang tua dalam pendidikan iman anak; kedua katekese yang meliputi : pengertian katekese, tujuan katekese, isi katekese, sumber katekese, unsur katekese, metode katekese, media katekese dan peserta katekese.

1. Kesadaran Orang Tua Akan Perannya Dalam Pendidikan Iman Anak

  a. Kesadaran Sadar dalam Kamus Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional.

  2005) : tahu, mengerti. Kesadaran: keadaan mengerti, hal yang dialami atau dirasakan oleh seseorang.

  William James (1890) memandang kesadaran sebagai sesuatu yang terus- menerus bergerak mengalir dari pikiran-pikiran, perasaan-perasaan dan daya tangkap, serta kesadaran akan diri, keberadaan sadar (menyadari) dari suatu pemikiran (Psychology, 1996 : 332-334). Kemudian pendapat dari seorang Filosof Perancis Pene Descartes yang terkenal dengan pernyataan: “Cogito Ergo Sum” (saya berpikir maka saya ada).

  Fungsi kesadaran : mengamati diri dan lingkungan, mengontrol pikiran dan perasaan, pikiran, emosi tujuan dan cara pemecahan masalah. Kesadaran berkembang secara perlahan-lahan sebagai suatu mekanisme (cara kerja) untuk mengarahkan tingkah laku, perhatian, memperkuat refleksi, dan kemampuan berbuat atau bertindak. Misalnya belajar dari kesalahan atau kekurangan (John Wiley, 1996 : 335-339).

  Barbara K.Given (2007 : 212) mengatakan kesadaran merupakan pemahaman otak-pikiran tentang sebagian informasinya sendiri, melalui kata-kata yang kita tujukan pada diri kita sendiri dan tindakan sadar seperti tidur, bermeditasi, berolahraga, makan makanan yang bergisi dan memantau interaksi kita dengan orang lain, mengubah keadaan pikiran kita, misalnya membuat kita bahagia, sedih, gembira.

  Kesadaran berarti memahami beragam perasaan, pikiran, hasrat, tindakan dan reaksi kita. Kesadaran berarti memiliki niat untuk menyusun rencana dengan segaja, mempertimbangkan sisi positif dan negatif suatu situasi sebelum mengambil tindakan untuk mencapai tujuan. Kesadaran yang diperluas membuat kita merasa ingin tahu tentang sang diri yang mengarah pada perkembangan hati nurani kita ( Given, 2007 : 315).

  Kesadaran adalah memiliki niat untuk menyusun rencana dengan sengaja mempertimbangkan segi positif dan negatif suatu situasi sebelum mengambil tindakan atau membiarkan keadaan mereda sendiri dan secara selektif dan berarti menentukan arah tindakan untuk meraih tujuan.

  b. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Iman Anak a) Batasan pengertian anak Yang penulis maksudkan dengan anak di sini adalah anak yang berusia antara

  2-12 tahun. Anak menurut Wasty Soemanto adalah seorang yang berada pada suatu masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa (Wasty, 1990 : 166). Dengan kata lain anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil yang dapat kita lakukan sebagaimana kita memperlakukan orang dewasa, dan bukan sebagai bahan mainan sehingga kita memperlakukanya semau saya atau seenaknya saja. Tetapi anak adalah seorang individu yang mempunyai hak dan kewajiban untuk berkembang sesuai dengan dirinya. Sebagai seorang individu anak mempunyai ciri khusus misalnya dunianya, kehidupan sosialnya, dan perkembangan imannya. Ciri khusus inilah yang membedakannya dengan orang lain.

  b) Perkembangan anak (1) Anak usia 2 - 6 tahun

  Anak seusia ini memiliki sifat yang khas yaitu keinginan dan kecenderungan untuk mengetahui dan mengenal serta menemukan dunianya. Segala kejadian dan keadaan sekitarnya ia ikuti dan bahkan berusaha untuk meniru apa yang diperbuat dan dilakukan oleh orang lain. Dan boleh dikatakan anak seusia ini bagaikan sebuah kertas putih yang siap untuk menulis apa saja (hal-hal yang baik dan buruk), dan hasil tulisan itu sangat membekas untuk selamanya. Sifat anak kecil pada dasarnya ingin mencari tahu yaitu menanyakan apa saja yang ia lihat dan ia jumpai, mencoba memegang dan berusaha menirukan apa yang dilakukan orang lain (Hurlock, 1980 : 118).

  Dalam pergaulan antara anak-anak biasanya ada hubungan yang saling bertentangan satu dengan yang lain dan sebaliknya sikap saling ketergantungan satu sama lain. Ciri khas yang lain adalah ingin berkuasa. Anak sebenarnya sudah mulai memiliki kepribadian. Hal ini nampak kalau anak sedang marah karena keinginannya tidak terpenuhi, punya rasa malu apabila tingkah lakunya keliru dan ditertawakan didepan orang banyak. Kepribadian anak ini masih mentah dan belum terbentuk, maka anak tidak dapat menyesuaikan kemampuannya dengan pendapat orang dewasa. Anak sering melawan dan tidak mau menurut perintah atau nasehat orang tua, karena keadaan akunya mulai berkembang. Itulah sebabnya anak sering tidak mau diperintah dan tidak menurut pada orang tua (Hurlock, 1980 : 115).

  (b) Hubungan dengan Tuhan Anak usia ini senang meniru dari apa yang dilakukan orang lain. Demikian juga dalam hal berdoa, seorang anak kecil sering mau menirukan orang tuanya dalam berdoa dan mudah untuk diajari kalau orang tua sendiri rajin mengajarinya. Dalam hal pengenalan akan Allah, anak selalu tergantung pada orang tuanya. Oleh karena itu orang tua harus dapat memberikan gambaran akan Allah Yang Maha Baik, jangan sampai justru sebaliknya, anak ditakut-takuti supaya ia tidak berbuat dosa dengan mengatakan bahwa orang yang berdosa akan dihukum Allah. Ketakutan terhadap Allah ini sesuatu yang wajar, tetapi orang tua hendaknya berhati-hati supaya jangan sampai membiarkan hal itu keluar dari kewajarannya dan membebani anak. Oleh sebab itu seorang anak harus diberi bekal kesadaran bahwa takut akan Allah itu jangan karena hukumannya saja tetapi lebih-lebih karena cinta kasih-Nya,

  (2) Anak usia 6 – 12 tahun Anak usia ini mulai belajar untuk membaca, menghafal, ataupun menulis, karena pada usia ini anak berada pada masa sekolah. Dalam masa ini perhatian anak biasanya lebih tertuju pada segala sesuatu yang bergerak sehingga ada kesan bahwa mereka sudah mengagumi segala sesuatu (Zulkifli, 1986 :80 ). Kehidupan fantasi anak pada usia ini sudah mulai berkurang dan sekarang menuju pada pengamatan yang nyata. Namun penerimaan kenyataan belumlah seperti pada orang dewasa.

  Karena anak baru dapat menerima kenyataan begitu saja tanpa mengkritik. Anak dalam usia ini tidak bersifat egosentris artinya ia tidak lagi memandang dirinya sendiri sebagai pusat perhatian lingkungannya. Tetapi anak mulai memperhatikan dan menilai keadaan sekelilingnya dengan obyektif.

  (a) Kehidupan sosial anak Sejak anak dilahirkan telah dimulai disadarkan kepadanya bahwa ia adalah makhluk sosial. Sifat sosial dari anak dapat kita lihat bahwa anak usia ini tidak mau bermain sendiri, tetapi ia membutuhkan teman untuk bermain dan men- dampinginya.

  Dengan memasuki masa sekolah, anak akan mengenal lingkungannya yang lebih luas terutama lingkungan sosial. Hal ini ditandai dengan keinginan anak untuk melepaskan diri dari lingkungan keluarga dan ia mulai mendekatkan diri pada orang- orang di luar keluarganya (Hurlock, (1980 : 117-119).

  (b) Hubungan dengan Tuhan Pada usia ini anak masih senang cerita-cerita atau dogeng-dogeng yang majalah-majalah yang ada gambar-gambarnya. Dengan gambar-gambar tersebut anak akan lebih mudah mengingat dan membayangkan sesuai dengan kenyataannya (Hurlock, 1980 : 126-127). Oleh sebab itu orang tua harus lebih peka akan keadaan anak, dan selalu mengingatkan kisah-kisah atau cerita-cerita yang berhubungan dengan Allah dan orang-orang kudus dan yang berkaitan dengan kehidupan anak- anak sehari-hari.

  Pengenalan akan Allah, orang tua harus memberi pengetahuan pada anak dan mengatakan bahwa Allah itu baik dan selalu mencintai manusia. Hal ini perlu dilakuan mengingat anak bahwa seusia ini masih suka meniru dan mengingat apa yang diucapkan oleh orang lain ataupun oleh orang tuanya sendiri. Dengan demikian pengalaman-pengalaman anak akan Allah masih selalu tergantung dari orang tuanya sendiri termasuk anggota keluarga lainnya.

  2) Pendidikan Iman Anak

  a) Pengertian Pendidikan Iman Anak (1) Pengertian pendidikan

  Kata pendidikan sering diucapkan oleh banyak orang, namun arti kata pendidikan itu terkadang dicampur-adukkan dengan mengajar. Dan jika berbicara tentang arti pendidikan pada umumnya kita akan menjumpai begitu banyak rumusan arti pendidikan yang dikemukakan oleh beberapa tokoh dan kamus bahasa Indonesia.

  Suwarno dalam bukunya Pengantar Umum Pendidikan mengutip beberapa pendapat para ahli tentang pendidikan yaitu: S. Brojonegoro merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut : pendidikan kedewasaan dalam arti jasmani dan rohani (Suwarno, 981:2). M.J. Langeveld, Idrak Jassin, mengemukakan : mendidik adalah memberi pertolongan secara sadar dan segaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju kearah kedewasaan dalam arti dapat berdiri sendiri dan bertanggungjawab susila atas segala tidakannya menurut pilihannya sendiri. Menurut D. Marimba, seorang penulis filsafat Islam menjelaskan pengertian pendidikan sebagai berikut: pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

  Berdasarkan batasan-batasan tersebut di atas penulis dapat merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut: Pendidikan merupakan suatu proses usaha untuk mempengaruhi dan membimbing anak secara sadar dan segaja berdasarkan hidup atau kenyataan konkret yang ada pada anak-anak menuju kedewasaan.

  Pendidikan disamping menekan tindakan serta tingkah laku yang dapat dilihat, juga menekankan segi pemahaman atau pengetahuan. Mengingat bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup, di mana setiap orang berhak memperoleh pendidikan pada tahap hidup maupun dalam perjalanan hidup imannya.

  (2) Pengertian iman Iman pertama-tama dimengerti sebagai anugerah Allah kepada umat-Nya.

  Iman tidak terlepas dari wahyu. Ditinjau dari pihak Allah, Allah yang berinisiatif terlebih dahulu untuk menyapa dan berelasi dengan manusia. Sedangkan dari pihak manusia, manusia menanggapi dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, maka terjadilah relasi timbal balik dan personal antara Allah dengan manusia. Dari relasi yang personal inilah yang membuahkan iman. Konsili Vatikan II dalam kongregasi dogmatik tentang Wahyu Ilahi dikatakan : Kepada Allah yang menyampaikan Wahyu, manusia wajib menyatakan ketaatan iman. Demikian manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah. Dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendaknya yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan dan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya (DV,art. 5).

Dokumen yang terkait

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SARJANA PENDIDIKAN

0 0 14

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 26

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 14

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 16

SKRIPSI POKOK PEWARTAAN PAULUS DALAM SURAT RASUL PAULUS KEPADA JEMAAT DI GALATIA UNTUK KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS PADUA PAROKI KALASAN YOGYAKARTA

0 5 171

KESADARAN ORANG TUA AKAN PENTINGNYA PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA KATOLIK STASI FLORENTINUS BABARSARI PAROKI BACIRO YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhus

0 0 140

KATEKESE TENTANG KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DALAM HIDUP BERKELUARGA DI LINGKUNGAN BARTOLOMEUS BABARSARI PAROKI BACIRO YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan P

0 1 152

UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN KRISTIANI KAUM MUDA MILIRAN, PAROKI BACIRO, YOGYAKARTA, MELALUI KATEKESE SKRIPSI

0 2 188

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP IMAN ANAK DALAM KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN SANTO YAKOBUS ALFEUS TEMPEL, PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN, JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program

0 0 143

TINGKAT KEGIATAN BELAJAR TAHUN I, II, III DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA PARA PENGHUNI ASRAMA PUTRI SANTA MARIA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20082009 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

0 0 68